PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Pe (48)

Klinik IATPI

Sirkulasi/Distribusi: Agus Syuhada

Air Limbah Mandi dan Cuci

38 Alamat Redaksi:

Seputar WASPOLA

Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

41 Telp./Faks.: (021) 31904113

Seputar AMPL

48 e-mail: redaksipercik@yahoo.com

Info Situs

http://www.ampl.or.id

Inovasi

redaksi@ampl.or.id oswar@bappenas.go.id

Air Rahmat, Ubah Air Bersih Jadi Air Minum

Saringan Air Keramik

Redaksi menerima kiriman tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungan dan belum pernah dipublikasikan.

Pustaka AMPL

Panjang naskah tak dibatasi.

Glossary

Sertakan identitas diri. Redaksi berhak mengeditnya.

Waktu terasa begitu cepat berputar. Tanpa terasa, kita telah melalui tahun 2005. Sebentar lagi tahun 2006 menya- pa kita. Biasanya kita selalu menjadikan masa pergantian tahun ini sebagai saat evaluasi. Apakah yang sudah kita la- kukan selama setahun? Lebih banyak positif ataukah negatifnya. Dan bagi ja- jaran birokrasi, pertanyaannya sudah sejauh mana pengabdian yang diberi- kan kepada negara dan rakyat? Jangan- jangan selama ini hanya menikmati gaji tapi tidak memberi nilai tambah bagi kemajuan rakyat yang telah memba- yarnya. Tentu kita berharap, para bi- rokrat dari semua level telah bekerja se- kuat tenaga mengabdikan dirinya sesuai sumpah jabatannya.

Pembaca, di akhir tahun ini, Percik pun tak ketinggalan untuk ikut memotret perjalanan penyelenggaraan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) di Indonesia selama tahun 2005. Tentu secara garis besar. Maksudnya, agar ini menjadi bahan pembelajaran. Kita bisa belajar dari kesuksesan dan kegagalan. Kesuksesan bisa direplikasikan dan di- tingkatkan derajat kesuksesannya di ta- hun 2006. Sedangkan, dengan melihat ke- gagalan, kita bisa membuat kesuksesan dan menghindari kesalahan serupa di ta- hun mendatang.

Kalau kita melihat perjalanan sela- ma tahun 2005 ini dan kita bandingkan dengan tahun 2004, secara umum tidak ada perubahan yang berarti. Kondisi AMPL seperti jalan di tempat. Kasus- kasus pada tahun 2004 (baca Percik edisi Desember 2004), seakan berulang pada tahun ini. Mulai kasus banjir, penyakit menular, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, pencemaran, kon- flik horizontal terkait AMPL dan seba- gainya muncul lagi. Namun di tengah wajah suram ini tak bisa dipungkiri ada setetes harapan. Proyek-proyek yang di- uji coba tahun 2005 memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Tengok misalnya SANIMAS, WSLIC 2, dan CLTS. Pelaksanaan kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyara-

kat di daerah juga memberi harapan. Hanya saja cakupan proyek dan uji coba itu terbatas, belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Di edisi ini kami menampilkan ber- bagai keberhasilan beberapa proyek ter- sebut. Harapannya ini bisa ditiru dan dikembangkan oleh daerah lain. Tak lu- pa di tengah kesuksesan itu, kami tampilkan pula catatan buruknya dan kendala-kendala yang terjadi di lapang- an. Ini pembelajaran berharga yang harus kita terima. Bukankah orang bijak berkata: kegagalan adalah awal dari se- buah keberhasilan. Pembelajaran ini kami ramu dalam berbagai rubrik. Ada di rubrik teropong, kisah sukses, dan se- bagian di laporan utama.

Pembaca, perlu kiranya pula kita mengetahui dari para penentu kebijak- an AMPL, bagaimana mereka melihat perjalanan AMPL di tahun ini. Untuk itu, kami mewawancarai Direktur Peru-

mahan dan Permukiman Bappenas, Di- rektur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depar- temen Kesehatan, serta Ketua CPMU WSLIC 2. Intinya masih banyak hal yang harus kita lakukan dalam penye- lenggaraan AMPL di Indonesia. Apalagi Indonesia telah menyatakan dirinya si- ap 'terbebani' target MDGs.

Akhirnya, kami berharap sajian Percik kali ini bisa mendorong ke arah perubahan yang lebih baik. Dan kami juga berharap ada umpan balik dari Anda, pembaca setia Percik, demi per- baikan majalah ini khususnya, dan penyelenggaraan AMPL di Indonesia pada umumnya di tahun 2006. Mari kita songsong 2006 dengan optimisme dan kepedulian yang lebih terhadap kondisi rakyat. Jangan sampai kita ber- gembira di atas penderitaan rakyat. Se- lamat membaca. Wassalam. „

Percik „ Desember 2005 „

Mengucapkan

Selamat Tahun Baru

2006

Mengucapkan

Selamat Tahun Baru

2006

FOTO:GUSTOMI/JeLAJAH

Ingin Dapatkan Pustaka

Redaksi Percik yang baik. Pertama kali saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya lulusan Teknik Lingkungan ITB angkatan 95, dan Master of Science dari Technische Uni- versitaet Hamburg, Harburg--Ger- many. Saat ini saya sedang melanjutkan ke program PhD di universitas yang sama.

Saya sedang mengadakan penelitian dengan tema sustainability assessment of sanitation system, terutama untuk low income urban areas di Indonesia. Saya sedang mengadakan studi di dae- rah Rungkut, Surabaya. Tujuan utama penelitian saya yaitu to propose an alternative solution for water pollution problems by human waste for low income urban areas in Indonesia. Salah satu alternatifnya adalah sistem ecosan (Ecological Sanitation), di mana do- mestic wastewater dibagi tiga yaitu tinja atau blackwater, urine atau yellowwater, dan greywater (dari sela- in air buangan toilet). Sistem ini sudah lama dikembangkan di Eropa (jerman, Austria, Swedia). Profesor pembimbing saya kebetulan termasuk salah satu pe- lopornya.

Untuk mengimplementasikannya, saya dan teman saya yang kuliah di tem- pat yang sama membangun sebuah Eco- san pilot plant di Pusdakota Ubaya, Su- rabaya, sebuah NGO yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat.

Dari salah seorang teman di Pus- dakota yang kebetulan mengikuti semi- nar yang diselenggarakan oleh AMPL beberapa waktu silam, saya membaca prosiding seminarnya dan jurnal Percik vol.4 Tahun I/Juni 2004. Saya tertarik dengan isinya karena sebagian besar berkaitan dengan tema penelitian saya. Sebagian besar data-data yang ada pada Percik edisi tersebut telah saya dapatkan dari beberapa sumber dari internet, akan tetapi ada juga yang belum saya miliki.

Oleh karena itu, saya ingin bertanya

bagaimana jika saya ingin memiliki beberapa referensi dari pustaka Percik. Selain data-data yang disajikan pada Percik edisi tersebut, ada juga beberapa VCD (seperti National Action Plan Bidang Air Limbah, Methodology for Participatory Approach assessment, Prosiding Seminar Nasional SANIMAS di bali 2004), prosiding seminar Nasio- nal Hari Air Sedunia 2004, data Inven- tarisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Pro- gram Pembangunan Prasarana dan Sa- rana Dasar Permukiman Perkotaan 1992-2002, dan buku pedoman (Pedo- man penanggulangan limbah cair dan tinja) dan lain lain yang saya ingin membuat copy-nya. Bagaimana cara terbaik untuk mendapatkannya?

Almy Malisie

Surabaya

Perlu Buku

Saya adalah staf pengajar di Pro- gram Studi Kesehatan Masyarakat Uni- versitas Jember. Bagian program kami memerlukan buku-buku yang berkaitan dengan Kesehatan Lingkungan, dan ka- mi telah menerima jurnal yang telah Anda kirimkan. Kami ingin memper-

oleh buku yang ada dalam website Anda. Bagaimana caranya?

Rahayu Sri Pujiati, SKM, M.Kes

Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Jl. Kalimantan I/93 Kampus Tegal Boto, Jember 68121 Telp. (O331) 322995 Fax. (0331) 337878

Berlangganan

Saya pernah beberapa kali membaca Majalah Percik yang dibawa dosen sa- ya. Isi yang ditampilkan cukup menarik dan relevan dengan apa yang saya pela- jari saat ini. Bagaimana cara berlang- ganan majalah ini secara berkala?

Nurul Ichsan

Jln. Banjarsari, Gg. Iwenisari No. 8 Tembalang, Semarang 50275

Buletin dan CD

Bersama ini saya memohon untuk dapat menerima buletin dan CD gratis dari AMPL yang akan kami manfaatkan di perpustakaan Fakultas Ilmu Admi- nistrasi Universitas Brawijaya.

Andy Fefta Wijaya Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono No 163 Malang - Jawa Timur, Indonesia

Terima kasih kami sampaikan kepada para pembaca setia Percik. Untuk dike- tahui, Percik bisa didapatkan secara cuma-cuma. Kami akan mengirimkan kepada Anda yang telah mencantumkan alamat lengkap. Sedangkan mengenai pustaka, untuk diketahui bahwa jumlah- nya sangat terbatas. Oleh karena itu, kami bisa membantu sejauh pustaka itu ada dan mencukupi. Kalau tidak, Anda perlu memperbanyaknya sendiri. Lebih jelas- nya, silakan anda menghubungi sekretari- at Pokja AMPL. Terima kasih. (Redaksi)

Percik „ Desember 2005 2 „

ILUSTRASI:RUDI KOSASIH

Wajah AMPL 2005 K EPEDULIAN M ASIH K URANG

Sektor air minum dan sanitasi masih dianggap kurang jangkau 25,5 persen penduduk di 399

kota. Sistem pengelolaan persampahan

penting. Ini terlihat dari tingkat kepedulian terhadap sek- di perkotaan melayani 32,1 persen pen- tor ini dan dampak yang muncul duduk di 384 kota. Secara nasional

selama setahun. Perubahan yang diharapkan 54,56 persen rumah tangga memiliki sa-

luran drainase yang baik, dan 31,98 per-

masih menjadi impian. sen tidak mempunyai saluran drainase

sama sekali.

Akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana AMPL masih rendah, ter- ahun 2005 hampir usai. Pem-

tampaknya juga berlalu begitu saja. T alokasi APBD untuk sektor ini pun ku- di banyak daerah distribusinya juga

utama di perdesaan. Umumnya pela- bangunan air minum dan pe-

Goals (MDGs). Perhatian pemerintah

yanan AMPL terdistribusi secara tidak nyehatan lingkungan (AMPL)

daerah bahkan lebih menyedihkan. Ber-

dasarkan survei di enam kabupaten,

merata antardaerah dan wilayah, serta

Belum ada perubahan signifikan di sek-

tidak adil dan merata di antara masya- tor tersebut. Memang bisa dimaklumi,

rang dari 10 persen, bahkan ada yang

rakat yang kaya dan miskin. Tingkat efi- karena sektor lain tak jauh berbeda alias

mendekati nol persen.

siensi pemanfaatan kapasitas terpasang jalan di tempat. Mungkin banyak alasan

sistem air bersih, baru mencapai 76 per- yang bisa dikemukakan, misalnya pe-

1.15 0.01 sen dari total kapasitas terpasang. Ini merintahan baru terbentuk, anggaran

L UMAJANG

T AKALAR

0.97 1.06 berarti bahwa terdapat 24 persen kapa- terlambat turun, mutasi birokrasi dan

K UNINGAN

1.33 1.37 sitas menganggur, yang berarti inefisi- sebagainya.

S UBANG

3.06 0.85 ensi penggunaan dana untuk pemba- Diakui atau tidak, sektor ini belum

S IKKA

7.91 0.1 ngunan prasarana tersebut. Hal ini ter- mendapat perhatian yagn memadai.

S UMBA T IMUR

utama disebabkan pembangunan di ma- Anggaran pemerintah pusat untuk per-

sa lalu yang lebih mengedepankan pen- mukiman kurang dari 10 persen. Bisa

Tak heran cakupan pelayanan

dekatan dari atas (top down) sehingga dinilai berapa persen dari jatah tersebut

AMPL tak beranjak angkanya diban-

kapasitas yang dibangun tak sesuai diperuntukkan untuk sektor AMPL-

dingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tingkat pelayanan air bersih perpipaan

kebutuhan.

yang merupakan bagian dari permu-

Proporsi keluarga di perkotaan yang kiman--, sangat kecil. Padahal, diperki-

di perkotaan mencapai 52 persen dan di

menggunakan tangki septik dan cubluk rakan pembangunan AMPL perlu dana

perdesaan 5 persen. Secara keseluruh-

memang cukup besar yakni 80,5 persen Rp 50 trilyun hingga 2015 untuk meme-

an, sistem pelayanan air limbah, baik

(tanpa memperhatikan kualitasnya), nuhi target Millennium Development

sistem setempat (on site) maupun ter-

pusat (off site) di perkotaan telah men-

BPS, 2004. Sebanyak 73,13 persen kelu-

Percik „ Desember 2005 „ Percik „ Desember 2005 „

Dalam kondisi yang demikian itu, lingkungan mengalami degradasi yang parah. Ini akibat pertambahan pen- duduk yang cepat, urbanisasi, dan in- dustrialisasi. Daerah tangkapan air mu- lai rusak. Pencemaran air terjadi. Aki- batnya ketersediaan air menjadi ma- salah yang serius. Dari segi kualitas, di beberapa daerah aliran sungai kualitas air terus menurun karena pencemaran baik yang berasal dari air limbah do- mestik maupun industri, atau pun usa-

ha lain seperti pertambangan dan peng- gunaan pestisida. Kondisi pencemaran badan air oleh berbagai sebab, khusus- nya air limbah, sudah sangat mempri- hatinkan. Sekitar 76 persen dari 52 su- ngai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sula- wesi tercemar berat oleh cemaran orga- nik, dan 11 sungai-sungai utama terce- mar berat oleh unsur amonium.

Ini semua karena ulah manusia yang tidak mengelola alam secara arif dan bi- jaksana. Penebangan liar terjadi di ma- na-mana tanpa ada tindakan tegas. Tak heran banjir dan tanah longsor terus terjadi, sama seperti tahun sebelumnya. Korban tewas, luka, dan kerugian harta benda tak terelakkan.

Pengeboran air dan pembuangan limbah industri sembarangan, terutama di kota-kota, tak memperhatikan aspek kelestarian dan daya dukung lingkung- an. Sebagai contoh Jakarta, pemanfaat- an air tanah sudah melampaui 60 per- sen ambang batas aman (safe yield). Akibatnya, pada daerah-daerah tertentu terjadi penurunan permukaan hingga lebih dari lima meter. Akibat pencemar- an oleh industri di kawasan Jakarta Utara, nilai ekonomi air di kawasan itu, yaitu Kali Cakung Dalam di Rorotan Marunda, akan terus menurun secara bertahap. Jika nilai air itu diuangkan pada tahun 2003 sebesar Rp 1,094 mil- yar, beberapa tahun kemudian hanya

akan bernilai sekitar Rp 337 juta. Per- ubahan nilai air itu yang turun selama periode 2003-2010, mengakibatkan udang, kepiting, dan kerangan-kerang- an akan keracunan mercuri air kali. Pa-

da tahun 2010, karena kadar Cd air ta- nah melebihi baku mutu, air bersih di kawasan itu tak layak lagi diminum. Se- lanjutnya pada 2028, air tak bisa lagi untuk pertanian karena kadar Hg me- lebihi ambang batas (Suara Pembaharu- an, 18/11/05).

Alam juga makin berat bebannya ka- rena sampah yang terus bertambah. La- ju timbulan sampah pertahun diperki- rakan 1,49 persen. Bagi beberapa dae- rah yang memiliki lahan, mungkin pada saat ini tidak menjadi masalah. Tapi di kota besar, sampah menjadi persoalan besar. Lihat saja Jakarta, yang saat ini kebingungan membuang sampahnya setelah TPST Bojong terus ditentang pengoperasiannya oleh warga sekitar- nya, sedangkan TPA Bantar Gebang tak bisa lagi digunakan. Bandung juga mengalami hal yang sama setelah musi- bah longsornya TPA Leuwigajah. Era otonomi ternyata melahirkan ego dae- rah, tanpa peduli dengan komunitas masyarakat dan kepentingan yang lebih

besar. Di satu sisi, kesadaran masyara- kat untuk melaksanakan 3 R (reuse, re- duce, recycle) terhadap sampah masih rendah. Mereka masih tak peduli terha- dap barang kotor ini. Perilaku masyara- kat untuk hidup bersih dan sehat masih perlu ditingkatkan.

Akses masyarakat yang rendah terha- dap sarana dan prasarana AMPL juga aki- bat masalah kelembagaan dan penegakan hukum. Lembaga atau instansi yang me- ngurusi AMPL sendiri belum menun- jukkan kinerja yang memadai dan profe- sional. Masalah manajemen, keuangan, sumber daya manusia, dan kelembagaan tak kunjung usai. Sementara penegakan hukum berjalan lemah, kalau tidak mau dibilang tidak berjalan sama sekali. Peraturan dan perundang-undangan hanya tertulis di atas kertas. Perusakan terhadap lingkungan tak terelakkan.

Kondisi buruk itu berdampak lang- sung. Aksi sama dengan reaksi, begitu hukum relativitas. Maka ketika tidak ada aksi yang signifikan dalam pemba- ngunan AMPL, reaksi yang diharapkan pun tak muncul, alias terjadi stagnasi. Itu masih lebih baik, faktanya kondisi kesehatan masyarakat-yang merupakan hasil dari sebuah proses yang terkait

Percik „ Desember 2005 4 „

FOTO: MUJIYANTO

langsung dengan asupan AMPL-makin memburuk. Ini ditandai dengan mun- culnya berbagai penyakit misalnya po- lio, demam berdarah, flu burung, diare, dan cholera. Penyakit yang terakhir ini terjadi belum lama ini tanpa terpub- likasi. Secara umum, dari 175 negara di dunia, Indonesia berada pada peringkat 112 di bidang kesehatan. Menteri Kese- hatan Fadillah Supari menilai ini pe- ringkat yang buruk, meskipun tingkat kesehatan ini lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Kondisi ini ada di depan mata. Kita tak bisa menyalahkan ini pada satu pihak. Semua pihak harus ikut bertanggung jawab. Tidak dapat di- pungkiri selama ini ma- syarakat kurang diberda- yakan dalam penyeleng- garaan AMPL sehingga keberlanjutan sarana dan prasarana AMPL tak ter- wujud. Di sisi lain, aparat pemerintah masih memi- liki pola pikir proyek dan menganggap rakyat bo- doh. Penyakit ketidakber- dayaan juga menghing- gapi para birokrat se- hingga bila tidak ada da- na, tidak ada kerja, dan tidak peduli ter- hadap kondisi rakyat yang harus dila- yaninya. Ketidakberdayaan ini menjadi penyakit kronis yang dihadapi bangsa ini.

Tantangan

Indonesia telah masuk 'jebakan' MDGs. Indonesia, dalam hal ini pe- merintah, merasa harus melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan di Jo- hannesburg, Afrika Selatan, tahun 2002 itu. Di bidang AMPL, Indonesia harus bisa mengurangi separuh, pada tahun 2015, dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar. Asumsinya, capaian itu akan berpengaruh besar

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dari sisi masyarakat, tekad peme- rintah itu sangat baik. Persoalannya adalah apakah itu realistis. Terlalu ba- nyak masalah yang dihadapi oleh negeri ini. Dalam sistem yang carut marut se- perti sekarang ini, para pengambil kebi- jakan-termasuk wakil rakyat-lebih suka hal-hal nyata yang hasilnya bisa dili- hat/dirasakan langsung. Ini tentu ber- beda dengan dampak pembangunan AMPL yang tidak serta merta terasa

atau efeknya jangka panjang. Dukungan dana bagi sektor ini pun tak bisa diha- rapkan, sekali pun dari pihak swasta mengingat begitu besarnya kebutuhan. Sementara negara kaya, yang seharus- nya menyisihkan sebagian dari Produk Domestik Bruto (PDB)-nya untuk mem- bantu negara miskin sebesar 0,1 persen, tak bisa dipegang janjinya.

Muncullah strategi baru pemba- ngunan, yang disebut pemberdayaan. Masyarakat selama ini dianggap tidak berdaya. Karenanya, masyarakat den- gan keterbatasan yang dimilikinya didorong untuk mampu membangun dirinya sendiri. Pemerintah berperan sebagai fasilitator. Rakyat 'difasilitasi'

untuk bersama pemerintah mencapai target MDGs dengan kapasitas yang dimilikinya.

Berdasarkan kajian UNSFIR (2003), Indonesia baru dapat mencapai pengu- rangan separuh dari jumlah penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sa- nitasi dasar pada tahun 2040. Diperki- rakan ada 24 propinsi yang tidak men- capai target tersebut pada tahun 2015.

Ada hal paradoks antara target dan proses. Di satu sisi, pemerintah lebih me- nekankan pembangunan AMPL itu me-

lalui proses pemberda- yaan dan itu butuh waktu yang lebih lama. Di sisi lain, target MDGs telah menjadi 'mainstream' yang ha- rus dipenuhi agar komitmen Indonesia dapat terpenuhi. Se- hingga bukan tidak mungkin pola pikir proyek yakni 'mengejar target' kembali akan berlaku.

Yang pasti, ada target atau tidak, rak- yat butuh akses air minum dan penye- hatan lingkungan demi kesejahteraan

hidup mereka. Dan ini butuh pena- nganan dan keseriusan pemerintah se- bagai pihak yang telah diberi amanah oleh rakyat untuk mengatur negara. Ini membutuhkan visi dan misi yang jelas, yang tidak tergantung pada negara atau organisasi internasional. Terobosan dan kreativitas sangat dinantikan oleh rak- yat. Makanya pemerintahpun harus berdaya untuk membangun dirinya se- hingga tidak mudah disetir oleh pihak- pihak tertentu yang memiliki misi ter- sembunyi.

Air minum dan lingkungan sehat un- tuk hidup berkualitas sangat dinantikan oleh rakyat. Tentu ini bukan sekadar slo- gan. Kapan bisa diwujudkan? „ MJ

Percik „ Desember 2005 „

FOTO: MUJIYANTO

Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

Setahun Menunggu Pengesahan

hatan lingkungan (AMPL) K berbasis masyarakat telah dua tahun

ebijakan nasional pemba- FOTO: ISTIMEWA ngunan air minum dan penye-

dilaksanakan. Kendati belum ke selu- ruh wilayah, uji coba pelaksanaannya memunculkan harapan akan penye- lenggaraan AMPL berbasis masya- rakat di masa mendatang. Namun, ke- bijakan ini belum cukup untuk men- jangkau penyelenggaraan AMPL seca- ra keseluruhan.

Di sisi lain ada tingkat kebutuhan akan sarana dan prasarana AMPL yang relatif besar. Dalam kaitan ini mau tidak mau pengelolaannya akan mengarah kepada berbasis lembaga. Kebutuhan yang besar akan memerlukan sumber daya yang besar pula untuk memenuhi- nya, baik sumber daya manusia, ke- uangan, teknologi dan yang lainnya. Atas dasar itu, pemerintah sedang me- rancang kebijakan nasional pemba-

Kebijakan umum tersebut kemudian ngunan AMPL berbasis lembaga.

sarannya i) peningkatan akses, ii) peng-

diturunkan dalam kebijakan sektor Secara persiapan, proses penyusun-

gunaan efektif, dan iii) menjamin keber-

yang terdiri atas empat sektor yakni air annya sudah selesai. Bahkan akhir De-

lanjutan.

minum, air limbah, persampahan, dan sember 2004 sebenarnya draftnya ting-

Kebijakan umum pembangunan

sektor AMPL sebagai berikut:

drainase.

gal merevisi. Tapi hingga akhir tahun

1. Mengutamakan Masyarakat Miskin

2005 ini, draft tersebut belum juga di-

dalam Peningkatan Pelayanan AMPL

Air Minum

tandatangani. Banyak kendala di sana.

Pelayanan air minum saat ini masih Ini tentu wajar karena kebijakan ini ter-

2. Menjaga Keseimbangan Antara Kebu-

sangat terbatas. Ini terjadi di perkotaan, kait dengan banyak sektor dan banyak

tuhan Penyelenggaraan AMPL dan

khususnya menimpa mereka yang eko- 'kepentingan'. Masih ada hal-hal yang

Daya Dukung Lingkungan

nominya lemah dan tinggal di daerah perlu disinkronisasikan terlebih dahulu.

3. Meningkatkan Keterlibatan Semua

kumuh. Biaya yang dikeluarkan untuk Yang pasti dengan adanya kebijakan

Pihak dalam Penyelenggaraan AMPL

kebutuhan air terkadang cukup besar ini diharapkan ada arahan bagi semua

4. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip

dilihat dari penghasilannya. stakeholder dalam melakukan kegiatan

Kepengusahaan dan Prinsip Pemulih-

Di sisi lain, daya dukung lingkungan untuk mencapai tujuan penyelenggara-

an Biaya dalam Penyelenggaraan

terhadap sumber daya air makin menu- an AMPL, yaitu meningkatkan derajat

AMPL

run. Kendati bisa diperbaharui, keterse- kesehatan masyarakat dan menunjang

5. Mengefektifkan Penegakan Hukum

diaan sumber daya air dibatasi kondisi pertumbuhan ekonomi sehingga terwu-

6. Mengembangkan Mekanisme Kerja-

geografis dan musim. Ketersediaan air judnya kesejahteraan masyarakat. Sa-

sama Antardaerah dan Antarsektor

dalam Penyelenggaraan AMPL

baku untuk air minum menjadi masalah

6 Percik „ Desember 2005 „ 6 Percik „ Desember 2005 „

Sementara PDAM yang diharapkan mampu melayani masyarakat belum bi- sa seperti yang diharapkan baik dari sisi kualitas dan kuantitas air yang ditentu- kan. Perusahaan itu masih menghadapi masalah intern baik dari sisi manaje- men, tarif, dan peraturan perundang- undangannya. Sedangkan peran swasta belum tampak.

Atas berbagai kondisi tersebut maka kebijakan sektor air minum berupa: Peningkatan kualitas dan cakupan pe- layanan dari air bersih menjadi air minum secara bertahap Meningkatkan akses pada sarana dan prasarana air minum dengan meng- utamakan masyarakat berpenghasil- an rendah dan daerah rendah akses Melibatkan konsumen dalam mendo- rong peningkatan kualitas pelayanan Pengendalian konsumsi air minum melalui instrumen peraturan dan tarif Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penanganan air baku Menerapkan prinsip kepengusahaan dan pemulihan biaya dalam pengelo- laan air minum dengan menjamin ke- butuhan dasar Meningkatkan peluang investasi da- lam penyelenggaraan air minum

Air Limbah

UU Sumber Daya Air pasal 40 mengharuskan adanya keterpaduan antara air minum dan air limbah. Namun sampai saat ini masih belum ada keseragaman konsep dalam hal penanganan air limbah. Pembangunan air minum saat ini masih berorientasi pada pengolahan air baku menjadi air minum, tetapi tidak memperhatikan buangan yang dihasilkan dari penggu- naan air minum yang akan menye-

babkan penambahan beban pence- maran air baku. Bila hal ini terus berlanjut akan menyebabkan tingginya dana yang diperlukan untuk menda- patkan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan dan pe- mulihan sumber daya air.

Di samping itu, belum adanya stan- dar perencanaan tentang sistem pela- yanan air limbah, baik itu untuk skala kawasan maupun perkotaan, menye- babkan sarana air limbah banyak yang terbangun namun tidak memenuhi sya- rat aman bagi lingkungan

Pencemaran badan air oleh berbagai sebab, khususnya air limbah sudah sa- ngat memprihatinkan. Sebanyak 76,2 persen dari 52 sungai di Jawa, Sumate- ra, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh cemaran organik, dan 11 sungai-su- ngai utama tercemar berat oleh unsur amonium. Sungai-sungai utama di per- kotaan umumnya tercemar dengan ra- ta-rata yang telah melampaui ambang batas kadar BOD sebanyak 34,48 persen dan kadar COD sebanyak 51,72 persen. Sebanyak 32,24 persen sampel air mi- num perpipaan dan 54,16 persen sam- pel air minum non perpipaan mengan- dung bakteri coli.

Diakui atau tidak, masyarakat seba- gai pembuang limbah belum begitu pe-

duli terhadap hal yang dilakukannya. Kondisi ini semakin diperparah dengan ketiadaaan/minimnya akses masyara- kat ke sarana dan prasarana air limbah. Bagi yang ada pun, kinerja pengelola dan kedudukannya secara kelembagaan masih rendah. Kepedulian pemerintah pun kurang. Ini terlihat dari minimnya anggaran dan kurangnya peraturan per- undang-undangan di sektor ini.

Untuk mengatasi berbagai persoal- an tersebut, kebijakan sektor air limbah disusun sebagai berikut:

Mendorong keterpaduan antara pengaturan sektor air minum dan air limbah Pengelolaan air limbah dilakukan un- tuk keperluan konservasi air baku Meningkatkan akses masyarakat pada sarana dan prasarana air limbah yang memadai Memprioritaskan penyediaan akses pada sarana dan prasarana air limbah untuk masyarakat miskin Penyelenggaraan air limbah dilaku- kan oleh lembaga yang ditunjuk seca- ra khusus Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penyelenggaraan air limbah Penerapan prinsip pemulihan biaya secara bertahap dalam penyelengga-

Percik „ Desember 2005 „

FOTO: ISTIMEWA

FOTO: ISTIMEWA

Drainase

Selama ini belum ada kejelasan apa- kah sistem drainase di Indonesia hanya diperuntukkan untuk pemutusan ge- nangan air hujan atau termasuk untuk penyaluran air limbah dalam suatu sis- tem tercampur. Hal ini menyebabkan masih sering dijumpainya sistem drai- nase yang juga digunakan untuk penya- luran air limbah, khususnya gray wa- ter, walaupun tidak didisain untuk sua- tu sistem tercampur. Sistem tercampur yang tidak direncanakan dengan baik berpotensi menyebabkan pencemaran badan air di daerah hilir.

Banyak pembangunan sarana drai- nase, baik yang dilakukan oleh peme- rintah, swasta ataupun masyarakat yang tidak mengikuti master plan yang ada, bahkan di beberapa kota tidak memiliki master plan drainase. Selain itu, perha- tian terhadap masalah drainase belum berdasarkan pendekatan program, baru berdasarkan pendekatan kasuistis dan

raan Air Limbah

limbah, persampahan belum mendapat

pembangunan suatu wilayah seringkali

8. Mengefektifkan Penegakan Hukum

tidak mengikuti tata ruang yang sesuai dalam Mencegah Pencemaran Sum-

prioritas yang memadai. Hanya saja ada

dengan pola aliran dan memperhatikan ber Air

harapan di tingkat masyarakat karena

sebagian masyarakat (individu maupun

kapasitas resapan.

kelompok) sebenarnya telah mampu

Drainase juga menghadapi kendala

Persampahan

pendanaan, penegakan hukum, dan ke- Laju pertumbuhan penduduk Indo-

melakukan sebagian dari sistem penge-

lembagaan. Perhatian pemerintah baru nesia yang mencapai 1,49 persen per ta-

lolaan sampah baik untuk skala indivi-

besar jika ada akibat. hun membawa konsekuensi logis pe-

dual maupun skala lingkungan. Kini

Menghadapi hal itu, kebijakan sek- ningkatan timbulan sampah perkotaan

tinggal bagaimana mendorong potensi

tor ini ditetapkan sebagai berikut: (2 - 4 persen per tahun). Laju pertum-

yang sudah ada tersebut.

1. Menetapkan kewenangan penangan- buhan itu juga diikuti perubahan kom-

Kebijakan sektor persampahan me-

an drainase oleh pemerintah, swasta, posisi dan karakteristik sampah karena

liputi:

dan masyarakat berdasarkan hirarki pertumbuhan industri dan konsumsi

1. Pengurangan sampah semaksimal

sistem drainase masyarakat.

mungkin dimulai dari sumbernya

2. Meningkatkan keterpaduan penanga- Peningkatan jumlah timbulan sam-

2. Mengedepankan peran dan partisipa-

nan drainase untuk mendukung ke- pah tidak diikuti dengan ketersediaan

si aktif masyarakat sebagai mitra da-

seimbangan tata air sarana dan prasarana persampahan

lam pengelolaan sampah

3. Memprioritaskan masyarakat miskin yang memadai sehingga sampah yang

3. Memperkuat kapasitas lembaga pe-

dan daerah padat penduduk dalam tidak tertangani menjadi sumber pence-

ngelola persampahan

penanganan drainase maran lingkungan. Kesulitan lain yang

4. Pengembangan kemitraan dengan

Semua kebijakan sektor, baik air mi- seringkali dihadapi oleh pemerintah

swasta

num, air limbah, persampahan, dan drai- daerah adalah terbatasnya lahan TPA

5. Meningkatkan tingkat pelayanan un-

nase kemudian dijabarkan dalam strategi (Tempat Pembuangan Akhir).

tuk mencapai sasaran nasional se-

pelaksanaan secara lebih rinci. Proses so- Sektor ini pun mengalami masalah

cara bertahap

sialisasi pun telah dilaksanakan melalui dalam kelembagaan, peraturan, dan

6. Menerapkan prinsip pemulihan biaya

acara talk show di televisi. Kini yang kita pembiayaan. Seperti halnya sektor air

secara bertahap

7. Peningkatan efektifitas penegakan Hukum

tunggu tinggal pengesahannya. „ (MJ)

8 Percik „ Desember 2005 „

Potret Pokja AMPL 2005

FOTO: POKJA AMPL

K 2005 memfokuskan kegiatan pada kam-

elompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Ling- kungan (AMPL) pada tahun

panye publik, operasionalisasi Kebijak- an Nasional Pembangunan AMPL Ber- basis Masyarakat di daerah dan penye- lesaian Kebijakan Nasional Penyeleng- garaan AMPL Berbasis Lembaga.

Kampanye publik bertujuan untuk memberikan pemahaman seluruh sta- keholder pembangunan sektor AMPL terhadap prinsip-prinsip kebijakan na- sional AMPL dan meningkatkan kepe- dulian, dan keterlibatan mereka dalam pembangunan sektor ini. Beberapa ke- giatan kampanye publik telah dilaku- kan adalah penerbitan Majalah Percik, pengelolaan website, electronic mailing list dan newsletter AMPL, pencetakan poster dan leaflet, pameran serta talk- show di media elektronik. Talkshow dilakukan bekerja sama dengan dua sta- siun televisi yaitu TVRI dan Metro TV

Pada tahun 2005 ini

3. Koordinasi Pelaksanaan Kebi-

membahas Kebijakan Nasional Penye-

Pokja AMPL telah membidani

jakan Pembangunan AMPL Berba-

lenggaraan AMPL Berbasis Lembaga.

penyusunan kesepakatan

sis Masyarakat dengan Mitra Pro-

Operasionalisasi Kebijakan Nasio-

kerja sama antara Pemerintah

gram.

nal Pembangunan AMPL Berbasis

Indonesia dengan Plan

4. Uji coba pendekatan Commu-

Masyarakat dilakukan melalui beberapa

nity Led Total Sanitation (CLTS).

International, sebuah lemba-

kegiatan sebagai berikut:

Uji coba dilaksanakan bekerja sama

dengan WASPOLA di enam lokasi yakni  Lokakarya Kebijakan Nasional Pem-

1. Lokakarya

ga swadaya masyarakat inter-

di Lumajang, Muaro Jambi, Sambas, bangunan AMPL Berbasis Masyara-

nasional. Ini merupakan

Bogor, Muara Enim dan Sumbawa. kat di tujuh Propinsi.

salah satu upaya pelibatan

aktif seluruh stakeholder Pendekatan CLTS cukup berhasil mening-

 Lokakarya Operasionalisasi Kebijak- katkan perilaku masyarakat untuk hidup an Nasional Pembangunan AMPL

dalam pembangunan AMPL.

bersih dan sehat. Namun, tidak semua Berbasis Masyarakat di derah untuk

lokasi uji coba memberikan hasil yang Mitra NGO dan Lembaga Terkait.

baik. Beberapa hal yang mempengaruhi  Lokakarya Kebijakan Nasional Pem-

2. Pelatihan

keberhasilan dan kegagalan pendekatan bangunan AMPL pada lokasi CWSH.

 Pelatihan Teknis AMPL

ini adalah budaya dan dukungan tokoh-  Lokakarya Sosialisasi Kebijakan

 Pelatihan Teknis ProAir

tokoh masyarakat setempat. Nasional Pembangunan AMPL Lokasi

 Pelatihan Teknis Pasca Konstruksi

Pada tahun 2005 ini Pokja AMPL WSLIC II

WSLIC 2

telah membidani penyusunan kesepa-  Lokakarya Operasionalisasi Kebijak-

 Pelatihan MPA-PHAST dan Penerap-

katan kerja sama antara Pemerintah an Nasional Pembangunan AMPL

annya dalam Perencanaan dan Moni-

Indonesia dengan Plan International, Berbasis Masyarakat di Daerah.

toring Proyek AMPL Berbasis Masya-

rakat

sebuah lembaga swadaya masyarakat

Percik „ Desember 2005 „

FOTO:MUJIYANTO

internasional. Kesepakatan ini ditu- angkan dalam MoU yang telah ditanda- tangani oleh Deputi Infrastruktur Bappenas dan Country Director Plan International Indonesia pada tanggal 19 Oktober 2005. Kerja sama ini merupa- kan salah satu upaya pelibatan aktif se- luruh stakeholder dalam pembangunan AMPL.

Kegiatan penyusunan Kebijakan Nasional Penyelenggaraan AMPL Ber- basis Lembaga telah menghasilkan draft ketiga revisi ketiga. Draft doku- men kebijakan telah disosialisasikan kepada pejabat-pejabat eselon 1 di Ditjen Bangda, Depdagri, Ditjen PMD Depdagri, Ditjen PP dan PL, Depkes dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Rencana 2006

Rencana kerja Pokja AMPL pada tahun 2006, mencakup kampanye pub- lik, operasionalisasi Kebijakan Nasio-

pada tahun sebelumnya seperti CLTS nal Pembangunan AMPL (Berbasis Ma-

dan SANIMAS. syarakat dan Berbasis Lembaga) serta

Pada tahun 2006,

penyusunan pedoman.

akan dilakukan penyusunan

 Lokakarya Strategi Komunikasi

Disadari bahwa keberhasilan pelak- publik tidak banyak berubah diban-

Pada tahun 2006, kegiatan kampanye

strategi komunikasi

sanaan Kebijakan Nasional Pemba- dingkan dengan tahun sebelumnya. Ke-

yang akan diawali dengan

ngunan AMPL sangat dipengaruhi oleh giatan ini meliputi penerbitan Majalah

sebuah lokakarya untuk

penerapan strategi komunikasi kebijakan Percik, pengelolaan website, electronic

yang efektif, pada tahun 2006, akan mailing list dan newsletter AMPL, pen-

model komunikasi sebagai

dilakukan penyusunan strategi ko- cetakan poster dan leaflet, pameran serta

dasar pengembangan

munikasi yang akan diawali dengan se- talkshow di media elektronik. Diharapkan

strategi komunikasi

Kebijakan Nasional buah lokakarya untuk model komunikasi

pada tahun 2006 ini volume penerbitan sebagai dasar pengembangan strategi Majalah Percik dapat ditingkatkan. Hal ini

Pembangunan AMPL Berbasis

komunikasi Kebijakan Nasional Pemba- mengingat semakin besarnya minat kha-

ngunan AMPL Berbasis Masyarakat dan layak terhadap majalah ini.

Masyarakat dan

Berbasis Lembaga. Operasionalisasi Kebijakan Nasio-

Berbasis

Kegiatan penyusunan pedoman pa- nal Pembangunan AMPL akan dilaku-

Lembaga.

da tahun 2006 akan diarahkan untuk kan melalui beberapa kegiatan seperti:

menghasilkan berbagai petunjuk pelak-

 Pertemuan Koordinasi Kebija-

sanaan dan petunjuk teknis serta modul

kan Nasional Pembangunan  Pelatihan

teknis CWSH.

AMPL

Tahun 2006 merupakan tahun perta- Pertemuan Koordinasi Kebijakan

Kegiatan-kegiatan pelatihan pada

ma realisasi kesepakatan kerja sama antara Nasional Pembangunan AMPL ditu-

tahun 2006 ditujukan untuk mening-

Pemerintah dengan Plan International. jukan untuk peningkatan koordinasi,

katkan kapasitas para pelaku operasio-

Beberapa lingkup kerjasama yang akan konsultasi dan supervisi pelaksanaan

nalisasi Kebijakan Nasional Pembangun-

dilaksanakan adalah uji coba penerapan kebijakan dalam rangka pengembangan

an AMPL dengan berbagai pengetahuan

kebijakan nasional AMPL, pelatihan-pela- rencana tindak pokja AMPL Pusat,

dan ketrampilan yang dibutuhkan serta

tihan, pengembangan resource center dan Pokja propinsi dan Pokja kabupaten.

untuk mempersiapkan replikasi berbagai

pendekatan yang telah diujicobakan

penyusunan strategi komunikasi. „ (AK)

10 Percik „ Desember 2005 „

G agasan reformasi kebijakan sek-

tor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) dikem-

bangkan dalam rangka menciptakan pe- ningkatan akses pelayanan AMPL yang lebih baik dan tepat sasaran. Pentingnya implementasi pembangunan yang lebih efisien, tepat sasaran, berpihak kepada masyarakat miskin, peningkatan par- tisipasi publik, peran serta perempuan, adalah beberapa dari sejumlah perhatian yang mendasari arah perubahan ke- bijakan sektor AMPL.

Sejak digagas pada tahun 1998, WASPOLA (Water and Sanitation Po- licy and Action Planning) mendorong percepatan ke arah perubahan itu. Ken- dati pada awalnya gagasan reformasi kebijakan sektor belum begitu akrab di kalangan birokrat, dan ditambah lagi minimnya pembelajaran nasional yang dapat dijadikan acuan, namun proses reformasi itu tetap berlangsung dan mendapat dukungan dari berbagai ka- langan. Enam departemen terkait telah menyatakan komitmennya untuk im- plementasi kebijakan AMPL berbasis masyarakat.

Tahun 2005, merupakan tahun ke-2 pelaksanaan WASPOLA 2 sete- lah WASPOLA 1 berakhir di tahun 2003, yang masih mewarnai refor- masi kebijakan AMPL, yang berlang- sung pada proses koordinatif yang dinamis.

Reformasi dan Implementasi Ke- bijakan

Tahun 2005, Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kebijakan Berba- sis Masyarakat, KBM) diimplementasi- kan pada 21 kabupaten di 7 propinsi (tabel 1).

Sejumlah pengalaman dapat dipetik dari proses implementasi di 21 kabupa-

ten tersebut. Pengalaman pelaksanaan pembangunan AMPL selama ini dapat dijadikan sebagai alasan kuat untuk me- lakukan reformasi kebijakan di daerah. Ketidakberfungsian sarana, inefisiensi, dan pembangunan yang tidak tepat sasaran adalah beberapa contohnya. Setidaknya, tercatat dua hal penting mengapa reformasi kebijakan ini pen- ting, pertama, (i) pelayanan AMPL se- ring dipahami sebagai penyediaan sarana AMPL dan kedua (ii) anggaran yang tersedia untuk mengembangkan sarana AMPL sangat terbatas, dan kare- nanya perlu keterlibatan pihak non- pemerintah. Dukungan fasilitasi WASPOLA terhadap implementasi kebijakan, pada konteks ini adalah men- jembatani transfer informasi dan pe- ngetahuan, agar pelayanan itu tidak sekadar membangun sarana, tetapi lebih dari itu, yakni keberlanjutan. Keberlanjutan diawali oleh perubahan paradigma untuk menuju kesinam- bungan pembangunan dalam aspek ke- lembagaan, keuangan, sosial, teknis dan lingkungan. Selain itu, dukungan juga diberikan dalam rangka membangun si- nergi antara pemerintah dan non-pe- merintah agar pelayanan AMPL dapat

berlangsung berdasarkan komitmen bersama dan peranan berbagai pihak. Pelibatan ini akan membangun tang- gung jawab kalangan, tidak saja dalam pembiayaan operasi dan pemeliharaan tetapi mungkin saja investasi. Beberapa contoh pelaksanaan pembangunan yang diinisiasi dengan konsep demand-driven dan pendekatan tanggap kebutuhan, telah menunjukkan bahwa sesungguh- nya terdapat potensi tersembunyi di te- ngah masyarakat, baik dana, kemampu- an dan komitmen. Prinsip-prinsip kebi- jakan yang dibangun dengan semangat kebersamaan dan komitmen perubah- an, dari penyedia ke fasilitator, seyog- yanya ditunjukkan pada implementasi pembangunan sektor AMPL, oleh pe- merintah pusat dan daerah.

Peningkatan Kapasitas, Kebutuh- an Penyelenggaraan AMPL

Pada pengalaman fasilitasi penyu- sunan kebijakan di daerah, terutama pada konteks reformasi kebijakan AMPL, peningkatan kemampuan sum- ber daya merupakan kebutuhan yang melekat pada reformasi itu sendiri. Isu- isu keberlanjutan dan pelayanan tang- gap kebutuhan merupakan tema pen- ting yang memerlukan kekuatan pema- haman dan komitmen sektoral. Tahun 2005, WASPOLA telah memfasilitasi interaksi masyarakat dan pemerintah dalam rangka penggalian dan tukar informasi tentang pelayanan AMPL di lapangan. Hasilnya antara lain menum- buhkan kepedulian dari kalangan peme- rintah, mendorong apresisasi terhadap peran serta masyarakat dan timbulnya rasa percaya diri masyarakat terhadap pengelolaan sarana AMPL.

Isu-isu keberlanjutan pelayanan AMPL, merupakan isu yang kerap kali disuarakan oleh pelaku pembangunan AMPL di daerah. Identifikasi Pokja

Percik „ Desember 2005 „

11

WASPOLA, Dari Prinsip ke Aksi

P ROPINSI

S UMATERA B ARAT

B ANGKA B ELITUNG

B ANTEN

J AWA T ENGAH

N USA T ENGGARA B ARAT

S ULAWESI SELATAN

G ORONTALO

K ABUPATEN

„S AWAHLUNTO S IJUNJUNG „K OTA P AYAKUMBUH

„T ANAH D ATAR „B ANGKA S ELATAN

„B ANGKA B ARAT „K OTA P ANGKAL P INANG „L EBAK „P ANDEGLANG „K OTA T ANGERANG „K EBUMEN „P EKALONAGN „G ROBOGAN „L OMBOK BARAT „L OMBOK T IMUR „S UMBAWA „P ANGKEP „T AKALAR „S ELAYAR „G ORONTALO

„B ONE B OLANGO

daerah terhadap aspek-aspek keberlan- jutan pelayanan air minum di beberapa kabupaten, menemukan beberapa va- riabel penentu keberlanjutan, dan sa- ling terkait. Sebagai contoh, pada kun- jungan lapangan ke 4 desa di Kabupaten Bone Bolango, yaitu desa Talamelito, Molintogupo, Tangga Jaya dan Illohe- luna, memperlihatkan variabel yang berbeda. Ditemukan bahwa pilihan tek- nologi tidak disertai dengan pengelola- an lembaga dan keuangan serta perlin- dungan lingkungan, bahkan ditemukan bahwa keberlanjutan pelayanan AMPL juga rentan terhadap "kebijakan perso- nal" atau perilaku aparat pemerintah desa. Pelayanan air minum di Dese Lo- nuo, yang pernah mendapat apresiasi dari pemerintah dan lembaga interna- sional sebagai percontohan pelayanan air bersih, saat ini terancam tidak ber- fungsi karena lemahnya pengelolaan ke- lembagaan. Pada konteks ini, pemerin- tah daerah mencermati persoalan di la- pangan dan kemudian memberikan technical assistance untuk perbaikan pelayanan air bersih di desa itu. Hal yang mirip, terjadi di beberapa kabupa- ten dan WASPOLA mendorong proses ini tetap berlangsung. Selain itu pende- katan partisipatif, yang diperkenalkan

WASPOLA melalui pelatihan MPA- PHAST, dapat membantu kelompok kerja AMPL daerah menganalisa berba- gai persoalan di tingkat komunitas.

Analisis Pelayanan AMPL

WASPOLA mendukung pemangku kepentingan untuk melakukan penilaian terhadap pelayanan AMPL. Pada tingkat daerah, kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kajian lapangan dan pengem- bangan database, sedangkan di tingkat pusat, dilakukan melalui studi yang kom- prehensif untuk menemukenali persoalan pelayanan AMPL khususnya di era desen- tralisasi. Keseluruhan kegiatan ini, yang dilakukan di daerah dan di pusat, telah menghasilkan pembelajaran penting untuk arah perbaikan pelayanan AMPL, melalui reformasi kelembagaan, ke- uangan dan regulasi.

Langkah Menuju Prioritas AMPL

Rendahnya akses pelayanan AMPL pada pembangunan infrastruktur, dite- ngarai karena lemahnya dukungan yang diberikan pada sektor ini. Kebanyakan daerah, bahkan pusat, tidak menjadikan AMPL sebagai prioritas pembangunan, setidaknya terlihat dari proporsi peng- anggaran, kejelasan kelembagaan dan

ketersediaan sumber daya. Di beberapa daerah, rencana strategis daerah (Ren- strada), AMPL dimasukkan sebagai ba- gian dari komponen lain, misalnya pe- rumahan atau kesehatan. Dalam kon- teks ini, penyiapan rencana strategis AMPL merupakan bagian dari upaya menempatkan AMPL sebagai prioritas pembangunan. Dukungan teknis WAS- POLA dalam penyusunan rencana stra- tegis AMPL mendapat apresiasi dari pokja daerah. Renstra ini disusun dalam rangka penyiapan rencana kerja jangka panjang dan menengah yang sejalan de- ngan Renstrada. Formulasi visi, misi, identifikasi faktor internal/eksternal, perumusan mandat, analisa SWOT, isu strategis dan penyusunan program stra- tegis adalah beberapa materi yang perlu diketahui dalam penyusunan renstra. Keterlibatan pemangku kepentingan secara luas dan langsung, adalah ciri yang didorong WASPOLA dalam penyu- sunan renstra AMPL di berbagai dae- rah. Daerah yang telah memiliki renstra akan lebih maju mempersiapkan ren- cana komprehensif pembangunan AMPL dalam rangka pencapaian target MDGs, dan peluang kemitraan strategis dengan berbagai pihak. Menempatkan AMPL sebagai prioritas akan meng- hemat daerah untuk investasi biaya sosial penanggulangan dampak akibat buruknya pelayanan air minum dan sa- nitasi termasuk kesehatan.

Kebijakan Lembaga, Menjawab Pasar

Sebagai bagian dari reformasi kebi- jakan, ketersediaan kebijakan untuk pengaturan pelayanan AMPL oleh lem- baga, disadari semakin penting. Keber- adaan PDAM di hampir seluruh Indonesia, ternyata tidak berkorelasi langsung dengan peningkatan akses pe- layanan air minum. Data PU mencatat cakupan layanan air minum perkotaan berkisar 39 persen, sedangkan PDAM berada di 306 kabupaten (70 persen) di Indonesia . Hal ini terjadi karena cakup- an layanan masing-masing PDAM terse-

Percik „ Desember 2005 12 „

FOTO:ISTIMEWA

but masih sangat rendah, sedangkan untuk mengembangkan daerah layanan kemampuan terbatas. Belum lagi ditam- bah dengan persoalan utang yang melilit hampir seluruh PDAM. Pada sisi lain, swasta telah menunjukkan upaya yang serius untuk berpartisipasi pada pelanan sektor AMPL. Catatan salah sa- tu LSM di Solo, menunjukkan saat ini telah ada 23 PDAM yang siap bekerja- sama dengan swasta. Sejalan dengan itu, untuk menjaga iklim investasi tetap berlangsung dan sekaligus memberi ja- minan pelayanan pelanggan khususnya masyarakat tidak mampu, maka diper- lukan kebijakan yang komprehensif dan dapat mengakomodasi berbagai kepen- tingan. Tantangan inilah yang sedang dijawab oleh pemerintah melalui penye- diaan kebijakan nasional pembangunan sektor AMPL berbasis lembaga. Upaya WASPOLA untuk memfasilitasi proses formulasi telah dilakukan sejak tahun 2003, dan lebih intensif lagi pada tahun 2004-2005. Keterlibatan berbagai sek- tor, baik pemerintah, swasta, LSM, per- guruan tinggi, asosiasi sangat terasa pa-

da proses formulasi ini. Kebijakan ber- basis lembaga ini disusun lebih kom- prehensif dengan struktur dan konsep yang lebih kuat. Dibagi atas kebijakan umum dan kebijakan sektor yang terdiri dari air minum, air limbah, drainase dan persampahan. Namun sebagai sua- tu proses, kebijakan ini memerlukan dukungan dan penerimaan dari berba- gai kalangan, khususnya daerah dan ka- langan swasta, agar menjadi kebijakan bersama dan dapat diimplementasikan segera. Untuk pencapaian target MDGs, pemerintah harus secara cepat meng- gandeng berbagai kalangan yang peduli terhadap pelayanan AMPL, khususnya swasta dan sekaligus menciptakan iklim yang kondusif terhadap kebutuhan in- vestor agar kemitraan itu dapat terjalin.

Sanitasi, Gerbong Belakang Sarat Penumpang

Sanitasi, ketika masih dipikirkan terpisah dari pembangunan air minum,

yang diibaratkan pada kereta api adalah kereta tua yang berjalan terseok-seok. Pembangunannya selalu tertinggal di- banding air minum. Namun ketika loko disatukan, sanitasi dan air minum harus dilakukan secara integral, ternyata sani- tasi hanya ditempatkan pada gerbong paling belakang yang sarat penumpang, yang tidak pernah bisa melewati ger- bong depannya. Model yang mirip terja- di pada pembangunan sanitasi, tetap tertinggal tetapi memiliki banyak isu dengan dampak luas. Hal itu semakin nyata, bila menilik anggaran yang di- alokasikan daerah untuk sektor sanitasi. Dalam konteks ini, WASPOLA mendo- rong penerapan perubahan cara pan- dang terhadap pembangunan sanitasi. Melalui pendekatan CLTS (Community Led Total Sanitation) pembangunan sanitasi lebih memerlukan perubahan sikap, baik pemerintah maupun ma- syarakat, agar pemerintah tidak lagi se- harusnya sebagai penyedia, dan ma- syarakat tidak lagi sekedar pengguna. Perubahan cara pandang ini akan men- ciptakan perubahan tingkah laku yang akhirnya merangsang kebutuhan dan inovasi. Pada SANIMAS (sanitasi oleh masyarakat), pelibatan dan partisipasi publik merangsang tumbuhnya rasa memiliki dan willingness to pay. Dua dari sekian konsep pembangunan sani- tasi ini adalah konsep yang diperke- nalkan WASPOLA agar sanitasi tidak lagi menjadi gerbong belakang yang sarat penumpang.

Promosi dan Kemitraan, Upaya untuk Mencapai Hasil

Kebijakan, sebagai suatu hasil pu- blik dan sebagai suatu proses, harus se- nantiasa dipromosikan atau terdisemi- nasi secara berkelanjutan. WASPOLA dan Pokja AMPL, telah berada di jalur itu. Keterlibatan pada berbagai kegiat- an, lokal, nasional, regional dan inter- nasional telah dilakukan, dalam rangka membangun rasa tahu, peduli, komit- men dan ownership. Bersama Pokja kabupaten dan propinsi, kebijakan telah

didiseminasikan ke pemangku kepen- tingan lokal. Kemitraan dengan LSM, perguruan tinggi, swasta juga dilakukan dalam rangka membangun sinergi dan dukungan kapasitas. Beberapa kegiatan yang diikuti oleh WASPOLA, telah menunjukkan fakta yang mengesankan, misalnya di 2 kegiatan pameran, stand dikunjungi kurang lebih 200 orang dan mendiskusikan isu-isu seputar AMPL

B EBERAPA KEGIATAN WASPOLA PADA TAHUN 2005

„J ANUARI 2005 „ Penyusunan desain kegiatan dukung- an WASPOLA terhadap pengembang- an kebijakan di lokasi WSLIC dan CWSH. Rasionalisasi Rencana Kerja WASPO- LA tahun 2005 Persiapan uji coba CLTS

„P EBRUARI 2005 „ Lokakarya konsolidasi operasionali- sasi Kebijakan Nasional berbasis ma- syarakat, tanggal 15-17 Pebruari 2005 di Surabaya. Lokakarya pengembangan strategi komunikasi, tanggal 17 Pebruari 2005, Surabaya. Kick off, uji coba pendekatan CLTS di Indonesia.

„M ARET 2005 „ Penilaian kesiapan propinsi dalam operasionaliasasi kebijakan nasional Roadshow kebijakan nasional berba- sis lembaga kepada kementerian ling- kungan hidup, tanggal 29 Maret 2005 Kegiatan lapangan studi analisis pelayanan AMPL di era desentralisasi Tujuh orang anggota Pokja AMPL dan WASPOLA menghadiri Water Week 2005, di Washington, Amerika Seri- kat, pada tanggal 28 Pebruari-3 Maret 2005 Presentasi Kebijaan nasional AMPL pada seminar dan pameran Indowa- ter 2005, tanggal 30 Maret 2005.

Percik „ Desember 2005 „

13

Percik „ Desember 2005 14 „

„A PRIL 2005

WASPOLA dan Pokja AMPL berpar- tisipasi pada WSP retreat di Guilin, China, tanggal 4-6 April 2005 WASPOLA dan Pokja AMPL, berpar- tisipasi pada pameran World Water Day, di kompleks PU Jakarta. Diha- diri lebih dari 200 pengunjung Partisipasi pada Pencanangan Gerak- an Kemitraan Penyelamatan Air, 28 April 2005, di istana presiden

„M EI 2005