STUDI WAKTU nilai waktu uang
STUDI WAKTU
(TIME STUDY)
Pendahuluan
Pengukuran Kerja adalah kegiatan untuk
mendapatkan ukuran-ukuran tentang kinerja dan
beban yang berlaku pada suatu sistem kerja.
Kinerja : kecepatan kerja sistem ybs (ukuran kuantitas untuk
kualitas tertentu)
pengukuran
waktu
Beban : yang dialami pekerja (beban fisik dan beban
psikososiologik)
Pendahuluan
• Mendapatkan ukuran-ukuran kuantitatif yang benar tentang
kinerja dan beban kerja suatu Sistem Kerja [Berarti pengukurannya
harus dilakukan secara ilmiah sehingga hasil-hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan bagi siapa saja (pekerja maupun
perusahaan) ].
• Menggunakannya untuk pembakuan sistem
kerja.
Pendahuluan
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu rata-rata
yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg memiliki
skill rata-rata dan terlatih) dalam melaksanakan
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang
normal.
2. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah
pengukuran waktu (time study), yaitu waktu standar
atau waktu baku.
PENGUKURAN KECEPATAN KERJA
Dilakukan dengan menjalankan pengukuran waktu,
umumnya berujung dengan didapatkannya Waktu
Baku bagi sistem kerja ybs.
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan seorang
pekerja rata-rata untuk menyelesaikan suatu
satuan pekerjaan secara wajar dalam suatu
rancangan sistem kerja tertentu.
Cara-cara Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
– Pengukuran dengan stop watch
– Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung
– Data waktu baku
– Data waktu gerakan, dll.
Pengukuran Waktu dengan Stop Watch
Prosedur/urutan Pengukuran Waktu Kerja
Pengujian
Kecukupan data
Faktor
Penyesuaian
Waktu
Waktu Siklus
Siklus
Rata-rata
Waktu
Normal
Waktu Standar
(Baku)
Pengujian
Faktor
keseragaman data
Kelonggaran
Cara 1 : Dengan Jam Hent
Langkah-langkah Pra Pengukuran
•
Penetapan Sistem Kerja yang akan diukur
•
•
Pemilihan Pekerja yang akan diukur
Penetapan elemen-elemen pekerjaan, bila diperlukan
•
Penyiapan peralatan pengukuran.
Langkah-langkah Pengukuran
1. Pengukuran Pendahuluan
2. Pengujian Keseragaman Data
3. Penghitungan Kecukupan Data
4. Melengkapi Pengukuran
Langkah-langkah Pasca Pengukuran
1. Menghitung Waktu Siklus
2. Menghitung Waktu Normal
3. Menghitung Waktu Baku
WAKTU SIKLUS, WAKTU NORMAL DAN WAKTU BAKU
(STANDARD)
WAKTU SIKLUS
Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bhn baku mulai diproses ditempat
kerja ybs. Merupakan JUMLAH waktu tiap-tiap elemen Job
WS = ΣXi/N
Dimana :
– Xi = jumlah waktu penyelesaian yg teramati
– N = jumlah pengamatan yg dilakukan
WAKTU NORMAL
Waktu penyelesaian pekerjaan yg diselesaikan oleh pekerja dlm kondisi WAJAR dan
kemampuan RATA-RATA.
WN = WS x p
Dimana : P = faktor penyesuaian jika:
– P=1 bekerja WAJAR
– p1 bekerja terlalu CEPAT
WAKTU SIKLUS, WAKTU NORMAL DAN WAKTU BAKU
(STANDARD)
WAKTU BAKU
Waktu yg dibutuhkan secaraWAJAR oleh pekerja NORMAL u/ menyelesaikan
pekerjaannya yg dikerjakan dlm sistem kerja TERBAIK SAAT ITU.
WB = WN + l
Dimana :
– l = kelonggaran (allowance)
PENGUJIAN DATA
Uji kecukupan data.
• Untuk memastikan bahwa data yang telah
dikumpulkantelah cukup secara obyektif.
• Pengujian kecukupan data dilakukan dengan
berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat
ketelitian dan tingkat keyakinan/ kepercayaan.
• Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah
mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan
oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan
melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak
(populasi).
• Derajat ketelitian (degree of accuracy)
Menunjukkan
penyimpangan
maksimum hasil pengukuran dari
ketelitian (degree
of accuracy)
waktu Derajat
penyelesaian
sebenarnya.
Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya.
• Tingkat keyakinan (convidence level)
Tingkat keyakinan (convidence level)
Menunjukkan
besarnya
keyakinan
Menunjukkan
besarnya keyakinan
pengukur akan
ketelitian data
pengukur
akan
ketelitian
data waktu
waktu yang
telah diamati
dan dikumpulkan.
kecukupan
data digunakan
sbb. :
yang Uji
telah
diamati
dan rumus
dikumpulkan.
Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :
N’ =
2
k / s N
X
X
X
2
2
Dengan :
k
= Tingkat keyakinan
k
= 99% = 3
k
= 95% = 2
s
= Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
• Jika N’ ≤ N, maka data dianggap cukup, jika
N’ > N , data dianggap tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan
penambahan data.
Contoh :
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch. Bila tingkat keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah jumlah
pengamatan cukup?
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6
X = 107
(X)2 = 11449
X2 = 791
k = 95% = 2
s = 10%
N’ =
k / s N X 2
X
X
2
2
2
2 / 0,1 15 x791 11449
14,53
107
Karena N’ < N , maka data dianggap cukup.
Uji Keseragaman data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari
system yang sama dan untuk memisahkan data yang memiliki
karakteristik yang berbeda.
BKA = X + k
BKB = X - k
=
( X X )2
N 1
Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata-rata
= Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan stop
watch, jika batas kontrol ± 3. Tentukan apakah
data seragam atau tidak.
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6
X
= 7,13
(X – X)2= 27,73
= 1,4
BKA
= 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
BKB
= 7,13 – 3 (1,4) = 2,93
Semua data masuk dalam range antara BKA dan BKB, maka data dikatakan seragam
Penyesuaian (Rating Factor)
• Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk selamanya
bekerja dlm kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalanya :
tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
terjadi kesulitan-kesulitan sehingga menjadi lamban dalam bekerja.
• Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh
ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya dengan melakukan
penyesuaian.
• Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan
faktor penyesuaian (p).
• Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :
-
Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p nya lebih
besar dari satu (p > 1).
-
Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih
kecil dari satu (p< 1).
-
Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =
1).
Metode-metode untuk menentukan
penyesuaian
1.Persentase
Cara paling awal, sederhana, dan mudah!
‘p’ ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatan selama pengukuran, misal:
Ditentukan p = 110% jika Ws = 14,6 menit, maka
Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit
Kekurangannya : hasil penilaiannya ‘kasar’
2. Cara SCHUMARD
Patokan penilaian berdasarkan ‘kelas-kelas performansi kerja” –tiap kelas
punya nilai sendiri-sendiri.
K elas
Kelas
Superfast
p
100
Good -
p
65
Fast +
95
Normal
60
Fast
90
Fair +
55
Fast -
85
FAir
50
Excelent
80
Fair -
45
Good +
75
Poor
40
Good
70
CONTOH:
Bila performansi operator dinilai EXCELENT,
Maka mendapat nilai 80, maka: p = 80/60 = 1,33
Jika Ws = 276,4 detik maka :
WN = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik
3. The Westng House System
Sistem ini dikembangkan oleh Westing House Electric Corporation
dengan mempertimbangkan empat factor Penilaian berdasarkan 4
faktor:
• SKILL (Ketrampilan): kemampuanmengikuticarakerjayang ditetapkan.
• EFFORT(Usaha): kesungguhanyang ditunjukkanoperator
ketikabekerja.
• CONDITION(Kondisikerja):
kondisilingkunganfisiklingkungan(pencahayaan,
temperatur,dankebisinganruangan)
• CONSISTENCY(Konsistensi):
kenyataanbahwasetiaphasilpengukuranwaktumenunjukkan yang
berbeda-beda.hasil
SKILL
0,15
0,13
0,11
0,08
0,06
0,03
0,00
-0,05
-0,10
-0,16
-0,22
EFFORT
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Superskill
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
CONDITION
0,06
0,04
0,02
0,00
-0,03
-0,07
A
B
C
D
E
F
0,13
0,12
0,10
0,08
0,05
0,02
0,00
-0,04
-0,08
-0,12
-0,17
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Superskill
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
CONSISTENCY
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
0,04
0,03
0,01
0,00
-0,02
-0,04
A
B
C
D
E
F
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
CONTOH:
Jika diketahui Ws = 124,6 detik, dicapai
dengan :
– Ketrampilan = Fair (E1) = -0,05
– Usaha =Good (C2) = 0.02
– Kondisi = Excelent (B) = +0,04
– Konsistensi = Poor (F) = -0,04
• Jumlah = -0,03
• Jadi p = (1 - 0,03) = 0,97, Bila Ws = 124,6 det,
maka : WN = 124,6 x 0,97 = 120,9 detik
4. Objectve Ratng
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode ini tdk
hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga
mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan pekerjaan
adalah : jumlah anggota badan yang digunakan, pedal kaki,
penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan tangan,
penanganan dan bobot.
Kecepatan kerja :
Wajar
:p=1
Lambat : p < 1
Cepat
:p>1
Tingkat kesulitan Pekerjaan (lihat Tabel Anggota Badan, Buku
Suta Laksana Hal 147)
5. Cara Bedaux dan Sintesa
Tahun1916, Charles E.Bedaux memperkenalkan sistem u/
pembayaran upah dan insentif dalam pengendalian tenaga
kerja.
• Skill dan Effort Rating
– Tidak terlalu beda dengan cara Shumard
– Dinyatakan dalam huruf “B”, standard kerja operator
dinyatakan dgn nilai 60 B, pemberian insentif 70-85 B per jam
• Cara Sintesa: waktu penyelesaian tiap elemen gerakan
dibandingkan dgn nilai pada tabel Data Waktu Gerakan,
kemudian dihitung Rata-Ratanya ebagai faktor
penyesuaiannya
Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja
operator, karena operator dalam melakukan pekerjaannya sering
tergangu pada hal-hal yang tidak diinginkan namun bersifat
alamiah, sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang
(lama).
Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Kegiatan yang termasuk kebutuhan pribadi : minum untuk menghilangkan rasa
haus, pergi ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan sesama pekerja, dll.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatigue). Rasa fatigue tercermin
antara lain dari menurunnya hasil produksi, bila rasa fatique ini berlangsung terus
maka akan terjadi fatigue total, yaitu anggota badan tdk dapat melakukan gerakan
kerja sama sekali. Untuk mengurangi kelelahan si pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja
ditujukan untuk mengilangkan rasa fatigue tersebut.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari.
Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan :
•
•
Menerima atau meminta petunjuk pada pengawas.
Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat
potong (komponen) yang patah,
memasang kembali komponen yang
lepas dll.
•
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
•
Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.
PENYESUAIAN WAKTU DENGAN RATING PERFORMANCE KERJA
Kegiatan EVALUASI kecepatan dan performance kerja operator pada saat
pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yg paling SULIT dan PENTING
dalam PENGUKURAN KERJA.
Aktivitas utk MENILAI atau MENGEVALUASI kecepatan kerja operator dikenal
sebagai: “RATING PERFORMANCE”
Tujuannya untuk meNORMALkan waktu kerja yg disebabkan oleh
keTIDAKWAJARAN operator dlm bekerja.
Review:
WB = WN + L
L = kelonggaran(allowance)
WN = WS x p
P = faktor penyesuaian, jika :
P=1 bekerjaWAJAR
p1 bekerjaterlaluCEPAT
WS = ΣXi/N
Waktu Baku (Waktun Standar)
Setelah penentuan penyesuaian dan kelonggaran, maka untuk menghitung waktu baku
dapat menggunakan formulasi sebagai berikut :
WB = [ W siklus x RF ] x
100
100 ALL
Waktu Normal
Keterangan :
WB= waktu baku
RF = Penyesuaian (Rating Faktor/Performance
Rating)
All = Kelonggaran (Allowance)
Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak kardus terdiri dari empat elemen
kegiatan dengan setiap elemen kegiatan dilakukan 10 kali pengamatan seperti pada
table berikut. Apabila kelonggaran adalah 15% Tentukan waktu standar.
Elemen
Kegiatan
1
2
1 Mengambil
Kotak Kardus
0,06
0,08
0,07
0,05
0,07
0,06
0,08
2 Memasukkan
Barang
0,15
0,17
0,14
0,14
0,16
0,15
3 Menutup
Kotak Kardus
0,21
0,23
0,22
0,21
0,25
0,24
4 Meletakan
Hasil
0,08
0,10
3
0,09
4
0,12
5
0,11
6
7
8
9
10
X
X
0,08
0,07
0,06
0,68
0,07
1,1
0,07
0,17
0,15
0,14
0,16
1,53
0,15
0,9
0,13
0,23
0,26
0,22
0,22
2,29
0,23
1,05
0,24
0,08
0,97
0,09
0,95
0,08
100
0,61 menit / unit
100 15
0,08
0,08
0,11
Waktu Normal = 0,52 menit/unit
Waktu Baku
=
0,52 x 100 0,61 menit / unit
100 15
0,12
RF
WN
Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja
• Melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tk dalam
kondisi kerja atau menganggur.
• Pengamatan tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan
hanya sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara
acak/random.
• Melakukan kunjungan ke tk yang akan diukur waktunya secara
acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang waktu yang
tidak sama dan didasarkan pada bilangan random yang
dikonversi ke satuan waktu.
• Misal, kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan waktu
pengamatan secara acak dan 90 kali pengamatan tk dalam
kondisi kerja/sibuk, maka prosentase tk dalam kondisi sibuk
adalah 90/100 = 0,9. Tk dalam kondisi idle/menganggur adalah
10/100 =0,1
Pengujian Data
• Kecukupan Data
p (1 p )
SP =
k
n
k 2 1 p
N’=
Dengan :
S2p
S = Derajat ketelitian
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N’ = Ukuran sample/data
• Keseragaman Data
Batas kontrol
untuk p
p (1 p)
BKA = p k n
BKB = p k p (1n p)
Dengan pengertian sbb:
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10 hari kerja dengan waktu
pengamatan setiap hari kerja adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%. Tentukan kecukupan dan
keseragaman data.
Tgl Pengamatan
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
10/1
Kondisi idle
5
6
8
10
7
3
4
5
6
4
Kondisi kerja
45
46
42
40
43
47
46
45
44
46
Prosentase idle
0,1
0,12
0,16
0,2
0,16
0,06
0,08
0,1
0,12
0,08
Prosentase kerja
0,9
0,88
0,84
0,8
0,86
0,94
0,92
0,9
0,88
0,92
Prosentase idle = 0,116,
prosentase kerja (p) = 1 –0,016 = 0,884
k
= 99% = 3 N = 500
S
= 0,05 3 (1 0,884
n =) 50
472,39
N’ =
(0,05) (0,884)
Karena N’ < N, maka data dianggap cukup
2
2
BKA =
0,884 3
0,884 (1 0,664)
1,019
50
BKB =
0,884 3
0,884 (1 0,664)
0,748
50
Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk dalam range BKA
dan BKB, maka data seragam.
• Waktu Baku
Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung dengan
menggunakan rumus :
Total waktu x Pr osentase sibuk x Rating Factor ( RF )
Jumlah produk yang dihasilkan
Waktu Normal =
Waktu Baku
=
Waktu Normal x
100
100 Kelonggara n ( All )
Contoh :
Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari untuk melakukan penyortiran
surat-surat. Dari pengamatan yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam
kondisi bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila jumlah surat yang disortir
sebanyak 2345 surat, maka tentukan waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah
115% dan kelonggaran 20%.
Waktu Normal (Wn) =
480 menit x 0,85 x 1,15
0,2 menit / surat
2345
Waktu Baku (Wb) =
0,2 x
Output Standar
=
100
0,25 menit / surat
100 20
1
1
4 surat / menit
Wb 0,25
Jadi, pekerja mampu mengerjakan penyortiran surat sebanyak 4
surat per menit.
Tugas 2 : Penentuan Waktu Baku (Stop Watch &
sampling Kerja)
WAKTU STANDAR OPERASI
WAKTU STANDAR OPERASI (CONT.)
(TIME STUDY)
Pendahuluan
Pengukuran Kerja adalah kegiatan untuk
mendapatkan ukuran-ukuran tentang kinerja dan
beban yang berlaku pada suatu sistem kerja.
Kinerja : kecepatan kerja sistem ybs (ukuran kuantitas untuk
kualitas tertentu)
pengukuran
waktu
Beban : yang dialami pekerja (beban fisik dan beban
psikososiologik)
Pendahuluan
• Mendapatkan ukuran-ukuran kuantitatif yang benar tentang
kinerja dan beban kerja suatu Sistem Kerja [Berarti pengukurannya
harus dilakukan secara ilmiah sehingga hasil-hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan bagi siapa saja (pekerja maupun
perusahaan) ].
• Menggunakannya untuk pembakuan sistem
kerja.
Pendahuluan
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu rata-rata
yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg memiliki
skill rata-rata dan terlatih) dalam melaksanakan
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang
normal.
2. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah
pengukuran waktu (time study), yaitu waktu standar
atau waktu baku.
PENGUKURAN KECEPATAN KERJA
Dilakukan dengan menjalankan pengukuran waktu,
umumnya berujung dengan didapatkannya Waktu
Baku bagi sistem kerja ybs.
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan seorang
pekerja rata-rata untuk menyelesaikan suatu
satuan pekerjaan secara wajar dalam suatu
rancangan sistem kerja tertentu.
Cara-cara Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
– Pengukuran dengan stop watch
– Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung
– Data waktu baku
– Data waktu gerakan, dll.
Pengukuran Waktu dengan Stop Watch
Prosedur/urutan Pengukuran Waktu Kerja
Pengujian
Kecukupan data
Faktor
Penyesuaian
Waktu
Waktu Siklus
Siklus
Rata-rata
Waktu
Normal
Waktu Standar
(Baku)
Pengujian
Faktor
keseragaman data
Kelonggaran
Cara 1 : Dengan Jam Hent
Langkah-langkah Pra Pengukuran
•
Penetapan Sistem Kerja yang akan diukur
•
•
Pemilihan Pekerja yang akan diukur
Penetapan elemen-elemen pekerjaan, bila diperlukan
•
Penyiapan peralatan pengukuran.
Langkah-langkah Pengukuran
1. Pengukuran Pendahuluan
2. Pengujian Keseragaman Data
3. Penghitungan Kecukupan Data
4. Melengkapi Pengukuran
Langkah-langkah Pasca Pengukuran
1. Menghitung Waktu Siklus
2. Menghitung Waktu Normal
3. Menghitung Waktu Baku
WAKTU SIKLUS, WAKTU NORMAL DAN WAKTU BAKU
(STANDARD)
WAKTU SIKLUS
Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bhn baku mulai diproses ditempat
kerja ybs. Merupakan JUMLAH waktu tiap-tiap elemen Job
WS = ΣXi/N
Dimana :
– Xi = jumlah waktu penyelesaian yg teramati
– N = jumlah pengamatan yg dilakukan
WAKTU NORMAL
Waktu penyelesaian pekerjaan yg diselesaikan oleh pekerja dlm kondisi WAJAR dan
kemampuan RATA-RATA.
WN = WS x p
Dimana : P = faktor penyesuaian jika:
– P=1 bekerja WAJAR
– p1 bekerja terlalu CEPAT
WAKTU SIKLUS, WAKTU NORMAL DAN WAKTU BAKU
(STANDARD)
WAKTU BAKU
Waktu yg dibutuhkan secaraWAJAR oleh pekerja NORMAL u/ menyelesaikan
pekerjaannya yg dikerjakan dlm sistem kerja TERBAIK SAAT ITU.
WB = WN + l
Dimana :
– l = kelonggaran (allowance)
PENGUJIAN DATA
Uji kecukupan data.
• Untuk memastikan bahwa data yang telah
dikumpulkantelah cukup secara obyektif.
• Pengujian kecukupan data dilakukan dengan
berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat
ketelitian dan tingkat keyakinan/ kepercayaan.
• Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah
mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan
oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan
melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak
(populasi).
• Derajat ketelitian (degree of accuracy)
Menunjukkan
penyimpangan
maksimum hasil pengukuran dari
ketelitian (degree
of accuracy)
waktu Derajat
penyelesaian
sebenarnya.
Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya.
• Tingkat keyakinan (convidence level)
Tingkat keyakinan (convidence level)
Menunjukkan
besarnya
keyakinan
Menunjukkan
besarnya keyakinan
pengukur akan
ketelitian data
pengukur
akan
ketelitian
data waktu
waktu yang
telah diamati
dan dikumpulkan.
kecukupan
data digunakan
sbb. :
yang Uji
telah
diamati
dan rumus
dikumpulkan.
Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :
N’ =
2
k / s N
X
X
X
2
2
Dengan :
k
= Tingkat keyakinan
k
= 99% = 3
k
= 95% = 2
s
= Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
• Jika N’ ≤ N, maka data dianggap cukup, jika
N’ > N , data dianggap tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan
penambahan data.
Contoh :
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch. Bila tingkat keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah jumlah
pengamatan cukup?
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6
X = 107
(X)2 = 11449
X2 = 791
k = 95% = 2
s = 10%
N’ =
k / s N X 2
X
X
2
2
2
2 / 0,1 15 x791 11449
14,53
107
Karena N’ < N , maka data dianggap cukup.
Uji Keseragaman data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari
system yang sama dan untuk memisahkan data yang memiliki
karakteristik yang berbeda.
BKA = X + k
BKB = X - k
=
( X X )2
N 1
Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata-rata
= Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan stop
watch, jika batas kontrol ± 3. Tentukan apakah
data seragam atau tidak.
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6
X
= 7,13
(X – X)2= 27,73
= 1,4
BKA
= 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
BKB
= 7,13 – 3 (1,4) = 2,93
Semua data masuk dalam range antara BKA dan BKB, maka data dikatakan seragam
Penyesuaian (Rating Factor)
• Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk selamanya
bekerja dlm kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalanya :
tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
terjadi kesulitan-kesulitan sehingga menjadi lamban dalam bekerja.
• Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh
ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya dengan melakukan
penyesuaian.
• Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan
faktor penyesuaian (p).
• Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :
-
Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p nya lebih
besar dari satu (p > 1).
-
Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih
kecil dari satu (p< 1).
-
Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =
1).
Metode-metode untuk menentukan
penyesuaian
1.Persentase
Cara paling awal, sederhana, dan mudah!
‘p’ ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatan selama pengukuran, misal:
Ditentukan p = 110% jika Ws = 14,6 menit, maka
Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit
Kekurangannya : hasil penilaiannya ‘kasar’
2. Cara SCHUMARD
Patokan penilaian berdasarkan ‘kelas-kelas performansi kerja” –tiap kelas
punya nilai sendiri-sendiri.
K elas
Kelas
Superfast
p
100
Good -
p
65
Fast +
95
Normal
60
Fast
90
Fair +
55
Fast -
85
FAir
50
Excelent
80
Fair -
45
Good +
75
Poor
40
Good
70
CONTOH:
Bila performansi operator dinilai EXCELENT,
Maka mendapat nilai 80, maka: p = 80/60 = 1,33
Jika Ws = 276,4 detik maka :
WN = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik
3. The Westng House System
Sistem ini dikembangkan oleh Westing House Electric Corporation
dengan mempertimbangkan empat factor Penilaian berdasarkan 4
faktor:
• SKILL (Ketrampilan): kemampuanmengikuticarakerjayang ditetapkan.
• EFFORT(Usaha): kesungguhanyang ditunjukkanoperator
ketikabekerja.
• CONDITION(Kondisikerja):
kondisilingkunganfisiklingkungan(pencahayaan,
temperatur,dankebisinganruangan)
• CONSISTENCY(Konsistensi):
kenyataanbahwasetiaphasilpengukuranwaktumenunjukkan yang
berbeda-beda.hasil
SKILL
0,15
0,13
0,11
0,08
0,06
0,03
0,00
-0,05
-0,10
-0,16
-0,22
EFFORT
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Superskill
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
CONDITION
0,06
0,04
0,02
0,00
-0,03
-0,07
A
B
C
D
E
F
0,13
0,12
0,10
0,08
0,05
0,02
0,00
-0,04
-0,08
-0,12
-0,17
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Superskill
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
CONSISTENCY
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
0,04
0,03
0,01
0,00
-0,02
-0,04
A
B
C
D
E
F
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
CONTOH:
Jika diketahui Ws = 124,6 detik, dicapai
dengan :
– Ketrampilan = Fair (E1) = -0,05
– Usaha =Good (C2) = 0.02
– Kondisi = Excelent (B) = +0,04
– Konsistensi = Poor (F) = -0,04
• Jumlah = -0,03
• Jadi p = (1 - 0,03) = 0,97, Bila Ws = 124,6 det,
maka : WN = 124,6 x 0,97 = 120,9 detik
4. Objectve Ratng
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode ini tdk
hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga
mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan pekerjaan
adalah : jumlah anggota badan yang digunakan, pedal kaki,
penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan tangan,
penanganan dan bobot.
Kecepatan kerja :
Wajar
:p=1
Lambat : p < 1
Cepat
:p>1
Tingkat kesulitan Pekerjaan (lihat Tabel Anggota Badan, Buku
Suta Laksana Hal 147)
5. Cara Bedaux dan Sintesa
Tahun1916, Charles E.Bedaux memperkenalkan sistem u/
pembayaran upah dan insentif dalam pengendalian tenaga
kerja.
• Skill dan Effort Rating
– Tidak terlalu beda dengan cara Shumard
– Dinyatakan dalam huruf “B”, standard kerja operator
dinyatakan dgn nilai 60 B, pemberian insentif 70-85 B per jam
• Cara Sintesa: waktu penyelesaian tiap elemen gerakan
dibandingkan dgn nilai pada tabel Data Waktu Gerakan,
kemudian dihitung Rata-Ratanya ebagai faktor
penyesuaiannya
Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja
operator, karena operator dalam melakukan pekerjaannya sering
tergangu pada hal-hal yang tidak diinginkan namun bersifat
alamiah, sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang
(lama).
Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Kegiatan yang termasuk kebutuhan pribadi : minum untuk menghilangkan rasa
haus, pergi ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan sesama pekerja, dll.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatigue). Rasa fatigue tercermin
antara lain dari menurunnya hasil produksi, bila rasa fatique ini berlangsung terus
maka akan terjadi fatigue total, yaitu anggota badan tdk dapat melakukan gerakan
kerja sama sekali. Untuk mengurangi kelelahan si pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja
ditujukan untuk mengilangkan rasa fatigue tersebut.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari.
Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan :
•
•
Menerima atau meminta petunjuk pada pengawas.
Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat
potong (komponen) yang patah,
memasang kembali komponen yang
lepas dll.
•
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
•
Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.
PENYESUAIAN WAKTU DENGAN RATING PERFORMANCE KERJA
Kegiatan EVALUASI kecepatan dan performance kerja operator pada saat
pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yg paling SULIT dan PENTING
dalam PENGUKURAN KERJA.
Aktivitas utk MENILAI atau MENGEVALUASI kecepatan kerja operator dikenal
sebagai: “RATING PERFORMANCE”
Tujuannya untuk meNORMALkan waktu kerja yg disebabkan oleh
keTIDAKWAJARAN operator dlm bekerja.
Review:
WB = WN + L
L = kelonggaran(allowance)
WN = WS x p
P = faktor penyesuaian, jika :
P=1 bekerjaWAJAR
p1 bekerjaterlaluCEPAT
WS = ΣXi/N
Waktu Baku (Waktun Standar)
Setelah penentuan penyesuaian dan kelonggaran, maka untuk menghitung waktu baku
dapat menggunakan formulasi sebagai berikut :
WB = [ W siklus x RF ] x
100
100 ALL
Waktu Normal
Keterangan :
WB= waktu baku
RF = Penyesuaian (Rating Faktor/Performance
Rating)
All = Kelonggaran (Allowance)
Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak kardus terdiri dari empat elemen
kegiatan dengan setiap elemen kegiatan dilakukan 10 kali pengamatan seperti pada
table berikut. Apabila kelonggaran adalah 15% Tentukan waktu standar.
Elemen
Kegiatan
1
2
1 Mengambil
Kotak Kardus
0,06
0,08
0,07
0,05
0,07
0,06
0,08
2 Memasukkan
Barang
0,15
0,17
0,14
0,14
0,16
0,15
3 Menutup
Kotak Kardus
0,21
0,23
0,22
0,21
0,25
0,24
4 Meletakan
Hasil
0,08
0,10
3
0,09
4
0,12
5
0,11
6
7
8
9
10
X
X
0,08
0,07
0,06
0,68
0,07
1,1
0,07
0,17
0,15
0,14
0,16
1,53
0,15
0,9
0,13
0,23
0,26
0,22
0,22
2,29
0,23
1,05
0,24
0,08
0,97
0,09
0,95
0,08
100
0,61 menit / unit
100 15
0,08
0,08
0,11
Waktu Normal = 0,52 menit/unit
Waktu Baku
=
0,52 x 100 0,61 menit / unit
100 15
0,12
RF
WN
Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja
• Melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tk dalam
kondisi kerja atau menganggur.
• Pengamatan tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan
hanya sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara
acak/random.
• Melakukan kunjungan ke tk yang akan diukur waktunya secara
acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang waktu yang
tidak sama dan didasarkan pada bilangan random yang
dikonversi ke satuan waktu.
• Misal, kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan waktu
pengamatan secara acak dan 90 kali pengamatan tk dalam
kondisi kerja/sibuk, maka prosentase tk dalam kondisi sibuk
adalah 90/100 = 0,9. Tk dalam kondisi idle/menganggur adalah
10/100 =0,1
Pengujian Data
• Kecukupan Data
p (1 p )
SP =
k
n
k 2 1 p
N’=
Dengan :
S2p
S = Derajat ketelitian
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N’ = Ukuran sample/data
• Keseragaman Data
Batas kontrol
untuk p
p (1 p)
BKA = p k n
BKB = p k p (1n p)
Dengan pengertian sbb:
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10 hari kerja dengan waktu
pengamatan setiap hari kerja adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%. Tentukan kecukupan dan
keseragaman data.
Tgl Pengamatan
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
10/1
Kondisi idle
5
6
8
10
7
3
4
5
6
4
Kondisi kerja
45
46
42
40
43
47
46
45
44
46
Prosentase idle
0,1
0,12
0,16
0,2
0,16
0,06
0,08
0,1
0,12
0,08
Prosentase kerja
0,9
0,88
0,84
0,8
0,86
0,94
0,92
0,9
0,88
0,92
Prosentase idle = 0,116,
prosentase kerja (p) = 1 –0,016 = 0,884
k
= 99% = 3 N = 500
S
= 0,05 3 (1 0,884
n =) 50
472,39
N’ =
(0,05) (0,884)
Karena N’ < N, maka data dianggap cukup
2
2
BKA =
0,884 3
0,884 (1 0,664)
1,019
50
BKB =
0,884 3
0,884 (1 0,664)
0,748
50
Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk dalam range BKA
dan BKB, maka data seragam.
• Waktu Baku
Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung dengan
menggunakan rumus :
Total waktu x Pr osentase sibuk x Rating Factor ( RF )
Jumlah produk yang dihasilkan
Waktu Normal =
Waktu Baku
=
Waktu Normal x
100
100 Kelonggara n ( All )
Contoh :
Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari untuk melakukan penyortiran
surat-surat. Dari pengamatan yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam
kondisi bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila jumlah surat yang disortir
sebanyak 2345 surat, maka tentukan waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah
115% dan kelonggaran 20%.
Waktu Normal (Wn) =
480 menit x 0,85 x 1,15
0,2 menit / surat
2345
Waktu Baku (Wb) =
0,2 x
Output Standar
=
100
0,25 menit / surat
100 20
1
1
4 surat / menit
Wb 0,25
Jadi, pekerja mampu mengerjakan penyortiran surat sebanyak 4
surat per menit.
Tugas 2 : Penentuan Waktu Baku (Stop Watch &
sampling Kerja)
WAKTU STANDAR OPERASI
WAKTU STANDAR OPERASI (CONT.)