Latar Belakang Diperlukannya Kurikulum B
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
DALAM PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASINYA
RESUME BUKU:
Manajemen Berbasis Sekolah & Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Hendyat Soetopo)
dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Dr. E. Mulyasa, M.Pd)
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pembaharuan Kurikulum
yang dibina oleh Dr. Mustiningsih, M.Pd
Oleh:
Hanna Permatasari Tanjung
Qurrotu’ayun
170132844009
170132844018
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN
September 2017
1
1.
Latar Belakang Diperlukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang
penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan
kebutuhan nyata di lapangan. Terkait dengan pencanangan Gerakan Peningkatan Mutu
Pendidikan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2002, pemerintah memprogramkan
KBK sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan
berbagai ranah pendidikan dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya jalur
pendidikan sekolah formal. Meskipun begitu, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah terutama di kota-kota menunjukkan
peningkatan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih jauh dari
baik.
Menurut Depdiknas, dari berbagai pengamatan dan analisis terdapat sedikitnya tiga
faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan secara merata
(Depdiknas, 2001: 1-2):
1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan
education – production – function atau analisis input-output yang tidak
dilaksanakan secara konsekuen.
2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik.
3. Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan sangat minim.
Untuk menangani masalah tersebut, pemerintah melakukan upaya untuk menyempurnakan
sistem pendidikan melalui penataan perangkat lunak (software) dan juga keras (hardware).
Diantara upaya tersebut yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 22 dan 25
tahun 1999 tentang otonomi daerah. Undang-Undang ini menyebutkan bahwa otonomi
daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan daerah otonom adalah Pemerintah Daerah Provinsi (otonom
dalam administrasi pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota), dan Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Kota. Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota mencakup
pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri
dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, dan koperasi dan tenaga
2
kerja. Dengan demikian Undang-Undang ini jelas secara langsung berpengaruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendikan.
Sejalan dengan itu, GBHN 1999 juga menjelaskan perlunya diversifikasi kurikulum
yang melayani keanekaragaman kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), kemampuan
siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di daerah. Diversifikasi kurikulum diharapkan dapat
menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk manusia Indonesia yang damai,
sejahtera, demokratis, dan berdaya saing untuk maju. Mutu lulusan pendidikan tidak cukup
diukur dengan standar mutu lokal saja, tetapi harus dikembangkan dengan standar mutu
nasional dan internasional sehingga memiliki daya saing tinggi. Agar lulusan pendidikan
nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu
tersebut, maka kurikulum perlu dikembangkan den gan pendekatan berbasis kompetensi.
Berikut ini adalah dasar hukum penggantian kurikulum pada dunia pendidikan di
Indonesia dari kurikulum 1994 dan suplemen 1999 menjadi KBK:
1. GBHN tahun 1999.
2. Undang-Undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 Bab IV pasal 7 ayat 1 tentang otonomi
daerah.
3. Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 3 tentang perbedaan
wewenang pemerintah pusat dan daerah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta usaha peningkatan mutu
pendidikan secara umum. Dalam kerangka inilah KBK tampil sebagai alternatif kurikulum
dengan konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan dalam
rangka meningkatkan mutu dan efisiensi agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat
setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan
pemerintah untuk membentuk pribadi peserta didik. Otonomi yang diberikan kepada sekolah
ini harus dilaksanakan dalam pemanfaatan sumber daya dan pengembangan strategi berbasis
sekolah sesuai kondisi setempat.
2.
Konsep Dasar KBK
2.1 Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi
McAshan (1981) dalam Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa kompetensi
adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
3
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch
dan Crunkilton (1979) dalam Mulyasa (2002) mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka KBK dapat dipandang sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Karena KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensikompetensi tertentu oleh peserta didik, maka kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa
sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
2.2 Karakteristik KBK
Berikut ini adalah karakteristik KBK secara lebih teknis yang dikumpulkan dari
berbagai sumber:
1. Sistem Belajar dengan Modul
Modul merupakan suatu pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu
yang disusun sistematis, terarah, operasional untuk digunakan peserta didik,
disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pada umumnya sebuah
modul terdiri atas komponen seperti : (1) lembar kegiatan peserta didik, (2)
lembar kerja, (3) kunci lembar kerja, (4) lembar soal, (5) lembar jawaban, dan (6)
kunci jawaban.
Dengan sistem pembelajaran modul ini peserta didik mendapat kesempatan lebih
banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk di dalam lembar
kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas yang
harus diselesaikan. Karena itu peserta didik dalam batas-batas tertentu dapat maju
sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuan masing-masing.
2. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Pengelompokan sumber belajar secara umum adalah sebagai berikut:
a. Manusia : orang yang menyampaikan pesan seperti guru, konselor,
administrator yang diniatkan secara khusus dan disengaja untuk kepentingan
belajar.
4
b. Bahan : sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran seperti film, peta, buku
paket, grafik, dan sebagainya.
c. Lingkungan : ruangan dan tempat dimana sumber-sumber dapat berinteraksi
dengan para peserta didik. Misalnya ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,
ruang micro teaching, kebun binatang, museum, candi, dan sebagainya.
d. Alat dan peralatan: sumber belajar untuk produksi dan atau memainkan
sumber-sumber lain. Contohnya seperti kamera, recorder, proyektor, televisi,
dan lain-lain.
e. Aktivitas: kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk
memudahkan belajar, seperti karyawisata, simulasi, dan sebagainya.
3.
Pengalaman Lapangan
Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat dalam
pengembangan program, aktivitas, dan evaluasi pembelajaran. Keterlibatan ini
penting karena masyarakat adalah pemakai produk pendidikan, dan dalam banyak
kasus sekaligus juga sebagai penyandang dana untuk pembangunan dan
pengoperasian program.
4.
Strategi Belajar Individual Personal
Belajar individual yaitu belajar berdasarkan tempo belajar masing-masing peserta
didik. Sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan
peserta didik yang berupa bakat, minat, dan kemampuan.
5.
Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar dalam KBK diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran
individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim
(team teaching). Hal tersebut dilakukan dengan penggunaan berbagai saluran
komunikasi yang dirancang untuk pembelajaran seperti koran, televisi, radio, dan
lain-lain.
6.
Belajar Tuntas
Yang dimaksud dengan belajar tuntas dalam KBK ialah pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas
seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.
Dengan kata lain, siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil
yang baik.
5
3.
Pengembangan KBK
Pengembangan KBK memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa
paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat di
demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang di pelajarinya. Oleh karena itu peserta didik perlu
mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan di jadikan standar
penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan
dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi tertentu
sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi
berikutnya. Depdiknas (2002) melukiskan pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi sebagai berikut:
3.1
Ting
kat
Pengembangan Kurikulum
3.1.1 Tingkat Nasional
Pengembangan kurikulum lingkup nasional meliputi jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal
maupun secara horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan
pendidikan nasional.
6
Secara vertikal berkaitan dengan konstitusi pengembangan
kurikulum antara berbagai jenjang pendidikan (pendidikan
dasar, menengah, dan pendidikan tinggi). Sedangkan secara
horizontal berkaitan dengan keselarasan antarberbagai jenis
pendidikan dalam berbagai jenjang. Jenis pendidikan yang
termasuk jenis pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional.
3.1.2 Tingkat Lembaga
Pada tingkat ini membahas pengembangan kurikulum untuk
setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan
jenjang pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
antara lain:
1. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga
pendidikan.
2. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di kembangkan bidang
studi-bidang studi yang akan di berikan untuk merelisasikan
tujuan tersebut.
3. Mengembangakan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga
kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan klasifikasi
yang di perlukan.
4. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan
untuk memberi kemudahan belajar
3.1.3 Tingkat Bidang Studi (Penyusunan Silabus)
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap
bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
1. Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan
tujuan setiap bidang bidang studi.
7
2. Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan,
serta pengelompokannya sesuai dengan ranah pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, (keterampilan) nilai, dan sikap.
3. Mendeskripsikan kompetensi serta pengelompokannya sesuai
dengan skope dan sekuensi.
4. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta
kriteria pencapaiannya.
3.1.4 Tingkat Satuan Bahasan (Modul)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi
dan di urutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannyapada setiap
bidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program
pembelajaran. Dalam KBK program pembelajaran yang
dikembangkan adalah modul, sehingga kegiatan pengembangan
kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan
paket-paket modul.
3.2
Prinsip-prinsip Pengembangan KBK
Menurut Depdikbud (2002), sesuai dengan kondisi negara,
kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta
perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi ini perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti yang luhur yang dianut
dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap
sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu
digali, dipahami, dan diamalkan oleh peseta didik melalui
pengembangan kurikulum KBK.
2. Penguatan integritas nasional
8
Memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang
majemuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan
dunia dan multikultural dan bahasa.
3. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan konestetika
Memperhatikan keseimbangan pengalaman belajar peserta didik
antara etika, logika, estetika, dan konestetika.
4. Kesamaan memperoleh kesempatan
Menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlu
diutamakan dalam pengembangan kurikulum.
5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi
Mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan untuk mengatasi
situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian, yang
merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
6. Pengembangan keterampilan untuk hidup
Memasukkan unsur keterampilan untuk hidup agar peserta didik
memiliki keterampilan, sikap dan perilaku, adaptif kooperatif dan
kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan
kehidupan sehari-hari secara efektif.
7. Belajar sepanjang hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk
mengembangkan, menambah kesadaran, dan sealalu belajar
dalam berbagai bidang, oleh karena itu pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan
kemampuan belajar sepanjang hayat.
8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan
dengan konprehensif
Berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar,
bekerjasama, dan menilai diri sendiri agar mampu membangun
pemahaman dan pengetahuannya.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
9
Mempertimbangkan semua pengalaman belajar yang dirancang
secara berkesinambungan mulai dari TK dan RA sampai dengan
kelas XII. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta
didik, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha
dan industri serta masyarakat pada umumnya.
4.
Implementasi KBK
Implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau
tatanan kurikulum dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Dalam garis besarnya
implementasi KBK mencakup: pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi.
4.1 Pengembangan Program
4.1.1 Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program
ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni
program semester, program mingguan, dan program harian atau program
pembelajaran setiap pokok bahasan atau dikenal sebagai modul. Sumber-sumber
yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain:
(1) Daftar standar kompetensi sebagai konsensus nasional yang dikembangkan
dalam buku GBPP setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
(2) Skope dan sekuensi tiap kompetensi. Skope adalah ruang lingkup dan
batasan keleluasaan setiap pokok dan sub pokok bahasan. Sekuensi adalah
urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan.
(3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun
pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik.
Berdadarkan sumber-sumber tersebut dapat ditetapkan dan dikembangkan
jumlah kompetensi, pokok bahasan, dan waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pokok dan subpokok bahasan, jumlah ulangan (harian dan
umum), dan jumlah waktu cadangan.
10
4.1.2 Program Semester
Berisi garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai
dalam semester tersebut. Pada umumnya program semester ini berisi tentang
bulan, pokok bahasan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.
4.1.3 Program Modul
Umumnya dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan
disampaikan. Biasanya modul berisi lembar kegiatan peserta didik, lembar
kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.
4.1.4 Program Mingguan dan Harian
Merupakan penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu
diulang bagi setiap peserta didik. Dan juga dapat diidentifikasi kemajuan
belajar setiap peserta didik.
4.1.5 Program pengayaan dan remedial
Berdasarkan hasil analisis dari kegiatan belajar, tugas-tugas modul, hasil tes,
dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar tiap peserta didik. Hasil
analisis dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan
dan harian untuk bahan tindak lanjut. Program ini juga mengidentifikasi modul
yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial, dan yang
mengikuti pengayaan.
4.1.6 Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Sekolah wajib memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang
menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain guru pembimbing, guru
mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan konseling dan
karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing.
4.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal : pre tes, proses, dan post
tes.
4.2.1 Pre tes
11
Fungsi pre tes antara lain: menyiapkan peserta didik dalam proses belajar,
mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses
pembelajaran, mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik
mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik, dan untuk mengetahui dari
mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah
dikuasai peserta didik dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapatkan
perhatian khusus.
4.2.2 Proses
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya
atau setidaknya 75% peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, di
samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku positif pada diri
peserta didik seluruhnya atau setidaknya 75%.
4.2.3 Post tes
Fungsi post tes yaitu:
(1) Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditentukan baik secara individu maupun kelompok.
(2) Mengetahui kompetensi-kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai
peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.
Apabila sebagian besar belum menguasainya, maka dilakukan pembelajaran
kembali (remedial teaching).
(3) Mengetahui peserta didik mana yang perlu mengikuti remedial, mana yang
perlu mengikuti pengayaan, dan untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam
mengerjakan modul.
(4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponenkomponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4.3 Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi dilakukan
dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan
sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program.
12
4.3.1 Penilaian Kelas
Terdiri dari ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian
minimal dilakukan 3 kali dalam setiap semester. Ulangan umum dilaksanakan
setiap akhir semester, dan ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil
belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, dan memberikan umpan
balik untuk perbaikan, serta penentuan kenaikan kelas.
4.3.2 Tes Kemampuan Dasar
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. Tes ini
dilaksanakan pada setiap tahun.
4.3.3 Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Dilakukan setiap akhir semester dan akhir tahun pelajaran untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh tentang ketuntasan belajar peserta didik dalam
satu waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang
dicantumkan dalam STTB tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian
pada akhir jenjang sekolah.
4.3.4 Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses,
dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Untuk dapat
memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu
dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan
pendidikan. Hasilnya dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak
untuk mmberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai salah
satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah.
4.3.5 Penilaian Program
Dilakukan oleh Depdiknas dan Dinas Pendidikan secara berkala dan
berkesinambungan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta
kesesuaiannya dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan jaman.
5.
Keunggulan dan Kelemahan KBK
Berikut ini adalah keunggulan KBK:
13
1. Bersifat alamiah (konsektual) karena berangkat, berfokus, dan
bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
2. KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan
lain.
3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan
Sedangkan kelemahannya yaitu:
1. Terlalu mementingkan perkembangan intelektual, mengabaikan
perkembangan sosial, emosional dan pendidikan watak.
2. Kurang
memberikan
pemecahan
masalah
kehidupan
secara
integratif.
3. Anak-anak kurang berlatih untuk menghadapi fungsional dalam
kehidupan.
DALAM PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASINYA
RESUME BUKU:
Manajemen Berbasis Sekolah & Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Hendyat Soetopo)
dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Dr. E. Mulyasa, M.Pd)
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pembaharuan Kurikulum
yang dibina oleh Dr. Mustiningsih, M.Pd
Oleh:
Hanna Permatasari Tanjung
Qurrotu’ayun
170132844009
170132844018
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN
September 2017
1
1.
Latar Belakang Diperlukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang
penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan
kebutuhan nyata di lapangan. Terkait dengan pencanangan Gerakan Peningkatan Mutu
Pendidikan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2002, pemerintah memprogramkan
KBK sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan
berbagai ranah pendidikan dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya jalur
pendidikan sekolah formal. Meskipun begitu, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah terutama di kota-kota menunjukkan
peningkatan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih jauh dari
baik.
Menurut Depdiknas, dari berbagai pengamatan dan analisis terdapat sedikitnya tiga
faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan secara merata
(Depdiknas, 2001: 1-2):
1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan
education – production – function atau analisis input-output yang tidak
dilaksanakan secara konsekuen.
2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik.
3. Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan sangat minim.
Untuk menangani masalah tersebut, pemerintah melakukan upaya untuk menyempurnakan
sistem pendidikan melalui penataan perangkat lunak (software) dan juga keras (hardware).
Diantara upaya tersebut yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 22 dan 25
tahun 1999 tentang otonomi daerah. Undang-Undang ini menyebutkan bahwa otonomi
daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan daerah otonom adalah Pemerintah Daerah Provinsi (otonom
dalam administrasi pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota), dan Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Kota. Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota mencakup
pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri
dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, dan koperasi dan tenaga
2
kerja. Dengan demikian Undang-Undang ini jelas secara langsung berpengaruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendikan.
Sejalan dengan itu, GBHN 1999 juga menjelaskan perlunya diversifikasi kurikulum
yang melayani keanekaragaman kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), kemampuan
siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di daerah. Diversifikasi kurikulum diharapkan dapat
menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk manusia Indonesia yang damai,
sejahtera, demokratis, dan berdaya saing untuk maju. Mutu lulusan pendidikan tidak cukup
diukur dengan standar mutu lokal saja, tetapi harus dikembangkan dengan standar mutu
nasional dan internasional sehingga memiliki daya saing tinggi. Agar lulusan pendidikan
nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu
tersebut, maka kurikulum perlu dikembangkan den gan pendekatan berbasis kompetensi.
Berikut ini adalah dasar hukum penggantian kurikulum pada dunia pendidikan di
Indonesia dari kurikulum 1994 dan suplemen 1999 menjadi KBK:
1. GBHN tahun 1999.
2. Undang-Undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 Bab IV pasal 7 ayat 1 tentang otonomi
daerah.
3. Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 3 tentang perbedaan
wewenang pemerintah pusat dan daerah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta usaha peningkatan mutu
pendidikan secara umum. Dalam kerangka inilah KBK tampil sebagai alternatif kurikulum
dengan konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan dalam
rangka meningkatkan mutu dan efisiensi agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat
setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan
pemerintah untuk membentuk pribadi peserta didik. Otonomi yang diberikan kepada sekolah
ini harus dilaksanakan dalam pemanfaatan sumber daya dan pengembangan strategi berbasis
sekolah sesuai kondisi setempat.
2.
Konsep Dasar KBK
2.1 Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi
McAshan (1981) dalam Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa kompetensi
adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
3
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch
dan Crunkilton (1979) dalam Mulyasa (2002) mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka KBK dapat dipandang sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Karena KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensikompetensi tertentu oleh peserta didik, maka kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa
sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
2.2 Karakteristik KBK
Berikut ini adalah karakteristik KBK secara lebih teknis yang dikumpulkan dari
berbagai sumber:
1. Sistem Belajar dengan Modul
Modul merupakan suatu pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu
yang disusun sistematis, terarah, operasional untuk digunakan peserta didik,
disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pada umumnya sebuah
modul terdiri atas komponen seperti : (1) lembar kegiatan peserta didik, (2)
lembar kerja, (3) kunci lembar kerja, (4) lembar soal, (5) lembar jawaban, dan (6)
kunci jawaban.
Dengan sistem pembelajaran modul ini peserta didik mendapat kesempatan lebih
banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk di dalam lembar
kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas yang
harus diselesaikan. Karena itu peserta didik dalam batas-batas tertentu dapat maju
sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuan masing-masing.
2. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Pengelompokan sumber belajar secara umum adalah sebagai berikut:
a. Manusia : orang yang menyampaikan pesan seperti guru, konselor,
administrator yang diniatkan secara khusus dan disengaja untuk kepentingan
belajar.
4
b. Bahan : sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran seperti film, peta, buku
paket, grafik, dan sebagainya.
c. Lingkungan : ruangan dan tempat dimana sumber-sumber dapat berinteraksi
dengan para peserta didik. Misalnya ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,
ruang micro teaching, kebun binatang, museum, candi, dan sebagainya.
d. Alat dan peralatan: sumber belajar untuk produksi dan atau memainkan
sumber-sumber lain. Contohnya seperti kamera, recorder, proyektor, televisi,
dan lain-lain.
e. Aktivitas: kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk
memudahkan belajar, seperti karyawisata, simulasi, dan sebagainya.
3.
Pengalaman Lapangan
Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat dalam
pengembangan program, aktivitas, dan evaluasi pembelajaran. Keterlibatan ini
penting karena masyarakat adalah pemakai produk pendidikan, dan dalam banyak
kasus sekaligus juga sebagai penyandang dana untuk pembangunan dan
pengoperasian program.
4.
Strategi Belajar Individual Personal
Belajar individual yaitu belajar berdasarkan tempo belajar masing-masing peserta
didik. Sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan
peserta didik yang berupa bakat, minat, dan kemampuan.
5.
Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar dalam KBK diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran
individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim
(team teaching). Hal tersebut dilakukan dengan penggunaan berbagai saluran
komunikasi yang dirancang untuk pembelajaran seperti koran, televisi, radio, dan
lain-lain.
6.
Belajar Tuntas
Yang dimaksud dengan belajar tuntas dalam KBK ialah pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas
seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.
Dengan kata lain, siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil
yang baik.
5
3.
Pengembangan KBK
Pengembangan KBK memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa
paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat di
demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang di pelajarinya. Oleh karena itu peserta didik perlu
mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan di jadikan standar
penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan
dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi tertentu
sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi
berikutnya. Depdiknas (2002) melukiskan pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi sebagai berikut:
3.1
Ting
kat
Pengembangan Kurikulum
3.1.1 Tingkat Nasional
Pengembangan kurikulum lingkup nasional meliputi jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal
maupun secara horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan
pendidikan nasional.
6
Secara vertikal berkaitan dengan konstitusi pengembangan
kurikulum antara berbagai jenjang pendidikan (pendidikan
dasar, menengah, dan pendidikan tinggi). Sedangkan secara
horizontal berkaitan dengan keselarasan antarberbagai jenis
pendidikan dalam berbagai jenjang. Jenis pendidikan yang
termasuk jenis pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional.
3.1.2 Tingkat Lembaga
Pada tingkat ini membahas pengembangan kurikulum untuk
setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan
jenjang pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
antara lain:
1. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga
pendidikan.
2. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di kembangkan bidang
studi-bidang studi yang akan di berikan untuk merelisasikan
tujuan tersebut.
3. Mengembangakan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga
kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan klasifikasi
yang di perlukan.
4. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan
untuk memberi kemudahan belajar
3.1.3 Tingkat Bidang Studi (Penyusunan Silabus)
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap
bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
1. Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan
tujuan setiap bidang bidang studi.
7
2. Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan,
serta pengelompokannya sesuai dengan ranah pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, (keterampilan) nilai, dan sikap.
3. Mendeskripsikan kompetensi serta pengelompokannya sesuai
dengan skope dan sekuensi.
4. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta
kriteria pencapaiannya.
3.1.4 Tingkat Satuan Bahasan (Modul)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi
dan di urutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannyapada setiap
bidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program
pembelajaran. Dalam KBK program pembelajaran yang
dikembangkan adalah modul, sehingga kegiatan pengembangan
kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan
paket-paket modul.
3.2
Prinsip-prinsip Pengembangan KBK
Menurut Depdikbud (2002), sesuai dengan kondisi negara,
kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta
perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi ini perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti yang luhur yang dianut
dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap
sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu
digali, dipahami, dan diamalkan oleh peseta didik melalui
pengembangan kurikulum KBK.
2. Penguatan integritas nasional
8
Memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang
majemuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan
dunia dan multikultural dan bahasa.
3. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan konestetika
Memperhatikan keseimbangan pengalaman belajar peserta didik
antara etika, logika, estetika, dan konestetika.
4. Kesamaan memperoleh kesempatan
Menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlu
diutamakan dalam pengembangan kurikulum.
5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi
Mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan untuk mengatasi
situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian, yang
merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
6. Pengembangan keterampilan untuk hidup
Memasukkan unsur keterampilan untuk hidup agar peserta didik
memiliki keterampilan, sikap dan perilaku, adaptif kooperatif dan
kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan
kehidupan sehari-hari secara efektif.
7. Belajar sepanjang hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk
mengembangkan, menambah kesadaran, dan sealalu belajar
dalam berbagai bidang, oleh karena itu pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan
kemampuan belajar sepanjang hayat.
8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan
dengan konprehensif
Berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar,
bekerjasama, dan menilai diri sendiri agar mampu membangun
pemahaman dan pengetahuannya.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
9
Mempertimbangkan semua pengalaman belajar yang dirancang
secara berkesinambungan mulai dari TK dan RA sampai dengan
kelas XII. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta
didik, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha
dan industri serta masyarakat pada umumnya.
4.
Implementasi KBK
Implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau
tatanan kurikulum dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Dalam garis besarnya
implementasi KBK mencakup: pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi.
4.1 Pengembangan Program
4.1.1 Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program
ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni
program semester, program mingguan, dan program harian atau program
pembelajaran setiap pokok bahasan atau dikenal sebagai modul. Sumber-sumber
yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain:
(1) Daftar standar kompetensi sebagai konsensus nasional yang dikembangkan
dalam buku GBPP setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
(2) Skope dan sekuensi tiap kompetensi. Skope adalah ruang lingkup dan
batasan keleluasaan setiap pokok dan sub pokok bahasan. Sekuensi adalah
urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan.
(3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun
pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik.
Berdadarkan sumber-sumber tersebut dapat ditetapkan dan dikembangkan
jumlah kompetensi, pokok bahasan, dan waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pokok dan subpokok bahasan, jumlah ulangan (harian dan
umum), dan jumlah waktu cadangan.
10
4.1.2 Program Semester
Berisi garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai
dalam semester tersebut. Pada umumnya program semester ini berisi tentang
bulan, pokok bahasan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.
4.1.3 Program Modul
Umumnya dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan
disampaikan. Biasanya modul berisi lembar kegiatan peserta didik, lembar
kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.
4.1.4 Program Mingguan dan Harian
Merupakan penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu
diulang bagi setiap peserta didik. Dan juga dapat diidentifikasi kemajuan
belajar setiap peserta didik.
4.1.5 Program pengayaan dan remedial
Berdasarkan hasil analisis dari kegiatan belajar, tugas-tugas modul, hasil tes,
dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar tiap peserta didik. Hasil
analisis dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan
dan harian untuk bahan tindak lanjut. Program ini juga mengidentifikasi modul
yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial, dan yang
mengikuti pengayaan.
4.1.6 Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Sekolah wajib memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang
menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain guru pembimbing, guru
mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan konseling dan
karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing.
4.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal : pre tes, proses, dan post
tes.
4.2.1 Pre tes
11
Fungsi pre tes antara lain: menyiapkan peserta didik dalam proses belajar,
mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses
pembelajaran, mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik
mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik, dan untuk mengetahui dari
mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah
dikuasai peserta didik dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapatkan
perhatian khusus.
4.2.2 Proses
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya
atau setidaknya 75% peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, di
samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku positif pada diri
peserta didik seluruhnya atau setidaknya 75%.
4.2.3 Post tes
Fungsi post tes yaitu:
(1) Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditentukan baik secara individu maupun kelompok.
(2) Mengetahui kompetensi-kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai
peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.
Apabila sebagian besar belum menguasainya, maka dilakukan pembelajaran
kembali (remedial teaching).
(3) Mengetahui peserta didik mana yang perlu mengikuti remedial, mana yang
perlu mengikuti pengayaan, dan untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam
mengerjakan modul.
(4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponenkomponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4.3 Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi dilakukan
dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan
sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program.
12
4.3.1 Penilaian Kelas
Terdiri dari ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian
minimal dilakukan 3 kali dalam setiap semester. Ulangan umum dilaksanakan
setiap akhir semester, dan ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil
belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, dan memberikan umpan
balik untuk perbaikan, serta penentuan kenaikan kelas.
4.3.2 Tes Kemampuan Dasar
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. Tes ini
dilaksanakan pada setiap tahun.
4.3.3 Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Dilakukan setiap akhir semester dan akhir tahun pelajaran untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh tentang ketuntasan belajar peserta didik dalam
satu waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang
dicantumkan dalam STTB tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian
pada akhir jenjang sekolah.
4.3.4 Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses,
dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Untuk dapat
memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu
dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan
pendidikan. Hasilnya dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak
untuk mmberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai salah
satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah.
4.3.5 Penilaian Program
Dilakukan oleh Depdiknas dan Dinas Pendidikan secara berkala dan
berkesinambungan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta
kesesuaiannya dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan jaman.
5.
Keunggulan dan Kelemahan KBK
Berikut ini adalah keunggulan KBK:
13
1. Bersifat alamiah (konsektual) karena berangkat, berfokus, dan
bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
2. KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan
lain.
3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan
Sedangkan kelemahannya yaitu:
1. Terlalu mementingkan perkembangan intelektual, mengabaikan
perkembangan sosial, emosional dan pendidikan watak.
2. Kurang
memberikan
pemecahan
masalah
kehidupan
secara
integratif.
3. Anak-anak kurang berlatih untuk menghadapi fungsional dalam
kehidupan.