Sufiwati dalam Islam Kontemporer Jawaban

Sufiwati dawaawa

(J dwaiwabwa综 dMwa

dslawa

wah dDeaeh dteehwaawao dPee

Reflekli dPeee

don综te

oneee

walwaawahwa综 dRu wah
Twa综ggwa,
ouwa综 dawaawa dSoieituwaa dslawa n

1

Ayyub Muhajad (14510053)

“Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya untuk masa ketika kaum wanita tidak
keluar kecuali tiga kali, yaitu dari perut ibunya ke dalam dunia, dari rumah orang tuanya
ke rumah suaminya dan dari rumah suaminya keliang kubur”. 1 Dari kalimat ini mungkin
memberikan penggambaran bagaimana kelamnya keadaan wanita pada zaman pra-islam,
sebelum Nabi Muhammad datang sebagai utusan dengan konsep “rahmatan lil alamin”.
Islam seakan menjadi sebuah gebrakan bagaimana sistem kepercayaan mengubah sosialculture dalam masyarakat Arab pra-islam yang sangat menempatkan wanita pada derajat
terendah.
Pada masa pra-islam tidak banyak atau bahkan tidak ada sama sekali sebuah
pemikiran yang membahas tentang bagaimana pergerakan wanita dalam sosial
kemasyarakatan Arab dan hingga Islam masuk pun yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Saw. pergerakan wanita juga tidak banyak yang terekspose keluar termasuk pandangan
keagamaan yang bersifat konsep tasawuf dalam pandangan wanita, islam datang
mengangkat derajat wanita mungkin adalah hal yang benar namun tidak dengan gagasan
kesucian jiwa hingga muncul sebuah pernyataan “dunia tasawuf adalah dunia lelaki” ini
menjadi sebuah bukti bagaimana wanita tersampingkan dalam hal spiritual. Rabiatul
Adawiyah mungkin adalah satu-satunya wanita dalam dunia tasawuf yang hidup setelah
wafatnya Nabi Muhammad dan terbilang masyhur dengan konsep mahabbah-nya.
Rabiatul Adawiyah mengajarkan kita untuk melakukan tapa, refleksi diri, merenung, dan
menghitung-hitung amalan dengan cinta, cinta adalah sebentuk cara mengeja dan
memaknai kehidupan secara vertikal.2 Menurut beberapa orientalis yang mengkaji

tasawuf, misalnya R.A. Nicholson bahwa pentingnya kedudukan Rabi’ah al-Adawiyah
di dalam konsep tasawuf adalah dikarenakan dia menandai konsep zuhud dengan corak
lain dari konsep zuhud Hasan al-Basri yang ditandai dengan corak rasa takut dan
harapan. Rabi’ah al-Adawiyah melengkapinya dengan corak baru, yaitu cinta yang
menjadi sarana manusia dalam merenungkan keindahan Allah yang abadi. Cinta yang
1

Salah satu statement pengantar Syekh Muhammad Al-Ghazali pada buku
“Kebebasan Wanita” jilid I yang ditulis oleh Abdul Halim Abu Syuqqah yang
diterjemahkan oleh Chairul Halim Lc.
2
Muhiddin M. Dahlan, “Renungan Cinta Rabia’ah Al’Adawiyah”, (Yogyakarta;
Penerbit Pustaka Suf, 2223), hlm.1

Sufiwati dawaawa

(J dwaiwabwa综 dMwa

dslawa


wah dDeaeh dteehwaawao dPee

Reflekli dPeee

don综te

oneee

walwaawahwa综 dRu wah
Twa综ggwa,
ouwa综 dawaawa dSoieituwaa dslawa n

2

Ayyub Muhajad (14510053)
suci murni itu lebih tinggi daripada takut dan pengharapan. Cinta yang suci murni,
tidaklah mengharapkan apa-apa dan cinta murni kepada Tuhan itulah puncak Tasawuf
Rabi’ah.3 Rabiatul Adawiyah dengan pemikirannya ini seakan menjadi akhir dari sejarah
wanita sufi dalam dunia tasawuf pada 19 abad yang lalu, bagaimana dengan pemikiran
sufiwati pada Islam saat ini?

Islam kontemporer bukanlah semata-mata agama tasbih dan shalat yang seakan
menjadi “detachment” dalam keberagamaan seorang muslim namun dalam sisi lain
Islam harus memberikan sebuah jawaban bahwa Rabiatul Adawiyah bukan sufi wanita
terakhir dalam dunia tasawuf yang bisa sampai kepada maqam tertinggi. Dalam
pandangan islam, wanita bukanlah musuh atau lawan kaum lelaki yang harus diberi
batasan ataupun garis batas dalam berpikir tentang tasawuf, Prof. Musdah Mulia dalam
video yang diunggah di Youtube “Musyawarah Buku Syahadat Cinta” oleh akun
Salihara pada tanggal 23 mei 2012 mengatakan bahwa, jika kita ingin membuat
penelitian terhadap tariqat-tariqat yang berada di Indonesia ataupun di dunia maka tidak
akan ditemukan seorangpun wanita yang menjadi pemimpin dari tariqat-tariqat tersebut
namun hanya menjadi pengikut tariqat terbanyak begitupun dengan majlis taklim di
Indonesia.4 Wanita menjadi bagian penggembira dalam proses keagamaan yang dibentuk
oleh lelaki.
Islam kontemporer sekarang ini seakan menjadi sebuah babak baru dalam dunia
sufi khususnya terhadap kenyataan bahwa kasus wanita pada masyarakat islam pada 19
abad yang lalu menjadi contoh yang jelas tentang sikap keterlaluan dan berlebihan atau
sangat menyepelekan wanita. Islam kontemporer saat ini mungkin sangat berbanding
terbalik dengan perlakuan terhadap wanita yang seakan tidak memiliki ruang untuk
mengeluarkan pendapat terkhusus kepada pembahasan konsep ketuhanan yang diajukan
Rabiatul Adawiyah. Belakangan ini muncul berbagai macam kajian tentang wanita yang

sayangnya mengacu kepada sebuah dalil yang diklaim tidak dapat membela hak kaum
3
4

Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994) hal. 73

https://www.youtube.com/watch?v=HOKqYj9g2BI diakses pada tanggal 3 januari
2216.

Sufiwati dawaawa

(J dwaiwabwa综 dMwa

dslawa

wah dDeaeh dteehwaawao dPee

Reflekli dPeee

don综te


oneee

walwaawahwa综 dRu wah
Twa综ggwa,
ouwa综 dawaawa dSoieituwaa dslawa n

3

Ayyub Muhajad (14510053)
wanita agar sama dengan kaum lelaki tapi ada juga yang mengantarkan wanita kepada
kebodohan dan keterbelakangan wanita terhadap keagamaan islam. pada era
kontemporer ini permasalahan fiqhi seakan menjadi sebuah takaran ataupun tolak ukur
keberagamaan seorang muslim. Prof. Musdah Mulia pada kata pengantar buku “Curhat
ke Mamah Dede” menyanjung dan mengatakan bahwa , penjelasan Mama Dedeh bukan
dibangun diatas teori-teori ilmiah yang belum tentu benarnya, melainkan dirajut
berdasarkan pengalaman riil manusia: perempuan dan laki-laki dalam kehidupan
perkawinan.5
Dedeh Rosidah atau lebih dikenal dengan Mamah Dedeh lahir di Ciamis, 5
Agustus 1951; umur 64 tahun adalah seorang Pendakwah. Ia dikenal sebagai pengisi

dalam acara Mamah dan Aa yang ditayangkan di Indosiar. Ia merupakan alumni
dari IAIN Syarif Hidayatullah, kampus yang berada di Ciputat, Tangerang Selatan.6
Sebagai seorang pendakwah yang banyak memberikan dakwah dan menjawab
permasalahan pada era saat ini khususnya tentang pernikahan dan rumah tangga, yang
dianggapnya perkawinan adalah sebuah kejaiban dalam hidup manusia yang mampu
memberikan perasaan tenteram. Merasa tenteram? Sebab dengan menikah, orang yang
tadinya berjalan sendiri kini memiliki teman untuk hidup dan mengarungi bahtera rumah
tungga khususnya di Indonesia. Pertanyaan yang muncul dalam setiap dakwahnya
Mamah Dede mengatakan bahwa problema rumah tangga hanyalah suatu bentuk ujian
dari Allah SWT. Kita tidak akan dianggap sebagai orang beriman bila belum berhasil
melewati ujian-ujian tersebut. Prof. Musdah Mulia disini menjelaskan bagaimana
jawaban-jawaban yang dikeluarkan oleh Mamah Dede untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari sebuah kejadian empirik, kata orang bijak belajarlah dari pengalaman
orang lain agar selamat dan terhindar dari kesalahan serupa. Mamah Dede mungkin
menjadi salah satu wanita dalam dunia teologi keislaman di Indonesia yang sangat
memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Mamah Dede memberikan banyak dampak
salah satunya bagaimana umat islam di Indonesia menjadikan Mamah Dedeh tempat
5

Kata Pengantar buku “Curhat ke Mamah Dede” cetakan kedua (Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama, 2212). Hlm. vii

6
https://id.wikipedia.org/wiki/Dedeh_Rosidah diakses pada tanggal 3 januari 2216

Sufiwati dawaawa

(J dwaiwabwa综 dMwa

dslawa

wah dDeaeh dteehwaawao dPee

Reflekli dPeee

don综te

oneee

walwaawahwa综 dRu wah
Twa综ggwa,
ouwa综 dawaawa dSoieituwaa dslawa n


4

Ayyub Muhajad (14510053)
curhat atas permasalahan yang mereka hadapi. Mungkin sangat berbeda dengan Rabiatul
Adawiyah dengan menawarkan konsep mahabbah-nya, Mamah Dedeh seakan menjadi
sufiwati pada era islam saat ini, jawabannya mengantarkan masyarakat kepada
bagaimana indahnya cinta dalam dunia rumah tangga. Pandangan Prof. Musdah Mulia
terhadap isi curahan hati (curhat) dari buku “Curhat ke Mamah Dedeh” tentang
bagaimana seorang suami mempertanyakan masalah seksual. Suami mengeluhkan istri
sakit, istri mandul, dan istri tidak dapat melakukan kewajibannya. Hal ini sangat
memberikan penjelasan bagaimana pernikahan tidak menjadi sebuah ibadah yang sakral
akan tetapi menjadi pemenuhan kepuasan seksual suami yang sangat lahiriah dan
begitupun dengan wanita yang banyak mempertanyakan seputar suami yang
berselingkuh dengan wanita lain, selingkuh pada hakikatnya mengkhianati janji suci,
setia dan komitmen bersama dalam pernikahan. Salah satu kasus ini mungkin akan
menjadi salah satu referensi untuk pembahasan selanjutnya, Mamah Dede menjawab;
Tanya: “Dulu ketika baru kenalan, calon suami saya mengaku masih bujangan. Tapi
setelah kami menikah dan punya anak satu baru ketahuan ternyata dia punya istri dan
anak dua. Bagaimana seharusnya saya menyikapi ini?”

Jawab: “Suami anda memang berbohong, tapi pernikahan kalian sah. Pertanyaannya
sekarangm maukah anda dimadu? Kalau anda mersa dibohongi, dan tidak bisa
menerima status sebagai istri kedua, anda boleh mundur dengan mengajukan cerai.
Tapi kalau anda bisa menerima dan siap menerima semua konsekuensinya, silahkan
saja lanjutkan pernikahannya. Oleh karena itu, sebagai seorang wanita kita jangan asal
percaya dengan mulut laki-laki. Jangan girang dulu mau nikah, tapi lihat dengan
seksama, siapa calon suami kita. Lihat dulu bibit, bobot dann bebetnya, cari tahu
dimana rumahnya, siapa keluarganyam siapa saja teman-temannya, apa pekerjaannya,
dan lain-lain. Jangan terburu-buru menentukan pilihan. Kita harus banyak menyelidiki,
supaya tidak kecewa dikemudian hari.7
7

“Curhat ke Mamah Dede” cetakan kedua (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama,
2212). Hlm. 5

Sufiwati dawaawa

(J dwaiwabwa综 dMwa

dslawa


wah dDeaeh dteehwaawao dPee

Reflekli dPeee

don综te

oneee

walwaawahwa综 dRu wah
Twa综ggwa,
ouwa综 dawaawa dSoieituwaa dslawa n

5

Ayyub Muhajad (14510053)
Dari pertanyaan yang muncul dari penanya dan jawaban dari Mamah Dedeh
mungkin kita katakan bahwa ini adalah sebuah permasalahan yang dihadapi oleh Islam
kontemporer, dihadapi oleh orang-orang saat ini yang tidak muncul pada zaman-zaman
sebelumnya jikalau pun ada mungkin akan sangat berbeda dengan jawabannya dengan
Mamah Dedeh. Selingkuh dan poligami merupakan bentuk ekspresi patriarkal-suami
yang meyakini dirinya sebagai pemimpin, perkasa dan berkuasa serta berhak memiliki
lebih dari satu istri. Permasalahan yang dipertanyakan adalah hal yang patriarkat namun
dalam sisi lain sebagai seorang wanita adalah hal yang sangat mengecewakan. Mamah
Dedeh seolah muncul sebagai seorang Sufiwati pada tantang Islam kontemporer, bukan
dengan konsep ketuhanan seperti sufi-sufi yang lain namun permasalahan pernikahan
sebagai “baiti jannati” yang merujuk kepada hukum Islam versi Indonesia, yaitu
Kompilasi Hukum Islam tahun 1991, maka disana disebutkan defenisi perkawinan
adalah akad yang kuat atau “mitsaaqan ghaliidan” untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. Allahu allam.