PROSES KEBIJAKAN PENDIDIKAN melalui program
STUDI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Fery Diantoro, M.Pd.I
Proses Kebijakan Pendidikan
Proses Pembuatan Kebijakan
Tahapan proses dasar perumusan
kebijakan:
o Perumusan masalah
o Interpretasi
o Identifikasi alternatif
o Evaluasi
o Pemilihan alternatif
o Interpretasi
o Implementasi
o Evaluasi
Agenda Perumusan Kebijakan
Pembuatan agenda kebijakan
(agenda setting) ;
Langkah pertama yang sangat
penting dalam pembuatan
kebijakan.
Langkah kunci sebelum tahapan
memasukkan suatu isu ke dalam
agenda kebijkan pemerintah.
Agenda Perumusan Kebijakan
Tingkat perhatian pemerintah terhadap isu
kebijakan :
Agenda sistemik, merupakan semua isu
yang dipandang masyarakat sebagai hal
yang patut memperoleh perhatian publik
Agenda pemerintah,
merupakanserangkaian masalah yang
secara tegas memerlukan pertimbangan
secar aktif dan serius dari policy maker.
Agenda ini lebih kongkrit dan mempunyai
sifat khas
Agenda Perumusan Kebijakan
Pendekatan pembuatan agenda
kebijakan :
Pendekatan pluralistik
Pendekatan elitis
Pendekatan negara-pusat
kekuasaan
Outside initiative model
Inside acces model
Mobilization model
Agenda Perumusan Kebijakan
Dari isu menjadi agenda jika mengandung :
Terdapat masalah sosial
Diterima kelompok
Bergabung dengan kelompok yang lain
Menjadi isu sosial
Sampai pada agenda publik
Tindakan pengartikulasian
Keputusan kebijakan atas beberapa
masalah
Kelompok mulai menekan strategi isu
terkait
Aktor-aktor perumus kebijakan
Empat tipe aktor yang terlibat
dalam proses kebijakan (Charles O. Jones)
Golongan rasionalis
Golongan tekhnisi
Golongan inkrementalis
Golongan reformis
Aktor-aktor perumus kebijakan
Aktor yang terlibat :
Aktor Utama (MPR, DPR, DPD dan
DPRD)
Aktor ditataran eksekutif
(Presiden, Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota, Kepala Dinas)
Aktor dalam bidang pendidikan
(Mendikbud, Menag, Dirjen,
Kepala Dinas, Rektor)
Aktor-aktor perumus kebijakan
Unsur lain non pemerintah :
o NGO (non governmental
organization) atau LSM
o Dewan pendidikan
o Badan Pertimbangan Pendidikan
o Ormas dan Orsospol
o Perorangan atau kelompok yang
berkepentingan (stakeholder)
Aktor-aktor perumus kebijakan
Stakeholder dalam kebijakan ada 3 :
1. Stakeholder kunci; mereka yang memiliki kewenangan
secara legal untuk membuat keputusan (eksekuti dan
legeslatif sesuai dengan tingkatnnya)
2. Stakeholder primer; mereka yang memiliki kaitan
kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan,
program dan proyek (masyarakat yang berdampak, tokoh
masyarakat, pihak manger publik)
3. Stakeholder sekunder; mereka yang tidak memiliki kaitan
kepentingan langsung dengan suatu kebijakan, program
dan proyek namun memiliki kepedulian dan perhatian
sehingga mereka turut bersuara dan berupaya untuk
mempengaruhi keputusan legal pemerintah. (PGRI, ICMI,
NU, Muhammadiyah)
Aktor-aktor perumus kebijakan
Aktor perumus kebijakan :
Legeslatif
Eksekutif
Administrator
Partai politik
Interest group
Organisasi massa
Perguruan tinggi
Tokoh perorangan
Formulasi Kebijakan Pendidikan
Merupakan mekanisme yang sesungguhnya
untuk memecahkan masalah publik yang
telah masuk dalam agenda pemerintah
Kriteria menghasilkan rumusan kebijakan
pendidikan yang baik :
o Rumusan kebijakan tidak mendiktekan
keputusan spesifik atau hanya
menciptakan lingkungan tertentu
o Rumusan kebijakan dapat dipergunanakan
menghadapi masalah atau siuasi yang
timbul berulang ulang.
Formulasi Kebijakan Pendidikan
Prosedur formulasi perumusan
kebijakan :
Identifikasi isu kebijakan
Penyusunan agenda kebijakan
Membuat proposal kebijakan
Pengesahan rumusan
kebijakan
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Legitimasi bersal dari dua kata :
Legitimacy, berarti memberi
kuasa atau wewnang (otorisasi)
pada dasar bekerjanya sistem
politik
Legitimation, berarti suatu proses
spesifik dimana programprogram pemerintah
diotorisasikan atau disahkan
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Kebijakan setelah dirumuskan sebelum
diimplementasikan pada masyarakat,
kebijakan tersebut haruslah
memperoleh legitimasi (pengesahaan)
atau kekuatan hukum yang mengatur
implementasi kebijakan tersebut pada
masyarakat atau public
Pada umumnya wewenang melakukan
legitimasi dimiliki oleh pemerintah
atau badan legeslatif
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Terdapat resistensi dari eks aktor kebijakan
yang sekarang tidak menjabat lagi
Terdapat resistensi dari kelompok
konservatif
Terdapat pengikut kelompok eks aktor dan
kelompok resistensi yang cenderung
mengikuli pimpinannya
Terdapat resistensi dari kelompok yang
punya visi, persepsi dan kepentingan yang
berbeda
Problem yang dapat muncul dalam legitimasi :
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Komunikasi kebijakan pendidikan adalah sosialisasi
atas rumusan kebijakan pendidikan yang sudah
dilegitimasi
Komunikator = para perumus kebijakan
Komunikan = para pelaksana kebijakan pendidikan
beserta perangkatnya
Yang dikomunikasikan = rumusan-rumusan
kebijakan (konsideran, isi, penjelasan)
ˈPelaksana kebijakan mensosialisasikan ke
masyarakat, dan masyarakat menyampaikan ke
masyarakat lainnya secara luasˉ
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Fery Diantoro, M.Pd.I
Proses Kebijakan Pendidikan
Proses Pembuatan Kebijakan
Tahapan proses dasar perumusan
kebijakan:
o Perumusan masalah
o Interpretasi
o Identifikasi alternatif
o Evaluasi
o Pemilihan alternatif
o Interpretasi
o Implementasi
o Evaluasi
Agenda Perumusan Kebijakan
Pembuatan agenda kebijakan
(agenda setting) ;
Langkah pertama yang sangat
penting dalam pembuatan
kebijakan.
Langkah kunci sebelum tahapan
memasukkan suatu isu ke dalam
agenda kebijkan pemerintah.
Agenda Perumusan Kebijakan
Tingkat perhatian pemerintah terhadap isu
kebijakan :
Agenda sistemik, merupakan semua isu
yang dipandang masyarakat sebagai hal
yang patut memperoleh perhatian publik
Agenda pemerintah,
merupakanserangkaian masalah yang
secara tegas memerlukan pertimbangan
secar aktif dan serius dari policy maker.
Agenda ini lebih kongkrit dan mempunyai
sifat khas
Agenda Perumusan Kebijakan
Pendekatan pembuatan agenda
kebijakan :
Pendekatan pluralistik
Pendekatan elitis
Pendekatan negara-pusat
kekuasaan
Outside initiative model
Inside acces model
Mobilization model
Agenda Perumusan Kebijakan
Dari isu menjadi agenda jika mengandung :
Terdapat masalah sosial
Diterima kelompok
Bergabung dengan kelompok yang lain
Menjadi isu sosial
Sampai pada agenda publik
Tindakan pengartikulasian
Keputusan kebijakan atas beberapa
masalah
Kelompok mulai menekan strategi isu
terkait
Aktor-aktor perumus kebijakan
Empat tipe aktor yang terlibat
dalam proses kebijakan (Charles O. Jones)
Golongan rasionalis
Golongan tekhnisi
Golongan inkrementalis
Golongan reformis
Aktor-aktor perumus kebijakan
Aktor yang terlibat :
Aktor Utama (MPR, DPR, DPD dan
DPRD)
Aktor ditataran eksekutif
(Presiden, Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota, Kepala Dinas)
Aktor dalam bidang pendidikan
(Mendikbud, Menag, Dirjen,
Kepala Dinas, Rektor)
Aktor-aktor perumus kebijakan
Unsur lain non pemerintah :
o NGO (non governmental
organization) atau LSM
o Dewan pendidikan
o Badan Pertimbangan Pendidikan
o Ormas dan Orsospol
o Perorangan atau kelompok yang
berkepentingan (stakeholder)
Aktor-aktor perumus kebijakan
Stakeholder dalam kebijakan ada 3 :
1. Stakeholder kunci; mereka yang memiliki kewenangan
secara legal untuk membuat keputusan (eksekuti dan
legeslatif sesuai dengan tingkatnnya)
2. Stakeholder primer; mereka yang memiliki kaitan
kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan,
program dan proyek (masyarakat yang berdampak, tokoh
masyarakat, pihak manger publik)
3. Stakeholder sekunder; mereka yang tidak memiliki kaitan
kepentingan langsung dengan suatu kebijakan, program
dan proyek namun memiliki kepedulian dan perhatian
sehingga mereka turut bersuara dan berupaya untuk
mempengaruhi keputusan legal pemerintah. (PGRI, ICMI,
NU, Muhammadiyah)
Aktor-aktor perumus kebijakan
Aktor perumus kebijakan :
Legeslatif
Eksekutif
Administrator
Partai politik
Interest group
Organisasi massa
Perguruan tinggi
Tokoh perorangan
Formulasi Kebijakan Pendidikan
Merupakan mekanisme yang sesungguhnya
untuk memecahkan masalah publik yang
telah masuk dalam agenda pemerintah
Kriteria menghasilkan rumusan kebijakan
pendidikan yang baik :
o Rumusan kebijakan tidak mendiktekan
keputusan spesifik atau hanya
menciptakan lingkungan tertentu
o Rumusan kebijakan dapat dipergunanakan
menghadapi masalah atau siuasi yang
timbul berulang ulang.
Formulasi Kebijakan Pendidikan
Prosedur formulasi perumusan
kebijakan :
Identifikasi isu kebijakan
Penyusunan agenda kebijakan
Membuat proposal kebijakan
Pengesahan rumusan
kebijakan
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Legitimasi bersal dari dua kata :
Legitimacy, berarti memberi
kuasa atau wewnang (otorisasi)
pada dasar bekerjanya sistem
politik
Legitimation, berarti suatu proses
spesifik dimana programprogram pemerintah
diotorisasikan atau disahkan
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Kebijakan setelah dirumuskan sebelum
diimplementasikan pada masyarakat,
kebijakan tersebut haruslah
memperoleh legitimasi (pengesahaan)
atau kekuatan hukum yang mengatur
implementasi kebijakan tersebut pada
masyarakat atau public
Pada umumnya wewenang melakukan
legitimasi dimiliki oleh pemerintah
atau badan legeslatif
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Terdapat resistensi dari eks aktor kebijakan
yang sekarang tidak menjabat lagi
Terdapat resistensi dari kelompok
konservatif
Terdapat pengikut kelompok eks aktor dan
kelompok resistensi yang cenderung
mengikuli pimpinannya
Terdapat resistensi dari kelompok yang
punya visi, persepsi dan kepentingan yang
berbeda
Problem yang dapat muncul dalam legitimasi :
Proses Legitimasi
dan Komunikasi Kebijkan
Komunikasi kebijakan pendidikan adalah sosialisasi
atas rumusan kebijakan pendidikan yang sudah
dilegitimasi
Komunikator = para perumus kebijakan
Komunikan = para pelaksana kebijakan pendidikan
beserta perangkatnya
Yang dikomunikasikan = rumusan-rumusan
kebijakan (konsideran, isi, penjelasan)
ˈPelaksana kebijakan mensosialisasikan ke
masyarakat, dan masyarakat menyampaikan ke
masyarakat lainnya secara luasˉ