Kinerja Presiden SBY dalam Pembangunan E
BAB I
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintahan Prof. H. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden
Republik Indonesia pada periode kedua mulai tahun 2009 sampai tahun 2014 ini akan
segera berakhir. Presiden SBY dan wakilnya Prof. Boediono serta para menterinya
mengemban tugas membangun Indonesia dalam sebuah tim yang diberi nama
Indonesia Bersatu Jilid Dua. Adakah tim ini berhasil membangun Indonesia seperti
yang diharapkan?
Mayoritas jawaban yang akan didapatkan atas pertanyaan ini adalah tidak
berhasil. Hasil survei berbagai lembaga survei di Indonesia dengan tegas menyatakan
besarnya rasa ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Presiden SBY dan
kinerja di bidang ekonomi adalah yang paling banyak dikeluhkan publik. Serangan
bertambah besar saat berbagai lembaga swadaya masyarakat dan lawan politik SBY
ikut mengemukakan pendapat yang keseluruhan bunyinya bernada miring menilai
ketidakberhasilan kinerja SBY dan timnya meski ada serangkaian prestasi yang dapat
dibanggakan disana.
SBY serta bawahannya mengungkapkan keberhasilan dalam pertumbuhan
ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesetaraan sosial sebagai
capaian bagus yang mereka rasa pantas dan perlu di berikan apresiasi.
Melihat fakta bahwa banyak masyarakat yang merasa tidak puas atas kinerja
Pemerintahan SBY di bidang ekonomi tentu akan menimbulkan pertanyaan, dimana
1
letak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus saja di banggakan oleh
pemerintahan SBY?.
Perbedaan kenyataan yang terjadi dalam waktu bersamaan ini tentu dapat
menimbulkan perdebatan panjang yang tidak pasti dimana akhirnya. Hal ini sangat
menarik untuk dibahas karena setiap pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi
yang diungkapkan pemerintah selalu bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi
di kalangan masyarakat. Untuk itu penulis mecoba menganalisa secara terpisah
kenyataan yang terjadi dalam pemerintahan SBY dengan apa yang terjadi di dalam
masyarakat sehingga diharapkan dapat kita temui sebuah titik terang yang bisa kita
gunakan sebagai standar penilaian yang lebih netral tanpa memihak pada satu pihak
saja.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana kinerja Presiden SBY dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
periode 2009 – 2014?
1.2.2
Bagaimana dampak pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia periode 2009 - 2014?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mendeskripsikan kinerja Presiden SBY dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia.
1.3.2
Mendeskripsikan dampak pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
2
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat bagi penulis yaitu mengembangkan wawasan penulis mengenai
perkembangan perekonomian pada masa pemerintahan SBY, sekaligus sebagai
sarana pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah lainnya.
1.4.2
Manfaat bagi pembaca adalah memberikan pengetahuan yang baru mengenai
kenyataan yang terjadi sehingga bisa turut serta dalam menilai kinerja pemerintah
kita.
1.4.3
Maanfaat bagi pemerintah adalah sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk
mengukur tingkat keberhasilan kinerja serta manfaatnya bagi masyarakat,
sekaligus sebagai pertimbangan untuk menetapkan kebijakan yang berkaitan
dengan bidang ekonomi dimasa yang akan datang.
3
BAB II
2. Teks Utama
2.1
Kinerja Presiden SBY dalam Pembangunan Ekonomi di
Indonesia Periode 2009 – 2014.
Masa kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakil
presiden Boediono akan segera berakir bulan juli nanti seiring dengan diadakannya
pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden yang baru untuk menggantikan
mereka.
Lima tahun masa kepemimpinan SBY di periode yang kedua ini telah
menghasilkan sejumlah perubahan di berbagai sektor kehidupan bangsa Indonesia, ada
yang
mencerminkan
kesuksesan
namun
ada
pula
yang
dikritik
karena
ketidakefektivannya saat dilaksanakan. Banyak faktor yang disoroti dan dianggap
sebagai celah pemerintahan SBY bersama Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 yang
merupakan timnya dalam membangun Indonesia diantaranya bidang hukum, bidang
ekonomi, bidang perindustrian dan bidang bidang lainnya. Berikut kita akan mendalami
pembangunan ekonomi dalam masa kepemerintahan SBY.
2.1.1 Defenisi Pembangunan Ekonomi Menurut Para Ahli
Seers (1997) mendefenisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu istilah
teknis yang berarti membangkitkan masyarakat dari Negara – negara berkembang
dari kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy rate) yang rendah, pengangguran,
dan ketidakadilan sosial.
4
Berger (1987), memandang modernisasi sebagai suatu rangkaian fenomena
historis yang jauh lebih spesifik, yang diasosiasikan dengan tumbuhnya
masyarakatmasyarakat industrial.
Dissaynake (1984), mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan
sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas
masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan kultural tempat mereka berada
dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini
dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”
Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan
dan strategi menuju arah yang diinginkan
Dari defenisi pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
diatas dapat kita tarik sebuah pernyataan bahwa pembangunan ekonomi adalah
usaha yang dilakukan secara terencana oleh pemerintah suatu negara dalam sektor
– sektor penting di dalamnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya
melalui proses kenaikan pendapatan total negara tersebut juga pendapatan
perkapita masyarakatnya dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan keadaan sosialnya.
5
2.1.2 Pembangunan Ekonomi di masa Pemerintahan Presiden SBY
Periode 2009- 2014
Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde baru
diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengatrol
kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang paling cepat adalah
dengan cara konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan pembangunan
dengan padat modal. Sedangkan prioritas kedua adalah pada stabilisasi, karena tanpa
adanya stabilisasi maka pembangunan tidak akan berlangsung dengan baik. Itulah
sebabnya mengapa pemerintah Indonesia padamasa itu menetapkan stabilisasi
sebagai salah prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan
pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya justru menjadi prioritas ketiga.
2.1.2.1
Hasil Pembangunan Ekonomi pada Masa Pemerintahan SBY Periode
2009- 2014
Dalam masa kepemerintahan Presiden SBY yang berlansung pada periode ke
dua ini,beberapa keberhasikan yang diberitakan oleh pemerintah kepada masyarakat
sebagai keberhasilan dari proses pembangunan ekonomi yang dilaksanakan.
Keberhasilan yang dianggap baik oleh pemerintah itu antara lain:
1. Pendapat perkapita Meningkat. Tidak hanya kemiskinan, pengangguran,
pemerintah pun berperan dalam peningkatan pendapatan perkapita masyarakat,
dari USD 1.100 menjadi USD 4.000.
2. Berantas Kemiskinan. Pada tahun 2004 kemiskinan di Indonesia masih
sebanyak 14 persen berkurang menjadi 11,6 persen pada tahun 2013.
6
3. Tekan Pengangguran. Jumlah pengangguran di Indonesia pun mengalami
penurunan yang jika pada tahun 2004 sekitar 10 persen, kini tahun 2013
menjadi 5,4 persen.
4. Investasi Tinggi. Salah satu indikator kekuatan ekonomi Indonesia adalah
keinginan investor meningkatkan investasi di Indonesia.
Hal ini masih diperkuat oleh fakta bahwa perekonomian Indonesia mampu
bertahan pada saat dunia digoncang krisis ekonomi tahun 2008.
Pernyataan
senada
juga
diungkapkan
oleh
beberapa
pihak
untuk
menggambarkan keberhasilan SBY dalam pembangunan ekonomi diantaranya Ketua
Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Dr Umar Juoro dan Pengamat ekonomi yang
juga Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Dr Berly Marwardaya.
Mereka mengaangap bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu 10
tahun terakir cukup mengalami peningkatan, pendapatan perkapita naik dari 1.100
USD pada tahun 2004 menjadi 4.000 USD pada tahun 2014. Mereka juga memuji
kinerja SBY yang mampu menjaga kestabilan perekonomian indonesia yang akhirnya
mendukung pengusaha makro di Indonesia terus tumbuh dan berkembang.
Namun benarkah pernyataan pemerintah terhadap keberhasilan mereka ini?.
Mari kita cermati keadaan yang terjadi di masyarakat selama ini.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan SBY dalam
kenyataanya tidak merata dan masih terpusat di Pulau Jawa khususnya. Perhatian
yang begitu besar pada pulau jawa membuat pemerintah melupakan daerah – daerah
lain yang justru sangat tertinggal. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, bandara,
pelabuhan dan pelayanan publik di pulau jawa bukanlah hal yang sulit meski belum
memadahi, namun bila dibandingkan dengan daerah pedalaman di luar pulau jawa
7
terlebih di daerah timur Indonesia hal tersebut masih sangat jauh dari kata
memuaskan. Dalam proses pembangunan ekonomi, hal ini memang merupakan suatu
faktor penghambatnya dan sangat disayangkan, Hal yang dulu sering didengungkan
oleh SBY dalam setiap kampanyenya ini ternyata sangat sedikit mendapat perhatian
darinya.
2.1.2.2
Analisis Pembangunan Ekonomi pada Masa Pemerintahan SBY Tahun
2009- 2014
Untuk dapat melihat secara mendalam serta terperinci bagaimana sebenarnya
hasil pembangunan ekonomi pada masa pemerintahan SBY, penulis menggunalkan
indikator yang lansung terkait dengan pembangunan ekonomi tersebut antara lain :
pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, tingkat inflasi, utang negara dan juga
neraca perdagangan. Berikut akan dibahas kelima indikator tersebut.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono (2005), Pertumbuhan ekonomi (Capital Gain) adalah
proses kenaikan output per kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional
bruto riil atau pendapatan nasional riil.
Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan output riil. Menurut catatan dan perhitungan, pertumbuhan
ekonomi Indonesia memang mengalami peningkatan yang cukup bagus. Namun
bank dunia menganalisa dan memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di
indonesia pada tahun 2014 akan mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi di indonesia pada tahun 2014 akan
8
berada pada kisaran 5.3 % turun 0.3 % jika dibandingkan dengan tahun 2013
yang mencapai angka 5.6 %.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai sebenarnya bisa lebih ditingkatkan
jika Presiden SBY lebih berani dalam menentukan kebijakan serta tegas dalam
pelaksanaannya. Pengentasan kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan
baru menjadi pokok kegagalannya. Hal lainnya yang juga penting adalah
ketersediaan infrastruktur sektor industri, sektor transportasi, dan sektor energi,
ketiga sektor ini dianggap kurang diperhatikan sehingga berdampak pada
pergerakan arus investasi yang biasa saja.
Dalam hal ini Husnan (1996:5) menyatakan bahwa:
Proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan
sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk
memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.
Dari pernyataan Husan diatas dapat kita ketahui pada umumnya manfaat
ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang,
misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Dalam pemerintahan Presiden
SBY, hal ini kurang diperhatikan dan pemerintah terkesan pasrah. Pemerintahan
SBY masih belum mampu melakukan kebijakan yang mampu menarik investor
asing ke dalam negeri.
2. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktorfaktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
9
Pemerintah mengklaim bahwa PDB terus tumbuh positif dan
diperkirakan hingga 6,7 persen di tahun 2013. Padahal, indikator makro
tersebut pada faktanya merupakan pertumbuhan nilai tambah sejumlah sektor
ekonomi yang bersifat agregat. PDB tidak pernah memperhitungkan siapa
yang memproduksi barang tersebut apakah asing atau penduduk domestik,
atau apakah pertumbuhan tersebut digerakkan oleh segelintir orang saja atau
oleh mayoritas masyarakat. Besarnya jumlah PDB sama sekali tidak dapat
menggambarkan kesejahteraan rakyat secara akurat. Buktinya meski PDB
terbesar Indonesia terbesar ke-18 di dunia sebagiaman yang terus dibanggabanggakan
oleh
pemerintah,
namun
indikator
kesejahteraan
Human
Development Index (HDI) UNDP masih menempatkan Indonesia pada urutan
ke 108 dari 169 negara. Rendahnya pendapatan nasional juga disebabkan oleh
ketidakmampuan pemerintah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki.
Dalam hal ini, Putong (2013, 373) mengatakan bahwa:
Pendapatan Nasional (National Income) merupakan salah satu
indikator kemampuan dan kualitas (alam dan atau manusia) suatu negara.
Semakin baik dan berkualitas sumber daya suatu negara maka relatif semakin
besar juga pendapatan nasionalnya.
Berdasarkan pernyataan Putong, kita dapat mengetahui bahwa akal
permasalahannya adalah kurangnya pembekalan skill atau kemampuan yang
ada di dalam angkatan kerja Indonesia. Selain itu, pengolahan secara benar
dan berkesinambungan sumber daya alam yang ada di Indonesia belumlah
maksimal. Hal ini menjadi catatan penting yang nantinya perlu untuk dibenahi.
10
3. Tingkat Inflasi
Pada masa pemerintahan SBY, inflasi memang dikatakan mennurun
dan cenderung membaik, prestasinya adalah saat inflasi pada tahun 2009 yaitu
sebesar 2,7 %, angka yang sangat berbeda dari perkiraan semula yang
mencapai 5%. Hal ini terjadi karena itu adalah tahun dimana SBY kembali
terpilih sebagai presiden kembali, dan banyak kalangan menilai itu adalah
strategi awal saja.
Prestasi yang dibanggakan pada tahun 2009 akhirnya akan hilang,
memang berdasarkan data dari BPS, sampai bulan Januari 2014 terjadi inflasi
sebesar 1,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,99.
Dari 82 kota IHK, tercatat 78 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3,79 persen dengan IHK
114,92 dan terendah terjadi di Pontianak 0,04 persen dengan IHK 111,78.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Sorong 0,17 persen dengan IHK 108,43
dan deflasi terendah terjadi di Manokwari 0,07 persen dengan IHK 106,44.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan
indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 2,77
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,72 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 1,01 persen; kelompok
sandang 0,55 persen; kelompok kesehatan 0,72 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga 0,28 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan
jasa keuangan 0,20 persen. Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2014 sebesar
1,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2014 terhadap Januari
2013) sebesar 8,22 persen. Komponen inti pada Januari 2014 mengalami
inflasi sebesar 0,56 persen, tingkat inflasi komponen inti tahun kalender
11
Januari 2014 sebesar 0,56 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke
tahun (Januari 2014 terhadap Januari 2013) sebesar 4,53 persen.
Namun angka ini akan semakin bertambah karena kesalahan berbagai
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Naiknya harga bahan bahan pokok
akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga akan
menimbulkan inflasi ( Putong, 2013: 417)
4. Utang Negara
Rasio utang terhadap PDB menurun hingga 26%. Terlepas dari
perdebatan mengenai kepantasan menggunakan PDB sebagai alat ukuran
besaran utang, namun yang pasti nominal utang Indonesia dari tahun ke tahun
terus membengkak. Per Desember 2010 misalnya berdasarkan Data
Departemen Keuangan, total utang pemerintah Indoneisa mencapai Rp 1675
triliun. Akibatnya APBN yang semestinya dialokasikan sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan rakyat justru 20 persennya (Rp249 dari Rp1,230 triliun)
terkuras untuk membayar pokok utang dan bunganya. Angka ini melampaui
anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan berbagai bentuk subsidi seperti
pangan, pupuk, listrik dan BBM.
5. Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan Indonesia juga diklaim terus mengalami
peningkatan oleh Pemerintah. Bahkan, nilai ekspor Oktober 2010 disebutsebut paling tinggi dalam sejarah Indonesia yang menembus US$14 miliar.
Memang ekspor Indonesia masih lebih besar daripada impornya. Namun
demikian komoditas utama yang diekspor oleh Indonesia merupakan hasil
12
sumber daya alam yang berbentuk bahan mentah atau setengah jadi. Miripmirip pada era kolonial, di mana Indonesia menjadi pengekspor utama
rempah-rempah ke Eropa. Bedanya komoditas ekpsor kini lebih banyak bahan
baku energi seperti migas, batu bara, bij besi, nikel dan minyak sawit. Ini
menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu menjadi negara industri yang
dapat mengoptimalkan bahan baku tersebut untuk kegiatan industri yang
menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. Selain itu, komoditas sumber
daya alam tersebut sebagian besar merupakan kekayaan milik umum
yangmseharusnya dikuasai oleh negara. Namun, kekayaan yang diperoleh dari
penjualan tersebut justru lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha swasta
termasuk perusahaan- perusahaan asing.
Dari semua kenyataan yang dapat kita temukan, maka kita dapat menilai
bahwa kinerja presiden SBY bersama kabinetnya dalam kenyataannya belum
mengukir prestasi yang membanggakan kecuali angka semu berdasarkan hasil
perhitungan statistik. Indikator pembangunan ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan
nasional, pendapatan perkapita dan indeks kualitas hidup serta indeks kualitas
pembangunan manusia pada masa pemerintahan SBY semuanya bernilai negatif,
artinya ketidakberhasilan sebagai hasil kinerjanya.
13
2.2
Dampak Pembangunan Ekonomi Bagi Kesejahteraan
Sosial Masyarakat Indonesia Periode 2009- 2014
Kesejahteraan
Masyarakat
selalu
berhubungan
dengan
pembangunan
ekonomi, karena saat pembangunan ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan
ekonomi berada dalam jalur positif maka tingkat pendapatan masyarakat akan
meningkat, selain itu dari peningkatan pendapatan yang terjadi masyarakat akan
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih baik. Hal ini menunjukan bahwa
kesejahteraan dalam bentuk pendapatan masyarakat mulai meningkat, dengan
demikian maka pengangguran akan berkurang, otomatis tindakan kriminal juga akan
berkurang, aksi demonstrasi akibat ketidakpuasan juga akan menurun apabila
masyarakat menerima penghasilan yang sebanding dengan yang mereka kerjakan.
2.2.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial Menutut Para Ahli
Sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orangorangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai Dalam kebijakan
sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
Berikut ini adalah kesejahteraan menurut para ahli:
Menurut Dwi Heru Sukoco, 1995 dari buku Introduction to Social Work
Practice oleh Max Siporin. “Kesejahteraan sosial mencakup semua bentuk intervensi
sosial yang secara pokok dan langsung untuk meningkatkan keadaan yang baik antara
individu dan masyarakat secara keseluruan. Kesejahteraan sosial mencakup semua
tindakan dan proses secara langsung yang mencakup tindakan dan pencegahan
14
masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas
hidup.”
Menurut Zaztrow, 2000 kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang meliputi
program dan pelayanan yang membantu orang agar dapat memenuhi kebutuhan
sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara
masyarakat.
Menurut Soeharto, 2005 kesejahteraan sosial adalah kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi yang betujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras
dengan kepentingan keluarga dan masyarakat (Suharto, 2005).
Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
2.2.2 Kesejahteraan
Sosial
Masyarakat
Indonesia
pada
Masa
Pemerintahan SBY Periode 2009 – 2014
Berdasarkan uraian tentang pembangunan ekonomi sebelumnya kita sudah
dapat mengetahui bahwa pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh SBY belum
maksimal, hal ini tentu saja juga berdampak pada belum meratanya tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah
kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup
masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang
15
lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas
masyarakat.
Berdasarkan kenyaataan, dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat
di Indonesia, SBY dianggap kurang mampu bekerja all out. Hal ini dapat kita lihat di
beberapa sektor seperti ekonomi mikro. Kekurangan itu antara lain adalah indikator
pengangguran dan angka kemiskinan yang masih tetap tinggi. Itu juga masih
ditambah dengan kesenjangan antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin
yang sangat tinggi. Masyarakat kaya dengan pendapatan besar akan semakin kaya,
sementara masyarakat miskin juga semakin miskin.
Memang ada peningkatan yang signifikan untuk pendapatan perkapita di
Indonesia dalam 10 tahun terakhir tetapi ternyata hal ini juga berbanding lurus dengan
kesenjangan sosial yang semakin besar dimana masyarakat kaya bisa semakin kaya
tetapi masyarakat miskin tidak bisa naik kelas menjadi kaya, tetap saja miskin. Hal ini
kurang mendapat perhatian dari Pemerintahan SBY sehingga permasalahan ini masih
terus terjadi.
Kekurangan lainnya adalah soal infrastruktur khususnya infrastruktur jalan
dan listrik yang belum memadai. Di beberapa daerah terlebih lagi setelah musim
hujan ini, infrastruktur khususnya jalan semakin memburuk. Sementara Soal perizinan
juga masih menjadi bagian dari kekurangan yang harus segera diperbaiki pemerintah.
Perizinan investasi kita masih belum memuaskan. Kedua kekurangan tersebut
menghambat derasnya laju investasi asing ke dalam negeri. Karena itu dibutuhkan
terobosan khusus oleh pemerintah agar permasalahan ini dapat teratasi.
Terobosan tersebut antara lain Membuka kesempatan kerja produktif hal Ini
akan efektif mengurangi kesenjangan tersebut. Artinya, dengan kesempatan kerja
produktif ini maka angka pengangguran bisa turun. Pendapatan masyarakat miskin
16
menjadi naik. Sektor manufaktur memiliki potensi besar dalam menciptakan
kesempatak kerja produktif karena menyerap tenaga massal. Begitu juga sektor
pertanian. Dua sektot tersebut sampai saat ini belum optimal di kembangkan.
Sementara terobosan di bidang infrastruktur adalah dengan memperbaiki dan
mempercepat infrastuktur jalan yang dibutuhkan seperti Jalan Tol Trans Sumatera,
pelabuhan dan pembangunan jaringan jalan kereta yang dapat mempercepat distribusi
barang dari berbagai wilayah di Indonesia. Sementara masalah perizinan investasi kita
masih belum memuaskan. Pemerintah harusnya lebih responsif dan fokus
menyelesaikan kendala tersebut untuk memberikan kepastian bagi investor atas
investasi jangka panjangnya.
2.2.2.1
Indikator Penilaian Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Menurut Kolle (1974) dalam Bintaro (1989), kesejahteraan dapat diukur dengan
beberapa faktor yaitu:
A. Tingkat Kemiskinan.
B. Tingkat Pengangguran.
C. Tingkat Kesehatan.
D. Tingkat Pendidikan.
E. Tingkat Taraf Hidup Masyarakat.
2.2.2.2
Analisis
Kesejahteraan
Masyarakat
di
Indonesia
pada
Masa
Pemerintahan SBY Periode 2009- 2014
A. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan kompleks yang
membutuhkan kebijakan – kebijakan jitu dalam mengatasinya. Pemerintah
17
mengklaim penduduk miskin di Indonesia terus berkurang dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 11,23% atau 29,8 juta orang berada di
bawah garis kemiskinan. Penduduk miskin menurut Pemerintah adalah
penduduk yang pengeluaran perbulannya di bawah garis kemiskinan yang
ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ). Pada 2013 nilanya Rp 217,726
perkapita perbulan. Dengan kata lain, jika seseorang berpendapatan Rp
225,000 maka ia tidak lagi dikategorikan sebagai orang miskin. Padahal dalam
kehidupan materialisme seperti saat ini dimana hampir seluruhnya diukur
dengan materi, pendapatan tersebut tentu sangat kecil. Wajar jika dalam
realitas banyak orang yang mengalami kesulitan di bidang ekonomi namun
tidak masuk dalam kategori miskin. Jika standarnya kemiskinan dinaikkan
menjadi US$ 2/hari atau dibawah Rp 540,000 maka dengan menggunakan
data Susenas 2010, sebanyak 63% penduduk Indonesia miskin. Pembanding
lain, berdasarkan Survey Rumah Tangga Sasaran Penerima Bantuan Langung
Tunai (BLT) oleh BPS tahun 2008 diperkirakan 70 juta orang yang masuk
kategori miskin dan hampir miskin (near poor). Angkanya lebih tinggi lagi
jika dilihat dari penduduk yang membeli beras miskin pada 2009 yang
mencapai 52 persen atau 123 juta orang.
B. Tingkat Pengangguran
Dari data statistik Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik ( BPS ) memang
menunjukkan penurunan jumlah pengangguran secara persisten hingga
menjadi 7,14% atau 8,3 juta angkatan kerja, angka pengangguran menurun
dari 9,9% pada tahun 2004 menjadi 6,25% pada tahun 2013. Padahal jika
dicermati definisi tenaga kerja yang digunakan oleh BPS jumlah tenaga kerja
18
tersebut hanya memotret mereka yang berkerja minimal satu jam perhari
dalam seminggu terakhir. Termasuk pula mereka yang membantu bekerja
namun tidak dibayar. Dengan demikian, para pengatur lalu lintas ‘swasta’,
atau kuli yang bekerja minimal sejam perhari dalam satu minggu terakhir
disebut sebagai tenaga kerja. Dengan kriteria demikian, maka sangat wajar
jika angka penggangguran diklaim terus menurun namun tingkat kesejahteraan
rakyat tidak membaik. Apalagi seiring dengan kegagalan pemerintah
mengendalikan inflasi khususnya administered inflation (barang yang
harganya diatur oleh pemerintah) seperti Bahan Bakar Minyak ( BBM ) dan
Tarif Dasar Listrik ( TDL ) dan volatile inflation (inflasi barang yang
bergejolak) seperti pangan, membuat pendapatan riil mereka yang bekerja
terus menurun. Harga-harga membumbung tinggi sementara pendapatan
nominal tidak berubah.
C. Tingkat Kesehatan
Pemerintah menyatakan bahwa pelayanan di bidang kesehatan juga
telah mampu memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat miskin melalui
program Askeskin (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin) yang kemudian
disempurnakan dengan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Pada 1 Januari 2014, pelayanan
kesehatan disempurnakan dengan diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) melalui BPJS Kesehatan. JKN dan BPJS Kesehatan diresmikan
Presiden SBY pada 31 Desember 2013 di Istana Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasoinal 2009, hanya 44 persen
penduduk di Indonesia yang melakukan obat jalan baik ke RS Pemerintah, RS
19
swasta maupun ke Puskesmas atau klinik, padahal pemerintah menganggap
mereka telah berhasil mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia.
Kenyataannya Sebagian besar dari mereka justru melakukan pengobatan
sendiri. Meski tidak ada rincian mengenai alasan mereka, namun sebagian dari
mereka tentu merupakan orang-orang yang tidak mampu menjangkau layanan
kesehatan yang bersifat komersil. Kalaupun orang-orang miskin mendapatkan
pelayanan kesehatan gratis melalui Jamkesmas atau Kartu Miskin jumlahnya
masih sangat kecil yakni sebesar 16,7 persen. Selain itu banyak dari penerima
pelayanan kesehatan gratis tersebut tetap terbebani karena masih harus
membayar berbagai biaya dari pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan dan
harus melakukan proes administrasi yang rumit dan berbelit-belit. Akibatnya,
banyak penduduk yang menderita berbagai penyakit namun karena tidak
mampu berobat dan tidak mampi mengurus pelayanan kesehatan gratis
terpaksa terus menanggung penyakit mereka hingga tidak sedikit dari mereka
yang meninggal dunia.
D. Tingkat Pendidikan
Pemerintah juga kerap berbangga bahwa 20% dari APBN disalurkan
untuk sektor pendidikan. Presiden SBY dikatakan telah menggratiskan biaya
pendidikan SD – SMP melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
untuk pertama kalinya diterapkan pada tahun 2005. Dana BOS terus
ditingkatkan dari Rp 5,14 triliun pada tahun 2005, Rp 10,28 triliun (2006), Rp
9,84 triliun (2007), Rp 10,01 triliun (2008), Rp 16,4 triliun (2009), Rp 16,6
triliun (2010), Rp 19,86 triliun (2011), Rp 27,67 triliun (2012), Rp 27,48
triliun (2013) dan Rp 28,17 triliun (2014). Hal ini memang sangat
20
menggembirakan tetapi sayangnya dalam kenyataann masih sangat melimpah
anak usia sekolah yang tidak mampu mengecap bangku pendidikan yang
masih teramat mahal bagi mereka. Betul bahwa sebagian besar penduduk usia
SD telah mengecap pendidikan, namun di tingkat SMP dan SMU jumlahnya
masih sangat rendah yang masing-masing sebesar 67 persen dan 45 persen
(Susenas, 2009). Penyebab rendahnya partisipasi tersebut tidak lain karena
keterbatasan biaya yang mereka miliki serta sarana pendidikan yang
disediakan pemerintah yang belum memadai.
E. Tingkat Taraf Hidup Masyarakat
Taraf hidup masyarakat dapat dihitung dengan pendapatan perkapitanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan domestik bruto (PDB) per
kapita 2013 mencapai Rp 36,5 juta ada laju peningkatan sebesar 8,88 persen
dibanding PDB per kapita tahun 2012 yang sebesar Rp 33,5 juta. Sepanjang
2013, PDB per kapita orang Indonesia sebesar 3.499,9 dollar AS. Sedangkan
pada 2012 mencapai 3.583,2 dollar AS, dan pada 2011 sebesar 3.525,2 dollar
AS. Meski angka statistik menyatakan demikian, dalam kenyataanya masih
banyak masyarakat yang bahkan tidak memiliki puluh ribuan dari angka
tersebut. Angka yang didapat hanya bersifat kumulatif tanpa memeperhitungkan
aspek kemasyarakatannya sehingga data yang dihasilkan sangat jauh dari
kenyataan yang ada.
Taraf hidup masyarakat juga dapat diukur dengan kepemilikan benda
yang dimiliki masyarakat, baik itu properti seperti rumah . Bantuan pemerintah
untuk masyarakat bagi pemerintah berbentuk rumah adalah berupa program
bedah rumah. Sepanjang pemerintahan SBY telah dibangun rumah swadaya
21
sebanyak 567.483 unit, baik perbaikan ringan maupun perbaikan berat. Selain
itu, juga telah dibangun rumah khusus eks pengungsi Timor Timur sejumlah
12.722 unit serta rusunawa (rumah susun sederhana sewa) sebanyak 64.775 unit.
Namun sangat disayangkan bahwa dalam pelaksanaanya pembangunan itu lebih
banyak salah sasaran, rumah yang sebenarnya dialokasikan bagi masyarakat
kurang mampu justru dinikmati oleh mereka yang justru mampu secara
ekonomi.
22
BAB III
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari analisis data diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
3.1.1
Pembangunan ekonomi adalah usaha yang dilakukan secara terencana oleh
pemerintah suatu negara dalam sektor penting kehidupan masyarakatnya sehingga
dapat hidup dengan layak. Di indonesia pembangunan ekonomi yang dilakukakan
oleh pemerintahan SBY meski menghasilkan sejumlah hasil tetapi dampaknya
masih belum merata.
3.1.2
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pada masa pemerintahan SBY secara
statistik dan angka memang dapat dikatakan mengalami peningkatan yang bagus.
Namun sayangnya, hal ini tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang terjadi
di dalam masyarakat. Kemiskinan yang masih merajalela, pengangguran tersebar
dimana – mana, pelayanan kesehatan yang timpang serta kualitas hidup yang
dibawah rata rata merupakan faktor – faktor utama penilaian tentang kegagalan
SBY.
3.2
Saran
Dengan melihat serta berkaca pada kenyataan yang terjadi pada masa
pemerintahan Presiden SBY dalam masa pemerintahan periode ke duanya dari
tahun 2009 -2014, kita semua tentu mengharapkan adanya angin perubahan yang
di bawa oleh pemimpin Indonesia yang akan datang. Perubahan dengan tujuan
untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat harus di utamakan sehingga
kehidupan masyarakat indonesia menjadi lebih baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi No 5. Ekonomi Moneter.Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Yustika, Ahmad Erani. 2006. Perekonomian Indinesia : Deskripsi, Preskripsi, dan Kebijakan.
Malang: Bayumedia Publishing.
Subandi. 2005. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Micro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Fauzie, Ahmad. 2014. Pendapatan Perkaita Indonesia 2013 capai Rp.36,5 Juta.( Online). (
http://www.kompas.com/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Badan Pusat Statistik. (http://www.bps.go.id/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Gunawan, Fandi. 2013. Ekonomi ASEAN: Meraih Potensi Perekonomian Optimum di
Tengah
Instabilitas
Global
dan
Regional.
(Online).
(http://www.macroeconomicdashboard.com/. Diakses pada 30 Mei 2014 )
Paket Kebijakan SBY Stabilkan Ekonomi. (Online). (http://www.presidenri.go.id/. Diakses
pada 30 Mei 2014)
Mengerem Laju Inflasi Pasca Kenaikan Harga. (Online). (http://www.sektab.go.id/. Diakses
pada 30 Mei 2014)
Kesejahteraan Rakyat. (Online). (http://www.kemenkeu.go.id/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Ejournal (http://www.ejournal.pin.or.id/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Rully, Andre. 2013.Kebijakan Pemerintah Indonesia di Bidang Ekonomi. (Online).
(http://rullyandre.blogspot.com/. Diakses pada 5 Juni 2014)
Gatra, Sandro. 2013. Kinerja Ekonomi Kabinet SBY Paling Dikeluhkan. (Online).
(http://www.kompas.com/. Diakses pada 5 Juni 2014)
Septianraha. 2009. Pengertian Pembangunan Ekonomi Menurut Para Ahli. (Online). (http://
www.slideshare.net/. Diakses pada 5 Juni 2014)
WFz.
2014. Publik Tidak Puas Dengan Kinerja SBY(http://www.gatranews.com/. Diakses pada 5 Juni 2014)
Boediono.
(Online).
24
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintahan Prof. H. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden
Republik Indonesia pada periode kedua mulai tahun 2009 sampai tahun 2014 ini akan
segera berakhir. Presiden SBY dan wakilnya Prof. Boediono serta para menterinya
mengemban tugas membangun Indonesia dalam sebuah tim yang diberi nama
Indonesia Bersatu Jilid Dua. Adakah tim ini berhasil membangun Indonesia seperti
yang diharapkan?
Mayoritas jawaban yang akan didapatkan atas pertanyaan ini adalah tidak
berhasil. Hasil survei berbagai lembaga survei di Indonesia dengan tegas menyatakan
besarnya rasa ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Presiden SBY dan
kinerja di bidang ekonomi adalah yang paling banyak dikeluhkan publik. Serangan
bertambah besar saat berbagai lembaga swadaya masyarakat dan lawan politik SBY
ikut mengemukakan pendapat yang keseluruhan bunyinya bernada miring menilai
ketidakberhasilan kinerja SBY dan timnya meski ada serangkaian prestasi yang dapat
dibanggakan disana.
SBY serta bawahannya mengungkapkan keberhasilan dalam pertumbuhan
ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesetaraan sosial sebagai
capaian bagus yang mereka rasa pantas dan perlu di berikan apresiasi.
Melihat fakta bahwa banyak masyarakat yang merasa tidak puas atas kinerja
Pemerintahan SBY di bidang ekonomi tentu akan menimbulkan pertanyaan, dimana
1
letak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus saja di banggakan oleh
pemerintahan SBY?.
Perbedaan kenyataan yang terjadi dalam waktu bersamaan ini tentu dapat
menimbulkan perdebatan panjang yang tidak pasti dimana akhirnya. Hal ini sangat
menarik untuk dibahas karena setiap pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi
yang diungkapkan pemerintah selalu bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi
di kalangan masyarakat. Untuk itu penulis mecoba menganalisa secara terpisah
kenyataan yang terjadi dalam pemerintahan SBY dengan apa yang terjadi di dalam
masyarakat sehingga diharapkan dapat kita temui sebuah titik terang yang bisa kita
gunakan sebagai standar penilaian yang lebih netral tanpa memihak pada satu pihak
saja.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana kinerja Presiden SBY dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
periode 2009 – 2014?
1.2.2
Bagaimana dampak pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia periode 2009 - 2014?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mendeskripsikan kinerja Presiden SBY dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia.
1.3.2
Mendeskripsikan dampak pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
2
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat bagi penulis yaitu mengembangkan wawasan penulis mengenai
perkembangan perekonomian pada masa pemerintahan SBY, sekaligus sebagai
sarana pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah lainnya.
1.4.2
Manfaat bagi pembaca adalah memberikan pengetahuan yang baru mengenai
kenyataan yang terjadi sehingga bisa turut serta dalam menilai kinerja pemerintah
kita.
1.4.3
Maanfaat bagi pemerintah adalah sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk
mengukur tingkat keberhasilan kinerja serta manfaatnya bagi masyarakat,
sekaligus sebagai pertimbangan untuk menetapkan kebijakan yang berkaitan
dengan bidang ekonomi dimasa yang akan datang.
3
BAB II
2. Teks Utama
2.1
Kinerja Presiden SBY dalam Pembangunan Ekonomi di
Indonesia Periode 2009 – 2014.
Masa kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakil
presiden Boediono akan segera berakir bulan juli nanti seiring dengan diadakannya
pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden yang baru untuk menggantikan
mereka.
Lima tahun masa kepemimpinan SBY di periode yang kedua ini telah
menghasilkan sejumlah perubahan di berbagai sektor kehidupan bangsa Indonesia, ada
yang
mencerminkan
kesuksesan
namun
ada
pula
yang
dikritik
karena
ketidakefektivannya saat dilaksanakan. Banyak faktor yang disoroti dan dianggap
sebagai celah pemerintahan SBY bersama Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 yang
merupakan timnya dalam membangun Indonesia diantaranya bidang hukum, bidang
ekonomi, bidang perindustrian dan bidang bidang lainnya. Berikut kita akan mendalami
pembangunan ekonomi dalam masa kepemerintahan SBY.
2.1.1 Defenisi Pembangunan Ekonomi Menurut Para Ahli
Seers (1997) mendefenisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu istilah
teknis yang berarti membangkitkan masyarakat dari Negara – negara berkembang
dari kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy rate) yang rendah, pengangguran,
dan ketidakadilan sosial.
4
Berger (1987), memandang modernisasi sebagai suatu rangkaian fenomena
historis yang jauh lebih spesifik, yang diasosiasikan dengan tumbuhnya
masyarakatmasyarakat industrial.
Dissaynake (1984), mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan
sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas
masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan kultural tempat mereka berada
dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini
dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”
Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan
dan strategi menuju arah yang diinginkan
Dari defenisi pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
diatas dapat kita tarik sebuah pernyataan bahwa pembangunan ekonomi adalah
usaha yang dilakukan secara terencana oleh pemerintah suatu negara dalam sektor
– sektor penting di dalamnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya
melalui proses kenaikan pendapatan total negara tersebut juga pendapatan
perkapita masyarakatnya dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan keadaan sosialnya.
5
2.1.2 Pembangunan Ekonomi di masa Pemerintahan Presiden SBY
Periode 2009- 2014
Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde baru
diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengatrol
kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang paling cepat adalah
dengan cara konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan pembangunan
dengan padat modal. Sedangkan prioritas kedua adalah pada stabilisasi, karena tanpa
adanya stabilisasi maka pembangunan tidak akan berlangsung dengan baik. Itulah
sebabnya mengapa pemerintah Indonesia padamasa itu menetapkan stabilisasi
sebagai salah prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan
pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya justru menjadi prioritas ketiga.
2.1.2.1
Hasil Pembangunan Ekonomi pada Masa Pemerintahan SBY Periode
2009- 2014
Dalam masa kepemerintahan Presiden SBY yang berlansung pada periode ke
dua ini,beberapa keberhasikan yang diberitakan oleh pemerintah kepada masyarakat
sebagai keberhasilan dari proses pembangunan ekonomi yang dilaksanakan.
Keberhasilan yang dianggap baik oleh pemerintah itu antara lain:
1. Pendapat perkapita Meningkat. Tidak hanya kemiskinan, pengangguran,
pemerintah pun berperan dalam peningkatan pendapatan perkapita masyarakat,
dari USD 1.100 menjadi USD 4.000.
2. Berantas Kemiskinan. Pada tahun 2004 kemiskinan di Indonesia masih
sebanyak 14 persen berkurang menjadi 11,6 persen pada tahun 2013.
6
3. Tekan Pengangguran. Jumlah pengangguran di Indonesia pun mengalami
penurunan yang jika pada tahun 2004 sekitar 10 persen, kini tahun 2013
menjadi 5,4 persen.
4. Investasi Tinggi. Salah satu indikator kekuatan ekonomi Indonesia adalah
keinginan investor meningkatkan investasi di Indonesia.
Hal ini masih diperkuat oleh fakta bahwa perekonomian Indonesia mampu
bertahan pada saat dunia digoncang krisis ekonomi tahun 2008.
Pernyataan
senada
juga
diungkapkan
oleh
beberapa
pihak
untuk
menggambarkan keberhasilan SBY dalam pembangunan ekonomi diantaranya Ketua
Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Dr Umar Juoro dan Pengamat ekonomi yang
juga Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Dr Berly Marwardaya.
Mereka mengaangap bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu 10
tahun terakir cukup mengalami peningkatan, pendapatan perkapita naik dari 1.100
USD pada tahun 2004 menjadi 4.000 USD pada tahun 2014. Mereka juga memuji
kinerja SBY yang mampu menjaga kestabilan perekonomian indonesia yang akhirnya
mendukung pengusaha makro di Indonesia terus tumbuh dan berkembang.
Namun benarkah pernyataan pemerintah terhadap keberhasilan mereka ini?.
Mari kita cermati keadaan yang terjadi di masyarakat selama ini.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan SBY dalam
kenyataanya tidak merata dan masih terpusat di Pulau Jawa khususnya. Perhatian
yang begitu besar pada pulau jawa membuat pemerintah melupakan daerah – daerah
lain yang justru sangat tertinggal. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, bandara,
pelabuhan dan pelayanan publik di pulau jawa bukanlah hal yang sulit meski belum
memadahi, namun bila dibandingkan dengan daerah pedalaman di luar pulau jawa
7
terlebih di daerah timur Indonesia hal tersebut masih sangat jauh dari kata
memuaskan. Dalam proses pembangunan ekonomi, hal ini memang merupakan suatu
faktor penghambatnya dan sangat disayangkan, Hal yang dulu sering didengungkan
oleh SBY dalam setiap kampanyenya ini ternyata sangat sedikit mendapat perhatian
darinya.
2.1.2.2
Analisis Pembangunan Ekonomi pada Masa Pemerintahan SBY Tahun
2009- 2014
Untuk dapat melihat secara mendalam serta terperinci bagaimana sebenarnya
hasil pembangunan ekonomi pada masa pemerintahan SBY, penulis menggunalkan
indikator yang lansung terkait dengan pembangunan ekonomi tersebut antara lain :
pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, tingkat inflasi, utang negara dan juga
neraca perdagangan. Berikut akan dibahas kelima indikator tersebut.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono (2005), Pertumbuhan ekonomi (Capital Gain) adalah
proses kenaikan output per kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional
bruto riil atau pendapatan nasional riil.
Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan output riil. Menurut catatan dan perhitungan, pertumbuhan
ekonomi Indonesia memang mengalami peningkatan yang cukup bagus. Namun
bank dunia menganalisa dan memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di
indonesia pada tahun 2014 akan mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi di indonesia pada tahun 2014 akan
8
berada pada kisaran 5.3 % turun 0.3 % jika dibandingkan dengan tahun 2013
yang mencapai angka 5.6 %.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai sebenarnya bisa lebih ditingkatkan
jika Presiden SBY lebih berani dalam menentukan kebijakan serta tegas dalam
pelaksanaannya. Pengentasan kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan
baru menjadi pokok kegagalannya. Hal lainnya yang juga penting adalah
ketersediaan infrastruktur sektor industri, sektor transportasi, dan sektor energi,
ketiga sektor ini dianggap kurang diperhatikan sehingga berdampak pada
pergerakan arus investasi yang biasa saja.
Dalam hal ini Husnan (1996:5) menyatakan bahwa:
Proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan
sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk
memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.
Dari pernyataan Husan diatas dapat kita ketahui pada umumnya manfaat
ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang,
misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Dalam pemerintahan Presiden
SBY, hal ini kurang diperhatikan dan pemerintah terkesan pasrah. Pemerintahan
SBY masih belum mampu melakukan kebijakan yang mampu menarik investor
asing ke dalam negeri.
2. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktorfaktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
9
Pemerintah mengklaim bahwa PDB terus tumbuh positif dan
diperkirakan hingga 6,7 persen di tahun 2013. Padahal, indikator makro
tersebut pada faktanya merupakan pertumbuhan nilai tambah sejumlah sektor
ekonomi yang bersifat agregat. PDB tidak pernah memperhitungkan siapa
yang memproduksi barang tersebut apakah asing atau penduduk domestik,
atau apakah pertumbuhan tersebut digerakkan oleh segelintir orang saja atau
oleh mayoritas masyarakat. Besarnya jumlah PDB sama sekali tidak dapat
menggambarkan kesejahteraan rakyat secara akurat. Buktinya meski PDB
terbesar Indonesia terbesar ke-18 di dunia sebagiaman yang terus dibanggabanggakan
oleh
pemerintah,
namun
indikator
kesejahteraan
Human
Development Index (HDI) UNDP masih menempatkan Indonesia pada urutan
ke 108 dari 169 negara. Rendahnya pendapatan nasional juga disebabkan oleh
ketidakmampuan pemerintah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki.
Dalam hal ini, Putong (2013, 373) mengatakan bahwa:
Pendapatan Nasional (National Income) merupakan salah satu
indikator kemampuan dan kualitas (alam dan atau manusia) suatu negara.
Semakin baik dan berkualitas sumber daya suatu negara maka relatif semakin
besar juga pendapatan nasionalnya.
Berdasarkan pernyataan Putong, kita dapat mengetahui bahwa akal
permasalahannya adalah kurangnya pembekalan skill atau kemampuan yang
ada di dalam angkatan kerja Indonesia. Selain itu, pengolahan secara benar
dan berkesinambungan sumber daya alam yang ada di Indonesia belumlah
maksimal. Hal ini menjadi catatan penting yang nantinya perlu untuk dibenahi.
10
3. Tingkat Inflasi
Pada masa pemerintahan SBY, inflasi memang dikatakan mennurun
dan cenderung membaik, prestasinya adalah saat inflasi pada tahun 2009 yaitu
sebesar 2,7 %, angka yang sangat berbeda dari perkiraan semula yang
mencapai 5%. Hal ini terjadi karena itu adalah tahun dimana SBY kembali
terpilih sebagai presiden kembali, dan banyak kalangan menilai itu adalah
strategi awal saja.
Prestasi yang dibanggakan pada tahun 2009 akhirnya akan hilang,
memang berdasarkan data dari BPS, sampai bulan Januari 2014 terjadi inflasi
sebesar 1,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,99.
Dari 82 kota IHK, tercatat 78 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3,79 persen dengan IHK
114,92 dan terendah terjadi di Pontianak 0,04 persen dengan IHK 111,78.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Sorong 0,17 persen dengan IHK 108,43
dan deflasi terendah terjadi di Manokwari 0,07 persen dengan IHK 106,44.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan
indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 2,77
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,72 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 1,01 persen; kelompok
sandang 0,55 persen; kelompok kesehatan 0,72 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga 0,28 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan
jasa keuangan 0,20 persen. Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2014 sebesar
1,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2014 terhadap Januari
2013) sebesar 8,22 persen. Komponen inti pada Januari 2014 mengalami
inflasi sebesar 0,56 persen, tingkat inflasi komponen inti tahun kalender
11
Januari 2014 sebesar 0,56 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke
tahun (Januari 2014 terhadap Januari 2013) sebesar 4,53 persen.
Namun angka ini akan semakin bertambah karena kesalahan berbagai
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Naiknya harga bahan bahan pokok
akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga akan
menimbulkan inflasi ( Putong, 2013: 417)
4. Utang Negara
Rasio utang terhadap PDB menurun hingga 26%. Terlepas dari
perdebatan mengenai kepantasan menggunakan PDB sebagai alat ukuran
besaran utang, namun yang pasti nominal utang Indonesia dari tahun ke tahun
terus membengkak. Per Desember 2010 misalnya berdasarkan Data
Departemen Keuangan, total utang pemerintah Indoneisa mencapai Rp 1675
triliun. Akibatnya APBN yang semestinya dialokasikan sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan rakyat justru 20 persennya (Rp249 dari Rp1,230 triliun)
terkuras untuk membayar pokok utang dan bunganya. Angka ini melampaui
anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan berbagai bentuk subsidi seperti
pangan, pupuk, listrik dan BBM.
5. Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan Indonesia juga diklaim terus mengalami
peningkatan oleh Pemerintah. Bahkan, nilai ekspor Oktober 2010 disebutsebut paling tinggi dalam sejarah Indonesia yang menembus US$14 miliar.
Memang ekspor Indonesia masih lebih besar daripada impornya. Namun
demikian komoditas utama yang diekspor oleh Indonesia merupakan hasil
12
sumber daya alam yang berbentuk bahan mentah atau setengah jadi. Miripmirip pada era kolonial, di mana Indonesia menjadi pengekspor utama
rempah-rempah ke Eropa. Bedanya komoditas ekpsor kini lebih banyak bahan
baku energi seperti migas, batu bara, bij besi, nikel dan minyak sawit. Ini
menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu menjadi negara industri yang
dapat mengoptimalkan bahan baku tersebut untuk kegiatan industri yang
menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. Selain itu, komoditas sumber
daya alam tersebut sebagian besar merupakan kekayaan milik umum
yangmseharusnya dikuasai oleh negara. Namun, kekayaan yang diperoleh dari
penjualan tersebut justru lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha swasta
termasuk perusahaan- perusahaan asing.
Dari semua kenyataan yang dapat kita temukan, maka kita dapat menilai
bahwa kinerja presiden SBY bersama kabinetnya dalam kenyataannya belum
mengukir prestasi yang membanggakan kecuali angka semu berdasarkan hasil
perhitungan statistik. Indikator pembangunan ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan
nasional, pendapatan perkapita dan indeks kualitas hidup serta indeks kualitas
pembangunan manusia pada masa pemerintahan SBY semuanya bernilai negatif,
artinya ketidakberhasilan sebagai hasil kinerjanya.
13
2.2
Dampak Pembangunan Ekonomi Bagi Kesejahteraan
Sosial Masyarakat Indonesia Periode 2009- 2014
Kesejahteraan
Masyarakat
selalu
berhubungan
dengan
pembangunan
ekonomi, karena saat pembangunan ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan
ekonomi berada dalam jalur positif maka tingkat pendapatan masyarakat akan
meningkat, selain itu dari peningkatan pendapatan yang terjadi masyarakat akan
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih baik. Hal ini menunjukan bahwa
kesejahteraan dalam bentuk pendapatan masyarakat mulai meningkat, dengan
demikian maka pengangguran akan berkurang, otomatis tindakan kriminal juga akan
berkurang, aksi demonstrasi akibat ketidakpuasan juga akan menurun apabila
masyarakat menerima penghasilan yang sebanding dengan yang mereka kerjakan.
2.2.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial Menutut Para Ahli
Sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orangorangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai Dalam kebijakan
sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
Berikut ini adalah kesejahteraan menurut para ahli:
Menurut Dwi Heru Sukoco, 1995 dari buku Introduction to Social Work
Practice oleh Max Siporin. “Kesejahteraan sosial mencakup semua bentuk intervensi
sosial yang secara pokok dan langsung untuk meningkatkan keadaan yang baik antara
individu dan masyarakat secara keseluruan. Kesejahteraan sosial mencakup semua
tindakan dan proses secara langsung yang mencakup tindakan dan pencegahan
14
masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas
hidup.”
Menurut Zaztrow, 2000 kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang meliputi
program dan pelayanan yang membantu orang agar dapat memenuhi kebutuhan
sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara
masyarakat.
Menurut Soeharto, 2005 kesejahteraan sosial adalah kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi yang betujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras
dengan kepentingan keluarga dan masyarakat (Suharto, 2005).
Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
2.2.2 Kesejahteraan
Sosial
Masyarakat
Indonesia
pada
Masa
Pemerintahan SBY Periode 2009 – 2014
Berdasarkan uraian tentang pembangunan ekonomi sebelumnya kita sudah
dapat mengetahui bahwa pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh SBY belum
maksimal, hal ini tentu saja juga berdampak pada belum meratanya tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah
kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup
masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang
15
lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas
masyarakat.
Berdasarkan kenyaataan, dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat
di Indonesia, SBY dianggap kurang mampu bekerja all out. Hal ini dapat kita lihat di
beberapa sektor seperti ekonomi mikro. Kekurangan itu antara lain adalah indikator
pengangguran dan angka kemiskinan yang masih tetap tinggi. Itu juga masih
ditambah dengan kesenjangan antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin
yang sangat tinggi. Masyarakat kaya dengan pendapatan besar akan semakin kaya,
sementara masyarakat miskin juga semakin miskin.
Memang ada peningkatan yang signifikan untuk pendapatan perkapita di
Indonesia dalam 10 tahun terakhir tetapi ternyata hal ini juga berbanding lurus dengan
kesenjangan sosial yang semakin besar dimana masyarakat kaya bisa semakin kaya
tetapi masyarakat miskin tidak bisa naik kelas menjadi kaya, tetap saja miskin. Hal ini
kurang mendapat perhatian dari Pemerintahan SBY sehingga permasalahan ini masih
terus terjadi.
Kekurangan lainnya adalah soal infrastruktur khususnya infrastruktur jalan
dan listrik yang belum memadai. Di beberapa daerah terlebih lagi setelah musim
hujan ini, infrastruktur khususnya jalan semakin memburuk. Sementara Soal perizinan
juga masih menjadi bagian dari kekurangan yang harus segera diperbaiki pemerintah.
Perizinan investasi kita masih belum memuaskan. Kedua kekurangan tersebut
menghambat derasnya laju investasi asing ke dalam negeri. Karena itu dibutuhkan
terobosan khusus oleh pemerintah agar permasalahan ini dapat teratasi.
Terobosan tersebut antara lain Membuka kesempatan kerja produktif hal Ini
akan efektif mengurangi kesenjangan tersebut. Artinya, dengan kesempatan kerja
produktif ini maka angka pengangguran bisa turun. Pendapatan masyarakat miskin
16
menjadi naik. Sektor manufaktur memiliki potensi besar dalam menciptakan
kesempatak kerja produktif karena menyerap tenaga massal. Begitu juga sektor
pertanian. Dua sektot tersebut sampai saat ini belum optimal di kembangkan.
Sementara terobosan di bidang infrastruktur adalah dengan memperbaiki dan
mempercepat infrastuktur jalan yang dibutuhkan seperti Jalan Tol Trans Sumatera,
pelabuhan dan pembangunan jaringan jalan kereta yang dapat mempercepat distribusi
barang dari berbagai wilayah di Indonesia. Sementara masalah perizinan investasi kita
masih belum memuaskan. Pemerintah harusnya lebih responsif dan fokus
menyelesaikan kendala tersebut untuk memberikan kepastian bagi investor atas
investasi jangka panjangnya.
2.2.2.1
Indikator Penilaian Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Menurut Kolle (1974) dalam Bintaro (1989), kesejahteraan dapat diukur dengan
beberapa faktor yaitu:
A. Tingkat Kemiskinan.
B. Tingkat Pengangguran.
C. Tingkat Kesehatan.
D. Tingkat Pendidikan.
E. Tingkat Taraf Hidup Masyarakat.
2.2.2.2
Analisis
Kesejahteraan
Masyarakat
di
Indonesia
pada
Masa
Pemerintahan SBY Periode 2009- 2014
A. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan kompleks yang
membutuhkan kebijakan – kebijakan jitu dalam mengatasinya. Pemerintah
17
mengklaim penduduk miskin di Indonesia terus berkurang dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 11,23% atau 29,8 juta orang berada di
bawah garis kemiskinan. Penduduk miskin menurut Pemerintah adalah
penduduk yang pengeluaran perbulannya di bawah garis kemiskinan yang
ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ). Pada 2013 nilanya Rp 217,726
perkapita perbulan. Dengan kata lain, jika seseorang berpendapatan Rp
225,000 maka ia tidak lagi dikategorikan sebagai orang miskin. Padahal dalam
kehidupan materialisme seperti saat ini dimana hampir seluruhnya diukur
dengan materi, pendapatan tersebut tentu sangat kecil. Wajar jika dalam
realitas banyak orang yang mengalami kesulitan di bidang ekonomi namun
tidak masuk dalam kategori miskin. Jika standarnya kemiskinan dinaikkan
menjadi US$ 2/hari atau dibawah Rp 540,000 maka dengan menggunakan
data Susenas 2010, sebanyak 63% penduduk Indonesia miskin. Pembanding
lain, berdasarkan Survey Rumah Tangga Sasaran Penerima Bantuan Langung
Tunai (BLT) oleh BPS tahun 2008 diperkirakan 70 juta orang yang masuk
kategori miskin dan hampir miskin (near poor). Angkanya lebih tinggi lagi
jika dilihat dari penduduk yang membeli beras miskin pada 2009 yang
mencapai 52 persen atau 123 juta orang.
B. Tingkat Pengangguran
Dari data statistik Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik ( BPS ) memang
menunjukkan penurunan jumlah pengangguran secara persisten hingga
menjadi 7,14% atau 8,3 juta angkatan kerja, angka pengangguran menurun
dari 9,9% pada tahun 2004 menjadi 6,25% pada tahun 2013. Padahal jika
dicermati definisi tenaga kerja yang digunakan oleh BPS jumlah tenaga kerja
18
tersebut hanya memotret mereka yang berkerja minimal satu jam perhari
dalam seminggu terakhir. Termasuk pula mereka yang membantu bekerja
namun tidak dibayar. Dengan demikian, para pengatur lalu lintas ‘swasta’,
atau kuli yang bekerja minimal sejam perhari dalam satu minggu terakhir
disebut sebagai tenaga kerja. Dengan kriteria demikian, maka sangat wajar
jika angka penggangguran diklaim terus menurun namun tingkat kesejahteraan
rakyat tidak membaik. Apalagi seiring dengan kegagalan pemerintah
mengendalikan inflasi khususnya administered inflation (barang yang
harganya diatur oleh pemerintah) seperti Bahan Bakar Minyak ( BBM ) dan
Tarif Dasar Listrik ( TDL ) dan volatile inflation (inflasi barang yang
bergejolak) seperti pangan, membuat pendapatan riil mereka yang bekerja
terus menurun. Harga-harga membumbung tinggi sementara pendapatan
nominal tidak berubah.
C. Tingkat Kesehatan
Pemerintah menyatakan bahwa pelayanan di bidang kesehatan juga
telah mampu memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat miskin melalui
program Askeskin (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin) yang kemudian
disempurnakan dengan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Pada 1 Januari 2014, pelayanan
kesehatan disempurnakan dengan diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) melalui BPJS Kesehatan. JKN dan BPJS Kesehatan diresmikan
Presiden SBY pada 31 Desember 2013 di Istana Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasoinal 2009, hanya 44 persen
penduduk di Indonesia yang melakukan obat jalan baik ke RS Pemerintah, RS
19
swasta maupun ke Puskesmas atau klinik, padahal pemerintah menganggap
mereka telah berhasil mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia.
Kenyataannya Sebagian besar dari mereka justru melakukan pengobatan
sendiri. Meski tidak ada rincian mengenai alasan mereka, namun sebagian dari
mereka tentu merupakan orang-orang yang tidak mampu menjangkau layanan
kesehatan yang bersifat komersil. Kalaupun orang-orang miskin mendapatkan
pelayanan kesehatan gratis melalui Jamkesmas atau Kartu Miskin jumlahnya
masih sangat kecil yakni sebesar 16,7 persen. Selain itu banyak dari penerima
pelayanan kesehatan gratis tersebut tetap terbebani karena masih harus
membayar berbagai biaya dari pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan dan
harus melakukan proes administrasi yang rumit dan berbelit-belit. Akibatnya,
banyak penduduk yang menderita berbagai penyakit namun karena tidak
mampu berobat dan tidak mampi mengurus pelayanan kesehatan gratis
terpaksa terus menanggung penyakit mereka hingga tidak sedikit dari mereka
yang meninggal dunia.
D. Tingkat Pendidikan
Pemerintah juga kerap berbangga bahwa 20% dari APBN disalurkan
untuk sektor pendidikan. Presiden SBY dikatakan telah menggratiskan biaya
pendidikan SD – SMP melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
untuk pertama kalinya diterapkan pada tahun 2005. Dana BOS terus
ditingkatkan dari Rp 5,14 triliun pada tahun 2005, Rp 10,28 triliun (2006), Rp
9,84 triliun (2007), Rp 10,01 triliun (2008), Rp 16,4 triliun (2009), Rp 16,6
triliun (2010), Rp 19,86 triliun (2011), Rp 27,67 triliun (2012), Rp 27,48
triliun (2013) dan Rp 28,17 triliun (2014). Hal ini memang sangat
20
menggembirakan tetapi sayangnya dalam kenyataann masih sangat melimpah
anak usia sekolah yang tidak mampu mengecap bangku pendidikan yang
masih teramat mahal bagi mereka. Betul bahwa sebagian besar penduduk usia
SD telah mengecap pendidikan, namun di tingkat SMP dan SMU jumlahnya
masih sangat rendah yang masing-masing sebesar 67 persen dan 45 persen
(Susenas, 2009). Penyebab rendahnya partisipasi tersebut tidak lain karena
keterbatasan biaya yang mereka miliki serta sarana pendidikan yang
disediakan pemerintah yang belum memadai.
E. Tingkat Taraf Hidup Masyarakat
Taraf hidup masyarakat dapat dihitung dengan pendapatan perkapitanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan domestik bruto (PDB) per
kapita 2013 mencapai Rp 36,5 juta ada laju peningkatan sebesar 8,88 persen
dibanding PDB per kapita tahun 2012 yang sebesar Rp 33,5 juta. Sepanjang
2013, PDB per kapita orang Indonesia sebesar 3.499,9 dollar AS. Sedangkan
pada 2012 mencapai 3.583,2 dollar AS, dan pada 2011 sebesar 3.525,2 dollar
AS. Meski angka statistik menyatakan demikian, dalam kenyataanya masih
banyak masyarakat yang bahkan tidak memiliki puluh ribuan dari angka
tersebut. Angka yang didapat hanya bersifat kumulatif tanpa memeperhitungkan
aspek kemasyarakatannya sehingga data yang dihasilkan sangat jauh dari
kenyataan yang ada.
Taraf hidup masyarakat juga dapat diukur dengan kepemilikan benda
yang dimiliki masyarakat, baik itu properti seperti rumah . Bantuan pemerintah
untuk masyarakat bagi pemerintah berbentuk rumah adalah berupa program
bedah rumah. Sepanjang pemerintahan SBY telah dibangun rumah swadaya
21
sebanyak 567.483 unit, baik perbaikan ringan maupun perbaikan berat. Selain
itu, juga telah dibangun rumah khusus eks pengungsi Timor Timur sejumlah
12.722 unit serta rusunawa (rumah susun sederhana sewa) sebanyak 64.775 unit.
Namun sangat disayangkan bahwa dalam pelaksanaanya pembangunan itu lebih
banyak salah sasaran, rumah yang sebenarnya dialokasikan bagi masyarakat
kurang mampu justru dinikmati oleh mereka yang justru mampu secara
ekonomi.
22
BAB III
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari analisis data diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
3.1.1
Pembangunan ekonomi adalah usaha yang dilakukan secara terencana oleh
pemerintah suatu negara dalam sektor penting kehidupan masyarakatnya sehingga
dapat hidup dengan layak. Di indonesia pembangunan ekonomi yang dilakukakan
oleh pemerintahan SBY meski menghasilkan sejumlah hasil tetapi dampaknya
masih belum merata.
3.1.2
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pada masa pemerintahan SBY secara
statistik dan angka memang dapat dikatakan mengalami peningkatan yang bagus.
Namun sayangnya, hal ini tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang terjadi
di dalam masyarakat. Kemiskinan yang masih merajalela, pengangguran tersebar
dimana – mana, pelayanan kesehatan yang timpang serta kualitas hidup yang
dibawah rata rata merupakan faktor – faktor utama penilaian tentang kegagalan
SBY.
3.2
Saran
Dengan melihat serta berkaca pada kenyataan yang terjadi pada masa
pemerintahan Presiden SBY dalam masa pemerintahan periode ke duanya dari
tahun 2009 -2014, kita semua tentu mengharapkan adanya angin perubahan yang
di bawa oleh pemimpin Indonesia yang akan datang. Perubahan dengan tujuan
untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat harus di utamakan sehingga
kehidupan masyarakat indonesia menjadi lebih baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi No 5. Ekonomi Moneter.Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Yustika, Ahmad Erani. 2006. Perekonomian Indinesia : Deskripsi, Preskripsi, dan Kebijakan.
Malang: Bayumedia Publishing.
Subandi. 2005. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Micro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Fauzie, Ahmad. 2014. Pendapatan Perkaita Indonesia 2013 capai Rp.36,5 Juta.( Online). (
http://www.kompas.com/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Badan Pusat Statistik. (http://www.bps.go.id/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Gunawan, Fandi. 2013. Ekonomi ASEAN: Meraih Potensi Perekonomian Optimum di
Tengah
Instabilitas
Global
dan
Regional.
(Online).
(http://www.macroeconomicdashboard.com/. Diakses pada 30 Mei 2014 )
Paket Kebijakan SBY Stabilkan Ekonomi. (Online). (http://www.presidenri.go.id/. Diakses
pada 30 Mei 2014)
Mengerem Laju Inflasi Pasca Kenaikan Harga. (Online). (http://www.sektab.go.id/. Diakses
pada 30 Mei 2014)
Kesejahteraan Rakyat. (Online). (http://www.kemenkeu.go.id/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Ejournal (http://www.ejournal.pin.or.id/. Diakses pada 30 Mei 2014)
Rully, Andre. 2013.Kebijakan Pemerintah Indonesia di Bidang Ekonomi. (Online).
(http://rullyandre.blogspot.com/. Diakses pada 5 Juni 2014)
Gatra, Sandro. 2013. Kinerja Ekonomi Kabinet SBY Paling Dikeluhkan. (Online).
(http://www.kompas.com/. Diakses pada 5 Juni 2014)
Septianraha. 2009. Pengertian Pembangunan Ekonomi Menurut Para Ahli. (Online). (http://
www.slideshare.net/. Diakses pada 5 Juni 2014)
WFz.
2014. Publik Tidak Puas Dengan Kinerja SBY(http://www.gatranews.com/. Diakses pada 5 Juni 2014)
Boediono.
(Online).
24