Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradi

Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
Nama

: Zainal Abidin

Nim

: 101510601062

Tugas

: Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional

Maraknya pembangunan pasar modern seperti hypermarket dan supermarket telah menyudutkan
pasar tradisional di kawasan perkotaan, karena menggunakan konsep penjualan produk yang lebih
lengkap dan dikelola lebih profesional. Kemunculan pasar modern di Indonesia berawal dari pusat
perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti pasar-pasar modern lain
(1973 dimulai dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996 munculnya hypermarket Alfa, Super, Goro dan
Makro; 1997 dimulai peritel asing besar seperti Carrefour dan Continent; 1998 munculnya minimarket
secara besar-besaran oleh Alfamart dan Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan besar kepada
pemodal asing), serta melibatkan pihak swasta lokal maupun asing. Pesatnya perkembangan pasar yang

bermodal kuat dan dikuasai oleh satu manajemen tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah untuk
memperkuat kebijakan penanaman modal asing.
Dampak dari hal yang dikemukakan, menurut survei AC Nielsen pada tahun 2004 didapatkan
data bahwa pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar tradisional bahkan minus 8,1%. Hal ini
menunjukkan adanya masalah yang dihadapi pasar tradisional sebagai wadah utama penjualan produkproduk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi skala menengah kecil. Namun
demikian, pemerintah tetap berupaya membangun pasar tradisional di seluruh daerah dan juga hasil
survei AC Nielsen, 29% konsumen tetap mengunjungi pasar tradisional dengan alasan harga lebih
murah, harga dapat ditawar, banyak pilihan makanan dan produk segar, lokasi dekat dengan rumah,
menyediakan segala yang diperlukan dan lainnya.
Dari ilustrasi (fakta dan data) yang dikemukakan, banyak hal yang sebenarnya membuat pasar
tradisional mulai kehilangan tempat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Perilaku konsumen
semakin demanding karena konsumen kian memahami haknya, sedangkan di sisi lain mereka hanya
memiliki waktu dan kesempatan yang semakin terbatas untuk berbelanja. Perubahan perilaku konsumen
yang cenderung demanding menyebabkan mereka beralih ke pasar modern. Pasar-pasar modern
dikemas dalam tata ruang yang apik, terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja tidak lagi
disuguhi dengan suasana yang kotor, panas, sumpek, dan becek. Konsumen kian senang menjadi raja
yang dimanja.
Pasar tradisional beroperasi dalam jam yang terbatas, umumnya hanya beroperasi pada pagi
hari dan tidak buka sampai sore atau malam hari. Para wanita yang bekerja biasanya memanfaatkan
waktu istirahat makan siang untuk sekaligus berbelanja kebutuhan keluarga di pasar modern yang dekat

dengan lokasi kerjanya. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat, kurang
dapat ditangkap oleh pengelola pasar tradisional yang tidak begitu memerhatikan kebersihan pasar dan
fasilitas pasar. Kehadiran pasar-pasar modern membuat belanja menjadi suatu wisata keluarga yang
memberikan pengalaman tersendiri.

Tahapan yang diperlukan oleh pasar tradisional untuk meningkatkan daya saing usahanya
maupun bertahan (menghindar dari kematian) dalam kompetisi bisnis ritel menurut analisis masa depan
terhadap organisasinya dalam memunculkan kegiatan ekonomi yang dapat menyerap kesempatan kerja
dan pengembangan wilayah (praktik dan strategik) adalah kemampuan daya tanggap, kelincahan,
kemampuan belajar, kompetensi modal insani dan kreativitas operator pasar tradisional sebagai bagian
dari keunggulan organisasi belum menghasilkan kapasitas, fleksibilitas dan keragaman yang luas.
Sebagai akibatnya pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau,
dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah.
Pembangunan pasar tradisional pada tempat-tempat khusus yang nyaman seperti pasar
tradisional kompleks perumahan BSD yang terintegrasi dengan melibatkan pengembang sebagai bagian
dari tanggung jawab sosial perusahaannya, terbukti berhasil meningkatkan status pasar tradisional
sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat luas yang dapat menyerap kesempatan kerja dan
pengembangan wilayah. Pasar tradisional BSD terbukti dapat hidup dan berkembang pesat karena ramai
dikunjungi seluruh lapisan masyarakat, yang tidak hanya dari BSD tetapi juga dari daerah sekitarnya
seperti Bintaro dan Pondok Indah.

Kebijakan pemerintah (Keppres, Kepmen) yang berkaitan dengan pasar modern dan konsep
manajemen kewirausahaan dalam memperbaiki pasar tradisional harus dilakukan dengan meningkatkan
keunggulan pasar tradisional sehingga menghasilkan kapasitas, fleksibilitas dan keragaman yang luas
sehingga membuat pasar tradisional menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat luas yang dapat
menyerap kesempatan kerja dan pengembangan wilayah.
Membiarkan pasar tradisional apa adanya dan meminta pemerintah menghambat
pengembangan pasar modern tidak akan membantu pasar tradisional untuk bertahan hidup. Masyarakat
selaku konsumen semakin menuntut kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar
tradisional, maka secara otomatis mereka akan beralih ke pasar modern. Lonceng kematian pasar
tradisional telah berdentang, dan pengunjung setia yang terakhir akan meninggalkan pasar tradisional
ketika pasar tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya lagi. Keberadaan pasar tradisional tidak
dapat diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional hanya dapat
dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman dan disediakan oleh pemerintah. Atas
alasan itu pula, pasar modern tidak dapat dipersalahkan.
Pemerintah kurang melakukan pemberdayaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi
yang masih dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan agak lambat menerapkan teknologi yang efektif dan
metode baru untuk mengubah pasar tradisional menjadi pasar yang bersih dan nyaman bagi pengunjung
tanpa membebani pedagang dengan biaya renovasi kios yang cenderung mahal.
Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, masyarakat
tampaknya masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat

perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaannya adalah
masih adanya proses tawar-menawar harga di pasar tradisional, sedangkan di pasar modern harga
kondisinya sudah “kaku” dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal
dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar
modern. Romantisme masa lalu ini masih dan mendapat tempat dalam budaya tradisional yang
mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Hal ini sejalan dengan hasil survei AC Nielsen yang masih

menempatkan 29% konsumen sebagai konsumen fanatik pasar tradisional dengan berbagai alasan.
Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” dan telah menjadi bagian dari nilai budaya tradisional
antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, dan pasar Johar di Semarang.
Untuk menciptakan pasar yang baik, setidaknya paradigma yang perlu dilakukan yaitu paradigma
dalam memandang pasar harus bergeser dari tempat bertransaksi ekonomi menjadi ruang publik tempat
berlangsungnya interaksi sosial. Pasar yang sukses secara inheren memiliki bermacam-macam ruang
yang berfungsi sebagai ruang publik, misalnya jalan, gang, tangga, trotoar, plaza terbuka, dan lain-lain, di
mana tindakan untuk mencegah masyarakat menggunakan barang publik yang milik umum tersebut akan
menjadi sangat mahal atau sulit, karena hak-hak “kepemilikan” terhadap barang-barang tersebut sangat
labil dan sulit dispesifikasi secara tegas.
Model revitalisasi pasar tradisional difokukan pada upaya memperbaiki jalur distribusi komoditas
yang diperjual-belikan di pasar-pasar tradisional. Distribusi sini mengandung makna yang luas, mulai dari
pemilahan komoditas, pengangkutan; bongkar muat, pengemasan, hingga penjualan komoditas di pasar,

pembangunan pasar jangan dihambat oleh kepentingan mencari keuntungan finansial karena
pembangunan pasar selain memiliki tujuan sosial juga berperan untuk mereduksi biaya sosial, dimana
revitalisasi pasar tradisional harus dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam kerangka
pengembangan properti kota (property development). Modernisasi pasar juga merupakan langkah untuk
meningkatkan perekonomian pedagang kecil.
Modernisasi pasar disini dimaksudkan sebagai upaya pengelolaan pasar secara modern sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, sekaligus untuk menghambat beralihnya tempat belanja
masyarakat. Model kemitraan pemerintah kota perlu melibatkan pengembang untuk merevitalisasi pasar.
Pasar tradisional harus dikelola secara kreatif untuk memecahkan persoalan ruang usaha bagi
masyarakat. Ragam pasar yang lebih transformatif seperti pasar tematik dapat dikembangkan menjadi
model pengembangan pasar modern agar pasar modern tidak memonopoli seluruh komoditas yang
menyebabkan daya saing pasar tradisional makin lemah.
Kunci solusi sebenarnya ada di tangan pemerintah. Yang diperlukan adalah aturan tata ruang
yang tegas yang mengatur penempatan pasar tradisional dan pasar modern. Misalnya tentang berapa
jumlah hypermarket yang boleh ada untuk setiap wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak yang
diperbolehkan dari pasar tradisional jika pengusaha ingin membangun supermarket. Hal tersebut perlu
dilakukan untuk mengantisipasi ancaman kebangkrutan pada pasar tradisional akibat kepungan pasar
modern yang tidak terkendali, dan memberikan wahana persaingan yang sehat antara keduanya.
Selain itu, perlu merubah tampilan pasar tradisional agar bisa lebih nyaman dan teratur.
Sayangnya pembenahan pasar rakyat ini tampaknya lebih sering mengedepankan kepentingan investor

daripada kepentingan para pedagang sendiri. Harga kios yang tinggi tanpa kompromi kerap membuat
pedagang jera mendengar kata pembenahan. Keadaan ini tidak jarang akhirnya menimbulkan
perselisihan antara pedagang lama dengan investor yang ditunjuk pemerintah untuk merevitalisasi pasar
tradisional (Indrakh, wordpress.com. 2007).
Untuk menciptakan kondisi lingkungan pasar tradisional yang lebih baik dan lebih nyaman,
kebijakan-kebijakan yang akan membantu meningkatkan daya saing pasar tradisional harus diciptakan
dan dilaksanakan, dengan upaya-upaya : Pertama, memperbaiki infrastruktur. Hal ini mencakup jaminan

tingkat kesehatan dan kebersihan yang layak, penerangan yang cukup, dan lingkungan keseluruhan yang
nyaman. Contohnya, konstruksi bangunan pasar berlantai dua tidak disukai dikalangan pedagang karena
para pelanggan enggan untuk naik dan berbelanja di lantai dua. Untuk itu, Pemerintah Daerah dan
pengelola pasar tradisional swasta harus melihat pasar tradisional bukan hanya sekadar sebagai sumber
pendapatan.
Melakukan investasi dalam pengembangan pasar tradisional dan menetapkan Standar
Pelayanan Minimum (SPM). Hal ini mensyaratkan pengangkatan orang-orang berkualitas sebagai
pengelola pasar dan memberikan mereka wewenang yang cukup untuk mengambil keputusan sehingga
mereka tidak hanya bertindak sebagai pengumpul retribusi semata. peningkatan kinerja pengelola pasar
dengan menyediakan pelatihan atau evaluasi berkala. Selanjutnya, pengelola pasar harus secara
konsisten berkoordinasi dengan para pedagang untuk mendapatkan pengelolaan pasar yang lebih baik.
Kerjasama antar Pemda dan sektor swasta dapat menjadi contoh solusi untuk meningkatkan daya saing

pasar tradisional.
Pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada masalah permodalan dan
jaminan/asuransi atas barang dagangannya. Oleh sebab itu, sudah saatnya Pemda dan lembaga
keuangan setempat memperhatikan hal ini. Strategi pengadaan barang yang kerap menjadi strategi
utama pedagang tradisional adalah membeli barang dagangan dalam bentuk tunai dengan menggunakan
dana pribadinya. Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha. Mereka menjadi sangat rentan terhadap
kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang dagangan dan fluktuasi harga yang tidak menentu.
Dengan menempatkan rumusan efektivitas diatas efisiensi, ketika lonceng kematian pasar
tradisional telah berdentang dan pengunjung setia yang terakhir telah meninggalkan pasar tradisional
yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya, sebesar apapun romantisme yang merepresentasikan
nilai-nilai budaya tradisional, pasar tradisional akan tinggal kenangan dan menjadi ikon penghias museum
peradaban masa lalu bangsa ini. Pasar tradisional yang tidak mampu berubah menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, jelas bukan tipe organisasi masa depan yang dapat selalu menyesuaikan dirinya
dengan perubahan lingkungan. Untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional, dibutuhkan
intervensi seluruh pemangku kepentingan untuk merubah organisasi pasar tradisional saat ini menjadi
organisasi masa depan yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang selalu
berubah.

http://zainal92.blogspot.co.id/2011/12/normal-0-false-false-false-in-x-nonex.html


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan pasar modern di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi.

Berbagai jenis pasar modern seperti minimarket, supermarket, hipermarket, maupun
mal-mal perbelanjaan begitu menjamur dan keberadaannya terus menggeser
keberadaan pasar-pasar tradisional. Sebagian masyarakat, khususnya yang tinggal di
daerah perkotaan cenderung lebih memilih pasar modern sebagai tempat untuk
membeli kebutuhan hidup mereka sehari-hari, karena pasar modern begitu terjangkau,
bersih, nyaman, dan kita juga tidak perlu melakukan tawar-menawar harga barang yang
hendak dibeli.
Salah satu perubahan perkembangan yang terjadi saat ini yaitu berubahnya daerah
pedesaan menjadi daerah urban (perkotaan) yang mengakibatkan munculnya pasar
modern sebagai tuntutan masyarakat perkotaan yang cenderung lebih bersifat
konsumtif. Munculnya pasar modern tersebut memberikan efek ganda bagi masyarakat
maupun pemerintah. Di satu sisi masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup
yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian yang
berupa pasar modern tersebut, namun disisi lain hal itu akan menjadi sebuah ancaman
bagi para pedagang kecil terutama para pedagang pasar tradisional. Pengaruh

keberadaan pasar modern sangat kuat, sehingga tak jarang terjadi pro-kontra antara
para pedagang di pasar tradisional, pasar modern, dan pemerintah.
Ada sebuah kekhawatiran pada masyarakat bahwa perilaku belanja masyarakat akan
berubah dan akan mematikan usaha para pedagang kecil. Cukup banyak kalangan
yang prihatin akan pembangunan pasar modern yang begitu pesat dan menyebabkan
omzet para pedagang kecil (tradisional) menurun. Dengan keberadaan pasar modern
ini pemerintah harus tanggap dan mampu membuat kebijakan-kebijakan yang berupa
peraturan perundang-undangan dan diharapkan mampu untuk memberikan solusi bagi
permasalahan yang dihadapi, khususnya bagi pengaruhnya terhadap pasar tradisional.
Oleh sebab itu, pemerintah pun membuat kebijakan berupa aturan-aturan yang
mengatur tentang keberadaan pasar modern tersebut. Kebijakan pemerintah tersebut
haruslah memberikan solusi kepada pasar-pasar tradisional, karena pasar tradisional
mampu memberikan kehidupan bagi perekonomian, khususnya masyarakat kalangan
bawah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional di
Indonesia?
2. Apa saja kebijakan pemerintah terhadap keberadaan pasar modern tersebut?
3. Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah tersebut terhadap keberadaan pasar
modern ?


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap pasar
tradisional di Indonesia.
2. Untuk mengetahui berbagai kebijakan pemerintah terhadap keberadaan pasar
modern.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pemerintah tersebut terhadap
keberadaan pasar modern.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kebijakan Pemerintah (Kebijakan Publik)
Pengertian Kebijakan Pemerintah (Kebijakan Publik)
Kebijakan publik adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan
merupakan upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta
sebaliknya menjadi penganjur, inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan, dengan cara
terbaik dan tindakan terarah. Beberapa pakar memberikan pengertian terhadap
kebijakan publik, antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik adalah apapun juga yang dipilih
pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu itu atau tidak mengerjakan (mendiamkan)
sesuatu itu (Dye, 1995:1).

2. Menurut Heinz Eulaudan Kenneth Prewitt, kebijakan publik adalah keputusan tetap
yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repetisi) tingkah laku dari mereka
yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut (Prewitt,
1973:265).
3. Menurut James Anderson, kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang
mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau
suatu hal yang diperhatikan (Anderson, 1984:3).
4. Menurut Robert Eyestone, kebijakan publik adalah hubungan antara unit pemerintah
dengan lingkungannya (Eyestone, 1971).
5. Menurut Carl Frederick, kebijaksanaan pemerintah ini adalah suatu usulan tindakan
oleh seseorang, keluarga, atau pemerintah pada suatu lingkungan politik tertentu,
mengenai hambatan dan peluang yang dapat dibatasi, dimanfaatkan oleh suatu
kebijaksanaan, dalam mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu maksud
(Friedrich, 1969:79).

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa pengetahuan tentang kebijakan publik
adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan dan
program publik, sedangkan pengetahuan dalam kebijaksanaan publik adalah proses
menyediakan informasi dan pengetahuan untuk para eksekutif, anggota legislatif,
lembaga peradilan dan masyarakat umum yang berguna dalam proses perumusan
kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja kebijaksanaan. Selanjutnya, dengan
misi yang jelas dari pemerintah semua pihak dapat memutuskan kebijakannya sendiri,
apa yang sebaiknya dilakukan dan bagaimana cara terbaik melakukannya, serta
memberikan dampak positif bagi semua lapisan dimana pembangunan itu
diselenggarakan, termasuk lingkungan sekitarnya (Syafiie, dkk, 1999:106-107).
Kebijakan publik menitikberatkan pada apa yang oleh Dewey (1927) katakan sebagai
“publik dan problem-problemnya”. Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu
dan persoalan-persoalan tersebut disusun dan didefinisikan, dan bagaimana
kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Selain itu,
kebijakan publik juga merupakan studi tentang “bagaimana, mengapa, dan apa efek
dari tindakan aktif dan pasif pemerintah”. Studi “sifat, sebab, dan akibat dari kebijakan
publik” Nagel, ini mensyaratkan agar kita menghindari fokus yang sempit dan
menggunakan pendekatan dan disiplin yang bervariasi (Parsons:2008).
Model dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Ada beberapa model yang dipergunakan dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu :
1. Model elit, yaitu pembentukan kebijakan publik hanya berada pada sebagian
kelompok orang-orang tertentu yang sedang berkuasa.
2. Model kelompok, berlainan dengan model elit yang dikuasai oleh kelompok tertentu
yang berkuasa, maka pada model ini terdapat beberapa kelompok kepentingan yang
saling berebutan mencari posisi dominan.
3. Model kelembagaan. Yang dimaksud dengan kelembagaan disini adalah
kelembagaan pemerintah. Dalam model ini, kebijakan publik dikuasai oleh lembagalembaga tersebut, yang sudah barang tentu lembaga tersebut adalah satu-satunya
yang dapat memaksa serta melibatkan semua pihak.
4. Model proses. Model ini merupakan rangkaian kegiatan politik mulai dari identifikasi
masalah, perumusan usul, pengesahan kebijaksanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.
Model ini memperhatikan bermacam-macam jenis kegiatan pembuatan kebijaksanaan
pemerintah.
5. Model rasialisme. Model ini bermaksud untuk mencapai tujuan secara efisien,
dengan demikian dalam model ini segala sesuatu dirancang dengan tepat untuk

meningkatkan hasil bersihnya.
6. Model inkrimentalisme. Model ini berpatokan pada kegiatan masa lalu, dengan
sedikit perubahan. Dengan demikian, hambatan seperti waktu, biaya, dan tenaga untuk
memilih alternatif dapat dihilangkan.
7. Model sistem. Model ini beranjak dari memperlihatkan desakan-desakan lingkungan,
antara lain berisi tuntutan, dukungan, hambatan, tantangan, rintangan, gangguan,
pujian, kebutuhan, atau keperluan, dll yang mempengaruhi kebijakan publik. (Syafiie,
dkk, 1999:108-109).
Metode-metode yang dipakai dalam pembuatan kebijakan publik bisa beranekaragam,
dan masing-masing mengandung konsekuensi yang harus diterima. Seorang pejabat
dapat saja menggunakan ancaman untuk mengambil keputusan, tetapi ketidakpuasan
publik yang merasa tidak dihargai pendapatnya merupakan hal yang harus
dipertimbangkan. Sebaliknya, kebijakan-kebijakan partisipatif mungkin akan lebih
memberikan kepuasan bagi keinginan publik untuk berpendapat sendiri, tetapi
pengambilan keputusan jelas membutuhkan waktu lebih lama (Kumorotomo, Wahyudi,
2013:375).
Konsep Pelayanan Publik
Dalam rangka memperbaiki sistem untuk mewujudkan masyarakat yang lebih beradap,
Osborene dan Gaebler menyimpulkan 10 prinsip yang mereka anggap sebagai
keputusan gaya baru yaitu pemerintah sebagai pembuat kebijakan tidak perlu harus
selalu menjadi pelaksana dalam berbagai urusan pemerintahan, namun hendaknya
cukup menjadi penggerak. Sebagai badan yang dimiliki masyarakat luas, pemerintah
bukan hanya senantiasa melayani publik, tetapi juga memberdayakan segenap lapisan
secara optimal. Sudah waktunya pemerintah berorientasi pasar, dimana kecenderungan
penyelewengan relatif lebih kecil, sehingga untuk itu diperlukan pendobrakan aturan
agar lebih efektif dan efisien melalui pengendalian mekanisme pasar itu sendiri (Syafiie,
dkk:1999, 118-119).
Berbagai konsep kebijakan publik yang dikemukakan oleh para ahli sangat bervariatif
bentuknya, karena kebijakan publik merupakan serangkaian pilihan tindakan
pemerintah (termasuk pilihan untuk bertindak) guna menjawab tantangan yang
menyangkut kehidupan masyarakat (Awang, 2010:25-26).
Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan adalah satu aktivitas dari kegiatan administrasi sebagai suatu
institusi dimaksudkan sebagai salah satu proses kegiatan yang dilakukan oleh unit
administratif atau unit birokratik. Implementasi kebijakan sebagai proses kegiatan dari

administrasi sudah merupakan doktrin dasar administrasi, sedangkan perumusan
kebijakan sebagai proses kegiatan dari administrasi.
Eulau dan Prewitt (Jones, 1991:48-49) menyatakan ada beberapa komponen dari
kebijakan, yaitu niat, tujuan, rencana atau usulan, program, keputusan atau pilihan, dan
pengaruh. Selanjutnya kebijakan publik merupakan suatu pemanfaatan yang strategis
terhadap masalah-masalah publik. Dalam hal pemececahan suatu masalah tersebut
perlu diupayakan suatu tahapan atau proses dalam pembuatan kebijakan publik,
sebagaimana diungkapkan oleh Riply (1985:49) bahwa tahap-tahap tersebut adalah
agenda of government, formulasi kebijakan dan pengesahan tujuan program,
implementasi program, evaluasi dari tindakan dan akibatnya, dan penentuan masa
depan dari kebijakan (Awang, 2010:26-27).
Pada intinya ada tiga prinsip kebijakan yang menjadi fokus dalam mempelajari suatu
kebijakan, yaitu formulation, iplementation, dan evalaution. Studi implementasi
berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sekali program pemerintah
yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang
penting, bahkan lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan
sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan (Awang, 2010:27).
Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu
kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai
kepentingan (Agustino, 2008:138). Eugene Bardach melukiskan kerumitan dalam
proses implementasi tersebut, “adalah cukup untuk membuat sebuah program dan
kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi
merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya
mengenakkan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya,
dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua
orang termasuk yang mereka anggap klien.” (Bardach, 1991:3).
Selanjutnya, Islamy (2000:102) mengemukakan bahwa pembuat kebijakan tidak hanya
ingin melihat kebijakannya telah dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi juga ingin
mengetahui seberapa jauh kebijakan tersebut telah memberikan konsekuensi positif
dan negatif bagi masyarakat. Dari sini dapat diartikan implementasi kebijakan
merupakan proses lebih lanjut dari tahap formulasi kebijakan. Pada tahap formulasi
ditetapkan strategi dan tujuan kebijakan, sedangkan tindakan untuk mencapai tujuan
diseenggarakannya pada tahap implementasi kebijakan (Awang, 2010:28).
Menurut Dr. Riant Nugroho dalam bukunya yang berjudul Public Policy (Nugroho,
2008:432-433), untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah

yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui
formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Kebijakan publik
dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang
memerlukan keibijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan
pelaksanaan. Sedangkan kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain
Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan
lain-lain.
B. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
presiden untuk melaksanakan undang-undang, untuk menjalankan undang-undang.
Pembentukan peraturan pemerintah ini hanyalah bersifat teknis, yakni sebuah
peraturan yang bertujuan untuk membuat undang-undang dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Peraturan pemerintah merupakan peraturan yang ditanda tangani oleh
presiden. Ketentuan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan Pemerintah memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan peraturan perundang-perundangan lainnya.
Karakterisitik peraturan pemerintah, antara lain:
• Peraturan tidak dapat dibentuk terlebih dahulu tanpa didahului oleh pembentukan
undang-undang yang menjadi induknya.
• Peraturan tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila undang-undang yang
menjadi induknya tidak menentukan demikian.
• Peraturan di dalam ketentuannya tidak boleh menambah atau mengurangi ketentuan
sebagaimana yang diatur dalam undang-undang yang bersangkutan
• Peraturan dapat dibentuk dalam rangka menjalankan atau menjabarkan undangundang meskipun di dalam undang-undang yang menjadi induknya tidak diatur secara
tegas, keharusan untuk membentuk peraturan tersebut dalam rangka menjabarkan dan
melaksanakan undang-undang yang dimaksud.
Selain karakteristik peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud di atas, terdapat
karakteristik lain yang dimiliki oleh jenis peraturan ini, yakni hanyalah merupakan
peraturan (regeling) atau merupakan kombinasi antara peraturan dan penetapan
(beschicking). Selanjutnya, fungsi peraturan pemerintah adalah merupakan pengaturan
lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang secara tegas menyebutnya
memerintahkan pembentukannya. Fungsi lainnya adalah menyelenggarakan
pengaturan lebih lanjut ketetentuan lain dalam undang-undang yang mengatur
meskipun undang-undang yang mengatur tersebut tidak secara tegas menyebutnya
atau memerintahkan pembentukannya.

Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk
menjalankan Undang-Undang. Di dalam UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa Peraturan Pemerintah sebagai
aturan organik daripada Undang-Undang menurut hirarkinya tidak boleh tumpang tindih
atau bertolak belakang (Wikipedia).
Dengan diundang-undangkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai regulasi revisiatas UU No. 22 tahun 1999, maka pelbagai kewenangan serta
pembiayaan kini dilaksanakan oleh Pemda dengan lebih riil dan nyata. Mulai saat itu
pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk merencanakan,
merumuskan, melaksanakan, serta mengevaluasi kebijakan dan program
pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam
menjalankan tugas dan perannya, pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasi
sumber-sumber daya dan memahami masalah-masalah publik secara efisien, mampu
mendiagnosa dan memperbaiki kegagalan-kegagalan pasar yang tengah atau pernah
terjadi, siap menyediakan barang-barang publik yang tidak disediakan oleh pasar,
hingga bisa menyusun atau memformulasi regulasi yang efektif dan mendistorsi pasar
(Agustino, 2008:1-2).
C. Pasar
Pengertian Pasar
Pasar merupakan mata rantai yang menghubungkan produsen dan konsumen, ajang
pertemuan antara penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen.
Pasar memainkan peranan yang amat penting dalam perekonomian modern, karena
harga-harga terbentuk di pasar. Dengan bantuan harga-harga di pasar itu pokok
masalah ekonomi what, how, dan for whom dapat dipecahkan. Pasar merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian. Pasar secara sempit
bisa diartikan sebagai tempat barang atau jasa diperjualbelikan. Sedangkan dalam arti
luas, pasar adalah proses dimana pembeli dan penjual saling berinteraksi untuk
menentukan atau menetapkan harga di pasar. Menurut para ahli ekonomi, pengertian
pasar adalah suatu organisasi dimana pembeli dan penjual barang atau jasa tertentu
saling berinteraksi baik secara langsung maupun tak langsung. Pengertian pasar tidak
terbatas pada suatu tempat tertentu, melainkan meliputi suatu daerah di suatu negara,
bahkan meliputi dunia internasional (Supatmiyarsih, dkk, 2004:3). Menurut DJ. Subroto
dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan Sosial Ekonomi, pasar merupakan tempat
terjadinya interaksi antara permintaan dan penawaran, dimana transaksi jual beli terjadi

setelah ada keseimbangan antara permintaan dan penawaran (Subroto, 2004:2).
Menurut ahli ekonomi, pasar lebih dihubungkan dengan kegiatan, bukan tempat.
Alasannya, tempat untuk bertemunya penjual dan pembeli bisa dimana saja. Mereka
bisa bertemu di toko, di dalam bus, di pinggir jalan, dan di warung makan. Berarti yang
membedakan pasar dan bukan pasar adalah kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli dalam pasar adalah transaksi jual-beli. Pengertian
pasar menurut ilmu ekonomi memperlihatkan bahwa pasar tidak terikat pada tempat
dan waktu tertentu. Pasar dapat terbentuk dimana saja dan kapan saja. Bahkan,
transaksi jual beli juga bisa terjadi melalui surat menyurat, telepom, ataupun internet.
Pengertian pasar menurut ilmu ekonomi merupakan pengertian pasar secara abstrak
(Suyanto, 2004:2).
Informasi tentang pasar diperoleh dalam bentuk hrga. Harga merefleksikan atau
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksikan atau
menghasilkan suatu barang berdasarkan alokasi sumber-sumber yang digunakan.
Harga adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan uang. Harga terbentuk dan
terjadi di pasar, yakni oleh titik temu antara penawaran dan permintaan. Dalam
pertemuan itu terjadi tawar-menawar antara penawar barang dan jasa (penjual) dan
peminta barang dan jasa (pembeli) (Chourmain, 1994:231-232).
Dalam kaitannya dengan produk, sebuah pasar dapat didefinisikan sebagai kelompok
barang dan jasa yang dipandang sebagai produk pengganti (substitusi) oleh para
pembeli. Yang pasti, pasar bisa terbentuk jika ada penjual, pembeli, dan barang serta
jasa yang diperjual belikan. Barang yang diperjualbelikan di pasar tidak hanya berupa
barang konsumsi, tetapi juga barang produksi, misalnya bahan mentah, peralatan
pertanian, dan berbagai rakitan mesin. Bahkan sekarang juga ada uang dan pasar
modal. Sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, barang yang
diperjualbelikan tidaklah selalu berada di tempat lain. Untuk menunjukkan barang yang
diperjualbelikan, penjual cukup membawa contoh saja atau dengan menunjukkan kode
barang saja, seperti yang terjadi di bursa komoditi (Suyanto, 2004:2).
Peran Pasar
• Bagi konsumen, pasar memberikan kemudahan untuk memperoleh barang dan jasa
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya,
• bagi produsen, pasar memberikan kemudahan untuk memperoleh bahan-bahan yang
diperlukan dalam proses produksi serta memberikan kemudahan untuk menjual barang
dan jasa hasil produksi,
• bagi pemerintah, pasar juga memberikan kemudahan untuk memperoleh dan menjual
barang dan jasa yang diperlukan oleh pemerintah. Selain itu, dapat menambah

penerimaan pemerintah melalui penarikan pajak dan retribusi (Suyanto, 2004:12).
Fungsi Pasar
Pasar memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Fungsi Distribusi
Dalam fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari
produsen ke konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen bisa memasarkan
barangnya, baik langsung kepada konsumen maupun melalui para perantara, yaitu
pedagang. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat memperoleh barang
atau jasa yang dibutuhkan secara mudah dan cepat. Distribusi barang dan jasa yang
lancar menunjukkan berfungsinya pasar, sebaliknya jika distribusi barang dan jasa yang
macet menunjukkan terganggunya pasar.
2. Fungsi pembentukan harga
Dalam fungsi pembentukan harga, pasar berperan mewujudkan kesepakatan harga
antara penjual dan pembeli. Melalui transaksi jual beli, penjual dan pembeli bisa
melakukan tawar-menawar. Tawar-menawar itu dimaksudkan untuk mencapai
kesepakatan harga barang atau jasa tertentu. Tawar-menawar akan terus berlangsung
sampai pada harga yang bisa diterima penjual dan pembeli. Biasanya, harga yang
dikehendaki oleh penjual lebih tinggi daripada harga yang diinginkan oleh pembeli. Hal
itu terjadi karena ada perbedaan kepentingan antara penjual dan pembeli. Dalam
menentukan harga, penjual memperhitungkan laba yang diinginkan, sedangkan
pembeli memperhitungkan manfaat barang atau jasa dan keadaan keuangannya.
3. Fungsi Promosi
Dalam fungsi promosi, pasar berperan membangkitkan minat konsumen untuk membeli
barang atau jasa tertentu. Kadang-kadang setelah masuk pasar, seseorang membeli
barang yang semula tidak direncanakan. Hal itu terjadi karena barang yang di pajang di
pasar menarik perhatian dan mampu membangkitkan minat pembeli. Semakin
maraknya persaingan antara produsen barang atau jasa sejenis membuat fungsi
promosi menjadi semakin penting. Hal itu tampak jelas pada bermunculannya beragam
bentuk pameran baik besar maupun kecil, seperti pameran komputer, elektronika, dan
pameran perumahan. Justru dalam kesempatan pameran seperti itu, transaksi jual beli
sering terjadi (Suyanto, 2004:12-13).
Struktur Pasar
Menurut strukturnya, pasar dibedakan menjadi empat jenis :
1. Pasar persaingan sempurna, dengan ciri-ciri banyak terdapat penjual dan pembeli;
barang yang diperjualbelikan sejenis (homogen); masing-masing produsen bebas untuk
menutup maupun membuka usahanya; semua faktor produksi bebas untuk bergerak

dari suatu tempat ke tempat yang lain; dan pembeli serta penjual mempunyai informasi
yang lengkap tentang pasar. Contohnya adalah pasar hasil-hasil pertanian seperti
beras, buah-buahan, dan sayur-mayur.
2. Pasar monopoli, dengan ciri-ciri hanya ada satu penjual; tidak ada penjual lain yang
menjual barang yang dapat mengganti secara sempurna barang yang dijual oleh
penjual tunggal; ada rintangan (baik alami maupun buatan) bagi pengusaha baru untuk
menjual barang yang sama, misalnya dalam bentuk penguasaan bahan baku,
peraturan, dan perijinan.
3. Pasar persaingan monopolistis, dengan ciri-ciri terdapat banyak penjual macam
barang tertentu; barang dari masing-masing penjual dibedakan satu sama lain namun
masih dapat saling menggantikan; penjual bisa mengatur harga sampai pada batas
tertentu; tindakan seorang penjual bisa mempengaruhi keadaan pasar walaupun sangat
terbatas. Persaingan ini biasanya terjadi di sektor perdagangan eceran dan jasa seperti
pada pompa bensun, toko bahan pangan, dll.
4. Pasar oligopoli, yaitu pasar yang hanya terdapat beberapa penjual untuk suatu
barang tertentu, sehingga kegiatan dari penjual yang satu bisa mempengaruhi
pemasaran barang penjual yang lainnya. Contohnya adalah perusahaan motor (Suzuki,
Honda, Kawasaki, dll) atau perusahaan rokok (Gudang Garam, Sampoerna, Djarum,
dll). (Suyanto, 2004:13-15).
Keterkaitan Pasar dengan Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjadi jembatan kegiatan produksi dan
konsumsi. Berkat distribusi, barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Bagi
konsumen, distribusi memungkinkan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa
yang diperlukannya. Bagi produsen, distribusi memungkinkan produsen memasarkan
atau menjual barang dan jasa hasil produksinya. Peran distribusi itu identik dengan
pasar. Oleh sebab itu, pasar merupakan wadah bagi kegiatan distribusi. Dalam
pasarlah, kegiatan distribusi berlangsung (Suyanto, 2004:15).
Peran Keterkaitan Pasar dan Distribusi
1. Mempermudah konsumen melakukan konsumsi
2. Membentuk terciptanya harga barang yang relatif stabil
3. Produsen dapat mempertahankan penjualan produk dan keuntungannya
4. Meningkatkan penjualan dan meningkatkan efisiensi perusahaan (Suyanto, 2004:16).
Fungsi Keterkaitan Pasar dan Distribusi
1. Fungsi Pertukaran
Dalam fungsi ini, pasar dan distribusi berperan dalam memilih barang ataupun jasa
yang akan dijual, agar penjualan nantinya dapat dilakukan dengan harga, pelayanan,

dan kualitas yang disenangi oleh konsumen. Fungsi pertukaran ini termasuk juga
mengurangi dan menghindari risiko dalam penjualan barang ataupun jasa.
2. Fungsi Penyediaan Fisik
Fungsi penyediaan fisik ini menyangkut pemindahan barang secara fisik dari produsen
ke konsumen akhir. Fungsi ini meliputi pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan
pengangkutan barang.
3. Fungsi Penunjang
Fungsi ini membantu atau melengkapi fungsi pertukaran dan fungsi penyediaan fisik
agar terlaksana dengan baik. Kegiatan fungsi penunjang meliputi pelayanan sedudah
pembeliaan, penyebaran informasi agar barang atau jasa lebih dikenal oleh
masyarakat, dan juga masalah pembelanjaan (Suyanto, 2004:17).
Macam Pasar
Pada dasarnya, pasar dapat dibedakan menurut jenis barang yang diperdagangkan,
luasnya jaringan distribusi, waktu, dan ada tidaknya tempat transaksi.
1. Macam Pasar menurut Jenis Barang
• Pasar barang konsumsi
• Pasar barang produksi (Suyanto, 2004:3)
2. Macam Pasar menurut Luas Jaringan Distribusi
• Pasar setempat
• Pasar daerah
• Pasar nasional
• Pasar internasional (Suyanto, 2004:3-4)
3. Macam Pasar menurut Waktu Bertemunya Penjual dan Pembeli
• Pasar harian
• Pasar mingguan
• Pasar bulanan
• Pasar tahunan
• Pasar temporer (Subroto,2004:5).
4. Macam Pasar menurut Ada Tidaknya Tempat Transaksi
• Pasar konkret
• Pasar abstrak (Suyanto, 2004:5-6).
5. Macam Pasar berdasarkan Manajemen Pengelolaan
• Pasar tradisional
• Pasar modern (Suyanto, 2004:8).

6. Macam Pasar berdasarkan Ragam Barang yang Dijual
• Toko khusus (special store)
• Toko satu jalur (single line store) (Suyanto, 2004:8).
7. Macam Pasar berdasarkan Banyak Sedikit Barang yang Dijual
• Toko serba ada (department store), yaitu toko pengecer yang besar dan mempunyai
banyak jenis produk.
• Toko swadaya (independent store), yaitu toko skala kecil dan menjual berbagai
macam barang yang dimiliki seorang individu sebagai pemimpinnya.
• Pasar swalayan (supermarket), yaitu pasar berukuran besar yang menjual bermacammacam barang langsung kepada konsumen.
• Hipermarket supermarket yang berukuran lebih besar dan menjual lebih banyak
ragam barang. (Suyanto, 2004:8-9).
8. Macam Pasar berdasarkan Manajemen Pelayanan
• Mal/supermall/plaza
• Pertokoan (shoppingcentre)
• Pasar swalayan (supermarket) (Suyanto, 2004:9).
9. Macam Pasar berdasarkan Partai Penjualan Barang
• Partai grosir
• Pasar eceran (Suyanto, 2004:9).
Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau
swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa kios, toko, los dan tenda, dikelola
oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal
kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar (Suyanto, 2004:8).
Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi,
dikelola secara modern, mengutamakan pelayanan kenyamanan belanja, bermodal
relatif kuat, dan dilengkapi oleh label harga yang pasti (Suyanto, 2004:8).
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan makalah ini adalah
metode analisis deskriptif melalui kajian teori dengan memanfaatkan buku-buku dan
internet sebagai sumber referensi.

B. Fokus Penulisan
Fokus utama penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui kebijakankebijakan yang diambil oleh pemerintah berkaitan dengan keberadaan pasar modern.
C. Pengambilan Data
Data diambil dari buku referensi dan beberapa sumber dari internet.
D. Pengolahanan Data
Melalui data-data yang diperoleh dari berbagai buku referensi dan internet, penulis
mencoba untuk menganalisis dan mengolah data-data tersebut dengan melakukan
serangkaian diskusi.
E. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang telah didapatkan oleh penulis melalui berbagai sumber, kemudian
diolah dan dianalisis sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kebijakan Pemerintah terhadap Keberadaan Pasar Modern
Kegiatan perekonomian dapat dikatakan berjalan apabila adanya transaksi
perdagangan antara penjual dan pembeli. Salah satu bentuk transaksi perdagangan
adalah transaksi yang terjadi di pasar, baik di pasar modern maupun di pasar
tradisional. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia No. 420/MPP/Kep/10/1997, pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual
dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk,
yang menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan
pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar
eceran dan pasar perkulakan/grosir. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan
dikelola oleh pemerintah swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat
usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki dan dikelola oleh pedagang kecil
dan menengah, dan koperasi, dengan usaha kecil dan modal kecil, dan dengan proses
jual beli melalui tawar-menawar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang dibangun
oleh pemerintah, swasta, atau koperasi yang dalam bentuknya berupa mal,
supermarket, department store, dan shopping centre dimana pengelolaannya
dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja
dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi
dengan label harga yang pasti (Subekti:2007).
Di dalam pengertian pasar tersebut, terlihat jelas perbedaan dari pasar modern dan
pasar tradisional. Di dalam pasar tradisional, terjadi interaksi langsung antara pembeli

dan penjual dengan terjadinya proses tawar menawar mengenai harga suatu barang
tersebut. Berbeda halnya dengan pasar modern, dimana sudah tertera label harga yang
pasti. Pada beberapa tahun terakhir ini perkembangan pasar modern memang terjadi
cukup pesat. Semakin banyak saja pasar-pasar modern yang ada di Indonesia, bahkan
sampai ke wilayah pedesaan dan mengakibatkan pasar-pasar tradisional termasuk
warung-warung kecil semakin tersingkirkan. Pola pikir dan gaya hidup modern
merupakan salah satu penyebab masyarakat lebih senang untuk belanja kebutuhan
sehari-hari di pasar modern, yang dianggap lebih nyaman, bersih, dingin, dan lebih
terjamin kebersihannya, daripada belanja di pasar tradisional yang dianggap kotor,
becek, dan bau yang tidak sedap. Selain itu, strategi pasar modern dapat menarik
pembeli. Mereka melakukan berbagai strategi harga dan non harga, misalnya dengan
memberikan diskon harga pada waktu tertentu, strategi non harga dalam bentuk iklan
dan parkir gratis, dll.
Patut diakui bahwa pasar modern memang memiliki keunggulan di tengah masyarakat
yang cenderung berkarakter manja dan serba instan. Pasar ini melakukan penjualan
barang-barang yang juga ada di pasar tradisional, termasuk kebutuhan-kebutuhan
pokok manusia. Para pembeli dimanjakan dengan tawaran harga yang menarik,
kemasan yang rapi, jenis barang lebih lengkap, lingkungan yang bersih dan nyaman,
petugas pelayanan yang ramah dan menarik, yang dapat menyebabkan pasar ini juga
menjadi tempat wisata keluarga yang murah dan menyenangkan. Dari aspek harga pun
pasar modern terkadang diopinikan dan terkesan lebih murah daripada harga di pasar
tradisional. Dengan strategi subsidi silang, membuat harga suatu jenis barang menjadi
lebih murah, dan menjadikan harga barang yang lain menjadi lebih mahal dibandingkan
dengan harga di pasar tradisional. Kelangsungan pasar tradisional berkaitan erat
dengan perlindungan terhadap pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional
dimiliki oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah.
Secara regulasi, pemerintah sudah mengeluarkan peraturan yang mengatur jarak
antara pasar tradisional dan pasar modern dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang
penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern.
Seharusnya aturan tersebut sudah mengantisipasi permasalahan yang muncul antara
pasar tradisional dan pasar modern.
Karakteristik pasar tradisional dan pasar modern memiliki daya saing yang muncul
secara ilmiah, seperti lokasi yang strategis, keanekaragaman barang, harga yang
murah, area penjualan yang luas, serta sistem tawar menawar barang. Suasana
belanja terkait dengan faktor emosional antara pembeli dan penjual menjadi salah satu
faktor penting eksistensi pasar tradisional. Selain itu, jenis barang dan sifat

perbelanjaan juga dapat berpengaruh. Disisi lain pasar tradisional memang juga
memiliki kelemahan yang membuat pasar tradisional “kalah” dengan pasar modern.
Kelemahan itu antara lain tampilan pasar tradisional yang terlihat kumuh, kotor, dan
bau, jam operasional pasar tradisional yang terbatas karena biasanya hanya buka pada
pagi atau sore hari saja. Dengan harga yang relatif sama, pasar modern mampu
memberikan keunggulan dari kelemahan pasar tradisional. Terlebih lagi konsumen
pasar tradisional yang cenderung masyarakat kalangan bawah sangat memperhatikan
selisih harga, apalagi pasar modern mampu menawarkan inovasi-inovasi harga seperti
diskon besar-besaran. Telah kita ketahui bahwa banyak konsumen pasar tradisional
yang telah meninggalkan pasar tersebut dan beralih ke pasar modern. Apabila kondisi
ini tidak ditanggapi secara serius oleh pemerintah, maka dapat diperkirakan bahwa
akan terjadi ketidak-seimbangan antara pasar tradisional dan pasar modern, yang akan
berimplikasi pada pedagang di pasar tradisional yang mayoritas adalah kalangan
masyarakat bawah. Selain itu juga perlu tindakan nyata dari pedagang dalam
memperbaiki kelemahan tersebut dan bekerjasama dengan pemerintah dalam
melaksanakan program pemerintah mengenai pengaturan pasar tradisional.
Aspek-aspek yang kiranya perlu diperhatikan oleh pemerintah, agar keberadaan pasar
modern dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya para pedagang
tradisional adalah hal yang pertama merupakan tempat pembangunan pasar modern,
dimana pemerintah harus menetapkan rencana tata ruang wilayah, sehingga pasar
modern tidak bisa didirikan secara sembarangan. Tempat pembangunan pasar modern
harus terletak sejauh mungkin dari lokasi pasar tradisional, sehingga konsumen
cenderung akan memilih pasar tradisional dengan pertimbangan jarak tempuh ke pasar
modern.
Kedua, pemerintah seharusnya membatasi waktu operasi pasar modern. Hal ini
dilakukan sebagai pembatasan para konsumen dan sebagai proteksi pada pasar
tradisional agar pasar tradisional dapat terus berjalan. Sedangkan pada pasar
tradisional tidak ada batasan jam operasional. Dengan adanya pembatasan waktu
operasi bagi pasar modern, diharapkan pasar tradisional bisa lebih maksimal untuk
menjalankan kegiatan pasar dengan waktu yang lebih panjang dan keuntungan yang di
dapat pedagang pasar tradisional juga diharapkan menjadi lebih maksimal.
Ketiga, pemerintah seharusnya dapat membuat kebijakan mengenai kerjasama antara
pelaku bisnis pasar modern dengan pemerintah mengenai tenaga kerja yang akan
digunakan di pasar modern tersebut, karena salah satu dampak positif adanya pasar
modern adalah penyerapan tenaga kerja. Pemilik pasar modern harus memberikan
kesempatan yang lebih besar terhadap masyarakat di sekitar pasar modern tersebut

untuk menjadi karyawan. Dengan demikian, perekonomian masyarakat sekitar akan
meningkat.
Keempat adalah penentuan kebijakan mengenai pajak operasional dan perizinan dalam
pembangunan pasar modern berdasarkan pemberlakukan ketentuan Peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2207 tentang penataan dan pembinaan
pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern (Hadi:2012). Sehingga dengan
penentuan pajak yang lebih besar kepada pasar modern, maka otomatis harga barang
di pasar modern menjadi lebih mahal daripada pasar tradisional. Hal ini akan membuat
masyarakat kalangan bawah untuk lebih berpikir apabila hendak berbelanja di pasar
modern, dan cenderung akan belanja di pasar tradisional. Perizinan itu sendiri
merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang menimbulkan
gangguan pada kepentingan umum (Sutedi, 2011:173).
Kelima, pemerintah hendaknya membuat kebijakan untuk membangun pasar tradisional
menjadi lebih baik. Pasar tradisional yang identik dengan kata kotor, jorok, bau, menjadi
kur

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46