Arsitektur Kota Fakultas Program Studi T
MODUL PERKULIAHAN
Arsitektur�Kota
Presentasi Kasus:
Sejarah dan Teori Pendekatan
Perancangan Kota
Fakultas
Program Studi
Fakultas Teknik
TeknikArsitektur
TatapMuka
07
Kode MK
DisusunOleh
Dr. Ir. Tin Budi Utami, MT.
Abstract
Kompetensi
1. Kota Sebagai Wadah
Peradaban
2. Sejarah Perancangan
Kota di Barat (Kota
Purba, Klasik, Abad
Pertengahan,
Renaisance, Revolusi
Industri)
3. Sejarah Perancangan
Kota di Indonesia
Masiswa memahami sejarah perancangan
kota
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Minggu 7
PRESENTASI BEDAH KARYA SEJARAH
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Dalam sesi ini mahasiswa diharapkan mampu mengajukan usulan suatu proyek
konservasi dan preservasi di bidang arsitektur yang layak untuk diangkat dengan
memperhatikan beberapa aspek.
KOTA MALANG
Kota Malang sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial
yang terbaik di Hindia Belanda pada jamannya. Selain itu Malang juga
mempunyai banyak peninggalan arsitektur kolonial yang sampai sekarang masih
berdiri megah.
Perkembangan Kota Malang 19141940
• Perkembangan penduduk dan keadaan kota sebelum tahun 1914.
”The city is The People”, kota adalah manusia yang menghuninya,
demikian sering dikatakan oleh para ahli perkotaan. Seperti halnya semua kota
kota kolonial di Jawa pada umumnya, Malang juga dihuni oleh sebuah
masyarakat yang majemuk. Masyarakat majemuk yang ada di Malang terdiri
atas:
Penduduk Pribumi setempat.
Malang sering disebut sebagai “Paris van oost Java”.
Masayarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
unsure
tertib social yang hidup berdampngan, namun tanpa melebur ke
dalam satu kesatuan politik (Furnival, 1939:446).
Penduduk Timur Asing (Vreemde Oosterlingen), yang terdiri atas orang
Cinadan
Arab, serta Timur asing lainnya.
Penduduk Belanda sendiri yang memerintah.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Masyarakat inilah yang membentuk pola permukiman di Malang sebelum tahun
1900. Kotakota kolonial di Jawa antara th.1800 sampai tahun 1900 punya ciri
khas, alunalun sebagai pusatnya. Bentukbentuk kotanya juga ditujukan
terutama pada kepentingan ekonomi. Dimana kepentingan produksi pertanian
serta distribusi memegang peran penting dalam perekonomian Kolonial. Semua
ini memerlukan kontrol dalam sistim pemerintahan. Pusat kontrol pemerintahan
pada kotakota kolonial di Jawa dtepatkan disekitar alonalon kotanya.
permukiman di Malang sampai tahun 1914 adalah sebagai berikut
(Staadgemeente Malang 19141939):
. Daerah permukiman orang Eropa terletak disebelah Barat daya dari alonalon
Taloon, Tongan, Sawahan dan sekitarnya, selain itu juga terdapat disekitar
Kayoetangan,Orooro Dowo, Tjelaket, Klodjenlor dan Rampal
2. Daerah permukiman orang Cina terdapat sebelah Tenggara dari alonalon
(sekitar Pasar Besar). Daerah orang Arab disekitar belakang mesjid.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
3. Daerah orang Pribumi kebanyakan menempati daerah kampung sebelah
Selatan alonalon, yaitu daerah kampung: Kabalen, Penanggungan, Djodipan,
Talon dan Klodjenlor.
4. Daerah Militer terletak disebelah Timur daerah Rampal
Luas wilayah kota Malang pada th. 1914 adalah 1503 HA, sedangkan jumlah
penduduknya adalah sebagai berikut (Staadgemeente Malang 19141939):
a. Penduduk Pribumi : kurang lebih 40.000 jiwa
b. Penduduk Eropa : kurang lebih 2.5000 jiwa
c. Penduduk Timur Asing : kurang lebih 4.000 jiwa
• Letak Geografis dan Bentuk Kota Malang
Kotakota kolonial di Jawa secara geografis selalu terbagi menjadi kota Pasisir
dan Kota Pedalaman4. Malang sendiri merupakan kota pedalaman. Letaknya
yang cukup tinggi (450 m diatas permukaan laut) serta sekitarnya yang
merupakan daerah perkebunan, membuat kota ini menjadi sangat strategis dan
tumbuh dengan cepat sebagai kota kedua yang terbesar di Jatim. Sampai tahun
1914 Malang mash merupakan sebuah kota kabupaten , bagian dari
Karesidenan Pasuruan. Salah satu kendala tidak bisa berkembangnya kotakota
pedalaman adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan
prasarana secara besarbesaran di Jawa termasuk Malang) baru dimulai setelah
th. 1870
Jalan kereta api pertama antara SurabayaMalang dibuat pada th. 1876. Rel
kereta api yang sejajar dengan jalan masuk ke kota Malang dan berhenti di
stasiun kota yang lama ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan kota.
Karena sesudah adanya rel kereta api ini, maka banyak rumahrumah orang
Eropa yang dibangun di dekat rel kereta api tersebut.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Kotakota kolonial di Jawa secara geografis selalu terbagi menjadi kota Pasisir
dan Kota Pedalaman4. Malang sendiri merupakan kota pedalaman. Letaknya
yang cukup tinggi (450 m diatas permukaan laut) serta sekitarnya yang
merupakan daerah perkebunan, membuat kota ini menjadi sangat strategis dan
tumbuh dengan cepat sebagai kota kedua yang terbesar di Jatim. Sampai tahun
1914 Malang mash merupakan sebuah kota kabupaten , bagian dari
Karesidenan Pasuruan. Salah satu kendala tidak bisa berkembangnya kotakota
pedalaman adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan
prasarana secara besarbesaran di Jawa termasuk Malang) baru dimulai setelah
th. 1870
Jalan kereta api pertama antara SurabayaMalang dibuat pada th. 1876. Rel
kereta api yang sejajar dengan jalan masuk ke kota Malang dan berhenti di
stasiun kota yang lama ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan kota.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Karena sesudah adanya rel kereta api ini, maka banyak rumahrumah orang
Eropa yang dibangun di dekat rel kereta api tersebut.
Jalanjalan darat yang menghubungkan antara Malang dengan daerah
perkebunan disekelilingnya juga mulai dibuat. Bahkan antara Malang dengan
kota kota lain seperti Blitar, Batu dan Surabaya juga sudah ada. Jadi sebenarnya
secara geografis sesudah th. 1900, Malang sudah bukan sebagai kota
pedalaman yang terisolir lagi.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Baru pada th.1920 an dengan dibentuknya pusat pemerintahan baru di daerah
alonalon bunder maka sungai Berantas yang dulunya berfungsi sebagai batas
kota, berubah menjadi sungai yang membelah kota Malang (lihat peta th. 1914
dan 1934).
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Kotanya sendiri sampai th. 1914, berbentuk konsentris dengan pola jejala (grid)
dan pusatnya adalah alonalon yang dihubungkan dengan jalanjalan besar yang
menuju ke luar kota. Hal ini merupakan modal awal yang baik untuk
perkembangan lebih lanjut pada abad ke 20.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
• Keputusan Politik Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Kota
Keputusan politik pertama yang berpengaruh langsung pada perkembangan kota
Malang adalah U.U. Gula (suikerwet) dan U.U. Agraria (agrarischewet), pada th.
1870. Undangundang tersebut mengakibatkan adanya pembangunan secara
besarbesaran oleh pihak pemerintah dan swasta untuk membangun prasarana
baik di dalam kota, jalanjalan yang menghubungkan Malang sebagai kota
pedalaman dengan kotakota lainnya seperti yang telah dibahas diatas. Tapi
keputusan politik yang lebih penting adalah adanya undangundang
desentralisasi pada th. 1903, yang disusul dengan keputusan desentralisasi
pada th. 1905. Undangundang tersebut pada pokoknya berisi wewenang yang
lebih besar kepada kotakota yang ditetapkan sebagai kotamadya (gemeente),
untuk bisa berdiri sendiri. Malang ditetapkan sebagai Kotamadya (gemeente)
pada tanggal 1 April 1914. Sejak saat itulah sebenarnya Malang berkembang
lebih pesat dari sebuah kota Kabupaten yang kecil menjadi sebuah Kotamadya
terbesar kedua di Jatim. Dengan ditetapkannya sebagai sebuah Kotamadya,
maka mulailah Malang melakukan perluasan kota, yang dirasakan pada tahun
tersebut kotanya sudah tidak memadai, karena pertambahan penduduk yang
pesat sekali.
• Perkembangan kota dan arsitektur Kolonial Belanda di Malang 19141940
Pertambahan penduduk serta kemajuan ekonomi yang sangat cepat. Tujuan
serta detail dari perkembangan kota ini tidak mungkin ditulis satu persatu disini
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
karena sangat panjang (bisa dibaca pada laporan Handinoto: Perkembangan
kota dan arsitektur Kolonial Belanda di Malang 19141940).
• Perkembangan Arsitektur 19141940
Secara garis besar perkembangan arsitektur kolonial di Malang tidak
berbedadengan perkembangan arsitektur di Hindia Belanda pada kurun waktu
yang sama. Gaya arsitektur yang disebut sebagai ”Indische Empire” yang
berkembang sampai akhir abad ke 19, juga terdapat di Malang, terutama sekali
pada gedunggedung pemerintahan seperti gedung Asisten Residen di alonalon
pusat kota Malang10 (sekarang sudah hancur). Hanya saja sebelum tahun 1900
an Malang masih merupakan sebuah kota kabupaten kecil, sehingga bangunan
pemerintahan tidak begitu banyak disana. Oleh sebab itu peninggalan arsitektur
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
dengan gaya ”Indische Empire” ini sekarang sangat jarang dijumpai di Malang.
Walaupun ada, tempatnya harus dicari di daerah sekitar alonalon kota, karena
disanalah dulu merupakan inti kota Malang dimasa lalu. Sekarang daerah
disekitar alonalon kota justru merupakan daerah yang punya nilai ekonomi yang
tinggi, sehingga otomatis juga merupakan suatu daerah yang cepat
berkembang/berubah. Sayang sekali karena halhal diatas maka asitektur
dengan gaya ”Indische Empire” ini di Malang sekarang boleh dikatakan sudah
tidak tersisa sama sekali.
Arsitektur Kolonial yang dibangun sebelum tahun 1920 an sebagian besar sudah
ditangani oleh tenaga profesional11. Meskipun gaya arsitektur yang ditunjukkan
masih banyak dipengaruhi oleh arsitektur di Belanda tapi pada umumnya bentuk
bentuk arsitekturnya sudah beradaptasi dengan iklim setempat. Hal ini
ditunjukkan misalnya dengan menempatkan galeri keliling bangunan (dengan
maksud supaya sinar matahari langsung dan tampias air hujan tidak langsung
masuk melalui jendela atau pintu). Adanya atapatap susun dengan ventilasi
atap yang baik, serta overstekoverstek yang cukup panjang untuk
pembayangan tembok. Tapi secara keseluruhan bentuk arsitekturnya masih
belum merujuk ke bentuk modern, yang baru berkembang setelah tahun 1920
an.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Minggu 5
TUGAS BESAR : PROYEK KONSERVASI DAN PRESERVASI DALAM ARSITEKTUR
KENDALA, POTENSI DAN PROSPEK
PROYEK KONSERVASI DAN PRESERVASI
Setelah tahap mempelajari aspekaspek pemilihan proyek konservasi, maka
setiap mahasiswa diharapkan sudah dapat menentukan proyek atau wilayah
studi dalam proyek konservasi dan preservasi. Pada minggu lalu diberikan salah
satu contoh atau pilihan yaitu Kawasan Museum Bahari.
Dari proyek yang akan diangkat, mahasiswa diharapkan dapat menjabarkan
minimal tiga hal pokok yaitu :
A. Kendala
· Dari segi fisik
Sejauh mana suatu objek dikonservasi, seluruhnya, sebagian atau tidak
ada sama sekali. Konsekuensi apa yang harus diantisipasi dari tindakan
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
tersebut apabila tidak boleh dibongkar namun sudah tidak layak dipakai
karena mengganggu keselematan jiwa, dll.
· Dari segi social dan budaya
Bagaiamana dampak suatu kegiatan konservasi tersebut secara social dan
budaya, misal jika akan berubah fungsi apakah fungsi tersebut diharapkan
atau dihindari oleh masyarakat setempat maupun masyarakat secara luas.
Masyarakat dirugikan atau diuntungkan secara social dan budaya ?
Bagaimana keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut ?
· Dari segi ekonomi
Jika secara social dan budaya tidak ada masalah, apakah ada kendala dari
segi ekonomi, bagaimana kendala itu akan diantisipasi ?
· Dari segi peraturan
Apakah
ada
peraturan/perundangan
yang
menghambat
kegiatan
konservasi tersebut, bagaimana jalan tengahnya ?
· Aspek Historis
Adakah sesuatu yang kontra produktif gagasan anda dari aspek histories.
· Dll, dikembangkan sesuai dengan ruang lingkup proyeknya.
B. Potensi
· Dari segi fisik
Misal karena keunikan atau kelangkaan, dll di bidang arsitektur, sehingga
merupakan alasan kuat untuk dikonservasi.
· Dari segi social dan budaya
Secara social dan budaya dapat digali potensi yang mungkin mendukung
untuk kegiatan konservasi.
· Dari segi ekonomi
Jika secara social dan budaya mendukung, potensi apa yang dapat digali
dari aspek nilai ekonomi. Diharapkan dengan kegiatan konservasi dan
revitalisasi dapat menjadi magnet ekonomi baru.
· Dari segi peraturan
Peraturan/perundangan yang mendukung kegiatan konservasi tersebut
dapat dijadikan pegangan untuk kelancaran kegiatan proyek.
· Dari segi histories
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Aspek histories yang mendukung kegiatan proyek, digali sampai mendalam
· Dll, tergantung ruang lingkup proyek.
C. Prospek
Bagaimana memformulasikan potensi dan kendala yang ada dari beberapa
aspek berikut :
· Dari segi fisik
· Dari segi ekonomi
· Dari segi peraturan
· Dari segi histories, dll.
Daftar Pustaka :
1. Hand Out per tatap muka yang merupakan rangkuman dari beberapa sumber dan seminar.
2. Slide dokumentasi pribadi yang terkait dengan materi kuliah.
3. Hedman, Richard; Jaszewski, Andrew. Fundamental of urban design. Planners Press. Wahsington. 1984.
4. Shirvani, Hamid, The Urban Design Process, Cambridge University Press, 1985.
5. Zahnd, Markus. Perencanaan kota secara terpadu. Penerbit Kanisius dan Soegijapranata University Press. 1999.
6. dll.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Arsitektur�Kota
Presentasi Kasus:
Sejarah dan Teori Pendekatan
Perancangan Kota
Fakultas
Program Studi
Fakultas Teknik
TeknikArsitektur
TatapMuka
07
Kode MK
DisusunOleh
Dr. Ir. Tin Budi Utami, MT.
Abstract
Kompetensi
1. Kota Sebagai Wadah
Peradaban
2. Sejarah Perancangan
Kota di Barat (Kota
Purba, Klasik, Abad
Pertengahan,
Renaisance, Revolusi
Industri)
3. Sejarah Perancangan
Kota di Indonesia
Masiswa memahami sejarah perancangan
kota
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Minggu 7
PRESENTASI BEDAH KARYA SEJARAH
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Dalam sesi ini mahasiswa diharapkan mampu mengajukan usulan suatu proyek
konservasi dan preservasi di bidang arsitektur yang layak untuk diangkat dengan
memperhatikan beberapa aspek.
KOTA MALANG
Kota Malang sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial
yang terbaik di Hindia Belanda pada jamannya. Selain itu Malang juga
mempunyai banyak peninggalan arsitektur kolonial yang sampai sekarang masih
berdiri megah.
Perkembangan Kota Malang 19141940
• Perkembangan penduduk dan keadaan kota sebelum tahun 1914.
”The city is The People”, kota adalah manusia yang menghuninya,
demikian sering dikatakan oleh para ahli perkotaan. Seperti halnya semua kota
kota kolonial di Jawa pada umumnya, Malang juga dihuni oleh sebuah
masyarakat yang majemuk. Masyarakat majemuk yang ada di Malang terdiri
atas:
Penduduk Pribumi setempat.
Malang sering disebut sebagai “Paris van oost Java”.
Masayarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
unsure
tertib social yang hidup berdampngan, namun tanpa melebur ke
dalam satu kesatuan politik (Furnival, 1939:446).
Penduduk Timur Asing (Vreemde Oosterlingen), yang terdiri atas orang
Cinadan
Arab, serta Timur asing lainnya.
Penduduk Belanda sendiri yang memerintah.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Masyarakat inilah yang membentuk pola permukiman di Malang sebelum tahun
1900. Kotakota kolonial di Jawa antara th.1800 sampai tahun 1900 punya ciri
khas, alunalun sebagai pusatnya. Bentukbentuk kotanya juga ditujukan
terutama pada kepentingan ekonomi. Dimana kepentingan produksi pertanian
serta distribusi memegang peran penting dalam perekonomian Kolonial. Semua
ini memerlukan kontrol dalam sistim pemerintahan. Pusat kontrol pemerintahan
pada kotakota kolonial di Jawa dtepatkan disekitar alonalon kotanya.
permukiman di Malang sampai tahun 1914 adalah sebagai berikut
(Staadgemeente Malang 19141939):
. Daerah permukiman orang Eropa terletak disebelah Barat daya dari alonalon
Taloon, Tongan, Sawahan dan sekitarnya, selain itu juga terdapat disekitar
Kayoetangan,Orooro Dowo, Tjelaket, Klodjenlor dan Rampal
2. Daerah permukiman orang Cina terdapat sebelah Tenggara dari alonalon
(sekitar Pasar Besar). Daerah orang Arab disekitar belakang mesjid.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
3. Daerah orang Pribumi kebanyakan menempati daerah kampung sebelah
Selatan alonalon, yaitu daerah kampung: Kabalen, Penanggungan, Djodipan,
Talon dan Klodjenlor.
4. Daerah Militer terletak disebelah Timur daerah Rampal
Luas wilayah kota Malang pada th. 1914 adalah 1503 HA, sedangkan jumlah
penduduknya adalah sebagai berikut (Staadgemeente Malang 19141939):
a. Penduduk Pribumi : kurang lebih 40.000 jiwa
b. Penduduk Eropa : kurang lebih 2.5000 jiwa
c. Penduduk Timur Asing : kurang lebih 4.000 jiwa
• Letak Geografis dan Bentuk Kota Malang
Kotakota kolonial di Jawa secara geografis selalu terbagi menjadi kota Pasisir
dan Kota Pedalaman4. Malang sendiri merupakan kota pedalaman. Letaknya
yang cukup tinggi (450 m diatas permukaan laut) serta sekitarnya yang
merupakan daerah perkebunan, membuat kota ini menjadi sangat strategis dan
tumbuh dengan cepat sebagai kota kedua yang terbesar di Jatim. Sampai tahun
1914 Malang mash merupakan sebuah kota kabupaten , bagian dari
Karesidenan Pasuruan. Salah satu kendala tidak bisa berkembangnya kotakota
pedalaman adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan
prasarana secara besarbesaran di Jawa termasuk Malang) baru dimulai setelah
th. 1870
Jalan kereta api pertama antara SurabayaMalang dibuat pada th. 1876. Rel
kereta api yang sejajar dengan jalan masuk ke kota Malang dan berhenti di
stasiun kota yang lama ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan kota.
Karena sesudah adanya rel kereta api ini, maka banyak rumahrumah orang
Eropa yang dibangun di dekat rel kereta api tersebut.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Kotakota kolonial di Jawa secara geografis selalu terbagi menjadi kota Pasisir
dan Kota Pedalaman4. Malang sendiri merupakan kota pedalaman. Letaknya
yang cukup tinggi (450 m diatas permukaan laut) serta sekitarnya yang
merupakan daerah perkebunan, membuat kota ini menjadi sangat strategis dan
tumbuh dengan cepat sebagai kota kedua yang terbesar di Jatim. Sampai tahun
1914 Malang mash merupakan sebuah kota kabupaten , bagian dari
Karesidenan Pasuruan. Salah satu kendala tidak bisa berkembangnya kotakota
pedalaman adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan
prasarana secara besarbesaran di Jawa termasuk Malang) baru dimulai setelah
th. 1870
Jalan kereta api pertama antara SurabayaMalang dibuat pada th. 1876. Rel
kereta api yang sejajar dengan jalan masuk ke kota Malang dan berhenti di
stasiun kota yang lama ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan kota.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Karena sesudah adanya rel kereta api ini, maka banyak rumahrumah orang
Eropa yang dibangun di dekat rel kereta api tersebut.
Jalanjalan darat yang menghubungkan antara Malang dengan daerah
perkebunan disekelilingnya juga mulai dibuat. Bahkan antara Malang dengan
kota kota lain seperti Blitar, Batu dan Surabaya juga sudah ada. Jadi sebenarnya
secara geografis sesudah th. 1900, Malang sudah bukan sebagai kota
pedalaman yang terisolir lagi.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Baru pada th.1920 an dengan dibentuknya pusat pemerintahan baru di daerah
alonalon bunder maka sungai Berantas yang dulunya berfungsi sebagai batas
kota, berubah menjadi sungai yang membelah kota Malang (lihat peta th. 1914
dan 1934).
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Kotanya sendiri sampai th. 1914, berbentuk konsentris dengan pola jejala (grid)
dan pusatnya adalah alonalon yang dihubungkan dengan jalanjalan besar yang
menuju ke luar kota. Hal ini merupakan modal awal yang baik untuk
perkembangan lebih lanjut pada abad ke 20.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
• Keputusan Politik Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Kota
Keputusan politik pertama yang berpengaruh langsung pada perkembangan kota
Malang adalah U.U. Gula (suikerwet) dan U.U. Agraria (agrarischewet), pada th.
1870. Undangundang tersebut mengakibatkan adanya pembangunan secara
besarbesaran oleh pihak pemerintah dan swasta untuk membangun prasarana
baik di dalam kota, jalanjalan yang menghubungkan Malang sebagai kota
pedalaman dengan kotakota lainnya seperti yang telah dibahas diatas. Tapi
keputusan politik yang lebih penting adalah adanya undangundang
desentralisasi pada th. 1903, yang disusul dengan keputusan desentralisasi
pada th. 1905. Undangundang tersebut pada pokoknya berisi wewenang yang
lebih besar kepada kotakota yang ditetapkan sebagai kotamadya (gemeente),
untuk bisa berdiri sendiri. Malang ditetapkan sebagai Kotamadya (gemeente)
pada tanggal 1 April 1914. Sejak saat itulah sebenarnya Malang berkembang
lebih pesat dari sebuah kota Kabupaten yang kecil menjadi sebuah Kotamadya
terbesar kedua di Jatim. Dengan ditetapkannya sebagai sebuah Kotamadya,
maka mulailah Malang melakukan perluasan kota, yang dirasakan pada tahun
tersebut kotanya sudah tidak memadai, karena pertambahan penduduk yang
pesat sekali.
• Perkembangan kota dan arsitektur Kolonial Belanda di Malang 19141940
Pertambahan penduduk serta kemajuan ekonomi yang sangat cepat. Tujuan
serta detail dari perkembangan kota ini tidak mungkin ditulis satu persatu disini
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
karena sangat panjang (bisa dibaca pada laporan Handinoto: Perkembangan
kota dan arsitektur Kolonial Belanda di Malang 19141940).
• Perkembangan Arsitektur 19141940
Secara garis besar perkembangan arsitektur kolonial di Malang tidak
berbedadengan perkembangan arsitektur di Hindia Belanda pada kurun waktu
yang sama. Gaya arsitektur yang disebut sebagai ”Indische Empire” yang
berkembang sampai akhir abad ke 19, juga terdapat di Malang, terutama sekali
pada gedunggedung pemerintahan seperti gedung Asisten Residen di alonalon
pusat kota Malang10 (sekarang sudah hancur). Hanya saja sebelum tahun 1900
an Malang masih merupakan sebuah kota kabupaten kecil, sehingga bangunan
pemerintahan tidak begitu banyak disana. Oleh sebab itu peninggalan arsitektur
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
dengan gaya ”Indische Empire” ini sekarang sangat jarang dijumpai di Malang.
Walaupun ada, tempatnya harus dicari di daerah sekitar alonalon kota, karena
disanalah dulu merupakan inti kota Malang dimasa lalu. Sekarang daerah
disekitar alonalon kota justru merupakan daerah yang punya nilai ekonomi yang
tinggi, sehingga otomatis juga merupakan suatu daerah yang cepat
berkembang/berubah. Sayang sekali karena halhal diatas maka asitektur
dengan gaya ”Indische Empire” ini di Malang sekarang boleh dikatakan sudah
tidak tersisa sama sekali.
Arsitektur Kolonial yang dibangun sebelum tahun 1920 an sebagian besar sudah
ditangani oleh tenaga profesional11. Meskipun gaya arsitektur yang ditunjukkan
masih banyak dipengaruhi oleh arsitektur di Belanda tapi pada umumnya bentuk
bentuk arsitekturnya sudah beradaptasi dengan iklim setempat. Hal ini
ditunjukkan misalnya dengan menempatkan galeri keliling bangunan (dengan
maksud supaya sinar matahari langsung dan tampias air hujan tidak langsung
masuk melalui jendela atau pintu). Adanya atapatap susun dengan ventilasi
atap yang baik, serta overstekoverstek yang cukup panjang untuk
pembayangan tembok. Tapi secara keseluruhan bentuk arsitekturnya masih
belum merujuk ke bentuk modern, yang baru berkembang setelah tahun 1920
an.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Minggu 5
TUGAS BESAR : PROYEK KONSERVASI DAN PRESERVASI DALAM ARSITEKTUR
KENDALA, POTENSI DAN PROSPEK
PROYEK KONSERVASI DAN PRESERVASI
Setelah tahap mempelajari aspekaspek pemilihan proyek konservasi, maka
setiap mahasiswa diharapkan sudah dapat menentukan proyek atau wilayah
studi dalam proyek konservasi dan preservasi. Pada minggu lalu diberikan salah
satu contoh atau pilihan yaitu Kawasan Museum Bahari.
Dari proyek yang akan diangkat, mahasiswa diharapkan dapat menjabarkan
minimal tiga hal pokok yaitu :
A. Kendala
· Dari segi fisik
Sejauh mana suatu objek dikonservasi, seluruhnya, sebagian atau tidak
ada sama sekali. Konsekuensi apa yang harus diantisipasi dari tindakan
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
tersebut apabila tidak boleh dibongkar namun sudah tidak layak dipakai
karena mengganggu keselematan jiwa, dll.
· Dari segi social dan budaya
Bagaiamana dampak suatu kegiatan konservasi tersebut secara social dan
budaya, misal jika akan berubah fungsi apakah fungsi tersebut diharapkan
atau dihindari oleh masyarakat setempat maupun masyarakat secara luas.
Masyarakat dirugikan atau diuntungkan secara social dan budaya ?
Bagaimana keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut ?
· Dari segi ekonomi
Jika secara social dan budaya tidak ada masalah, apakah ada kendala dari
segi ekonomi, bagaimana kendala itu akan diantisipasi ?
· Dari segi peraturan
Apakah
ada
peraturan/perundangan
yang
menghambat
kegiatan
konservasi tersebut, bagaimana jalan tengahnya ?
· Aspek Historis
Adakah sesuatu yang kontra produktif gagasan anda dari aspek histories.
· Dll, dikembangkan sesuai dengan ruang lingkup proyeknya.
B. Potensi
· Dari segi fisik
Misal karena keunikan atau kelangkaan, dll di bidang arsitektur, sehingga
merupakan alasan kuat untuk dikonservasi.
· Dari segi social dan budaya
Secara social dan budaya dapat digali potensi yang mungkin mendukung
untuk kegiatan konservasi.
· Dari segi ekonomi
Jika secara social dan budaya mendukung, potensi apa yang dapat digali
dari aspek nilai ekonomi. Diharapkan dengan kegiatan konservasi dan
revitalisasi dapat menjadi magnet ekonomi baru.
· Dari segi peraturan
Peraturan/perundangan yang mendukung kegiatan konservasi tersebut
dapat dijadikan pegangan untuk kelancaran kegiatan proyek.
· Dari segi histories
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami
Aspek histories yang mendukung kegiatan proyek, digali sampai mendalam
· Dll, tergantung ruang lingkup proyek.
C. Prospek
Bagaimana memformulasikan potensi dan kendala yang ada dari beberapa
aspek berikut :
· Dari segi fisik
· Dari segi ekonomi
· Dari segi peraturan
· Dari segi histories, dll.
Daftar Pustaka :
1. Hand Out per tatap muka yang merupakan rangkuman dari beberapa sumber dan seminar.
2. Slide dokumentasi pribadi yang terkait dengan materi kuliah.
3. Hedman, Richard; Jaszewski, Andrew. Fundamental of urban design. Planners Press. Wahsington. 1984.
4. Shirvani, Hamid, The Urban Design Process, Cambridge University Press, 1985.
5. Zahnd, Markus. Perencanaan kota secara terpadu. Penerbit Kanisius dan Soegijapranata University Press. 1999.
6. dll.
Jurusan Arsitektur – FTSP UMB
Arsitektur Kota Tin Budi Utami