PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PELUANG US

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PELUANG USAHA PERANGKAT RADIO FM SEBAGAI TEKNOLOGI KONVENSIONAL YANG MAMPU MENJANGKAU

DAERAH TERPENCIL DI PROVINSI JAWA BARAT, BANTEN DAN DKI JAKARTA BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN

Diusulkan oleh: Dito Anggodo Prihastomo (NIM 13206109 / Angkatan 2006) Andri Haryono (NIM 13206202 / Angkatan 2006) Eka Savitri (NIM 13407116 / Angkatan 2007) Oryza Nicodemus Tarigan (NIM 13206075 / Angkatan 2006) Yeris Permata Octarina (NIM 13207062 / Angkatan 2007)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2009

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Peluang Usaha Perangkat Radio FM Sebagai

Teknologi

yang Mampu Menjangkau Daerah Terpencil di Provinsi Jawa Barat dan Banten

Konvensional

2. Bidang Kegiatan

: PKM-K

3. Bidang Ilmu

: Teknologi dan Rekayasa

4. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap

: Dito Anggodo Prihastomo

b. NIM

: 13206109

c. Jurusan

: Teknik Telekomunikasi

d. Universitas/Institut/Politeknik

: Institut Teknologi Bandung

e. Alamat Rumah dan No. Telp./HP : Kranggan Permai Blok S1/44, Cibubur, Bekasi, Jawa

Barat, (HP) +6285722073913

f. Alamat Email

: deeto_88@yahoo.co.id

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis

: 4 orang

6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar

: Dr.Ir. Agung Harsoyo, M.Sc.

b. NIP

: 132162440

c. Alamat Rumah dan no HP : Pagarsari 13D, Bojongkoneng, Bandung, (HP)

+6281320452626

7. Biaya Kegiatan Total:

a. Dikti

: Rp 9.700.000,00

b. Sumber lain (dari modal)

: Rp 4.950.000,00

8. Jangka Waktu Pelaksanaan

: 6 bulan

Bandung, 19 Oktober 2009 Menyetujui, Ketua Prodi Teknik Telekomunikasi

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr.Ir. Adit Kurniawan, M.Eng) (Dito Anggodo Prihastomo) NIP. 131875306

NIM. 13206109

Deputi WRMA ITB Bid. Pengembangan Dosen Pendamping Kegiatan Non-Kurikuler

(Dr. A. Nanang T. Puspito) (Dr.Ir. Agung Harsoyo, M.Sc.) NIP. 131476575

NIP. 132162440

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul

Judul proposal PKM- K i i adalah Peluang Usaha Perangkat Radio FM Sebagai Teknologi Konvensional yang Mampu Menjangkau Daerah Terpencil di Provinsi Jawa Barat dan Banten .

1.2 Latar Belakang Masalah

Dinamika perkembangan teknologi tumbuh dengan pesat dalam era globalisasi belakangan ini. Kebutuhan akan asupan informasi yang berkesinambungan dan praktis semakin dirasakan pada berbagai kalangan masyarakat, tanpa mengenal batas ekonomi, geografis, gender atau pun hal-hal lainnya. Indonesia dikenal dengan keberagamannya, baik itu keberagaman kondisi geografis, keberagaman kultur budaya, atau pun keberagaman kondisi sosial-ekonominya. Dengan berbagai keberagaman tersebut, pemenuhan kebutuhan akan aliran informasi secara berkesinambungan dan praktis menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang masih tinggal di daerah-daerah yang jauh dari pusat informasi di perkotaan, di pedalaman, atau banyak juga bahkan yang berada di daerah deretan gunung. Selain tingkat kesulitan yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan aliran informasi dengan kondisi kontur geografis demikian, permasalahan lain lahir dari keberagaman tingkat ekonomi dalam masyarakat itu sendiri. Dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah yang dialami oleh sebagian besar warga pedalaman, mungkin jarang anggota masyarakat yang memiliki sarana informasi sejenis televisi. Sebagian besar hanya memiliki sumber informasi berupa radio di rumahnya. Selain kendala dari sisi perekonomian, hal lain yang juga membuat langkanya keberadaan televisi di daerah pedalaman adalah ketersampaian sinyal siaran televisi di daerah- daerah dengan kontur unik itu yang lemah.

Mahasiswa sebagai elemen dari perguruan tinggi tentunya tidak terlepas dari pedoman dasar Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Oleh karena itulah, mahasiswa dituntut dengan kemampuan intelegensia hasil pendidikan di kampus mampu mengimplementasikan ilmunya tersebut dalam berbagai penelitian-penelitian yang keluarannya pada akhirnya juga dapat berguna bagi masyarakat. Untuk dapat menciptakan solusi yang tepat bagi masyarakat, mahasiswa tentunya harus dapat menganalisis kondisi kebutuhan dari masyarakat yang akan dijadikan obyek pengabdiannya.

Kebutuhan informasi bagi masyarakat daerah pedalaman dapat ditanggulangi dengan media komunikasi yang bisa dibilang paling efektif untuk berbagai jenis kondisi geografis, yaitu radio. Radio merupakan media yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi secara massal dalam waktu singkat serta tingkat kehandalan yang tinggi. Penyampaian informasi yang dilakukan melalui media radio mempunyai kelebihan – kelebihan yang memberikan nilai lebih tersendiri terhadap karakteristik radio tersebut. Kelebihannya antara lain yang pertama adalah mampu menjaga mobilitas, maksudnya dalam pelaksanaan siarannya radio tetap menjaga mobilitas pendengar Kebutuhan informasi bagi masyarakat daerah pedalaman dapat ditanggulangi dengan media komunikasi yang bisa dibilang paling efektif untuk berbagai jenis kondisi geografis, yaitu radio. Radio merupakan media yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi secara massal dalam waktu singkat serta tingkat kehandalan yang tinggi. Penyampaian informasi yang dilakukan melalui media radio mempunyai kelebihan – kelebihan yang memberikan nilai lebih tersendiri terhadap karakteristik radio tersebut. Kelebihannya antara lain yang pertama adalah mampu menjaga mobilitas, maksudnya dalam pelaksanaan siarannya radio tetap menjaga mobilitas pendengar

adalah suara. Suara menimbulkan imajinasi yang bisa mempengaruhi pendengar sehingga bisa melahirkan fanatisme positif terhadap stasiun radio yang bersangkutan. Kelebihan lainnya format dan segmentasi tajam dan daya jangkau luas terutama untuk meraih areal sasaran yang luas, karena teknologinya memungkinkan untuk mengatasi hambatan geografis, cuaca maupun waktu. Tanpa adanya terobosan teknologi telekomunikasi radio ini, komunikasi massa di suatu daerah pedalaman dengan luas wilayah yang besar tentunya akan cenderung berjalan dengan kurang efektif. Dengan keberadaan radio, masyarakat dapat dengan mudah untuk mengakses aliran informasi dari pusat, dalam waktu singkat. Selain itu, media radio bagi komunitas masyarakat pedesaan dapat dijadikan media oleh pihak pemerintah daerah untuk melangsungkan kegiatan- kegiatan penyuluhan tanpa harus mengumpulkan masyarakat yang mungkin lokasi tempat tinggalnya berjauhan. Penduduk lingkungan tersebut cukup berada di rumah sambil menyalakan radio mereka untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan dari pemerintah.

Berdasarkan survey yang dilakukan dengan wawancara dengan sample masyarakat yang pernah terlibat kerjasama dengan tim pelaksana dalam pengadaan radio komunitas di desa Gambung, daerah Ciwidey, bila disarikan dapat dikuantitatifkan mengenai tingkat kesadaran masyarakat desa Gambung tersebut mengenai keberadaan radio komunitas di lingkungannya serta pengaruhnya bagi kehidupan mereka seperti tersaji pada grafik 1.

Bagaimana pengaruh keberadaan radio

komunitas di Desa Gambung?

Positif, terbantu, mendukung

Biasa saja Negatif, terganggu

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap masyarakat Desa Gambung, Ciwidey, yang pernah memiliki hubungan kerjasama dengan tim pelaksana dalam pembuatan radio komunitas di Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap masyarakat Desa Gambung, Ciwidey, yang pernah memiliki hubungan kerjasama dengan tim pelaksana dalam pembuatan radio komunitas di

Hampir seluruh institusi pendidikan, meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, serta akademi, yang ada di Indonesia pada umumnya serta Pulau Jawa bagian barat pada khususnya memiliki tingkat kepedulian terhadap pengembangan kualitas kehidupan masyarakat pedesaan. Nyaris di seluruh institusi pendidikan tersebut terdapat organisasi kemahasiswaan terpusat yang mengkoordinasikan arah gerak mahasiswa di kampusnya, salah satunya untuk mengabdi pada masyarakat. Seringkali, upaya peningkatan kualitas masyarakat di sekitarnya ataupun lingkungan masyarakat yang dijadikan daerah binaannya terbentur oleh keterbatasan wawasan serta pengetahuan mengenai bidang ilmu yang tidak didalaminya di perkuliahan. Salah satu contoh nyata adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat suatu daerah melalui peningkatan efektifitas komunikasi massal. Sesuai dengan uraian yang disampaikan di atas, permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan keberadaan alat komunikasi massa berupa radio. Hal ini merupakan solusi yang sangat baik, namun banyak pihak Badan Eksekutif Mahasiswa, atau biasa disingkat BEM, terbentur pada kenyataan bahwa sumber daya manusia yang mereka miliki belum memiliki kemampuan untuk mewujudkan gambaran nyata yang sebenarnya relatif tidak terlalu kompleks untuk dipikirkan, namun relatif sulit untuk mengimplementasikannya secara mandiri. Sementara untuk jenis pengabdian masyarakat lain yang tidak berbasis pengembangan teknologi, secara umum relatif berumur pendek dan tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, banyak BEM yang mulai menggiatkan pengembangan kegiatan pengabdian masyarakatnya menjadi berorientasi pengembangan teknologi, dengan banyak basis teknologi yang diterapkan, teknologi arsitektur, sipil, elektro, dan banyak lagi. Namun demikian, sangat disayangkan masih sangat kecil atau bahkan nyaris belum ada institusi pendidikan tinggi yang mengarahkan kegiatan pengabdian masyarakatnya ke arah pengembangan teknologi telekomunikasi massa yang efektif dan berkelanjutan. Sementara, pilihan ini sebenarnya dapat dijadikan pilihan bagi berbagai institusi pendidikan tinggi untuk mengoptimalkan kualitas kegiatan pengabdian masyarakat mereka dengan suatu terobosan yang dapat memberikan dampak besar dan kontinu bagi masyarakat sekitar.

Tim pelaksana mencoba untuk muncul sebagai jawaban atas berbagai keterbatasan yang telah diuraikan di atas. Tim pelaksana memiliki bentuk bidang usaha yang bergerak dalam pengadaan media komunikasi massa melalui keberadaan stasiun radio komunitas di lingkungan masyarakat. Sangat minimnya mahasiswa dari universitas lain yang mampu membuat konsep nyata serta mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkannya dalam perkuliahan untuk membentuk suatu stasiun radio komunitas secara utuh, mulai dari pembuatan modul-modul pemancar hingga menciptakan konsep pembuatan studio siaran. Sementara kompetitor dari pihak luar selain mahasiswa relatif sulit untuk melakukan ekspansi hingga menembus ke area yang telah dijabarkan di atas. Berangkat dari kedekatan emosional dan semangat karena berawal dari mimpi yang sama sebagai mahasiswa yang mencoba untuk dapat berguna bagi masyarakat akan menjadi poin penting yang menjadi kunci baru kegiatan usaha ini.

Hal yang mendasari kepercayaan diri dari tim pelaksana untuk turut berkecimpung dalam bisnis di bidang ini adalah kemampuan serta pengalaman pengerjaan proyek yang telah dilakukan oleh tim pelaksana selama tiga tahun ke belakang serta secara intensif mencoba mengembangkan kegiatan usaha dan pengembangan selama satu tahun terakhir. Kelangsungan kegiatan usaha ini selama tiga tahun terakhir secara berkelanjutan membuat tim pelaksana yakin akan dapat menjawab berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas.

1.3 Rumusan Masalah

Menengok pada kebutuhan masyarakat berbagai golongan, terutama masyarakat pedesaan yang berada di pedalaman, akan aliran informasi yang akurat dan dapat dipercaya dalam waktu yang singkat, keberadaan stasiun radio komunitas di suatu wilayah menjadi faktor yang sangat penting. Berbagai institusi pendidikan melalui organisasi kemahasiswaan terpusatnya, atau sering disebut Badan Eksekutif Mahasiswa, memiliki perhatian yang sangat besar pada pengembangan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Salah satu gagasan yang tidak jarang terbesit dalam pemikiran BEM berbagai insitusi pendidikan di Indonesia pada umumnya atau di pulau Jawa bagian barat pada khususnya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan efektifitas komunikasi massa di pedesaan dengan membangun serta pada akhirnya memanfaatkan keberadaan radio komunitas. Namun, seperti uraian di atas hampir seluruh pihak BEM dari berbagai institusi pendidikan akhirnya tidak merealisasikan ide cemerlang ini karena mereka terbentur dengan permasalahan tingkat kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki.

Tim pelaksana seperti diuraikan pada bagian sebelumnya mencoba untuk muncul sebagian bagian dari solusi bagi pewujudan gagasan untuk membangun serta pada akhirnya memanfaatkan keberadaan radio komunitas dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di suatu wilayah pedesaan melalui peningkatan efektifitas komunikasi massa. Apabila ditilik dengan lebih mendalam, yang menjadi kesulitan dari pihak BEM berbagai institusi pendidikan tersebut untuk mewujudkan ide tersebut bukan di poin bagaimana mempersiapkan sumberdaya manusia di pedesaan tersebut untuk mampu memanfaatkan keberadaan radio komunitas di lingkungannya, namun lebih ke teknis pengadaan perangkat pendukung untuk pendirian radio komunitas tersebut, mulai dari teknis pembuatan modul pemancar hingga pembuatan ruang studio yang ekonomis namun memiliki nilai fungsional yang tinggi. Oleh karena itu tim pelaksana membentuk suatu kelompok kegiatan usaha baru bernama LAMBDA.

Secara skematik, teknis pembuatan modul pemancar dapat diklasifikasikan menjadi empat tahapan besar, yaitu pembuatan excitter, booster, proses cabling (pengkabelan), serta proses pemasangan antena. Ditambah dengan membantu menjadi konsultan dalam pembuatan studio siaran yang ekonomis serta memiliki nilai fungsional yang tinggi, LAMBDA membatasi solusi yang ditawarkan untuk tahapan pengembangan usaha ini pada teknis yang disebutkan. Jadi, untuk tahap pengembangan saat ini, LAMBDA akan membatasi penawaran jasa untuk pembuatan modul pemancar, dengan uraian tahapan di atas, serta menciptakan konsep dan menjadi konsultan pembuatan studio siaran yang ekonomis serta bernilai fungsional yang tinggi.

Rumusan masalah lainnya adalah bagaimana menciptakan konsep kegiatan pengabdian masyarakat yang memiliki dampak besar bagi masyarakat serta dapat berlangsung dengan berkelanjutan.

1.4 Tujuan

Secara terperinci tujuan dari kegiatan usaha LAMBDA adalah sebagai berikut :

1. Membongkar keterbatasan yang tercipta pada BEM dari berbagai institusi pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dengan menjadi pemasok berbagai kebutuhan dalam pengadaan radio komunitas di lingkungan yang menjadi mitra BEM masing-masing dengan proyeksi segmen pasar yang diincar sebanyak 15% populasi dalam jangka waktu 2 tahun.

2. Dalam 6 bulan pertama minimal mendapatkan 4 BEM institusi pendidikan yang menggunakan produk LAMBDA untuk diterapkan pada desa atau lingkungan mitra mereka.

3. Mempopulerkan dunia keradioan di kampus, terutama Radio Kampus ITB di mata masyarakat sekitar.

4. Menciptakan konsep pengabdian masyarakat dari institusi pendidikan yang berdampak besar bagi pengembangan potensi masyarakat dan berkelanjutan.

1.5 Keluaran yang Diharapkan

LAMBDA memproyeksikan bahwa kegiatan usaha ini akan dapat menghasilkan keluaran berupa produk modul-modul elemen yang dapat diintegrasikan menjadi pemancar radio komunitas.

Keluaran produk modul tersebut adalah :

1. Modulator FM 88 – 108 MHz with PLL (Output Max 1 W)

2. Stereo Encoder 38Khz (kristal)

3. Power Supply (Switching)

4. Antena 5/8 Lambda aluminium

5. Kabel koaksial RG-8 (per meter)

6. Exciter FM 88 – 108 MHz 7 Watt + box(built-in stereo encoder, PLL, amplifier 7W, power supply, with Digital Display)

7. Amplifier RF (Booster) assembled in box (built-in power supply & fan cooler)  30 Watt

 50 Watt

 100 Watt

8. Pemancar Radio FM 30 Watt meliputi :

a. Exciter FM 88 – 108 MHz 7 Watt

b. Booster RF 30 Watt (solid state)

c. Antena 5/8 Lambda

d. Kabel Koaksial RG-8 (30 meter)

9. Pemancar Radio FM 50 Watt meliputi:

a. Exciter FM 88 – 108 MHz 7 Watt

b. Booster RF 50 Watt (solid state)

c. Antena 5/8 Lambda

d. Kabel Koaksial RG-8 (30 meter)

10. Pemancar Radio FM 100 Watt meliputi:

a. Exciter FM 88-108 MHz 7 Watt

b. Booster FM 100 Watt (solid state)

c. Antena 5/8 Lambda

d. Kabel Koaksial RG-8 (30 meter)

1.6 Kegunaan

Kegunaan atau efek positif yang akan timbul dengan keberlangsungan kegiatan usaha ini antara lain:

1. Masyarakat pedesaan tersebut akan dapat memperoleh akses aliran informasi yang akurat dan tepat waktu melalui siaran radio komunitas yang dibangun di daerahnya.

2. Pihak pemerintah daerah dapat memanfaatkan keberadaan radio komunitas yang dibangun untuk mengadakan penyuluhan secara massal tanpa perlu mengumpulkan masyarakat di satu tempat.

3. Masyarakat dikenalkan dengan dunia jurnalisme radio, dengan melibatkan masyarakat dalam proses siaran harian di radio komunitas tersebut.

4. BEM berbagai institusi pendidikan dapat memberikan peran serta nyata dalam pengembangan kualitas kehidupan masyarakat pedesaan melalui penciptaan radio komunitas sebagai media komunikasi dan media informasi yang efektif.

5. Masyarakat pedesaan turut diperkenalkan dengan teknologi penyiaran radio, terutama dari segi teknis operasional harian serta penanganan permasalahan teknis yang mungkin muncul dalam kegiatan siaran harian.

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

LAMBDA merupakan sebuah badan usaha yang dibentuk berdasarkan kesamaan kegemaran para pendirinya terhadap dunia broadcasting radio. Cikal bakal dari LAMBDA adalah tim divisi teknis, bagian di dalam unit kegiatan mahasiswa Radio Kampus ITB. Secara umum, Radio Kampus ITB merupakan suatu unit kegiatan mahasiswa yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat mahasiswa seputar dunia keradioan. Salah satu bidang keprofesian yang dinaungi oleh Radio Kampus ITB adalah divisi teknis.

LAYANAN BROADCAST ANDA

Perangkat pemancar radio FM sendiri terdiri atas exciter FM 88-108 MHz, booster FM, Antena radio FM 5/8 lambda, serta beberapa perangkat lain yang dapat ditransaksikan sesuai kesepakatan. Kegiatan usaha LAMBDA ini secara praktek bukan merupakan produk baru dari divisi ini. Kegiatan usaha ini telah mulai dirintis sejak awal-awal tahun 2000, yang juga merupakan periode-periode awal berdirinya Radio Kampus ITB. Sementara LAMBDA telah dirintis dengan mulai menerima pemesanan perangkat radio sekitar tiga tahun yang lalu. Pengembangan intensif dalam hal pemasaran produk dalam skala besar demi mencapai peningkatan kegiatan usaha terjadi kurang lebih dalam satu tahun terakhir. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, LAMBDA memiliki visi untuk menjadi produsen perangkat pemancar terkemuka di Indonesia, serta terbesar di kota Bandung.

LAMBDA merupakan satu-satunya kelompok usaha yang berasal dari latar belakang radio komunitas universitas di Bandung yang dapat dengan kreatif mengolah apa yang didapat melalui proses perkuliahan di kampus. Meskipun ada banyak pihak independen yang juga bergerak dalam bidang usaha yang sama, namun LAMBDA optimis bahwa usaha yang sedang dijalankan dan akan dikembangkan lebih jauh ini akan dapat bersaing secara sehat dengan pihak-pihak lain. Keyakinan tersebut muncul antara lain atas pertimbangan hal-hal berikut :

1. Konsumen cukup memandang nama besar ITB sebagai institusi tertinggi yang menaungi unit Radio Kampus ITB, serta kelompok usaha yang lahir dari sana, LAMBDA.

2. Antusiasme masyarakat dalam membangun radio komunitas di wilayahnya, yang merupakan media komunikasi massa paling efektif dan dapat masuk ke berbagai kalangan, sehingga hampir dipastikan akan senantiasa ada pihak yang membutuhkan jasa produksi pemancar radio FM. Hal ini didukung pula dengan kebutuhan BEM dari tiap-tiap institusi pendidikan tinggi di Provinsi Jawa Barat, Banten 2. Antusiasme masyarakat dalam membangun radio komunitas di wilayahnya, yang merupakan media komunikasi massa paling efektif dan dapat masuk ke berbagai kalangan, sehingga hampir dipastikan akan senantiasa ada pihak yang membutuhkan jasa produksi pemancar radio FM. Hal ini didukung pula dengan kebutuhan BEM dari tiap-tiap institusi pendidikan tinggi di Provinsi Jawa Barat, Banten

3. Nama baik LAMBDA serta Radio Kampus ITB sebagai produsen pemancar radio FM yang telah terbentuk di kalangan dunia radio komunitas dan tetap terjaga dengan jaminan kualitas layanan yang diberikan.

4. Penawaran harga jual yang bersaing dengan harga jual yang ditetapkan di pasaran.

5. Mau dan sanggup untuk melayani permintaan layanan dalam lingkup nasional, terbukti dengan beberapa proyek yang telah dikerjakan, yang beberapa berasal dari luar Pulau Jawa.

Gambaran dari optimisme LAMBDA dalam menatap pengembangan bidang usaha layanan produksi perangkat pemancar dapat dilihat pula dari pengalaman proyek-proyek yang pernah dikerjakan bersama tim teknis Radio Kampus ITB dalam beberapa tahun terakhir, berikut ini coba sedikit dilihat proyek- proyek apa saja yang telah dilakukan LAMBDA dalam 3 tahun terakhir :

No. Tahun Asal Konsumen

Perangkat yang Dibeli

Keterangan Pelaksana

1. 2006 Kalimantan

1 Perangkat booster 100 Tim

manajemen

watt

LAMBDA dan kru teknis RK-ITB 2004

2. 2007 Manado

1 Paket pemancar radio Tim

manajemen

FM

LAMBDA dan kru teknis RK-ITB 2005

3. 2008 Gorontalo

1 Paket pemancar radio Tim

manajemen

FM 30 Watt

LAMBDA dan kru teknis RK-ITB 2006 (yang

sekarang menjabat)

4. 2009 Biak

1 Paket pemancar radio Tim

manajemen

FM 100 Watt

LAMBDA dan kru

1 Modul Stereo Encoder

teknis RK-ITB 2006

5. 2009 Ciwidey

manajemen (Kerjasama

1 Paket pemancar radio Tim

LAMBDA dan kru RK- organisasi Satoe Indonesia - Perangkat standar siaran ITB 2006 milik SBM ITB)

dengan FM 50 Watt

(mixer,

microphone,

headphone) - Pembuatan ruang siaran kedap suara

Daya saing LAMBDA serta kreativitasnya dalam memanfaatkan potensi diri yang dimiliki para anggotanya ini pun mendapatkan apresiasi serta kekaguman bahkan dari pihak eksternal kampus. Hal tersebut terungkap dengan rencana penulisan satu rubrik khusus yang membahas kreativitas Radio Kampus ITB dengan LAMBDA-nya di surat kabar terbesar di kota Bandung, pada akhir Juli 2009. Poin penting yang terlihat di sini adalah LAMBDA dan Radio Kampus ITB tidak berusaha mencari popularitas dengan mengundang wartawan surat kabar terkemuka itu meliput kreativitas ini, namun pihak surat kabar tersebut yang dengan inisiatif dan ketertarikannya mencoba menghubungi Radio Kampus ITB sebagai lembaga penaung LAMBDA untuk mengumpulkan informasi detail mengenai keberlangsungan bidang usaha yang berjalan selama 3 tahun terakhir.

Kelayakan kegiatan usaha yang dijalankan oleh LAMBDA kian meyakinkan dengan terdefinisinya secara jelas dan rinci peta proses produksi untuk perangkat-perangkat utama keluaran dari LAMBDA, yaitu

Booster (30,50 dan 100 Watt), Stereo Encoder dan Exciter Modulator (Phase Lock Loop) dengan pemaparan pada bagian 3 gambar berikut.

PETA PROSES PRODUKSI

Nama Objek

Booster 30 Watt

Nomor Peta

Dipetakan Oleh

Eka Savitri

Tanggal Dipetakan

Cetak PCB 0-87

Mengambil PCB

O-2

Memasukkan komponen

0-4

21 X Menyolder

0-5 Solder

Memotong sisa

kawat Gunting kawat

0-89 Solder

Memotong sisa

O-90

kawat Gunting kawat

Waktu (Jam)

Operasi

Pemeriksaan

Total

PETA PROSES PRODUKSI

Nama Objek

PLL

Nomor Peta

Dipetakan Oleh

Eka Savitri

Tanggal Dipetakan

9 September 2009

Kaki 16 Kaki 12

30" Mengambil komponen

Cetak PCB O-1

Mengambil PCB O-2

Memasukkan O-4

komponen

Menyolder 176 X O-5

Solder

Memotong sisa O-6

kawat Gunting kawat

Memasukkan 0-708

komponen

Menyolder 15 X O-709

Solder

Memotong sisa 0-710

kawat Gunting kawat

Memasukkan O-768

komponen

Menyolder 2X O-769

Solder

Memotong sisa 0-770

kawat Gunting kawat

Memasukkan O-776

komponen

Menyolder 8X 0-777

Solder

Memotong sisa O-778

kawat Gunting kawat

I-1 Pemeriksaan

RINGKASAN

Kegiatan Jumlah

Waktu (Jam)

Operasi 806

Pemeriksaan

Total 395

PETA PROSES PRODUKSI

Nama Objek

SE

Nomor Peta

Dipetakan Oleh

Eka Savitri

Tanggal Dipetakan

Cetak PCB

Mengambil PCB

Menyolder 81 X

Memotong sisa

0-6

kawat Gunting kawat

Menyolder 9X

Memotong sisa

0-330

kawat Gunting kawat

Menyolder 6X

Memotong sisa

O-366

kawat Gunting kawat

Menyolder 2X

Memotong sisa

O-390

kawat Gunting kawat

Kegiatan Jumlah

Waktu (Jam)

Operasi 394

Pemeriksaan

Total 395

Segmen pasar yang disasar untuk pengembangan intens kegiatan usaha ini dalam 2 tahun ke depan adalah institusi pendidikan tinggi untuk cakupan Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, khususnya melalui organisasi kemahasiswaan terpusatnya serta institusi kelompok himpunan mahasiswa di internal ITB. Targetan ini ditentukan setelah tim pelaksana mengkaji, bahwa institusi pendidikan di ketiga provinsi tersebut memiliki sepak terjang yang cukup aktif dalam kaitannya dengan pengembangan potensi masyarakat serta pengabdian masyarakat. Hal yang mendasari analisis tersebut adalah berkaca dari pengalaman yang dialami tiap-tiap anggota LAMBDA selama aktif di organisasi-organisasi kemahasiswaan, seperti unit kegiatan atau himpunan mahasiswa. Tingkat kepedulian dan panggilan u tuk

e ga di pada asyarakat sekitar e jadika i stitusi pe didika di ketiga provi si terse ut melalui organisasi kemahasiswaan terpusatnya menjadi target pasar yang sangat potensial untuk disasar

dalam jangka waktu 2 tahun ke depan. Potensi kegiatan usaha ini tidak terkungkung hanya untuk batasan-batasan yang telah diuraikan di atas,

namun pada akhirnya tim pelaksana dengan kelompok usahanya, LAMBDA, berniat untuk meluaskan targetan pasarnya hingga ke seluruh Indonesia. Rincian pasar yang disasar dapat dijabarkan sebagai berikut:

Lembaga kemahasiswaan internal ITB

1. Kementrian Pengabdian Masyarakat Kabinet KM-ITB

2. Inkubator Ide Inovasi Mahasiswa (I3M)

3. Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMS)

4. Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi)

5. Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM)

6. Keluarga Mahasiswa Penerbangan (KMPN)

7. Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika)

8. Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI)

9. Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron)

10. Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF)

11. Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF)

12. Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL)

13. Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik (HMFT)

14. Mahasiswa Teknik Material (MTM)

15. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (Himatek)

16. Himpunan Mahasiswa Biologi (Nymphaea)

17. Himpunan Mahasiswa Geofisika dan Meteorologi (HMGM)

18. Himpunan Mahasiswa Tambang (HMT)

19. Ikatan Mahasiswa Metalurgi (IMMG)

20. Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG)

21. Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (Patra)

22. Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (Terra)

23. Himpunan Mahasiswa Kimia (Amisca)

24. Himpunan Mahasiswa Oseanografi (HMO)

25. Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL)

26. Himpunan Mahasiswa Planologi (HMP)

27. Ikatan Mahasiswa Gunadharma (IMA-G)

28. Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR)

29. Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (GEA)

Institusi Pendidikan Tinggi di Provinsi Banten

30. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang

31. Perguruan Tinggi Buddhi, Karawaci

Institusi Pendidikan Tinggi di Provinsi DKI Jakarta

32. Universitas Indonesia, Jakarta

33. Universitas Negeri Jakarta

34. Politeknik Negeri Jakarta

35. Politeknik Tugu Jakarta

36. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

37. Universitas Presiden, Bekasi

38. Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Bekasi, Bekasi

Institusi Pendidikan Tinggi di Provinsi Jawa Barat

39. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

40. Universitas Padjadjaran, Bandung

41. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati, Bandung

42. Politeknik Manufaktur Bandung, Bandung

43. Politeknik Negeri Bandung, Bandung

44. Universitas ARS Internasional, Bandung

45. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung, Bandung

46. Sekolah Tinggi Pertanian Bale Bandung, Bandung

47. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung, Bandung

48. Sekolah Tinggi Pertanian Jawa Barat, Bandung

49. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada, Bandung

50. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana, Bandung

51. Politeknik Telkom, Bandung

52. Politeknik Indonesia Jepang, Bandung

53. Institut Teknologi Telkom, Bandung [www.ittelkom.ac.id]

54. Institut Teknologi Nasional, Bandung

55. Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung

56. Universitas Pasundan, Bandung

57. Universitas Widyatama, Bandung

58. Universitas Islam Nusantara, Bandung

59. Universitas Langlangbuana, Bandung

60. Universitas Kristen Maranatha, Bandung

61. Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

62. Universitas Islam Bandung, Bandung

63. Universitas Advent Indonesia, Bandung

64. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Bandung

65. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung

66. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Cirebon, Cirebon

67. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon, Cirebon

68. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mahardika Cirebon, Cirebon

69. Sekolah Alis Nasional, Bogor

70. Universitas Pakuan, Bogor

71. Institut Pertanian Bogor, Bogor

72. Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra, Sukabumi

73. Institut Manajemen Koperasi Indonesia, Sumedang

74. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya

75. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putra Banjar, Ciamis

76. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut, Garut

77. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indramayu, Indramayu

78. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani, Cimahi

79. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, Kuningan

80. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati, Tasikmalaya Daftar 80 lembaga institusi pendidikan tinggi di atas merupakan hasil penelusuran dan seleksi tim

pelaksana terhadap 380-an lembaga institusi pendidikan tinggi yang berada di Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Hal yang mendasari pengerucutan pasar potensial ini adalah potensi institusi pendidikan berdasarkan kebutuhan dari lembaga kemahasiswaan terpusat masing-masing institusi pendidikan terkait interaksi pengabdian masyarakat dengan lingkungan pedesaan.

BAB III METODOLOGI

3.1 Metode Pelaksanaan

Keberhasilan usaha LAMBDA tentunya tidak akan tercapai bila gagasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya hanya berhenti menjadi onggokan ide semata. Dibutuhkan kerja keras serta perencanaan dan juga pemilihan metode yang tepat untuk mengelola jenis usaha ini. Secara umum, kegiatan usaha ini telah LAMBDA jalankan selama kurang lebih 3 tahun. Namun, untuk bergerak intens dalam pengembangan secara serius kegiatan usaha ini telah berjalan kurang lebih 1 tahun. Kegiatan usaha ini tidak bisa berjalan terpisah dari pengembangan promosi dan pembentukan image di mata pasar potensial bisnis. Oleh karena itu, metode promosi yang dipergunakan memegang peranan sangat penting dalam rangka pengembangan kegiatan usaha ini. Terkait latar belakang dari LAMBDA yang mendasari pembuatan kegiatan usaha ini adalah dari tim teknisi Radio Kampus ITB, selama ini LAMBDA menjalankan kegiatan usaha ini dengan menggunakan metode promosi melalui media web, melalui situs Radio Kampus ITB. Dengan metode lama tersebut, LAMBDA berhasil bertahan memutar terus roda usaha ini selama beberapa tahun terakhir. Selama satu tahun terakhir, dengan fokus untuk pengembangan kegiatan usaha ini secara lebih intensif, LAMBDA telah berhasil mengerjakan tiga proyek besar, termasuk salah satu di antaranya pembuatan radio komunitas Karang Tumaritis 107,9 FM di Desa Gambung, Ciwidey dengan bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB.

Melalui rencana pendanaan dari PKM-K ini, LAMBDA memproyeksikan untuk melakukan ekspansi lebih lanjut dengan menambah pendekatan yang berbeda dalam melakukan penjaringan konsumen dari pasar potensial yang berasal dari kalangan mahasiswa. Latar belakang pemilihan metode yang baru ini secara rinci telah LAMBDA paparkan pada bagian latar belakang permasalahan. Namun, secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendekatan promosi yang baru adalah dengan mempersuasikan kepada pihak BEM dari berbagai institusi pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta mengenai poin-poin positif yang dapat diperoleh dengan membangun radio komunitas di lingkungan mitra mereka. Berlandaskan kedekatan emosional dan semangat yang sama sebagai mahasiswa untuk dapat berguna bagi masyarakat, LAMBDA mencoba pendekatan baru dengan targetan pasar yang baru pula.

Meskipun melakukan pendekatan baru yang berbeda dengan metode yang dipergunakan sebelumnya, LAMBDA tetap tidak meninggalkan metode yang telah dilakukan sebelumnya, karena menurut LAMBDA kedua metode tersebut tidak saling melemahkan, melainkan justru saling mendukung dan menguatkan prospek kegiatan usaha yang dijalankan LAMBDA.

Secara garis besar, metode pelaksanaan yang akan dilakukan LAMBDA dalam menjalan kegiatan usaha ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk proses marketing menggunakan penyempurnaan metode yang lama yaitu dengan melakukan penyebaran informasi melalui dunia maya, antara lain melalui blog, facebook, ataupun situs Radio Kampus ITB.

2. Meningkatkan kerjasama pemasaran lokal dengan radio-radio komunitas di universitas di Bandung yang tergabung dalam Forum Radio Kampus Bandung.

3. Memberikan garansi servis selama 1 tahun untuk produk yang dijual.

4. Mencari relasi bisnis yang menjual komponen dan peralatan dengan harga murah dan berkualitas sehingga dapat menekan biaya produksi.

5. Untuk proses marketing menggunakan metode baru yaitu dengan tahapan sebagai berikut :

a. Melakukan studi kasus secara lebih terperinci terhadap sample masyarakat Desa Gambung, Ciwidey mengenai dampak radio komunitas yang telah berdiri bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

b. Menyusun paparan rekomendasi berdasarkan hasil studi kasus di Desa Gambung, Ciwidey untuk diajukan ke BEM berbagai institusi pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dengan skala prioritas untuk 3 bulan pertama untuk pasar di kota Bandung dan Jakarta.

c. Mengadakan kunjungan dan roadshow ke obyek target pasar BEM dari beberapa institusi pendidikan yang telah dikaji sebagai prioritas dengan potensi terbesar.

d. Mengirimkan surat penawaran yang disertai lampiran berupa paparan rekomendasi yang telah dibuat serta menyertakan brosur produk yang dapat diproduksi LAMBDA.

6. Konsumen menyampaikan pesan melalui surat elektronik (e-mail) yang berisi spesifikasi dari perangkat pemancar yang dipesan (daya atau jangkauan siar dan frekuensi) beserta aksesoris/perlengkapan (mikrofon, speaker pasif/aktif, headphone, mixer, antena, kabel koaksial, kabel audio) atau spesifikasi lainnya (panjang kabel tambahan, modul pemancar tambahan seperti stereo encoder, Phase Locked Loop [PLL], dan sebagainya). Dicantumkan pula waktu yang penyelesaian perangkat yang diharapkan oleh konsumen. Prosedur ini dapat pula dilakukan melalui pesawat telepon yang semuanya tercantum dalam web Radio Kampus ITB.

7. Anggota LAMBDA melakukan perundingan internal membahas spesifikasi dan biaya, kemudian merundingkan kepada pihak konsumen jika ada yang perlu ditambahkan atau dikurangi dari pesanan (masalah waktu penyelesaian atau spesifikasi alat tertentu) dan mengajukan besarnya biaya kepada pihak konsumen. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, konsumen mengirim lima puluh persen dari total biaya yang disepakati dan pengerjaan pesanan dimulai.

8. Pengerjaan didahului dengan mengadakan perencanaan timeline kerja karena harus juga menyesuaikan dengan kegiatan dari masing-masing anggota LAMBDA (jadwal kuliah). Dilakukan juga pembagian tanggung jawab kepada tiap anggota berdasarkan perangkat apa saja yang menjadi pesanan dari pihak konsumen.

9. Pembuatan pemancar sendiri dilakukan dengan cara kerja mandiri Modul-modul dalam pemancar dikerjakan sendiri oleh para teknisi Radio Kampus ITB merangkap anggota LAMBDA. Dimulai dari pembelian komponen elektronika yang dibutuhkan, cetak desain modul perangkat pemancar, perangkaian modul dan pemasangan serta penyolderan komponen, dan casing.

10. Untuk pembelian aksesoris/perlengkapan lainnya seperti mikrofon, speaker pasif/aktif, headphone, mixer, antena, kabel koaksial, kabel audio, dilakukan oleh anggota LAMBDA di toko- toko langganan yang sudah menjalin kerja sama dengan pihak produsen dan sudah terjamin kualitasnya.

11. Apabila seluruh perangkat yang dipesan telah tersedia, maka pihak LAMBDA akan melakukan terlebih dahulu pengujian dari kinerja perangkat pemancar sebelum dilepas ke pihak konsumen. Hal ini menjamin level kualitas produk LAMBDA yang akan dijual ke konsumen.

12. Setelah seluruh pesanan dikerjakan dan siap kirim, tim teknis akan menyusun manual book berdasarkan pesanan yang ada (tidak dengan template atau manual book yang lama) sehingga dijamin panduan akan langsung sesuai dengan perangkat yang aktual.

13. Proses pengiriman dan packing perangkat menjadi tanggung jawab pihak LAMBDA dengan menggunakan jasa pengiriman tertentu sampai tiba di tempat yang telah ditetapkan konsumen.

14. Pembayaran biaya dilunasi setelah barang pesanan tiba di tempat konsumen.

15. Garansi alat diberikan setahun terhitung sejak barang tiba di tempat konsumen. Apabila terjadi kerusakan atau cacat sebelum masa garansi habis, pihak produsen akan bertanggung jawab sepenuhnya (memperbaiki atau bahkan mengganti dengan perangkat yang baru). Keluhan mengenai masalah teknis dan maintenance akan terus ditanggapi secara online walaupun masa garansi sudah habis.

16. Selama proses pengerjaan perangkat pesanan, komunikasi dengan pihak pemesan tetap dilakukan secara berkala sebagai bentuk kontrol antara kedua belah pihak.

3.2 Jadwal Kegiatan

Kegiatan yang diajukan direncanakan berlangsung selama enam bulan dengan asumsi bahwa kegiatan lima bulan terakhir dalam jadwal kegiatan dilakukan dengan pendanaan dari DIKTI.

Rincian jadwal kegiatan secara rinci disertakan dalam bentuk tabel yang disertakan pada halaman selanjutnya.

JADWAL KEGIATAN

BAB IV RANCANGAN BIAYA

4. 1 Biaya Produksi Per Modul

1. Phase lock loop Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

PLL

Kaki-2

Resistor (R1 – R67)

67 100 6700 Kabel Jumper (LINK)

18 30 540 Kapasitor (C1 - C61)

61 150 9150 Dioda (D1-D7)

7 300 2100 Dioda Zener (ZD1-ZD2)

2 500 1000 LED1-LED3

3 125 375 Kristal (XTAL1)

1 2000 2000 Kumparan Induktor (L1-L6)

6 300 1800 Ferrite Bead (FB1-FB5)

5 50 250 PCB Phono Socket (SKT1-SKT2)

2 800 1600 Terminal Pins

2 500 1000 Tubular Heatsinks

Kaki-3

15 . Transistor (TR1-TR11 )

11 800 80 Kapasitor Variabel (VC1 - VC3)

3 2500 7500 Resistor Variabel (VR1)

Kaki-12

2 DIP Switch (SW1-SW2)

Kaki-16

8 IC1 – IC8

PCB

1 PLL PCB

TOTAL

2. Stereo Encoder Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

SE

Kaki-2

81 Resistor (R1 – R34)

34 100 3400 Kapasitor (C1 - C44)

44 150 60 Dioda (D1)

1 300 300 Dioda Zener (ZD/D2)

1 500 500 Kristal 38 kHz (X1)

Kaki-3

9 Trimmer (R14, R24, R29, R26,

R33) 600 3000 Transistor (T1-T4 )

Kaki-8

6 IC1, IC2, IC4 (LM386)

3 1500 4500 Socket IC

Kaki-18

2 IC3 (BA1404)

1 3400 3400 Socket IC

3. Switching Power Supply Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

POWER

Switching Power Supply

SUPPLY

TOTAL

4. Display 7-Segment Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

DISPLAY Kaki-2

7-SEGMENT

Resistor (R1-R11)

11 100 10 Kabel Tunggal

1 Display PCB

5. Booster 30 watt Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

Booster

Kaki-2

30 Watt Resistor (R1-R2)

(exclude Kapasitor (ELCO)

power

Kapasitor (C1-C5) Keramik

supply + Kapasitor (C6-C7) Coklat

2 200 400 Induktor (L1-L4)

box) 1200

Dioda (D1-D2)

Toroida

2 500 1000 Ferrite B

Kaki-3

5 Trimmer (R3, R4)

2 600 1200 Transistor (TR1-TR2)

Booster PCB

TOTAL

6. Booster 50 watt Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

Booster

Kaki-2

50 Watt Resistor (R1-R2) 5 Watt

(exclude Kapasitor (C2,C3,C5-C16,C19-

power

C24)

20 250 5000 Induktor (L1-L5)

supply + 1500

Dioda (D1-D2)

box)

5 Trimmer (C1,C4,C17,C18)

4 600 2400 Transistor (TR1)

PCB

1 Booster PCB

7. Booster 100 watt Modul

Jenis

Unit

Harga per Komponen Total (Rp)

(Rp)

Booster

Kaki-2

100 Watt Resistor (R1-R2) 5 Watt

(exclude Kapasitor (C1-C4, C5, C6, C7, C8)

power

Induktor (L1-L3)

supply + Dioda (D1-D2)

2 300 600 RFC

box) 500

5 Trimmer (C1,C4,C17,C18)

4 600 2400 Transistor (TR1)

PCB

1 Booster PCB

TOTAL

4. 2 Ringkasan Biaya Produksi Per Modul Nama Kit/Modul/Pemancar

Harga Bahan Langsung (Rp)

1. Modulator FM 88 – 108 MHz with PLL (Output Max 1 W)

2. Stereo Encoder 38Khz (kristal)

3. Power Supply (Switching)

4. Antena 5/8 Lambda aluminium

5. Kabel koaksial RG-8 (per meter)

6. Exciter FM 88 – 108 MHz 7 Watt + box

7. Amplifier RF (Booster) 30 Watt

8. Amplifier RF (Booster) 50 Watt

9. Amplifier RF (Booster) 100 Watt

10. Pemancar Radio FM 30 Watt

11. Pemancar Radio FM 50 Watt

12. Pemancar Radio FM 100 Watt

4. 3 Biaya Peralatan Awal

*) adalah sumbangan ataupun milik pribadi dan PT

Alat-alat yang tidak ditandai (*) pada tabel tersebut merupakan alat-alat yang rencanaya diajukan untuk dibiayai oleh DIKTI. Total biaya yang dibutuhkan untuk peralatan baru berjumlah Rp 6,296,500. Biaya tersebut adalah Total Harga awal/investasi alat dikurangi alat yang sudah dimiliki.

4. 4 Biaya Marketing No.

Strategi Marketing

Biaya Total per semester

3 Transportasi dan Akomodasi

5 Iklan (Internet)

Rp 300,000

6 Brosur

Rp 1,134,000 Rp 3,403,500

Total dana yang diajukan ke DIKTI berasal dari total biaya pembelian peralatan baru ditambah dengan biaya marketing yaitu

Komponen Biaya

Total

Total biaya pembelian peralatan baru

Rp

Total biaya marketing

Fixed Cost = Peralatan + Depresiasi + Marketing =

Rp 13,756,015

Jenis Permintaan

Proporsi

Fixed Cost

Fixed Cost/UNIT

Rp 275,120 Rp 275,120 Modul

Kit

Rp 412,680 Rp 412,680 Pemancar

Rp 13,068,214

Rp 3,267,054

Total

6 Rp 13,756,015

4. 5 Biaya Perawatan dan Depresiasi

4. 6 Harga Pokok Penjualan TABEL HARGA POKOK PENJUALAN STEREO ENCORDER

Radio Kampus Engineer ITB Laporan Harga Pokok Penjualan per 31 Desember 2010

Pembelian Material Langsung Rp 42,300 Biaya Overhead

Depresiasi peralatan

Rp 55,599 Perawatan

(Tidak termasuk komputer)

Rp 81,120 Total Biaya Produksi

Rp 179,020

Harga Pokok Penjualan Rp 179,020

Harga Pokok Penjualan Per Produk

HPP Rp 179,020 Keuntungan (dari HPP) Rp 170,981

Total Penjualan

1 unit

Rp 350,000

Harga jual per produk Rp 350,000

TABEL HARGA POKOK PENJUALAN MODUL BOOSTER 100W

Radio Kampus Engineer ITB Laporan Harga Pokok Penjualan per 31 Desember 2010

Pembelian Material Langsung Rp 1,412,400 Biaya Overhead

Depresiasi peralatan

Rp 83,399 Perawatan

(Tidak termasuk komputer)

Rp 121,680 Total Biaya Produksi

Rp 1,617,479

Harga Pokok Penjualan Rp 1,617,479

Harga Pokok Penjualan Per Produk

HPP

Rp 1,617,479 Keuntungan (dari HPP) Rp 2,382,521

Total Penjualan

1 unit

Rp 4,000,000

Harga jual per produk Rp 4,000,000

TABEL HARGA POKOK PENJUALAN PAKET PEMANCAR 30W

Radio Kampus Engineer ITB Laporan Harga Pokok Penjualan per 31 Desember 2010

Pembelian Material Langsung Rp 2,323,065 Biaya Overhead

Depresiasi peralatan (Tidak termasuk komputer) Rp 660,241 Perawatan

Rp 963,304 Total Biaya Produksi

Rp 3,946,609

Harga Pokok Penjualan Rp 3,946,609

Harga Pokok Penjualan Per Produk

HPP Rp 3,946,609 Keuntungan (X% HPP) Rp 3,553,391

Total Penjualan

1 unit

Rp 7,500,000

Harga jual per produk Rp 7,500,000

TABEL HARGA POKOK PENJUALAN PAKET PEMANCAR 50W

Radio Kampus Engineer ITB Laporan Harga Pokok Penjualan per 31 Desember 2010

Pembelian Material Langsung Rp 2,355,415 Biaya Overhead

Depresiasi peralatan (Tidak termasuk komputer) Rp 660,241 Perawatan

Rp 963,304 Total Biaya Produksi

Rp 3,978,959

Harga Pokok Penjualan Rp 3,978,959

Harga Pokok Penjualan Per Produk

HPP Rp 3,978,959 Keuntungan (X% HPP) Rp 5,021,041

Total Penjualan

1 unit

Rp 9,000,000

Harga jual per produk Rp 9,000,000

TABEL HARGA POKOK PENJUALAN PAKET PEMANCAR 100W

Radio Kampus Engineer ITB Laporan Harga Pokok Penjualan per 31 Desember 2010

Pembelian Material Langsung Rp 2,374,315 Biaya Overhead

Depresiasi peralatan (Tidak termasuk komputer) Rp 660,241 Perawatan

Rp 963,304 Total Biaya Produksi

Rp 3,997,859

Harga Pokok Penjualan Rp 3,997,859

Harga Pokok Penjualan Per Produk

HPP Rp 3,997,859 Keuntungan (x% HPP) Rp 7,002,141

Total Penjualan

2 unit

Rp 22,000,000

Harga jual per produk Rp 11,000,000

4. 7 Break Even Point

BEP STEREO ENCORDER

Harga Jual per unit (P) Rp 350,000

Jumlah yang diproduksi

(Q)

1 unit

Fixed Cost (F) Rp 275,120

Variable Cost/unit (v) Rp 42,300

Jumlah unit pada BEP

Qbe = F/[P-v] 0.894118622 Q round up

BEP MODUL AMPLIFIER 100 W

Harga Jual per unit (P) Rp 4,000,000

Jumlah yang diproduksi (Q) 1 unit

Fixed Cost (F) Rp 3,267,054

Variable Cost/unit (v) Rp 1,412,400

Jumlah unit pada BEP

Qbe = F/[P-v] 1.262580601 Q round up

BEP PEMANCAR RADIO FM 30 Watt

Harga Jual per unit (P) Rp 7,500,000

Jumlah yang diproduksi (Q) 1 unit

Fixed Cost (F) Rp 3,267,054

Variable Cost/unit (v) Rp 2,323,065

Jumlah unit pada BEP

Qbe = F/[P-v] 0.631078729 Q round up

BEP PEMANCAR RADIO FM 50 Watt

Harga Jual per unit (P) Rp 9,000,000

Jumlah yang diproduksi (Q) 1 unit

Fixed Cost (F) Rp 3,267,054

Variable Cost/unit (v) Rp 2,355,415

Jumlah unit pada BEP

Qbe = F/[P-v] 0.491686623 Q round up

BEP PEMANCAR RADIO FM 100 Watt

Harga Jual per unit

(P) Rp 11,000,000

Jumlah yang diproduksi

(Q)

2 unit

Fixed Cost

(F) Rp 3,267,054

Variable Cost/unit

(v) Rp 2,374,315

Jumlah unit pada BEP

Qbe = F/[P-v] 0.378758738 Q round up

Masing-masing tabel break even point dapat dijelaakan sebagai berikut. Untuk tiap tabel, terdapat dua nilai, yaitu Qbe dan Q round up. Q round up merupakan pembulatan dari nilai Qbe yang telah dihitung masing-masing pada tabel. Nilai Q round up sendiri merupakan nilai yang menyatakan jumlah minimum perangkat yang harus dijual sampai diperoleh modal kembali. Sebagai contohnya saja, untuk tabel terakhir (BEP PEMANCAR RADIO FM 100 WATT), tertulis bahwa nilai Q round up adalah sebesar 1. Nilai itu berarti bahwa hanya dengan menjual satu perangkat pemancar radio FM 100 watt saja, maka modal sudah dapat diperoleh kembali (istilah sehari- hari ya adalah sudah alik odal ).

Dengan demikian, secara garis besar, berdasarkan penjualan yang sudah dilakukan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

- Nilai balik modal penjualan satu kit stereo encoder diperoleh dengan penjualan satu kit stereo encoder. - Nilai balik modal penjualan satu modul amplifier 100 watt diperoleh dengan penjualan dua modul amplifier 100 watt. - Nilai balik modal penjualan satu paket pemancar 30 watt diperoleh dengan penjualan satu paket pemancar 30 watt. - Nilai balik modal penjualan satu paket pemancar 50 watt diperoleh dengan penjualan satu paket pemancar 50 watt. - Nilai balik modal penjualan satu paket pemancar 100 watt diperoleh dengan penjualan satu paket pemancar 100 watt.

4. 8 Cash Flow