MANAGEMEN PEMBERIAN PAKAN TERNAK RUMINAN
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN TERNAK
RUMINANSIA
3. TERNAK KAMBING
Oleh:
K. Budi Satoto
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
2006
3. Kambing
1. Pendahuluan
2. Cara Pemeliharaan
3. Cara Pemberian Pakan
3.1. Produksi daging:
a. Betina
Hidup pokok (termasuk: kondisi pakan tetap,
aktivitas minimal, dan awal kebuntingan).
Hidup pokok, ditambah aktivitas rendah
(termasuk: pemeliharaan intensif,
penggembalaan tropis dan awal kebuntingan)
Hidup pokok, ditambah aktivitas sedang
(termasuk: pemeliharaan di dalam padang
rumput kering, agak berbukit dan awal
kebuntingan):
Hidup pokok, ditambah aktivitas tinggi
(termasuk: padang rumput alam, pegunungan,
dan awal kebuntingan).
Keperluan Akhir kebuntingan (untuk segala
ukuran bobot badan)
Keperluan untuk pertumbuhan (50- 150
g/hari):(untuk segala ukuran bobot badan)
b. Flushing
c. Calon induk
d. Jantan
e. Anak
3.2. Produksi Susu.
a. Induk (Dairy Does):
Induk Laktasi
Induk kering:
b. Calon induk:
c. Jantan (Dairy Bucks).
d. Anak (Dairy kids)
1. Pendahuluan
Populasi kambing sekitar 13 juta, terdiri dari kambing Kacang dan
kambing perah (Peranakan Etawah).
Kambing lebih menyukai dedaunan yang berasal dari browse/shrubs
(yaitu: bagian dari pepohonan/semak yang dapat dimakan, seperti
daun, batang, dan pucuk/ranting kecil ) dan forbs yaitu hijauan
bukan rumput, yang berasal dari semak/tanaman gulma (weed).
Sehingga, kambing agak berbeda dengan sapi maupun domba mengenai:
keperluan zat makanan, jumlah konsumsi, pola makan/merumput: (60%
daun pepohonan, 10% tanaman pengganggu dan 20-30% rumput),
keperluan air, aktivitas fisik, kualitas susu, komposisi karkas, metabolisme
dan penyakit (parasit).
Konsumsi pakan untuk kambing yang sedang tumbuh dan laktasi, dapat
mencapai 3.5 – 5%BB, sedangkan sapi/domba hanya 2.5 – 3%BB.
Dengan jumlah konsumsi lebih banyak, maka kambing mampu
mengkonsumsi hijauan berkualitas rendah lebih banyak. Selain itu, dengan
sifat/pola makan tersebut, kambing mampu memilih bahan pakan yang
tinggi kualitasnya, sehingga kambing dapat bertahan di padang rumput
yang kualitas rendah. Keperluan zat makanan, berbeda untuk daging, susu
dan bulu (mohair).
Kambing memerlukan pakan tambahan (konsentrat), pada kondisi
tertentu, sama seperti domba), yaitu untuk: flushing, sebelum dan
sesudah melahirkan, laktasi dan ketersediaan pakan pada kondisi
tertentu (kemarau).
Kambing mempunyai beberapa kelebihan, dibanding dengan ternak
ruminansia lainnya, yaitu:
a. Mampu memanfaatkan pakan yang lebih berserat.
b. Dapat hidup dalam kondisi sulit pakan/kualitas pakan yang lebih jelek,
karena kambing mampu memilih bagian tanaman yang mempunyai
nilai nitrisi lebih tinggi.
c. Lebih tahan terhadap rasa pahit, walaupun menolak pakan atau
hijauan yang mengandung tinggi tanin atau alkaloid lainnya.
d. Lebih mampu mencerna karbohidrat parietal, karena mampu mendaur
ulang urea jauh lebih besar.
e. Lebih tahan terhadap periode kekeringan yang panjang, tanpa
mengganggu kegiatan merumput dan produksi susu.
f. Dalam kondisi kekurangan air yang panjang, besarnya kehilangan
bobot badan untuk: Kambing hanya 1.5%/hari, dibandingkan dengan
domba bisa mencapai 6%/hari dan Sapi 8%/hari. Sedangkan onta:
2%/hari.
Produksi utama dari peternakan kambing ialah:daging, susu dan kulit.
2. Cara Pemeliharaan
Pemeliharaan kambing dapat dilakukan di kandang, atau diabur di tanah
atau lahan kosong.
Kalau dikandangkan, sebaiknya kandang disesuaikan dengan tingkah laku
kambing yang memanjat, maka kandang dilengkapi dengan tempat yang
bisa dipakai untuk memanjat, seperti peternak di daerah Cirebon, untuk
kambing perah.
Sedangkan untuk yang diabur, atau dilepas tanah pangonan/lahan kosong,
biasanya untuk kambing kacang.
3. Cara Pemberian Pakan
3.1. Keperluan Zat makanan.
a. Produksi daging
a.1. NRC (1981).
a.2. Kearl (1982).
a.1. NRC (1981)
Menurut NRC (1981), keperluan zat makanan kambing, untuk:
1. Produksi daging:
a. Hidup pokok (termasuk: kondisi pakan tetap, aktivitas
minimal, dan awal kebuntingan).
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 1.3 – 2.8 %BB
TDN
: 67%BK
PK
: 9.3%BK
Ca
: 0.37 - 0.41%BK
P
: 0.26 - 0.29 %BK
Vitamin A : 400 – 2 400 IU
D : 84 – 480 IU
b. Hidup pokok, ditambah aktivitas rendah (termasuk:
pemeliharaan intensif, penggembalaan tropis dan awal
kebuntingan):
Bobot badan : 10 – 100 kg.
KBK
:
1.7 – 3.8%BB
TDN
:
67%BK
PK
:
9.8%BK
Ca
:
0.28 – 0.34%BK
P
:
0.19 – 0.24%BK
Vitamin A : 500 – 3 000IU
D : 108 – 600 IU
c. Hidup pokok, ditambah aktivitas sedang (termasuk: pemeliharaan di
dalam padang rumput kering, agak berbukit dan awal kebuntingan):
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 2.0 – 4.3%BB
TDN
: 67 %BK
PK
: 9.2% BK
Ca
: 0.28 – 0.34%BK
P
: 0.19 – 0.24%BK
Vitamin A : 300 – 3 600 IU
D : 129 – 723 IU
d. Hidup pokok, ditambah aktivitas tinggi (termasuk: padang rumput
alam, pegunungan, dan awal kebuntingan).
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 2.5 – 5.0%BB
TDN
: 66%BK
PK
:
9.2%BK
Ca
: 0.34 – 0.47%BK
P
: 0.24 – 0.33%BK
Vitamin A : 800 – 4 200 IU
D 150 – 843 IU
e. Keperluan Akhir kebuntingan (untuk segala ukuran bobot badan):
TDN
: 68%BK
PK
: 13.8%BK
Ca
:
0.34%BK
P
:
0.24%BK
Vitamin A : 1 100 IU
D : 213 IU
f. Keperluan untuk pertumbuhan (50- 150 g/hari):
(untuk segala ukuran bobot badan):
TDN
: 68 %BK
PK
: 9.3 - 13%BK
Ca
: 0.44 – 0.60%BK
P
: 0.23 – 0.47%BK
Vitamin A : 300 – 800 IU
D : 162 - 213IU
Dari ke 4 keperluan zat makanan tersebut, maka secara umum
dapat disimpulkan bahwa keperluan zat makana kambing adalah:
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 1.3 – 5.0 %BB
TDN
: 66 - 68%BK
PK
: 9.2 - 14%BK
Ca
: 0.28 - 0.47%BK
P
: 0.19 - 0.37 %BK
Vitamin A : 400 – 2 400 IU
D : 84 – 480 IU
d.1.2. Produksi Susu.
Induk yang baik, menghasilkan sekitar 2.5 kg susu/hari, tertinggi 5
kg/hari., dalam waktu 305 hari, dengan kadar lemak 3.8%.
Untuk produksi susu, keperluan zat makan dikelompokkan menjadi:
a. Induk (Dairy Does):
1. Induk Laktasi:
Induk laktasi, memerlukan konsentrat dengan kadar sekitar
14 – 18%BK, dengan TDN: 65 – 70%BK, jika protein
hijauan sekitar 12 – 14%BK
2. Induk kering:
Memerlukan ransum, dengan konsentrat yang mengandung
PK sekitar 12 – 16% BK, TDN 65 – 70%BK (tergantung
kualitas hijauan), sebanyak 0.5 – 1 kg/hari.
dengan tujuan:sampai mencapai puber (siap kawin)
3. Anak (Dairy kids)
Penting mendapat kolostrum, 3 kali sehari, sebanyak 0.75 – 1.0
liter/hari. Setelah pemberian kolostrum, dibiarkan anak menyusu
induknya selama 2 – 3 hari. Setelah anak cukup kuat, dapat
dipisahkan dan diberi susu sapi atau pengganti air susu (melalui
dot/botol atau panci/ember), bersama-sama dengan pemberian
ransum starter.
Pemberian susu melalui botol yang dilengkapi dot, akan lebih alami
dibandingkan ember. Selain itu dapat menghindari masuknya udara
kedalam perut.
Beberapa petunjuk pada pemeliharan anak:
Cuci dan sanitasi alat-alat makan/minum, selesai dipakai.
Siapkan susu (temperatur cukup hangat kuku). Konsumsi susu
sebanyak 1 – 1.5 liter/hari. Selama 3 hari pertama berikan 3 – 4 kali
sehari.
Pertimbangan ekonomis. Jika harga susu kambing lebih mahal, maka
gunakan susu sapi. Ransum starter yang diberikan terdiri dari jagung,
wheat bran/polard, bungkil kelapa.
Beri anak ransum starter (mengandung PK: 16% BK dan
TDN:
80% BK) sesegera mungkin. Pada umur 1 minggu, starter sudah
diberikan, ditambah dengan hijauan berkualitas baik, untuk
perkembangan rumen.
Jaga agar anak tidak kelebihan atau kekurangan pakan.
Penyapihan. Dapat dilakukan pada umur 5 – 6 minggu, atau diundur
paling lambat sekitar 3 - 4 bulan. Gantikan dan tambahkan air
hangatsecara bertahap ke dalam susu, supaya lambung tetap penuh,
untuk perkembangan rumen dan mengurangi stres. Setelah disapi
penuh, beri hijauan semaunya, serta tambahkan ransum grower yang
baik.
b. Calon induk:
Pemberian pakan calon induk agar cukup untuk hidup pokok
dan pertumbuhan, tetapi pemberian jangan terlalu berlebih sehingga
calon induk terlalu gemuk, sehingga sulit bunting atau melahirkan. Pada
umur 4 – 6 bulan, mulai diberi hijauan kualitas baik, konsentrat dan
exercise. Apabila hijauan yang tersedia, kualitasnya rendah, maka dapat
diberi konsentrat dengan PK: 12 – 14%BK, sebanyak 0.5 – 1 kg/hari.
c. Jantan (Dairy Bucks).
Oleh karena jantan lebih besar daripada betina, maka jantan dapat diberi
hijauan lebih banyak (ad libitum), dengan konsentrat (mengandung PK =
14%BK, dengan tambahan mineral suplemen dan garam) sebanyak: 0.5
– 1 kg/hari.
Contoh ransum starter dan grower:
-------------------------------------------------------Bahan
Jumlah (%)
Starter
Grower
-------------------------------------------------------Jagung
27.6
12.9
Gandum
37.9
10.0
B. kedelai
10.0
8.6
Tepung Alfalfa
18.0
10.0
Molases
5.0
5.0
Kulit kapas
51.9
Trace mineral
1.0
1.0
Batu kapur
0.3
0.4
Vit. A, D dan E
0.2
0.2
-------------------------------------------------------Sumber: Ensminger dkk. (1990)
Catatan: Gandum dapat diganti polard/wheat bran.
Tepung alfalfa = tepung legume
Kulit kapas = kulit kopi/coklat.
Kearl (1982).
Keperluan zat makanan kambing, menurut Kearl (1982)
adalah untuk:
1. Hidup pokok, pertumbuhan dan awal kebuntingan
a. Bobot badan : 5 – 15 kg
PBB
: 0.050 – 0.075kg/hari
KBK
: 3.3 – 4.4%BB
TDN
: 72 – 86%BK
PK
: 11 – 14%BK
Ca
: 0.44 – 0.53%BK
P
: 0.34 – 0.43%BK
Vitamin A : 300 – 1 000 IU
D : 50 - 192 IU
b. Bobot badan : 15 - 80 kg
PBB
: 0.075 – 0.3 kg/hari.
KBK
:
2.2 – 3.3%BB
TDN
:
72 – 76%BK
PK
:
11.0 – 11.6%BK
Ca
:
0.37 – 0.44%BK
P
:
0.28 – 0.34%BK
Vitamin A : 1 000 – 3 500 IU
D : 192 – 738 IU
2. Delapan minggu, akhir kebuntingan atau 8 minggu akhir laktasi.
PBB
: 0.100 – 0.120 kg/hari.
Bobot badan :
20
70 kg
---------------------------------------------KBK
:
3.6
2.6.%BB
TDN
:
67
48 %BK
PK
:
10.3
7.3%BK
Ca
:
0.23 – 0.35%BK
P
:
0.16 – 0.24%BK
Vitamin A : 1 800 – 2 900 IU
D : 192 – 738 IU
3. Sepuluh Minggu Awal laktasi.
Bobot badan : 20 - 70 kg
PBB
: – 0.020 kg/hari.
KBK
:
4.3 – 5.6%BB
TDN
:
68 – 78%BK
PK
:
10.6 – 12.8%BK
Ca
:
0.32 – 0.42%BK
P
:
0.19 – 0.29%BK
Vitamin A : 4 500 – 5 600 IU
D : 738 – 1 129 IU
Kebutuhan Pakan untuk Ternak Ruminansia -1)
Oleh : K. Budi Satoto -2)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Pendahuluan
B. Kebutuhan Pakan untuk Sapi
Pedaging/Kerbau
C. Kebutuhan Pakan untuk Domba
D. Kebutuhan Pakan untuk
Kambing
A. Pendahuluan
Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia, sehingga dasar keberhasil
utama dari usaha ternak ruminansia adalah pemanfaatan sebanyak mungkin
hijauan (80 -100%), yang terdiri dari rumput lapangan, rumput budidaya,
pastora, leguminasa dan hijauan hasil ikutan/limbah pertanian.
Ternak ruminansia, dapat merubah hijauan tersebut (baik dengan maupun
tanpa pakan tambahan lainnya), menjadi produk yang mempunyai nilai gizi
tinggi dan sangat disukai oleh manusia, seperti susu, dan daging.
Pemberian pakan merupakan salah satu komponen biaya terbesar di dalam
proses produksi ternak ruminansia., sehingga cara pemberian pakan harus
diperhitungkan dengan baik, agar dapat memenuhi kebutuhan untuk menjamin
produktivitas ternak dan secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------1). Makalah disampaikan dalam “Pembekalan Bagi Pegawai P>T Asahi Mas
Chemical”, tentang Budi Daya Ternak Ruminansia, yang dilaksanakan pada tanggal
21 - 22 Januari 2009, di Departeman Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, IPB.
2). Staf pengajar Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia Pedaging dan Kerja, Laboratorium
Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Bagian Ilmu Nutrisi dan Teknologi Terapan,
Departeman Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.
B. Kebutuhan Pakan
Sapi Pedaging/Kerbau
Usaha/program produksi sapi pedaging dan kerbau, ialah:
1.1. Program Produksi Anak (Cow-Calf)
1.2. Program Pembesaran (Stocker)
1.3. Program Penggemukan (Finishing)
1.4. Program Pemulihan Kondisi (Conditioning)
1.5. Program Penggemukan Khusus (Finish Khusus)
Cara pemberian pakan pada masing-masing program berbeda, karena
masing-masing program mempunyai tujuan dan target produksi yang
berbeda.
1.1. Program Produksi Anak.
Ialah program untuk menghasilkan anak (pedet) lepas sapih (umur
2 – 8 bulan), yang mempunyai kwalitas baik (bobot sapih cukup berat,
sehat dan mempunyai konformasi tubuh sapi pedaging/kerbau yang
baik).
Program produksi anak, merupakan program dasar sapi pedaging,
karena tanpa program ini, tidak akan ada program lain di dalam
industri sapi pedaging dan kerbau, (program pembesaran dan
penggemukan)
Agar usaha produksi anak berhasil, maka diharapkan:
1. Biaya pemeliharan, terutama biaya pemberian pakan harus
efisien (sesuai dengan tujuan dan target produksi setiap
kelompok ternak), dan murah (gunakan sebanyak mungkin
hijauan). Pemberian makanan tambahan/konsentrat hanya
diberikan pada kelompok tertentu (pertumbuhan dan laktasi),
atau pada kondisi sulit hijauan/kwalitas hijauan rendah (pada
musim kemarau).
2. Induk mempunyai reproduksi/fertilitas yang tinggi, sehingga
dapat melahirkan anak setiap tahun.
3. Kwalitas anak lepas sapih yang dihasilkan adalah baik (sehat,
dengan ketahanan tubuh yang baik, bobot sapih yang berat,
sesuai dengan standard bobot bangsanya, serta konformasi
tubuh sesuai dengan sapi/kerbau pedaging.
4. Mampu memproduksi pupuk organik yang baik.
5. Mempunyai produksi induk afkir yang kurus tapi sehat, yang
siap dijual (untuk digemukkan).
Untuk memudahkan cara pemeliharan dan pemberian pakan, maka
pada program produksi anak, ternak yang dipelihara dikelompoknya
menjadi 3 kelompok ialah :
1. Kelompok Betina
2. Kelompok Anak
3. Kelompok Jantan
1. Kelompok Betina
Kelompok betina terndiri dari :
a. Dara calon induk
b. Dara bunting tua
c. Betina dewasa, kering, bunting tua
d. Dara, menyusui, produksi susu sedang (4.5 kg/hari)
e. Betina dewasa, menyusui, dengan produksi susu sedang (4.5
kg/hari)
f. Betina dewasa, menyusui, dengan produksi susu tinggi (9
kg/hari).
a. Dara calon induk.
a.1. Pemilihan calon induk
Dara calon induk, dapat berasal dari:
Peternakannya sendiri (dari program produksi anak)
Untuk calon induk dari peternakan sendiri:
1). Dipilih pedet lepas sapih yang mempunyai bobot sapih berat.
Bobot sapih yang berat, menunjukkan calon induk tersebut
mempunyai potensi untuk tumbuh cepat.
Induknya mempunyai produksi susu yang cukup untuk menunjang
pertumbuhan yang cepat, serta mempunyai sifat keibuan/pengasuh
anak yang baik.
2). Sehat (tidak pernah sakit).
3). Mempunyai konformasi tubuh yang baik.
Membeli calon induk dari peternakan lain.
Calon induk yang dibeli dari luar, sebaiknya:
1). Calon induk yang sudah siap kawin (bobot sekitar 270 – 300 kg)
2). Umur sekitar 1.5 - 2 th.
3). Sehat, bebas penyakit menular
a.2. Tujuan pemberian pakan
Tujuan pemberian pakan ialah: pertumbuhan yang cepat, agar dapat
dikawinkan pertama kali pada umur 12 – 15 bulan, atau melahirkan
pertama pada umur 20 – 24 bulan.
a.3. Target produksi
Target produksinya, ialah PBB sekitar 0.75 kg/hari
a.4. Kebutuhan zat makanannya, tercantum pada Tabel Lampiran 1.
a.5. Kandungan Zat Makanan Ransum adalah sbb:
a.6. Ransum
Dari kandungan zat makanan ransum, nampak bahwa
2.
Kelompok Anak
a. Anak menyusui induk
b. Anak kehilangan induk
3.
Kelompok Jantan
a. Calon pejantan
b. Pejantan muda
c. Pejantan dewasa
1.2. Program Pembersaran
1.3. Program Penggemukan
1.4. Program Pemulihan Kondisi
1.5. Program Penggemukan Khusus
Demikian juga untuk penggemukan, pakan merupakan biaya yang mahal
yaitu sekitar 70 -80% dari biaya operasional penggemukan, (di luar harga
pembelian bakalan), sehingga kalau terjadi penaikan bobot badan yang
rendah, maka usaha penggemukan akan rugi.
2. Kebutuhan Zat Makanan
Produksi ternak akan tinggi, jika pemberian pakan dapat memenuhi
kebutuhan zat makanan ternak yang dipelihara, tidak dapat ditingkatkan,
kalau pemberian pakan atau zat makanan yang diberikan tidak dapat
mencukupi kebutuhan ternak.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangankan dalam memenuhi kebutuhan
pakan/zat makanan ialah: bobot badan, produksi yang diinginkan
(penaikan bobot badan dan produksi susu) dan reproduksi.
Sehingga, kebutuhan zat makanan sapi pedaging/kerbau berbeda-beda pada
setiap kelompok ternak, tergantung dari tujuan dan target produksi yang
diinginkan pada masing-masing kelompok ternak yang dipelihara.
Bakalan dapat dipelihara dengan pakan hijauan yang lebih banyak, dengan
pertumbuhan normal, dan tidak didorong untuk pertumbuhan yang cepat
sampai umur 1-3 tahun, selanjutnya di masukkan ke dalam program
penggemukan, untuk mendapatkan sapi siap potong, dengan derajat
perlemakan dan kwalitas tertentu, sesuai dengan selera konsumen. Dengan
demikian, kebutuhan pakan pada periode pertumbuhan dan penggemukan
adalah sangat berbeda dan merupakan dua periode yang sangat berbeda
dalam kehidupan ternak ruminansia.
3. Bahan Pakan
4. Formulasi Pakan
5. Cara Pemberian Pakan
Usulan Penelitian
Penelitian Strategis Aplikatif
Peningkatan Produktivitas Ternak Domba Priangan (Tingkat
Kelahiran Induk dan Kwalitas Anak Lepas Sapih), Melalui
Perbaikan Status Nutrisi dengan Program Flushing pada Induk dan
Creep Feeding pada Anak, yang diberi Ransum berbahan Dasar
Rumput Pastora (Brachiaria humidicola), UP3J, Jonggol, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Oleh
Kukuh Budi Satoto
Lilis Khotijah
Direktorat Jnederal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Februari, 2009.
Judul Penelitian
:Peningkatan Produktivitas Ternak Domba Ekor
Tipis (Tingkat Kelahiran Induk dan Kwalitas
Anak Lepas Sapih), Melalui Perbaikan Status
Nutrisi Melalui Program Fushing pada Induk
dan Creep Feeding pada Anak di Pastora Lahan
Kering, UP3J, Jonggol, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Kategori Penelitian
: Penelitian Strategis Aplikatif
Nama Ketua Peneliti
: Kukuh Budi Satoto
Tempat/Tanggal Lahir
: Jember, 18 Januari, 1949
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pangkat danGolongan
: Pangkat: Lektor , Golongan: IVB
Alamat Rumah
: Jl. Kota Baru No: 20A, RT 03/RW III, Kedung
Halang, Bogor Utara, Kota Bogor.
Tel. (0251) 865 95 87.
HP: 0813
Bagian
: Ilmu Nutrisi dan Teknologi Terapan
Departemen/Fakultas
: Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, IPB
Lama dan Waktu Penelitian : 8 bulan (23 Maret – 28 Nopember 2009)
Besaran Dana yang Disusulkan: Rp 100 000 000,00
Besaran Dana yang Disetujui :
Bogor, 19 Februari 2009
Menyetujui:
Fakultas
Peternakan, IPB
Dekan
Peneliti
(...................................................)
NIP: ...........................................
(Kukuh Budi Satoto)
NIP : ......................................
Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat
Kepala,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng.
NIP: 130541469
1. Ringkasan
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Menurut Statistik Peternakan (2005), rata-rata populasi
domba di Indonesia selama 5 tahun (2001 s/d 2005),
sekitar 7 840 000 ekor, (terdiri dari domba
Priangan/Garut, Ekor Tipis dan Ekor Gemuk), dengan
peningkat populasi rata-rata 180 000 ekor/tahun
(2.3%),
Dengan populasi tersebut, mampu menyediakan daging
sekitar 65 300 ton/tahun (atau sekitar 5.15% dari
produksi daging nasional, yang sekitar 1 267 080
ton/tahun), dengan tingkat pemotongan sekitar 2 000 000
ekor/tahun, (25% dari populasi).
Hampir sebagian besar, usaha ternak domba
(pembibitan pembesaran dan penggemukan),
merupakan peternakan rakyat, dan hanya sebagian
kecil saja yang dilakukan secara komersial oleh
pengusaha, yaitu usaha penggemukan. Hal ini
disebabkan oleh anggapan, bahwa usaha pembibitan
kurang menguntungkan, jika dilakukan secara
komersial.
Sebaliknya, dengan cara pemeliharan yang sederhana,
dengan biaya yang rendah (tradisional dan ekstensif),
peternak rakyat masih mampu memproduksi sekitar 2
000 000 ekor/tahun (25% dari Populasi), walaupun
tingkat kematian anak masih sangat tinggi (10 – 70%).
Dengan tingkat produktivitas yang rendah, terutama
angka kematian anak yang tinggi, maka dengan
pemeliharan yang baik, terutama cara pemberian
pakan, dengan biaya yang murah, masih dapat
ditingkat, karena pada dasarnya, domba kita,
mempunyai sifat prolifik yang baik.
Rendahnya produktivitas serta kwalitas yang beragam,
(tanpa ada standar kwalitas yang jelas), disebabkan oleh
beberapa kedaan antara lain: skala usaha kecil, program
perkawinan yang tidak jelas, angka kelahiran yang
rendah (120 – 140%), dengan tingkat kematian anak
dari lahir sampai sapih yang cukup tinggi (20 -70%),
akibat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang
digunakan dalam pemeliharaan masih sangat terbatas,
(terutama cara pemberian pakan yang baik), dan masih
merupakan usaha sambilan, belum merupakan usaha
pokok (sebagai taabungan/penghasilan tambahan).
Domba yang kita miliki (domba Garut, ekor Tipis dan
ekor Gemuk), termasuk domba yang prolifik, yaitu
domba yang mempunyai kemampuan beranak banyak
atau kembar.
Walaupun domba Lokal, mempunyai potensi genetik
yang cukup baik, tetapi karena manegemen
pemeliharaan yang kurang baik, terutama dalam cara
pemberian pakan, maka sifat prolifik tersebut tidak
muncul, walaupun domba lokal masih mampu
menyumbangkan produksi sekitar 3.15% dari total
produksi daging dalam negeri, (atau jumlah yang dapat
dipotong sekitar 1.5 juta ekor/tahun atau setara daging
sekitar 66 500 ton.
UP3J, merupakan salah satu unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan, yang terletak di Desa Singasari,
kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, memiliki domba
lokal ekor tipis, hasil persilangan dengan domba Garut,
sejah tahun 1980, dan telah beradaptasi dengan baik di
pastora Brachiaria humidicola, Jonggol yang panas dan
kering.
Walaupun telah beradaptasi dengan baik, dengan
lingkungan Jonggol (yang mempunyai temperatur 20 –
32 derajat C, kelembaban 65 – 91%, serta curah hujan 8
– 159 mm), tetapi menurut Harahap (2008), lambing
rate relatif masih rendah, yaitu sekitar 115, 125, 139 dan
140%. Lambing rate meningkat dengan makin
bertambahnya umur induk domba. Ini menunjukkan
bahwa induk yang lebih tua, mempunyai adaptasi yang
baik terhadap kwalitas pastora yang ada di Jonggol,
tetapi tidak untuk induk muda.
Selain lambing ratenya rendah, angka kelahiran tunggal
jauh lebih tinggi di bandingkan dengan kelahiran
kembar (70% vs. 30%). Hal ini agak berbeda dengan
domba Garut tipe daging, yang diamati oleh Erminawati
(2003), yaitu mempunyai kelahiran tunggal sekitar 44%
dan kelahiran kembar (dua sampai empat), 56%.
Untuk induk umur setahun, dua tahun, tiga tahun dan
empat tahun, dengan 70% kelahiran tunggal, 27%
kelahiran kembar dua, dan 3% kelahiran kembar tiga.
Makin bertambahnya umur, lambing rate meningkat
(Harahap, 2008), ini menunjukkan bahwa umur lebih
tua, mampu beradaptasi dengan pastora
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini ialah:
Meningkatkan ovulasi, dengan melakukan program
flushing, yaitu memberikan makanan tambahan pada
induk, 20 hari menjelang dan 15 hari selama musim
kawin, agar terjadi peningkatan jumlah ovulasi,
Peningkatan ovulasi dharapkan dapat meningkatkan
lambing rate.
Memberikan makanan tambahan pada anak yang baru
lahir, dengan pemberian creep feeding, yang bertujuan
untuk mengurangi angka kematian anak dari lahir
sampai sapih, meningkatkan dan menyeragamkan
bobot sapih, sehingga dapat menyediakan anak jantan
sapihan siap potong (untuk lamb chope), serta
menyediakan calon induk (anak betina), yang dapat
dikawinkan pada umur yang relatif muda (acelerated
lambing), yaitu kawin pertama pada umur 8 – 12 bulan.
Dengan meningkatkan produktivitas induk, (angka
kelahiran dan menurunkan angka kematian anak, serta
meningkatkan kwalitas anak sapihan), diharapkan
dapat memberikan keuntungan dalam usaha
pembibitan ternak domba.
2. Tinjauan Pustaka
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lingkup dan Rencana Kegiatan
Metode Penelitian
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Personalia Penelitian
Biaya dan Rincian
Daftar Pustaka
Lampiran
RUMINANSIA
3. TERNAK KAMBING
Oleh:
K. Budi Satoto
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
2006
3. Kambing
1. Pendahuluan
2. Cara Pemeliharaan
3. Cara Pemberian Pakan
3.1. Produksi daging:
a. Betina
Hidup pokok (termasuk: kondisi pakan tetap,
aktivitas minimal, dan awal kebuntingan).
Hidup pokok, ditambah aktivitas rendah
(termasuk: pemeliharaan intensif,
penggembalaan tropis dan awal kebuntingan)
Hidup pokok, ditambah aktivitas sedang
(termasuk: pemeliharaan di dalam padang
rumput kering, agak berbukit dan awal
kebuntingan):
Hidup pokok, ditambah aktivitas tinggi
(termasuk: padang rumput alam, pegunungan,
dan awal kebuntingan).
Keperluan Akhir kebuntingan (untuk segala
ukuran bobot badan)
Keperluan untuk pertumbuhan (50- 150
g/hari):(untuk segala ukuran bobot badan)
b. Flushing
c. Calon induk
d. Jantan
e. Anak
3.2. Produksi Susu.
a. Induk (Dairy Does):
Induk Laktasi
Induk kering:
b. Calon induk:
c. Jantan (Dairy Bucks).
d. Anak (Dairy kids)
1. Pendahuluan
Populasi kambing sekitar 13 juta, terdiri dari kambing Kacang dan
kambing perah (Peranakan Etawah).
Kambing lebih menyukai dedaunan yang berasal dari browse/shrubs
(yaitu: bagian dari pepohonan/semak yang dapat dimakan, seperti
daun, batang, dan pucuk/ranting kecil ) dan forbs yaitu hijauan
bukan rumput, yang berasal dari semak/tanaman gulma (weed).
Sehingga, kambing agak berbeda dengan sapi maupun domba mengenai:
keperluan zat makanan, jumlah konsumsi, pola makan/merumput: (60%
daun pepohonan, 10% tanaman pengganggu dan 20-30% rumput),
keperluan air, aktivitas fisik, kualitas susu, komposisi karkas, metabolisme
dan penyakit (parasit).
Konsumsi pakan untuk kambing yang sedang tumbuh dan laktasi, dapat
mencapai 3.5 – 5%BB, sedangkan sapi/domba hanya 2.5 – 3%BB.
Dengan jumlah konsumsi lebih banyak, maka kambing mampu
mengkonsumsi hijauan berkualitas rendah lebih banyak. Selain itu, dengan
sifat/pola makan tersebut, kambing mampu memilih bahan pakan yang
tinggi kualitasnya, sehingga kambing dapat bertahan di padang rumput
yang kualitas rendah. Keperluan zat makanan, berbeda untuk daging, susu
dan bulu (mohair).
Kambing memerlukan pakan tambahan (konsentrat), pada kondisi
tertentu, sama seperti domba), yaitu untuk: flushing, sebelum dan
sesudah melahirkan, laktasi dan ketersediaan pakan pada kondisi
tertentu (kemarau).
Kambing mempunyai beberapa kelebihan, dibanding dengan ternak
ruminansia lainnya, yaitu:
a. Mampu memanfaatkan pakan yang lebih berserat.
b. Dapat hidup dalam kondisi sulit pakan/kualitas pakan yang lebih jelek,
karena kambing mampu memilih bagian tanaman yang mempunyai
nilai nitrisi lebih tinggi.
c. Lebih tahan terhadap rasa pahit, walaupun menolak pakan atau
hijauan yang mengandung tinggi tanin atau alkaloid lainnya.
d. Lebih mampu mencerna karbohidrat parietal, karena mampu mendaur
ulang urea jauh lebih besar.
e. Lebih tahan terhadap periode kekeringan yang panjang, tanpa
mengganggu kegiatan merumput dan produksi susu.
f. Dalam kondisi kekurangan air yang panjang, besarnya kehilangan
bobot badan untuk: Kambing hanya 1.5%/hari, dibandingkan dengan
domba bisa mencapai 6%/hari dan Sapi 8%/hari. Sedangkan onta:
2%/hari.
Produksi utama dari peternakan kambing ialah:daging, susu dan kulit.
2. Cara Pemeliharaan
Pemeliharaan kambing dapat dilakukan di kandang, atau diabur di tanah
atau lahan kosong.
Kalau dikandangkan, sebaiknya kandang disesuaikan dengan tingkah laku
kambing yang memanjat, maka kandang dilengkapi dengan tempat yang
bisa dipakai untuk memanjat, seperti peternak di daerah Cirebon, untuk
kambing perah.
Sedangkan untuk yang diabur, atau dilepas tanah pangonan/lahan kosong,
biasanya untuk kambing kacang.
3. Cara Pemberian Pakan
3.1. Keperluan Zat makanan.
a. Produksi daging
a.1. NRC (1981).
a.2. Kearl (1982).
a.1. NRC (1981)
Menurut NRC (1981), keperluan zat makanan kambing, untuk:
1. Produksi daging:
a. Hidup pokok (termasuk: kondisi pakan tetap, aktivitas
minimal, dan awal kebuntingan).
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 1.3 – 2.8 %BB
TDN
: 67%BK
PK
: 9.3%BK
Ca
: 0.37 - 0.41%BK
P
: 0.26 - 0.29 %BK
Vitamin A : 400 – 2 400 IU
D : 84 – 480 IU
b. Hidup pokok, ditambah aktivitas rendah (termasuk:
pemeliharaan intensif, penggembalaan tropis dan awal
kebuntingan):
Bobot badan : 10 – 100 kg.
KBK
:
1.7 – 3.8%BB
TDN
:
67%BK
PK
:
9.8%BK
Ca
:
0.28 – 0.34%BK
P
:
0.19 – 0.24%BK
Vitamin A : 500 – 3 000IU
D : 108 – 600 IU
c. Hidup pokok, ditambah aktivitas sedang (termasuk: pemeliharaan di
dalam padang rumput kering, agak berbukit dan awal kebuntingan):
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 2.0 – 4.3%BB
TDN
: 67 %BK
PK
: 9.2% BK
Ca
: 0.28 – 0.34%BK
P
: 0.19 – 0.24%BK
Vitamin A : 300 – 3 600 IU
D : 129 – 723 IU
d. Hidup pokok, ditambah aktivitas tinggi (termasuk: padang rumput
alam, pegunungan, dan awal kebuntingan).
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 2.5 – 5.0%BB
TDN
: 66%BK
PK
:
9.2%BK
Ca
: 0.34 – 0.47%BK
P
: 0.24 – 0.33%BK
Vitamin A : 800 – 4 200 IU
D 150 – 843 IU
e. Keperluan Akhir kebuntingan (untuk segala ukuran bobot badan):
TDN
: 68%BK
PK
: 13.8%BK
Ca
:
0.34%BK
P
:
0.24%BK
Vitamin A : 1 100 IU
D : 213 IU
f. Keperluan untuk pertumbuhan (50- 150 g/hari):
(untuk segala ukuran bobot badan):
TDN
: 68 %BK
PK
: 9.3 - 13%BK
Ca
: 0.44 – 0.60%BK
P
: 0.23 – 0.47%BK
Vitamin A : 300 – 800 IU
D : 162 - 213IU
Dari ke 4 keperluan zat makanan tersebut, maka secara umum
dapat disimpulkan bahwa keperluan zat makana kambing adalah:
Bobot badan : 10 – 100 kg
KBK
: 1.3 – 5.0 %BB
TDN
: 66 - 68%BK
PK
: 9.2 - 14%BK
Ca
: 0.28 - 0.47%BK
P
: 0.19 - 0.37 %BK
Vitamin A : 400 – 2 400 IU
D : 84 – 480 IU
d.1.2. Produksi Susu.
Induk yang baik, menghasilkan sekitar 2.5 kg susu/hari, tertinggi 5
kg/hari., dalam waktu 305 hari, dengan kadar lemak 3.8%.
Untuk produksi susu, keperluan zat makan dikelompokkan menjadi:
a. Induk (Dairy Does):
1. Induk Laktasi:
Induk laktasi, memerlukan konsentrat dengan kadar sekitar
14 – 18%BK, dengan TDN: 65 – 70%BK, jika protein
hijauan sekitar 12 – 14%BK
2. Induk kering:
Memerlukan ransum, dengan konsentrat yang mengandung
PK sekitar 12 – 16% BK, TDN 65 – 70%BK (tergantung
kualitas hijauan), sebanyak 0.5 – 1 kg/hari.
dengan tujuan:sampai mencapai puber (siap kawin)
3. Anak (Dairy kids)
Penting mendapat kolostrum, 3 kali sehari, sebanyak 0.75 – 1.0
liter/hari. Setelah pemberian kolostrum, dibiarkan anak menyusu
induknya selama 2 – 3 hari. Setelah anak cukup kuat, dapat
dipisahkan dan diberi susu sapi atau pengganti air susu (melalui
dot/botol atau panci/ember), bersama-sama dengan pemberian
ransum starter.
Pemberian susu melalui botol yang dilengkapi dot, akan lebih alami
dibandingkan ember. Selain itu dapat menghindari masuknya udara
kedalam perut.
Beberapa petunjuk pada pemeliharan anak:
Cuci dan sanitasi alat-alat makan/minum, selesai dipakai.
Siapkan susu (temperatur cukup hangat kuku). Konsumsi susu
sebanyak 1 – 1.5 liter/hari. Selama 3 hari pertama berikan 3 – 4 kali
sehari.
Pertimbangan ekonomis. Jika harga susu kambing lebih mahal, maka
gunakan susu sapi. Ransum starter yang diberikan terdiri dari jagung,
wheat bran/polard, bungkil kelapa.
Beri anak ransum starter (mengandung PK: 16% BK dan
TDN:
80% BK) sesegera mungkin. Pada umur 1 minggu, starter sudah
diberikan, ditambah dengan hijauan berkualitas baik, untuk
perkembangan rumen.
Jaga agar anak tidak kelebihan atau kekurangan pakan.
Penyapihan. Dapat dilakukan pada umur 5 – 6 minggu, atau diundur
paling lambat sekitar 3 - 4 bulan. Gantikan dan tambahkan air
hangatsecara bertahap ke dalam susu, supaya lambung tetap penuh,
untuk perkembangan rumen dan mengurangi stres. Setelah disapi
penuh, beri hijauan semaunya, serta tambahkan ransum grower yang
baik.
b. Calon induk:
Pemberian pakan calon induk agar cukup untuk hidup pokok
dan pertumbuhan, tetapi pemberian jangan terlalu berlebih sehingga
calon induk terlalu gemuk, sehingga sulit bunting atau melahirkan. Pada
umur 4 – 6 bulan, mulai diberi hijauan kualitas baik, konsentrat dan
exercise. Apabila hijauan yang tersedia, kualitasnya rendah, maka dapat
diberi konsentrat dengan PK: 12 – 14%BK, sebanyak 0.5 – 1 kg/hari.
c. Jantan (Dairy Bucks).
Oleh karena jantan lebih besar daripada betina, maka jantan dapat diberi
hijauan lebih banyak (ad libitum), dengan konsentrat (mengandung PK =
14%BK, dengan tambahan mineral suplemen dan garam) sebanyak: 0.5
– 1 kg/hari.
Contoh ransum starter dan grower:
-------------------------------------------------------Bahan
Jumlah (%)
Starter
Grower
-------------------------------------------------------Jagung
27.6
12.9
Gandum
37.9
10.0
B. kedelai
10.0
8.6
Tepung Alfalfa
18.0
10.0
Molases
5.0
5.0
Kulit kapas
51.9
Trace mineral
1.0
1.0
Batu kapur
0.3
0.4
Vit. A, D dan E
0.2
0.2
-------------------------------------------------------Sumber: Ensminger dkk. (1990)
Catatan: Gandum dapat diganti polard/wheat bran.
Tepung alfalfa = tepung legume
Kulit kapas = kulit kopi/coklat.
Kearl (1982).
Keperluan zat makanan kambing, menurut Kearl (1982)
adalah untuk:
1. Hidup pokok, pertumbuhan dan awal kebuntingan
a. Bobot badan : 5 – 15 kg
PBB
: 0.050 – 0.075kg/hari
KBK
: 3.3 – 4.4%BB
TDN
: 72 – 86%BK
PK
: 11 – 14%BK
Ca
: 0.44 – 0.53%BK
P
: 0.34 – 0.43%BK
Vitamin A : 300 – 1 000 IU
D : 50 - 192 IU
b. Bobot badan : 15 - 80 kg
PBB
: 0.075 – 0.3 kg/hari.
KBK
:
2.2 – 3.3%BB
TDN
:
72 – 76%BK
PK
:
11.0 – 11.6%BK
Ca
:
0.37 – 0.44%BK
P
:
0.28 – 0.34%BK
Vitamin A : 1 000 – 3 500 IU
D : 192 – 738 IU
2. Delapan minggu, akhir kebuntingan atau 8 minggu akhir laktasi.
PBB
: 0.100 – 0.120 kg/hari.
Bobot badan :
20
70 kg
---------------------------------------------KBK
:
3.6
2.6.%BB
TDN
:
67
48 %BK
PK
:
10.3
7.3%BK
Ca
:
0.23 – 0.35%BK
P
:
0.16 – 0.24%BK
Vitamin A : 1 800 – 2 900 IU
D : 192 – 738 IU
3. Sepuluh Minggu Awal laktasi.
Bobot badan : 20 - 70 kg
PBB
: – 0.020 kg/hari.
KBK
:
4.3 – 5.6%BB
TDN
:
68 – 78%BK
PK
:
10.6 – 12.8%BK
Ca
:
0.32 – 0.42%BK
P
:
0.19 – 0.29%BK
Vitamin A : 4 500 – 5 600 IU
D : 738 – 1 129 IU
Kebutuhan Pakan untuk Ternak Ruminansia -1)
Oleh : K. Budi Satoto -2)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Pendahuluan
B. Kebutuhan Pakan untuk Sapi
Pedaging/Kerbau
C. Kebutuhan Pakan untuk Domba
D. Kebutuhan Pakan untuk
Kambing
A. Pendahuluan
Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia, sehingga dasar keberhasil
utama dari usaha ternak ruminansia adalah pemanfaatan sebanyak mungkin
hijauan (80 -100%), yang terdiri dari rumput lapangan, rumput budidaya,
pastora, leguminasa dan hijauan hasil ikutan/limbah pertanian.
Ternak ruminansia, dapat merubah hijauan tersebut (baik dengan maupun
tanpa pakan tambahan lainnya), menjadi produk yang mempunyai nilai gizi
tinggi dan sangat disukai oleh manusia, seperti susu, dan daging.
Pemberian pakan merupakan salah satu komponen biaya terbesar di dalam
proses produksi ternak ruminansia., sehingga cara pemberian pakan harus
diperhitungkan dengan baik, agar dapat memenuhi kebutuhan untuk menjamin
produktivitas ternak dan secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------1). Makalah disampaikan dalam “Pembekalan Bagi Pegawai P>T Asahi Mas
Chemical”, tentang Budi Daya Ternak Ruminansia, yang dilaksanakan pada tanggal
21 - 22 Januari 2009, di Departeman Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, IPB.
2). Staf pengajar Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia Pedaging dan Kerja, Laboratorium
Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Bagian Ilmu Nutrisi dan Teknologi Terapan,
Departeman Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.
B. Kebutuhan Pakan
Sapi Pedaging/Kerbau
Usaha/program produksi sapi pedaging dan kerbau, ialah:
1.1. Program Produksi Anak (Cow-Calf)
1.2. Program Pembesaran (Stocker)
1.3. Program Penggemukan (Finishing)
1.4. Program Pemulihan Kondisi (Conditioning)
1.5. Program Penggemukan Khusus (Finish Khusus)
Cara pemberian pakan pada masing-masing program berbeda, karena
masing-masing program mempunyai tujuan dan target produksi yang
berbeda.
1.1. Program Produksi Anak.
Ialah program untuk menghasilkan anak (pedet) lepas sapih (umur
2 – 8 bulan), yang mempunyai kwalitas baik (bobot sapih cukup berat,
sehat dan mempunyai konformasi tubuh sapi pedaging/kerbau yang
baik).
Program produksi anak, merupakan program dasar sapi pedaging,
karena tanpa program ini, tidak akan ada program lain di dalam
industri sapi pedaging dan kerbau, (program pembesaran dan
penggemukan)
Agar usaha produksi anak berhasil, maka diharapkan:
1. Biaya pemeliharan, terutama biaya pemberian pakan harus
efisien (sesuai dengan tujuan dan target produksi setiap
kelompok ternak), dan murah (gunakan sebanyak mungkin
hijauan). Pemberian makanan tambahan/konsentrat hanya
diberikan pada kelompok tertentu (pertumbuhan dan laktasi),
atau pada kondisi sulit hijauan/kwalitas hijauan rendah (pada
musim kemarau).
2. Induk mempunyai reproduksi/fertilitas yang tinggi, sehingga
dapat melahirkan anak setiap tahun.
3. Kwalitas anak lepas sapih yang dihasilkan adalah baik (sehat,
dengan ketahanan tubuh yang baik, bobot sapih yang berat,
sesuai dengan standard bobot bangsanya, serta konformasi
tubuh sesuai dengan sapi/kerbau pedaging.
4. Mampu memproduksi pupuk organik yang baik.
5. Mempunyai produksi induk afkir yang kurus tapi sehat, yang
siap dijual (untuk digemukkan).
Untuk memudahkan cara pemeliharan dan pemberian pakan, maka
pada program produksi anak, ternak yang dipelihara dikelompoknya
menjadi 3 kelompok ialah :
1. Kelompok Betina
2. Kelompok Anak
3. Kelompok Jantan
1. Kelompok Betina
Kelompok betina terndiri dari :
a. Dara calon induk
b. Dara bunting tua
c. Betina dewasa, kering, bunting tua
d. Dara, menyusui, produksi susu sedang (4.5 kg/hari)
e. Betina dewasa, menyusui, dengan produksi susu sedang (4.5
kg/hari)
f. Betina dewasa, menyusui, dengan produksi susu tinggi (9
kg/hari).
a. Dara calon induk.
a.1. Pemilihan calon induk
Dara calon induk, dapat berasal dari:
Peternakannya sendiri (dari program produksi anak)
Untuk calon induk dari peternakan sendiri:
1). Dipilih pedet lepas sapih yang mempunyai bobot sapih berat.
Bobot sapih yang berat, menunjukkan calon induk tersebut
mempunyai potensi untuk tumbuh cepat.
Induknya mempunyai produksi susu yang cukup untuk menunjang
pertumbuhan yang cepat, serta mempunyai sifat keibuan/pengasuh
anak yang baik.
2). Sehat (tidak pernah sakit).
3). Mempunyai konformasi tubuh yang baik.
Membeli calon induk dari peternakan lain.
Calon induk yang dibeli dari luar, sebaiknya:
1). Calon induk yang sudah siap kawin (bobot sekitar 270 – 300 kg)
2). Umur sekitar 1.5 - 2 th.
3). Sehat, bebas penyakit menular
a.2. Tujuan pemberian pakan
Tujuan pemberian pakan ialah: pertumbuhan yang cepat, agar dapat
dikawinkan pertama kali pada umur 12 – 15 bulan, atau melahirkan
pertama pada umur 20 – 24 bulan.
a.3. Target produksi
Target produksinya, ialah PBB sekitar 0.75 kg/hari
a.4. Kebutuhan zat makanannya, tercantum pada Tabel Lampiran 1.
a.5. Kandungan Zat Makanan Ransum adalah sbb:
a.6. Ransum
Dari kandungan zat makanan ransum, nampak bahwa
2.
Kelompok Anak
a. Anak menyusui induk
b. Anak kehilangan induk
3.
Kelompok Jantan
a. Calon pejantan
b. Pejantan muda
c. Pejantan dewasa
1.2. Program Pembersaran
1.3. Program Penggemukan
1.4. Program Pemulihan Kondisi
1.5. Program Penggemukan Khusus
Demikian juga untuk penggemukan, pakan merupakan biaya yang mahal
yaitu sekitar 70 -80% dari biaya operasional penggemukan, (di luar harga
pembelian bakalan), sehingga kalau terjadi penaikan bobot badan yang
rendah, maka usaha penggemukan akan rugi.
2. Kebutuhan Zat Makanan
Produksi ternak akan tinggi, jika pemberian pakan dapat memenuhi
kebutuhan zat makanan ternak yang dipelihara, tidak dapat ditingkatkan,
kalau pemberian pakan atau zat makanan yang diberikan tidak dapat
mencukupi kebutuhan ternak.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangankan dalam memenuhi kebutuhan
pakan/zat makanan ialah: bobot badan, produksi yang diinginkan
(penaikan bobot badan dan produksi susu) dan reproduksi.
Sehingga, kebutuhan zat makanan sapi pedaging/kerbau berbeda-beda pada
setiap kelompok ternak, tergantung dari tujuan dan target produksi yang
diinginkan pada masing-masing kelompok ternak yang dipelihara.
Bakalan dapat dipelihara dengan pakan hijauan yang lebih banyak, dengan
pertumbuhan normal, dan tidak didorong untuk pertumbuhan yang cepat
sampai umur 1-3 tahun, selanjutnya di masukkan ke dalam program
penggemukan, untuk mendapatkan sapi siap potong, dengan derajat
perlemakan dan kwalitas tertentu, sesuai dengan selera konsumen. Dengan
demikian, kebutuhan pakan pada periode pertumbuhan dan penggemukan
adalah sangat berbeda dan merupakan dua periode yang sangat berbeda
dalam kehidupan ternak ruminansia.
3. Bahan Pakan
4. Formulasi Pakan
5. Cara Pemberian Pakan
Usulan Penelitian
Penelitian Strategis Aplikatif
Peningkatan Produktivitas Ternak Domba Priangan (Tingkat
Kelahiran Induk dan Kwalitas Anak Lepas Sapih), Melalui
Perbaikan Status Nutrisi dengan Program Flushing pada Induk dan
Creep Feeding pada Anak, yang diberi Ransum berbahan Dasar
Rumput Pastora (Brachiaria humidicola), UP3J, Jonggol, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Oleh
Kukuh Budi Satoto
Lilis Khotijah
Direktorat Jnederal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Februari, 2009.
Judul Penelitian
:Peningkatan Produktivitas Ternak Domba Ekor
Tipis (Tingkat Kelahiran Induk dan Kwalitas
Anak Lepas Sapih), Melalui Perbaikan Status
Nutrisi Melalui Program Fushing pada Induk
dan Creep Feeding pada Anak di Pastora Lahan
Kering, UP3J, Jonggol, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Kategori Penelitian
: Penelitian Strategis Aplikatif
Nama Ketua Peneliti
: Kukuh Budi Satoto
Tempat/Tanggal Lahir
: Jember, 18 Januari, 1949
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pangkat danGolongan
: Pangkat: Lektor , Golongan: IVB
Alamat Rumah
: Jl. Kota Baru No: 20A, RT 03/RW III, Kedung
Halang, Bogor Utara, Kota Bogor.
Tel. (0251) 865 95 87.
HP: 0813
Bagian
: Ilmu Nutrisi dan Teknologi Terapan
Departemen/Fakultas
: Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, IPB
Lama dan Waktu Penelitian : 8 bulan (23 Maret – 28 Nopember 2009)
Besaran Dana yang Disusulkan: Rp 100 000 000,00
Besaran Dana yang Disetujui :
Bogor, 19 Februari 2009
Menyetujui:
Fakultas
Peternakan, IPB
Dekan
Peneliti
(...................................................)
NIP: ...........................................
(Kukuh Budi Satoto)
NIP : ......................................
Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat
Kepala,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng.
NIP: 130541469
1. Ringkasan
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Menurut Statistik Peternakan (2005), rata-rata populasi
domba di Indonesia selama 5 tahun (2001 s/d 2005),
sekitar 7 840 000 ekor, (terdiri dari domba
Priangan/Garut, Ekor Tipis dan Ekor Gemuk), dengan
peningkat populasi rata-rata 180 000 ekor/tahun
(2.3%),
Dengan populasi tersebut, mampu menyediakan daging
sekitar 65 300 ton/tahun (atau sekitar 5.15% dari
produksi daging nasional, yang sekitar 1 267 080
ton/tahun), dengan tingkat pemotongan sekitar 2 000 000
ekor/tahun, (25% dari populasi).
Hampir sebagian besar, usaha ternak domba
(pembibitan pembesaran dan penggemukan),
merupakan peternakan rakyat, dan hanya sebagian
kecil saja yang dilakukan secara komersial oleh
pengusaha, yaitu usaha penggemukan. Hal ini
disebabkan oleh anggapan, bahwa usaha pembibitan
kurang menguntungkan, jika dilakukan secara
komersial.
Sebaliknya, dengan cara pemeliharan yang sederhana,
dengan biaya yang rendah (tradisional dan ekstensif),
peternak rakyat masih mampu memproduksi sekitar 2
000 000 ekor/tahun (25% dari Populasi), walaupun
tingkat kematian anak masih sangat tinggi (10 – 70%).
Dengan tingkat produktivitas yang rendah, terutama
angka kematian anak yang tinggi, maka dengan
pemeliharan yang baik, terutama cara pemberian
pakan, dengan biaya yang murah, masih dapat
ditingkat, karena pada dasarnya, domba kita,
mempunyai sifat prolifik yang baik.
Rendahnya produktivitas serta kwalitas yang beragam,
(tanpa ada standar kwalitas yang jelas), disebabkan oleh
beberapa kedaan antara lain: skala usaha kecil, program
perkawinan yang tidak jelas, angka kelahiran yang
rendah (120 – 140%), dengan tingkat kematian anak
dari lahir sampai sapih yang cukup tinggi (20 -70%),
akibat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang
digunakan dalam pemeliharaan masih sangat terbatas,
(terutama cara pemberian pakan yang baik), dan masih
merupakan usaha sambilan, belum merupakan usaha
pokok (sebagai taabungan/penghasilan tambahan).
Domba yang kita miliki (domba Garut, ekor Tipis dan
ekor Gemuk), termasuk domba yang prolifik, yaitu
domba yang mempunyai kemampuan beranak banyak
atau kembar.
Walaupun domba Lokal, mempunyai potensi genetik
yang cukup baik, tetapi karena manegemen
pemeliharaan yang kurang baik, terutama dalam cara
pemberian pakan, maka sifat prolifik tersebut tidak
muncul, walaupun domba lokal masih mampu
menyumbangkan produksi sekitar 3.15% dari total
produksi daging dalam negeri, (atau jumlah yang dapat
dipotong sekitar 1.5 juta ekor/tahun atau setara daging
sekitar 66 500 ton.
UP3J, merupakan salah satu unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan, yang terletak di Desa Singasari,
kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, memiliki domba
lokal ekor tipis, hasil persilangan dengan domba Garut,
sejah tahun 1980, dan telah beradaptasi dengan baik di
pastora Brachiaria humidicola, Jonggol yang panas dan
kering.
Walaupun telah beradaptasi dengan baik, dengan
lingkungan Jonggol (yang mempunyai temperatur 20 –
32 derajat C, kelembaban 65 – 91%, serta curah hujan 8
– 159 mm), tetapi menurut Harahap (2008), lambing
rate relatif masih rendah, yaitu sekitar 115, 125, 139 dan
140%. Lambing rate meningkat dengan makin
bertambahnya umur induk domba. Ini menunjukkan
bahwa induk yang lebih tua, mempunyai adaptasi yang
baik terhadap kwalitas pastora yang ada di Jonggol,
tetapi tidak untuk induk muda.
Selain lambing ratenya rendah, angka kelahiran tunggal
jauh lebih tinggi di bandingkan dengan kelahiran
kembar (70% vs. 30%). Hal ini agak berbeda dengan
domba Garut tipe daging, yang diamati oleh Erminawati
(2003), yaitu mempunyai kelahiran tunggal sekitar 44%
dan kelahiran kembar (dua sampai empat), 56%.
Untuk induk umur setahun, dua tahun, tiga tahun dan
empat tahun, dengan 70% kelahiran tunggal, 27%
kelahiran kembar dua, dan 3% kelahiran kembar tiga.
Makin bertambahnya umur, lambing rate meningkat
(Harahap, 2008), ini menunjukkan bahwa umur lebih
tua, mampu beradaptasi dengan pastora
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini ialah:
Meningkatkan ovulasi, dengan melakukan program
flushing, yaitu memberikan makanan tambahan pada
induk, 20 hari menjelang dan 15 hari selama musim
kawin, agar terjadi peningkatan jumlah ovulasi,
Peningkatan ovulasi dharapkan dapat meningkatkan
lambing rate.
Memberikan makanan tambahan pada anak yang baru
lahir, dengan pemberian creep feeding, yang bertujuan
untuk mengurangi angka kematian anak dari lahir
sampai sapih, meningkatkan dan menyeragamkan
bobot sapih, sehingga dapat menyediakan anak jantan
sapihan siap potong (untuk lamb chope), serta
menyediakan calon induk (anak betina), yang dapat
dikawinkan pada umur yang relatif muda (acelerated
lambing), yaitu kawin pertama pada umur 8 – 12 bulan.
Dengan meningkatkan produktivitas induk, (angka
kelahiran dan menurunkan angka kematian anak, serta
meningkatkan kwalitas anak sapihan), diharapkan
dapat memberikan keuntungan dalam usaha
pembibitan ternak domba.
2. Tinjauan Pustaka
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lingkup dan Rencana Kegiatan
Metode Penelitian
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Personalia Penelitian
Biaya dan Rincian
Daftar Pustaka
Lampiran