PERDA KOTA BIMA NO 4 TAHUN 2008
J A L A B O
M A
DA H U
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 4 TAHUN 2008
TENTANG
PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BIMA,
Menimbang
: a. bahwa dengan ditetapakannya Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Bima
Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima sebagaimana telah
diubah beberpa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota
Bima Nomor 2 Tahun 2007 perlu disesuaikan;
b. bahwa penyesuaian organisasi sebagaimana dimaksud pada
huruf a, dilakukan dalam rangka penataan organisasi
perangkat daerah yang diarahkan pada efisiensi, efektifitas
dan produktifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas
Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Bima.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Undang-Undang
Nomor
13 Tahun
2002
tentang
Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4188);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan
dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4310);
5. Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang
Nomor
10 Tahun
2004
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4389);
7. Undang-Undang
Nomor
32 Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang
Nomor
33 Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4660);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan
Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4194);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan
Perundang-undangan;
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun
2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian
Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
19. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bima
(Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2007 Nomor 6);
20. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor
Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah
Kota Bima Tahun 2008 Nomor ).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA
dan
WALIKOTA BIMA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PEMBENTUKAN,
SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Bima.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Walikota adalah Walikota Bima.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.
6. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
10. Perangkat daerah adalah perangkat daerah kota Bima yang terdiri dari
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan dan Kelurahan.
11. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Bima.
12. Lembaga teknis daerah adalah unsur pendukung tugas Walikota.
13. Unsur pengawasan daerah adalah badan pengawasan daerah yang selanjutnya
disebut Inspektorat Kota Bima.
14. Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas.
15. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.
16. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pelaksana dalam melaksanakan tugas
yang bersifat khusus sesuai dengan keahliannya.
BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
Membentuk Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari :
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
b. Inspektorat;
c. Badan Lingkungan Hidup;
d. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
e. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
f. Kantor Arsip dan Perpustakaan;
g. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan;
h. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana;
i. Badan Kepegawaian Daerah;
j. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu;
k. Satuan Polisi pamong Praja.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 3
(1) Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari :
a.
Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
b.
Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c.
Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pertanian;
b) Sub Bidang Pengembangan Dunia Usaha.
2. Bidang Perencanaan Pembangunan Prasarana, terdiri dari:
a) Sub Bidang Prasarana Wilayah;
b) Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
3. Bidang Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pemerintahan;
b) Sub Bidang Sosial Budaya.
4. Bidang Pengendalian Perencanaan dan Statistik, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengendalian Perencanaan;
b) Sub Bidang Data dan Statistik.
5. Bidang Penanaman Modal dan Litbang, terdiri dari:
a) Sub Bidang Penanaman Modal;
b) Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Inspektorat
Pasal 4
(1) Susunan Organisasi Inspektorat, terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Inspektur;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1.
Sub Bagian Perencanaan;
2.
Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan;
3.
Sub Bagian Administrasi dan Umum.
c. Unsur pelaksana adalah Inspektur Pembantu, terdiri dari:
1. Inspektur Pembantu Wilayah I, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
2. Inspektur Pembantu Wilayah II, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
3. Inspektur Pembantu Wilayah III, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
4. Inspektur Pembantu Wilayah IV, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Inspektorat adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Badan Lingkungan Hidup
Pasal 5
(1) Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Lingkungan Hidup.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Analisa Dampak dan Pelestarian Lingkungan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan;
b) Sub Bidang Pelestarian Lingkungan.
2. Bidang Pengendalian dan Peran Serta Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan;
b) Sub Bidang Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha.
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Penelitian;
b) Sub Bidang Pengembangan Hasil Penelitian.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Pasal 6
(1) Susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat terdiri dari :
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2.
Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3.
Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Kesatuan Bangsa, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pembauran Bangsa;
b) Sub Bidang Wawasan Kebangsaan.
2. Bidang Politik, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengkajian Masalah Strategis;
b) Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga.
3. Bidang Perlindungan Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Kesiagaan dan Penanggulangan;
b) Sub Bidang Peningkatan SDM dan Satuan Linmas.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan
Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Kelima
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Pasal 7
(1) Susunan organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Ketersediaan Pangan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Cadangan dan Neraca Pangan;
b) Sub Bidang Kerawanan Pangan.
2. Bidang Distribusi dan Konsumsi Pangan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Distribusi Pangan;
b) Sub Bidang Kewaspadaan dan Diversifikasi Pangan.
3. Bidang Penyuluhan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Kelembagaan;
b) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya.
d.
Unit Pelaksana Teknis Dinas.
e.
Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Kantor Arsip dan Perpustakaan
Pasal 8
(1) Susunan organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.
c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1. Seksi Penataan Arsip;
2. Seksi Akuisisi Perpustakaan;
3. Seksi Program dan Pengembangan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan
Pasal 9
(1) Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Kelurahan terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pemerintahan dan Kelembagaan Kelurahan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pemerintahan Kelurahan;
b) Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi
Masyarakat Kelurahan.
2. Bidang Pemberdayaan Adat dan Pengembangan Sosial Budaya
Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pemberdayaan Adat;
b) Sub Bidang Pengembangan Sosial Budaya Masyarakat.
3. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas;
b) Sub Bidang Kemitraan dan Fasilitasi Permodalan.
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam;
b) Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Kelurahan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Daerah
ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Pasal 10
(1) Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pemberdayaan Perempuan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengarusutamaan Gender;
b) Sub Bidang Pemberdayaan Organisasi Perempuan.
2. Bidang Perlindungan Anak dan Remaja, terdiri dari:
a) Sub Bidang Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dan Remaja;
b) Sub Bidang Data dan Informasi Perlindungan Anak dan Remaja.
3. Bidang Pengendalian Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi dan
Pemberdayaan Keluarga, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi;
b) Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Peningkatan Ketahanan dan
Kualitas Keluarga.
4. Bidang Informasi Program dan Pengolahan Data, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pencatatan dan Pelaporan;
b) Sub Bidang Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
d. Unit Pelaksana Teknis Dinas.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan
Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Kesembilan
Badan Kepegawaian Daerah
Pasal 11
(1) Susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Kepegawaian Daerah
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2.
Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3.
Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pegawai terdiri dari :
a) Sub Bidang Pembinaan Pegawai;
b) Sub Bidang Pengembangan Pegawai.
2. Bidang Mutasi Pegawai, terdiri dari :
a) Sub Bidang Mutasi Pegawai dan Pensiun;
b) Sub Bidang Kenaikan Pangkat dan Berkala.
3. Bidang Pendidikan dan Latihan, terdiri dari :
a) Sub Bidang Diklat Struktural;
b) Sub Bidang Diklat Fungsional.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesepuluh
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Pasal 12
(1) Susunan organisasi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu terdiri dari :
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.
c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1. Seksi Pendataan dan Penetapan;
2. Seksi Pelayanan Perizinan;
3. Seksi Evaluasi dan Penyuluhan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X Peraturan Daerah ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesebelas
Satuan Polisi Pamong Praja
Pasal 13
(1) Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja terdiri dari :
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Satuan Polisi Pamong Praja;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.
c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1)
Seksi Operasi dan Penertiban;
2)
Seksi Pengamanan;
3)
Seksi Penyuluhan dan Kesamaptaan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Pertama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 14
(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh kepala Badan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
sekretaris daerah.
(2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
(3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis perencanaan;
b. pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan
daerah; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedua
Inspektorat
Pasal 15
(1) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah,
dipimpin oleh Inspektur yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
langsung kepada Walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan
dari Sekretaris Daerah.
(2) Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan pemerintahan di daerah kota, pelaksanaan pembinaan atas
penyelenggaraan
pemerintahan
kelurahan
dan
pelaksanaan
urusan
pemerintahan kelurahan.
(3) Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan program pengawasan;
b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan
c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Inspektorat diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Badan Lingkungan Hidup
Pasal 16
(1) Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Walikota, dipimpin
oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2) Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah bidang lingkungan hidup, penelitian dan
pengembangan.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup, penelitian
dan pengembangan;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah bidang lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan;
c.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup,
penelitian dan pengembangan; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Bagian Keempat
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Pasal 17
(1) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat merupakan unsur
pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris
daerah.
(2) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang kesatuan
bangsa, politik dan perlindungan masyarakat.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat menyelenggarakan
fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang kesatuan
bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan
masyarakat;
c.
pembinaan
dan
pelaksanaan tugas bidang
kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat akan diatur lebihlanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kelima
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Pasal 18
(1)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan merupakan unsur pendukung
tugas Walikota, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan
pangan dan penyuluhan pertanian.
(3)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan dan penyuluhan
pertanian;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian;
c.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang ketahanan pangan dan
penyuluhan pertanian; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Keenam
Kantor Arsip dan Perpustakaan
Pasal 19
(1)
Kantor Arsip dan Perpustakaan merupakan unsur pendukung tugas Kepala
Daerah, dipimpin oleh seorang kepala Kantor yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2)
Kantor Arsip dan Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang perpustakaan dan
kearsipan daerah.
(3)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor
Arsip dan Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang kearsipan dan perpustakaan;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang kearsipan dan perpustakaan;
c.
pembinaan
dan
pelaksanaan
tugas
bidang kearsipan dan
perpustakaan; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Kantor Arsip dan Perpustakaan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketujuh
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan
Pasal 20
(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan merupakan
unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
sekretaris daerah.
(2) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
pemberdayaan masyarakat.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan menyelenggarakan
fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang
pemberdayaan masyarakat;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pemberdayaan masyarakat; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedelapan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Pasal 21
(1) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan unsur
pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris
daerah.
(2) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
c.
pembinaan
dan
pelaksanaan
tugas
bidang pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesembilan
Badan Kepegawaian Daerah
Pasal 22
(1) Badan Kepegawaian Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah,
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2) Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah bidang kepegawaian daerah.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Kepegawaian Daerah menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang kepegawaian
daerah;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang kepegawaian daerah;
c.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang
kepegawaian daerah dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesepuluh
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Pasal 23
(1) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu merupakan unsur pendukung tugas Kepala
Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang pelayanan perijinan
terpadu.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan perizinan terpadu;
a.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang pelayanan perizinan terpadu;
b.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pelayanan perizinan
terpadu; dan
c.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesebelas
Satuan Polisi Pamong Praja
Pasal 24
(1) Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
(2) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas memelihara dan
menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Satuan Polisi
Pamong Praja menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah;
b. pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman
dan ketertiban umum di Daerah;
c. pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah;
d. pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman
dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala
Daerah dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) dan/atau aparatur lainnya;
e. pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati Peraturan
Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB V
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 25
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
pemerintahan sesuai keahlian dan kebutuhan.
Pasal 26
(1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 terdiri dari
sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok
sesuai dengan bidang keahliannya yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
(2) Setiap Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Walikota.
(3) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
ESELONERING
Pasal 27
(1) Kepala Badan dan Inspektur merupakan jabatan struktural eselon II.b;
(2) Kepala Kantor, Kepala Satuan, Sekretaris pada Badan dan Inspektorat dan
Inspektur Pembantu merupakan jabatan struktural eselon III.a;
(3) Kepala Bidang pada Badan merupakan jabatan struktural eselon III.b;
(4) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Unit
Pelaksana Teknis pada Badan dan Inspektorat merupakan jabatan struktural
eselon IV.a;
(5) Kepala Sub Bagian pada Unit Pelaksana Teknis merupakan jabatan struktural
eselon IV.b.
BAB VII
KEPEGAWAIAN
Pasal 28
Para pejabat di lingkungan Lembaga Teknis Daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 29
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Lembaga Teknis Daerah
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan sumber lain yang
sah.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Kepala Bidang pada Lembaga Teknis Daerah yang telah menduduki jabatan
struktural eselon III.a sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan tetap diberikan hak
kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural eselon III.a.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan dalam
Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2003 Nomor 5) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2007 Nomor 2) sepanjang yang mengatur tentang susunan, kedudukan,
tugas, fungsi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah, dinyatakan tidak berlaku.
(2) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2007 Nomor 3) dinyatakan tidak berlaku.
(3) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bima (Lembaran Daerah
Kota Bima Tahun 2007 Nomor 4) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.
Ditetapkan di Raba-Bima.
pada tanggal
WALIKOTA BIMA,
M. NUR A. LATIF
Diundangkan di Raba-Bima.
pada tanggal
2008.
SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA,
MARYONO NASIMAN
LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2008 NOMOR 4.
2008.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR
TAHUN 2007
TENTANG
PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA
I. UMUM
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah perlu dilakukan penataanpenataan Perangkat Daerah dalam bentuk suatu organisasi dengan
memperhatikan atau mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan Daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja, kondisi geografis,
jumlah dan kepadatan penduduk, potensi Daerah yang berkaitan dengan urusan
yang ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah peraturan
perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur tentang
pengangkatan PNS dalam jabatan struktural maupun fungsional.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Pejabat struktural eselon IIIa pada semua satuan kerja perangkat daerah
sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, apabila dimutasikan menjadi
kepala bidang pada Lembaga Teknis Daerah tetap diberikan hak
kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural eselon
IIIa.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR ... .
M A
DA H U
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 4 TAHUN 2008
TENTANG
PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BIMA,
Menimbang
: a. bahwa dengan ditetapakannya Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Bima
Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima sebagaimana telah
diubah beberpa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota
Bima Nomor 2 Tahun 2007 perlu disesuaikan;
b. bahwa penyesuaian organisasi sebagaimana dimaksud pada
huruf a, dilakukan dalam rangka penataan organisasi
perangkat daerah yang diarahkan pada efisiensi, efektifitas
dan produktifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas
Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Bima.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Undang-Undang
Nomor
13 Tahun
2002
tentang
Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4188);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan
dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4310);
5. Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang
Nomor
10 Tahun
2004
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4389);
7. Undang-Undang
Nomor
32 Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang
Nomor
33 Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4660);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan
Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4194);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan
Perundang-undangan;
16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun
2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian
Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
19. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bima
(Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2007 Nomor 6);
20. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor
Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah
Kota Bima Tahun 2008 Nomor ).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA
dan
WALIKOTA BIMA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PEMBENTUKAN,
SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Bima.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Walikota adalah Walikota Bima.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.
6. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
10. Perangkat daerah adalah perangkat daerah kota Bima yang terdiri dari
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Kecamatan dan Kelurahan.
11. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Bima.
12. Lembaga teknis daerah adalah unsur pendukung tugas Walikota.
13. Unsur pengawasan daerah adalah badan pengawasan daerah yang selanjutnya
disebut Inspektorat Kota Bima.
14. Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas.
15. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.
16. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pelaksana dalam melaksanakan tugas
yang bersifat khusus sesuai dengan keahliannya.
BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
Membentuk Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari :
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
b. Inspektorat;
c. Badan Lingkungan Hidup;
d. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
e. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
f. Kantor Arsip dan Perpustakaan;
g. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan;
h. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana;
i. Badan Kepegawaian Daerah;
j. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu;
k. Satuan Polisi pamong Praja.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 3
(1) Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari :
a.
Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
b.
Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c.
Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pertanian;
b) Sub Bidang Pengembangan Dunia Usaha.
2. Bidang Perencanaan Pembangunan Prasarana, terdiri dari:
a) Sub Bidang Prasarana Wilayah;
b) Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
3. Bidang Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pemerintahan;
b) Sub Bidang Sosial Budaya.
4. Bidang Pengendalian Perencanaan dan Statistik, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengendalian Perencanaan;
b) Sub Bidang Data dan Statistik.
5. Bidang Penanaman Modal dan Litbang, terdiri dari:
a) Sub Bidang Penanaman Modal;
b) Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Inspektorat
Pasal 4
(1) Susunan Organisasi Inspektorat, terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Inspektur;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1.
Sub Bagian Perencanaan;
2.
Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan;
3.
Sub Bagian Administrasi dan Umum.
c. Unsur pelaksana adalah Inspektur Pembantu, terdiri dari:
1. Inspektur Pembantu Wilayah I, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
2. Inspektur Pembantu Wilayah II, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
3. Inspektur Pembantu Wilayah III, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
4. Inspektur Pembantu Wilayah IV, terdiri dari:
a.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan;
b.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan;
c.
Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Inspektorat adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Badan Lingkungan Hidup
Pasal 5
(1) Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Lingkungan Hidup.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Analisa Dampak dan Pelestarian Lingkungan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan;
b) Sub Bidang Pelestarian Lingkungan.
2. Bidang Pengendalian dan Peran Serta Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan;
b) Sub Bidang Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha.
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Penelitian;
b) Sub Bidang Pengembangan Hasil Penelitian.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Pasal 6
(1) Susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat terdiri dari :
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2.
Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3.
Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Kesatuan Bangsa, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pembauran Bangsa;
b) Sub Bidang Wawasan Kebangsaan.
2. Bidang Politik, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengkajian Masalah Strategis;
b) Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga.
3. Bidang Perlindungan Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Kesiagaan dan Penanggulangan;
b) Sub Bidang Peningkatan SDM dan Satuan Linmas.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan
Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Kelima
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Pasal 7
(1) Susunan organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Ketersediaan Pangan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Cadangan dan Neraca Pangan;
b) Sub Bidang Kerawanan Pangan.
2. Bidang Distribusi dan Konsumsi Pangan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Distribusi Pangan;
b) Sub Bidang Kewaspadaan dan Diversifikasi Pangan.
3. Bidang Penyuluhan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Kelembagaan;
b) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya.
d.
Unit Pelaksana Teknis Dinas.
e.
Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Kantor Arsip dan Perpustakaan
Pasal 8
(1) Susunan organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.
c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1. Seksi Penataan Arsip;
2. Seksi Akuisisi Perpustakaan;
3. Seksi Program dan Pengembangan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan
Pasal 9
(1) Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Kelurahan terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pemerintahan dan Kelembagaan Kelurahan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pemerintahan Kelurahan;
b) Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi
Masyarakat Kelurahan.
2. Bidang Pemberdayaan Adat dan Pengembangan Sosial Budaya
Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pemberdayaan Adat;
b) Sub Bidang Pengembangan Sosial Budaya Masyarakat.
3. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas;
b) Sub Bidang Kemitraan dan Fasilitasi Permodalan.
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam;
b) Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Kelurahan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Daerah
ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Pasal 10
(1) Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana.
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pemberdayaan Perempuan, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pengarusutamaan Gender;
b) Sub Bidang Pemberdayaan Organisasi Perempuan.
2. Bidang Perlindungan Anak dan Remaja, terdiri dari:
a) Sub Bidang Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dan Remaja;
b) Sub Bidang Data dan Informasi Perlindungan Anak dan Remaja.
3. Bidang Pengendalian Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi dan
Pemberdayaan Keluarga, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi;
b) Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Peningkatan Ketahanan dan
Kualitas Keluarga.
4. Bidang Informasi Program dan Pengolahan Data, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pencatatan dan Pelaporan;
b) Sub Bidang Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
d. Unit Pelaksana Teknis Dinas.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan
Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Kesembilan
Badan Kepegawaian Daerah
Pasal 11
(1) Susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari:
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Kepegawaian Daerah
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:
1.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2.
Sub Bagian Program dan Pelaporan;
3.
Sub Bagian Keuangan.
c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:
1. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pegawai terdiri dari :
a) Sub Bidang Pembinaan Pegawai;
b) Sub Bidang Pengembangan Pegawai.
2. Bidang Mutasi Pegawai, terdiri dari :
a) Sub Bidang Mutasi Pegawai dan Pensiun;
b) Sub Bidang Kenaikan Pangkat dan Berkala.
3. Bidang Pendidikan dan Latihan, terdiri dari :
a) Sub Bidang Diklat Struktural;
b) Sub Bidang Diklat Fungsional.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesepuluh
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Pasal 12
(1) Susunan organisasi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu terdiri dari :
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.
c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1. Seksi Pendataan dan Penetapan;
2. Seksi Pelayanan Perizinan;
3. Seksi Evaluasi dan Penyuluhan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X Peraturan Daerah ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesebelas
Satuan Polisi Pamong Praja
Pasal 13
(1) Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja terdiri dari :
a. Unsur pimpinan adalah Kepala Satuan Polisi Pamong Praja;
b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.
c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1)
Seksi Operasi dan Penertiban;
2)
Seksi Pengamanan;
3)
Seksi Penyuluhan dan Kesamaptaan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Pertama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 14
(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh kepala Badan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
sekretaris daerah.
(2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
(3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis perencanaan;
b. pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan
daerah; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedua
Inspektorat
Pasal 15
(1) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah,
dipimpin oleh Inspektur yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
langsung kepada Walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan
dari Sekretaris Daerah.
(2) Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan pemerintahan di daerah kota, pelaksanaan pembinaan atas
penyelenggaraan
pemerintahan
kelurahan
dan
pelaksanaan
urusan
pemerintahan kelurahan.
(3) Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan program pengawasan;
b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan
c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Inspektorat diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Badan Lingkungan Hidup
Pasal 16
(1) Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Walikota, dipimpin
oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2) Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah bidang lingkungan hidup, penelitian dan
pengembangan.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup, penelitian
dan pengembangan;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah bidang lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan;
c.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup,
penelitian dan pengembangan; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Bagian Keempat
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Pasal 17
(1) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat merupakan unsur
pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris
daerah.
(2) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang kesatuan
bangsa, politik dan perlindungan masyarakat.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat menyelenggarakan
fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang kesatuan
bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan
masyarakat;
c.
pembinaan
dan
pelaksanaan tugas bidang
kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat akan diatur lebihlanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kelima
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Pasal 18
(1)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan merupakan unsur pendukung
tugas Walikota, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan
pangan dan penyuluhan pertanian.
(3)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan dan penyuluhan
pertanian;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian;
c.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang ketahanan pangan dan
penyuluhan pertanian; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Keenam
Kantor Arsip dan Perpustakaan
Pasal 19
(1)
Kantor Arsip dan Perpustakaan merupakan unsur pendukung tugas Kepala
Daerah, dipimpin oleh seorang kepala Kantor yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2)
Kantor Arsip dan Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang perpustakaan dan
kearsipan daerah.
(3)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor
Arsip dan Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang kearsipan dan perpustakaan;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang kearsipan dan perpustakaan;
c.
pembinaan
dan
pelaksanaan
tugas
bidang kearsipan dan
perpustakaan; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Kantor Arsip dan Perpustakaan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketujuh
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan
Pasal 20
(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan merupakan
unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
sekretaris daerah.
(2) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
pemberdayaan masyarakat.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan menyelenggarakan
fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang
pemberdayaan masyarakat;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pemberdayaan masyarakat; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kelurahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedelapan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Pasal 21
(1) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan unsur
pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris
daerah.
(2) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
c.
pembinaan
dan
pelaksanaan
tugas
bidang pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana; dan
d.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesembilan
Badan Kepegawaian Daerah
Pasal 22
(1) Badan Kepegawaian Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah,
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2) Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah bidang kepegawaian daerah.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Kepegawaian Daerah menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan teknis bidang kepegawaian
daerah;
b.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang kepegawaian daerah;
c.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang
kepegawaian daerah dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesepuluh
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Pasal 23
(1) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu merupakan unsur pendukung tugas Kepala
Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.
(2) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang pelayanan perijinan
terpadu.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan perizinan terpadu;
a.
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang pelayanan perizinan terpadu;
b.
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pelayanan perizinan
terpadu; dan
c.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesebelas
Satuan Polisi Pamong Praja
Pasal 24
(1) Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
(2) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas memelihara dan
menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Satuan Polisi
Pamong Praja menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah;
b. pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman
dan ketertiban umum di Daerah;
c. pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah;
d. pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman
dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala
Daerah dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) dan/atau aparatur lainnya;
e. pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati Peraturan
Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.
(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB V
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 25
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
pemerintahan sesuai keahlian dan kebutuhan.
Pasal 26
(1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 terdiri dari
sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok
sesuai dengan bidang keahliannya yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
(2) Setiap Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Walikota.
(3) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
ESELONERING
Pasal 27
(1) Kepala Badan dan Inspektur merupakan jabatan struktural eselon II.b;
(2) Kepala Kantor, Kepala Satuan, Sekretaris pada Badan dan Inspektorat dan
Inspektur Pembantu merupakan jabatan struktural eselon III.a;
(3) Kepala Bidang pada Badan merupakan jabatan struktural eselon III.b;
(4) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Unit
Pelaksana Teknis pada Badan dan Inspektorat merupakan jabatan struktural
eselon IV.a;
(5) Kepala Sub Bagian pada Unit Pelaksana Teknis merupakan jabatan struktural
eselon IV.b.
BAB VII
KEPEGAWAIAN
Pasal 28
Para pejabat di lingkungan Lembaga Teknis Daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 29
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Lembaga Teknis Daerah
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan sumber lain yang
sah.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Kepala Bidang pada Lembaga Teknis Daerah yang telah menduduki jabatan
struktural eselon III.a sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan tetap diberikan hak
kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural eselon III.a.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan dalam
Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2003 Nomor 5) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2007 Nomor 2) sepanjang yang mengatur tentang susunan, kedudukan,
tugas, fungsi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah, dinyatakan tidak berlaku.
(2) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima
Tahun 2007 Nomor 3) dinyatakan tidak berlaku.
(3) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bima (Lembaran Daerah
Kota Bima Tahun 2007 Nomor 4) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.
Ditetapkan di Raba-Bima.
pada tanggal
WALIKOTA BIMA,
M. NUR A. LATIF
Diundangkan di Raba-Bima.
pada tanggal
2008.
SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA,
MARYONO NASIMAN
LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2008 NOMOR 4.
2008.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA
NOMOR
TAHUN 2007
TENTANG
PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA
I. UMUM
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah perlu dilakukan penataanpenataan Perangkat Daerah dalam bentuk suatu organisasi dengan
memperhatikan atau mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan Daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja, kondisi geografis,
jumlah dan kepadatan penduduk, potensi Daerah yang berkaitan dengan urusan
yang ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah peraturan
perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur tentang
pengangkatan PNS dalam jabatan struktural maupun fungsional.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Pejabat struktural eselon IIIa pada semua satuan kerja perangkat daerah
sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, apabila dimutasikan menjadi
kepala bidang pada Lembaga Teknis Daerah tetap diberikan hak
kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural eselon
IIIa.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR ... .