PDF ini PENILAIAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP (STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR) | Efrijal | 1 PB
PENILAIAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK
UNIT PRICE MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP
(STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR)
ARTIKEL
Fhuji Thursina Efrijal
NPM. 1210018312003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2014
1
PENILAIAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE
MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP
(STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR)
Fhuji Thursina Efrijal, Nasfryzal Carlo dan Yusrizal Bakar
Program Studi Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana Universitas Bunghatta
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
For implementation of construction project, a contract is a standard bond between the project
owner as a service user (owner) with implementers/ contractor as service provider. The contract
verify form of cooperation, both in terms of technical, financial, time and in terms of law. The
contract lumpsum and unit price contract have advantages and disadvantages of each that need
to be considered for the contractor to determine the action to take on project major. Due to the
influence of the research sites, social, cultural, and geographical conditions that would affect the
risk of service providers through a lump sum contract and the unit price contract, the study aims
to review the criteria for the risk undertaken by the research Suputra and Wirantha (2009) using
the Analytic Hierarchy Process (AHP), with the expert choice software. The data collection is
done by distributing questionnaires to the experts that are experienced and have knowledge of
the issues contract lump sum contract unit price in the district Tanah Datar. Based on the result
of the risk analysis, obtained 10 criteria that factor- significant risk factor about lumpsum
contract and unit price contract, with the result of the risk priority order, the contract lumpsum
obtained is the different with field site conditions specified in the contract has a value of 0,1829
or a weight 18,29%, while in the unit contract unit price showed less procurement of additional
work (change orders) with a weight of 0,1608 or 16,08%. Therefore, be expected contractors to
understand the types of contract before starting work.
Key work: Analytic Hirarcy Process (AHP), Expert Choice, Lumpsum Contract, Unit Price
Contract
ABSTRAK
Pada pelaksanaan proyek konstruksi, kontrak merupakan ikatan baku antara pemilik proyek
selaku pengguna jasa (owner ) dengan pelaksana/kontraktor selaku penyedia jasa. Kontrak
menjabarkan bentuk kerjasama, baik dalam hal teknik, finansial, waktu maupun dari segi hukum.
Kontrak lumpsum dan kontrak unit price memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing
yang perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi kontraktor untuk menentukan tindakan dalam
mengambil pekerjaan proyek. Dikarenakan adanya pengaruh lokasi penelitian, sosial, budaya,
maupun kondisi geografis yang akan mempengaruhi risiko penyedia jasa melalui kontrak
lumpsum dan kontrak unit price, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kembali kriteria
risiko yang dilakukan oleh penelitian Suputra dan Wirantha (2009) menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP), dengan software expert choice. Pengumpulan data dilakukan
dengan penyebaran kuisioner kepada orang yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan
2
terhadap masalah kontrak lumpsum dan kontrak unit price di Kab. Tanah Datar. Berdasarkan
hasil analisis risiko tersebut, diperoleh bobot yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Urutan
skala prioritas risiko pada kontrak lumpsum didapatkan kriteria risiko yaitu perbedaan kondisi
site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak dengan bobot sebesar 0,1829 (18,29%),
sedangkan pada kontrak unit price didapatkan kriteria pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change order) dengan nilai bobot sebesar 0,1608 (16,08%). Disarankan kepada kontraktor untuk
lebih memperhatikan kriteria risiko sebelum menentukan kontrak pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Kata kunci: Analytic Hierarchy Process (AHP), Expert Choice, Kontrak Lumpsum, Kontrak
Unit Price
PENDAHULUAN
Pemerintah Kabupaten Tanah
Datar setiap tahunnya mempergunakan
bidang
jasa
konstruksi
untuk
pembangunan
infrastruktur
seperti
pembangunan gedung, jalan, irigasi, dll.
Dengan pelaku bidang usaha adalah
kontraktor- kontraktor yang telah
berpengalaman dalam bidang konstruksi.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi,
kontrak merupakan ikatan baku antara
pemilik proyek selaku pengguna jasa
(owner ) dengan pelaksana/kontraktor
selaku penyedia jasa.
Banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti- peneliti yang
membahas kriteria- kriteria risiko yang
berhubungan dengan sistem kontrak
lumpsum dan kontrak unit price. Adanya
perbedaan ini kemungkinan besar
dipengaruhi oleh lokasi penelitian,
sosial, budaya dan kondisi geografis
dimana penelitian itu dilakukan.
Menurut Gillin dalam Khrisna (2012),
menyatakan bahwa perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena
perubahan
kondisi
geografis,
kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena
adanya penemuan-penemuan baru di
dalam masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut ada kemungkinan jika suatu
penelitian dilakukan ditempat yang
berbeda akan menghasilkan kriteria
risiko yang berbeda pula.
Untuk mengetahui kriteria risiko
yang mempunyai pengaruh signifikan,
serta mengetahui kriteria yang menjadi
skala prioritas terhadap kontrak lumpsum
dan kontrak unit price, digunakan
metode Analytical Hirarchy Process
(AHP) dengan menggunakan alat bantu
expert choice.
Menurut Wikipedia (02 Maret
2014), kata proyek berasal dari bahasa
latin projectum, dari kata kerja proicere
yang artinya "untuk membuang sesuatu
ke depan". Kata awalnya berasal dari
kata pro-, yang menunjukkan sesuatu
yang mendahului tindakan dari bagian
berikutnya dari suatu kata dalam suatu
waktu(paraleldengan
bahasa Yunani πρό) dan kata iacere yang
artinya "melemparkan". Sehingga kata
"proyek" sebenarnya berarti "sesuatu
yang datang sebelum apa pun yang
terjadi". Dalam bahasa Indonesia, kata
proyek merupakan serapan dengan cara
penerjemahan dari bahasa asing project.
Menurut Budi Santoso dalam
Somantri (2005), manajemen proyek
adalah
kegiatan
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan sumber daya organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan
tertentu, dalam waktu tertentu, untuk
mencapai
sumber
daya
tertentu.
3
Manajemen proyek mempergunakan
personil perusahaan untuk ditempatkan
pada tugas tertentu dalam proyek.
Menurut Wulfram I. Ervianto
dalam Somantri (2005), manajemen
proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian,
dan
koordinasi suatu proyek dari awal
(gagasan) sampai selesainya proyek
untuk
menjamin
biaya
proyek
dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya
dan tepat mutu.
Jadi manajemen proyek itu adalah
suatu kegiatan yang ada proses
perencanaanya, untuk mengarahkan
suatu sumber daya dan mendapatkan
gagasan untuk menjamin pelaksanaan
proyek tepat waktu, biaya dan mutu.
Menurut Asiyanto (2005), dalam
perspektif kontraktor risiko adalah
kemungkinan
terjadinya
sesuatu
keadaan/peristiwa/kejadian dalam proses
kegiatan usaha, yang dapat berdampak
negatif terhadap pencapaian sasaran
usaha yang telah ditetapkan.
Secara
umum
risiko
dapat
diklasifikasikan menurut berbagai sudut
pandang yang tergantung dari kebutuhan
dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :
1) Risiko murni dan risiko spekulatif
(Pure risk and speculative risk)
Dimana risiko murni dianggap
sebagai suatu ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu luaran
(outcome) yaitu kerugian. Contoh
risiko murni kecelakaan kerja di
proyek. Karena itu risiko murni
dikenal dengan nama risiko statis.
Risiko spekulatif mengandung dua
keluaran yaitu kerugian (loss) dan
keuntungan (gain). Risiko spekulatif
dikenal sebagai risiko dinamis.
Contoh risiko spekulatif pada
perusahaan asuransi jika risiko yang
dijamin terjadi maka pihak asuransi
akan mengalami kerugian karena
harus
menanggung
uang
pertanggungan sebesar nilai kerugian
yang terjadi tetapi bila risiko yang
dijamin tidak terjadi maka perusahaan
akan meperoleh keuntungan.
2) Risiko terhadap benda dan manusia,
dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti
rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang
menimpa manusia seperti risiko hari
tua, kematian dsb.
3) Risiko fundamental dan risiko khusus
(fundamental risk and particular risk).
Risiko fundamental adalah risiko
yang kemungkinannya dapat timbul
pada hampir sebagian besar anggota
masyarakat
dan
tidak
dapat
disalahkan pada seseorang atau
beberapa orang sebagai penyebabnya,
contoh risiko fundamental: bencana
alam, peperangan. Risiko khusus
adalah risiko yang bersumber dari
peristiwaperistiwa
yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah
tidak selalu bersifat bencana, bisa
dikendalikan atau umumnya dapat
diasuransikan.
Jenis risiko pada pelaksanaan
proyek konstruksi beragam, namun tidak
semua risiko-risiko tersebut perlu
diprediksi dan diperhatikan untuk
memulai suatu proyek karena hal itu
akan memakan waktu yang lama. Oleh
karena itu pihak-pihak didalam proyek
kontruksi perlu untuk memberi prioritas
pada risiko-risiko yang penting yang
akan memberikan pengaruh terhadap
keuntungan
proyek.
Risiko-risiko
tersebut adalah (Wideman, 1992):
• External, tidak dapat diprediksi (tidak
dapat dikontrol):
4
•
•
•
•
a)Perubahan
peraturan
perundangundangan,
b)Bencana
alam: badai, banjir, gempa bumi, c)
Akibat kejadian pengrusakan dan
sabotase, d)Pengaruh lingkungan dan
sosial, sebagai akibat dari proyek,
e)Kegagalan penyelesaian proyek
External, dapat diprediksi (tetapi
tidak dapat dikontrol):
a)Resiko
pasar,
b)Operasional
(setelah proyek selesai), c)Pengaruh
lingkungan,
d)Pengaruh
sosial,
e)Perubahan mata uang, f)Inflasi,
g)Pajak
Internal, non-teknik (tetapi umumnya
dapat dikontrol):
a)Manajemen,
b)Jadwal
yang
terlambat, c)Pertambahan biaya,
d)Cash flow, e)Potensi kehilangan
atas manfaat dan keuntungan
Teknik (dapat dikontrol):
a)Perubahan teknologi, b)Risikorisiko spesifikasi atas teknologi
proyek, c)Desain
Hukum, timbulnya kesulitan akibat
dari :
a)Lisensi, b)Hak paten, c)Gugatan
dari luar, d)Gugatan dari dalam, e)
Hal-hal tak terduga
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan penelitian,
diperlukan
beberapa
instrument
penelitian baik dalam pengumpulan data
maupun pengolahan atau analisa data.
Adapun instrument yang digunakan
sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Kajian literatur ini akan diketahui
kriteria- kriteria risiko yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kontrak
lumpsum dan kontrak unit price sebagai
bahan pembanding untuk penelitian
selanjutnya. Kriteria- kriteria ini
kemudian dijadikan kuisioner untuk
dilakukan penyebaran kepada pihakpihak yang terkait langsung dengan
permasalahan yang ada.
b. Populasi dan Sampel
Populasi
sasarannya
adalah
kontraktor yang merupakan pihak-pihak
yang
terlibat
langsung
dalam
penyelenggaraan proyek konstruksi di
Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan
penentuan sampel penelitian digunakan
teknik
Malhotra
(1993)
yaitu
memberikan panduan ukuran sampel
yang diambil dapat ditentukan dengan
cara mengalikan jumlah variabel dengan
5, atau 5x jumlah variabel. Dengan
demikian jika jumlah variabel yang
diamati berjumlah 20, maka sampel
minimalnya adalah 5 x 20 = 100.
Dengan berpedoman kepada Malhotra,
maka penulis mengambil jumlah
responden (pakar) minimal yang
digunakan adalah 50 responden, karena
jumlah variabel yang dimiliki ada 10.
c. Kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan
dengan menentukan berapa sampling
responden yang menjadi pakar yang
telah berpengalaman dan mempunyai
pengetahuan dalam masalah tersebut
yaitu direktur, site manager, pelaksana
lapangan, PPK dan PPTK. Data
kuisioner penelitian berbentuk angkaangka dan bukan dinyatakan dalam
simbol. Kuisioner dirancang dengan
skala yang telah ditetapkan oleh Saaty
dalam Utamiyanti (2004) yaitu seperti
tabel dibawah ini:
5
Skala
1
Definisi
Sama-sama
disukai/penting
3
Cukup
disukai/penting
5
Lebih
disukai/penting
7
Sangat
disukai/penting
9
Mutlak
disukai/penting
2,4,6,8
Nilai-nilai
antara
Resipr
okal
Jika elemen 1
dibanding
elemen 2 adalah
skala 7, maka
elemen 2
dibanding
elemen 1 adalah
skala 1/7
Keterangan (misalkan)
Elemen 1 dan 2 samasama disukai/penting.
Elemen 1 cukup disukai/penting dibanding elemen
2.
Elemen 1 lebih disukai/penting dibanding elemen
2.
Elemen 1 sangat disukai/penting dibanding elemen
2.
Elemen 1 mutlak disukai/penting dibanding elemen
2.
Jika ragu-ragu dalam
memilih skala, misalkan
memilih sangat disukai
atau mutlak disukai.
Asumsi yang masuk akal
Setelah diketahui kriteria- kriteria
yang memiliki pengaruh signifikan
pada masing- masing jenis kontrak,
maka tahap selanjutnya adalah tahap
menganalisis data dengan menggunakan
metode Analytc Hierarcy Process
(AHP), merupakan suatu cara untuk
mempercepat pengambilan keputusan
dalam suatu susunan hirarki. Untuk itu
digunakan alat bantu yang dinamakan
expert choice, yaitu untuk menentukan
bobot dari kriteria risiko dan skala
prioritas dari masing- masing kontrak
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan tahap- tahap
seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya, maka didapatkan hasil
nilai bobot kriteria dari kontrak
lumpsum dan kontrak unit price yaitu
tergambar dalam gambar 1 dan 2
dibawah ini:
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak (X1)
Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) (X2)
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalny...
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan seb...
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner (X5)
Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran peke...
Kenaikan harga-harga di pasar (X7)
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain (X8)
Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan (X9)
Perubahan ruang lingkup pekerjaan (X10)
Inconsistency = 0.04
with 0 missing judgments.
.183
.165
.131
.118
.093
.077
.065
.061
.059
.047
Gambar 1. Grafik Bobot Kriteria Kontrak
Lumpsum
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak (X1)
Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) (X2)
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalny...
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan seb...
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner (X5)
Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran peke...
Kenaikan harga-harga di pasar (X7)
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain (X8)
Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan (X9)
Perubahan ruang lingkup pekerjaan (X10)
Inconsistency = 0.08
.147
.167
.157
.137
.108
.088
.068
.050
.043
.036
Gambar 1. Grafik Bobot Kriteria Kontrak
Unit Price
Berdasarkan grafik di atas
didapatkan nilai CR sebesar 0,0448 atau
4,48% untuk kontrak lumpsum, dan
nilai CR sebesar 0,0805 atau 8,05%
untuk kontrak unit price. Oleh karena
nilai CR lebih kecil dari 0.1 atau 10%,
maka bisa disimpulkan bahwa data
yang diambil konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan
hasil
yang
didapatkan dari proses pengolahan data,
digambarkan bahwa nilai bobot yang
paling besar berada pada posisi X1
yaitu perbedaan kondisi site lapangan
dengan yang tercantum dalam kontrak,
dengan nilai bobot sebesar 0,1829 atau
18,29% untuk kontrak lumpsum. Hal ini
disebabkan karena perubahan atau
perpindahan lokasi yang disebabkan
oleh masalah sosial seperti pada saat
6
kesulitan dalam pembebasan lahan.
Dikabupaten Tanah Datar kepemilikan
lahan tersebut kebanyakan berstatus
kepemilikan bersama seperti tanah
kaum, dan masalah tanah adalah
masalah yang sensitif bagi manusia
pada umumnya dan masyarakat
Minangkabau khususnya (Irwandi,
2010). Dan pada kontrak unit price
bobot terbesar berada pada posisi X2
yaitu pengadaan pekerjaan tambah
kurang (change order) dengan nilai
bobot 0,1608 atau 16,08%, hal ini
disebabkan
karena
berdasarkan
pengalaman yang telah dilakukan oleh
kontraktor, apabila mengalami kesulitan
dalam pembebasan lahan, maka akan
diadakan perubahan desain pada lahan
yang baru, sesuai dengan kebutuhan
owner, dan itu akan berakibat
penambahan durasi pekerjan proyek.
Apabila dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suputra
dan Wiranatha (2009) di Kota
Denpasar, nilai bobot terbesar berada
pada posisi X3 (lingkup kerja yang
tidak lengkap, tidak sesuai dengan
gambar dan spesifikasi, misalnya batasbatas lingkup kerja yang kurang jelas
dalam hal material) dengan bobot
sebesar 0,1820 atau 18,20%. Sementara
berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, untuk X3 berada pada posisi
urutan ketiga untuk kontrak lumpsum
dan urutan kedua untuk kontrak unit
price. Hal ini menunjukkan bahwa
perencanaan awal yang lebih baik dan
sempurna apabila dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan di Kota
Denpasar.
Sedangkan posisi X1 (perbedaan
kondisi site lapangan dengan yang
tercantum dalam kontrak) yang menjadi
bobot terbesar pada penelitian kami dari
kontrak lumpsum, berada pada urutan
kedua pada penelitian yang dilakukan
oleh Suputra dan Wiranatha (2009), hal
ini disebabkan karena kondisi topografi
wilayah pada Kabupaten Tanah Datar
mempunyai kontur daerah yang
berbukit- bukit, dibandingkan dengan
Kota Denpasar yang relatif datar.
Pada kontrak unit price nilai
bobot terbesar berada pada posisi X2
(pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change
order),
sedangkan
dari
penelitian sebelumnya posisi X2 ini
berada pada urutan ketujuh, hal ini
disebabkan karena pada Kab. Tanah
Datar perencanaan yang dilakukan
kurang baik, sehingga pada saat
pelaksanaan proyek tidak diketahuinya
bagaimana kondisi lapangan tersebut.
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan
bahwa:
1. Hasil analisis metode AHP dengan
menggunakan
software
expert
choice, terdapat kriteria- kriteria
risiko yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap masing- masing
jenis
kontrak,
seperti
yang
ditunjukkan sesuai dengan urutan
pada tabel 1 dan tabel 2 sebagai
berikut:
7
Tabel 1. Bobot Risiko Kontrak Lumpsum
No.
Kriteria
Bobot
1.
Perbedaan kondisi site lapangan dengan
yang tercantum dalam kontrak
0,1829
2.
Pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change order)
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak
sesuai dengan gambar dan spesifikasi,
misalnya batas-batas lingkup kerja yang
kurang jelas dalam hal material
0,1621
4.
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang
masih
baru
atau
belum
pernah
dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat
kesulitan konstruksi tertentu
0,1177
5.
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan
atas permintaan atau interupsi owner
0,0942
6.
Kelemahan
dalam
pengendalian
penerimaan
pembayaran,
misalnya
pembayaran pekerjaan yang tidak tepat
pada
waktunya
Kenaikan
harga-harga di pasar
0,0774
8.
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan
oleh perubahan desain
0,0622
9.
Kelebihan
jumlah
material
yang
didatangkan (waste) lebih besar dari
perkiraan
Perubahan ruang lingkup pekerjaan
0,0601
3.
7.
10.
0,1296
0,0659
0,0478
Tabel 2. Bobot Risiko Kontrak Unit Price
No.
Kriteria
Bobot
1.
Pengadaan pekerjaan
(change order)
kurang
0,1608
2.
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak
sesuai dengan gambar dan spesifikasi,
misalnya batas-batas lingkup kerja yang
kurang jelas dalam hal material
0,1507
3.
Perbedaan kondisi site lapangan dengan
yang tercantum dalam kontrak
0,1479
4.
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang
masih
baru
atau
belum
pernah
dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat
kesulitan konstruksi tertentu
0,1342
5.
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan
atas permintaan atau interupsi owner
0,1086
6.
Kelemahan
dalam
pengendalian
penerimaan
pembayaran,
misalnya
pembayaran pekerjaan yang tidak tepat
pada waktunya
Kenaikan harga-harga di pasar
0,0905
8.
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan
oleh perubahan desain
0,0534
9.
Kelebihan
jumlah
material
yang
didatangkan (waste) lebih besar dari
perkiraan
Perubahan ruang lingkup pekerjaan
0,0450
7.
10.
tambah
0,0718
0,0367
2. Urutan skala prioritas risiko yang
didapatkan dari hasil adalah yang
mempunyai nilai bobot terbesar.
Pada kontrak lumpsum didapatkan
hasil yaitu perbedaan kondisi site
lapangan dengan yang tercantum
dalam kontrak mempunyai nilai
bobot sebesar 0,1829 atau sebesar
18,29%, sedangkan pada kontrak
unit
price
didapatkan
hasil
pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change order) dengan nilai bobot
sebesar 0,1608 atau 16,08%.
SARAN
1. Disarankan kepada kontraktor agar
berhati- hati dalam memilih jenis
kontrak pada pekerjaan yang akan
dijalani, memperhatikan dengan
cermat gambar pelaksanaan dan
kondisi lapangan, serta petunjuk
teknis tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan, agar tidak adanya
kesalahan dalam pembacaan gambar
dan pelaksanaan pekerjaan.
2. Untuk penelitian lebih lanjut
diharapkan dapat dilakukan pada
kawasan yang lebih luas seperti
tingkat Provinsi Sumatera Barat,
karena penelitian ini baru hanya
dilakukan
setingkat
Kabupaten
Tanah Datar.
DAFTAR PUSTAKA
Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi
Untuk Jasa Konstruksi, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Khrisna, Praditya. 2012. Perubahan
Sosial Budaya . Balikpapan.
Irwandi. 2010. Pergeseran Hukum Adat
dalam
Pemanfaatan
Tanah
Ulayat Kaum di Kecamatan Banu
Hampu
Kabupaten
Agam
Provinsi
Sumatera
Barat.
Universitas
Diponegoro.
8
Semarang.
Naresh. Malhotra K. 1993. Marketing
Research An Applied Orientation,
second edition, Prentice Hall
International Inc, New Jersey.
Rahayu,
P.H.
2001.
Asuransi
Contractor’s All Risk sebagai
Alternatif Pengalihan Risiko
Proyek
Dalam
Industri
Konstruksi Indonesia. Seminar
Nasional Manajement Konstruksi
2001. Fakultas Teknik Universitas
Katolik Parahyangan. Bandung.
Retnoningsih,
Dwi.
Pemanfaatan
Aplikasi Expert Choice Sebagai
Alat Bantu dalam Pengmbilan
Keputusan
(Studi
Kasus:
Pemilihan Program Studi di
Universitas Sahid Surakarta).
Program
Studi
Teknik
Informatika. Universitas Sahid
Surakarta.
Somantri, Agus. 2005. Studi tentang
Perencanaan Waktu dan Biaya
Proyek Penambahan Ruang Kelas
di Politeknik Manufaktur pada
PT. Haryang Kuning. Fakultas
Bisnis
dan
Manajemen.
Universitas Widyatama.
Suputra, I Gusti Ngurah Oka. 2009
Analisa Perbandingan Resiko
Biaya Kontrak Lump Sum Dan
Kontrak Unit Price Dengan
Metode AHP (Studi Kasus
Kontraktor Di Kota Denpansar).
Universitas Udayana, Denpasar.
Wideman, Max. R. 1992. Project and
Program Risk Management: A
Guide to Managing Project Risk
Opportunities.
Project
Manajement Institute. America.
Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/
Proyek. 02 Maret 2014.
9
10
UNIT PRICE MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP
(STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR)
ARTIKEL
Fhuji Thursina Efrijal
NPM. 1210018312003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2014
1
PENILAIAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE
MELALUI IMPLEMENTASI METODE AHP
(STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KAB. TANAH DATAR)
Fhuji Thursina Efrijal, Nasfryzal Carlo dan Yusrizal Bakar
Program Studi Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana Universitas Bunghatta
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
For implementation of construction project, a contract is a standard bond between the project
owner as a service user (owner) with implementers/ contractor as service provider. The contract
verify form of cooperation, both in terms of technical, financial, time and in terms of law. The
contract lumpsum and unit price contract have advantages and disadvantages of each that need
to be considered for the contractor to determine the action to take on project major. Due to the
influence of the research sites, social, cultural, and geographical conditions that would affect the
risk of service providers through a lump sum contract and the unit price contract, the study aims
to review the criteria for the risk undertaken by the research Suputra and Wirantha (2009) using
the Analytic Hierarchy Process (AHP), with the expert choice software. The data collection is
done by distributing questionnaires to the experts that are experienced and have knowledge of
the issues contract lump sum contract unit price in the district Tanah Datar. Based on the result
of the risk analysis, obtained 10 criteria that factor- significant risk factor about lumpsum
contract and unit price contract, with the result of the risk priority order, the contract lumpsum
obtained is the different with field site conditions specified in the contract has a value of 0,1829
or a weight 18,29%, while in the unit contract unit price showed less procurement of additional
work (change orders) with a weight of 0,1608 or 16,08%. Therefore, be expected contractors to
understand the types of contract before starting work.
Key work: Analytic Hirarcy Process (AHP), Expert Choice, Lumpsum Contract, Unit Price
Contract
ABSTRAK
Pada pelaksanaan proyek konstruksi, kontrak merupakan ikatan baku antara pemilik proyek
selaku pengguna jasa (owner ) dengan pelaksana/kontraktor selaku penyedia jasa. Kontrak
menjabarkan bentuk kerjasama, baik dalam hal teknik, finansial, waktu maupun dari segi hukum.
Kontrak lumpsum dan kontrak unit price memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing
yang perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi kontraktor untuk menentukan tindakan dalam
mengambil pekerjaan proyek. Dikarenakan adanya pengaruh lokasi penelitian, sosial, budaya,
maupun kondisi geografis yang akan mempengaruhi risiko penyedia jasa melalui kontrak
lumpsum dan kontrak unit price, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kembali kriteria
risiko yang dilakukan oleh penelitian Suputra dan Wirantha (2009) menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP), dengan software expert choice. Pengumpulan data dilakukan
dengan penyebaran kuisioner kepada orang yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan
2
terhadap masalah kontrak lumpsum dan kontrak unit price di Kab. Tanah Datar. Berdasarkan
hasil analisis risiko tersebut, diperoleh bobot yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Urutan
skala prioritas risiko pada kontrak lumpsum didapatkan kriteria risiko yaitu perbedaan kondisi
site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak dengan bobot sebesar 0,1829 (18,29%),
sedangkan pada kontrak unit price didapatkan kriteria pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change order) dengan nilai bobot sebesar 0,1608 (16,08%). Disarankan kepada kontraktor untuk
lebih memperhatikan kriteria risiko sebelum menentukan kontrak pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Kata kunci: Analytic Hierarchy Process (AHP), Expert Choice, Kontrak Lumpsum, Kontrak
Unit Price
PENDAHULUAN
Pemerintah Kabupaten Tanah
Datar setiap tahunnya mempergunakan
bidang
jasa
konstruksi
untuk
pembangunan
infrastruktur
seperti
pembangunan gedung, jalan, irigasi, dll.
Dengan pelaku bidang usaha adalah
kontraktor- kontraktor yang telah
berpengalaman dalam bidang konstruksi.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi,
kontrak merupakan ikatan baku antara
pemilik proyek selaku pengguna jasa
(owner ) dengan pelaksana/kontraktor
selaku penyedia jasa.
Banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti- peneliti yang
membahas kriteria- kriteria risiko yang
berhubungan dengan sistem kontrak
lumpsum dan kontrak unit price. Adanya
perbedaan ini kemungkinan besar
dipengaruhi oleh lokasi penelitian,
sosial, budaya dan kondisi geografis
dimana penelitian itu dilakukan.
Menurut Gillin dalam Khrisna (2012),
menyatakan bahwa perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena
perubahan
kondisi
geografis,
kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena
adanya penemuan-penemuan baru di
dalam masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut ada kemungkinan jika suatu
penelitian dilakukan ditempat yang
berbeda akan menghasilkan kriteria
risiko yang berbeda pula.
Untuk mengetahui kriteria risiko
yang mempunyai pengaruh signifikan,
serta mengetahui kriteria yang menjadi
skala prioritas terhadap kontrak lumpsum
dan kontrak unit price, digunakan
metode Analytical Hirarchy Process
(AHP) dengan menggunakan alat bantu
expert choice.
Menurut Wikipedia (02 Maret
2014), kata proyek berasal dari bahasa
latin projectum, dari kata kerja proicere
yang artinya "untuk membuang sesuatu
ke depan". Kata awalnya berasal dari
kata pro-, yang menunjukkan sesuatu
yang mendahului tindakan dari bagian
berikutnya dari suatu kata dalam suatu
waktu(paraleldengan
bahasa Yunani πρό) dan kata iacere yang
artinya "melemparkan". Sehingga kata
"proyek" sebenarnya berarti "sesuatu
yang datang sebelum apa pun yang
terjadi". Dalam bahasa Indonesia, kata
proyek merupakan serapan dengan cara
penerjemahan dari bahasa asing project.
Menurut Budi Santoso dalam
Somantri (2005), manajemen proyek
adalah
kegiatan
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan sumber daya organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan
tertentu, dalam waktu tertentu, untuk
mencapai
sumber
daya
tertentu.
3
Manajemen proyek mempergunakan
personil perusahaan untuk ditempatkan
pada tugas tertentu dalam proyek.
Menurut Wulfram I. Ervianto
dalam Somantri (2005), manajemen
proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian,
dan
koordinasi suatu proyek dari awal
(gagasan) sampai selesainya proyek
untuk
menjamin
biaya
proyek
dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya
dan tepat mutu.
Jadi manajemen proyek itu adalah
suatu kegiatan yang ada proses
perencanaanya, untuk mengarahkan
suatu sumber daya dan mendapatkan
gagasan untuk menjamin pelaksanaan
proyek tepat waktu, biaya dan mutu.
Menurut Asiyanto (2005), dalam
perspektif kontraktor risiko adalah
kemungkinan
terjadinya
sesuatu
keadaan/peristiwa/kejadian dalam proses
kegiatan usaha, yang dapat berdampak
negatif terhadap pencapaian sasaran
usaha yang telah ditetapkan.
Secara
umum
risiko
dapat
diklasifikasikan menurut berbagai sudut
pandang yang tergantung dari kebutuhan
dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :
1) Risiko murni dan risiko spekulatif
(Pure risk and speculative risk)
Dimana risiko murni dianggap
sebagai suatu ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu luaran
(outcome) yaitu kerugian. Contoh
risiko murni kecelakaan kerja di
proyek. Karena itu risiko murni
dikenal dengan nama risiko statis.
Risiko spekulatif mengandung dua
keluaran yaitu kerugian (loss) dan
keuntungan (gain). Risiko spekulatif
dikenal sebagai risiko dinamis.
Contoh risiko spekulatif pada
perusahaan asuransi jika risiko yang
dijamin terjadi maka pihak asuransi
akan mengalami kerugian karena
harus
menanggung
uang
pertanggungan sebesar nilai kerugian
yang terjadi tetapi bila risiko yang
dijamin tidak terjadi maka perusahaan
akan meperoleh keuntungan.
2) Risiko terhadap benda dan manusia,
dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti
rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang
menimpa manusia seperti risiko hari
tua, kematian dsb.
3) Risiko fundamental dan risiko khusus
(fundamental risk and particular risk).
Risiko fundamental adalah risiko
yang kemungkinannya dapat timbul
pada hampir sebagian besar anggota
masyarakat
dan
tidak
dapat
disalahkan pada seseorang atau
beberapa orang sebagai penyebabnya,
contoh risiko fundamental: bencana
alam, peperangan. Risiko khusus
adalah risiko yang bersumber dari
peristiwaperistiwa
yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah
tidak selalu bersifat bencana, bisa
dikendalikan atau umumnya dapat
diasuransikan.
Jenis risiko pada pelaksanaan
proyek konstruksi beragam, namun tidak
semua risiko-risiko tersebut perlu
diprediksi dan diperhatikan untuk
memulai suatu proyek karena hal itu
akan memakan waktu yang lama. Oleh
karena itu pihak-pihak didalam proyek
kontruksi perlu untuk memberi prioritas
pada risiko-risiko yang penting yang
akan memberikan pengaruh terhadap
keuntungan
proyek.
Risiko-risiko
tersebut adalah (Wideman, 1992):
• External, tidak dapat diprediksi (tidak
dapat dikontrol):
4
•
•
•
•
a)Perubahan
peraturan
perundangundangan,
b)Bencana
alam: badai, banjir, gempa bumi, c)
Akibat kejadian pengrusakan dan
sabotase, d)Pengaruh lingkungan dan
sosial, sebagai akibat dari proyek,
e)Kegagalan penyelesaian proyek
External, dapat diprediksi (tetapi
tidak dapat dikontrol):
a)Resiko
pasar,
b)Operasional
(setelah proyek selesai), c)Pengaruh
lingkungan,
d)Pengaruh
sosial,
e)Perubahan mata uang, f)Inflasi,
g)Pajak
Internal, non-teknik (tetapi umumnya
dapat dikontrol):
a)Manajemen,
b)Jadwal
yang
terlambat, c)Pertambahan biaya,
d)Cash flow, e)Potensi kehilangan
atas manfaat dan keuntungan
Teknik (dapat dikontrol):
a)Perubahan teknologi, b)Risikorisiko spesifikasi atas teknologi
proyek, c)Desain
Hukum, timbulnya kesulitan akibat
dari :
a)Lisensi, b)Hak paten, c)Gugatan
dari luar, d)Gugatan dari dalam, e)
Hal-hal tak terduga
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan penelitian,
diperlukan
beberapa
instrument
penelitian baik dalam pengumpulan data
maupun pengolahan atau analisa data.
Adapun instrument yang digunakan
sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Kajian literatur ini akan diketahui
kriteria- kriteria risiko yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kontrak
lumpsum dan kontrak unit price sebagai
bahan pembanding untuk penelitian
selanjutnya. Kriteria- kriteria ini
kemudian dijadikan kuisioner untuk
dilakukan penyebaran kepada pihakpihak yang terkait langsung dengan
permasalahan yang ada.
b. Populasi dan Sampel
Populasi
sasarannya
adalah
kontraktor yang merupakan pihak-pihak
yang
terlibat
langsung
dalam
penyelenggaraan proyek konstruksi di
Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan
penentuan sampel penelitian digunakan
teknik
Malhotra
(1993)
yaitu
memberikan panduan ukuran sampel
yang diambil dapat ditentukan dengan
cara mengalikan jumlah variabel dengan
5, atau 5x jumlah variabel. Dengan
demikian jika jumlah variabel yang
diamati berjumlah 20, maka sampel
minimalnya adalah 5 x 20 = 100.
Dengan berpedoman kepada Malhotra,
maka penulis mengambil jumlah
responden (pakar) minimal yang
digunakan adalah 50 responden, karena
jumlah variabel yang dimiliki ada 10.
c. Kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan
dengan menentukan berapa sampling
responden yang menjadi pakar yang
telah berpengalaman dan mempunyai
pengetahuan dalam masalah tersebut
yaitu direktur, site manager, pelaksana
lapangan, PPK dan PPTK. Data
kuisioner penelitian berbentuk angkaangka dan bukan dinyatakan dalam
simbol. Kuisioner dirancang dengan
skala yang telah ditetapkan oleh Saaty
dalam Utamiyanti (2004) yaitu seperti
tabel dibawah ini:
5
Skala
1
Definisi
Sama-sama
disukai/penting
3
Cukup
disukai/penting
5
Lebih
disukai/penting
7
Sangat
disukai/penting
9
Mutlak
disukai/penting
2,4,6,8
Nilai-nilai
antara
Resipr
okal
Jika elemen 1
dibanding
elemen 2 adalah
skala 7, maka
elemen 2
dibanding
elemen 1 adalah
skala 1/7
Keterangan (misalkan)
Elemen 1 dan 2 samasama disukai/penting.
Elemen 1 cukup disukai/penting dibanding elemen
2.
Elemen 1 lebih disukai/penting dibanding elemen
2.
Elemen 1 sangat disukai/penting dibanding elemen
2.
Elemen 1 mutlak disukai/penting dibanding elemen
2.
Jika ragu-ragu dalam
memilih skala, misalkan
memilih sangat disukai
atau mutlak disukai.
Asumsi yang masuk akal
Setelah diketahui kriteria- kriteria
yang memiliki pengaruh signifikan
pada masing- masing jenis kontrak,
maka tahap selanjutnya adalah tahap
menganalisis data dengan menggunakan
metode Analytc Hierarcy Process
(AHP), merupakan suatu cara untuk
mempercepat pengambilan keputusan
dalam suatu susunan hirarki. Untuk itu
digunakan alat bantu yang dinamakan
expert choice, yaitu untuk menentukan
bobot dari kriteria risiko dan skala
prioritas dari masing- masing kontrak
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan tahap- tahap
seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya, maka didapatkan hasil
nilai bobot kriteria dari kontrak
lumpsum dan kontrak unit price yaitu
tergambar dalam gambar 1 dan 2
dibawah ini:
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak (X1)
Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) (X2)
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalny...
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan seb...
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner (X5)
Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran peke...
Kenaikan harga-harga di pasar (X7)
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain (X8)
Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan (X9)
Perubahan ruang lingkup pekerjaan (X10)
Inconsistency = 0.04
with 0 missing judgments.
.183
.165
.131
.118
.093
.077
.065
.061
.059
.047
Gambar 1. Grafik Bobot Kriteria Kontrak
Lumpsum
Perbedaan kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak (X1)
Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) (X2)
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi, misalny...
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan seb...
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner (X5)
Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran peke...
Kenaikan harga-harga di pasar (X7)
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan oleh perubahan desain (X8)
Kelebihan jumlah material yang didatangkan (waste) lebih besar dari perkiraan (X9)
Perubahan ruang lingkup pekerjaan (X10)
Inconsistency = 0.08
.147
.167
.157
.137
.108
.088
.068
.050
.043
.036
Gambar 1. Grafik Bobot Kriteria Kontrak
Unit Price
Berdasarkan grafik di atas
didapatkan nilai CR sebesar 0,0448 atau
4,48% untuk kontrak lumpsum, dan
nilai CR sebesar 0,0805 atau 8,05%
untuk kontrak unit price. Oleh karena
nilai CR lebih kecil dari 0.1 atau 10%,
maka bisa disimpulkan bahwa data
yang diambil konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan
hasil
yang
didapatkan dari proses pengolahan data,
digambarkan bahwa nilai bobot yang
paling besar berada pada posisi X1
yaitu perbedaan kondisi site lapangan
dengan yang tercantum dalam kontrak,
dengan nilai bobot sebesar 0,1829 atau
18,29% untuk kontrak lumpsum. Hal ini
disebabkan karena perubahan atau
perpindahan lokasi yang disebabkan
oleh masalah sosial seperti pada saat
6
kesulitan dalam pembebasan lahan.
Dikabupaten Tanah Datar kepemilikan
lahan tersebut kebanyakan berstatus
kepemilikan bersama seperti tanah
kaum, dan masalah tanah adalah
masalah yang sensitif bagi manusia
pada umumnya dan masyarakat
Minangkabau khususnya (Irwandi,
2010). Dan pada kontrak unit price
bobot terbesar berada pada posisi X2
yaitu pengadaan pekerjaan tambah
kurang (change order) dengan nilai
bobot 0,1608 atau 16,08%, hal ini
disebabkan
karena
berdasarkan
pengalaman yang telah dilakukan oleh
kontraktor, apabila mengalami kesulitan
dalam pembebasan lahan, maka akan
diadakan perubahan desain pada lahan
yang baru, sesuai dengan kebutuhan
owner, dan itu akan berakibat
penambahan durasi pekerjan proyek.
Apabila dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suputra
dan Wiranatha (2009) di Kota
Denpasar, nilai bobot terbesar berada
pada posisi X3 (lingkup kerja yang
tidak lengkap, tidak sesuai dengan
gambar dan spesifikasi, misalnya batasbatas lingkup kerja yang kurang jelas
dalam hal material) dengan bobot
sebesar 0,1820 atau 18,20%. Sementara
berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, untuk X3 berada pada posisi
urutan ketiga untuk kontrak lumpsum
dan urutan kedua untuk kontrak unit
price. Hal ini menunjukkan bahwa
perencanaan awal yang lebih baik dan
sempurna apabila dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan di Kota
Denpasar.
Sedangkan posisi X1 (perbedaan
kondisi site lapangan dengan yang
tercantum dalam kontrak) yang menjadi
bobot terbesar pada penelitian kami dari
kontrak lumpsum, berada pada urutan
kedua pada penelitian yang dilakukan
oleh Suputra dan Wiranatha (2009), hal
ini disebabkan karena kondisi topografi
wilayah pada Kabupaten Tanah Datar
mempunyai kontur daerah yang
berbukit- bukit, dibandingkan dengan
Kota Denpasar yang relatif datar.
Pada kontrak unit price nilai
bobot terbesar berada pada posisi X2
(pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change
order),
sedangkan
dari
penelitian sebelumnya posisi X2 ini
berada pada urutan ketujuh, hal ini
disebabkan karena pada Kab. Tanah
Datar perencanaan yang dilakukan
kurang baik, sehingga pada saat
pelaksanaan proyek tidak diketahuinya
bagaimana kondisi lapangan tersebut.
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan
bahwa:
1. Hasil analisis metode AHP dengan
menggunakan
software
expert
choice, terdapat kriteria- kriteria
risiko yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap masing- masing
jenis
kontrak,
seperti
yang
ditunjukkan sesuai dengan urutan
pada tabel 1 dan tabel 2 sebagai
berikut:
7
Tabel 1. Bobot Risiko Kontrak Lumpsum
No.
Kriteria
Bobot
1.
Perbedaan kondisi site lapangan dengan
yang tercantum dalam kontrak
0,1829
2.
Pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change order)
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak
sesuai dengan gambar dan spesifikasi,
misalnya batas-batas lingkup kerja yang
kurang jelas dalam hal material
0,1621
4.
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang
masih
baru
atau
belum
pernah
dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat
kesulitan konstruksi tertentu
0,1177
5.
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan
atas permintaan atau interupsi owner
0,0942
6.
Kelemahan
dalam
pengendalian
penerimaan
pembayaran,
misalnya
pembayaran pekerjaan yang tidak tepat
pada
waktunya
Kenaikan
harga-harga di pasar
0,0774
8.
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan
oleh perubahan desain
0,0622
9.
Kelebihan
jumlah
material
yang
didatangkan (waste) lebih besar dari
perkiraan
Perubahan ruang lingkup pekerjaan
0,0601
3.
7.
10.
0,1296
0,0659
0,0478
Tabel 2. Bobot Risiko Kontrak Unit Price
No.
Kriteria
Bobot
1.
Pengadaan pekerjaan
(change order)
kurang
0,1608
2.
Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak
sesuai dengan gambar dan spesifikasi,
misalnya batas-batas lingkup kerja yang
kurang jelas dalam hal material
0,1507
3.
Perbedaan kondisi site lapangan dengan
yang tercantum dalam kontrak
0,1479
4.
Sifat proyek dalam lingkup kerja yang
masih
baru
atau
belum
pernah
dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat
kesulitan konstruksi tertentu
0,1342
5.
Perubahan, penundaan schedule pekerjaan
atas permintaan atau interupsi owner
0,1086
6.
Kelemahan
dalam
pengendalian
penerimaan
pembayaran,
misalnya
pembayaran pekerjaan yang tidak tepat
pada waktunya
Kenaikan harga-harga di pasar
0,0905
8.
Pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan
oleh perubahan desain
0,0534
9.
Kelebihan
jumlah
material
yang
didatangkan (waste) lebih besar dari
perkiraan
Perubahan ruang lingkup pekerjaan
0,0450
7.
10.
tambah
0,0718
0,0367
2. Urutan skala prioritas risiko yang
didapatkan dari hasil adalah yang
mempunyai nilai bobot terbesar.
Pada kontrak lumpsum didapatkan
hasil yaitu perbedaan kondisi site
lapangan dengan yang tercantum
dalam kontrak mempunyai nilai
bobot sebesar 0,1829 atau sebesar
18,29%, sedangkan pada kontrak
unit
price
didapatkan
hasil
pengadaan pekerjaan tambah kurang
(change order) dengan nilai bobot
sebesar 0,1608 atau 16,08%.
SARAN
1. Disarankan kepada kontraktor agar
berhati- hati dalam memilih jenis
kontrak pada pekerjaan yang akan
dijalani, memperhatikan dengan
cermat gambar pelaksanaan dan
kondisi lapangan, serta petunjuk
teknis tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan, agar tidak adanya
kesalahan dalam pembacaan gambar
dan pelaksanaan pekerjaan.
2. Untuk penelitian lebih lanjut
diharapkan dapat dilakukan pada
kawasan yang lebih luas seperti
tingkat Provinsi Sumatera Barat,
karena penelitian ini baru hanya
dilakukan
setingkat
Kabupaten
Tanah Datar.
DAFTAR PUSTAKA
Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi
Untuk Jasa Konstruksi, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Khrisna, Praditya. 2012. Perubahan
Sosial Budaya . Balikpapan.
Irwandi. 2010. Pergeseran Hukum Adat
dalam
Pemanfaatan
Tanah
Ulayat Kaum di Kecamatan Banu
Hampu
Kabupaten
Agam
Provinsi
Sumatera
Barat.
Universitas
Diponegoro.
8
Semarang.
Naresh. Malhotra K. 1993. Marketing
Research An Applied Orientation,
second edition, Prentice Hall
International Inc, New Jersey.
Rahayu,
P.H.
2001.
Asuransi
Contractor’s All Risk sebagai
Alternatif Pengalihan Risiko
Proyek
Dalam
Industri
Konstruksi Indonesia. Seminar
Nasional Manajement Konstruksi
2001. Fakultas Teknik Universitas
Katolik Parahyangan. Bandung.
Retnoningsih,
Dwi.
Pemanfaatan
Aplikasi Expert Choice Sebagai
Alat Bantu dalam Pengmbilan
Keputusan
(Studi
Kasus:
Pemilihan Program Studi di
Universitas Sahid Surakarta).
Program
Studi
Teknik
Informatika. Universitas Sahid
Surakarta.
Somantri, Agus. 2005. Studi tentang
Perencanaan Waktu dan Biaya
Proyek Penambahan Ruang Kelas
di Politeknik Manufaktur pada
PT. Haryang Kuning. Fakultas
Bisnis
dan
Manajemen.
Universitas Widyatama.
Suputra, I Gusti Ngurah Oka. 2009
Analisa Perbandingan Resiko
Biaya Kontrak Lump Sum Dan
Kontrak Unit Price Dengan
Metode AHP (Studi Kasus
Kontraktor Di Kota Denpansar).
Universitas Udayana, Denpasar.
Wideman, Max. R. 1992. Project and
Program Risk Management: A
Guide to Managing Project Risk
Opportunities.
Project
Manajement Institute. America.
Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/
Proyek. 02 Maret 2014.
9
10