UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG M
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI
PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN
DI TK MUTIARA BUNDA BANGKINANG KOTA
Nelti Rizka
Universitas Negeri Padang
Jl. Prof Hamka Air Tawar Padang Sumatera Barat
Email: [email protected]
Abstract: Counting is a mathematical part that needs to be developed in early childhood because numeracy
skills are needed in everyday life, especially the concept of numbers which is also the basis for the
development of math skills and readiness to follow basic education. The purpose of this study to determine
the utilization of congklak media in improving the ability of early childhood counting. This type of research
uses Classroom Action Research through planning, implementation, observation and reflection. The subjects
of the study were children aged 4-5 years in Group A TK Mutiara Bunda, amounting to 16 people.
Techniques of data collection using observation and documentation while the analysis using descriptive
statistics. From the result of data analysis, the ability of the children to understand counting cycle 1 meeting
1 was obtained 56,25%, meeting 2 was obtained 68,75%. This shows that this class action research has not
been successful because the target that is determined is ≥ 75%, then the study continues on cycle 2. In cycle
2 meeting 1 obtained 81.25% and meeting 2 obtained 93.75%. Based on the data analyst at cycle 2 both
meeting 1 and 2 then the expected target is stated achieved. So it can be concluded that the game congklak
can improve the ability of counting children aged 4-5 years in kindergarten Mutiara Bunda Bangkinang
City.
Keywords: Counting, Congklak Game, Early Childhood
Abstrak: Berhitung merupakan bagian matematika yang perlu dikembangkan pada anak usia dini karena
keterampilan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang
merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti
pendidikan dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan media congklak dalam meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia dini. Jenis penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang melalui
tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah anak usia 4-5 tahun di
Kelompok A TK Mutiara Bunda yang berjumlah 16 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi dan dokumentasi sedangkan analisis menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil analisis data
diperoleh kemampuan anak dalam memahami berhitung siklus 1 pertemuan 1 diperoleh 56,25 %, pertemuan
2 diperoleh 68,75 %. Hal ini menunjukkan penelitian tindakan kelas ini belum berhasil karena target yang di
tentukan adalah ≥ 75 %, maka penelitian berlanjut pada siklus 2. Pada siklus 2 pertemuan 1 diperoleh 81,25
% dan pertemuan 2 diperoleh 93,75 %. Berdasarkan analis data pada siklus 2 baik pertemuan 1 dan 2 maka
target yang diharapkan dinyatakan tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan congklak dapat
meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun di TK Mutiara Bunda Bangkinang Kota.
Kata Kunci: Berhitung, Permainan Congklak, Anak Usia Dini
Pendahuluan
bagaimana pikiran anak berhubungan dan
Perkembangan kognitif dapat diartikan
berfungsi sehingga dapat berpikir. Jean Piaget
sebagai kecerdasan atau kemampuan berpikir.
memberi sumbagan pikiran yang tak ternilai
Perkambangan Kognitif ini sangat penting
bagi pemahaman perkembangan Kognitif
bagi anak usia dini karena menggambarkan
anak. Menurutnya, semua anak memiliki pola
perkembangan kognitif yang sama yaitu
bilangan ini memungkinkan anak-anak untuk
melalui 4 tahapan: Sensori-motor (dari lahir –
memahami tolok ukur penting seperti 5 dan
2 tahun), pra-operasional (2 -7 tahun),
10 terkait dengan besaran lain. Konsep
kongkrit-operasional (7-11 tahun) dan formal-
bilangan
operational (11 tahun – dewasa). Jadi pada
memperkirakan
anak usia prasekolah 4-6 tahun berada pada
(NCTM, 2007).
juga
membantu
jumlah
dan
anak-anak
pengukuran
tahap praoperasional yaitu anak-anak belajar
Berhitung merupakan bagian matematika
berpikir menggunakan symbol-simbol dan
yang perlu dikembangkan pada anak usia dini
pencitraan batiniah namun pikiran mereka
karena
masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran
diperlukan
di titik ini sangat berbeda dengan pikiran
terutama konsep bilangan yang merupakan
orang dewasa (Crain, 2007).
juga dasar bagi pengembangan kemampuan
Pengembangan
pemahaman
tentang
keterampilan
dalam
matematika
berhitung
kehidupan
maupun
sangat
sehari-hari,
kesiapan
bilangan dalam operasi penjumlahan perlu
mengikuti
dikenalkan sejak dini. Sebelum memasuki
2007). Pencapaian kemampuan berhitung
Taman Kanak-Kanak (TK), anak-anak perlu
permulaan anak usia 4-6 tahun diantaranya
belajar
dalam
yaitu mampu menyebut dan membilang 1- 10,
kelompok kecil dengan menghitung dan tanpa
mengenal lambang bilangan, menghubungkan
menghitung. Mereka perlu memahami bahwa
konsep bilangan dengan lambang bilangan,
nomor mengacu pada kuantitas. Mereka mulai
membuat urutan bilangan dengan benda-
menggunakan nomor untuk memecahkan
benda,
masalah sehari-hari seperti berapa sendok
kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang
yang mereka perlukan untuk kelompok atau
tidak sama, lebih sedikit dan lebih banyak,
berapa banyak sudut yang ada di persegi
menyebutkan
panjang.
pengurangan
untuk
mengenali
Mereka
harus
obyek
siap
untuk
pendidikan
membedakan
dasar
untuk
dan
hasil
(Depdiknas,
membuat
penambahan
dengan
benda
dua
dan
dan
berhubungan dengan angka dan kelompok
memperkirakan urutan berikutnya setelah
ketika mereka memasuki Taman Kanak-
melihat bentuk lebih dari tiga pola yang
Kanak. Konsep angka atau pemahaman
berurutan
nomor disebut sebagai pengertian bilangan.
2014).
Pengertian
bilangan
membuat
hubungan
(Permendikbud
Pembelajaran
pada
No.137
matematika
keterlibatan
yang
anak
Tahun
baik
antara jumlah dan menghitung. Konsep ini
berfokus
dalam
mendasari pemahaman lebih dan kurang, dari
bermain, bacaan cerita / gambar-buku, dalam
jumlah relatif, hubungan antara ruang dan
karya proyek, dan pembelajaran matematika
kuantitas (yaitu, konservasi nomor), dan
melalui seni atau pendidikan jasmani. Ini
bagian dan keseluruhan dari jumlah. Konsep
memberikan beberapa konteks penting di
mana
anak-anak
pendidikan
di
awal
terlibat
pengaturan
menggunakan kegiatan yang berbeda dari
gagasan
sebelumnya yaitu melalui bermain, karena
dengan
matematika. Praktik yang disoroti di sini
dunia anak adalah dunia bermain.
Bermain
mempromosikan penggunaan berbagai alat,
termasuk
alat
digital
untuk
anak-anak.
mengembangkan
dapat
berbagai
membantu
potensi
anak.
Aktivitas belajar muncul dari ketertarikan,
Melalui bermain anak diajak bereksplorasi,
minat,
menemukan, dan memanfaatkan objek-objek
dan
pertanyaan
anak-anak,
dan
pendidik menghubungkannya dengan tujuan
yang
belajar. Praktiknya umumnya bersifat holistik
pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
dan
terpadu
Bermain merupakan kegiatan yang paling
terhadap pendidikan matematika untuk anak
diminati anak. Saat bermain anak melatih otot
usia 3-8 tahun. Namun, fokus yang jelas pada
besar
tujuan matematika diperlukan, bahkan dalam
berbahasa, menambah pengetahuan, melatih
pendekatan terpadu (National Council for
cara mengatasi masalah, mengelola emosi,
Curriculum and Assesment, 2014).
bersosialisasi, mengenal matematika, sain,
memudahkan
pendekatan
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
dekat
dan
dengan
kecil,
anak,
melatih
sehingga
keterampilan
dan banyak hal lainnya (Suryana dkk, 2015).
permasalahan yang dihadapi anak TK Mutiara
Kegiatan berhitung dapat diajarkan
Bunda Bangkinang khususnya kelompok A
kepada anak usia dini dengan bermain, karena
atau anak usia 4-5 tahun yang berjumlah 16
prinsip pembelajaran untuk anak usia dini
anak, menunjukkan kemampuan kognitif
yaitu bermain sambil belajar, melalui bermain
dalam berhitung mengenal konsep bilangan 1-
anak diberi stimulasi yang dapat merangsang
10 masih rendah dan mengalami kesulitan.
kemampuan anak. Manfaat bermain yaitu
Hal ini terlihat ketika guru meminta anak
mampu memberikan kesempatan kepada anak
menyebut urutan lambang bilangan, masih
untuk memahami lingkungan dan berinteraksi
banyak anak yang belum mampu membilang
sosial, mengekspresikan dan mengendalikan
dengan menunjuk benda 1-10.
Hal ini
emosi, meningkatkan kemampuan simbolik
disebabkan karena kegiatan kurang bervariasi
anak dalam menyatakan ide, pikiran dan
sehingga anak mudah bosan dan guru
perasaannya,
mengalami kesulitan untuk membuat anak
mengembangkan kreatifitas dan lain-lain.
tertarik, fokus, serius dan konsentrasi pada
Sehingga, orang dewasa atau guru dapat
saat
memberi
pembelajaran
pengenalan
konsep
menyelesaikan
dukungan
bagi
konflik,
perkembangan
bilangan, serta kegiatan yang kurang sesuai
tersebut dengan berbagai strategi yang dapat
dengan karakteristik anak usia dini. Untuk
diterima anak (Aisyah, 2007).
mengatasi permasalahan tersebut maka akan
dilakukan
proses
pembelajaran
dengan
Tedjasaputra (2001) menyatakan alat
permainan edukatif merupakan alat permainan
untuk
berhitung melalui permainan congklak pada
kepentingan pendidikan diantaranya bagi guru
anak usia 4-5 tahun di TK Mutiara Bunda
atau
Bangkinang Kota. Pelaksanaan penelitian
yang
dirancang
orang
secara
tua
bisa
khusus
memilihkan
alat
permainan congklak. Permainan congklak
tindakan
yang
tradisional
dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu:
melalui permainan ini anak akan dapat belajar
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
berhitung
merupakan
bermain
permainan
sambil
anak
bermain,
akan
dapat
kelas
ini
secara
garis
besar
karena
dari
refleksi Hubungan antara keempat komponen
belajar
dari
tersebut menunjukkan sebuah siklus atau
kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang
permainan itu.
maka
sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari
peneliti ingin menggunakan metode bermain
penelitian tindakan kelas. Dengan demikian,
dengan media congklak ketika memberikan
penelitian tindakan kelas tidak terbatas dalam
pembelajaran
dini,
satu kali intervensi saja, tetapi berulang
terutama dalam mengenal konsep bilangan.
hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan
Sehingga
judul
(Arikunto, 2010).
Meningkatkan
Penelitian
Berdasarkan
kondisi
berhitung
peneliti
penelitian:
tersebut
anak
usia
mengangkat
“Upaya
ini
dilakukan
pada
Kemampuan Berhitung melalui Permainan
November – Desember 2017 dan bertempat di
Congklak pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK
TK
Mutiara Bunda Bangkinang Kota”
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Subjek
Mutiara
Bunda
Bangkinang
Kota
penelitian adalah peserta didik kelompok A
Metode Penelitian
(Usia 4-5 tahun) TK Mutiara Bunda yang
Penelitian ini menggunakan penelitian
berjumlah 16 orang, terdiri dari 9 anak laki-
tindakan kelas yaitu sebuah kajian ilmiah dari
laki dan 7 anak perempuan. Dipilih TK
suatu penelitian yang dilakukan oleh orang
Mutiara Bunda karena berdasarkan hasil
orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta
observasi di kelas masih banyak anak yang
didik, kepala sekolah) dengan menggunakan
kurang dalam kemampuan berhitung dan
metode refleksi diri dan bertujuan untuk
mengenal konsep bilangan 1-10.
melakukan perbaikan di berbagai aspek
Prosedur pengumpulan
pembelajaran
(Suyadi,
yang
Dalam
digunakan dalam penelitian yaitu pengamatan
penelitian ini guru adalah sebagai peneliti,
dilakukan selama kegiatan berlangsung. Pada
dimana guru
penelitian
sangat
2010).
data
berperan
sekali
dalam proses penelitian tindakan kelas.
Penetapan
jenis
pembelajaran
pengamatan
berlangsung
pada
saat
dilakukan
ini
berdasarkan lembar pengamatan. Penelitian
didasarkan pada tujuan bahwa peneliti ingin
ini dibantu dengan teman sejawat. Catatan
mengetahui
lapangan merupakan catatan tertulis tentang
peningkatan
penelitian
ini,
kemampuan
apa yang didengar, dilihat, dan dialami, dalam
yaitu mulai dari pengamatan, perencanaan,
rangka
tindakan,
pengumpulan
data
dan
refleksi
pelaksanan
tindakan,
sampai
terhadap data. Catatan lapangan ini berisi
refleksi terhadap tindakan. Beberapa data
hasil pengamatan yang diperoleh peneliti
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
selama pemberian tindakan berlangsung.
data hasil pengamatan aktivitas guru dan
Untuk
meningkatkan
kemampuan
aktivitas anak terhadap penerapan permainan
berhitung anak dalam mengenal konsep
congklak.
Data
yang
bilangan 1-10 dalam penelitian ini dilakukan
kemudian dianalisis.
sudah
terkumpul
melalui kegiatan permainan congklak. Pada
Alat yang digunakan untuk mengamati
saat melaksanakan permainan congklak, anak-
aktivitas guru dan aktivitas anak berupa skor.
anak di minta untuk bermain sesuai aturan,
Indikator
yang aturan permainannya dilakukan dengan
dikatakan tercapai (baik) adalah jika hasil dari
cara: 1. Anak menyebutkan urutan bilangan
siklus I mencapai ≥ 75% dari jumlah anak
yang ada pada lubang dan tempurung kelapa,
(16 anak) memperoleh bintang tiga atau
2. Anak menghitung biji karet (buah pora)
empat dari segi kemampuan mengenal konsep
dengan membilang dan menunjukkan biji
bilangan 1-10. Nilai rata-rata kemampuan
karet sesuai angka. 3. Anak memasukkan
berhitung anak dalam mengenal konsep
buah karet ke dalam tempurung sesuai angka
bilangan belum tercapai (kurang baik) jika
pada lubang. 4. Kemudian anak mencoba
mendapat bintang satu atau bintang dua pada
memainkannya.
siklus I maka penelitian ini berlanjut pada
Teknik pengumpulan data berupa
siklus
ke
keberhasilan
II.
Namun
penelitian
jika
ini
indikator
pengamatan dan dokumentasi. Pengamatan
keberhasilan telah mencapai rata-rata 75%
dilakukan
yang
pada siklus I maka tetap dilanjutkan ke siklus
aktivitas guru, aktivitas anak, dan instrumen
ke II hal ini dilakukan sebagai upaya
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
pemantapan data pada siklus I.
menggunakan
instrumen
konsep bilangan. Selain data berupa catatan
tertulis juga dilakukan pendokumentasian
Hasil
berupa foto. Foto ini dapat dijadikan sebagai
Setelah dilakukan pengumpulan data sesuai
bukti otentik bahwa pembelajaran benar-benar
dengan prosedur yang telah dijelaskan, maka
berlangsung.
langkah selanjutnya adalah penyajian data dan
Teknik analisis data dalam penelitian
hasil penelitian sesuai dengan hasil observasi,
ini menggunakan statistik deskriptif. Analisis
yang telah dilakukan oleh peneliti. Adapun
data merupakan usaha memilih, memilah,
data yang akan disajikan meliputi data awal,
membuang dan menggolongkan data. Tehnik
data siklus I dan data siklus II. Hasil
analisis data berlangsung dari awal penelitian
penelitian berupa hasil penilaian terhadap
evaluasi yang dilakukan melalui observasi
dalam memberikan penjelasan permainan dan
oleh peneliti mengenai kemampuan berhitung
mencontohkannya terlebih dahulu sampai
dalam mengenal konsep bilangan kepada anak
anak mengerti baru melakukan kegiatan untuk
di TK Mutiara Bunda, pada kelompok A yang
pembelajaran dan penilaian.
Pada
berjumlah 16 anak (9 laki-laki dan 7
siklus
I
pertemuan
2
perempuan. Adapun hasil observasi diperoleh
pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan
data awal hanya 4 anak yang dikatakan
yang dicapai anak meningkat walaupun belum
tercapai (baik) dalam mengenal konsep
dapat dikatakan berhasil karena berdasarkan
bilangan 1-10, sedangkan 12 anak
masih
hasil penilaian kemampuan berhitung anak
kurang
dalam
hanya mencapai 68,75%, hal ini menunjukkan
kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10.
bahwa kinerja seorang guru memegang peran
Permasalahan
penting untuk meningkatkan hasil belajar
baik
(belum
tersebut
tercapai)
dianggap
peneliti
segera ditindak lanjuti dengan mengadakan
anak
karena
terjadi
peningkatan
dalam
penelitian tindakan kelas (PTK)
pembelajaran karena anak mulai memahami
Pada siklus I pertemuan 1 ini ditahap
aturan dan cara-cara bermain congklak yang
awal meteri guru membuka pelajaran dengan
diterangkan guru. Walau terjadi peningkatan
menyampaikan
memberikan
tapi tingkat keberhasilan belum tercapai
langkah-langkah
sehingga diperlukan tindakan lanjutan yaitu
dan
Siklus ke II pertemuan 1.
tema
penjelasan
tentang
permainan
congklak
dan
langsung
sehingga
Pada siklus II pertemuan 1 ini dapat
menyebabkan anak masih bingung tentang
dikemukakan bahwa capaian kemampuan
aturan permainan dan kurang maksimal dalam
anak berhitung mengenal konsep bilangan 1-
kegiatan permainan congklak. Pada tahap ini
10 sudah mencapai 81,25 %. Hal ini tidak
pelaksanaan belum dapat dikatakan berhasil
lepas dari peran guru yang selalu memberi
karena pembelajaran tercapai (baik) hanya
motivasi anak dan beberapa anak mulai
56,25%, hal ini terjadi karena ketika guru
memahami
menunjukkan media congklak anak asyik
menggunakan biji
berbicara
tidak
sebagai congklak, sehingga ketepatan ucapan
memperhatikan dengan fokus sehingga anak
ketika berhitung dengan biji yang diambil
tidak memahami
sama. Meskipun hasil sudah tercapai karena
mempraktikkan
permainannya
sehingga
anak
terkesan
peraturan serta tata cara
konsep
berhitung
karet
dengan
yang dijadikan
Dari kegiatan ini
melebihi 75%, namun tetap dilanjutkan ke
menunjukkan bahwa guru memegang peran
pertemuan 2 sebagai kegiatan pemantapan
penting untuk meningkatkan hasil belajar
anak dalam mengenal konsep bilangan.
permainan congklak ini.
anak, maka dalam pertemuan selanjutnya
Pada siklus II pertemuan 2 ini
diharapkan sebelum kegiatan guru lebih baik
aktivitas anak dalam pembelajaran berhitung
menggunakan permainan congklak sudah
Pembahasan
menunjukkan persentase 93,75 %,, anak
Perbaikan kemampuan yang menjadi tujuan
merasa senang bisa memainkan congklak di
penelitian yaitu meningkatkan kemampuan
sekolah. Hal ini tidak lepas dari peran guru
berhitung
yang guru telah melaksanakan pembelajaran
mengenal konsep bilangan 1-10 melalui
sesuai
dalam
kegiatan menghitung jumlah biji karet yang
menciptakan suasana kelas yang nyaman.
kemudian dialihkan pada permainan congklak
Dari
agar
RPPH
hasil
dan
ini
inovasi
dapat
baru
diketahui
bahwa
anak
lebih
usia
menarik
4-5
dan
tahun
dalam
mempermudah
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
penerapannya. Kegiatan ini sangat menarik
konsep bilangan 1-10 dapat meningkat setelah
karena mempunyai beberapa kelebihan antara
melaksanakan pembelajaran menggunakan
lain:
media congklak.
menggunakan benda yaitu biji karet yang
Berikut
Hasil
Perkembangan
(1)
dijadikan
anak
biji
dapat
congklak
sehingga
anak
menghitung
lewat
sebuah
tidak
belajar
jari
seperti
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran yang
permainan
dilakukan pada anak kelompok A (usia 4-5
menghitung
tahun) di TK Mutiara Bunda Bangkinang :
biasanya ataupu menghitung menggunakan
menggunakan
hafalan, (2) lewat permainan congklak anak
Tabel Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
di TK Mutiara Bunda Bangkinang Kota
Tercapai (Baik)
≥ 75%
Pembelajaran
Pra-Observasi
belajar
mengelompokkan
biji
karet
Belum Tercapai
berdasarkan jumlahnya yaitu 1-10 (3) anak
(Kurang Baik)
akan lebih paham dan berkesan apabila
< 75%
sebuah pembelajaran itu dilakukan dalam
Jml
Jml
0
4
4
7
5
12
sebuah permainan. Selain kelebihan di atas,
Siklus
Pertemuan I
3
6
9
6
1
7
permainan
congklak
dalam
hal
ini
I
Pertemuan II
5
6
11
5
0
5
menghitung jumlah biji-bijian juga memiliki
Siklus
Pertemuan I
6
7
13
3
0
3
II
Pertemuan II
10
5
15
1
0
1
kekurangan yaitu setelah dilakukan penelitian
tindakan kelas ternyata terdapat hal-hal yang
memang dirasa sulit oleh peneliti antara lain:
(1) aturan dalam permainan ini sulit untuk
dipahami anak-anak sehingga membutuhkan
kesabaran dalam membimbing dan waktu
lama
untuk
menjelaskan,
(2)
proses
permainan membutuhkan waktu lama.
Permainan
congklak
ini
cocok
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung anak usia 4-5 tahun karena pada
usia 4 atau 5 tahun ini laju pertumbuhan fisik
kriteria
melambat namun koordinasi mata, tangan,
ditetapkan peneliti yaitu: kriteria keberhasilan
dan memori sedang matang. Selama TK,
75 % dapat dikatakanTuntas (T) telah dapat
anak-anak
terampil
dicapai oleh ke-16 anak didik TK Mutiara
menghitung di luar kepala dan rasional.
Bunda Bangkinang Kelompok A. Penerapan
Banyak anak TK siap untuk bermain game
kegiatan
yang lebih kompleks dengan jumlah bilangan
diterapkan pada permainan congklak di TK
seperti
dan
Mutiara Bunda terbukti dapat meningkatkan
tertentu.
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
Menghitung mundur dan meletakkan dasar
konsep bilangan 1-10. Hal ini terbukti dari
untuk operasi seluruh jumlah penambahan
hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dan pengurangan. Kegiatan estimasi dapat
dilakukan yang di dalamnya terdapat aspek
dimulai dengan bermain permainan sederhana
yang dinilai kemampuan anak menghitung
(Charlesworth, 2010).
keseluruhan jumlah biji dan kemampuan anak
biasanya
menjadi
menghitung
mengandalkan
dari
mundur
jumlah
Perbaikan pembelajaran dengan media
dalam
nilai
keberhasilan
menghitung
biji
memasangkan
yang
karet
lambang
telah
yang
bilangan
congklak melalui beberapa siklus yaitu siklus
dengan biji. Hasil penelitian ini sejalan
I dan II yang setiap siklus terdiri dari 2
dengan penelitian Yeni dkk (2016) yang
pertemuan secara bertahap telah menunjukkan
menunjukkan
hasil kearah yang positif, hal ini terbukti
permainan
dengan adanya : Siklus I pertemuan 1
peningkatan berhitung permulaan anak usia
perolehan hasil kemampuan berhitung anak
dini di TK Putra II Serang.
bahwa
tradisional
Penelitian
dalam mengenal konsep bilangan 1-10 hanya
ini
adanya
pengaruh
congklak
terhadap
telah
membuktikan
68,75
kebenaran teori dari Piaget (1896 – 1980)
%, dari siklus I pertemuan 1 ke pertemuan 2
bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap
terjadi
kognitif
pra operasional, maka penguasaan kegiatan
berhitung anak dalam mengenal konsep
berhitung/matematika pada anak usia taman
bilangan. Pada siklus II pertemuan 1 kriteria
kanak-kanak melalui tahap konsep, anak
keberhasilan kemampuan berhitung anak
berekspresi untuk menghitung benda-benda
mencapai 81,25 % yang kemudian masih
yang
dilakukan
kemampuan
dilihatnya. Hal ini telah diterapkan dalam
kognitif anak maka pada akhir siklus II
permainan congklak yaitu dengan menghitung
pertemuan
biji-bijian
56,25 % pada pertemuan 2 menjadi
peningkatan
perbaikan
2
kemampuan
tingkat
persentase
kemampuan
dapat
dihitung
sehingga
dan
dapat
yang
dapat
meningkatkan
berhitung anak meningkat menjadi 93,75 %.
kemampuan kognitif anak dalam mengenal
Dengan
konsep bilangan di TK Mutiara Bunda
demikian
maka
penelitian
ini
dikatakan berhasil karena target capaian
Bangkinang Kota.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penghitungan, pengukuran, konstruksi dengan
pendapat Aisyah (2007) yang menyatakan
balok, permainan papan dan kartu permainan,
bahwa bermain memiliki manfaat yang sangat
dan bermain secara dramatis, musik, dan seni
besar bagi perkembangan anak karena mampu
(NAEYC, 2002).
memberikan kesempatan kepada anak untuk
memahami
lingkungan
dan
berinteraksi
Kesimpulan
sosial, mengekspresikan dan mengendalikan
Permainan congklak melalui kegiatan
emosi, meningkatkan kemampuan simbolik
menghitung biji karet di Kelompok A (Usia 4-
anak dalam menyatakan ide, pikiran dan
5 tahun) TK Mutiara Bunda Bangkinang Kota
perasaannya,
konflik,
dapat meningkatkan kemampuan berhitung
mengembangkan kreatifitas dan lain-lain.
anak dalam mengenal konsep bilangan 1-10.
Sehingga, orang dewasa atau guru dapat
Hal ini terbukti dari hasil penelitian tindakan
memberi
perkembangan
kelas yang telah mengalami peningkatan yaitu
tersebut dengan berbagai strategi yang dapat
pada Siklus I pertemuan 1 perolehan hasil
diterima anak.
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
menyelesaikan
dukungan
bagi
Berikan waktu, bahan, dan dukungan
konsep bilangan 1-10 hanya 56,25 % pada
guru yang cukup bagi anak-anak untuk
pertemuan 2 menjadi
terlibat dalam permainan, konteks di mana
pada
mereka mengeksplorasi dan memanipulasi
keberhasilan kemampuan berhitung anak
gagasan matematika dengan minat. Anak-
mencapai 81,25 % yang kemudian masih
anak
dilakukan
menjadi
sangat
terlibat
dalam
siklus
II
68,75 %. Selanjutnya,
pertemuan
perbaikan
tingkat
1
kriteria
kemampuan
permainan. Aspek permainan ini cenderung
berhitung anak maka pada akhir siklus II
mendorong dan mempromosikan pemikiran
pertemuan 2 persentase kemampuan kognitif
dan pembelajaran matematika dan bidang
anak meningkat menjadi 93,75 %.
lainnya. Bermain memang tidak menjamin
perkembangan
bermain
matematis,
mampu
tapi
kegiatan
menawarkan
banyak
kemungkinan. Manfaat yang signifikan lebih
mungkin
terjadi
yaitu
ketika
guru
menindaklanjuti konsep gagasan matematis
yang telah muncul dalam permainan mereka.
Program anak usia dini harus menyediakan
materi
dan
memungkinkan
periode
anak
waktu
belajar
yang
matematika
melalui kegiatan bermain yang mendorong
Daftar Pustaka
Ahmad Susanto. (2001). Perkembangan Anak
Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada
Media
Aisysh, Siti dkk. (2007). Perkembangan dan
Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi. (2010).
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Charlesworth, Rosalind dan Karen K. Lind.
(2010). Math & Science For Young
Children Sixth Edition. USA :
Wadsworth
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran
Bidang Pengembangan Kognitif di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Depdiknas. (2007). Pedoman Permainan
Berhitung
Permulaan
di
Taman
KanakKanak.
Jakarta:
Depdiknas
Direktorat Pembinaan Tk dan SD.
Hurlock B. Elisabeth. (2000). Perkembangan
Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
National Association for the Education of
Young Children. (2002) . Early
Childhood Mathematics : Promoting
Good Beginnings. NAEYC/NCTM Joint
Position Statement
National Council for Curriculum and
Assesment. (2014). Mathematics in
Early Childhood and Primary
Education (3-8 years) Teaching and
Learning. Research Report No.18.
http://www.ncca.ie. Diakses tanggal
29 November 2017
National Council of Teachers of Mathematics.
(2007). Curriculum focal points for
prekindergarten through grade 8
mathematics. Retrieved May 24, 2007,
from http://www.nctm.org
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Suryana, D., Elina, E., Nurevi, N., &
Ratnawilis,
R.
(2015).
Model
Pembelajaran
Berbasis
Pendekatan
Saintifik pada Taman Kanak-kanak di
Kota Padang.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar P A U D.
Yokjakarta : PT Bintang Pustaka Insan
Madani
Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain
Mainan dan Permainan.Jakarta: Grasindo
Yeni, dkk. (2016). Pengaruh Permainan
Tradisional
Congklak
terhadap
Kemampuan Berhitung Permulaan Anak
Usia Dini Usia 4-5 Tahun di Kelompok
A TK Putra II Serang Tahun Ajaran
2015/2016. Infantia. Volume 4. Nomor
2. Agustus 2016
PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN
DI TK MUTIARA BUNDA BANGKINANG KOTA
Nelti Rizka
Universitas Negeri Padang
Jl. Prof Hamka Air Tawar Padang Sumatera Barat
Email: [email protected]
Abstract: Counting is a mathematical part that needs to be developed in early childhood because numeracy
skills are needed in everyday life, especially the concept of numbers which is also the basis for the
development of math skills and readiness to follow basic education. The purpose of this study to determine
the utilization of congklak media in improving the ability of early childhood counting. This type of research
uses Classroom Action Research through planning, implementation, observation and reflection. The subjects
of the study were children aged 4-5 years in Group A TK Mutiara Bunda, amounting to 16 people.
Techniques of data collection using observation and documentation while the analysis using descriptive
statistics. From the result of data analysis, the ability of the children to understand counting cycle 1 meeting
1 was obtained 56,25%, meeting 2 was obtained 68,75%. This shows that this class action research has not
been successful because the target that is determined is ≥ 75%, then the study continues on cycle 2. In cycle
2 meeting 1 obtained 81.25% and meeting 2 obtained 93.75%. Based on the data analyst at cycle 2 both
meeting 1 and 2 then the expected target is stated achieved. So it can be concluded that the game congklak
can improve the ability of counting children aged 4-5 years in kindergarten Mutiara Bunda Bangkinang
City.
Keywords: Counting, Congklak Game, Early Childhood
Abstrak: Berhitung merupakan bagian matematika yang perlu dikembangkan pada anak usia dini karena
keterampilan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang
merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti
pendidikan dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan media congklak dalam meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia dini. Jenis penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang melalui
tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah anak usia 4-5 tahun di
Kelompok A TK Mutiara Bunda yang berjumlah 16 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi dan dokumentasi sedangkan analisis menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil analisis data
diperoleh kemampuan anak dalam memahami berhitung siklus 1 pertemuan 1 diperoleh 56,25 %, pertemuan
2 diperoleh 68,75 %. Hal ini menunjukkan penelitian tindakan kelas ini belum berhasil karena target yang di
tentukan adalah ≥ 75 %, maka penelitian berlanjut pada siklus 2. Pada siklus 2 pertemuan 1 diperoleh 81,25
% dan pertemuan 2 diperoleh 93,75 %. Berdasarkan analis data pada siklus 2 baik pertemuan 1 dan 2 maka
target yang diharapkan dinyatakan tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan congklak dapat
meningkatkan kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun di TK Mutiara Bunda Bangkinang Kota.
Kata Kunci: Berhitung, Permainan Congklak, Anak Usia Dini
Pendahuluan
bagaimana pikiran anak berhubungan dan
Perkembangan kognitif dapat diartikan
berfungsi sehingga dapat berpikir. Jean Piaget
sebagai kecerdasan atau kemampuan berpikir.
memberi sumbagan pikiran yang tak ternilai
Perkambangan Kognitif ini sangat penting
bagi pemahaman perkembangan Kognitif
bagi anak usia dini karena menggambarkan
anak. Menurutnya, semua anak memiliki pola
perkembangan kognitif yang sama yaitu
bilangan ini memungkinkan anak-anak untuk
melalui 4 tahapan: Sensori-motor (dari lahir –
memahami tolok ukur penting seperti 5 dan
2 tahun), pra-operasional (2 -7 tahun),
10 terkait dengan besaran lain. Konsep
kongkrit-operasional (7-11 tahun) dan formal-
bilangan
operational (11 tahun – dewasa). Jadi pada
memperkirakan
anak usia prasekolah 4-6 tahun berada pada
(NCTM, 2007).
juga
membantu
jumlah
dan
anak-anak
pengukuran
tahap praoperasional yaitu anak-anak belajar
Berhitung merupakan bagian matematika
berpikir menggunakan symbol-simbol dan
yang perlu dikembangkan pada anak usia dini
pencitraan batiniah namun pikiran mereka
karena
masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran
diperlukan
di titik ini sangat berbeda dengan pikiran
terutama konsep bilangan yang merupakan
orang dewasa (Crain, 2007).
juga dasar bagi pengembangan kemampuan
Pengembangan
pemahaman
tentang
keterampilan
dalam
matematika
berhitung
kehidupan
maupun
sangat
sehari-hari,
kesiapan
bilangan dalam operasi penjumlahan perlu
mengikuti
dikenalkan sejak dini. Sebelum memasuki
2007). Pencapaian kemampuan berhitung
Taman Kanak-Kanak (TK), anak-anak perlu
permulaan anak usia 4-6 tahun diantaranya
belajar
dalam
yaitu mampu menyebut dan membilang 1- 10,
kelompok kecil dengan menghitung dan tanpa
mengenal lambang bilangan, menghubungkan
menghitung. Mereka perlu memahami bahwa
konsep bilangan dengan lambang bilangan,
nomor mengacu pada kuantitas. Mereka mulai
membuat urutan bilangan dengan benda-
menggunakan nomor untuk memecahkan
benda,
masalah sehari-hari seperti berapa sendok
kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang
yang mereka perlukan untuk kelompok atau
tidak sama, lebih sedikit dan lebih banyak,
berapa banyak sudut yang ada di persegi
menyebutkan
panjang.
pengurangan
untuk
mengenali
Mereka
harus
obyek
siap
untuk
pendidikan
membedakan
dasar
untuk
dan
hasil
(Depdiknas,
membuat
penambahan
dengan
benda
dua
dan
dan
berhubungan dengan angka dan kelompok
memperkirakan urutan berikutnya setelah
ketika mereka memasuki Taman Kanak-
melihat bentuk lebih dari tiga pola yang
Kanak. Konsep angka atau pemahaman
berurutan
nomor disebut sebagai pengertian bilangan.
2014).
Pengertian
bilangan
membuat
hubungan
(Permendikbud
Pembelajaran
pada
No.137
matematika
keterlibatan
yang
anak
Tahun
baik
antara jumlah dan menghitung. Konsep ini
berfokus
dalam
mendasari pemahaman lebih dan kurang, dari
bermain, bacaan cerita / gambar-buku, dalam
jumlah relatif, hubungan antara ruang dan
karya proyek, dan pembelajaran matematika
kuantitas (yaitu, konservasi nomor), dan
melalui seni atau pendidikan jasmani. Ini
bagian dan keseluruhan dari jumlah. Konsep
memberikan beberapa konteks penting di
mana
anak-anak
pendidikan
di
awal
terlibat
pengaturan
menggunakan kegiatan yang berbeda dari
gagasan
sebelumnya yaitu melalui bermain, karena
dengan
matematika. Praktik yang disoroti di sini
dunia anak adalah dunia bermain.
Bermain
mempromosikan penggunaan berbagai alat,
termasuk
alat
digital
untuk
anak-anak.
mengembangkan
dapat
berbagai
membantu
potensi
anak.
Aktivitas belajar muncul dari ketertarikan,
Melalui bermain anak diajak bereksplorasi,
minat,
menemukan, dan memanfaatkan objek-objek
dan
pertanyaan
anak-anak,
dan
pendidik menghubungkannya dengan tujuan
yang
belajar. Praktiknya umumnya bersifat holistik
pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
dan
terpadu
Bermain merupakan kegiatan yang paling
terhadap pendidikan matematika untuk anak
diminati anak. Saat bermain anak melatih otot
usia 3-8 tahun. Namun, fokus yang jelas pada
besar
tujuan matematika diperlukan, bahkan dalam
berbahasa, menambah pengetahuan, melatih
pendekatan terpadu (National Council for
cara mengatasi masalah, mengelola emosi,
Curriculum and Assesment, 2014).
bersosialisasi, mengenal matematika, sain,
memudahkan
pendekatan
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
dekat
dan
dengan
kecil,
anak,
melatih
sehingga
keterampilan
dan banyak hal lainnya (Suryana dkk, 2015).
permasalahan yang dihadapi anak TK Mutiara
Kegiatan berhitung dapat diajarkan
Bunda Bangkinang khususnya kelompok A
kepada anak usia dini dengan bermain, karena
atau anak usia 4-5 tahun yang berjumlah 16
prinsip pembelajaran untuk anak usia dini
anak, menunjukkan kemampuan kognitif
yaitu bermain sambil belajar, melalui bermain
dalam berhitung mengenal konsep bilangan 1-
anak diberi stimulasi yang dapat merangsang
10 masih rendah dan mengalami kesulitan.
kemampuan anak. Manfaat bermain yaitu
Hal ini terlihat ketika guru meminta anak
mampu memberikan kesempatan kepada anak
menyebut urutan lambang bilangan, masih
untuk memahami lingkungan dan berinteraksi
banyak anak yang belum mampu membilang
sosial, mengekspresikan dan mengendalikan
dengan menunjuk benda 1-10.
Hal ini
emosi, meningkatkan kemampuan simbolik
disebabkan karena kegiatan kurang bervariasi
anak dalam menyatakan ide, pikiran dan
sehingga anak mudah bosan dan guru
perasaannya,
mengalami kesulitan untuk membuat anak
mengembangkan kreatifitas dan lain-lain.
tertarik, fokus, serius dan konsentrasi pada
Sehingga, orang dewasa atau guru dapat
saat
memberi
pembelajaran
pengenalan
konsep
menyelesaikan
dukungan
bagi
konflik,
perkembangan
bilangan, serta kegiatan yang kurang sesuai
tersebut dengan berbagai strategi yang dapat
dengan karakteristik anak usia dini. Untuk
diterima anak (Aisyah, 2007).
mengatasi permasalahan tersebut maka akan
dilakukan
proses
pembelajaran
dengan
Tedjasaputra (2001) menyatakan alat
permainan edukatif merupakan alat permainan
untuk
berhitung melalui permainan congklak pada
kepentingan pendidikan diantaranya bagi guru
anak usia 4-5 tahun di TK Mutiara Bunda
atau
Bangkinang Kota. Pelaksanaan penelitian
yang
dirancang
orang
secara
tua
bisa
khusus
memilihkan
alat
permainan congklak. Permainan congklak
tindakan
yang
tradisional
dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu:
melalui permainan ini anak akan dapat belajar
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
berhitung
merupakan
bermain
permainan
sambil
anak
bermain,
akan
dapat
kelas
ini
secara
garis
besar
karena
dari
refleksi Hubungan antara keempat komponen
belajar
dari
tersebut menunjukkan sebuah siklus atau
kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang
permainan itu.
maka
sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari
peneliti ingin menggunakan metode bermain
penelitian tindakan kelas. Dengan demikian,
dengan media congklak ketika memberikan
penelitian tindakan kelas tidak terbatas dalam
pembelajaran
dini,
satu kali intervensi saja, tetapi berulang
terutama dalam mengenal konsep bilangan.
hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan
Sehingga
judul
(Arikunto, 2010).
Meningkatkan
Penelitian
Berdasarkan
kondisi
berhitung
peneliti
penelitian:
tersebut
anak
usia
mengangkat
“Upaya
ini
dilakukan
pada
Kemampuan Berhitung melalui Permainan
November – Desember 2017 dan bertempat di
Congklak pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK
TK
Mutiara Bunda Bangkinang Kota”
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Subjek
Mutiara
Bunda
Bangkinang
Kota
penelitian adalah peserta didik kelompok A
Metode Penelitian
(Usia 4-5 tahun) TK Mutiara Bunda yang
Penelitian ini menggunakan penelitian
berjumlah 16 orang, terdiri dari 9 anak laki-
tindakan kelas yaitu sebuah kajian ilmiah dari
laki dan 7 anak perempuan. Dipilih TK
suatu penelitian yang dilakukan oleh orang
Mutiara Bunda karena berdasarkan hasil
orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta
observasi di kelas masih banyak anak yang
didik, kepala sekolah) dengan menggunakan
kurang dalam kemampuan berhitung dan
metode refleksi diri dan bertujuan untuk
mengenal konsep bilangan 1-10.
melakukan perbaikan di berbagai aspek
Prosedur pengumpulan
pembelajaran
(Suyadi,
yang
Dalam
digunakan dalam penelitian yaitu pengamatan
penelitian ini guru adalah sebagai peneliti,
dilakukan selama kegiatan berlangsung. Pada
dimana guru
penelitian
sangat
2010).
data
berperan
sekali
dalam proses penelitian tindakan kelas.
Penetapan
jenis
pembelajaran
pengamatan
berlangsung
pada
saat
dilakukan
ini
berdasarkan lembar pengamatan. Penelitian
didasarkan pada tujuan bahwa peneliti ingin
ini dibantu dengan teman sejawat. Catatan
mengetahui
lapangan merupakan catatan tertulis tentang
peningkatan
penelitian
ini,
kemampuan
apa yang didengar, dilihat, dan dialami, dalam
yaitu mulai dari pengamatan, perencanaan,
rangka
tindakan,
pengumpulan
data
dan
refleksi
pelaksanan
tindakan,
sampai
terhadap data. Catatan lapangan ini berisi
refleksi terhadap tindakan. Beberapa data
hasil pengamatan yang diperoleh peneliti
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
selama pemberian tindakan berlangsung.
data hasil pengamatan aktivitas guru dan
Untuk
meningkatkan
kemampuan
aktivitas anak terhadap penerapan permainan
berhitung anak dalam mengenal konsep
congklak.
Data
yang
bilangan 1-10 dalam penelitian ini dilakukan
kemudian dianalisis.
sudah
terkumpul
melalui kegiatan permainan congklak. Pada
Alat yang digunakan untuk mengamati
saat melaksanakan permainan congklak, anak-
aktivitas guru dan aktivitas anak berupa skor.
anak di minta untuk bermain sesuai aturan,
Indikator
yang aturan permainannya dilakukan dengan
dikatakan tercapai (baik) adalah jika hasil dari
cara: 1. Anak menyebutkan urutan bilangan
siklus I mencapai ≥ 75% dari jumlah anak
yang ada pada lubang dan tempurung kelapa,
(16 anak) memperoleh bintang tiga atau
2. Anak menghitung biji karet (buah pora)
empat dari segi kemampuan mengenal konsep
dengan membilang dan menunjukkan biji
bilangan 1-10. Nilai rata-rata kemampuan
karet sesuai angka. 3. Anak memasukkan
berhitung anak dalam mengenal konsep
buah karet ke dalam tempurung sesuai angka
bilangan belum tercapai (kurang baik) jika
pada lubang. 4. Kemudian anak mencoba
mendapat bintang satu atau bintang dua pada
memainkannya.
siklus I maka penelitian ini berlanjut pada
Teknik pengumpulan data berupa
siklus
ke
keberhasilan
II.
Namun
penelitian
jika
ini
indikator
pengamatan dan dokumentasi. Pengamatan
keberhasilan telah mencapai rata-rata 75%
dilakukan
yang
pada siklus I maka tetap dilanjutkan ke siklus
aktivitas guru, aktivitas anak, dan instrumen
ke II hal ini dilakukan sebagai upaya
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
pemantapan data pada siklus I.
menggunakan
instrumen
konsep bilangan. Selain data berupa catatan
tertulis juga dilakukan pendokumentasian
Hasil
berupa foto. Foto ini dapat dijadikan sebagai
Setelah dilakukan pengumpulan data sesuai
bukti otentik bahwa pembelajaran benar-benar
dengan prosedur yang telah dijelaskan, maka
berlangsung.
langkah selanjutnya adalah penyajian data dan
Teknik analisis data dalam penelitian
hasil penelitian sesuai dengan hasil observasi,
ini menggunakan statistik deskriptif. Analisis
yang telah dilakukan oleh peneliti. Adapun
data merupakan usaha memilih, memilah,
data yang akan disajikan meliputi data awal,
membuang dan menggolongkan data. Tehnik
data siklus I dan data siklus II. Hasil
analisis data berlangsung dari awal penelitian
penelitian berupa hasil penilaian terhadap
evaluasi yang dilakukan melalui observasi
dalam memberikan penjelasan permainan dan
oleh peneliti mengenai kemampuan berhitung
mencontohkannya terlebih dahulu sampai
dalam mengenal konsep bilangan kepada anak
anak mengerti baru melakukan kegiatan untuk
di TK Mutiara Bunda, pada kelompok A yang
pembelajaran dan penilaian.
Pada
berjumlah 16 anak (9 laki-laki dan 7
siklus
I
pertemuan
2
perempuan. Adapun hasil observasi diperoleh
pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan
data awal hanya 4 anak yang dikatakan
yang dicapai anak meningkat walaupun belum
tercapai (baik) dalam mengenal konsep
dapat dikatakan berhasil karena berdasarkan
bilangan 1-10, sedangkan 12 anak
masih
hasil penilaian kemampuan berhitung anak
kurang
dalam
hanya mencapai 68,75%, hal ini menunjukkan
kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10.
bahwa kinerja seorang guru memegang peran
Permasalahan
penting untuk meningkatkan hasil belajar
baik
(belum
tersebut
tercapai)
dianggap
peneliti
segera ditindak lanjuti dengan mengadakan
anak
karena
terjadi
peningkatan
dalam
penelitian tindakan kelas (PTK)
pembelajaran karena anak mulai memahami
Pada siklus I pertemuan 1 ini ditahap
aturan dan cara-cara bermain congklak yang
awal meteri guru membuka pelajaran dengan
diterangkan guru. Walau terjadi peningkatan
menyampaikan
memberikan
tapi tingkat keberhasilan belum tercapai
langkah-langkah
sehingga diperlukan tindakan lanjutan yaitu
dan
Siklus ke II pertemuan 1.
tema
penjelasan
tentang
permainan
congklak
dan
langsung
sehingga
Pada siklus II pertemuan 1 ini dapat
menyebabkan anak masih bingung tentang
dikemukakan bahwa capaian kemampuan
aturan permainan dan kurang maksimal dalam
anak berhitung mengenal konsep bilangan 1-
kegiatan permainan congklak. Pada tahap ini
10 sudah mencapai 81,25 %. Hal ini tidak
pelaksanaan belum dapat dikatakan berhasil
lepas dari peran guru yang selalu memberi
karena pembelajaran tercapai (baik) hanya
motivasi anak dan beberapa anak mulai
56,25%, hal ini terjadi karena ketika guru
memahami
menunjukkan media congklak anak asyik
menggunakan biji
berbicara
tidak
sebagai congklak, sehingga ketepatan ucapan
memperhatikan dengan fokus sehingga anak
ketika berhitung dengan biji yang diambil
tidak memahami
sama. Meskipun hasil sudah tercapai karena
mempraktikkan
permainannya
sehingga
anak
terkesan
peraturan serta tata cara
konsep
berhitung
karet
dengan
yang dijadikan
Dari kegiatan ini
melebihi 75%, namun tetap dilanjutkan ke
menunjukkan bahwa guru memegang peran
pertemuan 2 sebagai kegiatan pemantapan
penting untuk meningkatkan hasil belajar
anak dalam mengenal konsep bilangan.
permainan congklak ini.
anak, maka dalam pertemuan selanjutnya
Pada siklus II pertemuan 2 ini
diharapkan sebelum kegiatan guru lebih baik
aktivitas anak dalam pembelajaran berhitung
menggunakan permainan congklak sudah
Pembahasan
menunjukkan persentase 93,75 %,, anak
Perbaikan kemampuan yang menjadi tujuan
merasa senang bisa memainkan congklak di
penelitian yaitu meningkatkan kemampuan
sekolah. Hal ini tidak lepas dari peran guru
berhitung
yang guru telah melaksanakan pembelajaran
mengenal konsep bilangan 1-10 melalui
sesuai
dalam
kegiatan menghitung jumlah biji karet yang
menciptakan suasana kelas yang nyaman.
kemudian dialihkan pada permainan congklak
Dari
agar
RPPH
hasil
dan
ini
inovasi
dapat
baru
diketahui
bahwa
anak
lebih
usia
menarik
4-5
dan
tahun
dalam
mempermudah
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
penerapannya. Kegiatan ini sangat menarik
konsep bilangan 1-10 dapat meningkat setelah
karena mempunyai beberapa kelebihan antara
melaksanakan pembelajaran menggunakan
lain:
media congklak.
menggunakan benda yaitu biji karet yang
Berikut
Hasil
Perkembangan
(1)
dijadikan
anak
biji
dapat
congklak
sehingga
anak
menghitung
lewat
sebuah
tidak
belajar
jari
seperti
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran yang
permainan
dilakukan pada anak kelompok A (usia 4-5
menghitung
tahun) di TK Mutiara Bunda Bangkinang :
biasanya ataupu menghitung menggunakan
menggunakan
hafalan, (2) lewat permainan congklak anak
Tabel Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
di TK Mutiara Bunda Bangkinang Kota
Tercapai (Baik)
≥ 75%
Pembelajaran
Pra-Observasi
belajar
mengelompokkan
biji
karet
Belum Tercapai
berdasarkan jumlahnya yaitu 1-10 (3) anak
(Kurang Baik)
akan lebih paham dan berkesan apabila
< 75%
sebuah pembelajaran itu dilakukan dalam
Jml
Jml
0
4
4
7
5
12
sebuah permainan. Selain kelebihan di atas,
Siklus
Pertemuan I
3
6
9
6
1
7
permainan
congklak
dalam
hal
ini
I
Pertemuan II
5
6
11
5
0
5
menghitung jumlah biji-bijian juga memiliki
Siklus
Pertemuan I
6
7
13
3
0
3
II
Pertemuan II
10
5
15
1
0
1
kekurangan yaitu setelah dilakukan penelitian
tindakan kelas ternyata terdapat hal-hal yang
memang dirasa sulit oleh peneliti antara lain:
(1) aturan dalam permainan ini sulit untuk
dipahami anak-anak sehingga membutuhkan
kesabaran dalam membimbing dan waktu
lama
untuk
menjelaskan,
(2)
proses
permainan membutuhkan waktu lama.
Permainan
congklak
ini
cocok
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung anak usia 4-5 tahun karena pada
usia 4 atau 5 tahun ini laju pertumbuhan fisik
kriteria
melambat namun koordinasi mata, tangan,
ditetapkan peneliti yaitu: kriteria keberhasilan
dan memori sedang matang. Selama TK,
75 % dapat dikatakanTuntas (T) telah dapat
anak-anak
terampil
dicapai oleh ke-16 anak didik TK Mutiara
menghitung di luar kepala dan rasional.
Bunda Bangkinang Kelompok A. Penerapan
Banyak anak TK siap untuk bermain game
kegiatan
yang lebih kompleks dengan jumlah bilangan
diterapkan pada permainan congklak di TK
seperti
dan
Mutiara Bunda terbukti dapat meningkatkan
tertentu.
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
Menghitung mundur dan meletakkan dasar
konsep bilangan 1-10. Hal ini terbukti dari
untuk operasi seluruh jumlah penambahan
hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dan pengurangan. Kegiatan estimasi dapat
dilakukan yang di dalamnya terdapat aspek
dimulai dengan bermain permainan sederhana
yang dinilai kemampuan anak menghitung
(Charlesworth, 2010).
keseluruhan jumlah biji dan kemampuan anak
biasanya
menjadi
menghitung
mengandalkan
dari
mundur
jumlah
Perbaikan pembelajaran dengan media
dalam
nilai
keberhasilan
menghitung
biji
memasangkan
yang
karet
lambang
telah
yang
bilangan
congklak melalui beberapa siklus yaitu siklus
dengan biji. Hasil penelitian ini sejalan
I dan II yang setiap siklus terdiri dari 2
dengan penelitian Yeni dkk (2016) yang
pertemuan secara bertahap telah menunjukkan
menunjukkan
hasil kearah yang positif, hal ini terbukti
permainan
dengan adanya : Siklus I pertemuan 1
peningkatan berhitung permulaan anak usia
perolehan hasil kemampuan berhitung anak
dini di TK Putra II Serang.
bahwa
tradisional
Penelitian
dalam mengenal konsep bilangan 1-10 hanya
ini
adanya
pengaruh
congklak
terhadap
telah
membuktikan
68,75
kebenaran teori dari Piaget (1896 – 1980)
%, dari siklus I pertemuan 1 ke pertemuan 2
bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap
terjadi
kognitif
pra operasional, maka penguasaan kegiatan
berhitung anak dalam mengenal konsep
berhitung/matematika pada anak usia taman
bilangan. Pada siklus II pertemuan 1 kriteria
kanak-kanak melalui tahap konsep, anak
keberhasilan kemampuan berhitung anak
berekspresi untuk menghitung benda-benda
mencapai 81,25 % yang kemudian masih
yang
dilakukan
kemampuan
dilihatnya. Hal ini telah diterapkan dalam
kognitif anak maka pada akhir siklus II
permainan congklak yaitu dengan menghitung
pertemuan
biji-bijian
56,25 % pada pertemuan 2 menjadi
peningkatan
perbaikan
2
kemampuan
tingkat
persentase
kemampuan
dapat
dihitung
sehingga
dan
dapat
yang
dapat
meningkatkan
berhitung anak meningkat menjadi 93,75 %.
kemampuan kognitif anak dalam mengenal
Dengan
konsep bilangan di TK Mutiara Bunda
demikian
maka
penelitian
ini
dikatakan berhasil karena target capaian
Bangkinang Kota.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penghitungan, pengukuran, konstruksi dengan
pendapat Aisyah (2007) yang menyatakan
balok, permainan papan dan kartu permainan,
bahwa bermain memiliki manfaat yang sangat
dan bermain secara dramatis, musik, dan seni
besar bagi perkembangan anak karena mampu
(NAEYC, 2002).
memberikan kesempatan kepada anak untuk
memahami
lingkungan
dan
berinteraksi
Kesimpulan
sosial, mengekspresikan dan mengendalikan
Permainan congklak melalui kegiatan
emosi, meningkatkan kemampuan simbolik
menghitung biji karet di Kelompok A (Usia 4-
anak dalam menyatakan ide, pikiran dan
5 tahun) TK Mutiara Bunda Bangkinang Kota
perasaannya,
konflik,
dapat meningkatkan kemampuan berhitung
mengembangkan kreatifitas dan lain-lain.
anak dalam mengenal konsep bilangan 1-10.
Sehingga, orang dewasa atau guru dapat
Hal ini terbukti dari hasil penelitian tindakan
memberi
perkembangan
kelas yang telah mengalami peningkatan yaitu
tersebut dengan berbagai strategi yang dapat
pada Siklus I pertemuan 1 perolehan hasil
diterima anak.
kemampuan berhitung anak dalam mengenal
menyelesaikan
dukungan
bagi
Berikan waktu, bahan, dan dukungan
konsep bilangan 1-10 hanya 56,25 % pada
guru yang cukup bagi anak-anak untuk
pertemuan 2 menjadi
terlibat dalam permainan, konteks di mana
pada
mereka mengeksplorasi dan memanipulasi
keberhasilan kemampuan berhitung anak
gagasan matematika dengan minat. Anak-
mencapai 81,25 % yang kemudian masih
anak
dilakukan
menjadi
sangat
terlibat
dalam
siklus
II
68,75 %. Selanjutnya,
pertemuan
perbaikan
tingkat
1
kriteria
kemampuan
permainan. Aspek permainan ini cenderung
berhitung anak maka pada akhir siklus II
mendorong dan mempromosikan pemikiran
pertemuan 2 persentase kemampuan kognitif
dan pembelajaran matematika dan bidang
anak meningkat menjadi 93,75 %.
lainnya. Bermain memang tidak menjamin
perkembangan
bermain
matematis,
mampu
tapi
kegiatan
menawarkan
banyak
kemungkinan. Manfaat yang signifikan lebih
mungkin
terjadi
yaitu
ketika
guru
menindaklanjuti konsep gagasan matematis
yang telah muncul dalam permainan mereka.
Program anak usia dini harus menyediakan
materi
dan
memungkinkan
periode
anak
waktu
belajar
yang
matematika
melalui kegiatan bermain yang mendorong
Daftar Pustaka
Ahmad Susanto. (2001). Perkembangan Anak
Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada
Media
Aisysh, Siti dkk. (2007). Perkembangan dan
Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi. (2010).
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Charlesworth, Rosalind dan Karen K. Lind.
(2010). Math & Science For Young
Children Sixth Edition. USA :
Wadsworth
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran
Bidang Pengembangan Kognitif di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Depdiknas. (2007). Pedoman Permainan
Berhitung
Permulaan
di
Taman
KanakKanak.
Jakarta:
Depdiknas
Direktorat Pembinaan Tk dan SD.
Hurlock B. Elisabeth. (2000). Perkembangan
Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
National Association for the Education of
Young Children. (2002) . Early
Childhood Mathematics : Promoting
Good Beginnings. NAEYC/NCTM Joint
Position Statement
National Council for Curriculum and
Assesment. (2014). Mathematics in
Early Childhood and Primary
Education (3-8 years) Teaching and
Learning. Research Report No.18.
http://www.ncca.ie. Diakses tanggal
29 November 2017
National Council of Teachers of Mathematics.
(2007). Curriculum focal points for
prekindergarten through grade 8
mathematics. Retrieved May 24, 2007,
from http://www.nctm.org
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Suryana, D., Elina, E., Nurevi, N., &
Ratnawilis,
R.
(2015).
Model
Pembelajaran
Berbasis
Pendekatan
Saintifik pada Taman Kanak-kanak di
Kota Padang.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar P A U D.
Yokjakarta : PT Bintang Pustaka Insan
Madani
Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain
Mainan dan Permainan.Jakarta: Grasindo
Yeni, dkk. (2016). Pengaruh Permainan
Tradisional
Congklak
terhadap
Kemampuan Berhitung Permulaan Anak
Usia Dini Usia 4-5 Tahun di Kelompok
A TK Putra II Serang Tahun Ajaran
2015/2016. Infantia. Volume 4. Nomor
2. Agustus 2016