Tugas Tugas Perkembangan Pra Kelahiran L

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umur-umur tertentu seseorang dapat dengan lebih cepat dan mudah memperoleh
kecekatan dalam memperolek ketrampilan-ketrampilan tertentu dalam mempelajari pola pola
tingkah laku tertentu.
Dalam keseluruhan proses hidupnya individu akan berusaha melakukan tugas perkembangan
agar dia menemukan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiap fase pertumbuhan
perkembangan memiliki tugas perkembangan sendiri. Tugas ini timbul pada suatu periode
tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilan dalam mencapai tugas itu dapat membawa
kebahagiaan dan berhasil dalam tugas berikutnya.
Sedangkan bila gagal dalam mencapai tugas itu akan membawa ketidak bahagiaan dan
kekecewaan dalam masyarakat serta menemui kesulitan dalam tugas berikutnya. Tentu saja
bentuk utama tugas perkembangan berakar pada pembentukan organ biologis yang kelak
berkembang karena pengaruh faktor biologis-psikologis-sosiologis. Kekuatan dari dalam
(biologis) dan kekuatan luar (psikologis-sosiologis) menempatkan individu kepada serangkaian
tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar menjadi manusia yang berhasil.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan?
2. Apa saja yang menjadi sumber dari tugas-tugas perkembangan?

3. Bagimana tugas perkembangan pada setiap fase/periode perkembangan?
4. Bagaimana peran sekolah dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangan?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan hidupnya melalui periode atau
fase-fase

perkembangan.

Setiap

fase

perkembangan

mempunyai

serangkaian


tugas

perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh individu. Faktor keberhasilan sangat
penting bagi individu agar kebahagiaan atau kepuasan di dalam hati diperoleh, apabila gagal
dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu maka akan berakibat tidak
baik pada kehidupan fase berikutnya. Kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada
fase tertentu berakibat yang menjalar pada perjalanan individu untuk kehidupan yang
selanjutnya, dan individu akan mengalami depresi yang hebat.
Robert Havirghurst berpendapat bahwasannya tugas perkembangan adalah suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
berikutnya, dan apabila tugas yang dilakukan oleh individu gagal maka akan menyebabkan
kesengsaraan bagi individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan akan
mengakibatkan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas
perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau ketrampilan yang seyogyanya dimiliki
oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Sedangkan menurut Hurlock
tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations, yang artinya setiap kelompok budaya
mengharapkan anggotanya menguasai ketrampilan tertentu yang penting dan memperoleh
perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.

Jadi tugas-tugas perkembangan adalah sebuah hal yang harus dilakukan oleh individu yang
mana menuntut keberhasilan dalam melaksanakan tugas tersebut agar tercapai kata kebahagiaan
atau kepuasan batin oleh individu, yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan ketrampilan yang
dimiliki oleh individu sesuai dengan jenjang usia individu tersebut.
Tugas-tugas perkembangan memiliki tiga tujuan, adalah sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka
pada usia-usia tertentu.
2.

Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.

3.

Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan adakalanya yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang
mengalami hambatan. Tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas yang dilakukan oleh
individu dapat menjadi suatu bahaya potensial. Setidaknya ada tiga macam bahaya potensial
yang menjadi penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu :


1. Harapan-harapan kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku
di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.

Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu.

3. Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain.
2.2. Sumber Tugas Perkembangan
Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya tugas-tugas perkembangan adalah sebagai
berikut :
a. Kematangan fisik, misalnya a). Belajar berjalan pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada usia ini
tulang kaki, otot, dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan. b). Belajar
bertingkah laku, bergaul dengan teman lawan jenis pada masa remaja karena kematangan organorgan seksual, pada fase ini individu belajar melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan
situasi yang baru serta teman-teman sebayanya.
b. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya a). Belajar membaca, b). Belajar menulis, c).
Belajar berhitung, d). Belajar berorganisasi. Pada fase ini individu berada pada usia 6-12 tahun
yang biasa disebut dengan masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan
rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam

masyarakat yang berbudaya, setidaknya anak harus tamat dalam jenjang sekolah dasar (SD),
karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh ketrampilan dasar dalam membaca, menulis,
dan berhitung.
c. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya a). Memilih pekerjaan, b).
Memiliki teman hidup.
d. Tuntutan norma agama, misalnya a). Taat beribadah kepada Allah, b). Berbuat baik kepada
sesama manusia.[2]

3.2. Tugas-tugas Perkembangan Pada Setiap Fase Perkembangan
1. Fasa-fase Perkembangan Masa Pra Kelahiran
Masa kandungan yang berjarak kurang lebih 270 hari itu dapat dibagi menjadi
tiga fase sesuai dengan bentuk dan keadaan janin yang berubah dari bulan ke bulan. Dalam hal
ini hurlock membagi manjadi :
a. Fase zygote (sejak pembuahaan sampai dengan akhir minggu ke2). Dalam fase ini disebut juga
fase germinal, sel yang baru terbentuk tadi terdiri dari segala bahan yang di bawa dari turunan
ayah dan ibunya, seperti bagaimana kelak rupanya, sifat prilakunya, serta kemampuannya. Pada
masa ini cepat timbulnya adalah bagian yang akan menjadi mata.
b. Fase embryo (sejak akhir minggu ke2 sampai dengan akhir bulan ke2). Organ tubuh seperti
jantung, hati, usus dan paru-paru mulai nampak bentuknya. Serta bantuk lengan dan kaki mulai
timbul dan mulai namapak pula bentuk jari-jari tangan dan kaki serupa garis-garis. Bentuk janin

pada saat ini mempunyai ekor kecil dan perut yang buncit.
c. Fase fetus (dari akhir bulan ke2 sampai dengan saat kelahiran). Yang merupakan fase terakhir
dan terpanjang dari masa kandungan, berlangsung kurang lebih 7bulan lamanya. pada awal fase
ini (kurang labih bulan ke3) jari-jari kaki dan tangan yang tadinya melekat satu sama lainnya kiki
mulai lepas, ekor embryo pun hilang sama sekali, badannya terus dan bertambah panjang.
Kemudian bulan ke4 kuku-kuku pada jari kaki dan tangan mulai tampak, rambut di kepala mulai
tumbuh serta bentuk kelamin pun mulai kelihatan, otot bayi mulai aktif.
Pada bulan ke5 detak jantung dapat di dengar bila menggunakan stetoskop, gerakan bayi
makin jelas terutama gerakan kaki dan tangan. Pada bulan ke6 sampai ke8 kulit bayi berwarna
merah dan berbulu serta di atas kulit terdapat zat sebangsa minyak yang disebut vernix.
Perlengkapan tubuhnya sedah lengkap sehingga seandainya terjadi kelahiran memungkinkan
untuk hidup akan ada.
Akhirnya pada bulan ke9 kulit berwarna rose yang penuh dengan vernix seperti cream
yang dapat melindungi bayi dari bakteri penyakit pada saat kelahiran, berat badan bayi umumnya
berkisar antara 3-3,5 kg, dengan panjang kira-kira 30-50 cm. Bayi laki-laki biasanya lebih besar
dari pada bayi perempuan. Akhir bulan ke9 inilah dikatakan bayi sudah matang untuk lahir.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perkembangan sebelum kelahiran berlangsung
ke arah caphalocaudal artinya pertumbuhan dan differensiasi terjadi dari kepala kebagian pantat.
Atau dengan kata lain dari bagian atas ke bagian bawah.

Apa yang diuraikan di atas, semuanya mengenai perkembangan aspek fisik saja. Hal ini
disebabkan karena data tentang perkembangan psikis dalam masa ini sangat kurang, kecuali
hanya berupa praduga-praduga berdasarkan atas perubahan-perubahan situasi yang dialami oleh
ibu dihubungkan dengan gerakan-gerakan bayi dalam kandungan seperti : adanya rasa cemas
atau tenang, sedih atau gembira dari si ibu, ataupun keadaan lingkungan sekitar seperti suara
gaduh atau bunyi, keadaan dingin atau panas dan lain-lain. Kenyataannya bayi dalam kandungan
selalu mengadakan reaksi terhadap situasi-situasi tersebut. Atas dasar adanya reaksi-reaksi
tersebut para ahli kejiwaan berkesimpulan bahwa aspek psikis juga berkembang dalam masa ini,
meskipun relatif.
2. Fase bayi dan kanak-kanak (0,0-6,0 tahun)
a. Belajar berjalan. Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9-15 bulan, pada usia ini tulang kaki,
otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
b. Belajar makan makanan padat. Hal ini terjadi pada tahun ke-2 sistem alat-alat pencernaan dan
alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
c. Belajar berbicara, yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada orang
lain dengan perantara suara itu.
d. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu yang
sesuai dengan norma masyarakat. Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat
mengatasi (menahan) ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum
sempurna.

e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat
tingkah laku, bentuk fisik, dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang
lainnya. Dengan cara tersebut anak dapat mengenal perbedaan anatomis pria dan wanita, anak
menaruh perhatian besar terhadap alat kelaminnya sendiri maupun orang lain. Agar pengenalan
terhadap jenis kelamin (sex) itu berjalan dengan normal, maka orang tua perlu memperlakukan
anaknya, baik dalam memberikan alat mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan
jenis kelamin anak.

f.

Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila
dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga
temperatur badannya mudah berubah.

g. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya
dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lamakelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang yang berada di sekitarnya.
Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk generalisasi dari
berbagai benda yang pada umumnya mempunyai ciri yang sama.
h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain. Anak
mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara,

yaitu isyarat, menirukan, dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar
mengadakan hubungan emoisonal dengan orang lain, sedikit banyaknya akan menentukan
sikapnya di kemudian hari.
i.

Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak
kecil dikuasai oleh hedonisme, naif, dimana kenikmatan dianggap baik, sedangkan penderitaan
dianggap buruk.

3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Sekolah Dasar (6,0-12,0 tahun)
a. Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan. Melalui pertumbuhan fisik
dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, semakin mantap, dan cepat.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat
tugas ini adalah:
1. Mengembangkan kebiasaan memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan
kesehatan.
2. Mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima
dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya. Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
situasi yang baru serta teman-teman sebayanya.

d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

e. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa usia
6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya
sudah cukup matang untuk menerima pengajaran.
f. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari. Tugas ini merupakan tugas sekolah, yaitu
menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah
atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan lain sebagainya.
g. Mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini mengembangkan sikap dan perasaan yang
berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan
terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak
melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah dan bolehtidak boleh.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Hakikat tugas ini adalah untuk dapat
menjadi orang yang berdiri sendiri, dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain.
i.

Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga, hakikat
tugas ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang lain.


4. Tugas-Tugas

Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja) (13-18

tahun)
Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku
kehidupan sosio-psikologis manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat
yang lebih luas dan kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan
psikis yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Pada jenjang kehidupan
usia sekolah menengah (remaja) seseorang telah berada pada posisi yang kompleks karena ia
telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, seperti proses mempelajari nilai dan
norma pergaulan dengan teman sebaya, menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku dan
sebagainya.
Secara sadar pada akhir masa kanak-kanak, seorang individu akan berupaya untuk bersikap
dan berperilaku lebih dewasa dan intelek. Hal ini merupakan “tugas” yang cukup berat bagi
remaja untuk lebih menuntaskan tugas-tugas perkembangannya, sehubungan dengan semakin
luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus dihadapi dan dijalaninya. Mereka tidak

ingin dijuluki sebagai anak-anak, melainkan ingin dihargai dan diakui sebagai anak yang sudah
dewasa. Mereka menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup lebih dewasa, dalam arti
mampu menghadapi dan memecahkan masalah, bertidak etis serta bertanggung jawab moral.
Oleh karena itu, tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada upaya untuk
menganggulangi sikap dan pola kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan oleh Havighurst dikaitkan dengan fungsi belajar karena pada
hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari nilai dan
norma kehidupan sosial budaya agar mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan nyata
di masyarakatnya.
Untuk memahami jenis tugas perkambangan remaja, perlu dipahami hal-hal yang harus
dilakukan oleh orang dewasa. Maka “dewasa” dapat diartikan dari berbagai segi, sehingga
dikenal istilah dewasa secara fisik, dewasa secara mental, dewasa secara sosial, dewasa secara
psikologis, dewasa secara hukum dan sebagainya.
Pada umumnya orang yang telah berusia 17 tahun akan dikatakan sebagai orang yang telah
dewasa, baik dewasa secara fisik yang berarti siap untuk melaksanakan tugas-tugas reproduksi,
dewasa dari segi hukum yang berarti sudah dapat dikenai sanksi hukum, atau dapat
mempertanggung jawabkan segala perbuatannya yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh,
karena itu, jenis tugas perkembanagn remaja itu mencakup segala persiapan diri untuk memasuki
jenjang waktu yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan
sosio-psikologis.
Havighurst mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu:
a. Mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenis secara lebih matang
Hakikat tugas pada fase ini mempelajari anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki
sebagai pria, menjadi dewasa di antara orang dewasa, belajar memimpin tanpa menekan orang
lain.
b. Mencapai perasaan seks yang diterima sosial
Hakikat tugasnya yaitu remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sesuai dengan jenis
kelaminnya pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c. Menerima keadaan badannya dan digunakan secara efektif
Hakikat tugas pada fase ini adalah menanamkan rasa bangga (sekurang-kurangnya rasa toleran)
terhadap tubuh sendiri. Menjaga dan melindungi tubuh sendiri secara efektif.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa
Hakikat tugas pada fase ini adalah membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu
menggantungkan diri pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua
tanpa menggantungkan diri padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa
tanpa menggantungkan diri padanya.
e. Mencapai kebebasan ekonomi
Hakikat tugasnya adalah merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri.
f. Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan
Hakikat tugasnya adalah memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan
pekerjaan.
g. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
Hakikat tugasnya adalah mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga.
Khususnya untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk memiliki anak.
h. Mengembangkan ketrampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang
berkompeten
Hakikat tugasnya adalah mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan
kemasyarakatan. Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan
individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam
penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi.
i. Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara moral dan sosial
Hakikat tugasnya adalah berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam
kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.
j. Memahami suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.
Hakikat tugasnya adalah membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja
mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam
hubungannya dengan individu lainnya, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai
untuk kepentinagn hubungan dengan individu lain.[4]
Tugas-tugas perkembangan tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan karena remaja
adalah pribadi yang utuh secara individual dan sosial. Namun demikian, banyak hal yang harus
diselesaikan selama masa perkembangan remaja yang singkat ini. Pada tugas perkembangan
fisik, upaya untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan yang “serba tak harmonis” amatlah

berat bagi para remaja. Hal itu dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak masa anak-anak
telah memiliki konsep yang mengangungkan penampilan diri pada waktu dewasa nanti. Oleh
karena itu, tidak sedikit remaja bertingkah kurang tepat (tidak sesuai). Di lain pihak remaja telah
mengantisipasi tugas-tugas perkembangan dalam kehidupan sosial.[5]
5. Tugas tugas perkembangan pada masa dewasa awal (20-40 tahun)
a. Memilih calon suami atau istri
b. Belajar hidup bersama suami atau istri
c. Memulai hidup bersama keluarga
d. Mengasuh anak anak
e. Menyelanggarakan rumah tangga
f. Mulai berkerja
g. Mulai bertanggung jawab sebagai seorang warga negara
h. Mendapat kan kelompok sosial yang sesuai baginya
6. Tugas tugas perkembangan pada masa setengah baya (40-60 tahun)
a. Mendapatkan tanggung jawab sebagai orang dewasa yang menjadi warga negara dan hidup
bermasyarakat
b. Menentukan dan hidup sesuai standart hidup yang berhubungan dengan ekonomi
c. Membantu anak anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
d. Memperkembangkan keaktifan-keaktifan dalam masa senggang yang sesuai bagi oran dewasa
e. Menerima dan menyesuaikan diri kepada perubahan perubahan pisikologi pada masa setengah
umur
f. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang sudah usia lanjut
7. Tugas tugas perkembangan pada masa tua (60-meninggal dunia)
a. Menyesuaikan diri ada berkurangnya kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri pada masa pensiun dan penghasilan yang berkurang
c. Menyesuaikan diri pada meninggalnya suami atau istri
d. Mengadakan hubungan yang erat pada orang-orang yang seumur
e. Memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan dalam hidup bermasyarakat

f. Mengatur keadaan hidup yang memuaskan dari segi psikis.
D. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Tugas-tugas Perkembangan
4.2. Peran Sekolah Terhadap Tugas-Tugas Perkembangan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan
program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock berpendapat
bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik
dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai substansi
keluarga dan guru substansi orang tua. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan
peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu :
1. Siswa harus hadir di sekolah.
2.

Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan
“konsep dirinya”.

3. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
4. Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.
5.

Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan
kemampuannya secara realistik.
Menurut Havighurst sekolah mempunyai peranan atau taggung jawab penting dalam
membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah
seyogyanya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang dapat
memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan remaja itu menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial,
kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Terhadap Penyelenggara Pendidikan
Karena banyak faktor kehidupan yang mempengaruhi remaja, pemikiran tentang
penyelenggaraan pendidikan juga harus benar-benar memperhatikan faktor-faktor tersebut,

sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi semua
tuntutan dan harapan tersebut.
Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal.
Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakuakn pola dan sistem yang sama
semua tindakan pendidikan kepada semua siswa di dalam kelas, walaupun mereka bereda-beda.
Pengakuan terhadap kemampuan individu yang beraneka ragam itu menjadi berkurang. Oleh
karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan klasikal
adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan
dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan dengan cita-cita kehidupannya adalah
sebagai berikut:
a.

Bimbingan karier atau bimbingan konseling dalam upaya membimbing dan mengarahkan siswa
dalam menentukan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuannya.

b. Memberikan latihan-latihan praktis yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan lingkungan.
c.

Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan menyertakan kurikulum muatan lokal.
Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga ditentukan oleh
pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan pada masa-masa sebelumnya. Untuk
mengembangkan model keluarga yang ideal, perlu dilakukan hal-hal berikut ini :

a.

Bimbingan tentang tata cara bergaul dan mengajarkan etika pergaulan melalui pendidikan budi
pekerti

b.

Bimbingan pada siswa untuk memahami nilai dan norma sosial yang berlaku, baik dalam
keluarga, sekolah maupaun masyarakat.

c.

Perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan orang tua secara
periodik, dan pemantapan pendidikan agama, baik di dalam maupun di luar sekolah.[6]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh individu yang
mana menuntut keberhasilan dalam melaksanakan tugas tersebut agar tercapai kata kebahagiaan
atau kepuasan batin oleh individu, yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan ketrampilan yang
dimiliki oleh individu sesuai dengan jenjang usia individu tersebut.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya tugas-tugas perkembangan adalah sebagai berikut :
Kematangan fisik, tuntutan masyarakat secara kultural, tuntutan dari dorongan dan cita-cita
individu sendiri, tuntutan norma agama.
3. Tugas-tugas perkambangan pada setiap fase
a. Tugas-tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak (0,0-6,0 tahun)
Tugas–tugas perkembangannya diantaranya yaitu: Belajar berjalan, belajar makan makanan
padat, belajar berbicara, belajar buang air kecil dan buang air besar, belajar mengenal perbedaan
jenis kelamin, mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
b. Tugas-tugas Perkembangan Masa Sekolah Dasar (6,0-12,0 tahun)
Tugas-tugas perkembangannya meliputi : Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk
melakukan permainan, belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis, mengembangkan kebiasaan memelihara badan, mengembangkan sikap positif
terhadap jenis kelaminnya dan juga menerima dirinya secara positif, belajar bergaul dengan
teman sebaya, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya, belajar ketrampilan
dasar.
c. Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja) (13-18 tahun)
Tugas-tugas perkembangannya meliputi: Mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenis
secara lebih matang, mencapai perasaan seks yang diterima sosial, menerima keadaan badannya
dan digunakan secara efektif, mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa, mencapai
kebebasan ekonomi, memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan, menyiapkan perkawinan dan
kehidupan berkeluarga.
d. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal (20-40 tahun)
Tugas-tugas perkembangannya meliputi: Memilih calon suami atau istri, belajar hidup bersama
suami atau istri, memulai hidup bersama keluarga, mengasuh anak-anak.

e. Tugas-tugas perkembangan pada masa setengah baya (40-60 tahun)
Tugas-tugas perkembangannya diantaranya yaitu: Mendapatkan tanggung jawab sebagai orang
dewasa yang menjadi warga negara dan hidup bermasyarakat, menentukan dan hidup sesuai
standart hidup yang berhubungan dengan ekonomi.
f. Tugas tugas perkembangan pada masa tua (60-meninggal dunia)
Tugas-tugas perkembangannya diantaranya yaitu: Menyesuaikan diri ada berkurangnya kekuatan
fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri pada masa pensiun dan penghasilan yang berkurang.
4. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Tugas-tugas Perkembangan
Peran sekolah dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangan ialah untuk
mengembangkan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku.
Secara sistematik sekolah sebagai lembaga pendidikan formal melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan
potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik), Pustaka Setia, Bandung,
2006
Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara,
Jakarta, 2005
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
[4] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm 76-79
[1] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik), Pustaka Setia,
Bandung, 2006, hlm 159-161
[2] Ibid, Syamsu Yusuf LN, hlm 66-71
[3] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000, hlm 65-66
[1] Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm 164-165