LAPORAN PRAKTIKUM 5 Algoritma Struktur D

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TUMBUHAN
SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE TRANSEK
(JALUR) DAN KUADRAN

HALAMAN JUDUL

Oleh kelompok 3:

Lia Rahmawati
Sindy Febriyanti
Nurul Hidayah
Buyami
Erika Arifiana
Chuck Nuris A.
Aditya Tanjung Yulitasari

140210103004
140210103010
140210103015
140210103020

140210103025
140210103029
140210103031

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1

Latar Belakang..........................................................................................4


1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3

Tujuan........................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................7
3.1

Tempat dan Waktu Penelitiaan..................................................................7

3.2

Alat dan Bahan..........................................................................................7

3.2.1


Alat.....................................................................................................7

3.2.2

Bahan.................................................................................................7

3.3

Desain Percobaan......................................................................................7

3.3.1

Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect).......7

3.3.2

Sampling dengan menggunakan metode kuadran..............................8

3.4


Prosedur Percobaan...................................................................................8

3.4.1

Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect).......8

3.4.2

Sampling dengan menggunakan metode kuadran..............................8

3.5

Skema Alur Percobaan..............................................................................9

3.5.1

Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect)........9

3.5.2


Sampling dengan menggunakan metode kuadran............................10

BAB IV. HASIL PENGAMATAN.......................................................................11
4.1

Tabel Hasil Pengamatan Metode Transek (Jalur)...................................11

4.2

Tabel Perhitungan Metode Transek (Jalur).............................................13

4.3

Tabel Hasil Pengamatan Metode Kuadran..............................................15

4.4

Tabel Perhitungan Metode Kuadran........................................................16


BAB V. PEMBAHASAN......................................................................................17
BAB VI. PENUTUP..............................................................................................32
6.1

Kesimpulan..............................................................................................32

6.2

Saran........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
LAMPIRAN GAMBAR........................................................................................34
LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL + COVER BUKU.........................................37

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseimbangan ekosistem dipengaruhi oleh vegetasi yang ada dalam
ekosistem tersebut. Vegetasi dalam ekosistem memegang peranan penting dalam
interksi yang terjadi di dalamnya. Selain itu vegetasi juga terkait dengan aktivitas
pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan

sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air dan lain-lain.
Vegetasi dalam suatu ekosistem tidak selamanya dalam kondisi baik dan
stabil. Banyak hal yang membuat keseimbangan vegetasi dalam ekosistem
mengalami ketidakseimbangan salah satunya adalah hilangnya atau berkurangnya
jenis vegetasi tertentu dalam ekosistem. Sebagai contohnya dalam ekosistem
sebuah hutan di lereng gunung vegetasi rumput lebih banyak daripada vgetasi
pohon perdu, hal itu menyebabkan penyerapan air pada hutan tersebut menjadi
tidak maksimal. Untuk mengetahui apakah vegetasi yang ada dalam ekosistem itu
seimbang maka terlebih dahulu harus mengerti tentang persebaran vegetasi pada
ekosistem tersebut. Agar memudahkan untuk melakukan penelitian dan
perhitungan yang terkait dengan vegetasi tertentu dalam suatu ekosistem perlu
dilakukannya suatu metode sampling. Untuk jenis vegetasi tertentu misalnya
rumput dapat menggunakan metode transek agar lebih efektif sedangkan metode
yang digunakan untuk vegetasi tingkat pohon biasanya menggunakan metode
kuadran.

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana

cara


penerapan

teknik

sampling

tumbuhan

dengan

menggunakan metode transek?
b. Bagaimana cara menganalisis data vegetasi dari hasil pengambilan
sampling?
c. Bagaimana cara melakukan sampling vegetasi dengan metode kuadran?

1.3 Tujuan
a. Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan
menggunakan metode transek.
b. Melakukan analisis data vegetasi dari hasil pengambilan sampling.

c. Melakukan sampling vegetasi dengan metode kuadran.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum melakukan analisis sampling suatu vegetasi perlu ditentukan
metode yang sesuai. Pemilihan metode yang akan digunakan bergantung pada
keadaan morfologi jenis tumbuhan dan penyebarannya, tujuan penelitian dan
biaya serta tenaga yang tersedia (Latifah, 2005: 1).
Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode
plot seringkali kurang praktis dan membutuhkan banyak waktu. Untuk mengatasi
maslah ini dapat digunakan metode transek. Ada dua metode transek yaitu line
transect dan belt transect. Metode line transect biasa digunakan oleh ahli ekologi
tanaman untuk mempelajari komunitas padang rumput. Metode belt transect biasa
digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum
diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat
memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai
atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan (Tim Pembina Ekologi Tumuhan,
2016: 17).
Metode line intersect memungkinkan untuk digunakan untuk menganalis
vegetasi dalam jumlah yang relative kecil. Metode line intersect lebih sering

digunakan untuk menganalis vegetasi dalam daerah yang sempit dengan
keragaman vegetasi yang rendah (Mareel, 2015: 17-18).
Metode kuadran umumnya dilakkan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja
yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebh cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini
berbeda dengan metode transek. Metode transek biasabnya dapat digunakan untuk
menganalisis berbegai vegetasi. Sebagai cntohnya adalah vegetasi rumput. Namun
pada metode kuadran ini hanya dapat digunakan untuk vegetasi pohon saja.
Teknik yang digunakan dalam metode kuadran adalah metode point-quarter.
Metode ini dapat digunakan apabila distribusi pohonnya acak. Metode ini tidak
bisa

digunakan untuk

populasi pohon yang

pengelompokannya

tinggi


(mengelompok) atau yang menempati ruang secara seragam (Tim Pembina
Ekologi Tumbuhan, 2016: 24).

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitiaan
Penelitian dilakukan pada hari Selasa, 18 Oktober 2016. Daerah
pengamatn analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi gedung 3, FKIP UNEJ
dan halaman belakang Balai Penelitian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1

Alat

1. Patok kayu atau bamboo
2. Tali rafia atau tali plastik
3. Pisau besar (bedung)
4. Palu
5. Kompas lapangan dengan derajat 0°-360° (dalam hal ini, 0°= utara,
90°= timur, 180°= selatan, 270°= barat)
6. Meteran panjang (30m-50m)
7. Penggaris
8. Kamera digital
3.2.2

Bahan

1. Bambu atau kayu
2. Buku identifikasi

3.3 Desain Percobaan
3.3.1

Sampling dengan menggunakan metode transek (line

transect)

3.3.2

Sampling dengan menggunakan metode kuadran

3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1

Sampling dengan menggunakan metode transek (line

transect)
1. Daerah pengamatan analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi
gedung 3, FKIP UNEJ.
2. Menggunakan tali rafia atau tali plastic, menarik garis transek
sepanjang 10 meter, kemudian membuat segmen dengan panjang tiap
segmen 1 meter.
3. Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya.
4. Menghitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen
tersebut.
5. Menganalisis vegetasi dengan menghitung kepadatan, kepadatan
relative, dst dapat menghitung dengan formula yang telah ditentukan.
3.4.2

Sampling dengan menggunakan metode kuadran

1. Menentukan pohon sebagai titik kuadran dan empat pohon secara acak.
2. Menarik garis transek dengan menggunakan tali rafia.

3. Setiap titik pandang dipandang sebagai pusat dari arah kompas. Dari
titik tersebut didapat 4 buah kuadran.
4. Melakukan pengamatan pada masing-masing kuadran. Dengan
mencatat jenis pohon, luas penutupan, dan jarak antar pohon terdekat
dengan pusat kuadran.

3.5 Skema Alur Percobaan
3.5.1

Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect)

Daerah pengamatan analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi gedung 3,
FKIP UNEJ

Menggunakan tali rafia atau tali plastic, menarik garis transek sepanjang 10m,
kemudian membuat segmen dengan panjang tiap segmen 1m

Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya

Menghitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen tersebut

Menganalisis vegetasi dengan menghitung kepadatan, kepadatan relative, dst
dapat menghitung dengan formula yang telah ditentukan

3.5.2

Sampling dengan menggunakan metode kuadran

Menentukan pohon sebagai titik kuadran dan empat pohon secara acak

Menarik garis transek dengan menggunakan tali rafia

Setiap titik pandang dipandang sebagai pusat dari arah kompas. Dari titik
tersebut didapat 4 buah kuadran

Melakukan pengamatan pada masing-masing kuadran. Dengan mencatat jenis
pohon, luas penutupan, dan jarak antar pohon terdekat dengan pusat kuadran

BAB IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Metode Transek (Jalur)
Segmen ke-

1

2

3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Tumbuhan
Brambangan 1
Brambangan 2
Brambangan 3
Pegagan 1
Pegagan 2
Pegagan 3
Pegagan 4
Rumput X1
Pegagan 1
Pegagan 2
Rumput A1
Brambangan 1
Rumput B1
Rumput B2
Pegagan 3
Rumput X2
Rumput A2
Rumput C1
Rumput A1
Rumput D1
Rumput A2
Rumput A1
Rumput B1
Rumput B1
Rumput A1
Rumput A1
Rumput A1
Rumput A2
Pegagan 1
Rumput A3
Rumput A1
Rumput A2
Rumput A1
Rumput A1

∑ (jumlah) Spesies

Brambangan = 3
Pegagan = 4

Rumput A = 2
Rumput B = 2
Rumput C = 1
Rumput X = 2
Pegagan = 3
Brambangan = 1

Rumput A = 2
Rumput D = 1
Rumput A = 1
Rumput B = 1
Rumput A = 1
Rumput B = 1
Rumput A = 1
Rumput A = 3
Pegagan = 1
Rumput A = 2
Rumput A = 1
Rumput A = 1

Panjang Penutupan (cm)
2,5
4
3
0,5
1,5
1
1,5
2
1,5
1,5
4
3,4
11
13
1,7
1,5
20
1,5
2
8
2
5
2
3
5
18
14
5
1,5
6
6
5
3,5
8

4.2 Tabel Perhitungan Metode Transek (Jalur)
Segmen ke1

2

3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis
Tumbuhan
Brambangan
Pegagan
Rumput A
Rumput B
Rumput C
Rumput X
Brambangan
Pegagan
Rumput A
Rumput D
Rumput A
Rumput B
Rumput A
Rumput B
Rumput A
Rumput A
Pegagan
Rumput A
Rumput A
Rumput A

Keterangan:
Br

: Brambangan

Jumla
h
3
4
2
2
1
2
3
1
2
1
1
1
1
1
1
3
1
2
1
1

D

RD

F

RF

C

RC

0,003
0,004
0,002
0,002
0,001
0,002
0,003
0,001
0,002
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,003
0,001
0,002
0,001
0,001

0,081
0,108
0,054
0,054
0,027
0,054
0,081
0,027
0,054
0,027
0,027
0,027
0,027
0,027
0,027
0,081
0,027
0,054
0,027
0,027

Br= 0,4
Pg= 0,8
A= 1,3
B= 0,4
C= 0,1
D= 0,1
X= 0,2

Br= 0,12
Pg= 0,24
A= 0,39
B= 0,12
C= 0,03
D= 0,03
X= 0,06

Br= 0,0129
Pg= 0,0107
A= 0,1035
B= 0,029
C= 0,0015
D= 0,008
X= 0,0235

Br= 0,068
Pg= 0,056
A= 0,547
B= 0,153
C= 0,007
D= 0,042
X= 0,124

Pg

: Pegagan

A

: Rumput A

B

: Rumput B

C

: Rumput C

D

: Rumput D

X

: Rumput X

4.3 Tabel Hasil Pengamatan Metode Kuadran
Pusat
Pohon
Mahoni
Pohon
Matoa

Jenis Pohon

Sudut

Pohon Matoa
Pohon A
Pohon Mahoni
Pohon Angsana
Pohon Camelina
Pohon Mahoni
Pohon Mahoni
Pohon Camelia

30°
70°
120°
120°
15°
135°
50°
110°

Jarak ke Pohon
Pusat (m)
5,5
4
4,8
5,5
4,6
5,5
5,6
6,1

Luas Penutupan
(m2)
4,5
8,1
1,3
6,2
5,8
5,9
5,5
9,3

4.4 Tabel Perhitungan Metode Kuadran
Kuadra
n ke-

Jenis
Pohon



D

TD

RD

Di
P. Mt=
0,0005
P. A= 0,0005
P. Mh=
0,0005
P. An=
0,0005
P. Ca=
0,0001
P. Mh=
0,0001

P. Mt
P. A
P. Mh
P. An

1
1
1
1

4,95

505,0
5

P. Mt=
0,25
P. A= 0,25
P. Mh=
0,25
P. An=
0,25

P. Ca
P. Mh
2
P. Mh
P. Ca
Keterangan:

1
1
1
1

5,45

458,7
2

P. Ca= 0,5
P. Mh= 0,5

1

P. Mt : Pohon Matoa
P. Mh : Pohon Mahoni
P. An : Pohon Angsana
P. Ca : Pohon Camelina

C
P. Mt=
0,00225
P. A= 0,00405
P. Mh=
0,00065
P. An= 0,0031
P. Ca= 0,0029
P. Mh= 0,003

RC
P. Mt=
0,224
P. A= 0,403
P. Mh=
0,065
P. An=
0,308
P. Ca=
0,492
P. Mh=
0,508

F
P. Mt=
0,5
P. A= 0,5
P. Mh= 1
P. An=
0,5
P. Ca= 1
P. Mh=
0,5

RF

P. Mt= 0,125
P. A= 0,125
P. Mh= 0,25
P. An= 0,125
P. Ca= 0,25

BAB V. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul sampling dan analisis vegetasi dengan metode
transek (jalur) dan kuadran. Pertama kali praktikum menggunakan metode transek
dengan metode line intercept atau line transek. Menurut Tim Pembina Ekologi
Tumbuhan (2016) bahwa metode ini biasa digunakan para ahli untuk mengetahui
komunitas yang ada di padang rumput. Cara ini lebih praktis jika dibanding
dengan menggunakan metode plot karena hanya mengukur satu baris yang telah
digaris dengan menggunakan tali rafia dan mengukur panjang penutupannya.
Praktikum yag kedua menggunakan metode kuadran dengan teknik poin-quarter.
Menurut Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) metode kuadran umumnya
dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian,
metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominasi pohon dan menaksir volumenya. Syaratnya distribusi pohon yang akan
diteliti harus acak.
Awal mula pengerjaan pada metode line transect adalah menentukan dua
titik yang digunakan sebagai pusat garis transek. Jarak antara satu titik dengan
titik lainnya adalah 10 m. Hal ini berarti bahwa spesies rumput yang nantinya
akan dihitung sepanjang 10 m. Setelah itu membaginya menjadi segmen-segmen.
Untuk panjang garis transek 10 m dapat dibagi menjadi segmen-segmen 1 m.
Setelah itu dua titik yang menjadi pusat garis transek tersebut ditarik garis dengan
menggunakan tali rafia. Pada setiap batas segmen diberi tanda menggunakan
pasak. Setelah itu mencatat spesies yang ditemukan dan mengukur panjang
penutupan yang ada pada garis transek pada setiap segmen. Mengukur panjang
penutupan dengan cara memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial
coverage yang terpotong garis transek ke tanah ((Tim Pembina Ekologi
Tumbuhan, 2016).
Pertama-tama mengerjakan sampling dengan metode poin-quarter terlebih
dahulu menentukan titik pusat yang dalam hal ini yang menjadi titik pusat adalah
pohon. Pohon yang digunakan pada pertama pengukuran adalah pohon mahoni

sedangkan yang kedua adalah pohon matoa. Selanjutnya dipilih titik kuadran
dengan ditentukannya titik 0° (utara), 90° (timur), 180° (selatan), dan 270° (barat).
Pada masing-masing arah kuadran ditentukan pohon yang paling terdekat dengan
pohon pusat. Pada kuadran satu ditentukan 1 pohon yaitu pohon matoa untuk
pengamatan pertama dan pohon camelina untuk pengamatan kedua. Pada kuadran
dua ditentukan 1 pohon yaitu pohon A untuk pengamatan pertama dan pohon
mahoni untuk pengamatan kedua. Pada kuadran tiga ditentukan 1 pohon yaitu
pohon mahoni untuk pengamatan pertama dan pohon mahoni untuk pengamatan
kedua. Pada kuadran empat ditentukan 1 pohon yaitu pohon angsana untuk
pengamatan pertama dan pohon camelina untuk pengamatan kedua. Setelah
ditentukan pohon pada masing-masing kuadran lalu dibidik dan dihitung luas
penutupan, jarak, dan sudutnya. Cara menentukan sudut pada kuadran 1 dihitung
dari titik 0°. Pada kuadran dua dihitung dari titik kuadran 1 yang telah ditentukan
pohonnya tadi kemudian ditarik garis menuju titik pohon terdekat dengan pusat
pada kuadran 2 yang telah ditarik garis, dan begitu juga seterusnya.
Dalam praktikum kali ini digunakan dua metode sampling yaitu metode
transek dan kuadran. Ada dua metode transek yaitu line intercept dan belt transect.
Metode belt transect lebih cenderung digunakan untuk mempelajari kawasan
hutan luas yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Sedangkan untuk praktikum
kali ini metode transek yang digunakan adalah line transect. Metode ini dipakai
karena vegetasi yang diaati adalah rerumputan. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2016) bahwa line transect biasa
digunakan oleh ahli ekologi tanaman untuk mempelajari komunitas padang
rumput. Metode line intersect memungkinkan untuk digunakan untuk menganalis
vegetasi dalam jumlah yang relative kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mareel (2015) yang menyatakan bahwa salah satu metode yang memungkinkan
untuk mempelajari vegetasi suatu tumbuhan dalam jumlah sedikit adalah metode
line transect. Pemilihan metode ini harus benar benar disesuaikan dengan
peneletian yang akan dilakukan agar hasil yang diperoleh valid dan sesuai serta
efektif (Latifah, 2005).

Selain metode transek metode lain yang digunakan adalah metode
kuadran. Metode ini digunakan untuk menganalis vegetasi pohon. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan Tim Pembina ekologi Tumbuhan (2016) yang
mengemukakan bahwa metode kuadran umumnya dilakkan bila hanya vegetasi
tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebh
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir
volumenya. Metode ini berbeda dengan metode transek. Metode transek biasanya
dapat digunakan untuk menganalisis berbegai vegetasi. Sebagai cntohnya adalah
vegetasi rumput. Namun pada metode kuadran ini hanya dapat digunakan untuk
vegetasi pohon saja. Teknik yang digunakan dalam metode kuadran adalah
metode point-quarter. Metode ini dapat digunakan apabila distribusi pohonnya
acak.

Metode

ini

tidak

bisa digunakan

untuk populasi

pohon yang

pengelompokannya tinggi (mengelompok) atau yang menempati ruang secara
seragam.
Dari pengamatan tentang sampling dan analisis vegetasi menggunakan
metode transek (jalur) dan kuadran di peroleh hasil sebagai berikut :
Pada metode yang pertama yaitu metode transek (jalur), praktikan
membuat 1 jalur dengan ukuran 10 m dan pada jalur tersebut dibagi menjadi 10
segmen, dimana pada setiap segmen diukur pnangnya sebesar 1 m. Pada segmen
yang pertama ditemukan 2 jenis spesies tumbuhan yaitu brambangan sebanyak 3
brambangan 3 dan pegagan sebanyak 4, pada segmen yang pertama ini didominan
oleh tumbuhan jenis pegagan. Selanjutnya pada segmen yang kedua ditemukan 6
jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan pegagan yang berjumlah 3,
tumbuhan brambangan berjumlah 1, tumbuhan rumput A berjumlah 2, tumbuhan
rumput B berjumlah 2, tumbuhan rumput C berjumlah 1 dan tumbuhan rumput X
berjumlah 2. Dimana pada segmen yang kedua di dominan oleh tumbuhan jenis
rumput pegagan yang berjumlah 3.
Selanjutnya pada segmen yang ketiga ditemukan 2 jenis tumbuhan yang
berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 2 dan rumput D yang
berjumlah 1. Dimana pada segmen yang ketiga ini di dominan oleh tumbuhan
jenis rumput A yang berjumlah 2. Selanjutnya pada segmen yang keempat

ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang
berjumlah 1 dan rumput B yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang keempat
ini jumlah jenis tumbuhan yang diketahui sama yaitu masing-masing jenis
tumbuhan A dan B berjumlah 1. Selanjutnya pada segmen yang kelima ditemukan
2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu tumbuhan rumput A yang berjumlah 1 dan
rumput B yang berjumlah 1. Dimana pada segmen yang kelima ini jumlah jenis
tumbuhan antara tumbuhan A dan B sama seperti halnya pada segmen yang
keempat.
Pada segmen yang keenam hanya ditemukan 1 jenis spesies tumbuhan saja
yaitu jenis tumbuhan rumput A yang berjumlah 1. Selanjutnya pada segmen yang
ketujuh ditemukan 2 jenis tumbuhan yang berbeda yaitu jenis tumbuhan rumput
A yang berjumlah 3 dan yang kedua yaitu jenis tumbuhan pegagan yang
berjumlah 1. Dimana pada segmen yang ketujuh ini di dominan oleh jenis
tumbuhan rumput A yang berjumlah 3. Pada segmen yang kedelapan ditemukan 1
jenis tumbuhan saja yaitu tumbuhan jenis rumput A yang berjumlah 2, Sehingga
pada segmen yang kedelapan ini hanya di dominan oleh jeis rumput A saja. Pada
segmen yang kesembilan hanya ditemukan jenis rumput A saja yng berjumlah 1
dan pada segmen yang terakhir yaitu pada segmen sepuluh juga sama seperti pada
segmen yang kesembilan yaitu hanya terdapat jenis spesies tumbuhan A yang
berjumlah 1, sehingga antara segmen yang kesembilan dan kesepuluh jenis
rumput yang dominan yaitu jenis rumput A.
Langkah selanjutnya setelah kita mengetahui jumlah masing-masing
spesies tumbuhan dari masing-masing segmen yaitu melakukan perhitungan
terhadap jenis tumbuhan tersebut. Parameter yang di ukur pada metode transek
(jalur ) ini meliputi kepadatan (D), kepadatan relatif (RD), frekuensi (F), frekuensi
relatif (RF), panjang penutupan (C) panjang penutupan relatif (RC) dan yang
terakhir yaitu nilai penting ( importance value = IV).
Pada segmen yang pertama diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan
brambangan sebesar 0,003.Sedangkan untuk jenis tumbuhan pegagan nilai
kepadatannya sebesar 0,004. Pada segmen yang kedua diperoleh jumlah
kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,002. Untuk jenis rumput B nilai

kepadatannya sebesar 0,002. Untuk jenis rumput C nilai kepadatannya sebesar
0,001. Pada jenis rumput X nilai kepadatannya sebesar 0,002. Dan pada jenis
tumuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,003 dan yang terakhir untuk jenis
tumbuhan brambangan nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang
ketiga dengan 2 jenis spesies tumbuhan rumput A dan rumput D diperoleh jumlah
kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,002.Sedangkan untuk jenis
tumbuhan rumput D nilai kepadatannya sebesar 0,001. Selanjutnya Pada segmen
yang keempat diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar
0,001.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput B nilai kepadatannya sebesar
0,001. Pada segmen yang kelima diperoleh jumlah kepadatan jenis tumbuhan
rumput A sebesar 0,001.Sedangkan untuk jenis tumbuhan rumput B nilai
kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang keenam yang hanya ditemukan 1
jenis spesies tumbuhan saja yaitu jenis rumput A diperoleh jumlah kepadatan jenis
tumbuhan tersebut sebesar 0,001. Pada segmen yang ketujuh diperoleh jumlah
kepadatan jenis tumbuhan rumput A sebesar 0,003. Sedangkan untuk jenis
tumbuhan pegagan nilai kepadatannya sebesar 0,001. Pada segmen yang
kedelapan, kesembilan dan kesepuluh hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan yang
sama yaitu jenis rumput A. Dimana pada segmen kedelapan diperoleh jumlah
kepadatan jenis rumput A sebesar 0,002. Sedangkan untuk jenis rumput A
disegmen kesembilan dan kesepuluh nilai kepadatannya sama yaitu sebesar 0,001.
Nilai tersebut didapat dengan cara membagi jumlah total individu spesies i degan
panjang total habitat (transek = sebesar 10 m).
Langkah selanjutnya setelah diketahui nilai kepadatan pada masingmasing tumbuhan di masing-masing segmen yaitu menentukan nilai dari
kepadatan relatif (RD) pada masing-masing jenis tumbuhan. Pada segmen yang
pertama nilai RD pada tumbuhan brambangan sebesar 0,081 dan pada tumbuhan
pegagan sebesar 0,108. Selanjutnya pada segmen yang kedua yaitu pada
tumbuhan jenis rumput A dan rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,054,
pada jenis tumbuhan rumput C nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada jenis
tumbuhan rumput X nilai RD-nya sebesar 0,054. Dan pada jenis tumbuhan
pegagan nilai RD-nya sebesar 0,081 dan yang terakhir pada segmen kedua yaitu

pada jenis tumbuhan brambangan dengan nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya
pada segmen yang ketiga yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis
tumbuhan D.
Pada tumbuhan jenis rumput A nilai RD-nya sebesar 0,054, sedangkan
pada jenis tumbuhan rumput D nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada
segmen yang keempat yang hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis
tumbuhan B. Dimana pada tumbuhan jenis rumput A dan jenis rumput B nilai
RD-nya sama yaitu sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang kelima yang
hanya terdiri dari jenis tumbuhan A dan jenis tumbuhan B. Pada tumbuhan jenis
rumput A dan jenis rumput B nilai RD-nya sama yaitu sebesar 0,027. Selanjutnya
pada segmen yang keenam yang hanya terdiri dari 1 jenis tumbuhan saja yaitu
jenis tumbuhan rumput A. Pada tumbuhan jenis rumput A ini diperoleh nilai RDnya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang ketujuh yang hanya terdiri dari
2 jenis tumbuhan yaitu jenis ruumput A dan pegagan. Pada tumbuhan jenis
rumput A nilai RD-nya sebesar 0,081. Sedangkan pada jenis tumbuhan pegagan
nilai RD-nya sebesar 0,027. Selanjutnya pada segmen yang kedelapan yang hanya
terdiri dari 1 jenis tumbuhan yaitu jenis rumput A. Pada tumbuhan jenis rumput A
ini nilai RD-nya sebesar 0,054. Dan yang terakhir yaitu pada segmen kesembilan
dan kesepuluh dimaana pada segmen tersebut jumlah spesies dan jenis spesies
tumbuhannya sama yaitu jenis tumbuhan rumput A dengan jumlah masing-masing
1. Nilai kepadatan relatif pada masing-masing segmen kesembilan dan kesepuluh
yaitu sebesar 0,027. Nilai keseluruhan dari RDi = 1,242. Nilai kepdatan relatif
dapat di ketahui dengan cara membagi kepadatan spesies i dengan jumlah total
kepdatan dari semua spesies.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai frekuensi dari masing-masing
spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Dari hasil pengamatan yang sudah
dilakukan dapat diketahui nilai frekuensi pada masing-masing spesies. Yang
pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai frekuensinya sebesar 0,4.
Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai frekuensinya sebesar 0,8. Pada
jenis tumbuhan rumput A nilai frekuensinya sebesar 1,3. Pada jenis tumbuhan
rumput B nilai frekuensi yang diperoleh sebesar 0,4. Selanjutnya pada jenis

tumbuhan rumput C dan rumput D nilai frekuensinya sama yaitu sebesar 0,1 dan
yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai frekuensi sebesar
0,2. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah interval line
intercept dimana spesies i terdapat dengan jumlah total interval pada garis transek
( dalam praktikum ini menggunakan 10).
Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai frekuensi relatif (RF)
dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama
yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai RF-nya sebesar 0,12. Selanjutnya
pada jenis tumbuhan pegagan nilai RF-nya sebesar 0,24. Pada jenis tumbuhan
rumput A nilai RF-nya sebesar 0,32. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai RF-nya
yang diperoleh sebesar 0,12. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C dan
rumput D nilai RF-nya sama yaitu sebesar 0,3 dan yang terakhir yaitu pada jenis
tumbuhan rumput X dengan nilai RF-nya sebesar 0,2. Nilai keseluruhan dari RFi
= 0,99. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi frekuensi spesies i
dengan jumlah frekuensi untuk semua spesies.
Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai panjang penutupan (C)
dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek. Yang pertama
yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai C-nya sebesar 0,0129. Selanjutnya
pada jenis tumbuhan pegagan nilai C-nya sebesar 0,0107. Pada jenis tumbuhan
rumput A nilai C-nya sebesar 0,1035. Pada jenis tumbuhan rumput B nilai C-nya
yang diperoleh sebesar 0,029. Selanjutnya pada jenis tumbuhan rumput C nilai Cnya yaitu sebesar 0,0015 dan pada jenis tumbuhan D nilai C-nya sebesar 0,008.
Dan yang terakhir yaitu pada jenis tumbuhan rumput X dengan nilai C-nya
sebesar 0,0235. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi panjang
penutupan total spesies yang sudah dketahui sebelumnya dengan panjang total
transek di sampling (pada praktikum ini menggunakan 1000 cm).
Langkah yang selanjutnya yaitu menghitung nilai panjang penutupan
relatif (RC) dari masing-masing spesies pada semua segmen dalam 1 transek.
Yang pertama yaitu pada tumbuhan jenis brambangan, nilai RC-nya sebesar
0,068. Selanjutnya pada jenis tumbuhan pegagan nilai RC-nya sebesar 0,056.
Pada jenis tumbuhan rumput A nilai RC-nya sebesar 0,547. Pada jenis tumbuhan

rumput B nilai RC-nya yang diperoleh sebesar 0,153. Selanjutnya pada jenis
tumbuhan rumput C nilai RC-nya sebesar 0,007 dan yang selanjutnya pada jenis
tumbuhan rumput D nilai RC-nya sebesar 0,042. Dan yang terakhir yaitu pada
jenis tumbuhan rumput X dengan nilai RC-nya sebesar 0,124. Nilai keseluruhan
dari RCi = 0.997. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara membagi panjang
penutupan spesies i (Ci) dengan jumlah panjang penutupan dari semua spesies
(ΣC).
Dan yang terakhir yaitu menghitung nilai penting (IV). Cara yang
digunakan untuk mengetahui nilai penting yaitu dengan cara menjumlah data dari
ketiga pengukuran relatif (RDi), (RFi) dan (RCi). Dari hasil penjumlahan yang
sudah pada RDi +RFi + RCi = 1,424 + 0,99 + 0,997 = 3,229.
Pada metode yang kedua yaitu menggunakan metode kuadran. Pada
metode kuadran praktikan menentukan terlebih dahulu 1 pohon sebagai pusat
kemudian mengambil 4 pohon sebagai kuadran dari pohon pusat yang berdekatan
dengan pusat pohon tersebut dan kemudian mengukur sudut pohon, jarak
penutupan dan luas penutupan pada pohon tersebut. Pada metode kuadran ini
praktikan melakukan 2 kali percobaan yaitu kuadran I dan kuadran II dengan
menggunakan lokasi pohon yang berbeda. Pada kuadran yang I jenis pohon yang
menjadi pusat adalah pohon mahoni, kemudian jenis 4 pohon yang menjadi
kuadran adalah pohon matoa, pohon A, pohon mahoni dan pohon angsana. Sudut
antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon matoa sebesar 30° dan jarak pohon
matoa ke pohon pusat sejauh 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 4,5.
Selanjutnya sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon A sebesar 70°, dan
jarak antara pohon A dengan pohon pusat sebesar 4 m dengan luas penutupan
sebesar 8,1 m. Selanjutnya sudut antara pohon pusat (mahoni) dengan pohon
mahoni sebesar 120°, dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar
4,8 m dengan luas penutupan sebesar 1,3 m. Dan yang terakhir antara pohon pusat
dengan pohon angsana sudutnya sebesar 120°, dan jarak antara pohon angsana
dengan pohon pusat sebesar 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 6,2 m.
Pada kuadran yang II jenis pohon yang menjadi pusat adalah pohon matoa,
kemudian jenis 4 pohon yang menjadi kuadran adalah pohon camelina, pohon

mahoni, pohon mahoni dan pohon camelina. Sudut antara pohon pusat (matoa)
dengan pohon camelina sebesar 15°, dan jarak pohon camelina ke pohon pusat
sejauh 4,6 m dengan luas penutupan sebesar 5,8 m. Selanjutnya sudut antara
pohon pusat (matoa) dengan pohon mahoni sebesar 135°, dan jarak antara pohon
mahoni dengan pohon pusat sebesar 5,5 m dengan luas penutupan sebesar 5,9 m.
Selanjutnya sudut antara pohon pusat (matoa) dengan pohon mahoni sebesar 50°,
dan jarak antara pohon mahoni dengan pohon pusat sebesar 5,6 m dengan luas
penutupan sebesar 5,5 m. Dan yang terakhir antara pohon pusat dengan pohon
camelina sudutnya sebesar 110°, dan jarak antara pohon camelina dengan pohon
pusat sebesar 6,1 m dengan luas penutupan sebesar 9,3 m.
Langkah selanjutnya setelah sudut (dengan kompas), jarak pohon pusat
dengan pohon kuadran dan luas penutupan yaitu menganalisis data dengan cara
menghitung jarak pohon rata-rata (d), kepadatan seluruh jenis (TD), kepadatan
relatif (RDi), kepdatan mutlak suatu jenis (Di), luas penutupan suatu jenis (Ci),
luas penutupan relatif suatu jenis (RCi), frekuensi suatu jenis (Fi), frekuensi relatif
suatu jenis (Fi) dan yang terakhir nilai penting suatu jenis (IV).
Pada kuadran I nilai jarak pohon rata-rata (d) sebesar 4,95 m untuk seluruh
jenis pohon dari pohon pusat. Nilai tersebut diperoleh dengan cara menjumlah
jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran dikalikan dengan banyaknya
pohon. Kemudian menghitung nilai kepadatan seluruh jens (TD). Nilai kepadatan
seluruh jenis pohon pada kuadran I sebesar 505,05. Nilai tersebut dapat diperoleh
dengan cara membagi luas habitat yang digunakan untuk menyatakan kepadatan
(dalam prakikum ini menggunakan 2.500 m2) dengan kuadrat jarak pohon ratarata.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung kepadatan relatif (RDi) pada setiap
pohon kuadran. Pada pohon matoa nilai RDi-nya sebesar 0,25. Selanjutnya pada
pohon A nilai RDi-nya sebesar 0,25. Pada pohon yang ketiga yaitu pohon mahoni
nilai RDi-nya sebesar 0,25 dan yang terakhir pada pohon angsana nilai RDi-nya
sebesar 0,25. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah
pohon jenis i di bagi jumlah pohon semua jenis. Pada percobaan ini jumlah pohon
yang digunakan yaitu berjumlah 1 semua sehingga nilai kepadatan relatif pada

semua pohon sama. Selanjutnya yaitu menghitung kepadatan mutlak suatu jenis
(Di). Nilai pada Di dapat diperoleh dengan cara membagi kepadatan relatif di bagi
dengan kepadatan seluruh jenis. Nilai kepadatan mutlak pada pohon matoa, pohon
A, pohon mahoi dan pohon angsana sama yaitu sebesar 0,0005. Hal tersebut
dikarenakan nilai kepadatan pada masing-masing pohon sama.
Selanjutnya menghitung luas penutupan suatu jenis (Ci). Luas penutupan
suatu jenis dapat dihitung dengan cara megalikan luas penutupan dengan
kepadatan mutlak jenis dan dibagi dengan jumlah pohon jenis i. Pada kuadran I ini
nilai luas penutupan pada pohon matoa sebesar 0,00225. Pada pohon A nilai luas
penutupannya sebesar 0,00405. Pada pohon mahoni nilai luas penutupannya
sebesar 0,00065 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana dengan nilai luas
penutupan sebesar 0,0031. Selanjutnya yaitu menghitung luas penutupan relatuf
suatu jenis (RCi). Luas penutupan relatif suatu jenis dapat di hitung dengan cara
membagi luas penutupan jenis di bagi dengan luas penutupan seluruh jenis.
Dengan rumus tersebut maka di peroleh nilai luas penutupan relatif pada pohon
matoa sebesar 0,224. Pada pohon A sebesar 0,403. Selanjutnya pada pohon
mahoni sebesar 0,065 dan yang terakhir yaitu pada pohon angsana sebesar 0,308.
Selanjutnya yaitu menghitung frekuensi suatu jenis (Fi). Frekuensi suatu
jenis dapat di hitung dengan cara mambagi jumlah kuadran ditemukannya jenis i
di bagi dengan jumlah seluruh kuadran. Dengan rumus tersebut diperoleh nilai
frekuensi pada pohon matoa sebesar 0,5. Pada pohon A sebesar 0,5. Selanjutnya
pada pohon mahoni nilai freuensinya sebesar 1 dan yang terakhir yaitu pada
pohon angsana sebesar 0,5. Setelah menghitug frekuensi suatu jenis maka
selanjutnya yaitu menghitung frekuensi relatif suatu jenis (Fi). Untuk menghitung
frekuensi relatif dapat di hitung dengan cara membagi frekuensi jenis i di bagi
dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Dengan menggunakan rumus tersebut
maka di peroleh nilai frekuensi relatf pada pohon matoa sebesar 0,125. Pada
pohon A sebesar 0,125 dan pada pohon mahoni sebesar 0,25. Dan yang terakhir
pada pohon angsana sebesar 0,125.
Pada kuadran II nilai jarak pohon rata-rata (d) sebesar 5,45 m untuk
seluruh jenis pohon dari pohon pusat. Nilai tersebut diperoleh dengan cara

menjumlah jarak masing-masing pohon ke titik pusat kuadran dikalikan dengan
banyaknya pohon. Kemudian menghitung nilai kepadatan seluruh jens (TD). Nilai
kepadatan seluruh jenis pohon pada kuadran I sebesar 458,72. Nilai tersebut dapat
diperoleh dengan cara membagi luas habitat yang digunakan untuk menyatakan
kepadatan (dalam prakikum ini menggunakan 2.500 m2) dengan kuadrat jarak
pohon rata-rata.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung kepadatan relatif (RDi) pada setiap
pohon kuadran. Pada pohon camelina nilai RDi-nya sebesar 0,5. Selanjutnya pada
pohon mahoni nilai RDi-nya sebesar 0,5.. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan
cara menghitung jumlah pohon jenis i di bagi jumlah pohon semua jenis. Pada
percobaan ini jumlah pohon yang digunakan yaitu berjumlah 2 (mahoni dan
camelina) semua sehingga nilai kepadatan relatif pada pohon mahoni dan
camelina sama. Selanjutnya yaitu menghitung kepadatan mutlak suatu jenis (Di).
Nilai pada Di dapat diperoleh dengan cara membagi kepadatan relatif di bagi
dengan kepadatan seluruh jenis. Nilai kepadatan mutlak pada pohon camelina dan
pohon mahoni sama yaitu sebesar 0,001. Hal tersebut dikarenakan nilai kepadatan
pada pohon camelina dan mahoni sama.
Selanjutnya menghitung luas penutupan suatu jenis (Ci). Luas penutupan
suatu jenis dapat dihitung dengan cara megalikan luas penutupan dengan
kepadatan mutlak jenis dan dibagi dengan jumlah pohon jenis i. Pada kuadran II
ini nilai luas penutupan pada pohon camelina sebesar 0,0029. Sedangkan pada
pohon mahoni nilai luas penutupannya sebesar 0,003. Selanjutnya yaitu
menghitung luas penutupan relatuf suatu jenis (RCi). Luas penutupan relatif suatu
jenis dapat di hitung dengan cara membagi luas penutupan jenis di bagi dengan
luas penutupan seluruh jenis. Dengan rumus tersebut maka di peroleh nilai luas
penutupan relatif pada pohon camelina sebesar 0,429. Pada pohon mahoni sebesar
0,508.
Selanjutnya yaitu menghitung frekuensi suatu jenis (Fi). Frekuensi suatu
jenis dapat di hitung dengan cara mambagi jumlah kuadran ditemukannya jenis i
di bagi dengan jumlah seluruh kuadran. Dengan rumus tersebut diperoleh nilai
frekuensi pada pohon camelina sebesar 1. Pada pohon mahoni sebesar 0,5. Setelah

menghitug frekuensi suatu jenis maka selanjutnya yaitu menghitung frekuensi
relatif suatu jenis (Fi). Untuk menghitung frekuensi relatif dapat di hitung dengan
cara membagi frekuensi jenis i di bagi dengan jumlah frekuensi seluruh jenis.
Dengan menggunakan rumus tersebut maka di peroleh nilai frekuensi relatf pada
pohon camelina sebesar 0,25. Nilai penting dapat di hitung dengan cara
menjumlah RDi + RFi +RCi. Dari data yang sudah di ketahui maka nilai
pentingnya yaitu sebesar 4,875. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan
RDi + RFi + RCi pada kuadran I dan kuadran II.
Pada praktikum ini, analisis vegetasi dengan metode transek dan kuadran
dilakukan dengan menghitung kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi
relatif, luas penutupan, luas penutupan relatif dan nilai penting untuk masingmasing spesies pada setiap segmen transek dan kuadran. Perhitungan tersebut
memiliki fungsi masing-masing untuk lebih mudah mengetahui suatu ekosistem
pada suatu tempat, yaitu antara lain:
1. Kepadatan dan Kepadatan Relatif
Kepadatan atau density (D) adalah banyaknya jumlah masing-masing
spesies yang ada pada garis transek tersebut sedangkan kepadatan relatif atau
Relative Density (RD) merupakan banyaknya jumlah suatu spesies sepanjang
garis transek dan biasanya dapat diukur persentase jumlahnya dari keseluruhan
jumlah spesies yang ada. Jadi pada rumus ini kita dimudahkan untuk melihat
jumlah masihg-masing spesies pada suatu ekosistem pada salah satu transek
yang ditentukan. Untuk kepadatan relative sendiri untuk mengetahui jumlah
spesies pada semua transek yang ada pada ekosistem yang diamati.
2. Frekuensi Dan Frekuensi Relatif
Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis
di dalam komunitasnya. Adapun rumus menghitung frekuensi adalah Fi=Ji/K,
jumlah interval line intercept dimana spesies i berada (Ji) dibagi jumlah total
interval pada garis transek (K). Frekuensi (F) digunakan untuk menyatakan
proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan
jumlah total sampel .Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti luas
petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan. Pada

perhitungan frekuensi ini berfungsi untuk memudahkan kita untuk mengetahui
derajat atau banyaknya penyebaran suatu spesies pada ekosistem yang kita
amati.
Frekuensi relatif adalah persentase dari jumlah individu jenis yang
bersangkutan dalam komunitasnya. Nilai dari frekuensi relatif ini dapat
diperoleh dengan menghitung menggunakan rumus Rfi=Fi/∑F, dimana Fi
merupakan frekuensi spesies i di dalam komunitasnya, ∑F adalah jumlah
frekuensi untuk semua spesies. Frekuensi relative ini berfungsi untuk
mengetahui jumlah undividu spesies tertentu pada komunitasnya.
3. Nilai Penting
Nilai penting mengacu pada sumbangan relative suatu spesies kepada
seluruh komunitas. Nilai penting ini berguna untuk menetukan dominansi
jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu
komunitas yang bersifat heterogen data parameter vegetasi sendiri-sendiri dari
nilai frekuensi, kerapatan dan dominansinya tidak dapat menggambarkan
secara menyeluruh, maka untuk menentukan nilai pentingnya yang
mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya dapat diketahui dari indeks
nilai pentingnya, yaitu IVi=RDi+RFi+RCi.
Setelah melakukan semua perhitungan diatas, maka tahap terakhir yang
harus dilakukan dalam analisis vegetasi menggunakan metode transek adalah
menghitung / menjumlahkan nilai penting (IVi) dari ketiga pengukuran relatif
diatas. Diantaranya : RDi + RFi + RCi. Nilai penting berkisar antara 0-3 (atau
300%). Nilai penting ini dapat digunakan untuk mengetahui dominasi suatu
spesies dalam komunitas.
Dalam praktikum menggunakan metode transek terdapat beberapa rumus
yang digunakan untuk mengetahui kepadatan suatu spesies, kepadatan relatif,
frekuensi, frekuensi relatif, panjang penutupan, panjang penutupan relatif, dan
nilai penting yg mana setiap rumus tersebut memiliki tujuan masing-masing
dalam penggunaannya. Berkaitan dengan itu mana rumus

yang paling

berpengaruh tentunya masing-masing rumus yang digunakan memiliki peran
tersendiri dalam penggunaannya di lapangan. Ditinjau dari tujuan dari praktikum

ini sendiri yaitu untuk memberikan pengetahuan mengenai tehnik sampling
dengan menggunakan metode transek dan kuadran. Dalam model line intersept
(metode transek) terdapat rumus untuk mencari kepadatan suatu spesies,
kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, panjang penutupan, panjang
penutupan relatif, dan nilai penting dimana nilai penting adalah gabungan dari
total hasil kepadatan relatif, frekuensi relatif, panjang penutupan relatif yg
ketiganya dijumlahkan. Kepadatan relatif, frekuensi relatif serta panjang
penutupan relatif didapat dari turunannya yaitu rumus mencari kepadatan,
frekuensi serta panjang penutupan artinya nilai penting yg bertujuan untuk
mengetahui dominasi suatu spesies dalam suatu komintas sanagat dipengaruhi
oleh nilai dari kepadatan, frekuensi, dan panjang penutupan suatu spesies dimana
rumus nilai penting adalah IVi = Rdi + Rfi + Rci (Tim Pembina Ekologi
Tumbuhan, 2016). Hal demikian juga berlaku untuk metode kuadran
menyinggung rumus mana yang paling berpengaruh, tentu pada rumus dasar yg
nantinya akan menjadi sub di tingkatan rumus berikutnya sampai pada nilai
penting suatu jenis yg menggunkan nilai dari rumus dasar sebelumnya.
Tanaman yang mendominasi disepanjang segmen yakni rumput A
(didalam lampiran), namun setelah mencari referansi kelompok kami sudah
mengetahui jenis rumput tersebut, yakni Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) merupakan jenis rumput unggul
yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta
memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini
merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai
ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon

terhadap pemupukan, serta mengkhendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) tumbuh merumpun dengan perakaran
serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara
teratur. Morfologi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang rimbun, dan
dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai
penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Seseray, 2013).
Adapun faktor – faktor yang mendominasi pertumbuhan tumbuhan di
suatu wilayah terdapat beberapa penyebab. Dapat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari, dalam hal ini misalnya pada lingkungan parkiran FKIP Gedung
3 nampak didominasi oleh rumput. Rimbunnya pepohonan yang membatasi
bagian samping membuat cahaya matahari yang masuk terhalang, akibatnya
rumput dari spesies tertentu tumbuh subur dan mendominasi wilayah tersebut.
Selain itu, dominasi juga dipengaruhi oleh kemampuan suatu tumbuhan untuk
bertahan dalam wilayah tertentu. Sumber daya yang ada dalam wilayah tersebut
juga sangat berpengaruh, apabila dalam suatu wilayah tersedia sumber nutrisi
yang melimpah untuk suatu spesies tentunya spesies tersebut akan tumbuh
optimal sehingga reproduksinya juga akan meningkat. Dalam konteks ini
pergantian generasi atau regenerasi spesies seakan - akan tidak tampak, akibatnya
jarang dijumpai spesies tertentu yang kemudian muncul dominan, karena semua
spesies telah beradaptasi dalam jangka waktu yang lama. Hal inilah yang
menyebabkan tumbuhan tersebut mendominasi wilayah tersebut. Factor lain
diluar factor lingkungan yakni minimnya musuh alami dari tumbuhan tersebut,
sehingga pertumbuhan tidak diimbangi dengan kematian. Misalnya saja dalam hal
ini dominasi rumput A di lingkungan FKIP Gedung 3, tidak diimbangi dengan
adanya konsumen yang membuat jumlahnya berkurang (ex : kambing). Faktor –
faktor tersebut sesuai dengan dasar teori ”Kelimpahan suatu jenis dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti : persistensi (daya tahan), agresivitas (daya saing),
kemampuan tumbuh kembali akibat manipulasi lahan, sifat tahan kering dan tahan
dingin, penyebaran produksi musiman, kemampuan menghasilkan biji, kesuburan
tanah, serta iklim terutama curah dan distribusi hujan”.

Distribusi jenis tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar,
yaitu acak, teratur dan mengelompok. Pola distirbusi demikian erat hubungannya
dengan kondisi lingkungan. Organisme pada suatu tempat bersifat saling
bergantung, dan tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi
gangguan pada suatu organisme atau sebagian factor lingkungan akan
berpengaruh terhadap komunitas (Kuchler 1967; Barbour et.al., 1987). Bila
seluruh faktor yang berpengaruh terhadap kehadiran spesies relative sedikit, maka
factor kesempatan lebih berpengaruh, di mana spesies yang bersangkutan berhasil
hidup di tempat tersebut. Hal ini biasanya menghasilkan pola distribusi (Kunarso:
2013).
Kelimpahan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
persistensi (daya tahan), agresivitas (daya saing), kemampuan tumbuh kembali
akibat manipulasi lahan, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi
musiman, kemampuan menghasilkan biji, kesuburan tanah, serta iklim terutama
curah dan distribusi hujan (Sofiah: 2013).

BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Teknik sampling vegetasi menggunakan metode transek (jalur) dilakukan
dengan cara membentangkan tali rafia sepanjang 10m dan membanginya
menjadi 10 segmen dengan panjang masing-masing segmen adalah 1m.
Perhitungan vegetasi dilakukan dengan menghitung tumbuhan yang
dilewati garis transek saja.
2. Teknik sampling vegetasi menggunakan metode kuadran dilakukan
dengan cara menentukan 1 pohon terlebih dahulu sebagai pohon pusat.
Kemudian dari pohon tersebut bidik sudut 0° (utara), 90°, 180° dan 270°
hingga terbentuk 4 kuadran. Dari tiap kuadran, pilih satu pohon yang
paling dekat dengan pohon pusat kemudian bidik sudut, ukur jaraknya dan
berapa luas penutupan pohon tersebut.

6.2 Saran
Sebaiknya dalam menentukan sudut dan luas penutupan lebih teliti lagi,
karena dalam membidik sudut dan melihat luas penutupan tiap individu memiliki
perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah, dkk. 2013. Keanekaragaman Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam
Habitat di Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi. Jurnal e-Jipbiol. Vo. 2
: 13-19. Desember 2013
Kunarso, Adi et al. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai
Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman Vol. 10 (2) : 85-98
Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Sumatra Utara: e-USU
Repository
Mareel, Eddy van der. 2015. Vegetation Ecology. USA: Blackwell Science
Seseray, Daniel Yohanes ,.dkk. 2013. Produksi Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0,50 dan 100%
pada Devoilasi Hari ke-45 (Production of Elephant Grass (Pennisetum
purpureum) Provided Fertilizer N, P and K the Doses 0,50 and 100%
Defoliation 45th Day). Jurnal Penelitian Vol.11 (1), Maret 2013: 49-55.
Sofiah et al. 2013. Pola Penyebaran, Kelimpahan Dan Asosiasi Bambu Pada
Komunitas Tumbuhan Di Taman Wisata Alam Gunung Baung Jawa Timur.
Berita Biologi 12 (2) : 239 – 246
Tim Pembina Ekologi Tumbuhan. 2016. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan
.Jember: Universitas Jember Press

LAMPIRAN GAMBAR
Segmen
ke-

Gambar Segmen

Gambar Tumbuhan
Brambangan

Pegagan

Rumput A

Rumput X

Rumput B

Pegagan

Rumput C

Brambangan

Rumput D

Rumput A

Rumput A

Rumput B

1

2

3

4

Rumput A

Rumput B

5

Rumput A
6

Rumput A
7

Rumput A
8

Rumput A
9

Rumput A
10

Pegagan

LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL + COVER BUKU