pengambilan keputusan dalam keluarga minangkabau (5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

...............................................................................................................................1

BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................................................................2
Latar Belakang .......................................................................................................................2
Rumusan Masalah ..................................................................................................................2
Tujuan

....................................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN .......................................................................................................................3
Pengertian Pengambilan Keputusan
Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

......................................................................................3
....................................................................................4


Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan di Sekolah

..........................................................4
...............................................................5

......................................................................................6

BAB III
PENUTUP .................................................................................................................................8
Kesimpulan ............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................9

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari setiap tindakan manusia sesungguhnya didasari oleh
keputusan yang diambil. Mulai dari aktifitas individual hingga aktifitas organisasi. Akan tetapi,
karena keputusan-keputusan tersebut telah rutin diambil, maka biasanya seseorang atau kelompok
organisasi tidak lagi berlama-lama berfikir untuk menetapkan keputusan tersebut. Seolah-olah
setiap tindakan dilakukan begitu saja secara alami tanpa pertimbangan. Padahal sesungguhnya
tidaklah sepenuhnya seperti ini.
Bukan perkara mudah untuk mengambil sebuah keputusan. Terutama untuk seorang
pemimpin. Keputusan yang diambil haruslah mampu mencakup atau menjadi penghubung
berbagai pendapat yang ada di dalam organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. Keputusan yang
dihasilkan tentu keputusan yang terbaik. Untuk itu diperlukan pertimbangan yang sangat matang.
Dalam organisasi pastilah akan muncul berbagai argumen. Disitulah letak kesulitan saat
pengambilan keputusan. Keputusan yang akan diambil tentunya merupakan keputusan terbaik dan
juga sudah dipertimbangkan secara matang.
Jadi dibutuhkan beberapa aspek yang bisa memudahkan proses pengambilan keputusan.
Itulah yang melatar belakangi penulisan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.


Apa pengertian pengambilan keputusan?
Apa dasar-dasar pengambilan keputusan?
Apa faktor- faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan?
Bagaimana proses-proses pengambilan keputusan?

5. Bagaimana pengambilan keputusan dalam lingkup sekolah?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan.
Untuk mengetahui dasar-dasar pengambilan keputusan.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Untuk mengetahui proses-proses pengambilan keputusan.
Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dalam lingkup sekolah.


2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari beberapa
alternatif untuk pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan sangat erat hubungannya dengan seluruh kegiatan organisasi.
Meliputi seluruh fungsi manajemen dalam organisasi. Lembaga-lembaga pendidikan juga tidak
akan lepas dari proses pengambilan keputusan.
Semakin banyak informasi-informasi yang dikumpulkan dan dianalisis secara rinci, maka
semakin banyak pertimbangan yang bisa dipakai sehingga akan menghasilkan keputusan yang
baik. Contohnya seseorang yang akan membeli handphone. Ia akan membandingkan antara merek
satu dengan merek yang lainnya, membandingkan harganya, membandingkan kualitasnya, serta
modelnya. Dan untuk mengambil keputusan mungkin ia akan memerlukan waktu beberapa jam,
bahkan beberapa hari sebelum menjatuhkan keputusan.
Sehingga memang pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan
pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat
keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif

yang akan dipilih, dan sampai pada pengambilan keputusan terbaik dalam organisasi tersebut.
Proses pengambilan keputusan secara rasional dan ilmiah pada dasarnya meliputi
beberapa hal, yaitu pemahaman dan perumusan masalah, pengumpulan dan analisa data yang
relevan, pengembangan alternatif-alternatif, pemilihan alternatif terbaik, implementasi keputusan,
dan evaluasi hasil keputusan.
Kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan
administrasi yang dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat
segera terpecahkan dan terselesaikan. Sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan
efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi.
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil dari proses yang membawa
pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses
pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan. Keputusan dibuat berguna untuk
mencapai tujuan tertentu.
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yakni
keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.
Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang
kali dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat
manajemen yang lebih tinggi.
Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu

kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul.
3

Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakekat
dan dampaknya.
B. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat dibutuhkan dalam mengimplementasikan fungsi dasar
manajemen. Seorang pemimpin tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen
(planning, organizing, actuating, dan controling), tanpa pengambilan keputusan.
Menurut George Terry (dalam Hasan, 2002:12-13) dasar-dasar pengambilan keputusan
adalah :
a. Intuisi

b.

c.

d.

e.


Intuisi merupakan pengambilan keputusan berdasarkan perasaan subjektif
dari pengambil keputusan. Sehingga sangat dipengaruhi oleh sugesti dan faktor
kejiwaan.
Rasional
Rasional ialah pengambilan keputusan yang bersifat obyektif, logis,
transparan, dan konsisten karena berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang.
Fakta
Pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta ialah didasarkan pada
kenyataan objektif yang terjadi sehingga keputusan yang diambil dapat lebih sehat,
solid, dan baik.
Wewenang
Pengambilan keputusan ini didasarkan pada wewenang dari manajer yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dari bawahannya.
Pengalaman
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengalaman seorang manajer.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ialah sebagai berikut :
a. Kedudukan

Dalam rangka pengambilan keputusan, posisi / kedudukan seseorang dapat
dilihat dalam hal letak posisi. Dalam hal ini apakah sebagai pembuat keputusan,
penetu keputusan, atau staf.
b. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk
tercapainya tujuan yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan,
direncanakan, atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
c. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu
sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita,
beserta apa yang hendak kita perbuat.
d. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama
menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
e. Tujuan

4

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan),
tujuan organisasi, maupun tujuan usaha pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang

ditentukan merupakan tujuan antara subyektif atau obyektif.
D. Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Dalam arti mendasar sebenarnya pengambilan keputusan sudah mengandung arti adanya
pemecahan masalah. Setiap keputusan digunakan untuk memecahkan ataupun mengurangi
masalah dalam sebuah organisasi. Dalam pemecahan masalah ada beberapa langkah maupun
proses pengambilan keputusan dalam organisasi, yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah
Masalah-masalah dalam organisasi biasanya cukup banyak, terkadang
bercampur dengan berbagai masalah lain sehingga terlihat sulit dan seolah-olah tidak
dapat terselesaikan. Untuk berbagai masalah yang muncul, perlu adanya uraian
masalah sehingga jelas masalah-masalah yang akan dikaji dan jelas batas-batasnya.
b. Merumuskan Masalah
Seorang pemimpin harus tanggap dan sensitif terhadap maslah yang muncul
dalam organisasinya. Langkah ini merupakan yang paling kritis dalam pengambilan
keputusan karena jelas atau tidaknya rumusan masalah akan mempengaruhi
pemahaman anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
c. Menentukan Alternatif
Untuk langkah ini perlu diingat faktor yang menyebabkan timbulnya masalah
dan hal yang berkenaan dengan hadirnya masalah yang akan dipecahkan. Dari
beberapa alternatif yang ada, harus dipilih satu alternatif yang paling tepat untuk

dijadikan keputusan. Pemilihan alternatif harus mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan
alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa
yang akan datang.
d. Mengidentifikasi Konsekuensi dari Pengambilan Keputusan Setiap Alternatif
Antisipatif terhadap akibat dari pemilihan alternatif ini barangkali merupakan
aspek yang paling menyulitkan dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini banyak
faktor yang harus dipertimbangkan. Setiap langkah pengambilan keputusan tentu
mrngandung akibat. Misalnya seorang kepala sekolah harus mempertimbangkan hasil
keputusan yang akan diambil, dengan mengambil keputusan pengadaan peralatanperalatan sekolah untuk keperluan sekolah. Apakah dengan peralatan tersebut
nantinya bisa mendukungkesuksesan belajar yang maksimal atau tidak.
e. Memilih Alternatif Yang Baik
Apabila sudah dipertimbangkan mengenai antisipasi terhadap akibat yang
mungkin timbul disebabkan karena pengambilan alternatif yang diajukan, seorang
pemimpin organisasi sebaiknya selalu membuat pertimbangan untuk dijadikan
sebagai pemecah masalah. Bila orang yang menentukan pilihan ini tidak sendirian
dan jumlah alternatif yang diajukan banyak dan memusingkan, maka dalam hal ini
harus diadakanpenentuan berdasarkan skala prioritas sebuah lembaga atau organisasi.
f. Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan

telah selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati apakah sesuai dengan apa
yang diharapkan atau tidak. Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan

5

dengan benar tetapi hasil yang dicapai tidak maksimal, maka sudah waktunya untuk
mempertimbangkan kembali pemilihan alternatif lainnya.
E. Pengambilan Keputusan Di Sekolah
Dilihat dari fungsi kepala sekolah sebagai manajer atau pemimpin sekolah, maka salah
satu fungsi yang harus dilakukan adalah sebagai pengambil keputusan. Dalam kaitannya dengan
fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki pandangan tertentu dalam memberi kesempatan kepada
guru untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Ada beberapa model gaya pengambilan keputusan yang biasa diterapkan oleh seorang
pemimpin yang juga biasa diterapkan oleh seorang kepala sekolah dalam lingkungan sekolah,
yakni :
a. Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada bawahannya.
Model ini terlihat bahwa otoritas yang dipergunakan atasan terlalu dominan,
sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit sekali.
b. Pemimpin menjual keputusan. Pada gaya ini pemimpin masih dominan. Bawahan
belum banyak dilibatkan.
c. Pemimpin menyampaikan ide-ide dan mengundang pertanyaan. Dalam model ini
pemimpin sudah menunjukkan kemajuan. Otoritas mulai berkurang dan bawahan
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan mulai
dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
d. Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat
dirubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pengambilan keputusan.
Otoritas pelan-pelan mulai berkurang.
e. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan mengambil keputusan.
Pada gaya ini otoritas yang dipergunakan sedikit. Sedangkan kebebasan bawahan
dalam berpartisipasi mengambil keputusan sudah lebih banyak dipergunakan.
Pemimpin merumuskan batas-batasnya dan meminta kelompok bawahan untuk
mengambil keputusan. Partisipasi bawahan sudah lebih dominan.
f. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas
yang telah dirumuskan oleh pemimpin.
Dalam menganalisis hubungan antara pemimpin dan bawahan didasarkan pada gaya
kepemimpinan menurut teori Hersey-Blanchard ada empat gaya , yakni :
a. Gaya memberitahukan (G 1)
Perilaku pemimpin yang tinggi dalam pengarahan akan tetapi rendah
dukungan dari bawahan. Pola yang muncul adalah instruksi. Pemimpin dalam pola ini
masih dominan, sedangkan bawahan partisipasinya sangat minim. Pengambilan
keputusan sepenuhnya berada pada pemimpin.
b. Gaya ”menjual” (G 2)
Perilaku pemimpin yang tinggi dalam pengarahan dan dukungan yang tinggi
dari bawahan. Pola yang muncul adalah konsultasi. Dalam pola ini peranan pemimpin
masih besar, tetapi sudah memberikan dan mendorong partisipasi dari bawahan. Akan
tetapi pengambilan keputusan tetap masih berada pada pemimpin.
c. Gaya mengajak bawahan berperan serta (G 3)

6

Perilaku pemimpin yang tinggi dalam dukungan akan tetapi rendah dalam
pengarahan. Pola yang muncul dalam pengambilan keputusan adalah partisipasi
karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang
secara bergantian. Dalam pola ini pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide.
Komunikasi dua arah dimungkinkan, peran pemimpin adalah aktif mendengar.
Tanggung-jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar
berada pada pihak bawahan.
d. Gaya pendelegasian (G 4)
Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan. Pola yang
muncul adalah delegasi. Pemecahan masalah diserahkan sepenuhnya kepada
bawahan. Peran bawahan sangat dominan akan tetapi mereka kurang atau bahkan
tidak mendapat pengarahan dari pemimpin.
Sehubungan dengan peran guru dalam pengambilan keputusan di sekolah ada dua konsep
yang perlu dikaji, yakni persepsi dan aspirasi.
Persepsi merupakan proses yang digunakan individu dalam mengelola dan menafsirkan
kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Dalam
konteks teori ini peran serta para guru adalah bagaimana mereka mempersepsikan pandangan,
penghayatan, perasaan mereka sebagai sesuatu yang bermakna dan dapat disumbangkan bagi
kemajuan pembelajaran dan sekolah.
Konsep kedua adalah aspirasi. Aspirasi dalam bahasa Inggris aspiration yang berarti citacita, keinginan. Jadi aspirasi guru dan staf adalah keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan oleh para guru dan staf sekolah untuk dipenuhi guna peningkatan kesejahteraan
kerja dalam rangka mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di sekolah.
Aspirasi guru dan staf sekolah pada umumnya ada yang tinggi dan ada yang rendah. Ada
faktor-faktor yang menimbulkan tinggi rendahnya tingkat aspirasi. Faktor yang menyebabkan
aspirasi tinggi adalah : (1) pengalaman sukses, (2) tugas-tugas yang sukar menuntut kerja keras,
(3) merasa terkontrol oleh diri sendiri, (4) tugas-tugas yang relevan dengan kebutuhan akademis
maupun jabatan yang diharapkan, (5) infromasi yang berguna, (6) kelompok orang yang
homogen, (7) tujuan yang realistik untuk dicapai.
Sedangkan faktor yang menyebabkan aspirasi rendah adalah : (1) pengalaman gagal, (2)
tugas-tugas yang mudah sehingga dengan usaha yang sedikit dapat menyelesaikannya, (3)
tergantung oleh kontrol orang lain, (4) tugas-tugas yang dirasakan relevan dengan kebutuhan
akademik maupun jabatan yang diharapkan, (5) informasi dirasakan tidak berguna, (6) kelompok
yang heterogen, (7) tujuan yang tidak realistik.
Ada tiga tingkatan pengambilan keputusan dalam lingkup sekolah di mana para guru
dapat berpartisipasi, yakni ; (1) pengambilan keputusan oleh guru sebagai individu, (2)
pengambilan keputusan dibuat secara bersama antara kepala sekolah dan guru, (3) pengambilan
keputusan secara bersama dari para guru, kepala sekolah, orang dan siswa.

BAB III
7

PENUTUP

Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang sangat menentukan dalam suatu
organisasi. Pengambilan keputusan merupakan esensi/inti dari kepemimpinan. Seorang pemimpin
disebut pemimpin apabila dapat dan mampu mengambil keputusan.
Keputusan merupakan hasil akhir yang dihasilkan dari proses diskusi secara matang oleh
pemimpin dengan bawahannya ataupun koleganya. Setiap keputusan yang baik maka akan
memberi dampak yang baik pula ke depannya.
Proses pengambilan harus dilakukan secara rinci dan bertahap agar mendapatkan opsi
yang tepat. Diawali dengan identifikasi masalah, dilanjutkan dengan perumusan masalah. Setiap
masalah dikumpulkan untuk dicari beberapa alternatif kemudian dipilih alternatif terbaik dan
kemudian dihasilkan keputusan yang baik.
Seorang pemimpin dituntut untuk bisa membuat keputusan-keputusan yang seadiladilnya. Demikian halnya dengan kepala sekolah yang merupakan pemimpin di dalam lingkup
sekolah. Seorang kepala sekolah dituntut untuk membuat kebijakan yang tepat demi kelancaran
proses belajar di sekolah, ataupun demi kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Untuk itu seorang
kepala sekolah haruslah orang yang benar-benar mumpuni.
Seorang kepala sekolah harus mampu merangkul setiap elemen yang ada di sekolah untuk
diajak bekerja sama untuk mendapatkan kebujakan yang tepat di sekolah. Setiap warga sekolah,
baik guru, staf TU, ataupun siswa diberikan hak yang sama oleh kepala sekolah dalam hal
penyampaian aspirasi. Saat itulah seorang kepala sekolah yang kompetitif mampu mengumpulkan
setiap aspirasi yang masuk dari warga sekolah lalu kemudian menyaringnya dan menghasilkan
keputusan terbaik demi kemaslahatan warga sekolah.
Sebagaimana sudah dijelaskan diatas bahwa pengambilan keputusan yang benar haruslah
melalui beberapa tahap. Saat tahap-tahap itu dilalui dengan sebaik-baiknya maka keputusan
terbaikpun akan dihasilkan. Keputusan yang baik akan akan membawa dampak yang baik pula
kedepannya.

8

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, I., 2002, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah,
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Siagian, S.P., 1993, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan,
Jakarta: CV Haji Masagung.
http://daqoiqul.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-pengambilan-keputusan.html
http://meyka.blogdetik.com/2013/05/11/pengambilan-keputusan-dalam-manajemen/
http://nikotrileksono.tumblr.com/post/47086072101/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi
http://rasidiadhipati.blogspot.com/2012/02/pengambilan-keputusan-di-sekolah.html

9