Asesmen Alternatif dalam Pembelajaran Ba

Asesmen Alternatif dalam Pembelajaran Bahasa
Tugas Matakuliah Landasan Pengajaran Bahasa

Retno Pamungkas

16070835050

Prodi S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing

1. Asesmen dan Tes
Di dalam pengajaran dan pembelajaran dikenal istilah pengukuran (measurement),
asesmen/penilaian (assessment), pengujian (test) dan evaluasi (evaluation). Semua istilah
tersebut digunakan dalam komponen penilaian pembelajaran. Namun, mungkin yang paling
sering digunakan adalah istilah pengujian (test), karena penilaian lebih sering menggunakan
tes untuk melihat hasil belajar peserta didik. Tes dalam hal ini bisa diartikan sebagai metode
atau alat, yaitu seperangkat pertanyaan atau masalah yang dirancang untuk menetapkan
tingkat pengetahuan, kecerdasan, atau kecakapan seseorang. Brown (…: 401) memberikan
definisi tes sebagai berikut:
“A test is an instrument or procedure designed to elicit performance from learners
with the purpose of measuring their attainment of specified criteria. “


Tes adalah sebuah instrument atau prosedur yang dirancang untuk memperoleh hasil dari
peserta didik dengan tujuan untuk mengukur pencapaian dari suatu kriteria tertentu. Jadi bisa
dikatakan bahwa tes hanyalah salah satu cara yang bisa dilakukan dalam proses penilaian
atau asesmen.
Sedangkan asesmen mencakup domain yang lebih luas dari tes. Asesmen dapat
didefinisikan sebagai proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang keberhasilan peserta didik dan bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran (Basuki, 2015: 8). Kegiatan asesmen meliputi kegiatan mengobservasi,
mendeskripsikan, mengumpulkan, merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi
informasi mengenai pembelajaran peserta didik. Jadi, ketika peserta didik merespon suatu
pertanyaan, memberikan komentar, atau saat dia mencoba untuk mempraktikkan suatu kata
atau struktur yang baru dikenalnya, maka pada saat itu pendidik sudah bisa melakukan
kegiatan asesmen.

Dalam bukunya yang lain, Brown (2001: 251) menjelaskan perbedaan tes dan asesmen
sebagai berikut:
“Tests are formal procedures, usually administered within strict time limitations,
to sample the performance of a test-takers in specified domain. Assessment connotes a
much broader concept in that most of the time when teachers are teaching, they are
also assessing. Assessment includes all occasion from informal impromptu

observations and comments up to and including tests. “

Tes adalah suatu prosedur formal yang biasanya dilakukan dalam batasan waktu yang ketat,
untuk menunjukkan pencapaian seorang peserta tes pada domain tertentu. Asesmen memiliki
konsep yang lebih luas, di mana ketika guru mengajar, mereka juga melakukan asesmen atau
penilaian. Asesmen terdiri dari semua kegiatan observasi informal dan memberikan
komentas, termasuk juga tes. Jadi bisa dikatakan bahwa semua jenis tes termasuk dalam
asesmen namun tidak semua bentuk asesmen merupakan tes.
Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari proses belajar ialah refleksi (cerminan)
pemahaman dan kemajuan peserta didik secara individual. Asesmen memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
-

Dilaksanakan secara formal oleh para guru di sekolah;

-

Merupakan suatu proses atau upaya pengumpulan dan pengolahan informasi termasuk
membuat dokumentasi terkait hasil belajar peserta didik;


-

Berkaitan dengan evaluasi tentang seberapa positif minat peserta didik terhadap
sekolah, serta evaluasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan peserta didik di
sekolah. (Basuki, 2015: 15)

Baehr dan Bayerlein (dalam Basuki, 2015: 16) juga menyatakan bahwa asesmen yang
berkualitas harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
-

Berfokus pada perbaikan, bukan pertimbangan;

-

Berfokus kepada kinerja, bukan yang mengerjakan (performer);

-

Suatu proses yang dapat memperbaiki setiap tataran kinerja peserta didik;


-

Umpan baliknya bergantung kepada kedua belah pihak, baik kepada asesor maupun
kepada peserta didik yang dinilai;

-

Perbaikan yang dilandasi oleh umpan balik dari asesmen adalah lebih efektif jika
peserta didik yang dinilai memerlukan penilaian tersebut;

-

Memerlukan kesepakatan mengenai kriteria penilaian;

-

Memerlukan analisis dari hasil observasi;

-


Umpan balik asesmen hanya diterima jika ada saling percaya dan saling menghargai
antara asesor dan peserta yang dinilai;

-

Hanya digunakan jika ada kesempatan yang baik bagi adanya perbaikan;

-

Hanya efektif jika peserta yang dinilai menggunakan umpan balik dari asesor.

2. Asesmen tradisional dan asesmen alternatif
Seorang anak mengalami kebingungan saat mengerjakan soal dengan salah satu pilihan
jawabannya adalah “semua jawaban salah”, sehingga dia tidak memilih jawaban apapun.
Akibatnya dia tidak mendapat poin untuk soal tersebut. Ilustrasi ini bisa menunjukkan
problematika yang dihasilkan oleh tes baku atau tes yang dibuat oleh guru. Dalam hal ini
siswa mendapat nilai kurang karena pemahamannya pada bahasa dan format tes yang kurang,
bukan pemahaman pada subyek yang diujikan. Situasi tes atau ujian itu sendiri juga bisa
memunculkan perasaan kegelisahan atau nervous dan akhirnya mempengaruhi performa
siswa. Siswa mungkin juga mengalami gangguan dari dirinya sendiri, misalnya sakit, yang

juga akan mempengaruhi performanya saat menjalani tes. Problematika seperti ini masih
belum bisa diatasi oleh tes tradisional, karena hanya melihat dari hasilnya saja. Oleh karena
itu, dibentuklah bentuk asesmen lain yaitu asesmen alternatif atau otentik yang lebih berfokus
pada proses sehingga hasilnya lebih baik, karena peserta tes melakukan tes tersebut pada saat
terbaiknya.
Dalam mengumpulkan informasi pendidik biasanya menggunakan paper and pencil test
atau disebut dengan asesmen formal atau asesmen konvensional. Disebut demikian karena
metode inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya dapat
mengukur kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil belajar
peserta didik secara holistic. Tes tertulis (paper and pencil test) yang sudah biasa dilakukan
oleh guru ini tidak mampu mengukur kemampuan hasil belaja peserta didik secara
keseluruhan dengan kata lain tes ini hanya mampu mengukur kemampuan kognitif peserta
didik saja sehingga tidak dapat menilai secara holistik atau menyeluruh. Dengan kata lain,
asesmen alternatif tidak menghilangkan peran dari asesmen tradisional tetapi sebagai
suplemen atau pelengkap sehingga kemampuan hasil belajar peserta didik dapat
dideskripsikan secara holistik.

Asesmen alternatif sering diartikan sebagai bentuk lain dari tes baku dan diharapkan
mampu mengatasi permasalahan pada tes baku, terutama yang berhubungan dengan performa
peserta tes. Tidak ada definisi tetap untuk istilah asesmen alternative, hanya saja bentuk

penilaian ini sering disebut dengan nama lain untuk membedakan dengan tes baku. Garcia
dan Pearson (dalam Richards, 2008: 339) menggunakan label lain seperti performance
assessment, authentic assessment, portofolio assessment, informal assessment, situated (or
contextualized) assessment, dan assessment by exhibition.
Basuki (2015: 168) mendefinisikan penilaian otentik sebagai cermin nyata dari kondisi
pembelajaran siswa. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang mengharuskan
para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan penerapan dari
suatu pengetahuan atau keterampilan. Asesmen ini sengaja dirancang untuk menjamin
keaslian dan kejujuran penilaian serta hasilnya terpercaya. Berbeda dengan asesmen
tradisional, asesmen otentik akan mengkondisikan siswa untuk menunjukkan apa yang
mereka bisa. John Mueller (dalam Basuki, 2015: 173) membandingkan antara penilaian
tradisional dengan penilaian autentik sebagai berikut:
Penilaian Tradisional
Penilaian Otentik
1. Tanggapan berupa pilihan (selected
1. Mengerjakan tugas
response)

2. Dunia nyata


2. Buatan (contrived) atau simulasi

3. Konstruksi/penerapan

3. Mengingat/mengenali

4. Struktur oleh siswa

4. Struktur oleh guru

5. Bukti langsung

5. Bukti tidak langsung
Asesmen alternatif disebut juga asesmen kinerja (performance assessment), karena siswa
diminta menunjukkan penguasaannya tentang bidang ilmu tertentu, menjelaskan dengan katakata dan caranya sendiri tentang peristiwa tertentu, atau diminta memecahkan masalah
matematika dengan cara dan hasil yang benar.
Lebih jelasnya, Wiggins (1998) membedakan asesmen tradisional dan alternatif seperti
berikut:

Asesmen Tradisional (tes)

1. Penilaian di lakukan untuk menilai

Asesmen Alternatif
1.

kemampuan siswa dalam memberikan
jawaban yang benar.

kualitas produk dan unjuk kerja siswa.
2.

2. Tes yang di berikan tidak berhubungan
dengan realitas kehidupan siswa.

Tugas yang di berikan berhubungan
dengan realitas kehidupan siswa.

3.

3. Tes terpisah dari pembelajaran yang di


Ada integrasi antara pengetahuan
dengan kinerja atau produk yang di

lakukan siswa.
4. Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.

Penilaian di lakukan untuk menilai

hasilkan.
4.

Sulit di skor dengan reliabilitas
tinggi.

5. Hasil tes di berikan dalam bentuk skor.
5.

Hasil asesmen alternatif diberikan
dengan bukti kinerja.


Ada banyak kritikan yang diajukan mengenai penggunaan asesmen alternative dalam
proses pengajaran. Kritikan tersebut mengacu pada validitas, reliabilitas, dan juga
obyektivitas. Pada bentuk tes standar atau baku hal-hal ini bisa diteliti dengan jelas, namun
tidak demikian pada bentuk asesmen altenatif. Permasalahn yang sering muncul antara lain:
-

Apakah bentuk asesmen ini mampu mengukur apa yang hendak diukur?

-

Apakah pengukuran dalam bentuk asesmen tersebut konsisten?

-

Apakah bentuk asesmen tersebut tidak menunjukkan bias? (Richards, 2008: 340)

Pendukung asesmen alternatif menganggap bahwa bentuk penilaian ini memiliki tingkat
validitas yang cukup tinggi. Asesmen alternatif menyajikan data valid yang dihasilkan dari
observasi dan juga unjuk kerja asli yang nyata, seperti menulis, perbaikan secara mandiri,
membaca, partisipasi dalam kerja kolaboratif, dan melakukan unjuk kerja di depan sebuah
grup. Sehingga bisa dikatakan prosedur pada asesmen ini adalah valid. Hasil tulisan dalam
bahasa asing akan memberikan informasi kepada guru sejauh mana siswa tersebut bisa
menulis dalam bahasa asing itu. Jika suatu prosedur penilaian dikategorikan sebagai valid,
maka penilaian tersebut bisa dikatakan reliable, artinya penilaian tersebut secara konsisten
akan menghasilkan keluaran yang sama jika diulangi lagi. Mengenai obyektivitas, Richards
(2008: 342) menjelaskan bahwa manusia pasti memiliki perasaan bias (kecenderungan pada

hal tertentu), baik disadari maupun tidak. Sebuah tes baku merupakan bentuk kompromi dari
sekelompok orang yang secara kolektif memiliki bias yang sama. Jadi bisa dikatakan tes baku
tidak lebih obyektif dari asesmen alternatif, dan sebaliknya, asesmen alternatif tidak bisa
disebut kurang obyektif dibandingkan dengan tes baku.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan kelebihan dan kelemahan asesmen alternatif
sebagai berikut:
Kelebihan asesmen Alternatif

Kekurangan asesmen Alternatif

1. Dapat menilai hasil belajar yang

1. Membutuhkan banyak waktu.

kompleks

dan

ketrampilan-

ketrampilan yang tidak dapat di
nilai dengan asesmen tradisional.
2. Menyajikan hasil penilaian yang

2. Adanya unsur subjektivitas dalam
penskoran.
3. Ketepatan penskoran rendah.
4. Tidak tepat untuk kelas besar.

langsung, yang lebih hakiki dan
lengkap.
3. Meningkatkan motivasi siswa.
4. Mendorong pembelajaran dalam
situasi yang nyata.
5. Memberi kesempatan pada siswa
untuk melakukan evaluasi pada
dirinya.
6. Membantu guru untuk menilai
efektifitas pembeljaran yang telah
di lakukan.
7. Meningkatkan daya transferbilitas
hasil belajar.

Adanya peningkatan terhadap penggunaan bentuk asesmen non-tradisional di ruang kelas
ini mecerminkan perubahan paradigm pada pendidikan, khususnya pendidikan bahasa kedua
dan bahasa asing. Richards dan Renandya (2008: 335) memberikan gambaran perubahan
paradigm ini sebagai berikut:

Old paradigm
1. Focus on language

New paradigm
1. Focus on communication

2. Teacher-centered

2. Learner-centered

3. Isolated skills

3. Integrated skills

4. Emphasis on product

4. Emphasis on process

5. One answer, one-way correctness

5. Open-ended, multiple solutions

6. Tests that tests

6. Tests that also teach

3. Bentuk asesmen alternatif
Basuki (2015: 55) memberikan beberapa bentuk asesmen altenatif, antara lain
a) Presentasi kelas (classroom presentation)
Bentuk penilaian ini mengharuskan siswa untuk menyampaikan secara verbal
pengetahuannya tentang suatu subyek atau topic tertentu dari bahan ajar, memilih dan
meghadirkan contoh hasil karyanya yang telah selesai, serta mengorganisasikan
pemikirannya untuk menyampaikan ringkasan dari pemahamannya tentang bahan ajar.
Penilaian tugas presentasi Landeskunde
Nama

:

Kelas

:

Unsur penilaian

3

2

1

Bagus

Memuaskan

Perlu perbaikan

Isi
Keterampilan
presentasi
Kondisi presentasi
Skor
b) Konferensi (conference)
Konferensi bisa merupakan pertemuan formal atau informal antara guru dengan seorang
siswa atau orang tua siswa yang bermanfaat bagi berbagai macam tujuan pendidikan.
Bentuk penilaian ini bisa juga dilakukan untuk melakukan eksplorasi terhadap pemikiran
siswa dan memberikan saran-saran bagi langkah selanjutnya yang harus dilakukan siswa.
Di sini guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu, bukan sebagai administrator. Guru

harus bisa mengkondisikan kegiatan konferensi ini sebagai hal yang biasa dan seperti
kegiatan yang tidak dinilai. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu dalam konferensi :
-

Apa yang kamu sukai dari tugas ini?

-

Apa yang menurut telah kamu kerjakan dengan baik?

-

Bagaimana tugas ini menunjukkan perkembangan dari tugas sebelumnya?

-

Apakah ada hal yang tidak kau sukai dari tugas ini? Apakah ada hal yang ingin kamu
perbaiki?

-

Apakah ada kesulian dalam mengerjakan tugas ini? Jika ada, pada bagian apa dan
bagaimana caramu mengatasinya?

-

Strategi apa yang kamu gunakan untuk mengetahui arti kata-kata sulit?

-

Apa yang kamu lakukan jika kamu tidak tahu sebuah kata (dalam bahasa asing) yang
sebenarnya ingin kamu tulis?

c) Pameran/demonstrasi (exhibition/demonstration)
Pameran/demonstrasi adalah suatu bentuk kinerja di mana siswa menjelaskan,
menerapkan suatu proses, prosedur, dan lain-lain, dengan suatu cara yang kongkret untuk
menunjukkan kecakapan individunya tentang suatu keterampilan tertentu atau kecakapan
menguasai pengetahuan tertentu. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempertunjukkan
prestasi individu tentang keterampilan dan pengetahuan khusus dalam situasi public.
d) Wawancara (interview)
Wawancara merupakan percakapan antar muka dalam kesempatan di mana seluruh pihak
(guru, siswa, dan orang tua) menggunakan keingintahuannya untuk saling berbagi
pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu isu, topic, atau masalah yang menjadi minat
bersama. Untuk menerapkan bentuk penilaian ini, guru harus mempertimbangkan bahwa
wawancara dapat menghabiskan waktu yang banyak, terutama jika guru tidak siap dengan
pertanyaan-pertanyaan yang memandu wawancara.
e) Pengamatan (observation)
Observasi merupakan suatu proses berupa pengamatan dan pencatatan sistematis tentang
perilaku siswa untuk tujuan membuat keputusan tentang suatu program. Observasi dapat
berlangsung setiap waktu atau di setiap kondisi, untuk membantu guru membuat

keputusan yang dibutuhkan bagi pengajran yang efektif. Untuk menerapkan bentuk
penilaian ini, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-

Secara spesifik menentukan obyek pengamatan

-

Menentukan berapa banyak siswa yang diamati dalam satu waktu

-

Menyiapkan perangkat lain untuk membantu jika ada hal yang terlewatkan dalam
pengamatan

-

Membuat sistem yang bisa merekan performa yang sedang diamati

-

Membatasi elemen-elemen yang bisa diamati dalam satu waktu

-

Merencanakan berapa kali observasi yang akan dilakukan

-

Secara spesifik menentukan bagaimana penggunaan hasil observasi nantinya

f) Tugas kinerja (performance task)
Unjuk kerja (performance) adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan

dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam

konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Penilaian unjuk kerja bisa dilakukan
dengan daftar cek atau skala penilaian :
-

Daftar Cek (Check-list): dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak
baik). Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan
demikian tidak terdapat nilai tengah.

-

Skala Penilaian (Rating Scale): memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna.

Format Daftar Cek Penilaian Sandiwara “Aschenputtel”
Nama siswa
Kelas

: ……………….

: ……………….
Aspek yang dinilai
1
Penulisan naskah
2
Penampilan
3
Kelancaran dialog
4
Kostum
5
Kerja sama
Skor yang dicapai
Skor maksimum

Kelompok
No

: …………………
: …………………
4
3
2
1

g) Portofolio (portfolio)
Portofolio adalah koleksi yang sistematis dari contoh-contoh karya siswa sepanjang
waktu tertentu.

Portofolio memiliki tujuan untuk mendokumentasikan karya dan

kemajuan siswa yang khas, menyediakan pandangan yang komprehensif tentang
kemajuan, daya upaya, dan prestasi siswa, membangun rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri, dan membangun rasa percaya diri siswa pada
kemampuannya.
Contoh :
Kumpulan hasil tulisan dalam ‘Aufsatz’ setelah dikoreksi baik oleh teman atau guru dan
kemudian tulisan perbaikan dari siswa yang bersangkutan.
h) Jurnal tanggapan (response journal)
Jurnal tanggapan adalah catatan pribadi siswa yang merupakan tulisan hasil refleksi
dalam menanggapi suatu bacaan, pandangan seseorang, mendengarkan sesuatu, atau hasil
diskusi. Jurnal tanggapan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat
pemikiran pribadinya, emosi, gagasan, pertanyaan-pertanyaan, refleksi koneksi, dan
pembelajaran baru dari apa yang pernah didengarnya, dilihatnya, dibacanya, ditulisnya,
didiskusikan, dan dipikirkannya.
Contoh:
Buku jurnal untuk menganalisis novel “Die blauenn und grauen Tage” berisi:
-

Rangkuman cerita sesuai pemahaman siswa, bisa dalam bahasa Indonesia atau bahasa
Jerman. Siswa diberi kebebasan seberapa banyak bagian novel yang sudah dibaca.

-

Kata-kata sulit dan tidak dimengerti

-

Pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa Jerman yang bisa dijawab sesuai cerita yang
sudah dibaca.

i) Penilaian diri (self assessment)
Penilaian diri adalah suatu proses yang menggambarkan cara para siswa memperoleh
informasi dan berefleksi mengenai pembelajarannya sendiri. Hal ini akan memandu siswa

menuju kesadaran dan pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya sendiri sebagai
pembelajar. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
-

Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri.

-

Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya.

-

Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Nama Siswa
Kelas
No

Standar
Dasar

: Bahasa Jerman
: 1 Semester
: _________________
: XII/1
Kompetensi/

Kompetensi

Tanggapan
1

0

1

Memahami jenis artikel pada kata 1=Paham
benda dan penggunaannya
0=TdkPaham

2

.....
dst

Keterangan

Catatan: Guru menyarankan kepada peserta didik untuk menyatakan secara jujur
sesuai kemampuan yang dimilikinya, karena tidak berpengaruh terhadap nilai akhir.
Hanya bertujuan untuk perbaikan proses pembelajaran.

PARTISIPASI DALAM DISKUSI KELOMPOK
Nama

: -----------------------------------------------------

Nama-nama anggota kelompok

: -----------------------------------------------------

Kegiatan kelompok

: -----------------------------------------------------

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No. 1 s.d. 5, tulislah huruf A,B,C atau
D di depan tiap pernyataan:
A : selalu

C : kadang-kadang

B : sering

D : tidak pernah

1. -------- Selama diskusi saya mengusulkan ide kpd klp utk didiskusikan
2. -------- Ketika kami berdiskusi, tiap org diberi kesempatan mengusulkan sesuatu
3. -------- Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan
4. -------- Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya
5. --------- Selama kerja kelompok, saya….
--------- mendengarkan orang lain
--------- mengajukan pertanyaan
--------- mengorganisasi ide-ide saya
-------- mengorganisasi kelompok
-------- mengacaukan kegiatan
-------- melamun
6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan berlangsung?
------------------------------------------------------------------------------------------Dalam pemilihan dan penyusunan bentuk asesmen alternatif ini prngajar perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
-

Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang diharapkan dapat dimiliki siswa
setelah mengerjakan/ menyelesaikan tugas.

-

Merancang tugas-tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan kemampuan
berpikir dan ketrampilan. Tugas-tugas tersebut harus dapat diselesaikan, menantang
dan memotivasi siswa untuk belajar. Setiap tugas harus memiliki kedalaman dan
keluasan serta sepadan dengan tingkat perkembangan siswa.

-

Menetapkan kriteria keberhasilan yang akan dijadikan tolok ukur untuk menyatakan
bahwa seorang siswa telah mencapai tingkat menguasai pengetahuan atau ketrampilan
yang diharapkan.

4. Daftar Rujukan
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles: An Alternative Approach to Language
Pedagogy. San Francisco: Longman
Basuki, Ismet & Hariyanto. 2015. Asesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Brown, H. Douglas. 2000 . Language Assessment: Principles & Classroom Practice. San
Francisco: Longman
Wiggins, Grant. 1998. Educative Assessment. San Fransisco: Josey Bass.
Richards, Jack C. dan Renandya, Willy A. 2008. Methodology in Language Teaching: an
Anthology of Curent Practice. New York: Cambridge University Press.