PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TI
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT RELEVANSI
METODE PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Edward Jeremy Ivandy
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Atma Jaya Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada metode perhitungan penyusutan mana yang paling relevan
digunakan oleh perusahaan manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kemampuan berpikir mahasiswa Akuntansi S1 akan suatu hal yang efektif khususnya
dalam menentukan metode perhitungan penyusutan yang paling relevan untuk
perusahaan manufaktur. Metode penelitian yang mendukung penyusunan karya penelitian
ini adalah metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Dari
hasil data yang telah terkumpul, dilakukan analisis untuk ditarik kesimpulan. Hasil
penelitian dan pengolahan data menunjukkan Metode Jumlah Unit Produksi (Productive
Output – Method) sangat relevan bagi perusahaan manufaktur dikarenakan perhitungan
penyusutan berdasarkan unit yang diproduksi sehingga menjamin nilai penyusutan yang
semestinya. Serta penelitian ini mengindikasikan bahwa Metode Jumlah Unit Produksi
(Productive Output – Method) dapat mempermudah perhitungan penyusutan dan
meningkatkan laba bersih perusahaan manufaktur.
Kata Kunci : Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Metode Jumlah Unit Produksi.
PENDAHULUAN
Penelitian ini merangkum pola pikir mahasiswa Akuntansi S1 Universitas Atma Jaya
Makassar mengenai metode perhitungan penyusutan aktiva tetap mana yang cocok
digunakan pada perusahaan manufaktur dan alasan mengapa metode tersebut efektif
digunakan oleh perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian ini berupa informasi yang dapat membantu perusahaan-perusahaan
manufaktur di Indonesia dalam menetapkan metode perhitungan penyusutan aktiva tetap
yang efektif.
Latar Belakang
Setiap perusahaan, terutama perusahaan manufaktur memiliki aktiva tetap yang menjadi
hal vital bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasionalnya. Pada umumnya
dalam neraca, aktiva tetap memiliki nilai yang material dibandingkan aktiva lain karena
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap biasanya meliputi jumlah uang
yang besar karena harga aktiva umumnya relatif mahal. Oleh sebab itu transaksi-transaksi
terkait aktiva harus dicatat dengan teliti. Kesalahan dalam pencatatan akan berakibat
kepada tidak wajarnya penyajian laporan keuangan.
Penentuan metode perhitungan penyusutan aktiva lancar wajib dilakukan oleh semua
perusahaan mana pun tidak terlepas dari perusahaan manufaktur. Perhitungan penyusutan
pada aktiva tetap perusahaan berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba bersih
perusahaan itu sendiri.
Dengan perhitungan penyusutan yang kurang tepat dapat mengakibatkan nilai perolehan
laba bersih yang sedikit. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu menetapkan metode
penyusutan apa yang paling efektif dan relevan dengan operasional perusahaannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Metode perhitungan penyusutan aktiva tetap yang sangat relevan digunakan oleh
perusahaan manufaktur”
TIJAUAN PUSTAKA
Aktiva Tetap
Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan dikuasai oleh suatu perusahaan
sebagai hasil dari transaksi masa lalu, salah satunya adalah aktiva tetap yang digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan produk. Untuk
menghasilkan produk ini maka peranan aktiva tetap sangat besar, seperti lahan sebagai
tempat berproduksi, bangunan sebagai tempat pabrik dan kantor, mesin dan peralatan
sebagai alat untuk berproduksi dan lain-lain.
Aktiva tetap juga merupakan bagian utama dalam penyajian posisi keuangan perusahaan.
Untuk memahami tentang aktiva tetap, terdapat beberapa pendapat yang akan
dikemukakan antara lain sebagai berikut:
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 paragraf 5
menyebutkan bahwa:
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. (Ikatan Akuntan Indonesia. Standar
Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta, 2004, No 16 Paragraf 5)
Menurut pendapat Sofyan Safri H menyatakan bahwa pengertian aktiva tetap adalah
sebagai berikut:
“Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan
secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
(Sofyan Safri H. Akuntansi Aktiva Tetap. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal 20)
Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang dimiliki dan mengelompokkannya
sebagai aktiva tetap, apabila aktiva yang dimaksud memenuhi pengertian dan memiliki
sifat-sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan
Indonesia memberikan pernyataan dalam PSAK Nomor 16 paragraf 06, yaitu: (Ikatan
Akuntan Indonesia, op.cit., No 16 paragraf 6)
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
aktiva tetap apabila :
Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir dalam perusahaan; untuk
dapat menilai apakah manfaat keekonomisan di masa yang akan datang tersebut
akan mengalir ke dalam perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian
terjadinya aliran manfaat keekonomisan tersebut, yang juga memerlukan suatu
kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko
terkait.
Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal; sedangkan kriteria kedua
mengarah kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ditekankan pula
masalah pengendalian manfaat yang diharapkan dari suatu aktiva. Agar aktiva yang
digunakan dapat memberikan manfaat yang optimal terhadap kegiatan operasi
perusahaan. Dengan demikian satu hal yang penting yang berkaitan pula dengan
pengakuan suatu aktiva adalah perusahaan memiliki kendali atas manfaat yang
diharapkan dari aktiva tersebut.
Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aktiva lainnya.
Kriteria aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan penggelompokkan
lebih lanjut atas aktiva-aktiva tersebut.
Pengelompokkan itu tergantung pada kebijaksanaan akuntansi perusahaan masingmasing karena umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan
maka semakin banyak pula kelompoknya.
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, tergantung
pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan tersebut. Aktiva tetap sering
merupakan suatu bagian utama dari aktiva perusahaan, karenanya signifikan dalam
penyajian posisi keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis dan bentuk yang beragam
dari aktiva tetap menyebabkan peusahaan harus hati-hati dalam menggolongkannya.
Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan penggolongan sebagai
berikut:
Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian dan peternakan.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan,
mesin, alat-alat, mebel dan lain-lain.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumbersumber alam seperti hasil tambang dan lain-lain.
Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi adalah pengurangan nilai harta tetap atas nilai belinya.
Penyusutan dilakukan secara berkala dalam rangka pembebanan biaya pada pendapatan,
baik atas penggunaan harta tersebut maupun karena sudah tidak memadai lagi atau sudah
tidak sesuai dengan jaman. Harta tetap dinilai tidak sesuai apabila kemampuannya sudah
tidak mencukupi lagi untuk memenuhi peningkatan produksi. Harta tetap dikatakan
ketinggalan jaman apabila barang yang dihasilkannya tidak disukai lagi, atau sudah ada
penemuan teknologi baru yang lebih maju.
Semua harta tetap yang dimiliki dalam rangka operasi normal perusahaan dapat
disusutkan, kecuali tanah. Harta tetap yang dimiliki untuk dijual kembali tak dapat
disusutkan. Penyusutan harta tetap yang berupa sumber alam, seperti deposit barang
tambang, disebut deplesi. Penyusutan untuk harta tetap tanpa wujud, seperti hak paten,
disebut amortisasi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghitung penyusutan adalah nilai
perolehan, nilai residu, dan umur harta tetap tersebut. Yang termasuk dalam nilai
perolehan harta tetap adalah harga beli, biaya pengangkutan, pemasangan, serta
percobaan. Nilai residu adalah taksiran nilai jual pada saat harta tetap “dipensiunkan”.
Umur harta tetap ditetapkan menurut kebijakan manajemen. Tetapi karena besarnya
penyusutan yang dihitung akan sangat mempengaruhi besarnya laba yang dilaporkan,
maka pemerintah, melalui peraturan perpajakan, menentukan beberapa peraturan sebagai
pedoman umum.
Ada empat metode yang biasa dipakai untuk meng-hitung besarnya penyusutan, yaitu:
Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output - Method).
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit - Method), dan
Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance - Method),
Metode Garis Lurus (Straight Line – Method),
Metode Satuan Hasil Produksi (Productive Output - Method)
Dalam penyusutan aktiva tetap dengan metode satuan hasil produksi, beban penyusutan
ditetapkan berdasarkan jumlah output yang dihasilkan oleh aset pada periode yang
berjalan atau bahasa lain beban penyusutan dihitung dengan satuan hasil produksi,
sehingga beban penyusutan tiap periode akan berfluktuasi mengikuti jumlah produksi
yang dihasilkan.
Metode satuan hasil produksi mengalokasikan biaya penyusutan berdasar atas proporsi
pemakaian aset tetap yang sebenarnya. Metode ini menggunakan output atau hasil
produksi sebagai dasar acuan alokasi beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi.
Beban penyusutan dalam metode satuan hasil produksi diperlakukan sebagai beban
variabel sesuai dngan unit output yang dihasilkan aset tetap tiap periode. kelemahannya
sama dengan kelemahan pada metode jam jasa. metode ini masuk kategori depresiasi
berdasarkan faktor penggunaan. metode ini memandang beban penyusutan sejalan
dengan tingkat pemakaiannya, idealnya, metode satuan hasil produksi diterapkan pada
jenis aset tetap mesin produksi.
Berikut asumsi asumsi penyusutan metode hasil produksi digunakan:
Nilai aset tetap menurun karena penggunaan, bukan karena faktor waktu
Kerusakan serta ke-aus-an fisik aset adalah faktor penting, sedangkan tingkat Keusang-an bukan hal penting,
Biaya maintenance dan perbaikan sifatnya proporsional terhadap penggunaan,
Tingkat efesiensi operasi sifatnya proporsional terhadap pemakaian aset,
contohnya bahan bakar yang jumlahnya berfluktuasi.
Pendapatan sifatnya proporsional terhadap penggunaan aset tetap
Metode hasil produksi merupakan metode penyusutan yang mengalokasikan beban
penyusutan ke beberapa periode berdasarkan pada satuan unit yang diperoleh dari
penggunaan aset tetap. Umur ekonomis aset tetap dinyatakan dalam satuan unit produksi,
bukan berdasarkan tahun.
Tarif penyusutan / Unit = ( Harga Perolehan - Nilai Sisa ) / Taksiran Jumlah Produksi
Penyusutan = Produksi Setahun x Tarif Penyusutan per Unit
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit - Method)
Pada dasarnya, Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun
mempunyai dasar konsep yang mirip dengan konsep metode penyusutan saldo
menurun.Metode jumlah angka tahun merupakan penyusutan dipercepat berdasar pada
pertimbangan biaya maintenance (perawatan) serta perbaikan aktiva tetap semakin lama
cenderung bertambah seiring pertambahan usia aktiva tetap itu sendiri.Layaknya metode
saldo menurun, semakin lama aset tetap beroperasi, maka tingkat aus-nya semakin tinggi.
Butuh biaya pemeliharaan yang makin tinggi dengan kontribusi bagi perusahaan yang
menurun, tidak sebaik saat awal-awal aset tetap tersebut diperoleh. Mesin contohnya,
makin lama makin menurun performanya. tidak seperti awal awal mesin baru, mesin
yang lebih lama cenderung menurun performanya.
Metode Garis Lurus (Straight Line – Method)
Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari
aktiva tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga, apabila metode garis lurus ini
menghasilkan beban penyusutan yang jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi
pembandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Karena manfaat ekonomis
yang diharapkan dari aktiva tetap setiap periode sama ini akan menghasilkan pendapatan
yang sama setiap periode. Alasan tambahan yang mendukung metode garis lurus ini
adalah apabila biaya pemeliharaan setiap periode sama. Sehingga pembandingan yang
tepat dapat dilakukan dengan membandingkan biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan
yang tetap periode dengan pendapatan yang juga sama setiap.
Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance - Method)
Metode jumlah menurun ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap
periode. Metode ini beranggapan bahwa aktiva baru sangat besar peranannya dalam
usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tersebut semakin lama semakin mengecil
seiring dengan semakin tuanya aktiva tersebut. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan
terlebih dahulu dan besarnya sama untuk setiap tahun.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif karenanya data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mahasiswa S1 Akuntansi
semester 2 Universitas Atma Jaya Makassar, mahasiswa S1 Akuntansi semester 4
Universitas Atma Jaya Makassar, mahasiswa S1 Akuntansi semester 6 Universitas Atma
Jaya Makassar, dan mahasiswa S1 Akuntansi semester 8 Universitas Atma Jaya
Makassar. Kuesioner berisi pilihan antara keempat metode perhitungan penyusutan aktiva
tetap yang paling relevan jika digunakan dalam perusahaan manufaktur dengan
mempertimbangkan salah satu faktor yaitu nilai perolehan laba bersih. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Likert Scale dengan skala 1 sampai 5
dimana 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Netral, 4 = Setuju, dan 5 = Sangat
Setuju. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan antar kelompok responden,
karenanya pengujian yang digunakan adalah uji beda rata-rata.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri atas 30 mahasiswa jurusan Akuntansi program S1 Universitas
Atma Jaya Makassar yang terbagi atas 7 orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 2, 14
orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 4, 6 orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 6,
dan 3 orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 8.
Hasil rekapan penelitian melalui alat pengumpulan data yaitu kuesioner / angket :
Metode Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap – Perusahaan Manufaktur
Jumlah Angka
Jumlah Unit
Saldo Menurun Berganda
Tahun
Produksi
5
4
3
4
3
3
2
4
5
4
2
5
3
3
5
2
3
5
2
5
4
2
1
4
4
2
1
1
4
2
4
4
3
2
2
4
4
2
1
3
4
4
2
3
4
2
1
4
5
3
2
4
5
2
1
4
5
3
4
4
3
2
1
5
1
3
1
5
4
2
2
5
4
1
2
5
3
2
5
3
1
2
2
4
4
5
2
5
5
2
1
5
3
2
1
4
3
4
1
5
1
2
2
5
2
1
2
5
3
2
1
5
2
1
2
4
3
2
3
2
N = 30 responden mahasiswa S1 Akuntansi dari berbagai lapisan semester genap.
Garis Lurus
Keterangan :
Pengujian Hasil Penelitian
Dari data yang telah terkumpul sebelumnya, maka dlikukan lah pengujian data dengan analisis
Decrisptive Statistics.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Metode1
30
1.00
5.00
3.4333
Metode2
30
1.00
5.00
2.5333
Metode3
30
1.00
5.00
2.0333
Metode4
30
1.00
5.00
4.0667
Valid N (listwise)
30
Keterangan :
Metode1 = Metode Garis Lurus (Straight Line – Method)
Metode2 = Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit - Method)
Metode3 = Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance - Method)
Metode4 = Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output - Method)
Jika dilihat dari tabel diatas, Metode1 dengan 30 responden memiliki rata-rata nilai
3.4333 yang artinya berada pada taraf “ Netral ”, Metode2 dengan 30 responden yang
sama memiliki nilai rata-rata 2.5333 yang artinya berada pada taraf “ Tidak Setuju ”,
Metode3 dengan 30 responden yang sama memiliki rata-rata nilai 2.0333 yang artinya
berada pada taraf “ Tidak Setuju ”, dan Metode4 dengan 30 responden yang sama
memiliki rata-rata nilai 4.0667 yang berarti “ Setuju “.
Tambahan informasi mengenai frequency dan persentasi untuk setiap metode (pelengkap).
Metode1
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
3
10.0
10.0
10.0
2
2
6.7
6.7
16.7
3
10
33.3
33.3
50.0
4
9
30.0
30.0
80.0
5
6
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Metode2
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
3
10.0
10.0
10.0
2
16
53.3
53.3
63.3
3
5
16.7
16.7
80.0
4
4
13.3
13.3
93.3
5
2
6.7
6.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Metode3
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
11
36.7
36.7
36.7
2
13
43.3
43.3
80.0
3
2
6.7
6.7
86.7
4
2
6.7
6.7
93.3
5
2
6.7
6.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Metode4
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
1
3.3
3.3
3.3
2
2
6.7
6.7
10.0
3
3
10.0
10.0
20.0
4
12
40.0
40.0
60.0
5
12
40.0
40.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Valid
Percent
Berdasarkan tabel frequency beserta persentase untuk setiap metode ,
Metode1 – 3 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 2 orang menjawab “Tidak Setuju“,
10 orang menjawab
“Netral“, 9 orang menjawab “Setuju “, dan 6 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
Metode2 – 3 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 16 orang menjawab “Tidak
Setuju“, 5 orang menjawab “Netral“, 4 orang menjawab “Setuju “, dan 2 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
Metode3 – 11 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 13 orang menjawab “Tidak
Setuju“, 2 orang menjawab “Netral“, 2 orang menjawab “Setuju “, dan 2 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
Metode4 – 1 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 2 orang menjawab “Tidak Setuju“,
3 orang menjawab
“Netral“, 12 orang menjawab “Setuju “, dan 12 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
KESIMPULAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat persepsi mahasiswa akuntansi akan metode
perhitunga penyusutan aktiva tetap manakah yang paling relevan digunakan oleh
perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Atma Jaya
Makassar telah mampu mengambil keputusan dalam menetapkan metode perhitungan
penyusutan aktiva tetap mana yang cocok bagi perusahaan manufaktur dari berbagai
persepsi masing-masing.
Dalam menjawab pilihan mengenai metode-metode yang paling relevan digunakan
perusahaan manufaktur, sebagian besar mahasiswa S1 Akuntansi cenderung memilih
Metode4 yaitu Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output - Method) yang
merupakan perhitungan biaya/beban penyusutan berdasarkan unit yang diproduksi karena
perusahaan manufaktur sangat erat dengan operasional utamanya yaitu kegiatan
memproduksi.
Perbedaan tingkatan semester dalam pendidikan akuntansi menyebabkan perbedaan
persepsi antar tingkat mahasiswa S1 Akuntansi. Keterbatasan dari penelitian ini adalah
survei dilakukan pada satu universitas, karenanya hasil dari penelitian ini bisa saja “unik”
dalam artian hanya terjadi dalam universitas tempat dilakukannya survei saja.
Selain itu, survei ini dilakukan secara tertulis sehingga tidak terlepas kemungkinan
adanya responden yang kurang memahami pilihan-pilihan yang diajukan. Oleh karena itu
dalam penelitian selanjutnya ada baiknya survei dilakukan juga secara oral (interview).
Hal ini kemungkinan akan lebih efektif untuk menilai efektivitas kurikulum akuntansi
terhadap perubahan persepsi mahasiswa akuntansi.
LAMPIRAN
Bentuk Kuesioner
METODE PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Edward Jeremy Ivandy
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Atma Jaya Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada metode perhitungan penyusutan mana yang paling relevan
digunakan oleh perusahaan manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kemampuan berpikir mahasiswa Akuntansi S1 akan suatu hal yang efektif khususnya
dalam menentukan metode perhitungan penyusutan yang paling relevan untuk
perusahaan manufaktur. Metode penelitian yang mendukung penyusunan karya penelitian
ini adalah metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Dari
hasil data yang telah terkumpul, dilakukan analisis untuk ditarik kesimpulan. Hasil
penelitian dan pengolahan data menunjukkan Metode Jumlah Unit Produksi (Productive
Output – Method) sangat relevan bagi perusahaan manufaktur dikarenakan perhitungan
penyusutan berdasarkan unit yang diproduksi sehingga menjamin nilai penyusutan yang
semestinya. Serta penelitian ini mengindikasikan bahwa Metode Jumlah Unit Produksi
(Productive Output – Method) dapat mempermudah perhitungan penyusutan dan
meningkatkan laba bersih perusahaan manufaktur.
Kata Kunci : Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Metode Jumlah Unit Produksi.
PENDAHULUAN
Penelitian ini merangkum pola pikir mahasiswa Akuntansi S1 Universitas Atma Jaya
Makassar mengenai metode perhitungan penyusutan aktiva tetap mana yang cocok
digunakan pada perusahaan manufaktur dan alasan mengapa metode tersebut efektif
digunakan oleh perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian ini berupa informasi yang dapat membantu perusahaan-perusahaan
manufaktur di Indonesia dalam menetapkan metode perhitungan penyusutan aktiva tetap
yang efektif.
Latar Belakang
Setiap perusahaan, terutama perusahaan manufaktur memiliki aktiva tetap yang menjadi
hal vital bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasionalnya. Pada umumnya
dalam neraca, aktiva tetap memiliki nilai yang material dibandingkan aktiva lain karena
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap biasanya meliputi jumlah uang
yang besar karena harga aktiva umumnya relatif mahal. Oleh sebab itu transaksi-transaksi
terkait aktiva harus dicatat dengan teliti. Kesalahan dalam pencatatan akan berakibat
kepada tidak wajarnya penyajian laporan keuangan.
Penentuan metode perhitungan penyusutan aktiva lancar wajib dilakukan oleh semua
perusahaan mana pun tidak terlepas dari perusahaan manufaktur. Perhitungan penyusutan
pada aktiva tetap perusahaan berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba bersih
perusahaan itu sendiri.
Dengan perhitungan penyusutan yang kurang tepat dapat mengakibatkan nilai perolehan
laba bersih yang sedikit. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu menetapkan metode
penyusutan apa yang paling efektif dan relevan dengan operasional perusahaannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Metode perhitungan penyusutan aktiva tetap yang sangat relevan digunakan oleh
perusahaan manufaktur”
TIJAUAN PUSTAKA
Aktiva Tetap
Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan dikuasai oleh suatu perusahaan
sebagai hasil dari transaksi masa lalu, salah satunya adalah aktiva tetap yang digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan produk. Untuk
menghasilkan produk ini maka peranan aktiva tetap sangat besar, seperti lahan sebagai
tempat berproduksi, bangunan sebagai tempat pabrik dan kantor, mesin dan peralatan
sebagai alat untuk berproduksi dan lain-lain.
Aktiva tetap juga merupakan bagian utama dalam penyajian posisi keuangan perusahaan.
Untuk memahami tentang aktiva tetap, terdapat beberapa pendapat yang akan
dikemukakan antara lain sebagai berikut:
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 paragraf 5
menyebutkan bahwa:
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. (Ikatan Akuntan Indonesia. Standar
Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta, 2004, No 16 Paragraf 5)
Menurut pendapat Sofyan Safri H menyatakan bahwa pengertian aktiva tetap adalah
sebagai berikut:
“Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan
secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
(Sofyan Safri H. Akuntansi Aktiva Tetap. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal 20)
Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang dimiliki dan mengelompokkannya
sebagai aktiva tetap, apabila aktiva yang dimaksud memenuhi pengertian dan memiliki
sifat-sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan
Indonesia memberikan pernyataan dalam PSAK Nomor 16 paragraf 06, yaitu: (Ikatan
Akuntan Indonesia, op.cit., No 16 paragraf 6)
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
aktiva tetap apabila :
Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir dalam perusahaan; untuk
dapat menilai apakah manfaat keekonomisan di masa yang akan datang tersebut
akan mengalir ke dalam perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian
terjadinya aliran manfaat keekonomisan tersebut, yang juga memerlukan suatu
kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan menerima resiko
terkait.
Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal; sedangkan kriteria kedua
mengarah kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ditekankan pula
masalah pengendalian manfaat yang diharapkan dari suatu aktiva. Agar aktiva yang
digunakan dapat memberikan manfaat yang optimal terhadap kegiatan operasi
perusahaan. Dengan demikian satu hal yang penting yang berkaitan pula dengan
pengakuan suatu aktiva adalah perusahaan memiliki kendali atas manfaat yang
diharapkan dari aktiva tersebut.
Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aktiva lainnya.
Kriteria aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan penggelompokkan
lebih lanjut atas aktiva-aktiva tersebut.
Pengelompokkan itu tergantung pada kebijaksanaan akuntansi perusahaan masingmasing karena umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan
maka semakin banyak pula kelompoknya.
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, tergantung
pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan tersebut. Aktiva tetap sering
merupakan suatu bagian utama dari aktiva perusahaan, karenanya signifikan dalam
penyajian posisi keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis dan bentuk yang beragam
dari aktiva tetap menyebabkan peusahaan harus hati-hati dalam menggolongkannya.
Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan penggolongan sebagai
berikut:
Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian dan peternakan.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan,
mesin, alat-alat, mebel dan lain-lain.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumbersumber alam seperti hasil tambang dan lain-lain.
Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi adalah pengurangan nilai harta tetap atas nilai belinya.
Penyusutan dilakukan secara berkala dalam rangka pembebanan biaya pada pendapatan,
baik atas penggunaan harta tersebut maupun karena sudah tidak memadai lagi atau sudah
tidak sesuai dengan jaman. Harta tetap dinilai tidak sesuai apabila kemampuannya sudah
tidak mencukupi lagi untuk memenuhi peningkatan produksi. Harta tetap dikatakan
ketinggalan jaman apabila barang yang dihasilkannya tidak disukai lagi, atau sudah ada
penemuan teknologi baru yang lebih maju.
Semua harta tetap yang dimiliki dalam rangka operasi normal perusahaan dapat
disusutkan, kecuali tanah. Harta tetap yang dimiliki untuk dijual kembali tak dapat
disusutkan. Penyusutan harta tetap yang berupa sumber alam, seperti deposit barang
tambang, disebut deplesi. Penyusutan untuk harta tetap tanpa wujud, seperti hak paten,
disebut amortisasi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghitung penyusutan adalah nilai
perolehan, nilai residu, dan umur harta tetap tersebut. Yang termasuk dalam nilai
perolehan harta tetap adalah harga beli, biaya pengangkutan, pemasangan, serta
percobaan. Nilai residu adalah taksiran nilai jual pada saat harta tetap “dipensiunkan”.
Umur harta tetap ditetapkan menurut kebijakan manajemen. Tetapi karena besarnya
penyusutan yang dihitung akan sangat mempengaruhi besarnya laba yang dilaporkan,
maka pemerintah, melalui peraturan perpajakan, menentukan beberapa peraturan sebagai
pedoman umum.
Ada empat metode yang biasa dipakai untuk meng-hitung besarnya penyusutan, yaitu:
Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output - Method).
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit - Method), dan
Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance - Method),
Metode Garis Lurus (Straight Line – Method),
Metode Satuan Hasil Produksi (Productive Output - Method)
Dalam penyusutan aktiva tetap dengan metode satuan hasil produksi, beban penyusutan
ditetapkan berdasarkan jumlah output yang dihasilkan oleh aset pada periode yang
berjalan atau bahasa lain beban penyusutan dihitung dengan satuan hasil produksi,
sehingga beban penyusutan tiap periode akan berfluktuasi mengikuti jumlah produksi
yang dihasilkan.
Metode satuan hasil produksi mengalokasikan biaya penyusutan berdasar atas proporsi
pemakaian aset tetap yang sebenarnya. Metode ini menggunakan output atau hasil
produksi sebagai dasar acuan alokasi beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi.
Beban penyusutan dalam metode satuan hasil produksi diperlakukan sebagai beban
variabel sesuai dngan unit output yang dihasilkan aset tetap tiap periode. kelemahannya
sama dengan kelemahan pada metode jam jasa. metode ini masuk kategori depresiasi
berdasarkan faktor penggunaan. metode ini memandang beban penyusutan sejalan
dengan tingkat pemakaiannya, idealnya, metode satuan hasil produksi diterapkan pada
jenis aset tetap mesin produksi.
Berikut asumsi asumsi penyusutan metode hasil produksi digunakan:
Nilai aset tetap menurun karena penggunaan, bukan karena faktor waktu
Kerusakan serta ke-aus-an fisik aset adalah faktor penting, sedangkan tingkat Keusang-an bukan hal penting,
Biaya maintenance dan perbaikan sifatnya proporsional terhadap penggunaan,
Tingkat efesiensi operasi sifatnya proporsional terhadap pemakaian aset,
contohnya bahan bakar yang jumlahnya berfluktuasi.
Pendapatan sifatnya proporsional terhadap penggunaan aset tetap
Metode hasil produksi merupakan metode penyusutan yang mengalokasikan beban
penyusutan ke beberapa periode berdasarkan pada satuan unit yang diperoleh dari
penggunaan aset tetap. Umur ekonomis aset tetap dinyatakan dalam satuan unit produksi,
bukan berdasarkan tahun.
Tarif penyusutan / Unit = ( Harga Perolehan - Nilai Sisa ) / Taksiran Jumlah Produksi
Penyusutan = Produksi Setahun x Tarif Penyusutan per Unit
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit - Method)
Pada dasarnya, Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun
mempunyai dasar konsep yang mirip dengan konsep metode penyusutan saldo
menurun.Metode jumlah angka tahun merupakan penyusutan dipercepat berdasar pada
pertimbangan biaya maintenance (perawatan) serta perbaikan aktiva tetap semakin lama
cenderung bertambah seiring pertambahan usia aktiva tetap itu sendiri.Layaknya metode
saldo menurun, semakin lama aset tetap beroperasi, maka tingkat aus-nya semakin tinggi.
Butuh biaya pemeliharaan yang makin tinggi dengan kontribusi bagi perusahaan yang
menurun, tidak sebaik saat awal-awal aset tetap tersebut diperoleh. Mesin contohnya,
makin lama makin menurun performanya. tidak seperti awal awal mesin baru, mesin
yang lebih lama cenderung menurun performanya.
Metode Garis Lurus (Straight Line – Method)
Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari
aktiva tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga, apabila metode garis lurus ini
menghasilkan beban penyusutan yang jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi
pembandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Karena manfaat ekonomis
yang diharapkan dari aktiva tetap setiap periode sama ini akan menghasilkan pendapatan
yang sama setiap periode. Alasan tambahan yang mendukung metode garis lurus ini
adalah apabila biaya pemeliharaan setiap periode sama. Sehingga pembandingan yang
tepat dapat dilakukan dengan membandingkan biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan
yang tetap periode dengan pendapatan yang juga sama setiap.
Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance - Method)
Metode jumlah menurun ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap
periode. Metode ini beranggapan bahwa aktiva baru sangat besar peranannya dalam
usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tersebut semakin lama semakin mengecil
seiring dengan semakin tuanya aktiva tersebut. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan
terlebih dahulu dan besarnya sama untuk setiap tahun.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif karenanya data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mahasiswa S1 Akuntansi
semester 2 Universitas Atma Jaya Makassar, mahasiswa S1 Akuntansi semester 4
Universitas Atma Jaya Makassar, mahasiswa S1 Akuntansi semester 6 Universitas Atma
Jaya Makassar, dan mahasiswa S1 Akuntansi semester 8 Universitas Atma Jaya
Makassar. Kuesioner berisi pilihan antara keempat metode perhitungan penyusutan aktiva
tetap yang paling relevan jika digunakan dalam perusahaan manufaktur dengan
mempertimbangkan salah satu faktor yaitu nilai perolehan laba bersih. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Likert Scale dengan skala 1 sampai 5
dimana 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Netral, 4 = Setuju, dan 5 = Sangat
Setuju. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan antar kelompok responden,
karenanya pengujian yang digunakan adalah uji beda rata-rata.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri atas 30 mahasiswa jurusan Akuntansi program S1 Universitas
Atma Jaya Makassar yang terbagi atas 7 orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 2, 14
orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 4, 6 orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 6,
dan 3 orang mahasiswa S1 Akuntansi semester 8.
Hasil rekapan penelitian melalui alat pengumpulan data yaitu kuesioner / angket :
Metode Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap – Perusahaan Manufaktur
Jumlah Angka
Jumlah Unit
Saldo Menurun Berganda
Tahun
Produksi
5
4
3
4
3
3
2
4
5
4
2
5
3
3
5
2
3
5
2
5
4
2
1
4
4
2
1
1
4
2
4
4
3
2
2
4
4
2
1
3
4
4
2
3
4
2
1
4
5
3
2
4
5
2
1
4
5
3
4
4
3
2
1
5
1
3
1
5
4
2
2
5
4
1
2
5
3
2
5
3
1
2
2
4
4
5
2
5
5
2
1
5
3
2
1
4
3
4
1
5
1
2
2
5
2
1
2
5
3
2
1
5
2
1
2
4
3
2
3
2
N = 30 responden mahasiswa S1 Akuntansi dari berbagai lapisan semester genap.
Garis Lurus
Keterangan :
Pengujian Hasil Penelitian
Dari data yang telah terkumpul sebelumnya, maka dlikukan lah pengujian data dengan analisis
Decrisptive Statistics.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Metode1
30
1.00
5.00
3.4333
Metode2
30
1.00
5.00
2.5333
Metode3
30
1.00
5.00
2.0333
Metode4
30
1.00
5.00
4.0667
Valid N (listwise)
30
Keterangan :
Metode1 = Metode Garis Lurus (Straight Line – Method)
Metode2 = Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit - Method)
Metode3 = Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance - Method)
Metode4 = Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output - Method)
Jika dilihat dari tabel diatas, Metode1 dengan 30 responden memiliki rata-rata nilai
3.4333 yang artinya berada pada taraf “ Netral ”, Metode2 dengan 30 responden yang
sama memiliki nilai rata-rata 2.5333 yang artinya berada pada taraf “ Tidak Setuju ”,
Metode3 dengan 30 responden yang sama memiliki rata-rata nilai 2.0333 yang artinya
berada pada taraf “ Tidak Setuju ”, dan Metode4 dengan 30 responden yang sama
memiliki rata-rata nilai 4.0667 yang berarti “ Setuju “.
Tambahan informasi mengenai frequency dan persentasi untuk setiap metode (pelengkap).
Metode1
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
3
10.0
10.0
10.0
2
2
6.7
6.7
16.7
3
10
33.3
33.3
50.0
4
9
30.0
30.0
80.0
5
6
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Metode2
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
3
10.0
10.0
10.0
2
16
53.3
53.3
63.3
3
5
16.7
16.7
80.0
4
4
13.3
13.3
93.3
5
2
6.7
6.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Metode3
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
11
36.7
36.7
36.7
2
13
43.3
43.3
80.0
3
2
6.7
6.7
86.7
4
2
6.7
6.7
93.3
5
2
6.7
6.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Metode4
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
1
1
3.3
3.3
3.3
2
2
6.7
6.7
10.0
3
3
10.0
10.0
20.0
4
12
40.0
40.0
60.0
5
12
40.0
40.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Valid
Percent
Berdasarkan tabel frequency beserta persentase untuk setiap metode ,
Metode1 – 3 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 2 orang menjawab “Tidak Setuju“,
10 orang menjawab
“Netral“, 9 orang menjawab “Setuju “, dan 6 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
Metode2 – 3 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 16 orang menjawab “Tidak
Setuju“, 5 orang menjawab “Netral“, 4 orang menjawab “Setuju “, dan 2 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
Metode3 – 11 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 13 orang menjawab “Tidak
Setuju“, 2 orang menjawab “Netral“, 2 orang menjawab “Setuju “, dan 2 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
Metode4 – 1 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 2 orang menjawab “Tidak Setuju“,
3 orang menjawab
“Netral“, 12 orang menjawab “Setuju “, dan 12 orang sisanya
menjawab “Sangat Setuju “.
KESIMPULAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat persepsi mahasiswa akuntansi akan metode
perhitunga penyusutan aktiva tetap manakah yang paling relevan digunakan oleh
perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Atma Jaya
Makassar telah mampu mengambil keputusan dalam menetapkan metode perhitungan
penyusutan aktiva tetap mana yang cocok bagi perusahaan manufaktur dari berbagai
persepsi masing-masing.
Dalam menjawab pilihan mengenai metode-metode yang paling relevan digunakan
perusahaan manufaktur, sebagian besar mahasiswa S1 Akuntansi cenderung memilih
Metode4 yaitu Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output - Method) yang
merupakan perhitungan biaya/beban penyusutan berdasarkan unit yang diproduksi karena
perusahaan manufaktur sangat erat dengan operasional utamanya yaitu kegiatan
memproduksi.
Perbedaan tingkatan semester dalam pendidikan akuntansi menyebabkan perbedaan
persepsi antar tingkat mahasiswa S1 Akuntansi. Keterbatasan dari penelitian ini adalah
survei dilakukan pada satu universitas, karenanya hasil dari penelitian ini bisa saja “unik”
dalam artian hanya terjadi dalam universitas tempat dilakukannya survei saja.
Selain itu, survei ini dilakukan secara tertulis sehingga tidak terlepas kemungkinan
adanya responden yang kurang memahami pilihan-pilihan yang diajukan. Oleh karena itu
dalam penelitian selanjutnya ada baiknya survei dilakukan juga secara oral (interview).
Hal ini kemungkinan akan lebih efektif untuk menilai efektivitas kurikulum akuntansi
terhadap perubahan persepsi mahasiswa akuntansi.
LAMPIRAN
Bentuk Kuesioner