LAPORAN ANALISA TAYANGAN TELEVISI docx

LAPORAN ANALISA TAYANGAN TELEVISI
PROGRAM BUKAN EMPAT MATA

Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Teknik
Kepenyiaran Televisi
Disusun Oleh :
Nama
NIM
Program Studi

: Yeni Suryani
: C12001
: Komunikasi Massa

POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA
2013

DAFTAR ISI
A.
B.
C.

D.
E.
F.
G.
H.

GAYA BAHASA
GAYA BUSANA/WARDROBE
MAKE UP
SEGMENTASI PEMIRSA
FORMAT ACARA
PEMILIHAN NARASUMBER/BINTANG TAMU
SUDUT PENGAMBILAN (GAMBAR & FRAMMING)
DAMPAK KEPADA MASYARAKAT

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan nikmat-Nya, sehingga tersusunlah Laporan Analisa Tayangan Televisi Program
Bukan Empat Mata ini dengan baik.
Adapun Laporan Analisa Tayangan Televisi ini bertujuan untuk melengkapi

syarat Ujian Akhir Semester Teknik Kepenyiaran Televisi dan meningkatkan pengetahuan
dibidangbroadcasting sesuai dengan apa yang diajarkan dalam mata kuliah Teknik
Kepenyiaran Televisi.Oleh karena itu penulis berusaha sebaik mungkin menyeleasaikan
laporan ini.
Tersusunya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari penulisan Laporan Analisa Tayangan Televisi Program Bukan
Empat Mata ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN

Trans7 (sebelumnya bernama TV7) adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Trans7 yang pada
awalnya menggunakan nama TV7, melakukan siaran perdananya secara terestrial di Jakarta pada 25 November 2001. Pada
tanggal 4 Agustus 2006, PT Trans Corporation mengakuisisi mayoritas saham TV7. Meski sejak itulah TV7 dan Trans TV
resmi bergabung, namun ternyata TV7 masih dimiliki oleh Kompas Gramedia, sampai TV7 akhirnya melakukan relaunch (peluncuran ulang) pada 15 Desember 2006 dan menggunakan nama baru, yaitu Trans7. Pada tanggal 25 November
2001 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh.

Logo TV7 Sendiri diartikan sebagai simbol dari "JO" yang merupakan singkatan dari Jakob Oetama, pemilik TV7.
Bukan Empat Mata (dulu bernama Empat Mata) adalah sebuah acara talkshow (bincang-bincang) yang dibawakan
oleh Tukul Arwana dan di damping oleh pembawa acara Vega Darwanti, Olla Ramlan, Pepi dan Marcella Lumowa di
Trans7. Acara ini mulai dipandu Tukul sejak September 2005. Setiap acaranya menyampaikan tema tertentu yang diselingi
dengan lawakan.
Empat Mata termasuk dalam acara yang memiliki reputasi cukup buruk karena sering mendapat teguran dari
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Teguran pertama diberikan karena acara ini karena menampilkan adegan Sumanto
pemakan manusia (2007). Pada tahun 2008 Empat Mata dilarang tayang oleh KPI karena menyuguhkan adegan makan katak
hidup-hidup. Tapi kemudian Pihak Trans7 mengakali vonis tersebut dengan mengubah nama program tersebut menjadi
Bukan Empat Mata dan tetap menayangkannya. KPI tidak bereaksi terhadap tindakan Trans7 tersebut akan tetapi, acara ini
dihimbau agar tidak membicarakan hal-hal yang vulgar, mesum, dan berbau seks. Pada Tahun 2009, KPI memberikan
teguran pertama pada acara BEM (Bukan Empat Mata), karena tamu Tukul pada saat itu adalah Kangen Band, tidak sengaja
menyebut nama alat kelamin karena latah saat menjatuhkan sesuatu dan pada Bulan Desember 2009, acara ini kembali
ditegur karena Tukul mencolek Bella Saphira dengan sengaja.
Pada bulan Mei Tahun 2012, Bukan Empat Mata menerima sanksi dari KPI berupa pengurangan durasi yang
menyebabkan program tersebut hanya dapat disiarkan selama satu jam setiap harinya selama tiga hari berturut-turut, karena
terdapat penayangan adegan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Saya memilih tayangan program Bukan Empat Mata untuk saya analisa sebagai tugas Teknik Kepenyiaran Televisi
karena walaupun sempat dihentikan untuk sementara oleh KPI, tayangan ini sekarang masih tetap berjalan dan masih di
segani oleh masyarakat Indonesia. Dan sebelumnya, Bukan Empat mata telah mendapatkan beberapa penghargaan,

diantaranya :
Tahun Award

Kategori

Hasil

Panasonic Award 2007

Program Talkshow

Nominasi

Panasonic Award 2009

Program Talkshow

Menang

Panasonic Gobel Award 2010


Program Talkshow

Menang

Panasonic Gobel Award 2011

Program Talkshow

Nominasi

Panasonic Gobel Award 2012

Program Talkshow

Nominasi

Panasonic Gobel Award 2013

Program Talkshow


Nominasi

BAB II
LANDASAN TEORI
A. GAYA BAHASA

Karakteristik bahasa dalam dunia pertelevisian adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan bahasa sehari-hari, gaya bahasa percakapan, atau kalimat tutur. Televisi adalah
media audio-visual atau media pandang-dengar. Pemirsa memandang gambar dan mendengar
narasi. Penyiar atau presenter atau reporter membacakan narasi atau narasi untuk pemirsa.

Penyiar, presenter, atau reporter seolah tengah bercakap-cakap dengan pemirsa. Karena itu,
kita harus menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa percakapan, atau kalimat tutur dalam
berita televisi yang kita buat. Bahwa bahasa jurnalistik televisi harus menggunakan gaya
bahasa bertutur adalah juga untuk membedakannya dengan bahasa jurnalistik media cetak
yang cenderung formal.
2. Menggunakan kata atau kalimat sederhana, menghindari kata asing, kata klise, istilah teknis,
dan eufimisme. Sifat atau karakteristik televisi adalah jangkauannya yang luas. Itu artinya
berita televisi menjangkau khalayak dari berbagai tingkat sosial-ekonomi. Jika untuk

memperoleh informasi dari media cetak orang harus bisa membaca, untuk memperoleh
informasi dari televisi orang tidak harus pandai membaca. Artinya, orang buta huruf pun bisa
menonton berita televisi. Karena itu, bahasa jurnalistik televisi harus bisa dipahami oleh ratarata penonton televisi. Bahasa yang dapat dipahami oleh rata-rata penonton televisi adalah
bahasa yang sederhana, yang menghindari penggunaan kata asing atau istilah teknis yang
belum umum. Jika terpaksa menggunakan kata asing atau istilah teknis, upayakan
menjelaskan arti atau maknanya.
3. Menggunakan kalimat pendek atau ekonomi kata. Kalimat panjang seringkali lebih sulit
dimengerti dibanding kalimat pendek. Padahal, televisi bersifat sekilas dan satu arah. Artinya,
ketika penonton tidak paham dengan berita yang kalimatnya terlampau panjang, dia tidak
dapat mengulang mendengar berita tersebut. Lagi pula, kekuatan berita ada pada gambar.
Jadi, buat apa menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Selain itu, televisi
mengutamakan kecepatan. Kalimat panjang hanya akan menjadikan alur berita berjalan
lamban. Tetapi, jika suatu berita melulu terdiri dari kalimat-kalimat pendek, akan kedengaran
membosankan.
4. Menghindari kalimat terbalik, subyek dan predikat berdekatan posisinya, jabatan mendahului
nama pemangku jabatan. Karakteristik bahasa jurnalistik televisi yang seperti ini sangat
terkait dengan karakteristik televisi yang bersifat sekilas dan searah. Jika menggunakan
kalimat terbalik atau letak subyek dan predikat berjauhan, boleh jadi penonton lupa siapa
mengatakan atau melakukan apa.
5. Menggunakan kalimat aktif, jangan menyembunyikan kata kerja yang kuat di balik kata

benda. Kalimat aktif lebih memiliki kekuatan dibanding kalimat pasif. Kalimat aktif juga
lebih dimengerti dibanding kalimat pasif. Karena televisi merupakan media yang
mengandalkan kecepatan dan bersifat sekilas, penggunaan kalimat aktif membuat penonton
lebih mudah memahami berita televisi.
6. Jangan terlampau banyak menggunakan angka-angka. Televisi, seperti telah berungkali kali
dikatakan di sini, bersifat sekilas. Jika kita terlampau banyak menggunakan angka-angka,
apalagi angka yang terlampau detil, pemirsa sulit mengingat, apalagi memahaminya. Karena
itu, berhati-hatilah dalam menggunakan angka-angka. Jangan menggunakan angka-angka
yang terlalu detil. Penggunaan angka yang terlalu banyak dan detil juga membuat kalimat kita
menjadi panjang. Padahal, seperti telah disebut di atas, kita sebaiknya menggunakan kalimatkalimat pendek dalam berita televisi yang kita tulis.
B. GAYA BUSANA/WARDROBE
Wardrobe dalam arti sebenarnya adalah lemari dinding tempat menyimpan pakaian, awalnya nama “wardrobe”
dimaksudkan pada sebuah ruangan di dinding yang menyatu dengan tembok. Sebutan lain untuk wardrobe adalah armoire.
Namun, dalam istilah televisi dan film istilah wardrobe langsung dikaitkan pada masalah pakaian atau kostum pemain itu
sendiri, bukan tempat peyimpanannya.
Pada setiap stasiun televisi selalu menyediakan ruang khusus make up dan ruang koleksi kostum, seperti
menyediakan jas beraneka corak warna, balzer, dasi, dan pakaian lainnya. Kostum setiap saat digunakan dan sangat spesial
sebagai jasa pelayanan yang selalu siap sebagai stok kostum untuk meyakinkan dan memantapkan, seperti pada penggunaan
celana panjang yang dapat pula ditangkap oleh kamera dalam posisi gambar close up.


Kostum pun memberi konstruksi menyeluruh dan teristimewa, di mana detail suatau aksesoris (perlengkapan) yang
dipakai dalam suatu pertunjukan teater dengan tingkah laku dan pergerakan bahasa tubuh dapat ditangkap dengan sempurna
oleh kamera televisi, walau dengan menggunakan kostum atau tidak sekalipun. Jika dalam menggunakan kostum untuk
pertunjukan langsung, dan hendaknya dengan segera mengadakan perbaikan dengan cepat menyesuaikan terhadap tata letak
cahaya dan set dekorasi jika ada ketidaksesuaian, sehingga gambar menjadi matching.
Memilih pakaian untuk sebuah pertunjukan film atau televisi bukan perkara mudah, selain harus punya sense of
art dia juga mesti memiliki skill yang baik. Memang orang yang mengurus wardrobe tidak harus bisa merancang sebuah
kostum tapi alangkah baiknya jika dia punya pengalaman bekerjasama dengan seorang costume designer.
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pakaian di antaranya:

1. Pilih pakaian dengan warna-warna yang sesuai dengan tema acara
2. Hindari pakaian yang bercorak garis-garis kecil, baju dengan motif garis-garis kecil biasanya
akan menimbulkan flickr.
3. Jangan memilih pakaian dengan motif kotak-kotak kecil, ini juga akan mengakibatkan hasil
visual yang flickr.
4. Hindari kostum berwarna putih mengkilap apalagi polos tanpa corak.

1.
2.
3.

4.

Pakaian penyaji pada siaran televisi turut menentukan apakah penampilannya menarik
atau membosankan. Penonton televisi lebih senang bila penyaji siaran televisi memakai
pakaian yang wajar, sopan dan tidak berlebihan atau menyolok. Lain halnya dengan kostum
yang dipakai oleh aktor, semuanya memang disesuaikan dengan isi ceritera yang
dibawakannya.
Pakaian seorang Penyaji, bila pengambilannya jarak jauh (long shot) maka garis pada
pakaian dan warna sangat menentukan, tetapi bila pengambilanya jarak dekat (close up),
maka susunan dan model dari jenis tekstil yang menentukan. Dengan demikian ada 4 faktor
yang harus di fikirkan untuk memilih jenis pakaian bila mau muncul di layar televisi sebagai
Penyaji, yaitu :
Jenis tekstil yang digunakan,
Warna dan tingkat kekelaman,
Garis-garis pada pakaian, dan
Perhiasan/perlengkapan lain yang dipakai.

 Tekstil
Biasanya jenis tekstil yang baik untuk dipakai didepan kamera adalah jenis tekstil
halus. Jenis tekstil tebal kurang cocok untuk dipakai, karena kurang luwes/flexibel sehingga

menimbulkan pandangan kurang sedap di layar televisi.
Untuk penyaji lebih tepat menggunakan tekstil halus dengan warna tidak mencolok.
Untuk penyiar yang memiliki warna kulit gelap/hitam, sebaiknya baju tetap putih, sedang
dasi maupun jas harus warna yang agak terang. Perlu diingat di sini ialah yang diperlukan
seorang penyaji pada siaran televisi adalah kewibawaan dan kepribadian yang kuat. Melalui
pakaian kewibawaan dan kepribadian ini dapat tercermin dengan kuat.
Untuk Penyaji yang bersifat hiburan (MC, penyaji musik, ataupun hiburan lainnya)
jenis pakaian yang tepat adalah yang banyak memantulkan sinar, susunan warna yangn serasi
dan enak dipandang. Pada televisi berwarna dengan teknik penyajian menggunakan
teknik Cromaky, Penyaji tidak boleh memakai warna biru muda, karena nati dilayar televisi
akan terlihat berlubang. Hal ini dikarenakan teknik Cromaky menggunakan warna biru
sebagai latar belakang.
 Warna dan Tingkat Kekelaman
Seorang penyaji wanita dapat menggunakan gaun panjang warna putih sejauh jenis
tekstil yang di gunakan tidak memantulkan cahaya, misalnya dari jenis Wol, dan akan lebih

menarik lagi bila suasana belakng penyaji agai gelap. Tetapi pakaian dengan garis putih yang
memantulkan cahaya kurang tepat dipakai meskipun dengan latar belakang agak terang.
 Garis-garis pda pakaian
Garis-garis pada pakaian juga menentukan untuk tampil dengan sempurna di layar televisi.
Misalnya saja garis-garis tebal melintang akan tampak kurang baik dilayar televisi, tetapi
kalau pakain bergaris-garis kecil vertikal akan jauh lebih sedap dipandang. Demikian juga
jenis jas yang akan Nampak sedap dipandang adalah jas yang krahnya seperti tergatung
karena krah model besar dan lebar, model ini akan kelihatan tidak serasi bila penyaji di ambil
setengah close up atau close up, akan lebih baik bila model krah kecil.
 Perhiasan/perlengkapan lain yang di pakai
Pemilihan jenis pakaian untuk muncul di depan kamera televisi harus diimbangi
dengan pemakaian perhiasan atau perlengkapan lain yang dipakai penyaji. Pakaian yang
dipakai harus serasi dengan perhiasan atau perlengkapan lainnya yang dikenakan nya, baik
bentuk maupun warnanya harus saling melengkapi. Misalnya penggunaan ikat penggang,
besar kecilnya dan warna harus sesuai dan seimbang. Karena kamera televisi sangat sensitive
terhadap cahaya, maka penggunaan perhiasan seperti intan berlian harus difikirkan jangan
sampai mengganggu.
Dengan demikian penampilan seorang penyaji dilayar televisi harus benar-benar
sedap dipandang oleh penonton. Pakaian dan perhiasan dan pelengkap lainnya seperti ikat
pinggang, jam tangan, cincin, hanyalah sebagai pendukung, yang paling penting bagi seorang
penyaji adalah tetap kepribadian dan kemampuan serta kepercayaan pada diri sendiri.
C. MAKE UP

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Untuk televisi merias make up sebelum tampil di depan kamera adalah merupakan
keharusan. Teknik merias muka untuk tampil di depan kamera televisi inipun memerlukan
keahlian tersendiri. Lensa kamera televisi sangat “tajam” dalam pengambilan gambar, artinya
wajah seseorang akan tergambar dengan jelas di layar televisi terlebih lagi bila dalam posisi
penuh (close up). Sampai bintik-bintik kecilpun akan nampak. Untuk menghilangkan cacatcacat pada muka sehingga nantinya tidak nampak di layar televisi maka diperlakukan merias
wajah yang akan tampil.
Tujuan merias muka bagi yang akan tampil di layar televisi, adalah :
Meningkatkan penampilan seseorang.
Menghilangkan noda-noda di muka.
Merubah penampilan seseorang, misalnya berperan sebagai orang tua, anak muda atau untuk
menggambarkan ekspresi yang dikehendaki.
Melindungi muka dari sorotan lampu studio yang sangat panas, sehingga sinar yang terus
menerus mengenai kulit muka misalnya untuk penyiar, akan merusak kulit.
Menghilangkan bayangan yang terlalu tajam, misalnya bayangan alis mata, bayangan hidung
dan lain-lain.
Peda televisi berwarna, melalui teknik merias dapat dibuat warna seimbang.
Make Up/tata rias televisi berfungsi untuk meningkatkan penampilan seseorang, memperbaiki penampilan dan
mengubah penampilan. Make up yang digunakan kaum wanita adalah untuk menonjolkan dan meningkatkan penampilan
yang dipusatkan pada kulit wajah, mata, dan bibir.
Make up televisi lebih rumit daripada make up biasa, karena harus memperhatikan beberapa hal,seperti :
1.
Kejanggalan pada layar televisi;
2.
Teknik lampu televisi;
3.
Warna sekitar;
4.
Teknik pendekatan televisi/close up

Bagian bawah mata dan bawah alis , bawah hidung dan kening perlu diperhatikan
karena akan bisa menimbulkan bayangan yang tidak diinginkan, hal ini dapat disiasati
oleh make up. Selain dari itu, cahaya lampu juga dapat membantu menyamarkan dan
mengkoreksi make upyang kurang sempurna. Jika warna-warna di sekitarnya
terang,seperti backgraound atau pada furnitur, maka make up yang digunakan haruslah
terang. Bila warna sekitar gelap,make up harus lebih gelap dari biasanya atau warna kulit
nantinya akan terlihat terlalu terang. Warna kulit yang menimbulkan 35 persen kilauan pada
kulit biasanya adalah yang paling sesuai dengan warna televisi.
Make up televisi harus sehalus dan sesamar mungkin, agar wajah
terlihat natural, apalagi jika kamera didekatkan. Jika seseorang sudah memiliki penampilan
yang bagus tanpamake up, maka orang tersebut tidak perlu memakai make up, dan yang perlu
diperhatikan hanyalah tata letak cahaya yanng pas mengarah wajah orang tersebut.
Pemilihan penggunaan make up membutuhkan ketelitiandan teknik-teknik sentuhan
dengan memperhatikan make up untuk yang berkulit gelap misalnya, tampil cantik seperti
jadi sebuah kebutuhan bagi semua wanita, dan make up merupakan hal yang cukup penting
untuk menyulap penampilan hingga tampak lebih mempesona.
Ditilik dari bentuk tubuh wanita yang memiliki berbagai jenis, mulai dari yang
pendek, tinggi, langsing, berlekuk atau lurus, dan dari warna kulit terdapat perbedaan antara
yang berkulit gelap dan putih atau terang, akan tetapi hal yang terpenting bahwa make
up merupakan unsur yang sangat penting guna menunjang penampilan kaum hawa. Bagi
yang berkulit putih atau kuning langsat, memilih make up bukanlah masalah sulit, namun
untuk berkulit gelap, make up bisa jadi “bencana” jika salah menentukan pilihan. Sebenarnya,
rahasia bagi yang berkulit gelap terletak pada warna-warnamuda, jadi perlu memperhatikan
dan mengertahui bagaimana memadukan warna-warna dasar yang merupakan patokan
utamanya.
Jadi, bagi seorang make up tentunya telah pandai dalam memadukan bedak dasar
dengan sempurna. Untuk membuat perpaduan yang layak, sedikit air pada bedak dasar dan
ulaskan. Kemudian, tentunya harus dapat memeriksa hasilnya dengan melihatnya lewat
pantulan sinar cahaya lampu di dalam studio ketika acara hendak berlangsung. Setelah
mengulaskan bedak dasar, coba gunakan sedikit bedak bayi. Ini berguna untuk membuat kulit
Anda tampak lebih cerah. Jangan gunakan terlalu banyak bedak dan selalu sapukan bedak
tabur ekstra.
Berikut cara memadukan warna-warna make up untuk kulit gelap.
 Pilih warna seperti coral, rose, deep orange untuk blush on. Bayangan warna peach dan
cokelat akan menyempurnakan penampilan Anda.
 Untuk kulit gelap, warna pink untuk blush on untuk make up di siang hari akan mempercerah
penampilan Anda. Tapi untuk malam hari, pilih warna bronze atau plum. Dengan paduan eye
shadow warna emas, membuat penampilan makin menawan di kesempatan istimewa. Anda
dapat mengulaskan bayangan tipis warna emas di pelipis atau di bagian bawah ujung alis.
 Untuk eye shadow, lebih baik pilih warna-warna natural, seperti cokelat atau merah bata.
Jangan sekali-kali menggunakan warna-warna terang atau putih. Untuk kelopak mata bagian
atas, pilih warna coklat terang. Sedangkan dilipatan kelopak mata gunakan cokelat gelap dan
baurkan keluar, hal ini akan membuat mata menjadi tampak dalam.
 Jika ingin menggunakan satu warna untuk kelopak mata, pilih eye shadow warna biru gelap,
anggur atau ungu, yang mendekati warna bulu mata. Anda juga dapat memberi sentuhan
manis dengan menambahkan eyeliner warna biru gelap atau abu-abu gelap, dan tambahan
eyeliner di bawah mata, ini akan membuat mata tampak lebih menarik. Yang terakhir, ulaskan
mascara pada bulu mata, yang akan membuat penampilan Anda tampak lebih menarik.
 Untuk lipstick pilih warna cooper, bronze, merah tua, anggur, dan burgundy. Anda dapat
menggunakan satu warna atau memadukan dua warna yang sesuai untuk warna kulit. Untuk

malam hari pilih warna gelap, dan ingat jangan mengoleskan lipstik secara berlebihan.
Alangkah baiknya jika warna lipstik disesuaikan dengan warna cat kuku, serta sesuaikan
paduan warna eye shadow dan lipstik, sehingga riasan anda tampak mencolok di salah satu
bagian.
Untuk menghasilkan make up yang baik, maka dapat memperlihatkan beberapa kriteria
seperti di bawah ini :
 Gunakan pelembab yang sesuai dengan jenis kulit dan usia.
 Aplikasikan foundation mengikuti atah bulu halus, pilih warna yang terdekat dengan nuasa
warna kulit. Menggabungkan warna foundation juga bisa, yang terpenting warnanya hampir
sama dengan dengan warna kulit. Jangan pilih warna yang lebih terang, karena fungsi
foundation di sini bukan untuk membuat kulit lebih putih, yang ada malah akan membuat
kulit seperti make up topeng, serta juga aplikasikan foundation di leher.
 Gunakan concealers di bawah mata (fungsinya untuk menutupi kantung mata dan warna gelap
di bawah mata) dan kelopak mata (fungsinya untuk mempertahankan eye shadow supaya
lebih tahan lama). Pilih warna concelears yang sama persis dengan warna foundation.
Balurkan dengan lembut menggunakan ujung jari jangan di gosok dengan keras.
 Gunakan
bedak
tabur
untuk
menghilangkan
kilap
dari foundation. Lebih
baguspengaplikasiannya menggunakan kuas supaya bedak teraplikasi dengan rata.
 Aplikasikan bedak padat, fungsinya di sini agar bedak tidak cepat hilang.
 Rapikan alis secara akurat dengan sikat dan membentuk garis tipis menggunakan pensil alis.
 Gunakan eye shadow, sapukan warna terang atau berkilau mengarah ke atas tulang pelipis dan
jangan menggunakan warna gelap pada pojokan kelopak mata dekat hidung, karena dapat
membuat mata terlihat cekung dan hidung terlihat besar.
 Gunakan eye liner pada bagian atas kelopak mata sambil menekan pojok luar mata, buat garis
tipis namun tegas di bawah kelopak mata.
 Gunakan penjepit bulu mata di dekat bagian akar bulu mata atas, tahan selama 2-3 detik
kemudian aplikasikan mascara.
 Gunakan blush on dari ujung pelipis kearah tulang pipi, sesuaikan dengan bentuk wajah.
 Gunakan pensil bibit dan aplikasikan dengan lipstick or lip gloss (gunakan pensil bibir di
seluruh area bibir jangan hanya digarisnya saja).
D. SEGMENTASI PEMIRSA

Pada awal perkembanngan industri penyiaran di Indonesia pengelola media penyiaran
pada umumnya membidik audiennya secara intuitif yaitu berdasarkan perkiraan saja. Meraka
mengira tahu persis siapa audiennya dan apa yang menjadi kebutuhan audien. Pangdangan
mereka tentang audien cenderung ditentukan oleh kacamatanya sendiri, yaitu membayangkan
dirinya sendiri sebagai salah seorang target dari program yang dibuatnya. Untuk jangka
waktu tertentu cara ini mungkin berhasil, tetapi tidak untuk jangka panjang.
Kita sudah mempelajari bahwa media penyiaran harus menentukan segmentasi audien
yang akan di tujunya. Namun demikian, dalam proses pemasaran, segmentasi ini tidak berdiri
sendiri. Segmentasi merupakan satu kesatuan dengan targeting dan positioning. Targetingatau
menetapkan target audien adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk
daritargeting adalah trget audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan iklan.
Segmentasi pasar audien adalah suatu konsep yang sangat penting dalam memahami
audien penyiaran dan pemasaran program.Eric Berkowitz dan rekannya mendefinisikan
segmen pasar sebagai “dividing up a market into distinct groups that (1) have common need
and (2) will respond similarly to a market action”.(membagi suatu pasar ke dalam kelompokkelompok yang jelas (1) yang memiliki kebutuhan yang sama dan (2) memberikan respon
yng sama terhadap suatu tindakan pemasaran). Dengan demikian, jika ditinjau dari perspektif
audien penyiaran, maka segmentasi pasar adalah suatu kegiatan untuk membagi-bagi atau
mengelompokkan audien ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Segmentasi audien berdasarkan demografi pada dasarnya adalah segmentasi yang
didasarkan pada peta kependudukan, misalnya : usia, jenis kelamin, besarnya anggota
keluarga, pendidikan tertinggi yang di capai, jenis pekerjaan konsumen, tingkat penghasilan,
agama, suku, dan sebagainya.
Usia. Biasanya audien dibedakan menurut usia, yaitu anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan
orang tua. Anak-anak merupakan target audien yang cukup penting yang tidak dapat
diabaikan stasiun televisi. Terdapat kecenderungan saat ini bahwa audien anak-anak sangat
perlu di perhitungkan para pengelola program khususnya televisi. Namun tidak menutup
kemungkinan banyak audien dewasa pada jam-jam tertentu untuk mencapai targeting.
Jenis Kelamin. Banyak sekali produk yang menggunakan pendekatan jenis kelamin ini dalam
pemasaranya. Program televisi tertentu seperti olahraga biasanya disukai konsumen lakilaki, infotaiment di sukai wanita. Selain itu, ada program sinetron (wanita), program
memasak (wanita), program berita (laki-laki), dan seterusnya. Pada umumnya wanita lebih
banyak enonton televisi dari pada pria.
Pekerjaan. Konsumen yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umunya mengonsumsi barangbarang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selerapun umunya juga berbeda
dalam mengonsumsi media massa. Kalangan eksekutif lebih menyukai program media
penyiaran yang dapat mendorong daya pikir mereka atau membantu mereka dalam
mengambil keputusan, misalnya menonton program berita, diskusi (talk show). atau film-film
tertentu di televisi. Sementara kalangan pekerja kasar lebih menyukai musik dangdut atau
film komedi.
Pendidikan. Seorangn yang berpendidikan tinggi cenderung menonton secara rutin acaraacara berita dan program diskusi (talk show) tertentu sesuai dengan tingkat pendidikanya.
Biasanya acara yang ditonton agak berat, memerlukan pemikiran-pemikiran dan analisis,
menyukai konsep-konsep baru dan tertantang untuk menggali hal-hal baru. Sebaliknya,
mereka yang hanya berhasil mencapai sekolah dasar umumnya akan menonton acara yang
ringan, mudah di pahami, serta memilih acara yang berkaitan dengan permasalahan seharihari yang dekat dengan kehidupannya.
Pendapatan. Ada beberapa konsep yang digunakan terkait dengan pendapatan ini. Biasanya
yang sering digunakan sebagai ukuran adalah penghasilan dalam bentuk tunai yang
mencangkup penghasilan dari gaji, keuntungan usaha dari bunga, dividen, royalty, atau
sumber-sumber lainya yang diterima secara tunai sebelum dipotong pajak dan potonganpotongan lainya.
Agama. Belakangan ini segmentasi agama telah digunakan untuk memasarkan berbagi
produk. Pada stasiun televisi, segmentasi konsumen berdasarkan agama telah digunakan
untuk membuat program-program tertentu misanya sinetron bertemakan agama (sinetron
religious), ceramah atau diskusi agama, dan sebagainya. Tidak itu saja, banyak program yang
dikaitkan dengan agama, misalnya menampilkan pembawa acara yang dikenal sebagi tokoh
agama.
Suku dan kebangsaan. Segmentasi berdasarkan suku dan kebangsaan dapat melakukan
segmentasi konsumen sepanjang suku-suku itu memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal
kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku lainya.
Selain itu, tentu saja segmennya harus cukup besar, potensial, dan memiliki daya beli yang
tinggi. Suku-suku tertentu biasanya memiliki cirri khas dalam soal makanan, pakaian, dan
cara berkomunikasi. Stasiun penyiaran lokal pada umunya menggunakan segmentasi
berdasarkan suku dan kebangsaan ini dalam produksi programnya.
Karakteristik penonton media televisi berbeda dengan mereka atau penonton film bioskop. Kalau penonton media
televisi bersifat individual, sedang penonton film bioskop bersifat Crowded Audience, seperti halnya penonton di gedung
kesenian dan sebagainya, segingga mereka dalam keadaan Mental Isolation. Jadi, lain dengan penonton televisi

yang Psylogical independent, tetapi akibatnya penontonnya senantiasa berubah-ubah, tidak menentu, bebas berbuat sesuatu,
mudah bosan dan mudah terganggu perhatiannya.
Heterogenitasnya khalayak penonton tadi dapat dibagi menurut kelompok tertentu seperti :
Usia Kependudukan

1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5.
a.
b.
c.
6.
a.
b.
c.
d.
7.
a.
b.

1.
2.
3.

Usia pra sekolah
Usia Sekolah Dasar
Usia Sekolah Menengah Pertama
Usia remaja
Usia dewasa
Usia lanjut
Jenis kelamin : Pria dan wanita dari semua kelompok umur.
Lokasi dan tempat tinggal
Di daerah pedesaan
Di daerah perkotaan
Di daerah metropolitan
Di daerah pedalaman
Pekerjaan
Petani
Pekerja penyuluhan
Pegawai negri termasuk guru
Politikus
Anggota organisasi masyarakat
Pengusaha
Penganggur
Dan masih banyak lagi.
Kelompok sosial
Kelompokpengurus organisasi
Sukarelawan
Dan masih banyak lagi.
Kepentingan rekreasi
Kelompok artis
Kelompok olahragawan
Kelompok penonton/penggemar
Kelompok hobi
Kelompok suku dan kelompok bahasa
Kelompok pemakai bahasa daerah
Kelompok suku bangsa
Tetapi meskipun demikian harus pula diketahui bahwa khalayak penonton yang jumlahnya banyak tadi, meskipun telah
dilakukan segmentasi tadi, karakteristiknya tidak pasif, tetapi mereka bersifat reaktif di dalam menerima pesan yang
disampaikan dan sifat ini beraneka ragam coraknya. Hal ini dinyatakan oleh K.Avery di dalam tulisannya Communication
and the Media, Avery menggolongkan khalayak menjadi :
Selective attention
Golongan ini yang termasuk mau menerima pesan-pesan tetapi hanya yang diminati saja.
Selective perception
Yang termasuk golongan ini adalah mereka yang berbeda persepsinya dalam menanggapi suatu pesan.
Selective retention
Yang terakhir merupakan golongan yang hanya mau mengingat, apa yang perlu diingat saja terutama kalau erat kaitannya
dengan kepentingan mereka.

Karena komunikasi melalui media massa televisi, umpan balik tidak dapat dilakukan seketika, melainkan dilakukan
secara tunda sehingga disebut umpan balik tunda atau Delayed Feedback, dengan demikian program siarannya harus
komunikatif, yang artinya mudah diterima secara indrawi maupun secara rohani.
E. FORMAT ACARA
Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreativitas
penulisan naskah, melainkan sangat bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok keja di dunia
broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat.
Acara yang bagus bisa ambruk karena kurang promosi. Acara yang bagus juga bisa jatuh bila kualitas gambar on air-nya
mengalami gangguan frekuensi seperti suaranya bergema atau gambarnya rusak. Namun, masih bisa diantisipasi. Kuncinya
ada pada penentuan format Acara Televisi. Jadi, kalau anda seorang Sutradara Televisi yang baik, Anda harus melakukan
eksploitasi kreativitas dalam Format Acara Televisi yang terancang dan terencana.
Format Acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi
landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan
dan targetpemirsaacara tersebut.

Timeless&Imajinatif

Timeless&Factual

Faktual&Aktual

BERITA
NEWS
NONDRAMA
(NONFIKSI)

DRAMA
(FIKSI)
Dokudrama
Opera
Musikal

Infotainment
Sportainment

Reality show

Others

Komedi

Musik
Tragedy

Magazine show

Aksi

Talk show

Horor

Sport
News

Variety show

Cinta
Legenda

Features

Repackaging
Game show
Kuis

Ada tiga bagian dari Format Acara Televisi, yaitu Drama,Non-drama, dan Berita Olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi
fiksi, nonfiksi, dan News-Sport.
1. FIKSI (DRAMA) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatoif dari
kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretansi kisah
kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan
menggabungkan antara raelitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Contoh: Drama
percintaan (love story), Tragedi,Horor,Komedi, Legenda,Aksi(Action), dan sebagainya.
2. NONFIKSI (NONDRAMA) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan
imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia
khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format program acara
Nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsure hiburan yang dipenuhi dengan
aksi,gaya, dan music. Contoh: Talk show, konser music, dan veriety show.
3. BERITA DAN OLAHRAGA adalah sebuah format acara televise yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas
kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai factual
dan actual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu di mana di butuhkan sifat liputan yang indenpenden.
Contoh: Berita Ekonomi, Liputan siang, dan Laporan Olahraga.
F. PEMILIHAN NARASUMBER/BINTANG TAMU
Narasumber biasanya memiliki latar belakang yang tidak sama. Narasumber yang akan diwawancarai secara garis
besar dapat di golongan ke dalam empat kelompok besar jika dilihat dari kepentingan :
1. Pemerintah atau penguasa
2. Kelompok ahli atau pakar pengamat
3. Orang terkenal (Celebrity)
4. Masyarakat biasa (Man In the Street)

G. SUDUT PENGAMBILAN (GAMBAR & FRAMMING)
Kamera studio biasanya ditopang oleh sebuah penyangga dan penyangganya dapat berbentuk Tripod, Fedestal, atau
Crane atupun hanya ditopang oleh kamerawannya sendiri, maka dengan ditempatkannya badan kamera diatas penyangga
tadi, kamera dapat digerakkan ke segala arah sesuai keinginan kita.

Bahasa komando untuk menggerakkan kamera, sama halnya bahasa gambar yang sudah
diformulasikan secara internasional.
Ada 5 shot dasar yang biasa digunakan seperti Close Up (CU), Medium Close
Up (MCU),Medium Shot (MS), Knee Shot (KS), Medium Long Shot (MLS), Long Shot (LS).
Dengan kelima shot dasar tersebut akibat gerakan kamera dan lensa dapat menghasilkan
variasi shot/gambar demikian pula jumlah obyek bisa lebih dari seorang.
Misalnya obyeknya artis A dan pengarah acara minta agar kamera 1 diarahkan ke artis
tadi dengan sasaran pinggang ke atas, maka komando Medium Shot, selanjutnya ditulis C
Demikian pula kamera 2 dengan sasaran artis B dengan ukuran gambar yang
berbeda, misalnya saja C

berarti kamera 2 pada B dan ukuran gambarnya Close Up.

Telah disinggung di awal bahwa karena baadan kemera terletak di atas sebuah
penyangga apapun bentuknya, maka kamera dapat digerakkan ke segala arah sesuai dengan
keinginan kita. Beberapa pergerakan kamera misalnya :
1. Panning
Pan merupakan cara pengambilan gambar dengan menggerakkan badan kamera ke
arah horizontal, tetapi tidak akan merubah posisi kameranya. Ada beberapa jenis pan yang
sering digunakan dalam operasional sehari-hari, meskipun pada dasarnya gerakan nya sama,
yaitu menggerakkan badan kamera ke arah horizontal, tetapi maksud dan tujuannya berbeda.
a. Following Pan
Following pan adalah gerakan yang paling umum sehingga seringkali dipergunakan,
kamera akan mengikuti sebuah gerakan dari subyek dengan gerakan panning kekiri ataupun
kekanan.
Melakukan panning dalam keadaan long shot akan mengakibatkan penonton dapat melihat
hubungan yang terjadi antara subyek dengan lingkungannya, sehingga interaksi visual dapat
tercipta antara subyek tadi dengan background yang bergerak dan dapat menimbulkan
dampak yang dinamis (dynamic composition).
b. Survening Pan
Kamera secara perlahan-lahan akan menelusuri pemandangan, baik pemandangan
sekelompok orang atau pemandangan alam, dari penelusuran gerakan kamera ini akan
mengakibatkan para penonton dapat melakukan observasi berdasarkan apa yang ingin dilihat
apa yang terjadi, karena itu gerakan yang demikian dapat pula menimbulkan unsur-unsur
dramatik, sehingga keinginan penonton untuk mengetahui lebih mendalam.
c. Interrupted Pan
Gerakan panning yang demikian merupakan gerakan yang halus, tetapi dengan tiba-tiba
dihentikan dengan maksud untuk menghubungkan dua buah subyek dimana subyek tersebut
terpisah satu sama lain.
Sebagai contoh sebuah kamera mengikuti gerakan segerombolan anak muda, mereka
melewati seorang gadis cantik, kamera tiba-tiba berhenti pada gadis cantik tadi, sedang
segerombolan anak muda tadi terus berjalan, sesaat kemudian muncul seorang anak muda
lain menyapa gadis cantik tadi.
d. Kecepatan Panning

e.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Sebuah pan yang dilakukan secara perlahan-lahan dapat menimbulkan keuntungan
maupun kerugian tetapi hal ini tentu saja tergantukng dari cara bagaimana cara
mempergunakan dalam rangka merekam gambar-gambar yang diinginkan.
Apabila secara perlahan-lahan melakukan panning terhadap sebuah subyek secara terus
menerus, ini akan menjadikan daya tariknya meningkat terhadap subyek tersebut, sehingga
membangun titik klimaks. Tetapi sebaliknya sebuah panning yang dilakukan secara periodik,
dan tidak didasari oleh sebuah motivasi tertentu justru akan dapat menghilangkan titik
perhatian tadi.
Sebuah contoh dapat diketengahkan, seorang berjalan dengan mengendap-endap dan tata
lampu menunjukan malam hari, akhirnya orang tersebut berhasil masuk rumah, memasuki
sebuah kamar yang tidak terkunci, kamera panning akhirnya menemukan subyek lainnya
yang sedang tertidur , dalam situasi yang demikian pasti penonton ingin mengetahui apa yang
akan terjadi, meskipun subyek terus menerus diikuti kamera, apalagi kalau yang diikuti tadi
sebuah bayangan yang berakhir dengan pembunuhan, situasi yang demikian dapat
memperlihatkan suatu penanjakan dramatik, dimana akhirnya kamera melakukan tilt up dari
bayangan ke wajah si pembunuh.
Whipe Pan
Whipe pan merupakan gerakan panning yang dilakukan demikian cepatnya, sehingga
tidak dapat memperlihatkan rincian gambarnya.
Dengan whipe pan ini dapat menciptakan hubungan yang dinamis atau comperaif antara
subyek-subyek :
Menghubungkan titik pandang yang berbeda pada scene yang sama
Dapat menciptakan kontinuitas titik perhatian
Dapat merubah titik perhatian
Dapat memperlihatkan sebab akibat
Dapat memberikan perbandingan
Dapat memperpendek waktu
Dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai dramatik.

2. Tilting
Tilting seperti halnya panning, hanya bedanya gerakan badan gerakan badan kamera
dilakukan ke arah vertikal, karena itu komandonya pun dapat dengan pan up danpan down.
Dengan gerakan ke arah vertikal dapat memungkinkan menghubungkan subyek atau
tempat yang dipisahkan satu dengan lainnya, umumnya teknik ini digunakan untuk :
a. Menunjukkan ketinggian atau kedalaman
b. Menunjukkan adanya satu hubungan
Dengan melakukan gerakan tilt up dapat merangsang emosi, perasaan, perhatian dan
keinginan untuk mengetahui yang akan datang,demikian pila perasaan untuk mengantisipasi
sesuatu yang akan datang dapat pula ditumbuhkan.
Sedangkan dengan gerakan tilt down dapat menimbulkan hal-hal yang berlawanan dengan
apa yang dilakukan gerakan tilt up, seperti kesedihan, kekecewaan dan sebagainya.
Sebuah contoh dapat diketengahkan dalam sebuah scene, seorang Ibu muda mendengar
kematian anaknya. Kamera melakukan tilt down pada saat Ibu tadi duduk di kursi. Penyajian
gambar yang demikian, dapat dipergunakan untuk memperlihatkan suasana yang menyatu
dan dimana pada akhirnya penonton ingin mengetahuinya.
3. Dollying/Tracking
Gerakan kamera yang menuju ke subyek disebut Dolly In, sedangkan yang menjauhi
subyek disebut Dolly Back dan gerakan Dolly disebut juga Tracking, dengan demikian
komando yang dipakai juga seperti halnya Dolly, menjadi Tracking in/out/back.

Dengan menggunakan gerakan Dolly/Tracking in dapat meningkatkan titik/pusat
perhatian, rasa ketegangan, rasa ingin tahu, sedangkan gerakan yang sebaliknya, dapat
dengan perlahan-lahan mengurangi kekuatan titik perhatian dan sekaligus akan dapat
mengurangi rasa tegang, rasa ingin tahu dan harapan.
Di samping itu ada gerakan Dolly yang mengelilingi sebuah subyek, dengan maksud
untuk melihat subyek dari sisi yang lain, sehingga seakan-akan gerakan kamera ini dilakukan
sendiri oleh penonton, demikian pula pergantian posisi kamera akan dapat membantu
memperlihatkan wajah seseorang sebagian tidak nampak karena tertutup orang lain. Kedua
gerakan yang terakhir ini disebut Arching atau Revolve Tracking.
Bisa pula gerakan Dolly/Tracking dilakukan dengan kamera sejajar dengan gerakan dari
obyeknya dan gerakan demikian disebut Follow Tracking.
H. DAMPAK KEPADA MASYARAKAT

Menjadi seorang presenter bukan hanya menjadi seorang yang berbicara di depan
khalayak, tetapi juga harus mampu mengajak khalayak larut dalam topik yang dibawakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan untu menjadi presenter yang baik, adalah sebagi berikut.
 Penggunaan Humor
Penggunaan humor dalam suatu presentasi merupakan senjata yang ampuh untuk merebut
hati khalayak dan keluar dari krisis. Cara ini dianggap efektif karena sangat membantu
mengurangi ketegangan dan kebosanan khalayak. Walaupun begitu, tidak semua presenter
bisa menyampaikan humor yang dapat membuat khalayak terhibur. Jika seorang presenter
tidak mempunyai kemampuan untuk itu, sebaiknya jangan dipaksakan, karena hal itu malah
menimbulkan kesan konyol.
 Bahasa tubuh tubuh
Penggunaan bahasa tubuh yang baik dan benar dapat mempermudah seorang pembicara
dalam menyampaikan sesuatu. Dalam beberapa kasus, bahasa tubuh ternyata lebih
komprehensif daripada kata-kata. Bahasa tubuh dalam konteks pembicara terbagi sebagai
berikut.
1. Pakaian
Cara berpakaian akan menunjukan dari kelompok mana seseorang berasal. Melalui pakaian,
kita harus berusaha untuk diakui oleh penonton yang kita hadapi agar di anggap satu dengan
mereka. Oleh karena itu kita harus menyesuaikan diri siapa penonton yang kita hadapi.
Berpakaian pada saat berbicara tidak perlu harus mewah. Jangan sampai penonton
memperhatikan apa yang kita kenakan, bukan apa yang kita becarakan. Intinya, dalam
berpakaian, kita harus menyesuaikan jenis penonton dan dimana kita tampil.
2. Gerakan Tubuh dan Postur
Postur atau gerakan tubuh yang kita tampilkan di depan kamera akan memberikan gambaran
sikap. Cara berjalan saat pertama kali muncul harus kita perhatikan. Pastikan kedua kaki
lurus pada waktu melangkah.
Jangan berlenggang dan berjalan terlalu tegap, usahakan tenang dan penuh kewaspadaan.
Tegakan kepala dan pandang penonton dengan mata yang antusias dan penuh senyum. Ketika
berbicara, pastikan bagian atas tubuh lurus sehingga paru-paru mempunyai ruang yang cukup
untuk bernafas.
3. Kotak Mata
Kemampuan menciptakan kontak mata dengan penonton pada saat berbicara adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang presenter. Kontak mata adalah kontrol yang
ampuh untuk mengetahui apakah kita pembicara yang membosankan atau menyenangkan.
Dari mata penonton, kita bisa mengetahui apakah ia menikmati pembicaraan atau tidak.
4. Gerakan Tangan

5.

a.
b.
c.

Gerakan tangan menunjukan antusiasme kita terhadap acara dan penonton. Gerakan tangan
yang kita perhatikan saat tampil di depan kamera sebaiknya tidak berlebihan. Kita bisa
mempelajari gerakan tangan dengan melihat bagaimana orang di sekitar kita berbiara sambil
menggerakan tangan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, kita bisa melihat gerakan
tangan yang wajar, sehingga tidak berlebihan.
Ekspresi wajah
Munculkan ekspresi wajah yang rileks, bersahabat, ramah dan menyenagkan melalui senyum
yang tulus.
Suara yang baik akan berarti tanpa ekspresi yang baik. Tiga elemen penting yang harus
diperhatikan dalam ekspresi adalah:
Pitch atau Tinggi Rendah Suara
Setiap memiliki pitch yang berbeda
Pace atau Kecepatan Berbicara
Phrasing atau Pemenggalan Kalimat

REFERENSI
1. Wordpress, 2014, http://dikiumbara.wordpress.com/category/tata-artistik/ 14 Januari 2014
( Gaya Bahasa)
2. Buku Pintar Televisi, Drs. Doddy Permadi Indrajaya, M.Si, Ghalia Indonesia, 2011 hal 91-93
( Kostum)
3. Media Komunikasi Massa Televisi, Drs. J.B Wahyudi, Penerbit Alumi/1986/bandung, 1988
hal 170-174 (Tata Rias – Kostum)
4. Buku Pintar Televisi, Drs. Doddy Permadi Indrajaya, M.Si, Ghalia Indonesia, 2011 hal 89-97
( Make up)
5. Produksi Acara Televisi, Darwanto Sastro Subroto, Duta Wacana University Press, 1994 hal
22-25. (Segmentantasi pemirsa)
6. Jurnalistik Televisi Mutahir, Morissan MA, Ghalia Indonesia, 2009, (Pemilihan Narasumber)
7. Manajemen Media Penyiaran, Morissan MA, Kencana Prenada Media Group, 2009, hal 167176 (Segmentantasi pemirsa)
8. Menjadi Sutradara Televisi, Naratama, Grasindo Gramedia Widiasrana Indonesia, 2004, hal
62-66 ( Format Acara)
9. Produksi Acara Televisi, Darwanto Sastro Subroto, Duta Wacana University Press, 1994 hal
88-95. (Framing/sudut pengambilan gambar)