Kasus pelanggaran Sila Pertama Pancasila

!"#$##%#&'

(
)

*

+,

1

,

)

-

)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita

ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ”
.,
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yangmembangun demi
perbaikan di masa depan. Dan juga tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Edi
Tamtotmo S.E, M.E selaku Dosen atas bimbingan dan dukungan nya.

2


( /)

0+0

Cover ****************************..

1

Kata Pengantar ************************* 2

Daftar Isi **************************.........3

BAB I : Pendahuluan **********************.. 4

BAB II : Pembahasan **********************. 5 15
a. Masa Orde Lama ********************* 5 7
b. Masa Orde Baru *********************...8 10
c. Masa Reformasi **********************11 15


BAB III : Kesimpulan **********************.. 16 17

DaftarPustaka*************************.. 18

3

0
( 12 2
)

-

Sejarah perekonomian Indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat
bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi
perekonomian Indonesia mengalami dinamika seiring peputaran waktu. Hal itu relevan
diungkapkan sebagai bagian untuk mengetahui realita perekonomian Indonesia.
Sejarah ekonomi mengkaji dua masalah utama, yaitu perubahan ekonomi secara angka dan
kondisi masyarakat selama perubahan itu berlangsung.
Pada masa orde lama, kinerja perekonomian Indonesia sangat buruk. Produksi nasional di
semua sektor mengalami stagnasi, ekspor nonmigas sama sekali tidak berkembang,

infrastruktur fisik hancur, tingkat inflasi sangat tinggi mencapai 500%.
Namun, pada masa pemerintahan orde baru dibawah pimpinan Soeharto, terjadi suatu
perubahan yang sangat drastis di dalam perkenomian nasional. Ada tiga hal yang
menunjukkan perubahan besar tersebut. Pertama, inflasi dapat diturunkan dalam waktu
singkat hingga ke satu digit. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang membuat
pendapatan per kapita meningkat hingga diatas 1.000 doalr AS pada awal tahun 1997.
Ketiga, jumlah penduduk miskin turun drastis. Perubahan – perubahan tersebut membuat
Indonesia dikatan sebagai “Macan Asia” yang baru pada dekade 1980 an.
Namun demikian, kehebatan ekonomi Indonesia yang dicapai oleh pemerintahan Soeharto
pada tingkat makro tersebut tidak tanpa masalah yang akhirnya Indonesia terjerumus ke
dalam krisis ekonomi menjelang akhir tahun 1997. Dapat dikatakan krisis ini adalah yang
terparah dalam sejaran perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945. Krisis
ekonomi tersebut mencapai klimaksnya pada tahun 1998 dengan jatuhnya era Soeharto dan
lahirnya era reformasi.
Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan
kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh dan untuk rakyat,
sehingga dengan dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa orde
baru,kehidupan perekonomian Indonesia dapat didorong oleh siap saja.

4


00
1 +
,

(

Dalam Masa Orde Lama Indonesia mengalami 3(tiga) masa, yaitu;
#,

3#4 $ 5 #4$%6
Keadaan ekonomi pada masa awal kemerdekaan dapat dibilang sangat tidak

menggembirakan. Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang disebabkan oleh beredarnya
lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Oktober 1946 Pemerintahan RI
mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang, namun
adanya blockade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan luar negeri
mengakibatkan kekosongan kas Negara. Akibatnya Negara dalam kondisi krisis keuangan
dan krisis itu tentu membahayakan bagi keberlangsungan perekonomian Indonesia pada
saat itu.

Dalam menghadapi krisis tersebut, pemerintah menempuh beberapa kebijakan, yaitu
1. Pinjaman Nasional
2. Pemenuhan Kebutuhan Rakyat
3. Melakukan Konferensi Ekonomi
4. Membuat Rencana Pembangunan
5. Membangun Partispasi Swasta Dalam Pembangunan Ekonomi
6. Nasionalisasi Bank Indonesia
",

(

3#4$% 5 #4$'6

Pada masa ini pemerinatahan terkesan memaksakan system pasar dalam
perekonomian, anehnya pemerintahan sudah mengetahui dampaknya dan melakukan
berbagai upaya untuk mengatasi kondisi perekonomian. Usaha – usaha tersebut adalah
melalui pemotongan nilai uang, melanjutkan Program Benteng, dan memutuskan hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB). Pemotongan nilai uang dimaksudkan untuk mengurangi
5


jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun, dikenal dengan sebutan Gunting
Syarifuddin.
!,

(

) 7

7

3#4$4 5 #4&'6

Demorasi terpimpin dimulai pada tanggal 5 Juli 1959 dimana pada saat itu Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Mulai pada saat itu Indonesia menjalankan system
Demokrasi Terpimpin. Akibat dari system ini berdampak pada perubuhan struktur ekonomi
Indonesia yang akhirnya cenderung berjalan melalui system etatisme, dimana dalam system
ini Negara dan aparatur ekonomi Negara bersifat dominan serta mematikan potensi dan
kreasi unit – unit ekonomi di luar sector negara
Pada masa ini terjadi devaluasi (penilaian nilai uang yang tujuannya guna
membendung inflasi yang tetap tinggi, mengurangi jumlah uang yang beredar di

masyarakat, serta agar dapat meningkatkan nilai Rupiah sehingga rakyat kecil tidak
dirugikan), perlunya membentuk lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam bidang moneter.

Inflasi yang sangat tinggi disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali
Kas negara kosong akibat adanya blockade ekonomi Belanda dengan menutup pintu
perdagangan luar negeri
Perekonomian berjalan tidak mulus disebabkan ketidakstabilan politik dalam negeri
yang dicerminkan oleh beberap pemberontakan di sejumlah wilayah
Kondisi perekonomian Indonesia hampir mengalami stagflasi selama 1955 – 1956
dengan PDB hanya 0.5% dan 0.6%
Kehancuran ekonomi Indonesia menjelang akhir periode orde lama juga di dorong
hiperinflasi yang pada tahun 1966 mencapai 650%
Sistem perkenomian Indonesia terpengaruh haluan komunis meskipun Indonesia
berdasarkan haluan Pancasila
Pada saat periode Demokrasi Terpimpin Indonesia mengalami penurunan
pendapatan dari sector ekspor

6


Melakukan kebijakan ekonomi yang dinggap penting dengan mereformasi moneter
melalui devaluasi mata uang nasional yang saat itu masih gulden dan pemotongan
uang sebesar 50% atas semua uang yang beredar pada cabinet Natsir
Berani menantang kapitalisme yang dianut perusahaan – perusahaan peninggalan
Belanda
Menasionalisasi / mengambil alih perusahaan – perusahaan asing termasuk
perusahan Belanda.
Membangun fasilitasi umum dan pembangun infrastruktur

7

,

(

2

Orde Baru mengawali rezimnya dengan menekankan pa[da perioritas stabilitas
ekonomi, dan politik. Program pemerintah berorientasi pada prioritas stabilitas ekonomi, dan
politik. Program pemerintah berorientasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan

Negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Pentingnya aspek pemerataan disadari betul dalam masa ini sehingga muncul istilah
8 (delapan) jalur pemerataan sebagai basis kebijakan ekonominya, yaitu;
I.

Kebutuhan Pokok

II.

Pendidikan dan kesehatan

III.

Pembagian pendapatan

IV.

Kesempatan kerja

V.


Kesempatan berusaha

VI.

Partisipasi wanita dan generasi muda

VII.

Penyebaran pembangunan

VIII.

Peradilan
Agar implementasi kebijkan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan terencana,

maka kebijakan tersebut dilaksanakan dengan sebutan pola umum pembanguna jangka
panjang (25 – 30 tahun) dan berlangusng dalam periodisasi lima tahunan sehingga dikenal
dengan sebutan PELITA (Pembanguna Lima Tahun).
Tujuan utama dari pelaksanaan repelita I adalah untuk membuat Indonesia menjadi
swasembada, terutama dalam kebutuhan beras. Hal ini dianggap sangat penting mengingat
penduduk Indonesia sangat besar dengan pertumbuhan rata – rata per tahun pada saat itu
sekitar 2.5% dan stabiltas politik juga sangat bergantung pada kemampuan pemerintah
menyediakan makanan pokok bagi masyarakat.
Pada bulan April 1969 repelita I dimulai dari dampaknya juga dari repelita – repelita
berikutnya selama orde baru terhadap perekonomian Indonesia cukup menganggumkan,
terutama dilihat pada tingkat makro. Proses pembangunan berjalan sangat cepat dengan
laju pertumbuhan rata – rata per tahun yang cukup tinggi, jauh lebih baik daripada orde
lama, dan juga relatif lebih tinggi daripada laju rata – rata pertumbuhan ekonomi dari
kelompok NSB. Pada awal repelita I PDB Indonesia tercatat 2,7 triliun rupiah pada harga
berlaku atau 4,8 triliun rupiah pada harga konstan, dan pada tahun 1990 menjadi 188,5
triliun rupiah pada harga berlaku atau 112,4 triliun rupiah pada harga konstan. Selam
8

periode 1969 – 1990 pertumbuhan PDB pada harga konstan rata – rata per tahun di atas 7
%.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia pada zaman Soeharto tidak saja
disebabkan oleh kemampuan kabinet yang dipimpin oleh Prseiden Soeharto yang jauh lebih
baik/solid dibanding pada masa orde lama dalam menyusun rencana, strategi dan kebijakan
pembangunan ekonomi, tetapi juga berkat tiga hal; penghasilan ekspor yang sangat besar
dari minyak, pinjaman luar negeri dan PMA yang khususnya sejak periode 1980 an
perannya di dalam pembangunan ekonomi Indonesia meningkat tajam.
Akan tetapi, pada tingkat meso dan mikro, hasil pembanguna selama itu dapat
dikatakan tidak terlalu memukau seperti pada tingkat makro. Walaupun jumlah orang miskin
mengalami penurunan pada masa orde baru, tetapi jumlah masih besar dan kesenjangan
ekonomi dan sosial cenderung melebar.
Meskipun orde baru berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi fundamental
ekonomi justru rapuh. Titik kulminasi keterpurukan orde baru berujung pada mundurnya
Soeharto dari kursi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Pengeksploitasi Sumber Daya Alam besar – besaran menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia.
Kesenjangan sosial antara kaum miskin dan kaya sangat jelas terlihat.
Banyaknya terjadi KKN
Utang luar negeri Indonesia yang sangat membludak yang besar mencapai US$ 137
Miliar.
Pelaku ekonomi yang dominan yang lebih dari 70% aset kekayaan negara dipegang
oleh swasta
Pembangunan yang tidak merata antar daerah dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat.
Sekitar 40 lebih bank bermasalah dilikuidasi oleh pemerintah
Sejak Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS merosot drastis dan hanya
tinggal bernilai 30%
Mundurnya peningkatan investasi dan modal
9

Investor luar negeri memindahkan modalnya ke luar negeri
Tinggi tingkat pengangguran karena PHK pada saat Krisis Moneter
Menurunnya angka ekspor dan impor secara drastis karena tidak dipercayai
perbankan Indonesia
Munculnya krisis multidimensi akibat krisis 1997 – 1998 .

Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1996 hanya US$70 dan
pada 1996 mencapai lebih dari US$1,000
Indonesia mengalami surplus beras dan diimpor ke India
Pembagunan pada periode Repelita yang berfokus pada industri dan pertanian atau
agro industri untuk diekspor berdampak pada penambahan devisa negara pada saat
itu
Pemerintah berhasil melakukan keberhasilan ekonomi dan peningkatan jumlah
infrastruktur
Melakukan pembangunan ekonomi
Menigkatnya sarana dan prasarana fisik yang dapat dinikmati oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia.

10

8,

/

#,

+0
,9 1

3"#

#44: 5 "%

8*

#44:6

Salah satu tugas penting Presiden Habibie adalah mendapatkan kembali komunitas
negara – negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Untuk menyelesaikan krisis
moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia B.J Habibie melakukan langkah – langkah;
A. Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan pembentukan BPPN dan unit
Pengelolah Aset Negara
B. Melikuidasi beberapan bank bermasalah
C. Menaikkan nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS hingga di bawah IDR 10,000
D. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
E. Mengimplementasi reformasi yang diisyarakatkan IMF
F. Mengesahkan UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
persaingan tidak sehat
G. Mengesah UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Diakhir masa jabatannya nilai tukar rupiah kembali meroket
Tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berivestasi di Indoensia
Kebijakan yang dilakukan tidak dapat memulihkan perekonomian Indonesia dari
krisis

Berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp
10.000 – Rp 15.000.
Memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurus
perekonomian dengan langkah langkah sebagai berikut :
Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN
dan unit Pengelola Aset Negara
Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF

11

Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
",

;

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64

ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TAX PLANNING TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPH TERUTANG PADA PERUSAHAAN PT. IER (Studi Kasus Pada PT. IER)

16 148 78