ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN METODE DEVID

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Maraknya perkembangan harga saham di pasar modal kita beberapa saat

terakhir ini telah mendorong banyaknya calon investor yang ingin lebih mengetahui
saham-saham yang prospektif untuk dibeli. Untuk keperluan tersebut maka
dibutuhkan suatu pemahaman yang mendalam mengenai harga saham itu sendiri dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Penilaian harga saham suatu
perusahaan dalam kaitannya untuk melakukan investasi pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal pada dasarnya dilakukan dengan cara melihat pergerakan
saham dari waktu ke waktu dengan menggunakan grafik, sedangkan analisis
fundamental merupakan analisis yang lebih didasarkan pada nilai (value) dari
perusahaan yang bersangkutan.
Di antara metode fundamental yang sering digunakan menganalisa saham
antara lain:
1. Value.
Tujuan dari penganut “resep‟ ini adalah membeli saham dengan diskon

sebesar mungkin dari nilai intrinsic atau mencari saham yang nilainya lebih dari yang
mereka bayarkan. Dengan analogi lain seperti mencari dan membeli sebuah mobil
dengan harga murah dari harga semestinya di pasaran untuk keesokan harinya dijual
dengan harga yang lebih tinggi (wajar).
Bagi value investor, mereka biasa melihat ukuran seperti:
o Price/Earning Ratio (PER)
o Dividend Yield
o Book value per share
o Total Sales/Kapitalisasi Pasar

1

2. Growth.
Bagi pemegang resep ini mencari saham berarti mencari perusahaan dengan
pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang tinggi. Mereka menganalisa kualitas
dari usaha yang dijalankan dan pertumbuhan sebelum memutuskan untuk melakukan
investasi.
3. Income
Walaupun saat sekarang kebanyakan investor membeli saham mengharapkan
capital gain akan tetapi beberapa investor membeli saham dengan mengharapkan

dividen yang dibayarkan. Biasanya saham yang cocok kriteria ini adalah saham yang
berada pada industri yang sudah matang dengan pertumbuhan lambat tetapi
membayarkan dividen payout yang tinggi.
4. GRAP
Merupakan resep yang dipopulerkan sang koki “John Irving” pada buku “The
World According to GARP”. GARP singkatan dari growth at reasonable price. GARP
menggabungkan resep growth dan value, dan mencari perusahaan dengan
pertumbuhan tinggi dan harga pasar dibawah nilai intrinsik. Pendekatan yang sering
dipakai GARP adalah membeli saham ketika P/E ratio lebih rendah dari pertumbuhan
earning per share (laba per saham) dimasa mendatang.
5. Quality
Selain memakai pendekatan gabungan yang menilai kualitas fundamental
perusahaan pendekatan ini juga menilai kualitas dan integritas manajemen sebelum
membeli suatu saham.
Investor terkenal Warren Buffet memakai pendekatan ini dan selalu menilai
kualitas fundamental dan kualitas manajemen sebelum membeli saham tersebut untuk
jangka panjang.

2


1.2

Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penggunaan

analisis fundamental, terutama berdasarkan nilai intrinsik saham untuk menentukan
pergerakan harga saham perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi
pada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
1.3

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi

tentang struktur modal perusahaan, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi di perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
perusahaan tentang struktur modal sehingga dapat meminimumkan biaya penggunaan

modal rata-rata sehingga dapat meningkatkan laba di masa mendatang dalam
perencanaan pengelolaan dana.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan dan perubahan laba serta
struktur modal suatu perusahaan.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

1. Analisis Fundamental
Analisis factor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan
yang dapat dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya
seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang beranggapan

bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinsic (intrinsic value), atau nilai yang tepat
sebagaimana yang diperkirakan oleh investor, yang merupakan fungsi gabungan
variable perusahaan baik dalam menghasilkan pengembalian (return) yang
diharapkan maupun risiko yang mungkin timbul.
Dalam analisa fundamental, cukup banyak analisa rasio-rasio yang
dipergunakan. Salah satu rasio yang paling favorit dipergunakan adalah rasio harga
dengan laba bersih (price earning ratio - PER). PER menjadi favorit karena cukup
mudah dipahami oleh investor maupun calon investor. PER merupakan bagian dari
rasio pasar dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak pada sudut pandang
investor dan juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar member
nilai/harga pada suatu perusahan.
Jones (1991) menyatakan pendekatan fundamental yang dapat digunakan
untuk penilaian saham adalah:
1. Present Value Approach,
Pendekatan ini digunakan dalam memperkirakan nilai saham dengan cara
mengkapitalisasi income dan nilai sekarang (present value) dari arus kas di masa
yang akan datang. Dalam pasar efisien, nilai saham ditentukan atas dasar arus kas
yang diharapkan dan tidak akan sberpengaruh pada nilai saham yang beredar di pasar.
2. Price Earning Ratio Approach,
Pendekatan ini digunakan untuk memperkirakan nilai saham dengan cara

membagi harga saham pada saat ini dengan earning per share (EPS). PER merupakan
4

rasio pengukuran yang paling komprehensif tentang prestasi perusahaan karena rasio
penilaian tersebut mencerminkan perpaduan antara pengaruh rasio risiko (rasio
likuiditas dan rasio leverage) dan rasio pengembalian (rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas).
3. Price to book value,
Pendekatan ini menghitung antara harga saham dengan nilai buku dari
kekayaan perusahaan yang menerbitkan saham berdasarkan data yang terdapat di
dalam neraca
4. Sales to price ratio,
Pendekatan ini dihitung dari perbandingan antara penjualan dari perusahaan
dengan total nilai pasar saham.
2. Analisis Rasio Keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
relationship)

antara


suatu

jumlah

tertentu

dengan

jumlah

yang

lain

(Munawir,2000:54).
Rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms
yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial
(Bambang Riyanto, 2001:329).
Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan

antara berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan
keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan. Sedangkan studi yang
berfungsi untuk mempelajari rasio keuangan tersebut disebut analisa rasio keuangan
(financial ratios analysis).

5

Financial ratio analysis ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate
yang digunakan dalam analisa (Robert Ang, 1997:18.23), yaitu:
a) Unvariate Ratio Analysis
Unvariate

ratio

analysis

merupakan

analisa


rasio

keuangan

yang

menggunakan satu variate didalam melakukan analisa (profit margin ratio, return on
assets, return on equity, dan sebagainya)
b) Multivariate Ratio Analysis
Multivariate ratio analysis merupakan rasio keuangan yang menggunakan
lebih dari satu variate didalam melakukan analisa (alman‟s z -score, zeta score,

dan

sebagainya). Penganalisa finansial dalam mengadakan analisa rasio finansial pada
dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam pembanding (Bambang Riyanto,
2001:329), yaitu:
1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan
untuk waktu-waktu yang akan dating dari perusahaan yang sama.

2) Membandingkan

rasio-rasio

dari

suatu

perusahaan

(rasio

perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan
lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio
standard) untuk waktu yang sama.
b. Penggolongan Ratio
Untuk menganalisis laporan keuangan tersebut diperlukan suatu alat analisis
yaitu rasio keuangan. Menurut Munawir (2000:68), angka rasio dapat dibedakan
menjadi tiga menurut sumber datanya, antara lain:
a) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio)

adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca
(misalnya: current ratio, acid test ratio).

6

b) Rasio-rasio Laporan laba rugi (income statement ratio)
yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil
dari Laporan laba rugi (misalnya: gross profit margin, net operating margin, operating
ratio, dan sebagainya).
c) Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio)
Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio) ialah semua angka rasio yang
penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi
(misalnya: inventory turnover, account receivable turnover, sales to fixed assets, dan
sebagainya) .
Sedangkan menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin
dicapai, yaitu:
a) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk
memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio likuiditas ini terdiri dari:
current ratio (rasio lancar), quick ratio, dan net working capital.
b) Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam
memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini terdiri dari : total
asset turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover,
average collection p eriod (day‟s sales inaccounts receivable) dan day‟s sales in
inventory.
c) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan. Rasio rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin,
operating return on assets, return on assets, return on equity, dan operating ratio.

7

d) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan rasio
pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan.
Rasio leverage ini terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, long-term debt to equity
ratio, long-term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest
coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales.
e) Rasio Pasar (Market Ratios)
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan
dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividend per share,
earning per share, dividend payout ratio, price earning ratio, book value per share,
dan price to book value.
Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis
kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi:
a) Current Rasio
Current Rasio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang.
Menurut Sawir (2001) Current Rasio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadi masalah dalam likuiditas.
b) Debt to Equity Ratio
Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat leverage (penggunaanhutang) terhadap total shareholders‟ equity yang
dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi
DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka penjang)
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin
besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

8

c) Inventory Turnover
Rasio aktivitas yang cukup populer untuk menilai operasional yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada
persediaan adalah Inventory Turnover. Semakin besar rasio inventory turnover berarti
semakin baik, tetapi rasio inventory turnover yang terlalu tinggi dapat berarti
perusahaan kekurangan persediaan yang cukup sehingga mengecewakan para
pelanggannya (Robbert Ang, 1997).
d) Return On Equity
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal
sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan dari pemilik modal sendiri atau pemegang saham.

9

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Profil Perusahaan
Telkom merupakan kelanjutan dari bagian suatau badan usaha bernama Post-

en- Telegraaafdienst yang didirikan dengan Staatsblad No.52 tahun 1884.
Berdasarkan Staatsblaad No.395 tahun 1906, Pemerintah Hindia Belanda mengambil
alih pemilikan harta kekayaan (aset) Post-en Telegraafdienst serta mengubah
namanya menjadi Post, Telegraaf en Telefoondienst atau disebut juga PTT-Dienst.
Pada tahun 1931, PPT-Dienst ditetapkan sebagai Perusahaan Negara berdasrkan
Staatsblad No.419 tahun 1972 tentang Indonesische Bedrijvenwet (I.B.W., UndangUndang Perusahaan Negara). Selanjutnya pada tahun 1960, Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
No.19 tahun 1960, tentang persyaratan suatu Perusahaan Negara dan PTT-Dienst
memenuhi syarat untuk tetap menjadi suatu Perusahaan Negara (PN). Dalam
Peraturan Pemerintah No. 240 tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Pos
dan Telekomunikasi diseutkan bahwa Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 I.B.W. dilebur kedalam Perusahaan negara Pos dan Telekomunikasi
(PN Pos dan Telekomunikasi).
Sejalan dengan pesatnya perkembangan lapangan usaha PN Pos dan
Telekomunikasi, maka pada tahun 1965 Pemerintah memendang perlu untuk
membagi PN Pos dan Telekomunikasi menjadi 2 Perusahaan Negara yang berdiri
sendiri. Berdasrkan Peraturan Pemerintah No.29 than 1965 tentang Pendirian
Perusahaan Negara Pos dan Giro didirikan Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos
dan Giro) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1965 tentang Pendirian
Perusahaan Negara Telekomunikasi didirikan Perusahaan Negara Telekomunikasi
(PN Telekomunikasi).
Pada tahun 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.36 tahun1974 tentang
Perusahaan Umum Telekomunikasi, status PN Telekomunikasi diubah menjadi
10

Perusahaan Umum (Perum) dengan nama Perusahaan Umum telekomunikasi
(PERUMTEL), yang merupakan badan usaha tunggal penyelenggara jasa
telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negeri maupun
luar negeri.
Pada akhir tahun 1980, Pemerintah mengambil kebijakan bahwa Negara
Republik Indonesia membeli seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation
(Indosat) dari American Cable & Radio Corporation, suatu perusahaan yang didirkian
berdasarkan peraturan perundangan negara bagian Delaware, Amerika Serikat.
Setalah seluruh saham American Cable & Radio Corporation dalam Indosat dibeli
oleh Negara Republik Indonesia, Indosat yang semula merupakan suatu Perseroan
Terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia khususnya dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal
Asing, diubah statusnya menjadi suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero).
3.2

Struktur Anak Perusahaan
1. Anak Perusahaan dengan kepemilikan langsung lebih dari 50%
1) PT Telekomunikasi Selular ("Telkomsel")
2) PT Multimedia Nusantara ("Metra")
3) PT Telekomunikasi Indonesia International ("TII" atau "Telin")
4) PT Pramindo Ikat Nusantara ("Pramindo")
5) PT Infomedia Nusantara ("Infomedia")
6) PT Dayamitra Telekomunikasi ("Dayamitra" atau"Mitratel")
7) PT Indonusa Telemedia ("Indonusa")
8) PT Graha Sarana Duta ("GSD")
9) PT Napsindo Primatel Internasional ("Napsindo")
2. Anak Perusahaan dengan kepemilikan langsung antara 20% sampai
dengan 50%
1) PT Patra Telekomunikasi Indonesia ("Patrakom")
11

2) PT Citra Sari Makmur ("CSM")
3) PT Pasifik Satelit Nusantara ("PSN")
3. Anak Perusahaan dengan kepemilikan langsung kurang dari 20%
1) PT Batam Bintan Telekomunikasi ("BBT")
2) PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia ("Bangtelindo")
4. Anak Perusahaan dengan kepemilikan tidak langsung
1) PT Metranet ("Metra-Net")
2) PT Sigma Cipta Caraka ("Sigma")
3) PT Telekomunikasi Indonesia International Pte Ltd
4) Telkomsel Finance B.V ("TFBV")
5) PT Telekomunikasi Indonesia International (Hong Kong) Ltd
6) PT Administrasi Medika ("AdMedika")
7) PT Balebat Dedikasi Prima ("Balebat")
8) Telekomunikasi Selular Finance Limited ("TSFL")
9) PT Finnet Indonesia ("Finnet")
10) PT Melon Indonesia ("Melon")
11)
Scicom ("MSC") Bhd
3.3

Komposisi Pemegang Saham
Modal dasar Perseroan terdiri dari 1 lembar saham Seri A Dwiwarna, dan

399.999.999.999 saham Seri B (saham biasa). Modal dasar ditempatkan dan disetor
penuh

100.799.996.400, terdiri

dari satu

saham Seri A Dwiwarna

dan

100.799.996.399 saham Seri B.
Satu lembar saham Seri A Dwiwarna tersebut merupakan milik Pemerintah
Republik Indonesia (“Pemerintah”) sehingga Pemerintah memiliki hak suara
istimewa dan hak untuk memveto pengajuan, pengangkatan dan pemberhentian
Direksi atau Dewan Komisaris, penerbitan saham baru dan perubahan Anggaran
Dasar Perusahaan, termasuk perubahan untuk menggabungkan atau membubarkan PT
Telkom sebelum masa berlakunya berakhir, menambah atau mengurangi modal dasar
dan mengurangi saham yang dipesan (subscribed capital).
Hak-hak dan batasan-batasan material yang terdapat pada saham biasa, juga
berlaku pada saham Dwiwarna kecuali Pemerintah tidak dapat mengalihkan saham
Dwiwarna. Saham Dwiwarna yang dimiliki Pemerintah memberikan hak pengawasan
yang efektif pada Telkom bahkan jika terjadi penurunan pemilikan saham biasa dan
12

hak-hak yang terkait dengan saham Dwiwarna hanya dapat diubah melalui perubahan
Anggaran Dasar, yang mungkin akan diveto oleh Pemerintah.
Pemegang Saham Telkom pada tanggal 31 Desember 2013

Dimuat pada tanggal 24 Maret, 2014
3.4

Analisis Fundamental
Analisis fundamental digunakan untuk mengidentifikasi perkembangan dan

trend perusahaan, mengevaluasi tingkat efisiensi perusahaan dan memperoleh
gambaran secara umum karakteristik operasi sebuah perusahaan.
Dalam kasus telkom dan indosat, peneliti akan menggunakan analisis
fundamental dengan menggunakan rasio keuangan dan analisis beta. Rasio keuangan
yang digunakan, yaitu :
1. Liquidity Ratio,
yaitu kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek.
Dalam melakukan analisis likuiditas ini digunakan current ratio. Current ratio adalah
rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan pada
tanggal neraca dengan hutang jangka pendek.
Current ratio =

Aktiva lancer
Hutang lancer

2. Activity Ratio,
13

yaitu

rasio

untuk

mengukur

efektivitas

operasi

perusahaan

dalam

memanfaatkan sumber – sumber dana yang ada. Ratio – ratio aktivitas dinyatakan
sebagai perbandingan antara penjualan dengan berbagai aktiva pendukung terjadinya
penjualan.
1) Average Collection Period, yaitu ukuran efektivitas penagihan piutang.
Average Collection Period =

A/R
Sales

2) Inventory Turnover, yaitu persediaan ditentukan secara rata – rata
Inventroy Turnover =

Sales
Inventory

3. Profitability Ratio,
yaitu

ratio

untuk

mengukur

efektivitas

operasi

perusahaan

dalam

menghasilkan keuntungan. Profitability ratio yang digunakan adalah return on total
asset.
1) Return on total asset, yaitu ratio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan
laba.
Return on total asset =

Net Income
Total Asset

14

2) Return on Equity, yaitu ratio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan quity yang adauntuk menciptakan laba.
Return on Equity =

Net Income
Common Equity

3) Net Profit Margin, yaitu untuk menghitung perbandingan laba bersih
dengan penjualan.
Net Profit Margin =

Net Income
Sales

Berikut ini adalah hasil ratio keuangan PT Telkom Tbk:
Ratio
2012
2013
2 (%)
3 (%)
1
Current ratio
108.95
83.64
Equity to total assets
34.75
36.7
Equity to total liabilities
112.17
124.57
Fixed assets to total equity
203.97
215.75
Total liabilities to total assets
30.97
29.47
Total liabilities to total equity
89.14
80.27
Net income to sales
48.44
21.88
Sales to total assets
36.97
43.38
Return on assets (ROA)
17.91
9.49
Return on Equity (ROE)
51.55
25.86
Inventory turnover
67.81
107.63
Average collection period (day)
49.78
43.94
Tabel 1. Financial Ratio for 2012 & 2013

Analisis beta digunakan untuk mengukur fluktuasi saham maupun portofolio
dibandingkan dengan fluktuasi pasar secara keseluruhan. Jika nilai beta lebih dari 1
maka mengindikasikan bahwa harga saham tersebut lebih berfluktuatif daripada
pasar, sedangkan beta kurang dari 1 berarti harga saham tersebut tidak berfluktuatif
terhadap pasar. Berikut ini adalah nilai beta untuk PT Telkom adalah sebesar 0.914.
3.5

Analisis Deviden Discount Model
Keterangan

Tahun

15

2012
Laba
Jumlah lembar saham yang
beredar
EPS
Deviden yang dibayarkan
Deviden Per Lembar
Deviden Payout Ratio (DPR)*
b (Payback Ratio)**
Equity
Return on Equity (ROE)***
Growth****
k (required return)*****

7,568,457,000,000.00
10,079,999,639.00
750.84
1,767,489,000,00
0.00
175.35
0.23
0.77
14,682,869,000,0
00.00
51.55%
0.40

2013
4,371,964,000,00
0.00
10,079,999,639.0
0
433.73
1,225,844,000,00
0.00
121.61
0.28
0.72
16,907,807,000,0
00.00
25.86%
0.19
0.22

Tabel 2. Analisis Saham PT Telkom Berdasarkan Devidend Discount Model
Ket :
* DPR

= Deviden yang dibayarkan/Laba Bersih

** b

=1 - DPR

*** ROE

= Net Income/Common Equity

**** k

= rf + b (rm – rf)

Dimana :
rf dari SBI thn 2013= 8.48%
rpremium = suku bunga+risk country di Indonesia
rpremium = 8.48% + 6.42% (2013)
rpremium = 14.9
beta telkom = 0.914

16

Untuk menghitung nilai intrinsic dari saham PT Telkom adalah sebagai
berikut :
Data yang diperoleh dari analisis saham PT Telkom yaitu :
Do = 175.35
k = 0.2210
g1 = 0.3951
g2 = 0.1861
Ditanyakan : Nilai intrinsic PT Telkom?
Jawab :
Rumus :
D1 = Do (1+g)
D2 = D1(1+g)
P2 = D2/k-g
Vo = D1/(1+g) + (D2+P2)/(1+g)2
D1 = Do (1+g1)

P2 = D2/k-g2

D1 = 175.35 (1+0.3951)

P2 = 290.15/0.2210-0.1861

= 244.63

= 8313.75

D2 = D1 (1+g2)
D2 = 244.63 (1+0.1861)
=290.15
Vo = D1/(1+k) + (D2+P2)/(1+k)2
Vo = 244.63/(1+0.2210) + (290.15+8313.75)/(1+0.2210)2
= 5974.77

17

Jika dilihat dari hasil perhitungan diatas, harga wajar saham PT Telkom
berada dibawah harga pasar yang berlaku saat ini yaitu sebesar Rp.11,950. Berarti
saham PT Telkom saat ini berada dalam kondisi Overvalued, atau dapat diartikan juga
harga pasar saham perusahaan tersebut sangat mahal.
Harga pasar saham PT Telkom dibandingkan dengan harga wajarnya yang
diperoleh dengan menggunakan metode DDM harga pasarnya berada jauh diatas
harga wajar. Ini dikarenakan dalam proses menghitung harga wajar saham dengan
menggunakan metode DDM didalamnya terdapat variabel k atau ks (required rate of
return). k disini mencerminkan tingkat imbal-hasil yang kita inginkan setelah
diakumulasikan dengan resiko-resiko pasar yang ada saat ini. Nilai k diperoleh dari
penjumlahan resiko-resiko pasar ditambah dengan tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai k untuk indonesia saat ini sangat tinggi.
Sehingga ini akan berpengaruh terhadap jarak/selisih antara nilai k dan g (dividen
growth). Semakin besar jarak/selisih nilai k dan g maka akan semakin rendah harga
wajar yang diperoleh. Dan semakin kecil jarak/selisih antara nilai k dan g maka akan
semakin tinggi harga yang diperoleh. Selain karena hal tersebut, alasan lain yang
menyebabkan harga pasar saham berada jauh diatas harga normal jika dihitung
dengan kedua metode tersebut, karena PT Telkom selalu membagikan dividen selama
lima tahun terakhir.
Tabel Kronologis Pembayaran Dividen

Tahun Dividen Tanggal RUPST

Rasio Pembayaran Jumlah Dividen
(%)1
(Rp. Juta)

Dividen Per
Lembar Saham
(Rp)

2008

12 Juni 2009

55

5.840.7082

59,39

2009

11 Juni 2010

50

5.666.070

57,61

18

2010

19 Mei 2011

55

6.345.3503

64,52

2011

11 Mei 2012

65

7.127.33344

74,21

2012

19 April 2013

65

8.352.597 5

87,24

Tabel 3. Kronologis Pembayaran Dividen

19

Ket.
1. Rasio pembayaran merupakan persentase laba yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk yang dibayar ke pemegang saham sebagai
dividen
2. Termasuk dividen tunai interim yang dibayarkan pada bulan Desember 2009
sejumlah Rp524.190 juta
3. Termasuk dividen tunai interim yang dibayarkan pada bulan Desember 2010
dan Januari 2011 masing-masing sejumlah Rp276.072 juta dan Rp250.085
juta.
4. Terdiri dari dividen tunai sebesar sejumlah Rp6.030,8 juta dan dividen tunai
spesial sebesar sejumlah Rp1.096,5 juta.
5. Terdiri dari dividen tunai sebesar sejumlah Rp7.067,6 juta dan dividen tunai
spesial sebesar sejumlah Rp1.285,0 juta
3.6

Dampak Valuasi Saham
Menuurut Parahita (2008) dalam dunia investasi, investor dibedakan menjadi

tiga yaitu investor yang menyukai resiko (risk taker), investor yang tidak menyukai
resiko (risk averter) dan investor yang selalu mencari penyandang dana (netral).
Berkaitan dengan hal tersebut, hasil dari analisis valuasi saham dapat menjadi
informasi yang sangat penting bagi investor sebelum mengambil keputusan investasi.
Investor yang dimaksud disini adalah jenis investor yang tidak menyukai resiko (risk
averter). Karena investor jenis ini akan selalu mencari cara untuk meminimalisasi
resiko yang bisa timbul pada investasi dalam bentuk saham.
Berdasarkan analisis valuasi yang telah dilakukan terhadap saham PT Telkom
diketahui saham perusahaan tersebut secara mayoritas berada dalam kondisi
overvalued atau dengan kata lain saham tersebut masuk dalam katagori mahal. Ini
juga berarti saham tersebut mengandung resiko yang cukup besar. Sehingga hal
tersebut akan berdampak terhadap keputusan investasi investor yang tidak menyukai
resiko. Investor jenis ini tidak akan mau menginvestasikan dananya pada saham
tersebut. Karena saham tersebut mengandung resiko yang cukup besar.

20

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan analisa peneliti, harga saham PT Telkom adalah Rp. 11.950. Jika

harga pasar lebih besar dari intrinsic value maka overvalue sehingga saham tersebut
sebaiknya dijual dan jika harga pasar lebih kecil dari intrinsic value maka undervalue
sehingga saham tersebut di beli.
Berdasarkan analisa diatas, intrinsic value PT Telkom sebesar Rp 5974.77
lebih kecil dari harga pasar saham tersebut yang berarti posisi saham PT Telkom
adalah Overvalue. Jika harga pasar lebih besar dari intrinsic value maka overvalue
sehingga saham tersebut sebaiknya dijual dan jika harga pasar lebih kecil dari
intrinsic value maka undervalue sehingga saham tersebut di beli. Maka, jika peneliti
menjadi investor tidak akan membeli saham tersebut melainkan akan menjual saham
PT Telkom jika peneliti memiliki saham tersebut.
4.2

Saran
Karena adanya keterbatasan pada penelitian ini maka untuk penelitian

selanjutnya sebaiknya :
1. Pada penelitian ini hanya menggunakan metode DDM. Disarankan untuk
penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang lain seperti metode,
PBVratio, CAPM, abnormal Earning dan P/E ratio dengan tujuan untuk
melengkapi penelitian sebelumnya, sehingga secara keseluruhan dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
2. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan estimasi nilai intrinsik saham
untuk satu periode kedepan. Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat
melakukan estimasi nilai intrinsik saham untuk beberapa tahun kedepan.

21

3. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan analisis laporan keuangan
periode 2 tahun sebelumnya. Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat
melakukan fore casting terhadap tahun-tahun yang akan datang.
4. Melihat dari kondisinya ketiga saham tersebut secara mayoritas berada dalam

kondisi Overvalued. Jadi secara teoritis direkomendasikan untuk menjual
(sell) jika sahamnya sudah dimiliki dan diperoleh dengan harga yang murah,
atau menahan (hold). Menurut Porman (2008) seorang investor yang baik
biasanya akan sangat sabar menunggu sampai harga pasar saham berada
dibawah harga wajar atau paling tidak mendekati harga wajarnya sebelum
mulai berinvestasi.

22