BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Konteks Masalah - Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

  

BAB I

PENDAHULUAN 1. 1 Konteks Masalah

  Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, artinya manusia saling berinteraksi dan membutuhkan sesama dimana ia berada. Interaksi yang dilakukan salah satunya adalah berkomunikasi. Menurut Hovland, Janis & Kelley dalam Miller (2005:4) komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau yang biasa disebut komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.Selain itu, penting juga bagi manusia untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan dengan manusia lain, misalnya dengan anggota keluarga, masyarakat dan lain sebagainya.

  Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau sistem sosial yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar.Menurut Setiono (2011:24), ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended

  

family ). Keluarga inti adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-

  anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anak–anak.Keluarga yang ideal adalah sebuah keluarga yang lengkap posisi dan peranan komunikasinya.Setiap pasangan dalam sebuah keluarga memiliki peran jenis (sex role), Maksudnya peran yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin, dimana ibu sebagai pengasuh dan ayah sebagai penyedia makanan.Hal ini dijelaskan dalam teori peran(roles

  

theory ) yaitu menekankan pada kemampuan individu secara simbolik dalam

  menempatkan diri diantara individu lainnya ditengah interaksi sosial masyarakat, bahwa kita dapat memprediksi perilaku komunikasi dengan melihat peran yang dijalankan dalam keluarga. Ibu sebagai nurturers dan ayah sebagai resource

  

provider . Oleh karena itu, keluarga yang terdiri dari ayah dan dan ibu akan sangat

  menguntungkan apabila salah satu peran komunikasi diberikan kepada ibu dan fungsi atau peran lainnya kepada ayah (Le Poire, 2006: 56-57).

  

1 Universitas Sumatera Utara Sudut pandang psikososiologis menyebutkan bahwa keluarga mempunyai fungsi sebagai berikut, yaitu: memberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lain, sumber kasih sayang dan penerimaan, model perilaku yang tepat bagi anak, serta pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku sosial yang tepat. Pemenuhan fungsi ini dilakukan melalui komunikasi pengasuhan.Kedua orangtua berbagi peran dalam pengasuhan untuk memenuhi fungsi keluarga bagi anak.Saat fungsi-fungsi tersebut berjalan dengan baik maka keluarga tersebut menjadi keluarga ideal dan harmonis (Yusuf, 2004: 38-41). Dari konsep tersebut, kita dapat memahami bahwa keutuhan keluarga menentukan proses komunikasi pengasuhan yang berlangsung antara orangtua dengan anak. Keluarga dengan orangtua tunggal memiliki kekhasan tersendiri dalam proses komunikasi pengasuhan.

  Komunikasi pengasuhan (nurturing communication) sendiri merupakan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal yang mendorong perkembangan sosial, emosional, dan intelektual dari anggota keluarga. Komunikasi pengasuhan terlihat melalui kedekatan dalam keluarga yang terkait dengan self disclosure,

  

expression of affection , dan communication support (Le Poire, 2006: 16-17).

  Keterbukaan dalam komunikasi antara orangtua dengan anak merupakan modal dalam memahami masalah yang dihadapi oleh anak. Komunikasi yang efektif tidak mungkin terjadi bila para pelakunya tidak terbuka dan kurang percaya satu sama lain. Ini sesuai dengan teori tentang hubungan manusia dari Joseph Luft (dalam Liliweri: 2007: 49-50), yaitu self disclosure yang merupakan faktor penting dalam proses komunikasi pengasuhan.

  Komunikasi antara orangtua tunggal dengan anak termasuk dalam hubungan diadik.Interaksi yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari- harimerupakan bentuk komunikasi yang berpengaruh terhadap hubungan antara keduanya.Joseph A DeVito (1997: 231) menjelaskan komunikasi antarpribadi dalam berbagai definisi.Diantaranya ada definisi yang ditinjau berdasarkan hubungan diadik (relational dyadic), yaitu komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yangmempunyai hubungan yang mantap dan jelas.Namun demikian dalam keluarga single parent pembagian peran komunikasi tidak berjalan layaknya keluarga utuh.Tidak heran jika orangtua tunggal mengalami masalah dalam komunikasi pengasuhan antara orangtua dengan anak karena kehilangan salah satu pemegang peran komunikasi dan adanya hambatan psikologis berupa keadaan emosi serta keterbebanan dari anggota keluarga, khususnya orangtua tunggal pasca terpisah atau kehilangan pasangan.

  Keluarga single parent dikepalai oleh orangtua tunggal, di mana orangtua tunggal tersebut harus melakukan komunikasi dan kontrol sekaligus.Orangtua tunggal harus mampu beradaptasi dengan kondisi pengasuhan yang harus dijalani akibat perubahan peran dan beban tugas mengasuh anak.Selain itu orangtua tunggal juga memiliki kondisi emosional khusus, seperti kekecewaan dan kesepian karena terpisah atau kehilangan pasangannya. Hal inilah yang bisa menghambat komunikasi antara orangtua tunggal dengan anak dalam proses pengasuhan. Beberapa masalah rumah tangga yang mungkin di alami oleh orangtua tunggal antara lain, yaitu :

  • Keterbatasan waktu, hal ini dikarenakan orangtua tunggal harus menjalani peran ganda sebagai ibu juga sekaligus sebagai ayah.
  • Masalah keuangan, orangtua tunggal menjadi satu-satunya pemberi penghasilan bagi keluarga.
  • Kondisi psikologis orangtua tunggal sebagai dampak dari perceraian atau kematian pasangan. Anak merupakan bagian dari anggota dalam sebuah keluarga baik sebuah keluarga yang dikatakan ideal dengan ayah dan ibu yang lengkap maupun yang berasal dari keluarga yang hanya dikepalai oleh salah seorang orangtua saja. Seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupannya dimulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Masa remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 tahun pada wanita.

  Remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.Kemudian istilah tersebut berkembangdan mempunyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980: 206). Menurut Ensiklopedi Psikologi (dalam Harre: 1996: 4), masa remaja adalah masa perubahan psikologis dan fisiologis yang cepat, masa penyesuaian yang intensif pada keluarga, sekolah, kerja, serta kehidupan sosial dan penyiapan untuk peran-peran dewasa.Sedangkan menurut John W. Santrock bahwa remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, peneliti mempunyai pengertian sendiri tentang arti remaja yaitu masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi perubahan fisik dan psikis.

  Anak, khususnya remaja yang berada dalam sebuah keluarga dengan orangtua tunggal juga tidak lepas dari beberapa masalah dalam kehidupannya, antara lain yaitu :

  • Kehilangan figur ayah atau ibu, ini dikarenakan hanya memiliki satu orangtua, ayah saja atau ibu saja.
  • Keterbatasan keuangan, hal ini karena sumber pemberi pemenuhan kebutuhan hanya dilakukan oleh satu orangtua saja.
  • Kedukaan yang menyebabkan keresahan anak, kesulitan untuk bangkit, kurang motivasi yang dapat membawa anak kedalam pergaulan yang salah dan berbagai permasalahan remaja lainnya. Sebagai salah satu aspek penting dalam hubungan sosial, penyingkapan diri (self disclosure) juga perlu bagi remaja, karena masa remaja merupakan periode individu belajar menggunakan perkembangannya, remaja dituntut lebih belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas dan majemuk. Apabila remaja tersebut tidak memiliki kemampuan penyingkapan diri (self

  

disclosure ), maka dia akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang

  lain. Misalnya dalam lingkungan keluarga banyak dijumpai adanya komunikasi yang kurang efektif antara anak dengan orangtua.Salah satu penyebab adalah kurang adanya penyingkapan diri (self disclosure) anak.

  Penyingkapan diri (self disclosure) merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain menyangkut pengalaman pribadi, perasaan, rencana masa depan, impian, dan lain-lain. Menurut Morton (dalam Dayakisni: 2003: 87), pengungkapan diri (self disclosure) merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Berdasarkan pendapat ahli diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa self

  

disclosure adalah penyingkapan diri dalam hal membagi informasi yang bersifat

pribadi dalam kondisi yang intim.

  Membagi informasi pribadi kepada orang lain bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh siapa saja, termasuk hubungan antara orangtua dengan anak yang tidak didasari oleh suatu keakraban atau keintiman tentu saja didalamnya tidak akan terdapat jalinan komunikasi yang baik. Secara kasat mata, keluarga yang tidak ideal akan menimbulkan banyak permasalahan yang mengakibatkan tidak tercapainya sebuah komunikasi yang efektif. Dalam penelitian ini akan dibahas secara mendalam tentang masalah yang berkenaan dengan apa yang sering dihadapi oleh orangtua tunggal dengan anak remaja dalam proses penyingkapan diri (self disclosure) yang mereka lakukan.

  Berangkat dari semua hal yang telah di ungkapkan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian ini.Topik ini dipilih dan dianggap penting untuk diteliti karena kematian dan perceraian di Indonesia yang terus terjadi mengakibatkan bertambahnya keluarga single parent.Orangtua tunggal menjadi fenomena yang dianggap biasa di Indonesia.

  Adapun judul yang di ambil penulis dalam penelitian ini adalah

  “Peyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak “

1.2 Batasan Masalah

  Batasan masalah dibuat untuk menghindari penafsiran yang keliru atas judul penelitian ini.Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi, sekaligus memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk mencantumkan batasan masalah dalam penelitian ini, sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Peneliti memfokuskan penelitian ini pada ibu tunggal yang bertempat tingal di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus dalam satu bagian sehingga data yang diperoleh valid, spesifik, mendalam dan memudahkan peneliti untuk menganalisis data yang diperoleh.

  2. Peneliti juga memberikan batasan pada remaja perempuan berusia 12–17 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

  3. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana strategi penyingkapan diri (self disclosure) yang dilakukan oleh seorang ibu tunggal dengan anak remaja perempuannya dalam aspek keuangan dan pekerjaan.

  4. Peneliti juga menjelaskan gambaran tentang proses penyingkapan diri (self disclosure) seorang ibu tunggal dengan anak remaja perempuannya melalui pendekatan teori penetrasi sosial.

  1.3 Fokus Masalah

  Orangtua tunggal menjadi fenomena yang dianggap biasa di Indonesia.Kehamilan di luar pernikahan, korban perkosaan, perceraian, ataupun kematian merupakan beberapa penyebab dari single parent yang dapat membuat struktur keluarga mengalami perubahan peran dan beban tugas dalam mengasuh anak. Inilah yang akan menentukan komunikasi pengasuhan antara orangtua tunggal dengan anak.

  Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan yang menjadi fokus masalah adalah “Bagaimana Strategi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dalam aspek pekerjaan dan keuangan dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan?”

  1.4 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian mencerminkan langkah operasionalisasi penelitian.Tujuan penelitian bukanlah tujuan dalam artian untuk kepentingan proposal yang sedang dibuat, misalnya sebagai persyaratan awal penulisan tugas akhir, melainkan terkait dengan masalah apa yang akan diteliti. Sehingga, tujuan penelitian harus sejalan dan sinkron dengan masalah penelitian yang sudah ada (Widodo, 2004: 31).

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui strategi penyingkapan diri (self disclosure) ibu tunggal dalam aspek pekerjaan dan keuangan dengan remaja perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kesulitan yang ditemukan ibu tunggal dengan remaja perempuan dalam proses penyingkapan diri (self disclosure).

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian umumnya dipilah menjadi dua kategori, yakni teoritis/akademik dan praktis/fragmatis.Manfaat teoritis/akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari penyelengaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademik.Sedangkan manfaat praktis bertalian dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi.Kontribusi praktis tersebut harus terkait dengan bidang kajian yang diteliti (Widodo, 2004:33-34).

  Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.

  Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memberikan sumbangsih bagi mahasiswa/i Ilmu Komunikasi ataupun masyarakat secara umum yang ingin mengetahui dan memperluas wacana seputar penyingkapan diri (self disclosure) orangtua tunggal dengan anak.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

  3. Secara akademis, penelitian ini mampu menambah dan memperkaya khasanah penelitian dan sumber literatur di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Dokumen yang terkait

2.1 Sintesis Fe2 - Pengembangan Bahan Magnetik Berbasis BaNixAl6-xFe6O19 Untuk Bahan Absorber Gelombang Elektromagnetik

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Naggar, Kabupaten Simalungun

0 0 8

MODAL SOSIAL SISTEM BAGI HASIL DALAM BETERNAK SAPI PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI ATAS, KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN Studi kasus : Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalung

0 0 9

Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun)

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Teluk Nibung Kota TanjungBalai

0 0 29

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Teluk Nibung Kota TanjungBalai

0 2 15

Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

0 0 28

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntung

0 0 23