1 ANALISIS PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI)
ANALISIS PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI)
SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Oleh :
CHARITAS A.W NIM : F0206037 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul : ANALISIS PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI)
Surakarta, 12 April 2010 Disetujui dan Diterima oleh Pembimbing
Drs. Harmadi, M.M. NIP. 19580513 198403 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dietujui dan diterima oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Mei 2010 Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Hj. Mahastuti Agoeng, M.Si. Sebagai Ketua ( ................... ) NIP. 19480622 197302 2 001
( ............…... ) NIP. 19580513 198403 1 001
2. Drs. Harmadi, M.M.
Sebagai Pembimbing
3. Muh Juan Suam Toro, SE., M.Si. Sebagai Anggota ( ................... ) NIP. 19760613 200812 1 001
MOTTO
“ Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada
Kami sajalah mereka dikembalikan” QS. Al- Mu’min 40 : 77.
“S esungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ” QS. Al-Insyirah 94:6.
“ Sungguh, besarnya pahala adalah setimpal dengan besarnya cobaan. Dan sungguh, Allah Ta’ala bila mencintai suatu kaum,
diuji-Nya mereka dengan cobaan. Untuk itu, barangsiapa yang ridho, maka baginya keridhoan Allah. Sedang barangsiapa yang
marah, maka baginya kemarahan Allah” ( HR. Tirmidzi )
" Jika begitu berat beban yang ada di pundak kita, maka jangan
meminta untuk dikurangi. Tapi mintalah agar pundak kita lebih dikuatkan... "
( dari seorang sahabat ) “ Kekuatan terbesar untuk menghadapi ketakutan adalah
keyakinan diri bahwa kita akan dapat melampaui ketakutan
itu dengan ketenangan dan berakhir dengan sebuah keberhasilan...”
“ KEGAGALAN adalah awal dari KEBERHASILAN “ (Anonim) “ Tak ada pengorbanan yang sia-sia....” (Anonim)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Ibu, Bapak dan kakakku terkasih... Keluarga Besarku... Teman-teman dan sahabatku tercinta... Almamater...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirobbil’alamin, Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Peristiwa Stock Split (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI) ”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas akhir dan syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Lebih dari itu, skripsi ini sesungguhnya merupakan suatu rangkuman dari proses pembelajaran yang telah ditempuh selama masa perkuliahan.
Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu , pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, Msi. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Reza Rahardian, SE, Msi. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs.Harmadi, MM selaku pembimbing skripsi.
5. DR. Asri Laksmi Riani, MS. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pelayanan yang telah diberikan.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya pembaca
Surakarta, Mei 2010
Penulis
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2000-2007
Lampiran 2 Data-Data Variabel yang Digunakan dalam Penelitian
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
ABSTRAKSI ANALISIS PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI)
Oleh :
Charitas A.W
F0206037
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini adalah laba, NPM, ROA dan ROI.
Penelitian ini mengacu pada signalling theory yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan stock split untuk menyampaikan informasi privat yang menguntungkan mengenai prospek masa depan perusahaan. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang bagus di masa depan.
Populasi yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dimana sampel yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan tindakan stock split pada tahun 2000- 2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pupossive sampling method. Penelitian ini menggunakan metodologi sampel berpasangan yang membandingkan profitabilitas perusahaan satu tahun sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Dari penelitian ini diperoleh hasil : (1) terdapat perbedaan laba yang signifikan antara Dari penelitian ini diperoleh hasil : (1) terdapat perbedaan laba yang signifikan antara
Kata kunci : stock split, profitabilitas, signalling theory
ABSTRACT ANALISIS PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI)
Charitas A.W
F0206037
This research purpose to know whether there is a significant difference between profitability before and after stock split. Proxy that used in this research to measure profitability is earnings, NPM, ROA, and ROE.
This research based on signalling hypothesis that said firm use stock split to convey privat information about favorable future prospect. Announcement of stock split is considered like a signal that firm will have a good performance in the future.
Population of this research is all of firms that listing in BEI where the sample is firm that perform split action in 2000-2007. The selection of the sample is done with purpossive sampling method. This research using paired sample method that compare between firm profitability one year before and after stock split.
From this research we find : (1) there is an earnings significant differences between before and after stock split action, (2) there is no NPM significant differences between before and after stock split action, (3) there is no ROA significant differences between before and after stock split action, (4) there is no ROE significant differences between before and after stock split action.
Keyword : stock split, profitability, signalling theory
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini, pasar modal merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Sudah banyak masyarakat yang mengenal pasar modal. Mereka menjadikan pasar modal sebagai alternatif investasi mereka. Tentu saja, dalam menentukan perusahaan yang akan mereka jadikan tempat investasi, diperlukan berbagai pertimbangan. Tidak sembarang perusahaan bisa mereka pilih sebagai tempat investasi. Para investor memilih perusahaan yang mereka anggap bisa memberikan return sesuai dengan harapan mereka dan perusahaan yang mereka anggap mempunyai prospek laba masa depan yang tinggi. Dalam hal ini, informasi menjadi sesuatu hal yang sangat penting, karena seorang investor sebelum menginvestasikan dananya di pasar modal dengan cara membeli saham yang diperdagangkan, terlebih dahulu dia harus memahami dan meyakinkan bahwa semua informasi yang tersedia dan mekanisme perdagangan di pasar modal dapat dipercaya, tidak ada pihak yang memanipulasi informasi dan perdagangan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, informasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi investor yang akan menanamkan dananya pada pasar modal. Disini informasi merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio dengan tingkat risiko tertentu. Informasi juga dapat Seperti yang telah dijelaskan di atas, informasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi investor yang akan menanamkan dananya pada pasar modal. Disini informasi merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio dengan tingkat risiko tertentu. Informasi juga dapat
Jika pasar modal mampu bereaksi dengan cepat dan akurat yang akan merefleksikan informasi yang dibutuhkan segera, maka pasar modal tersebut disebut pasar yang efisien. Dalam pasar yang efisien, harga pasar dari sekuritasnya yang diperdagangkan setiap saat selalu merefleksikan semua info yang diketahui secara umum dari sekuritas tersebut. Pengaruh informasi pada pasar modal yang efisien adalah harga akan selalu menyesuaikan dengan informasi baru yang muncul. Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan.
Menurut Lorrie, Dodd dan Kimpton (1985) dalam Wang Sutrisno dkk, yang dimaksud dengan harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Untuk itu, investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual ataupun membeli saham. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan risiko tertentu. Informasi dapat mengurangi Menurut Lorrie, Dodd dan Kimpton (1985) dalam Wang Sutrisno dkk, yang dimaksud dengan harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Untuk itu, investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual ataupun membeli saham. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan risiko tertentu. Informasi dapat mengurangi
Meskipun terdapat sedikit bukti empiris untuk mendukung anggapan ini, namun tetap saja terdapat keyakinan yang semakin luas di dalam
lingkaran keuangan bahwa terdapat suatu rentang harga yang “optimal” bagi saham, artinya bahwa jika harga saham terdapat di dalam rentang tersebut, maka rasio harga/laba, atau dengan kata lain nilai perusahaan akan maksimal (Brigham and Houston, 2006). Dengan adanya rentang harga tersebut, manajemen berusaha agar harga sahamnya selalu berada di dalam rentang tersebut.
Harga saham suatu perusahaan pada tingkat tertentu dapat menjadi sangat tinggi, yang dapat diidentifikasi dari tingginya nilai Price Earning Ratio (PER). Hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya kecenderungan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki prospek yang baik di masa datang, sehingga saham yang ditawarkan pada publik oleh perusahaan yang bersangkutan memiliki harga yang tinggi. Bagi perusahaan, adanya kenaikan harga saham tersebut dapat dinilai sebagai suatu kondisi yang menguntungkan, namun disisi lain para investor dituntut untuk mengeluarkan tambahan modal yang cukap besar untuk dapat melakukan investasi melalui pembelian saham perusahaan tersebut.
Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham perusahaan tersebut Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham perusahaan tersebut
Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu. Atau dengan kata lain perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli. Salah satu langkah yang dapat diambil perusahaan agar saham yamg dijual dapat menarik minat investor yaitu melalui stock split atau pemecahan saham.
Stock split merupakan pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil (Sartono, 2006). Atau dengan kata lain stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi nominal Rp 500 per saham. Pemecahan nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi banyak (Basir dan Fakhrudin, 2005).
Dengan demikian, jumlah saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Pemecahan saham dapat terdiri atas berbagai ukuran, yaitu Dengan demikian, jumlah saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Pemecahan saham dapat terdiri atas berbagai ukuran, yaitu
Menurut Kurniawati (2003) dalam Lukman (2008) apabila harga suatu saham terlalu tinggi, maka kemungkinan saham tersebut dapat dibeli oleh masyarakat semakin kecil. Manajemen perusahaan yakin bahwa apabila kepemilikan saham semakin luas, maka hubungan dengan masyarakat lebih baik, sehingga adanya stock split memiliki kemampuan menarik mayoritas investor potensi.
Aktivitas stock split umumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi yang akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Stock split hanya upaya untuk menarik investor untuk membeli saham yang dipecah tersebut karena harga setelah dipecah menjadi lebih terjangkau. Keputusan stock split merupakan kesempatan para pemegang saham yang dicapai dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Emiten harus menyampaikan kepada BAPEPAM dan diumumkan segera kepada masyarakat karena stock split dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan investasi oleh investor (Suntoro dan Subekti 2003).
Menurut teori keuangan tradisional, stock split hanyalah salah satu bentuk corporate action yang sifatnya kosmetik dan administratif. Berbeda dengan corporate action lainnya, tindakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan kinerja dan cash flow, sehingga praktis tidak akan merubah kekayaan perusahaan. Ketika melakukan stock split, perusahaan sama saja dengan menerbitkan saham baru dan membagi-bagikannya kepada Menurut teori keuangan tradisional, stock split hanyalah salah satu bentuk corporate action yang sifatnya kosmetik dan administratif. Berbeda dengan corporate action lainnya, tindakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan kinerja dan cash flow, sehingga praktis tidak akan merubah kekayaan perusahaan. Ketika melakukan stock split, perusahaan sama saja dengan menerbitkan saham baru dan membagi-bagikannya kepada
Meskipun secara teoritis pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyaknya peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal. Pemecahan saham telah menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga pasar saham perusahaan. Maka dari itu, tidaklah mengherankan kalau banyak teori dan riset empiris yang dikembangkan untuk membahas tentang praktek pemecahan saham ke pasar modal (Marwata, 2002).
Stock split merupakan suau fenomena yang masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki. Menurut Brigham dan Gapenski (2004), stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk menaikkan jumlah saham beredar namun stock split tidak menambah kesejahteraan investor dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomi bagi perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan ( Miraeki Herawati, skripsi 2007).
McNichols & Dravid (1990) menemukan bahwa secara statistik terjadi kenaikan EPS yang signifikan pada perusahaan setelah pengumuman stock split . Berdasarkan penemuan tersebut, satu keterangan yang didapatkan adalah bahwa perusahaan memecah sahamnya untuk mensinyalkan informasi mengenai laba masa depan. Ada dua hipotesis yang
ditujukan untuk menerangkan abnormal return yang berhubungan dengan stock split . Hipotesis yang pertama yaitu hipotesis pensinyalan (signaling hypothesis) . Menurut hipotesis ini, stock split berhubungan dengan pengumuman abnormal return yang positif karena manajer menggunakan stock split untuk menyampaikan informasi privat yang menguntungkan mengenai prospek masa depan perusahaan. Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman stock split dianggap sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus di masa depan. Reaksi pasar terhadap peristiwa stock split tersebut sebenarnya bukan terhadap tindakan stock split itu sendiri, melainkan terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan oleh stock split tersebut.
Penelitian yang mendukung hipotesis ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ikenbery et al (1996) dan Desai and Jain (1997) yang menemukan abnormal return pada 3 tahun setelah pengumuman split. Dalam konteks pasar modal Indonesia sendiri, penelitian yang mendukung hipotesis ini adalah yang dilakukan oleh Beni Suhendra Winarso (2003). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi secara signifikan terhadap pengumuman stock split. Hal ini terlihat pada tiga hari sebelum pengumuman terdapat abnormal return yang negatif Penelitian yang mendukung hipotesis ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ikenbery et al (1996) dan Desai and Jain (1997) yang menemukan abnormal return pada 3 tahun setelah pengumuman split. Dalam konteks pasar modal Indonesia sendiri, penelitian yang mendukung hipotesis ini adalah yang dilakukan oleh Beni Suhendra Winarso (2003). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi secara signifikan terhadap pengumuman stock split. Hal ini terlihat pada tiga hari sebelum pengumuman terdapat abnormal return yang negatif
Hipotesis yang kedua yaitu trading range hypothesis, yaitu split dilakukan untuk menyesuaikan harga saham ke tingkat yang “optimal”. Hipotesis ini menyatakan bahwa stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Hal ini disebabkan oleh harga saham yang terlalu tinggi yang menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan banyak investor yang mampu bertransaksi. Namun hipotesis ini dibantah oleh Indah Kurniawati (2003) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas setelah pengumuman pemecahan saham. Begitu juga dengan Copeland dalam Jogiyanto menemukan hal yang sebaliknya dengan hipotesis ini, yaitu likuiditas pasar akan semakin rendah setelah stock split, yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya, biaya transaksi pialang secara proporsi meningkat dan bid – ask – spread (selisih harga bid yang diajukan oleh pembeli dan harga ask yang diminta oleh penjual) juga lebih tinggi dari sebelumnya.
Pengumuman stock split sendiri merupakan salah satu seni informasi pada pasar dengan efisiensi semi kuat. Weston dan Copeland (1995) menegaskan, secara informasional sebuah pasar modal dikatakan efisien jika harga saham yang berlaku mencerminkan informasi yang relevan yang tersedia. Dalam pasar dengan bentuk efisiensi semi kuat, harga surat berharga mencerminkan semua informasi yang tersedia secara umum. Ketika dalam pasar modal tersebut terdapat beberapa penyimpangan sehubungan dengan informasi yang akan dipublikasikan tersebut, maka akan menciptakan kesempatan bagi investor untuk memperoleh keuntungan di atas normal (abnormal return).
Asquith et al (1989) menguji 121 stock split yang tidak membayarkan dividen sebelum atau pada tahun pengumuman split, dan melaporkan peningkatan laba yang signifikan beberapa tahun sesudah split. Mc Nichols and Dravid (1990) menemukan bahwa laba periode pengumuman dapat dijelaskan oleh informasi privat dari manajemen mengenai laba masa depan. Sementara Ikenbery et al (1996) dan Desai and Jain (1997) menemukan abnormal return pada 3 tahun setelah pengumuman split. Kedua studi tersebut terlihat mendukung pandangan bahwa split merefleksikan optimistis manajemen mengenai masa depan. Namun, hasil dari dua studi tersebut tidak menunjukkan atau mengimplikasikan sebuah hubungan yang positif antara split dan profitabilitas masa depan. Kenyataannya bahwa penyimpangan positif di tahun setelah pengumuman split berhubungan dengan market underraction.
Mereka menemukan bahwa analis keuangan cenderung menyepelekan laba akibat pemecahan dan anggapan ini akan menurun secara bertahap dan mendekati nol ketika laba aktual diumumkan.
Respon pasar yang negatif pada saat pengumuman stock split ini disebabkan karena investor sudah mengetahui dulu berita mengenai pengumuman pemecahan saham tersebut atau hal ini disebabkan adanya asimetri informasi, dimana sebagian calon investor sudah mengetahui terlebih dahulu mengenai adanya pengumuman pemecahan saham. Selain itu juga bisa disebabkan karena harga saham setelah pemecahan saham mengalami perubahan yang sangat cepat, maka menyebabkan refleksi kepercayaan terhadap perusahaan di masa yang akan datang masih diragukan. Namun anggapan ini bertentangan dengan penelitian Beni Suhendra Winarso (2003) yang menunjukkan reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman stock split.
Selain berpengaruh terhadap pemegang saham, stock split juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Kadiyala dan Vetsuypens (2002) pada perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split di pasar modal New York. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan khususnya profitabilitas perusahaan, yaitu mempengaruhi Return on Asset (ROA). Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Asquith, Healy dan Palepu (1989) Selain berpengaruh terhadap pemegang saham, stock split juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Kadiyala dan Vetsuypens (2002) pada perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split di pasar modal New York. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan khususnya profitabilitas perusahaan, yaitu mempengaruhi Return on Asset (ROA). Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Asquith, Healy dan Palepu (1989)
Gow-Cheng Huang, Kartono Liano dan Ming Shiung Pan (2006) meneliti apakah stock split merupakan suatu sinyal yang positif untuk profitabilitas masa depan perusahaan sesuai dengan signaling hypothesis. Mereka melakukan penelitian pada saham-saham dalam indeks NYSE, AMEX dan NASDAQ dan hasilnya adalah bertentangan dengan signalling hypothesis , yaitu stock split bukanlah merupakan suatu sinyal yang positif terhadap profitabilitas masa depan yang ditunjukkan dengan hubungan yang negatif antara stock split dengan profitabilitas masa depan. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Miliasih (2000) menemukan hasil bahwa pengumuman pemecahan saham tidak menyebabkan terjadinya kenaikan earning yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai pengaruh stock split terhadap profitabilitas, yang menunjukkan adanya research gap dalam hasil penelitiannya, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT ( Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI )”.
Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Laba, NPM, ROA dan ROE. Alasan penulis menggunakan keempat proksi tersebut adalah karena biasanya profitabilitas Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Laba, NPM, ROA dan ROE. Alasan penulis menggunakan keempat proksi tersebut adalah karena biasanya profitabilitas
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang diteliti adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara laba (earnings) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Net Profit Margin (NPM) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Return on Assets (ROA) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Return on Equity (ROE) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara laba (earnings) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Net Profit Margin (NPM) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Return on Assets (ROA) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Return on Equity (ROE) sebelum dan sesudah peristiwa stock split ?
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak berikut:
1. Bagi investor Menjadi acuan bagi investor dalam menyikapi tindakan perusahaan yang melakukan stock split. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan sangat menjadi informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi.
2. Bagi emiten/ perusahaan Dapat mengetahui dampak dari keputusan melakukan split terutama terhadap profitabilitas sehingga akan lebih berhati-hati mempertimbangkan kebijakan perusahaan yang akan diambil terutama kebijakan mengenai pemecahan saham. Hal ini diperlukan untuk mengambil suatu keputusan guna kepentingan pendanaan investasi.
3. Bagi praktisi Memberikan informasi tambahan kepada pihak-pihak yang melakukan penelitian selanjutnya mengenai praktek stock split dan memberikan acuan bahan penelitian kepada akademisi lainnya terkait dengan stock split.
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang atau modal sendiri yang diterbitkan oleh pemerintah maupun dari pihak swasta. Pasar modal juga merupakan pertemuan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Fungsi pasar modal adalah untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam menjalankan fungsi keuangan, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dana dan pemberi dana akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada. Di sisi lain, pasar modal juga sebagai wahana investasi masyarakat baik pemodal kecil maupun besar. Sementara para investor yang bermain di bursa bertujuan menghimpun dana dari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi diri pribadinya maupun perusahaan yang mereka jalankan.
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal yang Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal yang
Pasar modal dirancang untuk keperluan investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan perusahaan. Di pasar modal, penawaran dan permintaan sangatlah bervariasi dibandingkan dengan pasar uang. Dari segi lain, penawaran saat ini bisa menjadi permintaan besok. Namun, yang memegang peranan dalam pasar modal adalah perusahaan-perusahaan dengan berbagai ukuran yang menggunakan dana jangka panjang. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan industri, manufaktur, perbankan, asuransi, dll.
Di pasar modal, informasi merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan portofolio dengan tingkat risiko tertentu. Informasi juga dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Suatu informasi akan sangat bermakna jika informasi itu mampu menyebabkan para investor terjun dalam pasar modal. Hal ini akan tercermin dari indikator atau karakteristik pasar modal seperti harga saham, volume perdagangan, return saham, dll.
Jika pasar modal mampu bereaksi dengan cepat dan akurat yang akan merefleksikan informasi yang dibutuhkan dengan segera, maka pasar Jika pasar modal mampu bereaksi dengan cepat dan akurat yang akan merefleksikan informasi yang dibutuhkan dengan segera, maka pasar
Untuk menarik minat para pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Sementara pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari suatu perusahaan secara akurat. (Jogiyanto,2008)
Jika pasar modal bersifat efisien, harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan serta kualitas dan manajemennya di masa depan. Jika calon investor meragukan kualitas dan manajemen, keraguan ini dapat tercermin pada harga surat berharga yang turun. Dengan demikian, pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen.
Seorang pemegang saham mempunyai hak veto di dalam pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil atau proksi
(proxy). Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka dapat terjadi perang proksi (proxy fight) untuk mengganti manajemen.
2. Corporate Action
Corporate action adalah tindakan perusahaan untuk meningkatkan modal disetor pada tahun-tahun berikutnya dengan melakukan :
1. Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Pengeluaran saham baru melalui right issue.
3. Pengeluaran saham baru melalui warrant.
4. Pengeluaran saham baru melalui convertible bonds.
5. Menambah jumlah saham melalui split.
6. Menambah jumlah saham melalui saham bonus.
7. Menambah jumlah saham melalui dividen saham. (Moh. Samsul,2006)
3. Stock Split
Stock split merupakan pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil (Sartono, 2006). Atau dengan kata lain stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi nominal Rp 500 per saham. Pemecahan nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi banyak (Basir dan Fakhrudin, 2005). Dengan demikian, jumlah saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai Stock split merupakan pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil (Sartono, 2006). Atau dengan kata lain stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi nominal Rp 500 per saham. Pemecahan nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi banyak (Basir dan Fakhrudin, 2005). Dengan demikian, jumlah saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu pemecahan naik (split up) dan pemecahan turun (split down atau reverse split). Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecah 1:2; 1:3; dan 1:4. Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecah 2:1; 3:1; dan 4:1. Perbandingan antara jumlah lembar saham yang bernominal lama dengan jumlah lembar saham yang bernominal baru disebut dengan rasio stock split. Misalnya 2:1 berarti 1 lembar saham nominal lama dipecah menjadi 2 lembar saham nominal baru (Basir dan Fakhrudin, 2005).
Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Tetapi jika stock splits tidak mempunyai nilai ekonomis, mengapa perusahaan emiten melakukannya? Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas harga Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Tetapi jika stock splits tidak mempunyai nilai ekonomis, mengapa perusahaan emiten melakukannya? Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas harga
Dengan pemecahan saham, semua saham lama dihancurkan dan saham baru (dengan nominal baru) diterbitkan. Jumlah saham baru biasanya lebih besar 25% atau lebih dibandingkan jumlah saham lama yang beredar. McGrough (1993) mengatakan bahwa pasar modal Amerika Serikat yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai pemecahan saham. NYSE membedakan pemecahan saham menjadi dua, yaitu : 1)
Pemecahan saham sebagian (partial stock split), yaitu tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham lama.
Pemecahan saham penuh (full stock split), yaitu tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham lama. Proses pemecahan stock split ini dengan cara menukarkan saham
dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nominal baru. Pemecahan saham ini tidak mempengaruhi modal yang disetor penuh, karena tidak terjadi penambahan modal disetor, tetapi yang terjadi hanyalah pemecahan nilai nominal yang lebih kecil sehingga banyaknya saham menjadi meningkat. Harga teoritis saham setelah pemecahan saham harus dihitung, sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan nilai nominal baru dan harganya secara dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nominal baru. Pemecahan saham ini tidak mempengaruhi modal yang disetor penuh, karena tidak terjadi penambahan modal disetor, tetapi yang terjadi hanyalah pemecahan nilai nominal yang lebih kecil sehingga banyaknya saham menjadi meningkat. Harga teoritis saham setelah pemecahan saham harus dihitung, sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan nilai nominal baru dan harganya secara
Untuk itu, perlu dilakukan penghitungan harga teoritis saham yang diakibatkan adanya peristiwa stock split. Penghitungan stock split dari nominal a menjadi nominal b adalah sebagai berikut.
HAS
HT =
n Dimana : HT
: harga teoritis HAS : harga akhir saham dengan nilai nominal lama nilai nominal lama
n : nilai nominal baru
(faktor split)
b Penyesuaian jumlah saham akibat split saham sehingga nilai nominal saham berubah dari Rp a menjadi Rp b.
c=t n
Dimana :
c : jumlah saham setelah split t
: jumlah saham sebelum split n
: factor split ( a )
Penyesuaian nilai dasar karena adanya split.
Dimana : NDB : nilai dasar baru NPS : nilai pasar sebelumnya Hx
: selisih antara harga teoritis dengan harga pembulatannya
C : jumlah saham setelah split NDS : nilai dasar sebelumnya
Beberapa pelaku pasar khususnya para emiten berpendapat bahwa aktivitas split diyakini dapat memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan. McGrough (1993) mengemukakan manfaat pada umumnya yang diperoleh dari split, yaitu menurunkan harga saham yang kemudian akan membantu meningkatkan daya tarik investor, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan dan mengubah investor odd lot (investor yang membeli saham di bawah 1 lot/ 500 lembar) menjadi investor round lot (investor yang membeli saham minimal 1 lot/ 500 lembar).
McNichols & Dravid (1990) menemukan bahwa secara statistik terjadi kenaikan EPS yang signifikan pada perusahaan setelah pengumuman stock split . Berdasarkan penemuan tersebut, yaitu bahwa harga saham meningkat setelah pengumuman split, satu keterangan yang didapatkan adalah bahwa perusahaan memecah sahamnya untuk mensinyalkan
untuk menerangkan abnormal return yang berhubungan dengan stock splits. Hipotesis yang pertama yaitu hipotesis pensinyalan (signaling hypothesis). Menurut hipotesis ini, stock splits berhubungan dengan pengumuman abnormal return yang positif karena manajer menggunakan stock splits untuk menyampaikan informasi privat yang menguntungkan mengenai prospek masa depan perusahaan. Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus di masa depan.
Hipotesis yang kedua yaitu trading range hypothesis, yaitu split dilakukan untuk menyesuaikan harga saham ke tingkat yang “optimal”.
Hipotesis ini menyatakan bahwa stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Hal ini disebabkan oleh harga saham yang terlalu tinggi yang menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan banyak investor yang mampu bertransaksi.
Ada beberapa alasan yang mendasari dilakukannya stock split, yaitu alasan yang berhubungan dengan likuiditas saham dan alasan yang berhubungan dengan sinyal yang diberikan split. Alasan pertama bahwa stock splits dilakukan karena akan dapat meningkatkan likuiditas harga Ada beberapa alasan yang mendasari dilakukannya stock split, yaitu alasan yang berhubungan dengan likuiditas saham dan alasan yang berhubungan dengan sinyal yang diberikan split. Alasan pertama bahwa stock splits dilakukan karena akan dapat meningkatkan likuiditas harga
Alasan yang kedua yaitu alasan yang berhubungan dengan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan ke publik. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan ke publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataannya bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut yang tidak mempunyai nilai ekonomis, tapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split.
Agar suatu sinyal dianggap valid dan dapat dipercaya oleh pasar, maka tidak semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi yang sesuai yang disinyalkan yang akan Agar suatu sinyal dianggap valid dan dapat dipercaya oleh pasar, maka tidak semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi yang sesuai yang disinyalkan yang akan
Menurut Scott, Martin, Petty dan Keown (1999) dalam Rohana (2003) ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split antara lain yaitu:
1. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham,
2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan,
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas.
4. Profitabilitas
Definisi profitabilitas menurut Sartono ( 2001:122 ) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan Definisi profitabilitas menurut Sartono ( 2001:122 ) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
Menurut Mosich dan Larsen dalam Handayati (2006), salah satu rasio yang penting dalam analisis laporan keuangan adalah rasio profitabilitas. Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode akuntansi. Profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan melalui perbandingan laba dengan investasi yang digunakan.
Proksi yang digunakan untuk menilai profitabilitas dalam penelitian ini adalah :
a) Earnings (Laba)
Swardjono (2005) mendefinisikan earnings atau laba sebagai selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara accrual. Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Pentingnya informasi laba bahwa laba memiliki manfaat untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif Swardjono (2005) mendefinisikan earnings atau laba sebagai selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara accrual. Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Pentingnya informasi laba bahwa laba memiliki manfaat untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif
Earnings dapat digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Earnings yang diperoleh perusahaan dapat ditahan sebagai sumber dana internal (retained earnings) atau dibagikan dalam bentuk dividen (Tendelilin, 1997).
Menurut Belkaoui (2000), earnings merupakan perbedaan pendapatan (revenue) dan biaya (expense) pada suatu periode akuntansi yang terjadi dalam menghasilkan revenue.
b) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin digunakan untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari setiap nilai penjualan. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan mengelola biaya operasinya. Selain itu, rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan untuk menutup biaya tetap dan masih menyisakan laba yang layak atau tidak. Net Profit Margin diperoleh dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
c) Return On Assets (ROA)
Merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasionalnya untuk menghasilkan laba. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi dari keseluruhan operasional suatu perusahaan.
Keuntungan lain dengan menggunakan analisis ROA adalah dapat digunakan untuk menilai profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan dan sebagai dasar untuk keperluan perencanaan ekspansi. Semakin efektif perusahaan menjalankan operasinya, maka risiko yang ditanggung semakin kecil. ROA diperoleh dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan total aktiva.
d) Return On Equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimilikinya. Semakin tinggi ROE, maka akan semakin tinggi pula efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk mencapai laba. ROE diperoleh dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
B. Penelitian Terdahulu
Stock split merupakan salah satu bentuk corporate action. Berbeda dengan corporate action lainnya, tindakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan kinerja dan cash flow, sehingga praktis tidak akan merubah kekayaan perusahaan. Ketika melakukan stock split, perusahaan sama saja dengan menerbitkan saham baru dan membagi-bagikannya kepada pemegang saham lama secara proporsional. Sederhananya, kertas yang ada di tangan si pemegang saham hanya akan bertambah banyak, tetapi nilai keseluruhannya tetap sama (Nuryadin, 2004). Dengan demikian, sebenarnya Stock split merupakan salah satu bentuk corporate action. Berbeda dengan corporate action lainnya, tindakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan kinerja dan cash flow, sehingga praktis tidak akan merubah kekayaan perusahaan. Ketika melakukan stock split, perusahaan sama saja dengan menerbitkan saham baru dan membagi-bagikannya kepada pemegang saham lama secara proporsional. Sederhananya, kertas yang ada di tangan si pemegang saham hanya akan bertambah banyak, tetapi nilai keseluruhannya tetap sama (Nuryadin, 2004). Dengan demikian, sebenarnya
Meskipun secara teoritis pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyaknya peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal. Pemecahan saham telah menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga pasar saham perusahaan. Maka dari itu, tidaklah mengherankan kalau banyak teori dan riset empiris yang dikembangkan untuk membahas tentang praktek pemecahan saham ke pasar modal (Marwata, 2002).