Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakikat Pembelajaran Tematik
Menurut

Sagala

(2009:

61)

pembelajaran

merupakan

kegiatan

membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
menjadi penentu utama keberhasilan pendidikan, pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah. Sudjana (2004:28) mengatakan hal yang sama mengenai

pengertian pembelajaran. Ia menjelaskan bahwa pembelajaran yang dapat
diartikan sebagai setiap upaya sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar
terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik
(warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan”. Rusman (2012 : 93) juga sependapat dengan Sagala dan Sudjana
mengenai pengertian pembelajaran, yaitu menurut Rusman pembelajaran yang
pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik
interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran.
Permendikbud no 65 tahun 2013 menjelaskan bahwa proses pembelajaran
sekarang ini mengacu pada kurikulum 2013 yang pada hakikatnya, kegiatan inti
dari suatu proses pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih.
Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan cara-cara yang bersifat
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar dengan
cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan
kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Prastowo (2013:122) mendefinisikan tematik adalah suatu hal yang pokok
atau berkenaan dengan tema. Orientasi tematik yaitu proses penyatuan, pada
hakikatnya tematik berorientasi pada satu wujud melalui penyesuaian dengan

suatu tema (objek) tertentu. Maka, tematik dapat disimpulkan sebagai suatu pokok
pikiran yang disatukan dalam tema yang berkaitan dengan beberapa objek.
Tematik dalam bidang pendidikan diterapkan pada pembelajaran yang
mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu, sehingga disebut sebagai pembelajaran
6

tematik. Sukmadinata (2004;197) juga memiliki pendapat yang sama mengenai
pengertian tematik. Ia menjelaskan tematik merupakan

sebagai suatu

pembelajaran yang memfokuskan pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara
terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran.
Trianto (2011:70) menjelaskan, pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Tema yang
diberikan merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi topik
pembelajaran. Prabowo (2002:2) juga berpendapat sama mengenai pengertian
pembelajaran tematik. Ia memaknai pembelajaran tematik merupakan suatu proses


pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Istilah
pembelajaran

tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran

yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Berbeda pendapat dari
Trianto dan Prabowo mengenai pengertian pembelajran tematik, Daryanto (2014:
92) menjelaskan mengenai pengertian pembelajaran tematik sesuai dnegan teori
konstruktivisme memandang proses pembelajaran melalui pengalaman langsung
(direct experience). Siswa mengkonstruksi pengetahuannya dari interaksi
langsung dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. pengetahuan
tidak bisa ditransfer begitu saja dari guru ke siswa. Siswa harus membangun
sendiri pengetahuannya, sebab pengetahuan bukan sesuatu yang usdah jadi tetapi
harus dibangun melalui keaktifan siswa.
Pembelajaran tematik dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik yang diterbitkan Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
dalam Prastowo (2013 : 126)


dimaknai sebagai pola pembelajaran yang

mengintegrasikan pengetahuan keterampilan, kreativitas, nilai, dan sikap
pembelajaran dengan menggunakan tema. Dengan demikian, pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang melibatkan beberapa pelajaran yang
diikat dalam tema-tema tertentu. Keterpaduan dalam pembelajaran dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

7

2.1.2. Tujuan dan Karakteristik Pembelajaran Tematik
Tujuan Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud no 57 Tahun 2013 yaitu
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
Karakteristik kurikulum 2013 Menurut Permendikbud no 57 Tahun 2013
yaitu keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

Serta

mengembangkan

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan

untuk

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Kompetensi
inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, di mana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Pada kompetensi dasar
dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat


dan

memperkaya antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal
dan vertikal).

2.1.3

Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Trianto dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran
Terpadu, ia menyatakan bahwa :
“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau
Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” sendiri
berasal dari kata dalam ahasa Latin “scientia” yang berarti saya tahu. “science”
terdiri dari social scientes (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu
Pengetahuan Alam). Namun, dalam perkembangannya science sering
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja,
walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi (Trianto,
2010: 136).“


Menurut Trianto (2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya
merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan
sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai
suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek

8

studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai
aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi
kemudahan bagi kehidupan.
Menurut Sutrisno dkk, (2007: 1.29) IPA merupakan salah satu dari banyak
jenis ilmu pengetahuan, mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses, sebagai
prosedur dan sebagai produk.
a)

IPA sebagai proses
Memahami IPA berarti memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta

dan


memahami

bagaimana

menghubungkan

fakta-fakta

untuk

menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik
dan analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedurprosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains.
b)

IPA sebagai prosedur
Yang dimaksud IPA sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang

dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian pada umumnya yang lazim
disebut metode ilmiah

c)

IPA sebagai produk
IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa pengetahuan

yang diajarkan dalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk
penyebaran pengetahuan.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi (Depdiknas, 2003: 2) adalah sebagai berikut:
a.

Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b.

Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

c.

Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan

teknologi.

d.

Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

9

Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang dipergunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk
sains, IPA sebagai prosedur yaitu metodologi yang dipakai untuk mengetahiu
sesuatu atau penelitian, dan IPA sebagai produk maksudnya adalah hasil dari
proses berupa pengetahuan, sekumpulan konsep-konsep dan fakta.

2.1.4. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui hasil
belajar. Dimyati dan Mudjiono (2002:36) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sependapat dengan Dimyati

dan Mudjiono, Poerwanti (2008:1.37) menjelaskan hasil belajar merupakan suatu
kualitas pemahaman siswa terhap materi pembelajaran, untuk mengetahui hasil
belajar siswa, guru diharuskan memberi kuantitas yang berupa angka-angka pada
kualitas dari suatu gejala yang berdifat abstrak. Pengukuran hasil belajar pada
penelitian ini menggunakan teknik tes berupa soal-soal tes hasil belajar yang
harus dikerjakan oleh siswa yang akan menghasilkan data kuantitatif tentang
angka.
Perolehan hasil belajar tentu saja tidak lepas dari berbagai faktor yang
telah mempengaruhinya. Hasil belajar siswa yang diperoleh akan maksimal jika
selama proses belajar dilakukan dengan baik tanpa ada faktor penghambat.
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar.
Ada tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu :
a.

Faktor jasmaniah
Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor jasmaniah yang dapat

mempengaruhi belajar adalah faktor kesehatan dan cacat tubuh.

10

b.

Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor ini adalah : intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c.

Faktor kelelahan
Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern yang
berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010:60) dikelompokan menjadi
3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a.

Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b.

Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar,
dan tugas rumah.
c.

Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar yaitu berupa kegiatan

siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Pembelajaran di sekolah erat kaitanya dengan kemampuan siswa dalam
membangun pengetahuan dan pengembangan skill-skill pengetahuan di mana
kemampuan tersebut masuk dalam ranah kognitif. Hal ini yang menjadi acuan
utama penilaian hasil belajar pembelajaran tematik kelas 5 SDN Ngablak 05
adalah pada ranah kognitif. Ranah kognitif ini meliputi enam aspek yaitu,
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

11

Ranah kognitif meliputi pemikiran tentang fakta, konsep dan pola prosedural
yang dapat mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik. Begitu pula
dengan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning yang pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang melibatkan
kemampuan berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan dengan melibatkan
kemampuan berpikir intelektual siswa baik secara individu maupun kelompok.
Oleh sebab itu peneliti memfokuskan tinjauan dalam penelitian ini pada ranah
kognitif.

2.1.5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Trianto (2011: 67) model pembelajaran PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan berdasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelididkan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Selanjutnya Suprihatiningrum
(2014: 216) mengemukakan bahwa pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah suatu pembelajaran yang mana sejak awal siswa dihadapkan pada suatu
masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student
centered. PBL bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk
pengetahuannya secara efisien, kontekstual, dan terintegrasi. Pengertianmodel
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Ratumanan (2002: 123)
yaitu merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Berdasarkan pendapat Trianto, Suprihatiningrum dan Ratumanan, dapat
dikemukakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memiliki komponen:
1) Suatu sistem pembelajaran
2) Berangkat dari permasalahan pembelajaran
3) Adanya penyelidikan ilmiah untuk memecahkan masalah

12

4) Siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri.
Dari komponen-komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan sistem pembelajaran
yang bermula dari masalah nyata dalam pembelajaran, kemudian dilakukan
penyelidikan ilmiah untuk memecahkan masalah, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri. Pada proses pembelajaran tidak hanya mengharapkan
siswa untuk mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning
Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) Paul Enggen dan Don
Kauchak (2012: 311), yaitu:
1. Mereview dan menyajikan masalah
Siswa menerima masalah yang spesifik dan konkret untuk dipecahkan dari
guru.
2. Menyusun strategi
Siswa menyusun strategi untuk memcahkan masalah dan guru memberi
mereka umpan balik soal strategi.
3. Menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-strategi mereka dan memberikan umpan balik.
Pada fase ini memberikan siswa pengalaman untuk memcahkan masalah.
4. Membahas dan mengevaluasi hasil
Siswa dengan bimbingan guru diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang
mereka dapatkan. Pada fase ini guru memberikan umpan balik tentang upaya
yang telah dilakukan siswa.

13

Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) menurut Ibrahim (2003:13)
yaitu:
1. Orientasi siswa pada masalah

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang

tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dibantu guru

untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatlan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan,
video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa bersama guru melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan
penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun
penelitian yang terdahulu diantaranya sebagai berikut:
Penelitian yang dilaksanakan oleh Ralita Ayu Trisnaningsih pada tahun
2014 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunkan
Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 4 SDN 01
Candisari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Ajaran
2013/2914. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Model
Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada
siswa kelas 4 SDN 01 Candisari dengan langkah-langkah sebagai berikut orientasi

14

siswa pada situasi masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar dari pra
siklus rata-rata 67,5, siklus I rata-rata 78 dan siklus II rata-rata 85,5. Peningkatan
ketuntasan belajar terjadi secara bertahap dari pra siklus tuntas 14 siswa (46,7%),
siklus I tuntas 23 siswa (76,7%) dan siklus II tuntas 27 siswa (90% ).
Penelitian yang dilaksanakan oleh Frizta Wahyu Pety Perida pada tahun
2013 yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Sumber Daya
Alam melalui Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 4
SD N 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun
2012/2013. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Model
Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas 4 di SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan dengan
materi sumber daya alam setelah menggunakan model Problem Based Learning.
Hal ini nampak pada perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi
prasiklus sebesar 29,17%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II
meningkat menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Hasil
penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD
terutama dalam menggunakan model Problem Based Learning.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Siti Novi Andriastutik pada tahun 2013
yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas 5 Semester 2 Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran
2012/2013. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Model
Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa. peningkatan ini dapat dilihat dari kenaikan rata-rata haisl
belajar matematika siswa pada pra siklus, siklus 1, siklus 2 diperoleh peningkatan
yaitu 62,3 pada pra siklus , 66,9 pada siklus 1 serta meningkat menjadi 77,5 pada
siklus 2. Serta ketuntasan hasil belajar matematika siswa mengalami penigkatan
pada tiap siklus yaitu 44 % pada pra siklus, 72% pada siklus 1 serta meningkat

15

menjadi 984 matematika siswa. peningkatan ini dapat dilihat dari kenaikan ratarata haisl belajar matematika siswa pada pra siklus, siklus 1, siklus 2 diperoleh
peningkatan yaitu 62,3 pada pra siklus , 66,9 pada siklus 1 serta meningkat
menjadi 77,5 pada siklus 2. Serta ketuntasan hasil belajar matematika siswa
mengalami penigkatan pada tiap siklus yaitu 44 % pada pra siklus, 72% pada
siklus 1 serta meningkat menjadi 94% pada siklus II.

2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil kajian teori dan penelitian yang relevan, hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Menurut Trianto (2011: 67) model pembelajaran PBL merupakan
suatu model pembelajaran yang didasarkan berdasarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelididkan
yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Model pembelajaran problem based learning dapat membuat pembelajaran
berhasil karena model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang
dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berfikir kritis, dan
keterampilan komunikasi. Pada proses pembelajaran tidak hanya mengharapkan
siswa untuk mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui model pembelajaran problem based
learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar tematik siswa.
Berdasarkan paparan diatas dapat di gambarkan secara sistematis kerangka
berfikir sebagai berikut:

16

Pembelajaran tematik: tema indahnya kebersamaan

Pendekatan PBL

Aspek
afektif

1. Orientasi siswa pada masalah

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
Aspek
kognitif

Skor
Nontes

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

4.

Skor tes

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Aspek
psikomotorik

Hasil belajar ≥KKM

1 Gambar 1
Skema Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

17

2

2.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil
belajar tematik dapat diupayakan melalui model pembelajaran problem based
learning pada siswa kelas 4 SD Negeri Ngablak 05 semester II tahun pelajaran
2016-2017.

18
3

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22