UJI WAKTU DAN KONSENTRASI BIOPESTISIDA BIJI BENGKOANG TERHADAP PENGGEREK POLONG DAN HASIL TANAMAN BUNCIS TEGAK Tyas Soemarah SKD

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

UJI WAKTU DAN KONSENTRASI BIOPESTISIDA BIJI BENGKOANG
TERHADAP PENGGEREK POLONG DAN HASIL TANAMAN
BUNCIS TEGAK
Tyas Soemarah SKD 1)

Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
tskdmp@gmail.com

Abstract
This study aimed to determine the effect of spraying time, the influence of
concentration, and the interaction of time and concentration of yam biopesticide
bean pod borer and bean crops upright . The experiment was conducted from
September to Novembe r 2012, research was conducted in Cepogo, Boyolali ,
Central Java. Production area at an altitude of 750 m above sea level, with an
average rainfall of 16 mm / day.
The method used was Randomized Complete (RAKL) 2x3 factorial, with 3
replications. Factor I: When spraying pod borer (W) consists of three levels, namely,

W1: morning (06.00), W2: during the day (at 11.00), W3: afternoon (at 16.00).
Factor II: Concentration of the filtrate seeds yam (K) consists of three levels,
namely, K0: 0/liter (control), K1: 2.5 cc / liter of water, K2: 5cc/liter water, K3: 7.5
cc / liter of water.
It can be concluded that the concentration of filtrate seed yam real effect on
the plant height, stover wet weight, and number of pods infested by pests. Effect of
time of spraying had no effect on all the parameters, while the interaction between
concentration and time of spraying very significant effect on stover wet and dry
stover.
Key words : yam biopesticide, time, concentration, pod borer.

PENDAHULUAN

yang lebih besar. Penyebarluasan

A.

tanaman buncis dari Amerika ke

Latar Belakang

Buncis

berasal

dari

Tengah

atau

Perancis

(Tegak)

daerah

Amerika

Amerika


Latin.

Bentuk buncis perancis berbeda
dengan buncis lokal. Bentuk buncis
perancis lebih bulat dan ukurannya
lebih kecil, sedangkan buncis lokal
lebih pipih dengan ukuran diameter

Eropa dilakukan sejak abad 16.
Daerah pusat penyebaran dimulai
di Inggris (1594), menyebar ke
negara-negara
sampai

ke

Eropa,

Afrika,


Indonesia.

(Tony

Luqman Lutony. 1991).
Peluang

agribisnis

buncis

perancis ini lebih menjanjikan pada
128

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

pasar ekspor baik dalam bentuk


hama penggerek polong yang sering

buncis segar maupun produk olahan.

menyerang tanaman ketika tanaman

Negara-negara tujuan ekspor buncis

berumur 30 HST atau saat tanaman

olahan

mulai

antara

Hongkong,
Perancis

lain


Singapura,

Malaysia,
dan

Singapura

Australia.

dalam

Inggris,
Untuk

satu

hari

berbunga.


mengantisipasi
penggerek
merusak

Untuk

serangan

polong
polong

hama

yang

dapat

buah,


maka

membutuhkan minimal 5 ton buncis

dilakukan penyemprotan insektisida

perancis, dengan harga perkilogram

secara rutin, apabila tidak dilakukan

mulai dari Rp. 8.000 sampai dengan

penyemprotan

Rp.

peluang

dikwatirkan tanaman akan terserang


agribisnis buncis perancis di pasar

hama penggerek polong yang dapat

lokal (domestik) belum begitu besar.

merusak polong, sehingga petani

Hal ini kemungkinan masyarakat

dirugikan baik dari segi kualitas

belum

maupun kuantitas. Banyaknya hama

40.000.

banyak


Namun

mengenal

buncis

insektisida

perancis

penggerek polong sering menjadi

ini.(www.suaramedia.com.2010 )

kendala

Selain

dalam


mengatasinya

sebagai

khususnya petani organik yang tidak

tanaman komoditas ekspor, buncis

memilih bahan kimia sebagai acuan

perancis juga punya kelebihan lain

pada

dibandingkan buncis lokal yaitu dari

permintaan pasar yang lebih memilih

sisi budidayanya. Budidaya buncis

sayur

perancis tidak sulit. Selain itu masa

mengunakan bahan-bahan organik

panennya pun lebih cepat ketimbang

untuk perawatanya. Buncis perancis

buncis

atau yang juga sering disebut french

lokal.

unggul

di

Kelebihan

lainnya

pengendaliannya.
organik

Karena

sehingga

petani

ialah, rasanya lebih manis ketika

bean

disantap. Sehingga permintaan pasar

kacang-kacangan yang mengandung

luar negeri akan buncis perancis ini

protein tinggi. Buncis (Phaseolus

sedemikian besar. Selain mempunyai

vulgaris

keunggulan buncis perancis juga

esculentus salis B) adalah sayur yang

memiliki kelemahan yaitu didalam

kaya dengan protein dan vitamin ini

perawatanya, khususnya penanganan

membantu

129

merupakan

L)

sayuran

atau

jenis

(Phaseolus

menurunkan

tekanan

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

darah serta mengawal metabolisme
gula dalam darah dan penderita
penyakit diabetes atau hipertensi.
Kandungan serat dan enzim yang
tinggi dapat membantu penurunan
berat badan. ( Asep Japoni. 2011).
Buncis

merupakan

sumber

protein nabati yang sangat penting dan
banyak

mengandung

vitamin

vitamin

B,

Peningkatan

produksi

dan

buncis

C.

mempunyai

A,
arti

penting dalam menunjang peningkatan
gizi masyarakat, sekaligus berdaya
guna bagi usaha mempertahankan
kesuburan dan produktivitas tanah.

Sumber :
1. Food and Nutrition Research
Center ( 1994 ) Handbook No
1. Manila.
2. Direktorat Gizi Depkkes R.I (
1981 ). ( Rahmat Rukmana,
1994).
Sedangkan

Kacang buncis merupakan salah satu

bagi

lingkungan

sumber protein nabati yang murah dan

tanaman buncis dapat menyuburkan

mudah dikembangkan. ( Asep Japoni.

tanah,

2011).

bersimbiosis

Tabel 1.Kandungan dan Komposisi
Gizi Polong dalam setiap 100
gram Bahan :
(Table 1. Contents Composition and
Nutrition pods in every 100
grams Ingredients)

Rhizobium

karena

akar-akarnya

dapat

dengan

bakteri

sp untuk mengikat

nitrogen

bebas

sehingga

unsur

(N2)

dari

nitrogen

udara,
tersedia

dalam tanah. .( Rahmat Rukmana,
1994).
B.

Tujuan Penelitian

Mengetahui waktu penyemprotan dan
konsentrasi
bengkoang

biopestisida
terbaik

biji

pengaruhnya

terhadap hama penggerek polong dan
hasil tanaman buncis.

130

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

METODE PENELITIAN
A.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah

metode faktorial, dengan pola dasar
rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL), yang terdiri dari 2 faktor
perlakuan dengan 3 kali ulangan.
Adapun faktor perlakuan terdiri dari:
1. Faktor I

: Waktu penyemprotan

hama penggerek polong(W) terdiri
dari :
W1

: pagi hari ( pukul 06.00 )

W2

: siang hari ( pukul 11.00)

W3

: sore hari ( pukul 16.00)

2. Factor II

:

biopestisida

B. Pelaksanan
Penelitian

1. Tempat

Konsentrasi
biji

Waktu

Pelaksanaan

bengkoang(K)

terdiri dari :

dan

Penelitian

dilaksanakan

di

Cepogo, Boyolali, pada ketinggian

K0

: 0/l

750 m dari permukaan laut (dpl),

K1

: 2,5cc/l air

dengan rata-rata curah hujan

K2

: 5cc/l air

mm/hari. Penelitian dilakukan pada

K3

: 7,5cc/l air

tanggal

Berdasarkan

kedua

faktor

diatas akan dihasilkan 12 kombinasi
perlakuan
dilakukan
sebagimana

yang

setiap

pengulangan
disajikan

November

2012.
2. Alat dan Bahan

kombinasi

Cangkul,

meteran/penggaris,

3

kali

tugal, hand sprayer, gembor, alat tulis,

pada

tabel

ember, timbangan dan jam, benih

berikut :
Tabel 2.Kombinasi Perlakuan pada
Penelitian :
(Table 2.Combination Treatment on
Research)

131

September –

16

buncis, pupuk kandang, jerami padi,
estrak

biji

organik cair.

bengkong

dan

pupuk

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

3. Persiapan Lahan
Penggemburan

dilakukan 2 minggu setelah tanam
dan

yaitu pada umur 14 HST,21 HST,28

dengan

HST,35 HST,42 HST, dan 49 HST,

ukuran panjang 150 cm dan lebar 150

dilakukan dengan cara dicabut dan

cm dan lebar antar petak/bedengan 50

dicangkul dengan hati-hati agar tidak

cm dan tinggi bedengan 15 cm dengan

merusak

12 kombinasi perlakuan dan 3 kali

dilakukan di sekitar tanaman dengan

ulangan.

cara menumpukan tanah di sekitar

membuat

tanah

petakan-petakan

Jumlah

bedengan/petak

adalah 36, setiap petak terdapat 25
tanaman dan diambil 5 tanaman

tanaman.

Pembubunan

tanaman.
7. Pemupukan

sample. Dan setiap petak/bedengan

Pupuk susulan mengunakan

diberi pupuk dasar yaitu berupa pupuk

pupuk organik cair yang diberikan

kandang 12,5 kg/bedengan.

secara

4. Persiapan Bibit / Benih

dan

semprot.

Sebagaimana disajikan pada tabel di

Benih yang digunakan adalah
benih buncis perancis (tegak),

kocor

dari

petani dan sudah diseleksi.

bawah ini :
Tabel 3.Pemupukan Susulan
(Table 3.Supplementary Fertilization)

5. Penanaman
Penanaman dilakukan

pada

pagi hari dengan cara ditugal dengan
kedalaman 5 cm, dengan jarak tanam
30 cm x 30 cm, tiap lubang tanam
diberi 3 butir benih dan ditutup dengan
tanah. Kemudian pemberian jerami di
atas bedengan hal ini dimaksudkan

8. Pengairan

agar menghindari tumbuhnya gulma

Penyiraman dilakukan dua kali

yang dapat menganggu tanaman, dan

sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari.

menghindari lalat bibit.

Dan penelitian ini dilakukan pada

6. Pengendalian

Gulma

dan

musim

awal

penghujan,

sehingga

Pembumbunan

dilakukan pembuatan parit-parit yang

Pengendalian gulma dilakukan

dibuat diantara bedengan.

bersamaan

pembumbunan

dan
132

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

9. Pengendalian

Hama

dan

1. Pertumbuhan Tanaman

penyakit

a. Tinggi tanaman ( cm )

Pengendalian

hama

yang

Mengukur tinggi tanaman dari

sering menyerang tanaman buncis

pangkal batang sampai titik tumbuh.

adalah

Pengamatan

penggerek

Pengendalian

polong,

dilakukan

1

minggu

menggunakan

sekali mulai umur tanaman 1 MST

biopestisida biji bengkoang dengan

(minggu setelah tanam) dan setelah

konsentrasi sesuai dengan perlakuan.

minggu keempat pengamatan tidak

Pada pagi, siang dan sore hari, dengan

dilakukan lagi.

cara

disemprotkan

kesemua

b. Berat brangkasan segar (g)

permukaan tanaman mengunakan hand
sprayer.

Penyemprotan

Penimbangan brangkasan segar

dilakukan

dilakukan setelah panen yaitu batang,

setiap 5 hari sekali dengan dosis 1 liter

daun dan akar dalam kondisi segar

/ petak dan dilakukan setelah tanaman

yang sudah dibersihkan dari tanah.

mulai berbunga.

c. Berat brangkasan kering (g)

10. Panen
Pemanenan

Akar, batang dan daun dijemur
dilakukan

saat

selama 4 hari dibawah sinar matahari.

tanaman berumur 45 hari. Pelaksanaan

Dan

panennya dilakukan secara bertahap,

kemudian brangkasan ditimbang.

yaitu setiap 3 hari sekali. Hal ini

2. Hasil Tanaman

dimaksudkan agar diperoleh polong
yang

seragam

dalam

setelah

benar-benar

kering

a. Berat polong per tanaman (g)

tingkat

Menimbang berat buah per

kemasakanya. Pemetikan dihentikan

tanaman dan dilakukan setiap kali

pada saat tanaman berumur 63 HST

panen.

atau 7 kali panen.

b. Berat polong per petak (g)
Menimbang berat buah per

B. Parameter Pengamatan

petak dan dilakukan setiap kali panen.
c. Jumlah polong per tanaman (

Pengamatan dilakukan pada
tanaman sample pada setiap blok.

buah )

Adapun pengamatan yang dilakukan

Seluruh buah yang ada pada

ialah :

133

tiap

tanaman

dihitung

sebelum

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

dilakukan pengepakkan dan dilakukan
setiap kali panen.
d. Jumlah

polong

per

petak

Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan
5% Pengaruh Waktu, Konsentrasi dan
Interaksi Kedua Perlakuan Terhadap
Hama Penggerek Polong.

(buah)
Seluruh buah yang ada pada
tiap petak dihitung sebelum dilakukan
pengepakan dan dilakukan setiap kali
panen.
e. Jumlah polong yang terserang
hama ( buah )
Menghitung
yang

terserang

jumlah
hama

polong

penggerek

polong pada tanaman sample dan
dihitung setiap kali panen.
f. Persentase serangan hama
Mengehitung

presentase

serangan hama dengan cara jumlah
buah terserang dibagi jumlah buah

Ket : Dalam satu kolom pada tiap
perlakuan, angka yang diikuti
dengan huruf yang sama,tidak
menunjukan perbedaan yang nyata
pada taraf 5% uji jarak berganda
Duncan.

Waktu pemberian filtrat biji

keseluruhan dikali 100%.

bengkoang W1 ( pagi hari :pukul
HASIL DAN PEMBAHASAN

06.00), W2 ( Siang hari :pukul 11.00 ),

A. Parameter

W3 ( sore hari :pukul 16.00 ), tidak

Hama

Penggerek

Polong
Untuk mengetahui pengaruh
waktu

(W)

dan

konsentrsi

(K)

biopestisida biji bengkoang interaksi
kedua perlakuan (W x K) terhadap
parameter hama penggerek polong,
dengan uji jarak berganda Duncan
yang hasilnya disajikan pada tabel di
bawah ini.

memberikan pengaruh nyata pada
pengamatan
penggerek

parameter
polong

yang

hama
meliputi

jumlah polong terserang hama, dan
persentase polong terserang hama. Hal
ini disebabkan iklim yaitu curah hujan
yang

tinggi

sehingga

waktu

penyemprotan filtrat kurang efektif.
Pemberian

konsentrasi

biopestisida biji bengkoang K0 ( tanpa
134

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

filtrat ), K1 ( 2,5 cc/liter air ), K2 ( 5

menujukan bahwa dengan konsentrasi

cc/liter air ) dan K3 ( 7,5 cc/liter air )

2,5

memberikan pengaruh nyata pada

penyemprotan pada

sore hari ( W3

pengamatan parameter jumlah polong

:pukul 16.00

sudah

terserang hama dan persentase polong

mengendalikan

terserang

polong.

hama.

Untuk

melihat

efektifitas dari waktu penyemprotan
dan konsentrasi filtrat biji bengkoang

cc/liter

air

(K1)

)

hama

dengan
dapat
penggerek

Tabel 6. Persentase polong terserang
hama dan hasil uji analisis
statistik DMRT 5%.

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Jumlah polong terserang
hama dan hasil uji analisis
statistik DMRT 5%
Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Dari tabel 6 di atas diketahui
Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Melihat dari tabel di atas

nilai

diketahui jumlah polong terserang

cc/liter

tertinggi ialah konsentrasi 2,5 cc/liter

penyemprotan pada siang hari ( W2

air ( K1 ) dengan waktu penyemprotan

:pukul 11.00 ) dan persentase serangan

pada siang hari ( W2 : pukul 11.00 )

hama

dan jumlah polong terserang hama

konsentrasi 2,5 cc/liter air ( K1 )

terendah ialah konsentrasi 2,5 cc/liter

dengan waktu

air ( K1 ) dengan waktu penyemprotan

sore hari ( W3 :pukul 16.00 ).

tertinggi

pada

pengamatan

persentase polong terserang hama
terliahat bahwa
air

konsentrasi 2,5

(K1),

polong

dengan

terrendah

waktu

ialah

penyemprotan pada

pada sore hari ( W3 :pukul 16.00 ).
Berdasarkan
mengetahui

penelitian

yaitu

waktu dan konsentrasi

biopestisida biji bengkoang dalam
mengendalikan

hama

penggerek

A.

Pertumbuhan

dan

Hasil

Tanaman
Untuk
penyemprotan

mengetahui
(W),

waktu

konsentrasi

polong pada tanaman buncis tegak

biopestisida biji bengkoang (K) dan

(perancis),

interaksi kedua perlakuan (W x K)

135

maka

penelitian

ini

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

hasil

Pemberian dengan konsentrasi

tanaman buncis perancis, dilakukan

K0 (tanpa biopestisida) K1 (2,5cc/liter

dengan uji jarak berganda Duncan 5%.

air) K2 (5 cc/liter air) K3 (7,5 cc/liter

terhadap

pertumbuhan

dan

air) memberikan pengaruh nyata pada
Tabel 7. Uji Jarak Berganda Duncan
5%
Pengaruh
Waktu,
Konsentrasi dan Interaksi
Kedua Perlakuan Terhadap
Hasil
Tanaman
Buncis
Tegak.

semua

parameter

pertumbuhan

tanaman.
Perlakuan

antar

konsentrasi

ekstak biji bengkoang dan waktu
penyemprotan

biopestisida

biji

bengkoang menunjukan interaksi tidak
nyata

pada

pertumbuhan
tidak

ada

semua

parameter

tanaman.

Walaupun

interaksi

tetapi

setiap

kombinasi perlakuan antara waktu
penyemprotan

dan

biopestisida

konsentrasi

biji

bengkoang

menujukan adanya perbedaan seperti
berat brangkasan basah dan berat
brangksan kering.
Tabel 8. Tinggi tanaman dan hasil uji
analisis statistik DMRT 5%
Ket : Dalam satu kolom pada tiap
perlakuan, angka yang diikuti
dengan huruf yang sama, tidak
menunjukan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% uji jarak
berganda Duncan.

dengan waktu W1(pagi hari pukul

Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Tabel 8 menunjukkan bahwa

:06.00) W2(siang hari pukul :11.00)

tinggi tanaman dengan kombinasi

W3(sore

perlakuan

Pemberian filtrat biji benkoang

hari

pukul

:16.00)

konsentarsi

dan

waktu

memberikan pengaruh nyata pada

biopestisida biji bengkoang ternyata

tinggi tanaman, sedangkan berat pada

yang

basah

perlakuan

brangkasan

dan

kering

brangkasan tidak berpengaruh nyata.

cc/liter

terbaik

adalah

dengan

air

(K1)

kombinasi

konsentarsi
dengan

2,5

waktu
136

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

penyemprotan pada pagi hari (W1 :
pukul 06.00 ), dan yang terendah
adalah kombinasi perlakuan dengan
konsentarsi

2,5

cc/liter

air

(K1)

dengan waktu penyemprotan pada
pagi hari (W2 :pukul 11.00 ).
Tabel 9. Berat brangkasan basah dan
hasil uji analisis statistik
DMRT 5%

Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Dilihat pada tabel di atas
adanya interaksi yang nyata antara
perlakuan

kosentarsi

penyemprotan

dan

biopestisida

waktu
biji

bengkoang. Dan terlihat bahwa hasil
Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
Hasil penelitain ini menujukan
adanya interaksi yang nyata antara
perlakuan

kosentarsi

penyemprotan

dan

biopestisida

waktu
biji

bengkoang dan terlihat bahwa hasil
tertinggi

ialah

pada

kombinasi

perlakuan konsentarsi 5 cc/liter air (
K2 ) dan waktu penyemprotan pada
siang hari ( W2 : pukul 11.00 ).
Tanaman membutukan unsur hara
yang cukup bagi pertumbuhannya
yang dapat diperoleh dari penyerapan
didalam tanah, selanjutnya unsur hara
tersebut

dipergunakan

pertumbuhan
Kurang

dan

tersedianya

untuk

perkembangan.
unsur

hara

berakibat terganggunya pertumbuhan
tanaman (Henry K. Indranada 1986 ).
Tabel 10. Berat brngkasan kering dan
hasil uji analisis statistik DMRT 5%
137

tertinggi dari berat kering brangkasan
adalah kosentrasi 5 cc/liter air ( K2)
dan waktu penyemprotan pada siang
hari ( W2 :Pukul 11.00 ). Adanya
pemberian

pupuk

memberikan

dasar

kompos

dengan

dan

pupuk

susulan berupa organik cair sehingga
dapat memenuhi kebutuhan tanaman
yang diserap melalui akar dalam tanah
dan dapat memperbaiki struktur tanah
serta dapat meningkatkan kemampuan
tanah

untuk

kandungan

air

mempertahankan
tanah.

(Rachmat

Sutanto . 2002).
Kombinasi

perlakuan

konsentrasi dan waktu penyemprotan
biji bengkoang ternyata menujukan
adanya interaksi pada parameter berat
brangkasan kering.
Tabel 11. Berat polong/ tanaman dan
hasil uji analisis statistik DMRT 5%

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

biopestisida biji bengkoang ternyata
tidak menujukan adanya interaksi
yaitu pada parameter pengamatan
Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
Dari tabel 11 di atas dapat
dilihat bahwa kombinasi tertinggi
ialah K2 (5 cc/liter air) dengan waktu
penyemprotan siang hari ( W2 : pukul:
11.00 ) dan berat polong per tanaman
terendah ialah K2 ( 5cc/liter air ),

jumlah polong per tanaman. Untuk
melihat

efektifitas

dari

waktu

penyemprotan dan konsentrasi filtrat
biji bengkoang pada parameter jumlah
polong per tanaman dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 13. Jumlah polong/tanaman dan
hasil uji analisis statistik
DMRT 5%

dengan waktu penyemprotan pada sore
hari (W3 : 16.00) dan tidak ada
interaksi.
Tabel 12. Berat polong/petak dan hasil
uji analisis statistik DMRT
5%

Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Dari tabel di atas diketahui
jumlah polong per tanaman terbanyak
adalah konsentrasi 2,5 cc/liter air ( K1
) dengan waktu penyemprotan siang

Ket: Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Dilihat pada tabel di atas berat

hari ( W2 :pukul 11.00 ). Dan jumlah

polong

waktu penyemprotan sore hari ( W3 :

tertinggi

adalah

pada

kombinasi perlakuan K1 ( 2,5 cc/liter

polong yang paling sedikit ialah
konsentrasi tanpa filtrat ( K0 ) dengan
pukul 16.00 ).
Kombinnasi perlakuan waktu

air ) dengan waktu penyemprotan W2
( siang hari :pukul 11.00 ). Dan berat

penyemprotan

terendah ialah K0 (tanpa biopestisida )

biopestisida biji bengkoang ternyata

dengan waktu penyemprotan pada sore

tidak menujukan adanya interaksi

hari W3 ( sore hari :pukul 16.00 ).

yaitu pada parameter pengamatan

Kombinasi

jumlah polong per petak. Untuk

penyemprotan

perlakuan
dan

waktu
konsentrasi

melihat

dan

efektifitas

konsentrasi

dari

waktu
138

ISSN: 0854-2813

penyemprotan

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

dan

biopestisida

biji

parameter

jumlah

pengggerek

konsentrasi

bengkoang
polong

pertumbuhan tanaman, maupun

pada

hasil tanaman.

per

petak,dapat dilihat pada tabel dibawah

polong,

2.

Perlakuan

konsentrasi

ini :

biopestisida

Tabel 14. Jumlah polong/petak dan
hasil uji analisis statistik
DMRT 5%

berpengaruh
pertumbuhan
perancis,

biji

benkoang
terhadap

tanaman

yaitu

buncis

pada

tinggi

tanaman dan berat brangksan
basah, tetapi terhadap parameter
hama

Ket : Rata-rata hasil yang diikuti huruf
yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%.
Dari tabel di atas maka

memberikan
hama,
tidak

air (K1) dengan waktu penyemprotan

ialah konsentrasi tanpa biopestisida
biji bengkoang (K0) dengan waktu
penyemprotan pada sore hari ( W3
:pukul 16.00 )

pengaruh

nyata

sedangkan

terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman

tertinggi ialah konsentrasi 2,5 cc/liter

dan jumblah polong per petak terendah

polong

pada jumlah polong terserang

diketahui jumlah polong per petak

pada siang hari ( W2 : pukul 11.00),

penggerek

memberikan

pengaruh

nyata.
3.

Interaksi waktu dan konsentrasi
biopestisida

biji

berpengaruh

bengkoang
terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman
yaitu berat brangkasan basah dan
berat

brangkasan

kering,

sedangkan pada parameter hama
penggerek polong tidak terjadi

KESIMPULAN DAN SARAN
A.

interaksi pada semua parameter

Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

penelitian

dapat disimpulkan bahwa:
1.

Perlakuan waktu penyemprotan
tidak

memberikan

pengaruh

nyata pada semua parameter
baik
139

parameter

hama

ISSN: 0854-2813

AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

DAFTAR PUSTAKA
Amrul-Munif, Bambang-Suryobroto,
Sutarno. 1994. Efektivitas
Filtrat Biji erosus
Terhadap
C.x.
quinquefasciatus
di
Laboratorium.
Majalah
Parasitologi
lndonesia.7 (l):
4142
Asep Japoni. 2011. Manfaat Tanaman
Buncis. Jakarta. Sain Umum.
Bertram
G,
Katzing.
1986.
Farmakologi Dasar dan Klinik.
Edisi ke-3. San Francisco.
EGC,: 864-865.
Colbi. DianE S. Ringkasan Biokimia
Harper, 1998.Edisi ke-24.
lakarta: EGC, :97
Frank. C. Lu. 1994. Toksikologi Dasar
(Asas, Organ Sasaran dan
Penilaian Resiko),Edisi ke-2.
VIP.
Goodman and Gilman's. 1996. The
Pharmacological Basis of
Therapeutics :9th,USA. Mc.
Graw-hill Companies :1687
Henry K.Indranada,1986. Pengolah
Kesuburan
Tanah.
Bina
Aksara, Jakarta
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia, jilid 2. Yay.Sarana
Wana Jaya,Jakarta. Hal. 10641066.
Mardihusodo, S.J. Mardyyah dan
Bardlowie
A.
1997.
Mengembangkan
dan
Meningkatkan Peran Serta
Masyarakat dalam Upaya
Pemberantasan
Vektor
Haemmoragic fever. Berkala
llmu Kedokteran.

Rahmat, Rukmana. 1994. Bertanam
Buncis. Kanesius. Yogyakarta.
10-35
Redi Mulyadi dan junia Sakinah.
2010. Hama dan penyakit
Tanaman Buncis. Jakarta.
Petani Berdasi.
Rachmat Sutanto . 2002. Penerapan
Pertanian Organik. Kanisius
Yogyakarta.
Robinson, Trevor. I995. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi.
Bandung :ITB, ;132,157,191.
Sastrodiharjo.
1979.
Pengantar
Entomologi Terapan. Bandung
: ITB.
Sugianto. 1984. Tumbuh-tumbuhan
Beracun. Jakarta : widjaya
Jakarta;54-55
Tarumingkeng. RC. 1977. Toxikologi
Insektisida,
Bagian
I.
Penggolongan dan Sifat-sifat
Pestisida. Bogor : Sekolah
Pasca Sarjana IPB.
Tony Luqman Lutony. 1991. Usaha
Tani Kancang Buncis Bisa
diandalkan,
Peluangnya
Terbuka Harganya Cukup
Tinggi. Pikiran Rakyat.
Titi Setianingsih dan Khaeodin. 1993.
Pembudidayaan Buncis Tipe
Tegak Dan Merambat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
www.suaramedia.com.2010.Keuntung
an budidaya buncis perancis.
Tanggal unduh Agustus 2012.

Murray, Robert K. et,al. 1999.
Biokimia Harper. Edisi 24.
Jakarta :133.
140

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26