0 Kesalahan Suami Terhadap Isteri

10 Kesalahan Suami Terhadap Isteri

10 Kesalahan Suami Terhadap Isteri. Keutuhan sebuah rumahtangga sangat dipengaruhi oleh
baiknya kepemimpinan seorang suami (sebagai kepala keluarga) dalam membina keluarganya. Lebihlebih lagi adalah SIKAP & PERILAKUnya dalam bergaul dengan isterinya. Suami isteri sebagai tokoh
UTAMA dalam sesebuah rumahtangga, bila mengalami kerusakan maka bangunan rumahtangga pun
akan runtuh. Disebabkan hubungan ini seharusnya sangat dijaga dengan memperhatikan HAK &
KEWAJIBAN masing-masing. Bagi suami isteri harus saling menunaikan kewajibannya setelah itu baru
boleh mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Jika kita melihat kenyataan dalam masyarakat, dua sikap suami yang saling bertentangan dalam
menyantuni isteri mereka, sikap inilah yang perlu di ambil perhatian, hal ini dapat menimbulkan masalah
yang berujung dengan sebuah perceraian.
Pertama, suami yang meremehkan isterinya, yang mensia – siakan hak-haknya & melakukan pelbagai
kesalahan berkaitan dengan hak isterinya.
Kedua, suami melepaskan kendalinya terhadap isteri & membebaskannya begitu saja (dalam kata lain, ,
suami ber ‘LEPAS TANGAN’).

Allah berfirman dalam Al-Quran, Surah An Nisa : 34 :
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki atas
sebahagian yang lain (wanita) & mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka.
Sebab itu, maka wanita yg soleh, ialah yang taat Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita- wanita yg kamu khuatirkan nusyuznya, maka

nasihatilah mereka & pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka & pukullah mereka. Kemudian jika
mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari–cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”
Berikut ini adalah 10 (sepuluh) KESALAHAN-KESALAHAN suami yang banyak dilakukan, yang kesemuanya
berdasarkan kepada dua sikap keliru tipe para suami diatas:
1. Tidak mengajarkan AGAMA dan HUKUM syariat Islam kepada isteri
Banyak kita temui bahwa para isteri tidak mengetahui bagaimana cara sholat yang betul, hukum haid &
nifas, bertingkah laku/berperilaku terhadap suami secara tidak Islami & tidak mendidik anak-anak secara
Islam. Bahkan ada yang terjerumus ke dalam pelbagai jenis kesyirikan. Yang menjadi fokus perhatian
seorang isteri hanyalah bagaimana cara memasak & menghidangkan makanan tertentu, cara berdandan
yang cantik dsb. Tidak lain semua kerana tuntutan suami, sedangkan masalah AGAMA, terutama
ibadahnya tidak pernah ditanyakan oleh suami.
Padahal Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:

“Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu & keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia & batu, penjaganya malaikat – malaikat yang kasar, keras & tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan apa yang diperintakan” {AlQuran, Surah At-Tahrim:6}
Maka para suami diminta untuk tidak sesekali mengABAIkan hal ini, karena semuanya akan diminta
dipertanggungjawaban atasnya. Hendaklah benar-benar mengajarkan agama kepada isterinya, baik
dilakukan sendiri atau melalui perantara. Antara lain yang dapat dilakukan; menghadiahkan buku-buku

tentang Islam & hukum-hukumnya serta berbincang bersama-sama, kaset/cd ceramah, mengajak
isterinya menghadiri ke majlis-majlis ILMU yang disampaikan oleh orang-orang yang berilmu dsb.. (yang
paling praktis.. ajaklah solat berjamaah di rumah atau di masjid )
2. Suka mencari kekurangan & kesalahan isteri
Dalam suatu hadith riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah s.a.w melarang lelaki yang berpergian dalam
waktu yang lama, pulang menemui keluarganya di waktu malam, karena dikhawatirkan akan mendapati
berbagai kekurangan isteri & cela isterinya. Bahkan suami diminta bersabar & menahan diri dari
kekurangan yang ada pada isterinya, juga ketika isteri tidak melaksanakan kewajibannya. Karena suami
juga mempunyai kekurangan & celaan, seperti sabda Rasulullah:

“Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu
akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” {H.R. Muslim}
3. Memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan isteri
Ini termasuk bentuk kezaliman terhadap isteri, antara lain iaitu:
(a) Menggunakan pukulan di tahap awal pemberitahuan hukuman {lihat Al-Quran, Surah An-Nisa : 34}
(b) Mengusir isteri dari rumahnya tanpa ada kebenaran secara syar’ie {lihat Al-Quran, Surah AthThalaq : 1}
(c) Memukul wajah, mencela dan menghina.
Dalam as-Sunan dan al-Musnan dari Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi bahawa ia berkata: “Ya Rasulullah,
apakah HAK isteri atas suaminya? Nabi s.a.w menjawab:


“Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau
berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya …..” {H.R. Ibnu Majah disahihkan oleh
Syeikh Albani}
4. Culas dalam memberi nafkah kepada isteri
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun yaitu bagi orang yang hendak
menyempurnakan penyusuan itu; dan kewajiban ayah ialah memberi makan dan pakaian kepada
isterinya itu menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut
kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita karena anaknya, dan (jangan juga
menjadikan) seseorang ayah itu menderita karena anaknya; dan waris juga menanggung kewajiban
yang tersebut (jika si ayah telah tiada). kemudian jika keduanya (suami isteri berkeinginan
menghentikan penyusuan itu dengan persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding,
maka mereka berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu
menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang
kamu berikan itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah,
sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apapun yang kamu lakukan.” {Al-Quran, Surah Al-Baqarah :
233}
Isteri BERHAK mendapatkan nafkah, kerana dia telah membolehkan suaminya bersenang–senang
kepadanya, dia telah mentaati suaminya, tinggal di rumahnya, mengasuh & mendidik anak-anaknya. Dan
jika isteri mendapati suaminya culas dalam memberi nafkah, bakhil, tidak memberikan nafkah kepadanya
tanpa ada pembenaran syar’i, maka dia boleh mengambil harta suami untuk mencukupi keperluannya

secara ma’ruf (tidak berlebihan) meskipun tanpa sepengetahuan suaminya.

Sabda Rasulullah s.a.w:
“Jika seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk keluarganya sedangkan dia mengharapkan pahalanya,
maka nafkah itu adalah sedekah baginya.” {Muttafaq ‘alaih}
5. Sikap keras, kasar, tidak lembut terhadap isteri
Rasulullah s.a.w bersabda: “Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Dan
sebaik–baik kalian adalah yang paling baik tehadap isteri-isterinya.” {H.R. at-Tirmidzi, disahihkan oleh
Syeikh Albani}
Maka suami hendaklah berakhlak baik terhadap isterinya dengan bersikap lembut & menjauhi sikap
kasar.
6. Kesombongan suami membantu isteri dalam urusan rumahtangga
Ini kesalahan yang paling banyak MENJANGKITI para suami. Padahal lelaki yang paling UTAMA yakni
Rasulullah s.a.w tidak segan untuk membantu pekerjaan isterinya.
Ketika Aisyah r.a ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w di rumahnya, beliau menjawab:

“Beliau membantu pekerjaan isterinya & jika datang waktu solat, maka beliau pun keluar untuk solat.”
{H.R. Bukhari}
7. Menyebarkan rahasia dan aib isterinya
“Sesungguhnya diantara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah

seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia menyebarkan rahasiarahasia isterinya.” {H.R. Muslim}
Dalam hadith ini diHARAMkan seorang suami menyebarkan apa yang terjadi antara dia dengan isterinya
terutama perilaku keduanya di tempat tidur. Juga diharamkan menyebutkan perinciannya, serta apa yang
terjadi pada isterinya baik berupa perkataan maupun perbuatan lainnya.

8. Sikap terburu-buru dalam menceraikan isteri
Wahai suami yang mulia, sesungguhnya hubungan antara engkau & isterimu adalah hubungan yang kuat
lagi suci, oleh karena itu Islam menganggap penceraian adalah perkara besar yang tidak boleh
diremehkan karena penceraian akan menyeret kepada kerusakan, kacau balaunya pendidikan anak dsb.
Dan hendaknya perkataan cerai/talak itu tidak digunakan sebagai bahan gurauan/mainan. Karena
Rasulullah s.a.w telah bersabda:

“Ada 3 hal yang kesungguhannya dan gurauannya sama-sama dianggap sungguh-sungguh yaitu: NIKAH,
TALAK (cerai) dan RUJUK.” {H.R. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai “hasan” oleh asy-Syeikh
Albani}
Memang perselisihan antara suami isteri sering terjadi kadang sampai mengarah kepada penceraian.
Akan tetapi penceraian ini tidak boleh dijadikan sebagai langkah pertama dalam penyelesaian perselisihan
ini. Bahkana harus diusahakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, karena kemungkinan besar akan
banyak rasa penyesalan yang ditimbulkan dikemudian hari kelak.


Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgahsananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus para
tentaranya. Maka tentara yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya
(penyesatannya). Maka datanglah salah satu tenteranya dan melapor: Aku telah melakukan ini dan itu,
maka Iblis berkata: Engkau belum melakukan apa-apa, kemudian datanglah tentara yang lain dan
melapor: Aku telah menggodanya hingga akhirnya aku menceraikannya dengan isterinya. Maka Iblis pun
mendekatkan tentara syaitan ini di sisinya lalu berkata: Engkau tentara terbaik.” {H.R. Muslim}
9. Berpoligami tanpa memperhatikan ketentuan syari’at
Menikah untuk kedua kali, ketiga dan keempat kali merupakan salah satu perkara yang Allah syariatkan.
Akan tetapi yang menjadi catatan di sini bahwa sebahagian orang yang ingin menerapkan syariat
ini/telah menerapkannya tidak memperhatikan sikapnya yang tidak memenuhi kewajiban serta
tanggungjawab terhadap isteri. Terutama isteri pertama & anak-anaknya.

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.” {Al-Quran,
Surah An-Nisa : 3}
Sikap ini merupakan KEADILAN yang diperintahkan Allah s.w.t. Memang benar berpoligami merupakan
syariat Islam, tetapi jika seseorang tidak mampu melaksanakannya dengan baik & tidak memenuhi
syarat-syaratnya maka tidak boleh memikul tanggungjawabnya, bila dilakukan maka menjuruskan
kerusakan sebuah rumahtangga, menghancurkan anak-anak & menambah permasalahan keluarga & juga
kepada masyarakat. Maka fikirkanlah akibatnya & perhatikanlah dengan saksama perkaranya sebelum

masuk kelayakan ke’dalam’nya.
10. Lemahnya kecemburuan
Para suami memBIARkan kemolekan, keindahan & kecantikan isterinya DINIKMATI & DIPERTONTONkan
oleh ramai orang. Dia memBIARkan isterinya menampakkan auratnya ketika keluar rumah, membiarkan
berkumpul dengan lelaki-lelaki lain. Bahkan sebahagian ada yang BANGGA karena telah memiliki isteri
yang cantik yang boleh dinikmati ‘pandangan’ kebanyakan orang. Padahal wanita dimata Islam adalah
makhluk yang SANGAT mulia, sehingga keindahan & keelokannya hanya diperuntukkan atau
DIKHUSUSkan buat suaminya saja dan tidak sesekali di’jaja’ sebebasnya kemana-mana.
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap istrinya tidak akan membiarkan isterinya berjabat
tangan dengan lelaki lain yang BUKAN mahram.

“Ditusukkan kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi lebih baik daripada dia menyentuh seorang
wanita yang tidak halal baginya.” {lihat dalam ash-Shahihah : 226}
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap isterinya, dia akan memperhatikan sabda Rasulullah
s.a.w:

“Janganlah kalian masuk menemui para wanita.” lalu seorang Ansar berkata, “Wahai Rasulullah,
bagaimana dengan al-hamwu (kerabat suami/ipar )?” Beliau mengatakan, “Al- hamwu (ipar) adalah
kematian.” {Muttafaq ‘alaih}
Perhatikan juga ancaman Rasulullah s.a.w terhadap lelaki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap

keluarga (isteri):

“Tiga golongan yang Allah s.w.t tidak akan melihat mereka pada hari kiamat iaitu seseorang yang
durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts” {H.R. An-Nasa’i
dinilai ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah : 674}
Dan ad-Dayyuts(dayus) adalah LELAKI yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarganya.
Semoga bermanfaat buat kita semua.. insyaAllah

26 Dosa Istri Kepada Suami Dan 32 Dosa suami kepada Istri
Bila masing-masing suami istri menunaikan kewajibannya secara sempurna sesuai dengan
kesanggupannya, maka kebahagiaan dan kegembiraan akan terwujud, problematika akan hilang atau
paling tidak berkurang. Kondisi ini sangat berpengaruh pada kebaikan keluarga dan kekuatan umat.
Dalam tulisan ini mengangkat beberapa penjelasaan dari karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd dalam
bukunya berjudul; 26 dosa istri dan 32 dosa suami yang meletarbelakangi beberapa kesalahan dan dosa
yang mungkin istri dan suami lakukan.
Menyebutkan kesalahan bukan berarti kesalahan tersebut mencakup seluruh istri begitupun kepada
suami. Di antara mereka ada yang memiliki banyak kebaikan dan sedikit kekurangan. Juga tidak
bermaksud agar suami istri menjadikan kesalahan tersebut sebagai media untuk menghitung-hitung aib
istri dan suami.
26 Dosa Istri Kepada Suami:

1. berlebihan dan menuntut kesempurnaan
2. kurang memperhatikan orang tua suami
3. kurang mempercantikkan diri di hadapan suami
4. banyak berkeluh kesah dan kurang bersyukur
5. mengungkit ungkit kebaikan kepada suami
6. menyebarkan masalah rumahtangga kepada orang lain
7. kurang memperhatikan posisi dan status sosial suami
8. kurang membantu suami dalam kebajikan dan ketakwaan
9. membebani suami dengan banyak tuntutan
10. membuat suami risau dengan banyak menjalin hubungan
11. bersikap nusyuz terhadap suami
12. menolak ajakan suami berhubungan badan
13. lalai dalam melayani suami
14. memasukkan orang yang tidak diizinkan suami de dalam rumahnya
15. keluar dari rumah tanpa izin suami
16. menaati suami dalam kemaksiatan kepada Allah swt
17. cemburu berlebihan terhadap suami
18. buruknya perilaku isteri bila suamiberpoligami
19. lalai dalam mendidik anak-anak
20. kurang perhatian terhadap keadaan dan perasaan suami

21. menyebarluaskan rahsia tempat tidur
22. isteri mendeskripsikan seorang perempuan kepada suami
23. menggugat kepimpinan suami
24. isteri yang ikhtilah dan tabarruj di hadapan kaum laki-laki
25. kurang setia terhadap suami
26. kurangnya ketakwaan kepada Allah setelah berpisah dari suami
Mengintip Dosa Suami
32 Dosa suami kepada Istri
1. Lalai Berbakti kepada orang tua setelah menikah
2. Kurang serius dalam mengharmonisasikan antara istri dan orang tua
3. Ragu dan buruk sangka kepada istri
4. Kurang memiliki sikap cemburu terhadap istri
5. Meremehkan kedudukan istri
6. Melepaskan kendali kepemimpinan dan menyerahkannya kepada istri
7. Memakan Harta istri secara batil
8. Kurang semangat dalam mengajari istri ajaran-ajaran agamanya
9. Bersikap pelit terhadap istri
10. Datang secara tiba-tiba setelah lama pergi

11.

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25,
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Banyak mencela dan mengkritik istri
Kurang berterima kasih dan memotivasi istri
Banyak bersengketa dengan istri
Lama memutus hubungan dan meninggalkan istri tanpa sebab yang jelas
Sering berada di luar rumah dan jarang bercengkrama dengan keluarga
Interaksi yang buruk dengan istri
Tidak menganggap penting berdandan untuk istri
Kurang perhatian terhadap Doa yang dituntun ketika menggauli istri
Kurang memperhatikan Etika, Hikmah dan Hukum hubungan badan
Menyebarkan rahasia ranjang
Tidak mengetahui kondisi biologis perempuan
Menggauli istri ketika haid
Menggauli istri pada duburnya
Memukul istri tanpa alasan
Kesalahan tujuan poligami
Tidak bersikap Adil antara beberapa istri
Terburu-buru dalam urusan Talak
Tidak mau mentalak, padahal sudah tdk mungkin ada perbaikan dan kecocokan
Mencela istri setelah berpisah dengannya
Menelantarkan anak-anak setelah mentalak istri
Kurang setia terhadap istri
Kurang puas dan selalu melirik perempuan lain

TANGGUNG JAWAB SUAMI TERHADAP ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA

Sejauh mana standar keilmuan dan keagmaan yang seharusnya dimiliki suami? Suami adalah pemimpin
dalam rumah tangga dan bertanggung jawab terhadap mereka. Apakah misalnya jika isteri atau anakanak melakukan perkara yang melanggar syariat, maka suami ikut berdosa dan berhak menerima azab
dari Allah karena dia tidak menunaikan amanah?

Alhamdulillah
Pertama:
Untuk mengenal ciri-ciri suami yang saleh, hendaknya dilihat jawaban terhadap soal no. 5202, atau 6942.
Kedua:
"Seorang suami adalah pemimpin di tengah keluarganya dan dia akan ditanya tentang orang-orang yang
dipimpinnya." Sebagaimana hadits shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka dia
bertanggung jawab untuk mendidiknya dan mendidik isterinya serta anak-anaknya. Siapa yang lalai
dalam hal ini, kemudian sang isteri dan anak-anaknya berbuat maksiat, maka dia berdosa, karena
sebabnya adalah karena dia tidak mendidik dan mengajarkan mereka. Jika dia tidak lalai dalam mendidik
anak dan kemudian keluarganya melakukan sebagian kemaksiatan, maka dia tidak berdosa. Akan tetapi,
dia tetap diwajibkan mengingatkan mereka setelah terjadi kemaksiatan tersebut agar mereka
meninggalkan perkara-perkara yang bertentangan dengan syariat.
Syekh Saleh Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
"Pendidikan terhadap anak-anak hendaknya dimulai pada usia mumayyiz. Awali dengan pendidikan
agama, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
(‫مروا ووداكم باللةا لسبع واضربوهم عليها لعشر وفرقوا بينهم في المضاجع )رواه وبو ااوا‬

"Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah pada usia sepuluh tahun.
Pisahkan tempat tidur di antara mereka." (HR. Abu Daud)
Jika sang anak telah mencapai usia tamyiz, maka ketika itu, bapaknya diperintahkan untuk
mengajarkannya dan mendidiknya dengan cara mengajarkannya Al-Quran dan beberapa hadits-hadits.
Juga hendaknya dia mengajarkan sang anak hukum-hukum syariat yang sesuai dengan usia anak-anak,
misalnya mengajarkannya bagaimana berwudu, bagaimana shalat, kemudian mengajarkannya zikir untuk
tidur, ketika bangun tidur, ketika makan, minum. Karena, jika anak sudah mencapai usia tamyiz, maka
dia sudah dapat memahami perintah dan larangan. Kemudian hendaknya dia juga dilarang dari perkaraperkara yang tidak layak sambil menjelaskan bahwa hal-hal tersebut tidak dibolehkan melakukannya,
seperti dusta, namimah, dan lainnya. Sehingga dia terdidik dengan benar dan meninggalkan keburukan
sejak kecil. Ini perkara yang sangat penting dan sering dilalaikan sebagian orang tua.
Banyak orang-orang yang tidak memperdulikan urusan anak-anaknya dan tidak memberinya arahan yang
benar. Mereka biarkan saja anaknya tidak mengerjakan shalat tanpa mengarahkannya. Mereka biarkan
anaknya tumbuh dalam kebodohan dan perbuatan yang tidak baik serta bergaul dengan orang-orang
yang buruk, hilir mudik di jalan-jalan dan mengabaikan pelajaran mereka atau perbuatan-perbuatan
negatif lainnya yang terjadi di tengah para pemuda muslim akibat kelalaian orang tuanya. Mereka akan
ditanya tentang masalah ini, karena Allah menyerahkan tanggung jawab terhadap anak-anaknya di
pundak mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Perintahkan anak-anak kalian untuk
melakukan shalat pada saat usia mereka tujuh tahun, dan pukulah mereka pada usia sepuluh tahun." Ini
merupakan perintah dan tugas bagi orang tua. Maka siapa yang tidak memerintahkan anak-anaknya
melakukan shalat, dia telah bermaksiat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan melakukan
perbuatan yang diharamkan serta meninggalkan kewajiban yang diperintahkan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
ditanya tentang orang-orang yang dia pimpin." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagaian orang tua, ironisnya, sibuk dengan urusan dunianya dan tidak memperdulikan anak-anaknya.
Mereka tidak menyisihkan waktunya untuk anak-anaknya. Akan tetapi seluruh waktunya hanya untuk
dunia. Ini merupakan bahaya yang besar dan banyak terjadi di negeri-negeri Islam yang dampaknya
sangat negatif terhadap pendidikan anak-anak mereka. Maka sesungguhnya mereka tidak mendapatkan
kebaikan, baik untuk agama maupun dunianya. Laa haula wa laa quwwata illa billahil'aliyyil aziim

Kewajiban Suami Terhadap Istri
Terkadang dalam kehidupan sehari hari,para suami suka merendahkan peran istri dalam rumah tangga.
Padahal pada kenyataannya istri sangat berperan, bahkan boleh dibilang lebih banyak peran yang
dimainkan seorang istri dibandingkan suami. Coba kita bayangkan, mulai dari tugas rutin seperti
mengurus rumah, anak, melayani kebutuhan suami dan tak jarang tugas yang semestinya di jalankan
seorang suami dalam mencari nafkah juga dikerjakan oleh istri.
Meski demikian, sekali lagi dalam kenyataannya peran yang demikian itu oleh sebagian suami kurang
dihargai. Masih saja suami menuntut lebih, seolah tak mau tahu dengan kondisi fisik yang dialami sang
istri karena lelahnya dalam menjalankan tugas rumahnya. Seperti misalnya ketika suami pulang larut
malam , istri terlelap tidur sehingga tidak mendengar suami memintanya membuka pintu, lalu suami
marah besar karena hal tersebut, atau saat pagi hari karena sibuk mengurusi keperluan anak sampai lupa

membuatkan kopi atau sarapan untuk suami, sehingga tak jarang terjadilah kekerasan dalam rumah
tangga ( KDRT ) yang berujung pada perceraian dengan alasan karena tidak ada kecocokan. Adakalanya
perlakuan kasar terhadap istri dengan alasan karena istri tidak patuh, tidak melayani suami dengan baik
dll alasan yang di jadikan senjata oleh suami.
Padahal dalam islam penghargaan suami terhadap peran istri menjadi tolak ukur dalam hal keimanan
seorang muslim,sebagaimana yang di sabdakan oleh rosullullah SAW dalam salah satu hadistnya,dari
abul hasan al-fira, dari Muhammad bin ghalib al-baghdadi, dari al- hasan bin ali, dari al- Fadhl bin Sahl,
dari ibnu atikah, dari anas bin malik RA , ia berkata : “ rosulullah SAW ditanya , Siapakah orang mukmin
yang paling sempurna imannya ?, Beliau bersabda, Yang paling baik akhlaknya kepada keluarganya,”.
Lalu siapa contoh yang dapat ditiru dalam hal hubungan suami istri yang paling baik kalau bukan
Rosullullah Muhammad SAW.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, tatkala beliau pulang dan istrinya tidak membukakan pintu, beliau rela
tidur diteras rumah, sampai pada pagi harinya saat membuka pintu sang istri kaget melihat baginda rosul
tidur diluar tanpa alas. Apa yang dikatakan beliau pada sang istri, bukannya cacimaki tapi kata –kata
maaf nan lemah lembutlah yang keluar dari bibirnya,bahwa dia tidak ingin mengganggu istirahat istrinya.
Atau ketika bajunya sobek beliaupun rela menjahitnya sendiri tanpa minta di bantu istrinya. Bahkan
panggilan kesayangan kerap keluar dari bibir beliau saat memanggil istri-istri nya. Subhanallah… Seorang
sahabat, Umar RA pun mencontohkan kepada kita tentang bagaimana kita harus memperlakukan istri
sebagai teman dan pendamping hidup.
Suatu ketika ada seorang yang ingin mengadukan perihal keadan istrinya. Saat sampai di rumah khalifah
dia mendengar ummu kalsum sedang bertengkar dengannya. Orang itupun lalu berkata “ saya ingin
mengadukan tentang kelancangan istriku kepadaku, akan tetapi karena mendengar hal serupa dalam
rumah tanggamu, maka saya kembali”, Umar berkata “ Kita harus memaafkannya, karena ia mempunyai
hak yang harus kita laksanakan . Pertama, Ia merupakan penghalang bagiku dari api neraka, dimana
hatiku merasa tenteram dan jauh dari hal yang haram. Kedua, ia menjadi penjaga rumah ketika aku pergi
dan ia pula yang menjaga hartaku, Ketiga, ia menjadi tukang cuci pakaiannku. Keempat, ia menjadi ibu
bagi anak-anakku. Kelima, ia menjadi tukang masaka makanannku .” Lalu orang itu berkata “ istriku juga
begitu, maka apa yang engkau maafkan atasnya saya juga memaafkannya.”
Lalu apa saja kewajiban suami terhadap istri ?, Abu laits As- samarkandi mengatakan, ada Lima hal hak
istri yang harus ditunaikan oleh suami :
1. Suami tidak membiarkan istrinya keluar rumah tanpa ada hal penting, karena istri merupakan aurat
dan keluarnya dihadapan orang banyak menyebabkan dosa dan merusak kesopanan.
2. Suami harus mengajarkan ilmu agama, terutama ilmu dalam beribadah yang wajib seperti cara
beruwudhu, sholat, puasa dan lainya.
3. Memberikannya makanan yang halal, karena makanan yang haram akan menjadikan daging yang
tumbuh karenanya menjadi bahan bakar api neraka. Memberikannya pun akan diganjar pahala oleh allah
SWT, Rosullulah Muhammad SAW bersabda, “ Dinar itu ada empat macam, yakni yang kamu nafkahkan
di jalan allah, dinar yang kamu berikan untuk orang miskin, dinar yang kamu belanjakan untuk
memerdekakan budak, dan dinar yang kamu nafkahkan untuk keluiargamu. Yang paling banyak
pahalanya adalah dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu .”
4. Tidak boleh menganiaya nya, karena istri adalah amanat baginya. Dari Abu Hurairah RA, rosullullah
SAW bersabda,“ Barang siapa mengawini seorang perempuan dengan mas kawin yang telah ditentukan,
sedangkan ia berniat untuk tidak memenuhinya maka ia berbuat zina dan barangsiapa yang mempunyai
hutang sedangkan ia berniat untuk tidak mengembalikannya maka ia adalah pencuri.” Dari abul Qasim

asy-syananadzi dengan sanad dari Al-hasan al-bashri dari rosullullah SAW ,” Berpesan pesanlah yang baik
dengan para istri karena sesungguhnya mereka tidak memiliki apa-apa atas diri mereka sendiri di sisimu,
dan sesungguhnya kamu mengambil mereka dengan amanat allah dan kamu menghalalkan kemaluan
mereka dengan kalimat Allah SWT .”
5. Bila timbul perasaan yang tidak baik, hendaklah bersabar dan anggaplah sebagai peringatkan baginya,
jangan sampai terjadi yang lebih berbahaya dari yang telah terjadi.” Yang paling penting dan harus selalu
di ingat oleh para suami adalah bahwa mereka adalah pemimpin dalam rumah tangga, suatu saat apa
yang dilakukan terhadap istri mereka di dunia kelak akan diminta pertanggung jawaban nya di hadapan
Allah SWT.
Dari Al hakim abul-hasan as-sardiri, dari abu ahmad al-hawani, dari al-abbas bin Muhammad, dari yahya
bin Muin, dari abu hafsin al-abar, dari hajadah, dari athiyah al-aufi, dari ibnu umar RA , Rosululah
Muhammad SAW bersabda: “ masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang imam yang diikuti oleh orang banyak adalah pemimpin dan akan ditanya
kepemimpinannya. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas penghuni rumahnya dan ia akan
ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang hamba adalah pemimpin dalam harta tuannya dan ia akan
ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan ia akan
ditanya tentang kepemimpinannya. Ingatlah masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan akan
ditanya tentang kepemimpinannya .

HANYA UNTUK PARA ISTRI (Karakteristik Istri Sholihah)
Kategori: Keluarga
Diterbitkan pada 27 January 2012

Sesungguhnya banyak sifat-sifat yang merupakan ciri-ciri seorang istri sholihah. Semakin banyak sifatsifat tersebut pada diri seorang wanita maka nilai kesholehannya semakin tinggi, akan tetapi demikian
juga sebaliknya jika semakin sedikit maka semakin rendah pula nilai kesholehannya. Sebagian Sifat-sifat
tersebut dengan tegas dijelaskan oleh Allah dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan sebagiannya lagi
sesuai dengan penilaian 'urf (adat). Karena pasangan suami istri diperintahkan untuk saling mempergauli
dengan baik sesuai dengan urf.
Sifat-sifat tersebut diantaranya :
Pertama : Segera menyahut dan hadir apabila dipanggil oleh suami jika diajak untuk berhubungan.
Karena sifat ini sangat ditekankan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Nabi memerintahkan seorang istri untuk segera memenuhi hasrat seorang suami dalam kondisi
bagaimanapun. Bahkan beliau bersabda “Jika seorang lelaki mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu istri
itu menolak. Kemudian, suami itu bermalam dalam keadaan marah, maka istrinya itu dilaknat oleh para
malaikat hingga waktu pagi.”
Kedua : Tidak membantah perintah suami selagi tidak bertentangan dengan syariat. Allah berfirman :

َُ‫فظَاللّالفِظَابُ قظَاافِتظَابتٌ {ظَاففِظَابتٌ لفليْظَييْف بفمظَا {ظََفِظَ اللّه‬

Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) . (QS An-Nisaa : 34)
Qotadah rahimahullah berkata ٌ‫" فظَاللّالفِظَابُ قظَاافِتظَابت‬Yaitu wanita-wanita yang taat kepada Allah dan kepada
suami-suami mereka" (Ad-Dur al-Mantsuur 4/386)
Terkadang pendapat suami bertentangan dengan pendapat istri, karena pendapat istri lebih baik.
Seorang istri yang sholehah hendaknya ia menyampaikan pendapatnya tersebut kepada sang suami akan
tetapi ia harus ingat bahwasanya segala keputusan berada di tangan suami, apapun keputusannya
selama tidak bertentangan dengan syari'at.
Ketiga : Selalu tidak bermasam muka terhadap suami.
Keempat : Senantiasa berusaha memilih perkataan yang terbaik tatkala berbicara dengan suami.
Sifat ini sangat dibutuhkan dalam keutuhan rumah tangga, betapa terkadang perkataan yang lemah
lembut lebih berharga di sisi suami dari banyak pelayanan. Dan sebaliknya betapa sering satu perkataan
kasar yang keluar dari mulut istri membuat suami dongkol dan melupakan kebaikan-kebaikan istri.
Yang jadi masalah terkadang seorang istri tatkala berbicara dengan sahabat-sahabat wanitanya maka ia
berusaha memilih kata-kata yang lembut, dan berusaha menjaga perasaan sahabat-sahabatnya tersebut
namun tidak demikian jika dengan suaminya.
Kelima : Tidak memerintahkan suami untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wanita, seperti memasak,
mencuci, memandikan dan mencebok anak-anak.
Keenam : Keluar rumah hanya dengan izin suami.
Ketujuh : Berhias hanya untuk suami.
Tidak sebagaimana sebagian wanita yang hanya berhias tatkala mau keluar rumah sebagai hidangan
santapan mata-mata nakal para lelaki.
Kedelapan : Tidak membenarkan orang yang tidak diizinkan suami masuk/bertamu ke dalam rumah.
Kesembilan : Menjaga waktu makan dan waktu istirahatnya kerana perut yang lapar akan membuatkan
darah cepat naik. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan keletihan.
Kesepuluh : Menghormati mertua serta kerabat keluarga suami.
Terutama ibu mertua, yang sang suami sangat ditekankan oleh Allah untuk berbakti kepadanya. Seorang
istri yang baik harus mengalah kepada ibu mertuanya, dan berusaha mengambil hati ibu mertuanya.
Bukan malah menjadikan ibu mertuanya sebagai musuh, meskipun ibu mertuanya sering melakukan
kesalahan kepadanya atau menyakiti hatinya. Paling tidak ibu mertua adalah orang yang sudah berusia

lanjut dan juga ia adalah ibu suaminya.
Kesebelas : Berusaha menenangkan hati suami jika suami galau, bukan malah banyak menuntut kepada
suami sehingga menambah beban suami
Kedua belas : Segera minta maaf jika melakukan kesalahan kepada suami, dan tidak menundanundanya.
Nabi shallallahu 'alaihi bersabda :
" ‫بفنفسظَائفُِمي مفني وظَهيلف اليَظَنَّف؟ اليوظَاُوياُ اليوظَلُوياُ اليعظَؤُوياُ عظَلظََ زظَويجفهظَا الِّتفي إفِظَا غظَضفْظَ جظَاَظَبي {ظَِتَّ تظَضظَعظَ يظَدظَهظَا ففي يظَدف‬.... ‫وظَد ظَ وُُيبفرُكُمي‬
ََ‫ د ظَ وظَُِويقُ غُميضًا {ظَِتَّ تظَريضظ‬: ُ‫ ظَوتظَقُويل‬،‫"زظَويجفهظَا‬

"Maukah aku kabarkan kepada kalian….tentang wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang
penyayang (kepada suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang
jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkan tangannya di
tangan suaminya seraya berkata, "Aku tidak bisa tenteram tidur hingga engkau ridho
kepadaku" (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no 287)
Karena sebagian wanita memiliki sifat angkuh, bahkan malah sebaliknya menunggu suami yang minta
maaf kepadanya.
Ketiga belas : Mencium tangan suami tatkala suami hendak bekerja atau sepulang dari pekerjaan.
Keempat belas : Mau diajak oleh suami untuk sholat malam, bahkan bila perlu mengajak suami untuk
sholat malam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ‫ا اميرظَوظَاً قظَامظَتي مفنظ‬
ُ َ‫ ظَو رظَ{فمظ‬.َ‫ فظَإفِي وظَبظَتي اظَضظَحظَ ففي وظَجيهفهظَا اليمظَاَظ‬,‫ا رظَجُة ً قظَامظَ مفنظَ الّلييلف فظَلظَلَّ وظَوظَييقظَِظَ اميرظَوظَتظَهَُ فظَلظَلّتي‬
ُ َ‫رظَ{فمظ‬
َ‫ فظَإفِي وظَبظََ اظَضظَِظَت ففي وظَجيهفهَف اليمظَاَظ‬,َّ‫الّلييلف فظَلظَلّتي وظَوظَييقظَِظَتي زظَويجظَهظَا فظَلظَل‬

“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat
dan ia membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat. Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke
wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu
mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat. Bila suaminya
enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR Abu Dawud no 1308)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
‫ كُِتفبظَا في الّّاكفرفيينظَ وظَالّّاكفرظَابف‬،‫إفِظَا وظَييقظَِظَ الرّجُلُ وظَهيلظَهَُ مفنظَ اللّييلف فظَلظَلّيظَا وظَوي صظَلَّ رظَكيعظَِتظَيينف جظَمفييعًا‬

“Apabila seorang lelaki (suami) membangunkan istrinya di waktu malam hingga keduanya mengerjakan
shalat atau shalat dua rakaat semuanya, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan
perempuan yang berzikir.” (HR Abu Dawud no 1309)
Dalam riwayat yang dikeluarkan An-Nasa`i disebutkan dengan lafadz:

‫ا كظََفييرًا وظَالّّاكفرظَابف‬
َ‫ كُِتفبظَا مفنظَ الّّاكفرفيينظَ ظ‬,‫إفِظَا اايِتظَييقظَِظَ الرّجُلُ مفنظَ اللّييلف وظَوظَييقظَِظَ اميرظَوظَتظَهَُ فظَلظَلّيظَا رظَكيعظَِتظَيينف‬

“Apabila seorang lelaki (suami) bangun di waktu malam dan ia membangunkan istrinya lalu keduanya
mengerjakan shalat dua rakaat, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang
banyak mengingat/berdzikir kepada Allah.”
Kelima belas : Tidak menyebarkan rahasia keluarga terlebih lagi rahasia ranjang !!. Bahkan berusaha
menutup aib-aib suami, serta memuji suami agar menambahkan rasa sayang dan cintanya.
Keenam belas : Tidak membentak atau mengeraskan suara di hadapan suami.
Ketujuh belas : Berusaha untuk bersifat qona'ah (nerimo) sehingga tidak banyak menuntut harta
kepada suami.
Kedelapan belas : Tidak menunjukkan kesedihan tatkala suami sedang bergembira, dan sebaliknya
tidak bergembira tatkala suami sedang bersedih, akan tetapi berusaha pandai mengikut suasana hatinya.
Kesembilan belas : Berusaha untuk memperhatikan kesukaan suami dan jangan sampai suami melihat
sesuatu yang buruk dari dirinya atau mencium sesuatu yang tidak enak dari tubuhnya.
Kedua puluh : Berusaha mengatur uang suami dengan sebaik-baiknya dan tidak boros, sehingga tidak
membeli barang-barang yang tidak diperlukan.
Kedua puluh satu : Tidak menceritakan kecantikan dan sifat-sifat wanita yang lain kepada suaminya
yang mengakibatkan suaminya bisa mengkhayalkan wanita tersebut, bahkan membandingbandingkannya dengan wanita lain tersebut.
Kedua puluh dua : Berusaha menasehati suami dengan baik tatkala suami terjerumus dalam
kemaksiatan, bukan malah ikut-ikutan suami bermaksiat kepada Allah, terutama di masa sekarang ini
yang terlalu banyak kegemerlapan dunia yang melanggar syari'at Allah
Kedua puluh tiga : Menjaga pandangannya sehingga berusaha tidak melihat kecuali ketampanan
suaminya, sehingga jadilah suaminya yang tertampan di hatinya dan kecintaannya tertumpu pada
suaminya.
Tidak sebagaimana sebagian wanita yang suka membanding-bandingkan suaminya dengan para lelaki
lain.
Kedua puluh empat : Lebih suka menetap di rumah, dan tidak suka sering keluar rumah.
Kedua puluh lima : Jika suami melakukan kesalahan maka tidak melupakan kebaikan-kebaikan suami
selama ini. Bahkan sekali-kali tidak mengeluarkan perkataan yang mengisyaratkan akan hal ini. Karena
sebab terbesar yang menyebabkan para wanita dipanggang di api neraka adalah tatkala suami berbuat
kesalahan mereka melupakan dan mengingkari kebaikan-kebaikan suami mereka.

Setelah membaca dan memperhatikan sifat-sifat di atas, hendaknya seorang wanita benar-benar
menimbang-nimbang dan menilai dirinya sendiri. Jika sebagian besar sifat-sifat tersebut tercermin dalam
dirinya maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan berusaha untuk menjadi yang terbaik dan terbaik.
Akan tetapi jika ternyata kebanyakan sifat-sifat tersebut kosong dari dirinya maka hendaknya ia berinstrospeksi diri dan berusaha memperbaiki dirinya. Ingatlah bahwa surga berada di bawah telapak kaki
suaminya !!!
Tentunya seorang suami yang baik menyadari bahwa istrinya bukanlah bidadari sebagaimana dirinya
juga bukanlah malaikat. Sebagaimana dirinya tidak sempurna maka janganlah ia menuntut agar istrinya
juga sempurna.
Akan tetapi sebagaimana perkataan penyair :
َُ‫كظََظََ اليمظَريَظَ اُب ًية وظَِّ تُعظَدّ مظَعظَايفبُه‬...‫مظَني ِظَا الّّفي تُريضظَي اظََظَايظَاه كُلّههظَا‬

"Siapakah yang seluruh perangainya diridhoi/disukai…??
Cukuplah seseorang itu mulia jika aibnya/kekurangannya masih terhitung…

20 Perilaku Durhaka Istri Terhadap Suami
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku durhaka istri terhadap suami, antara lain :
1.

Kedudukan sosial istri lebih lebih tinggi daripada kedudukan suami,

2.

Istri lebih kaya dari suami,

3.

Istri lebih pandai dari suami,

4.

Watak istri lebih keras dari suami,

5.

Istri berasal dari lingkungan budaya yang menempatkan perempuan lebiih berkuasa

daripada suami,
6.

Istri tidak mengerti tuntunan agama yang menempatkan istri dan suami pada ketentuan

yang sebenarnya.
Adapun 20 perilaku durhaka istri terhadap suami adalah sebagai berikut :

1. Mengabaikan Wewenang Suami.

Di dalam rumah tangga, istri adalah orang yang berada di bawah perintah suami. Istri bertugas
melaksanakan perintah-perintah suami yang berlaku dalam rumah tangganya. Rasulullah
menggambarkan seandainya seorang suami memerintahkan suatu pekerjaan berupa memindahkan bukit
merah ke bukit putih atau sebaliknya, maka tiada pilihan bagi istrinya selain melaksanakan perintah
suaminya.

2. Menentang Perintah Suami.

Di dalam rumah tangga, perintah yang harus dilaksanakan istri adalah perintah suami. Begitu juga
larangan yang harus dilaksanakan istri adalah larangan suaminya.
Sabda Rasulullah : " Tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan

hak suaminya". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Hadits tersebut tidak serta merta menempatkan kedudukan suami sederaja dengan Tuhan, tetapi hanya
menerangkan bahwa jika hak suami untuk ditaati isstrinya yang sesuai dengan ketentuan Allah itu
dilanggar oleh istrinya, ini berarti sama dengan istri melanggar perintah Allah SWT.

3. Enggan Memenuhi Kebutuhan Seksual Suami.

Perkawinan diatur oleh syari'at Islam untuk memberikan jalan yang halal bagi suami dan istri untuk
melakukan hubungan seksual atau penyaluran dorongan biologis. Dengan demikian manusia dapat
melakukan regenerasi keturunan dengan cara yang diridlai Allah SWT.
Karena itu, Islam menegaskan bahwasanya istri yang menolak ajakan suaminya berarti membuka pintu
laknat terhadap dirinya.

4. Tidak Mau menemani Suami Tidur.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : " ... Bila seorang istri semalaman tidur terpisah dari ranjang

suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai Shubuh."

Bila istri ingin tidur sendiri, sedang suaminya berada di rumah pada malam harinya, maka ia harus
meminta ijin terlebih dahulu pada suaminya.

5. Memberatkan Beban Belanja Suami.

Allah SWT telah menegaskan bahwa setiap suami bertanggung jawab memberi nafkah istrinya sesuai
dengan kemampuan. Istri yang menyadari bahwa suaminya miskin tidak dibenarkan menuntut belanja
dari suaminya hanya mempertimbangkan kebutuhannya sendiri sehingga memberatkan suaminya.

6. Tidak Mau Bersolek Untuk Suaminya.
Para istri diperintahkan untuk berkhidmat pada suaminya, termasuk mengurus dirinya sendiri dengan
berhias dan berdandan sehingga dapat menyenangkan hati suaminya dan menimbulkan gairah dalam
hidup bersama dirinya.

7. Merusak kehidupan Agama Suami.
Istri diperintahkan untuk membantu suaminya dalam menegakkan kehidupan beragama, sedangkan
suami diperintahkan untuk membimbing istri menjalankan agamanya dengan baik. Karena itu, kalau istri
tidak mau membatu suami menegakkan agama, apalagi merusak iman dan akhlak agama suami, sudah
tentu ia menjerumuskan suaminya ke dalam neraka.

8. Mengenyampingkan Kepentingan Suami

Dari Aisyah ra, ujarnya : saya bertanya kepada Rasulullah SAW . : " Siapakah orang yang mempunyai

hak paling besar terhadap seorang wanita?" Sabdanya : " Suaminya". Saya bertanya : " Siapakah orang

yang paling besar haknya terhadap seorang lelaki. " Jawabnya : "Ibunya". (HR.Bazaar dan Hakim; Hadits
hasan)

Jelaslah Hadits di atas bahwa kepentingan suami harus lebih didahulukan oleh seorang istri daripada
kepentingan ibu kandungnya sesndiri.

9. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami.

Istri ditetapkan oleh Islam menjadi wakil suami dalam mengurus rumah tangga. Karena itu bilamana ia
keluar meninggalkan rumah, maka dengan sendirinya ia harus lebih dulu mendapatkan izin suaminya.
Bila ia tidak minta izin dan keluar rumah dengan kemauannya sendiri, maka ia telah melanggar
kewajibannya terhadap suami, sedangkan melanggar kewajiban berarti durhaka terhadap suaminya.

10. Melarikan Diri Dari Rumah Suami

Rasulullah saw bersabda : "Dua golongan yang sholatnya tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba

yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang; dan istri yang melarikan diri dari rumah
suaminya sampai ia kembali." (HR. Hakim, dari Ibnu 'Umar)

11. Menerima Tamu Laki-laki Yang Tidak Disukai Suami.

Dalam sebuah Hadits, Rasulullah telah menegaskan bahwa seorang istri diwajibkan memenuhi hak-hak
suaminya. Diantaranya yaitu :
a. Tidak mempersilakan siapapun yang tidak disenangi suaminya untuk menjamah tempat tidurnya.
b. Tidak mengizinkan tamu masuk bila yang bersangkutan tidak disukai oleh suaminya.
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, Hadits hasan shahih)

12. Tidak Menolak Jamahan Lelaki Lain.

".... maka wanita-wanita yang shalih itu ialah yang taat lagi memelihara (dirinya dan harta suaminya)
dikala suaminya tidak ada sebagaimana Allah telah memeliharanya..." (QS. An-Nisaa' (4) ayat 34)

Rasulullah menjelaskan bahwa seorang istri yang membiarkan dirinya dijamah lelaki lain boleh diceraikan.
Hal itu menunjukan bahwa perbuatan istri tersebut adalah durhaka terhadap suaminya.

13. Tidak Mau merawat Ketika Suami Sakit.

Bila seorang istri menolak merawat suami yang sakit dengan alasan sibuk kerja atau tidak ada waktu
karena merawat anak, maka ia telah melakukan tindakan yang tidak benar.

14. Puasa Sunnah Tanpa Izin Saat Suami Di Rumah.

Dari Abu Harairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: " Seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada
di rumah tanpa izinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

15. Menceritakan Seluk Beluk Fisik Wanita Lain Kepada Suami.

Dari Ibnu Mas'ud, ujarnya : Rasulullah saw. bersabda: "Seorang wanita tidak boleh bergaul dengan
wanita lain, kemudian menceritakan kepada suaminya keadaan wanita itu, sehingga suaminya seolaholah melihat keadaan wanita tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim)

16. Menolak Kedatangan Suami Bergilir Kepadanya.

Seorang istri yang dimadu, tetap mempunyai kewajiban untuk mentaati perintahnya, menyenangkan
hatinya, berbhakti dan selalu berperilaku baik kepada suaminya ketika ia datang bergilir.

17. Mentaati Perintah Orang Lain Di Rumah Suaminya.
18. Menyuruh Suami Menceraikan Madunya

19. Minta Cerai Tanpa Alasan Yang Sah.

20. Mengambil Harta Suami Tanpa Izinnya.

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46