ETIKA DAN HUBUNGAN DENGAN TENAGA KERJA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah pangkal
tolak pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma dan nilainilai, pertanggungjawaban dan pilihan. Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan
yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan
organisasi. Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada
etika, karena hal ini akan meningkatkan reputasi organisasi dan meningkatkan
motivasi karyawan serta dapat mengurangi berbagai kerugian akibat perilaku yang
kurang etis yang dilakukan oleh karyawan. Perilaku yang tidak etis seperti minumminuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang di tempat kerja, penyalahgunaan
email, tidak melaporkan pelanggaran karyawan lain kepada manajemen, serta
berbagai pelanggaraan etika lainnya. Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius
mengingat perilaku yang tidak etis dapat menjurus kearah tindakan kriminal serta
perilaku lain yang merugikan perusahaan, baik finansial maupun nonfinansial.
Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis yang ditunjukkan
karyawan tersebut muncul. Hal ini terkait pada individu karyawan saja, tetapi juga
menyangkut keseluruhan proses dalam organisasi. Dalam hal ini manajemen sumber
daya manusia mempunyai peran penting untuk menjamin bahwa organisasi bertindak
secara fair dan etis karyawan, klien, serta stakeholder lainnya.
2
Manajemen sumber daya manusia memainkan peran penting dalam
membantu organisasi untuk meningkatkan nilai-nilai etika organisasi. Manajemen
merupakan pendorong organisasi dalam usaha melatih karyawan agar mempunyai
etika bisnis yang sesuai dengan organisasi, sehingga tindakan kurang etis dapat di
cegah. Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah melindungi organisasi dari
tindakan yang tidak etis dari karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga
bertanggung jawab dalam usaha-usaha organisasi untuk menangani etika perilaku,
dapat mampu menjadi penggerak dalam organisasi dalam menanggani isu-isu etika,
serta bertanggung jawab dalam pengembangan dan pelatihan mengenai pentingnya
peningkatan moral karyawan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah “ Bagaimana Etika dan hubungan dengan tenaga kerja?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Etika dan
hubungan dengan tenaga kerja.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penyusunan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
3
1. Kegunaan Teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
bagi
perkembangan pengetahuan mengenai etika dan hubungan dengan tenaga kerja
dan juga sebagai sarana untuk belajar di dalam menganalisa suatu masalah.
Dan juga sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang mau mengambil
tema yang sama.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang merupakan
penelitian kualitatif, data-data yang didapatkan oleh penulis, kemudian akan
dianalisis dan ditelaah lalu diuraikan dan dipaparkan dalam bentuk laporan yang
bersifat deskriptif.
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data
penelitiannya (Arikunto, 2002: 136). Dalam Penelitian ini,
penulis memilih metode deskriptif. Pengertian metode deskriptif yaitu suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1985: 63).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini menurut Nazir (2005:54) yaitu untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sebagai data
4
primer penulis kutip dari buku-buku yang relevan. Selanjutnya pendekatan data
sekunder.
Data
sekunder
(secondary
reference)
adalah
informasi
yang
telah
dikumpulkan pihak lain. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak langsung
memperoleh data dari sumbernya. Peneliti bertindak sebagai pemakai data (Wasito,
1995: 69). Yang diambil dengan mengutip dokumen-dokumen penting seperti jurnal,
artikel, karya ilmiah orang lain yang dipublikasikan di internet yang berhubungan
topik penelitian.
Disamping penulis kutip dari data sekunder (secondary reference) melalui
internet untuk memperoleh beberapa teori yang dibahas. Penulis juga menggunakan
data umum (general reference) yaitu data yang diambil dari kamus istilah bahasa.
Adapun teknik pengumpulan dan analisis data akan penulis jelaskan sebagai
berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
mengunakan cara:
a. Dokumentasi;
Menurut Arikunto (2006: 231) memaparkan bahwa dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Untuk mendukung validitas data atau informasi, dalam penelitian
5
ini penulis juga melakukan kajian dokumentasi, yaitu berupa data-data seperti
jurnal-jurnal yang dibukukan untuk menganalisa persoalan yang dibahas.
2. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang penulis gunakan adalah teknik
analisa deskriptif kualitatif (berupa kata-kata bukan angka). Teknik analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud untuk
mengorganisasikan data yang telah diperoleh, baik dari data primer maupun sekunder.
Menurut Arikunto (2002: 103) mengemukakan bahwa analisis data ialah
mengatur,
mengurutkan,
mengelompokkan,
memberikan
kode,
dan
mengkategorikannya. Sedangkan analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman
(1992:15) menjelaskankan bahwa data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka-angka. Data tersebut mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai
cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang kemudian “diproses”
melalui pencatatan, pengetikan atau pengaturan kembali. Teknik analisis data yang
digunakan
adalah
analisis
kualitatif.
Analisis
Kualitatif
digunakan
untuk
mendiskriptifkan atau memberikan gambaran secara mendalam dan menyeluruh, Sifat
analisisnya lebih ditekankan pada makna dari variabel yang diteliti.
3. Pengolahan data
6
Data yang telah didapatkan penulis akan diolah melalui proses ’editing’, yaitu
penulis akan memeriksa kembali data atau keterangan yang telah terkumpul dalam
record book. Kemudian data dipaparkan dalam bentuk laporan atau narasi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseptualisasi Etika
1. Pengertian Etika
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, (WJS Poerwadarminta, 1986:
278), disebutkan bahwa Etika adalah Ilmu Pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Menurut Verkyuil, Perkataan etika berasal dari kata ethos sehingga muncul
kata-kata etika. Perkataan ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin
atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan (Rudolf Pasaribu, 1988:
2). Sedangkan menurut James J. Spillane SJ (dalam Budi Santoso, dkk., 1992: 42,
lihat pula Soegarda Poerbakawatja, 1976: 82), memaparkan bahwa etika
memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan
keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi
individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Menurut Hamzah Ya’kub (1983: 7)
mendefinikan bahwa etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran. Menurut Herman Soewardi (Depdikbud, 1988: 7) etika dapat
dijelaskan dengan membedakan dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (2) kumpulan asas
8
atau nilai yang berkenaaan dengan akhlak (3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
Burhanuddin Salam (1987:1), menjelaskan bahwa etika adalah sebuah cabang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan
pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral
tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan nilai
dan norma moral tersebut. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku
hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Seorang akademisi
dan rohaniwan. Magnis Suseno mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan
bukan sebuah ajaran. Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup
adalah moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma
atau ajaran moral tersebut atau kita juga bisa mengatakan bahwa moralitas adalah
petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan
etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral
yang siap pakai. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita
orientasi bagaimana dan ke mana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi
bedanya moralitas langsung mengatakan kepada kita; inilah caranya anda harus
melangkah. Sedangkan etika harus mempersoalkan; apakah saya harus melangkah
dengan cara itu dan mengapa harus dengan cara itu? (Salam, 1987: 2).
9
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak
yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri
sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau normanorma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23),
sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan
10
hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma,
karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu
yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup
informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat
informatif, direktif dan reflektif.
2. Konsep Etika Bukan Sekedar Kode Etik
Kode etik menetapkan aturan kehidupan organisasi, termasuk tanggung-jawab
professional, pengembangan professional, kepemimpinan yang etis, kejujuran dan
keadilan, konflik kepentingan, dan megunakan informasi. Banyak organisasi yang
mempunyai kode etik yang formal dalam organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam
11
perilaku anggotanya perlu dipertanyakan. Banyak anggota yang menganggap kode
etik hanya sebagai hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak
didukung dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik
harus sesuai dengan norma-norma dalam organisasi, disebarluaskan kepada karyawan
dan benar-benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa mampu membangun
sebuah peusahaan etis. Oleh sebab itu perlu adanya konsep etika yang matang yang
tidak hanya mampu mengurangi kerugian yang berakibatkan perilaku karyawan yang
tidak etis, tetapi juga membuat suatu konsep etika yang mampu membangun budaya
etis organisasial.
Salah satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM dan
Standar Profesional dalam MSDM ditetapkan bahwa ” Sebagai Profesional SDM,
mempunyai tanggung-jawab untuk memberikan nilai tambah pada organisasi yang
dilayani dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan etika organisasi”.
Manajer SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih dari
sekedar menggantung poster kode etik di dinding. Sebaliknya, karena pekerjaan
utama profesional SDM adalah berhubungan dengan orang, mereka harus membantu
untuk mempraktekkan etika ke dalam budaya perusahaan. Mereka perlu membantu
membangun lingkungan di mana karyawan bekerja di seluruh organisasi untuk
mengurangi penyimpangan etika.
12
3. Perencanaan Strategi Konsep Etika
Manajemen sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai penyusunan
kode etik perusahaan, merencanakan sumber daya manusia yang etis yang mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi juga harus berperan sebagai perencanaan strategi
konsep etika. langkah-langkahnya:
1. Menentukan standar etika yang ingin ditanamkan.
2. Mengindentifikasi faktor-faktor etis kritikal yang dapat digunakan dalam
mendorongnya konsep etika perusahaan.
3. Mengindentifikasi kemampuan, prosedur, kompetensi yang diperlukan.
4. Mengintegrasikan konsep etika dalam strategi bisnis yang dilakukan.
5. Mengembangkan langkah-langkah konkret yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan, mengawasi dan mengevaluasi konsep etika yang
dijalankan.
4. Implementasi Konsep Etika Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, konsep etika dapat diimplementasikan
dalam bentuk pengawasan organisasional yang didasarkan pada sosialisasi aturanaturan, memonitor perilaku dan disilpin karyawan, serta mempengaruhi perilaku
melalui pemberian hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika. Penerapan
yang terlalu kuat pada konsep etika yang berorentasi pada pemenuhan etika tersebut,
mempunyai akibat yang kurang baik pada dampak yang dihasilkan, karena perhatian
karyawan akan tertumpu pada usaha-usaha untuk menghindari hukuman saja.
13
Dengan demikian, hanya akan tercipta atmosfir dimana karyawan berusaha
untuk tidak tekena hukuman, sedangkan keinginan ataupun cita-cita untuk
meningkatkan mentalitas yamg lebih etis dan bermoral mungkin kurang dapat
diwujudkan. Pemenuhan etika secara umum dapat membantu mengurangi
pelanggaran etika meskipun tidak mempunyai derajat yang sama dengan konsep etika
yang berorentasi pada penanaman nilai-nilai etika.
Tujuan utama dalam konsep penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk
kedisiplinan, tetapi lebih pada usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian karyawan
terhadap perkembangan nilai-nilai etika yang lebih berarti. Tujuan tersebut
disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai etika dalam organisasi. Dalam hal
ini setiap anggota organisasi mempunyai status yang sama. Dengan begitu organisasi
membawa komitmen bersama yamg diaplikasikan secara sama pada semua anggota.
Karena karyawan mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa
bangga dengan nilai-nilai etika dalam organisasi.
Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas
yang membantu karyawan dalam pembuatan keputusan, menyediakan nasihat-nasihat
dan konsultasi etika, serta mendukung konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen
sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan
antara penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.
Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam setiap aktivitas
manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan dan praktek
diharapkan dapat menghindari persepsi yang ambigu yang diterima karyawan.
14
Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk melaksanakan suatu standar etika
tertentu, tetapi standar tersebut tidak diintegrasikan dalam standar penilaian kinerja,
reward, sistem kompensasi serta sistem manajemen sumber daya manusia lainnya,
maka
akan
menimbulkan
perasaan
ketidakadilan
bagi
karyawan.
Dengan
mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-fungsi organisasional diharapkan
akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi lebih efektif.
Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika
dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya
manusia adalah :
1. Hak atas pekerjaan, kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan hak
akan hidup.
2. Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam pemberian
upah.
3. Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi
pekerja.
4. Hak untuk perlindungan keamanan dan kesehatan.
5. Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.
6. Hak atas rahasia pribadi.
7. Hak atas kebebasan suara hati.
Walaupun hak-hak para pekerja telah di penuhi kadang terjadi suatu
permasalahan-permasalahan yang di alami oleh para pekerja yaitu
15
1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin naik
jabatan (promosi jabatan).
2. Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada media
massa.
3. Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk
mendapatkan proyek tender saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak
berdasarkan kebutuhan yang ada.
4. Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest) kepada seseorang yang
berada di luar bidang yang berwenang. Contohnya, pemberian hasil penilaian
psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang HRD dalam proses
kegiatan rekrutmen kepada di luar bidang HRD.
5. Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yang tidak
berwenang.
Penjelasan dari permasalahan diatas, problem pertama termasuk dalam
permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga pengertian etika dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi menyogok jelas sekali merupakan
tindakan jalur pintas demi mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan
sebenarnya tidak akan menjadi masalah jika dilakukan dalam kerangka norma
kebaikan yang dapat diterima oleh masyarakat. Namun, permasalahannya adalah
jalan pintas yang digunakan bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya
tertera dalam kehidupan bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan yang
16
baik haruslah pula menggunakan cara yang baik. Cara yang baik itu adalah dengan
memberikan usaha yang optimal melalui kemampuan dirinya sendiri. Sehingga,
promosi jabatan itu didapat melalui keringatnya sendiri bukan berdasarkan unsur lain
yang menyalahi noma kebaikan yang berlaku.
Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian etika yang lain
(masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang
yang baik dan apa yang buruk. Norma baik yang tertanam dalam masyarakat umum
adalah tidaklah etis ketika pencantuman hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan
dalam media massa yang melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga
ketika pencatuman tersebut dalam hal ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu
menimbulkan ketidaksukaan masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula pencantuman
kedua hal tersebut tidaklah menjadi hal esensi dalam kompetensi yang dibutuhkan
dalam suatu pekerjaan..
Permasalahan ketiga juga termasuk permasalahan etika dalam kategori
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Dalam kode etik
yang ditetapkan dalam dunia SDM tidak dibenarkan jika pelaksanaan training hanya
dijalankan semata-mata untuk proyek saja. Buat apa menghabiskan banyak uang atau
mendulang banyak uang, namun tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat.
Jadi, pelatihan hanya formalitas kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan
martabat pelatihan itu sendiri. Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami,
kode etik itu ditetapkan.
17
Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam etika dalam kategori
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tidak etis ketika
sumber data mengenai deskripsi psikologis yang dimiliki oleh seseorang diketahui
oleh banyak pihak. Pengetahuan akan deskripsi psikologis tersebut haruslah
mempertimbangkan izin dari orang bersangkutan yang memiliki deskripsi psikologis
tersebut dan tujuan yang jelas kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama kedua
pertimbangan tersebut tidak ada, maka tindakan mengetahui hasil data deskripsi
psikologis tersebut tidak dibenarkan (tidak etis).
Problem kelima merupakan permasalahan etika dalam pengertian yang sama
seperti sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Gaji merupakan ranah area pribadi yang secara etis diketahui oleh orang yang
bersangkutan saja dan pihak diatas yang mengelola keuangan penggajian. Suatu hal
pribadi jelas tidak diperkenankan untuk diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari
pihak yang memiliki otoritas. Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilainilai yang terbentuk dalam suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak
seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyelesaikan permasalahan
diatas dengan cara menciptakan hubungan kerja yang sukses diantaranya:
1. Membentuk komite karyawan dan manajemen.
2. Membuat buku pegangan karyawan.
3. Sistem pengupahan yang profesional.
18
4. Menciptakan suasana kerja yang kondunsif
5. Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.
5. Sebab Perilaku Yang Tidak Etis
Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu: karyawan memiliki
kemampuan kognitif yang rendah menyebabkan tingkat penerimaan yang kurang
baik, adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial menjadi lebih
menentukan dalam mempengaruhi perilaku karyawan, adanya ethical dilemma yaitu
situasi yang menyebabkan adanya pilihan-pilihan yang muncul yang berpotensi
menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma muncul dikarena
adanya ketidaksesuaian antara personel, organisasional dan profesional.
B. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan
jasa,
baik
untuk
memenuhi
kebutuhan
sendiri
maupun
masyarakat.
Tenaga kerja secara umum debedakan menjadi dua, yaitu Tenaga Kerja Jasmani dan
Tenaga Kerja Rohani.
Tenaga kerja Jasmani terdiri dari :
19
Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang
pendidikan yang tinggi. Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan
pengalaman. Misalnya sopir, montir dsb.
Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam
pekerjaannya tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu.
Misalnya tukag sapu, tukang sampah dsb.
2. Penggolongan Tenaga Kerja
1. Berdasarkan kemampuan.
a. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/tenaga mahir
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian
atau kemahiran padasuatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan
non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda,
doktor, master, dan lain sebagainya.
b. Tenaga kerja terlatih.
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini
tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan
melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis, danlainlain.
20
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,
buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi
contoh lainnya.
2. Penggolongan tenaga kerja menurut sifatnya dibedakan menjadi:
a. Tenaga keja jasmani yaitu tenaga kerja yang mengandalkan fisik atau jasmani
dalam proses produksi
b. Tenaga kerja rohani yaitu tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk
melakukan dalam proses produksi
3. Penggolongan tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
a. Tenaga kerja bagian produksi.
b. Tenaga kerja bagian pemasaran.
c. Tenaga kerja bagian umum dan administrasi
4. Penggolongan tenaga kerja menurut hubungan dengan produk
a. Tenaga kerja langsung
b. Tenaga kerja tidak langsung
5. Penggolongan tenaga kerja menurut kegiatan departemen-departemen dalam
perusahaan.
a. Tenaga kerja departemen produksi.
b. Tenaga kerja departemen non produksi
21
6.
Penggolongan tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya.
a. Tenaga kerja bagian pabrik
b. Tenaga kerja bagian kantor
c. Tenaga kerja bagian lapangan
3. Hubungan Etika Dengan Tenaga Kerja
Bahwa untuk mencapai tujuan Perusahaan sehingga Perusahaan dapat
menjalankan kegiatan opersionalnya dengan baik dan lancar, mampu meraih
keuntungan dan berkembang di masa depan, maka terciptanya hubungan kerjasama
yang harmonis antara Perusahaan dengan karyawannya adalah syarat utama yang
harus di penuhi.
Untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, Direksi menetapkan
suatu pedoman tentang Perilaku Etis (Code of Conduct) yang memuat nilai-nilai etika
berusaha. Nilai-nilai yang di anut oleh Perusahaan harus mendukung Visi, Misi,
Tujuan, dan Strategi Perusahaan serta harus di terapkan terlebih dahulu oleh jajaran
pimpinan Perusahaan untuk selanjutnya meresap ke dalam jajaran Perusahaan.
Budaya kerja perlu di bangun untuk menjaga berlangsungnya lingkungan
kerja yang profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap terhadap setiap kegiatan
Perusahaan serta kepentingan pihak stakeholders. Selain itu, budaya kerja di
kembangkan untuk memotivasi karyawan dalam bekerja.
Pada hakekatnya Perilaku Etis berisi tentang keharusan yang wajib
dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai penjabaran pelaksanaan
22
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu : Transparansi,
Akuntabilitas, Responsibilitas (Pertanggungjawaban), Independensi (Kemandirian),
dan Fairness (Kewajaran).
Maksud dan tujuan Perilaku Etis ini tidak hanya untuk memastikan bahwa
perusahaaan telah mematuhi semua peraturan perusahaan dan perundang-undangan
yang terkait, namun memberikan panduan bagi perusahaan atau karyawan dalam
melakukan interaksi berdasarkan nilai-nilai moral yang merupakan bagian dari
budaya perusahaan.
Etika dan Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:
1.
Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar keuntungan
semata.
2.
Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga,
bukan hanya sekedar komoditi dan pelengkap semata.
3.
Melakukan
kesejahteraan
pembayaran
dan
upah
menyediakan
pekerja/karyawan,
fasilitas
kerja
sesuai
tunjangan-tunjangan
dengan
peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
4.
Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada
pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di
perusahaannya.
5.
Memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
kepada
pekerja/karyawan
menunjukkan kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.
untuk
23
6.
Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen pribadi
dalam rangka evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk mengembangkan
kariernya.
7.
Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk wadah
paguyuban/serikat pekerja.
8.
Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.
3. Etika dan Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:
Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar
keuntungan semata.
Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga,
bukan hanya sekedar komoditi dan pelengkap semata.
Melakukan
pembayaran
upah
pekerja/karyawan,
tunjangan-tunjangan
kesejahteraan dan menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
25
Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada
pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di
perusahaannya.
Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/karyawan untuk
menunjukkan kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.
Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen
pribadi dalam rangka evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk
mengembangkan kariernya.
Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk
wadah paguyuban/serikat pekerja.
Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi IV, Cet. XIII, Jakarta: Rineka Cipta
Budi Santoso, dkk. Editor, 1992, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Yogyakarta:
Kanisius
Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud
Hamzah Ya’kub, 1983, Etika Islam, Bandung: Diponegoro
http://apmionline.org/apmi/index.php?
option=com_content&view=article&id=53&Itemid=48, diakses 6 november
2013.
Milles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press.
Nasir, M., 1985, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah.
Nazir, Moh., 2005, Metode Penelitian, Cet. VI, Bogor: Ghalia Indonesia.
Rudolf Pasaribu, 1988, Teori Etika Praktis, Medan: Pieter
Salam, Burhanudin., Etika Sosial:Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997).
Soegarda Poerbakawatja, 1976, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung.
Wasito, Hermawan, 1995, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
27
WJS Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah pangkal
tolak pandangan baik dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma dan nilainilai, pertanggungjawaban dan pilihan. Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan
yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan
organisasi. Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada
etika, karena hal ini akan meningkatkan reputasi organisasi dan meningkatkan
motivasi karyawan serta dapat mengurangi berbagai kerugian akibat perilaku yang
kurang etis yang dilakukan oleh karyawan. Perilaku yang tidak etis seperti minumminuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang di tempat kerja, penyalahgunaan
email, tidak melaporkan pelanggaran karyawan lain kepada manajemen, serta
berbagai pelanggaraan etika lainnya. Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius
mengingat perilaku yang tidak etis dapat menjurus kearah tindakan kriminal serta
perilaku lain yang merugikan perusahaan, baik finansial maupun nonfinansial.
Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis yang ditunjukkan
karyawan tersebut muncul. Hal ini terkait pada individu karyawan saja, tetapi juga
menyangkut keseluruhan proses dalam organisasi. Dalam hal ini manajemen sumber
daya manusia mempunyai peran penting untuk menjamin bahwa organisasi bertindak
secara fair dan etis karyawan, klien, serta stakeholder lainnya.
2
Manajemen sumber daya manusia memainkan peran penting dalam
membantu organisasi untuk meningkatkan nilai-nilai etika organisasi. Manajemen
merupakan pendorong organisasi dalam usaha melatih karyawan agar mempunyai
etika bisnis yang sesuai dengan organisasi, sehingga tindakan kurang etis dapat di
cegah. Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah melindungi organisasi dari
tindakan yang tidak etis dari karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga
bertanggung jawab dalam usaha-usaha organisasi untuk menangani etika perilaku,
dapat mampu menjadi penggerak dalam organisasi dalam menanggani isu-isu etika,
serta bertanggung jawab dalam pengembangan dan pelatihan mengenai pentingnya
peningkatan moral karyawan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah “ Bagaimana Etika dan hubungan dengan tenaga kerja?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Etika dan
hubungan dengan tenaga kerja.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penyusunan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
3
1. Kegunaan Teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
bagi
perkembangan pengetahuan mengenai etika dan hubungan dengan tenaga kerja
dan juga sebagai sarana untuk belajar di dalam menganalisa suatu masalah.
Dan juga sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang mau mengambil
tema yang sama.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang merupakan
penelitian kualitatif, data-data yang didapatkan oleh penulis, kemudian akan
dianalisis dan ditelaah lalu diuraikan dan dipaparkan dalam bentuk laporan yang
bersifat deskriptif.
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data
penelitiannya (Arikunto, 2002: 136). Dalam Penelitian ini,
penulis memilih metode deskriptif. Pengertian metode deskriptif yaitu suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1985: 63).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini menurut Nazir (2005:54) yaitu untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sebagai data
4
primer penulis kutip dari buku-buku yang relevan. Selanjutnya pendekatan data
sekunder.
Data
sekunder
(secondary
reference)
adalah
informasi
yang
telah
dikumpulkan pihak lain. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak langsung
memperoleh data dari sumbernya. Peneliti bertindak sebagai pemakai data (Wasito,
1995: 69). Yang diambil dengan mengutip dokumen-dokumen penting seperti jurnal,
artikel, karya ilmiah orang lain yang dipublikasikan di internet yang berhubungan
topik penelitian.
Disamping penulis kutip dari data sekunder (secondary reference) melalui
internet untuk memperoleh beberapa teori yang dibahas. Penulis juga menggunakan
data umum (general reference) yaitu data yang diambil dari kamus istilah bahasa.
Adapun teknik pengumpulan dan analisis data akan penulis jelaskan sebagai
berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
mengunakan cara:
a. Dokumentasi;
Menurut Arikunto (2006: 231) memaparkan bahwa dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Untuk mendukung validitas data atau informasi, dalam penelitian
5
ini penulis juga melakukan kajian dokumentasi, yaitu berupa data-data seperti
jurnal-jurnal yang dibukukan untuk menganalisa persoalan yang dibahas.
2. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang penulis gunakan adalah teknik
analisa deskriptif kualitatif (berupa kata-kata bukan angka). Teknik analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud untuk
mengorganisasikan data yang telah diperoleh, baik dari data primer maupun sekunder.
Menurut Arikunto (2002: 103) mengemukakan bahwa analisis data ialah
mengatur,
mengurutkan,
mengelompokkan,
memberikan
kode,
dan
mengkategorikannya. Sedangkan analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman
(1992:15) menjelaskankan bahwa data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka-angka. Data tersebut mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai
cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang kemudian “diproses”
melalui pencatatan, pengetikan atau pengaturan kembali. Teknik analisis data yang
digunakan
adalah
analisis
kualitatif.
Analisis
Kualitatif
digunakan
untuk
mendiskriptifkan atau memberikan gambaran secara mendalam dan menyeluruh, Sifat
analisisnya lebih ditekankan pada makna dari variabel yang diteliti.
3. Pengolahan data
6
Data yang telah didapatkan penulis akan diolah melalui proses ’editing’, yaitu
penulis akan memeriksa kembali data atau keterangan yang telah terkumpul dalam
record book. Kemudian data dipaparkan dalam bentuk laporan atau narasi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseptualisasi Etika
1. Pengertian Etika
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, (WJS Poerwadarminta, 1986:
278), disebutkan bahwa Etika adalah Ilmu Pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Menurut Verkyuil, Perkataan etika berasal dari kata ethos sehingga muncul
kata-kata etika. Perkataan ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin
atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan (Rudolf Pasaribu, 1988:
2). Sedangkan menurut James J. Spillane SJ (dalam Budi Santoso, dkk., 1992: 42,
lihat pula Soegarda Poerbakawatja, 1976: 82), memaparkan bahwa etika
memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan
keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi
individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Menurut Hamzah Ya’kub (1983: 7)
mendefinikan bahwa etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran. Menurut Herman Soewardi (Depdikbud, 1988: 7) etika dapat
dijelaskan dengan membedakan dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (2) kumpulan asas
8
atau nilai yang berkenaaan dengan akhlak (3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
Burhanuddin Salam (1987:1), menjelaskan bahwa etika adalah sebuah cabang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan
pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral
tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan nilai
dan norma moral tersebut. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku
hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Seorang akademisi
dan rohaniwan. Magnis Suseno mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan
bukan sebuah ajaran. Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup
adalah moralitas. Sedangkan etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma
atau ajaran moral tersebut atau kita juga bisa mengatakan bahwa moralitas adalah
petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan
etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral
yang siap pakai. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita
orientasi bagaimana dan ke mana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi
bedanya moralitas langsung mengatakan kepada kita; inilah caranya anda harus
melangkah. Sedangkan etika harus mempersoalkan; apakah saya harus melangkah
dengan cara itu dan mengapa harus dengan cara itu? (Salam, 1987: 2).
9
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak
yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri
sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau normanorma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23),
sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan
10
hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma,
karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu
yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup
informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat
informatif, direktif dan reflektif.
2. Konsep Etika Bukan Sekedar Kode Etik
Kode etik menetapkan aturan kehidupan organisasi, termasuk tanggung-jawab
professional, pengembangan professional, kepemimpinan yang etis, kejujuran dan
keadilan, konflik kepentingan, dan megunakan informasi. Banyak organisasi yang
mempunyai kode etik yang formal dalam organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam
11
perilaku anggotanya perlu dipertanyakan. Banyak anggota yang menganggap kode
etik hanya sebagai hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak
didukung dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik
harus sesuai dengan norma-norma dalam organisasi, disebarluaskan kepada karyawan
dan benar-benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa mampu membangun
sebuah peusahaan etis. Oleh sebab itu perlu adanya konsep etika yang matang yang
tidak hanya mampu mengurangi kerugian yang berakibatkan perilaku karyawan yang
tidak etis, tetapi juga membuat suatu konsep etika yang mampu membangun budaya
etis organisasial.
Salah satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM dan
Standar Profesional dalam MSDM ditetapkan bahwa ” Sebagai Profesional SDM,
mempunyai tanggung-jawab untuk memberikan nilai tambah pada organisasi yang
dilayani dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan etika organisasi”.
Manajer SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih dari
sekedar menggantung poster kode etik di dinding. Sebaliknya, karena pekerjaan
utama profesional SDM adalah berhubungan dengan orang, mereka harus membantu
untuk mempraktekkan etika ke dalam budaya perusahaan. Mereka perlu membantu
membangun lingkungan di mana karyawan bekerja di seluruh organisasi untuk
mengurangi penyimpangan etika.
12
3. Perencanaan Strategi Konsep Etika
Manajemen sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai penyusunan
kode etik perusahaan, merencanakan sumber daya manusia yang etis yang mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi juga harus berperan sebagai perencanaan strategi
konsep etika. langkah-langkahnya:
1. Menentukan standar etika yang ingin ditanamkan.
2. Mengindentifikasi faktor-faktor etis kritikal yang dapat digunakan dalam
mendorongnya konsep etika perusahaan.
3. Mengindentifikasi kemampuan, prosedur, kompetensi yang diperlukan.
4. Mengintegrasikan konsep etika dalam strategi bisnis yang dilakukan.
5. Mengembangkan langkah-langkah konkret yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan, mengawasi dan mengevaluasi konsep etika yang
dijalankan.
4. Implementasi Konsep Etika Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, konsep etika dapat diimplementasikan
dalam bentuk pengawasan organisasional yang didasarkan pada sosialisasi aturanaturan, memonitor perilaku dan disilpin karyawan, serta mempengaruhi perilaku
melalui pemberian hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika. Penerapan
yang terlalu kuat pada konsep etika yang berorentasi pada pemenuhan etika tersebut,
mempunyai akibat yang kurang baik pada dampak yang dihasilkan, karena perhatian
karyawan akan tertumpu pada usaha-usaha untuk menghindari hukuman saja.
13
Dengan demikian, hanya akan tercipta atmosfir dimana karyawan berusaha
untuk tidak tekena hukuman, sedangkan keinginan ataupun cita-cita untuk
meningkatkan mentalitas yamg lebih etis dan bermoral mungkin kurang dapat
diwujudkan. Pemenuhan etika secara umum dapat membantu mengurangi
pelanggaran etika meskipun tidak mempunyai derajat yang sama dengan konsep etika
yang berorentasi pada penanaman nilai-nilai etika.
Tujuan utama dalam konsep penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk
kedisiplinan, tetapi lebih pada usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian karyawan
terhadap perkembangan nilai-nilai etika yang lebih berarti. Tujuan tersebut
disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai etika dalam organisasi. Dalam hal
ini setiap anggota organisasi mempunyai status yang sama. Dengan begitu organisasi
membawa komitmen bersama yamg diaplikasikan secara sama pada semua anggota.
Karena karyawan mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa
bangga dengan nilai-nilai etika dalam organisasi.
Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas
yang membantu karyawan dalam pembuatan keputusan, menyediakan nasihat-nasihat
dan konsultasi etika, serta mendukung konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen
sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan
antara penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.
Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam setiap aktivitas
manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan dan praktek
diharapkan dapat menghindari persepsi yang ambigu yang diterima karyawan.
14
Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk melaksanakan suatu standar etika
tertentu, tetapi standar tersebut tidak diintegrasikan dalam standar penilaian kinerja,
reward, sistem kompensasi serta sistem manajemen sumber daya manusia lainnya,
maka
akan
menimbulkan
perasaan
ketidakadilan
bagi
karyawan.
Dengan
mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-fungsi organisasional diharapkan
akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi lebih efektif.
Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika
dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya
manusia adalah :
1. Hak atas pekerjaan, kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan hak
akan hidup.
2. Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam pemberian
upah.
3. Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi
pekerja.
4. Hak untuk perlindungan keamanan dan kesehatan.
5. Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.
6. Hak atas rahasia pribadi.
7. Hak atas kebebasan suara hati.
Walaupun hak-hak para pekerja telah di penuhi kadang terjadi suatu
permasalahan-permasalahan yang di alami oleh para pekerja yaitu
15
1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin naik
jabatan (promosi jabatan).
2. Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada media
massa.
3. Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk
mendapatkan proyek tender saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak
berdasarkan kebutuhan yang ada.
4. Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest) kepada seseorang yang
berada di luar bidang yang berwenang. Contohnya, pemberian hasil penilaian
psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang HRD dalam proses
kegiatan rekrutmen kepada di luar bidang HRD.
5. Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yang tidak
berwenang.
Penjelasan dari permasalahan diatas, problem pertama termasuk dalam
permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga pengertian etika dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi menyogok jelas sekali merupakan
tindakan jalur pintas demi mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan
sebenarnya tidak akan menjadi masalah jika dilakukan dalam kerangka norma
kebaikan yang dapat diterima oleh masyarakat. Namun, permasalahannya adalah
jalan pintas yang digunakan bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya
tertera dalam kehidupan bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan yang
16
baik haruslah pula menggunakan cara yang baik. Cara yang baik itu adalah dengan
memberikan usaha yang optimal melalui kemampuan dirinya sendiri. Sehingga,
promosi jabatan itu didapat melalui keringatnya sendiri bukan berdasarkan unsur lain
yang menyalahi noma kebaikan yang berlaku.
Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian etika yang lain
(masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang
yang baik dan apa yang buruk. Norma baik yang tertanam dalam masyarakat umum
adalah tidaklah etis ketika pencantuman hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan
dalam media massa yang melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga
ketika pencatuman tersebut dalam hal ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu
menimbulkan ketidaksukaan masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula pencantuman
kedua hal tersebut tidaklah menjadi hal esensi dalam kompetensi yang dibutuhkan
dalam suatu pekerjaan..
Permasalahan ketiga juga termasuk permasalahan etika dalam kategori
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Dalam kode etik
yang ditetapkan dalam dunia SDM tidak dibenarkan jika pelaksanaan training hanya
dijalankan semata-mata untuk proyek saja. Buat apa menghabiskan banyak uang atau
mendulang banyak uang, namun tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat.
Jadi, pelatihan hanya formalitas kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan
martabat pelatihan itu sendiri. Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami,
kode etik itu ditetapkan.
17
Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam etika dalam kategori
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tidak etis ketika
sumber data mengenai deskripsi psikologis yang dimiliki oleh seseorang diketahui
oleh banyak pihak. Pengetahuan akan deskripsi psikologis tersebut haruslah
mempertimbangkan izin dari orang bersangkutan yang memiliki deskripsi psikologis
tersebut dan tujuan yang jelas kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama kedua
pertimbangan tersebut tidak ada, maka tindakan mengetahui hasil data deskripsi
psikologis tersebut tidak dibenarkan (tidak etis).
Problem kelima merupakan permasalahan etika dalam pengertian yang sama
seperti sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Gaji merupakan ranah area pribadi yang secara etis diketahui oleh orang yang
bersangkutan saja dan pihak diatas yang mengelola keuangan penggajian. Suatu hal
pribadi jelas tidak diperkenankan untuk diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari
pihak yang memiliki otoritas. Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilainilai yang terbentuk dalam suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak
seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyelesaikan permasalahan
diatas dengan cara menciptakan hubungan kerja yang sukses diantaranya:
1. Membentuk komite karyawan dan manajemen.
2. Membuat buku pegangan karyawan.
3. Sistem pengupahan yang profesional.
18
4. Menciptakan suasana kerja yang kondunsif
5. Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.
5. Sebab Perilaku Yang Tidak Etis
Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu: karyawan memiliki
kemampuan kognitif yang rendah menyebabkan tingkat penerimaan yang kurang
baik, adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial menjadi lebih
menentukan dalam mempengaruhi perilaku karyawan, adanya ethical dilemma yaitu
situasi yang menyebabkan adanya pilihan-pilihan yang muncul yang berpotensi
menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma muncul dikarena
adanya ketidaksesuaian antara personel, organisasional dan profesional.
B. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan
jasa,
baik
untuk
memenuhi
kebutuhan
sendiri
maupun
masyarakat.
Tenaga kerja secara umum debedakan menjadi dua, yaitu Tenaga Kerja Jasmani dan
Tenaga Kerja Rohani.
Tenaga kerja Jasmani terdiri dari :
19
Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang
pendidikan yang tinggi. Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan
pengalaman. Misalnya sopir, montir dsb.
Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam
pekerjaannya tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu.
Misalnya tukag sapu, tukang sampah dsb.
2. Penggolongan Tenaga Kerja
1. Berdasarkan kemampuan.
a. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/tenaga mahir
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian
atau kemahiran padasuatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan
non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda,
doktor, master, dan lain sebagainya.
b. Tenaga kerja terlatih.
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini
tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan
melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis, danlainlain.
20
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,
buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi
contoh lainnya.
2. Penggolongan tenaga kerja menurut sifatnya dibedakan menjadi:
a. Tenaga keja jasmani yaitu tenaga kerja yang mengandalkan fisik atau jasmani
dalam proses produksi
b. Tenaga kerja rohani yaitu tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk
melakukan dalam proses produksi
3. Penggolongan tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
a. Tenaga kerja bagian produksi.
b. Tenaga kerja bagian pemasaran.
c. Tenaga kerja bagian umum dan administrasi
4. Penggolongan tenaga kerja menurut hubungan dengan produk
a. Tenaga kerja langsung
b. Tenaga kerja tidak langsung
5. Penggolongan tenaga kerja menurut kegiatan departemen-departemen dalam
perusahaan.
a. Tenaga kerja departemen produksi.
b. Tenaga kerja departemen non produksi
21
6.
Penggolongan tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya.
a. Tenaga kerja bagian pabrik
b. Tenaga kerja bagian kantor
c. Tenaga kerja bagian lapangan
3. Hubungan Etika Dengan Tenaga Kerja
Bahwa untuk mencapai tujuan Perusahaan sehingga Perusahaan dapat
menjalankan kegiatan opersionalnya dengan baik dan lancar, mampu meraih
keuntungan dan berkembang di masa depan, maka terciptanya hubungan kerjasama
yang harmonis antara Perusahaan dengan karyawannya adalah syarat utama yang
harus di penuhi.
Untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, Direksi menetapkan
suatu pedoman tentang Perilaku Etis (Code of Conduct) yang memuat nilai-nilai etika
berusaha. Nilai-nilai yang di anut oleh Perusahaan harus mendukung Visi, Misi,
Tujuan, dan Strategi Perusahaan serta harus di terapkan terlebih dahulu oleh jajaran
pimpinan Perusahaan untuk selanjutnya meresap ke dalam jajaran Perusahaan.
Budaya kerja perlu di bangun untuk menjaga berlangsungnya lingkungan
kerja yang profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap terhadap setiap kegiatan
Perusahaan serta kepentingan pihak stakeholders. Selain itu, budaya kerja di
kembangkan untuk memotivasi karyawan dalam bekerja.
Pada hakekatnya Perilaku Etis berisi tentang keharusan yang wajib
dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai penjabaran pelaksanaan
22
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu : Transparansi,
Akuntabilitas, Responsibilitas (Pertanggungjawaban), Independensi (Kemandirian),
dan Fairness (Kewajaran).
Maksud dan tujuan Perilaku Etis ini tidak hanya untuk memastikan bahwa
perusahaaan telah mematuhi semua peraturan perusahaan dan perundang-undangan
yang terkait, namun memberikan panduan bagi perusahaan atau karyawan dalam
melakukan interaksi berdasarkan nilai-nilai moral yang merupakan bagian dari
budaya perusahaan.
Etika dan Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:
1.
Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar keuntungan
semata.
2.
Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga,
bukan hanya sekedar komoditi dan pelengkap semata.
3.
Melakukan
kesejahteraan
pembayaran
dan
upah
menyediakan
pekerja/karyawan,
fasilitas
kerja
sesuai
tunjangan-tunjangan
dengan
peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
4.
Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada
pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di
perusahaannya.
5.
Memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
kepada
pekerja/karyawan
menunjukkan kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.
untuk
23
6.
Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen pribadi
dalam rangka evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk mengembangkan
kariernya.
7.
Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk wadah
paguyuban/serikat pekerja.
8.
Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.
3. Etika dan Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:
Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar
keuntungan semata.
Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga,
bukan hanya sekedar komoditi dan pelengkap semata.
Melakukan
pembayaran
upah
pekerja/karyawan,
tunjangan-tunjangan
kesejahteraan dan menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
25
Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada
pekerja/karyawan, baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di
perusahaannya.
Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/karyawan untuk
menunjukkan kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.
Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen
pribadi dalam rangka evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk
mengembangkan kariernya.
Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk
wadah paguyuban/serikat pekerja.
Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi IV, Cet. XIII, Jakarta: Rineka Cipta
Budi Santoso, dkk. Editor, 1992, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Yogyakarta:
Kanisius
Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud
Hamzah Ya’kub, 1983, Etika Islam, Bandung: Diponegoro
http://apmionline.org/apmi/index.php?
option=com_content&view=article&id=53&Itemid=48, diakses 6 november
2013.
Milles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press.
Nasir, M., 1985, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah.
Nazir, Moh., 2005, Metode Penelitian, Cet. VI, Bogor: Ghalia Indonesia.
Rudolf Pasaribu, 1988, Teori Etika Praktis, Medan: Pieter
Salam, Burhanudin., Etika Sosial:Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997).
Soegarda Poerbakawatja, 1976, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung.
Wasito, Hermawan, 1995, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
27
WJS Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka