Dinasti Politik Pasca Otonomi Orde Baru

Otonomi Daerah
untuk Siapa?

: partai

LP3ES

Ai

or*d

dengan masyarakat luas. Tulisan dalam Prisma tidak
S. Redaksi dapat menyingkat dan mempe.baiki tulisan yang dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya.
Dilarang mengltip, menerjemahkan, dan memperbanyak, kecuali dengan izin tertulis dari Redaksi.

Otonorni Daerah
untuk Siapa?

@ Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Terbit setiap tiga bulan (Januari, April, Juli, Oktober)


Vol.29, No.3, Juli 2010

TOPIK KITA
Daniel Dhakidae

,

Elegia untuk Pusat yang Terpinggirkan

Syarif Hidayat

3

Mengurai Peristiwa - Merentas lGrsa: Refleksi Safu
Dasawarsa Reformasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Hans Antliiu

&Anna Wetterberg 23


Robert

A Si.maniuntak 35

Masyarakat Sipil, Akuntabilitas Politik dan
Masa Depan Pemerintahan Daerah
Desentralisasi Fiskal dan Manajemen Makroekonomi:

Urgensi Suatt Grand, Daign di Indonesia
Soetandyo Wignjosoebroto

58

Satu Abad Desentralisasi di Indonesia

ESAI
Daniel Dhakidae

70


Hubungan Pusat-Daerah dan
IGdigwijayan Sepanjang Masa

DIALOG
Gamawan

Faazi 74

ParadigmaKewenanganDaerahyang
Efektif dan Efisien

ARTIKEL
Toby Carroll

a4

Pembangunan Sosial sebagai "KudaTfoya'' Neoliberal
Bank Dunia & Program Pengembangan Kecamatan di Indonesia


Leo Agustino

1O2 Dinasti Politik Pasca-Otonomi Orde Baru:
Pengalaman Banten

Sharon G Eng

I I 7 Merumuskan Efektivitas Organisasional
Ornop di Indonesia

BUKU
Rahadi T Wi.ratama

136

Dinamika Politik Irkat di Era Reformasi

Khairul Umam

l4o


"Emoh" Demokrasi: Nalar Otoritarianisme Arab

Zacky

147 PARA PENULIS
Gambar oleh GM Sudarta

PrismaVol. 29, No. 4: Idam,lnn Dunia
.Rrimra Vol. 30, No. 1: Sastra dan Kebudayaan

Pendiri: lsmid Hadad, Nono Anwar Makarim . Pemimpin Umum: Suhardi Suryadi . Wakil Pemimpin Umum: Sudar Dwi
. Pemimpin Redaksi: Daniel Dhakidae . Redaktur Pelaksana: MA Satyasuryawan . Dewan Redaksi: A Tony

Atmanto

Prasetiantono, Azyumardi Azra, Jaleswari Pramodhawardani, Kamala Chandrakirana, Sumit Mandal (Jerman), Taufik Abdullah,
Vedi R Hadiz (Singapura) . Redaksi: Daniel Dhakidae, E Dwi Arya Wisesa, MA Satyasuryawan, Nezar Patria, Rahadi T Wiratama
Sekretaris Redaksi: Eriko Sustia . Produksi: Awan Dewangga
Alamat: Jalan Letjen S Parman 81, Jakafta 11420, lndonesia. Tlp.: (6221) 567 4211, Faks.: 568 3785

Email: prisma.redaksi@lp3es.or.id; prisma.redaksi@gmail.com; Website: www.lp3es.or.id
Bank: MANDIRI, KCP RSKD, Jakarta. Nomor Rekening: 116-000-526'169'9 a/n LP3ES

Dinasti Politik Pasca-Otonomi
Orde Baru: Pengalaman Banten
ko

I

I

I

Agustino

I

I

(


t
Tulisan

ini

mendiskusikan dan menganalisis kebangkitan dinasti folitik
di Banten. Argumen pokok yang diajukan adalah kedinamikaan \olitik
di Banten setelah runtuhnya Orde Baru tidak mengarah pada tumbuhny
sistem fioli.ti.k yang demokratik, sebab logika politik yang hanya ,netneb
tinghan keluarga dan kerabat telah menjadi rasionalitas elite foliti,k di
wilayah itu. Dinasti politik Banten memang tumbuh dari, sosialisasi rezin
Orde Baru, tetapi bagaimana ia tetap dapat lestari dalarn sistem lolitik
relatif demokratik seperti sekarang? Hal pasti, perpolitikan di Bantn
sedang berada di sebuah lorong hitam moralitas kekuasaan yang d,apd
dengan mudah di.manipulasi derni kepentingan penguasa.

I
!


t

s

t

d

!

n

e
3

B

Power tends to corru/t and absolute fower
conupts absolutely.
(hrd Acton 1887)


roses demokratisasi selalu menampilkan wajah ganda. Pada satu sisi ia
menghadirkan perubahan ke arah

yang lebih baik dan nyata dibanding era se
belumnya, tetapi, di sisi lain, tidak jarang
kelompokyang berkuasa selama periode rezim
nondemokratik-yang tidak mendapatkan keuntungan ekonomi dan politik-mulai memanfaafkan kondisi yang ada untuk kepentingan
pribadi dan kelompok. Dengan mengatasnamakan keputradaerahan, otonomi daerah,
distribusi pemerataan kesejahteraan, dan lain-

kasus Provinsi Banten. Banten dipilih dida
sarkan pada kedinamikaan politik provinsi ini
yang tampak cukup fluktuatif. Berdasarkan
kedinamikaan itu, penulis membuat argumerF
tasi hipotetikal yang berftrngsi sebagai panduan
utama. Argumen hipotetikal yang dimaksud
adalah kedinamikaan politik di Banten tidak
mengarah pada tumbuhnya sistem politik de
mokrasi modern, sebab logika politik keke

luargaan telah menjadi rasionalitas elite politik
yang pada akhirnya membawa tumbuh berkembangnya dinasti politik di Banten.
Tulisan ini tersusun sebagai benkut; trertama, mengilustrasikan sekaligus membahas
politik kekeluargaan dan kekerabatan yang
diandaikan sebagai akar dari tumbuhnya paham

lain, mereka berpolah persis seperti rezim

dan praktik dinasti politik; kedua, mengupils

otoritarian yang pernah berkuasa pada masa

pendekatan elite; dan ketiga, menganalisis di
nasti politik di Banten dengan menggunakan
perangkat dan pelbagai instrumen yang telah

sebelumnya.

Tulisan ini menganalisis proses transisi
menuju demokrasi di Indonesia dengan studi


dielaborasi pada bagian sebelumnya.

Ai.iTti{r

ir
s
d

k

tr

g

di

dr

st

lu

k(

pi
di
lu
,al

s€

ta

di
di

da

Fr

Izo Agustino, Dinasti Poli.tik Pasca-Otonomi Orde Baru

I
I

103

l

Keluarga sebegai Embrio
Dinasti Politik

dinasti politik yang sedang dibangun. Men-

Di banyak negara pascakolonial yang se
Cang membangun dan menata diri, sistem
politik demokrasi adalah pilihan terbaik untuk
nenyelenggarakan pemerintahan sesuai de

dudukkan keluarga atau saudara dalam jabatanjabatan strategis akan memudahkan penguasa
mengontrol dan mengendalikan semua hal yang
diperlukan sang penguasa. Beberapa contoh di
bawah menunjukkan bahwa dinasti politik ke

ngan tujuan negara. Walaupun negara-negara
Fscakolonial telah menyandang gelar negara
iemokrasi dan berhasil mengubur sistem poli(kerajaan) tradisional, faktor (kedekatan) ke
keluargaan atau kekerabatan masih lekat me
nengaruhi kehidupan berpolitik. Bahkan, prak-

It

ik

mengutamakan keluarga, kerabat, atau
;audara
ciri pokok dalam sistem politik

-

departemen dan dinas sesuai dengan keinginan

luarga masih memengaruhi perpolitikan dan
administrasi publik di Barat maupun di negaranegara pascakolonial.

Amerika Serikat semasa Presiden John F
Kennedy, misalnya. Dia mengangkat Robert F
Kennedy, adiknya, sebagai Pengacara Negara.
Dalam perpolitikan dan administrasi publik
Amerika Serikat, posisi seorang Pengacara Ne

radisional

gara amat sangat strategis. Dia penasihat segala

nasional maupun lokal.

hal ihwal negara bagi presiden. Tidak jarang
presiden mengikuti nasihat Pengacara Negara
dengan mengatasnamakan kepentingan na-

- telah menjadi ideologi pemimpin
ii banyak negara pascakolonial, baik di tingkat

Praktik seperti ini memberi pengaruh bu:uk pada pembangunan sosiopolitik dan sosiotkonomi, karena peluang politik dan ekonomi
warga negara menjadi amat terbatas.
'etiap
3ukan hanya amat terbatas, peluang-peluang itu
pga diasumsikan akan dimonopoli oleh penguas dan kelompok-kelompok (keluarga, saudara,

ian kerabat) yang dekat dengan pemegang
}ekuasaan. Selain itu, amalan ini jugabukan saja

nemastikan seseorang dapat inemonopoli
mmber ekonomi dan politik, tetapi juga memudahkan mereka mendapat tempat atau kedufrukan dalam kekuasaan dan menggunakan
xrmber politik dan ekonomi pada tataran lebih
ilas. Hal ini
- politik berlandaskan kerapatan
rekeluargaan, kekerabatan, atau persaudaraan
hadirnya dinasti politik.
- dapat mencetus politik
Makna dinasti
dalam tulisan ini hamrirmirip dengan "dinasti" dalam arti politik traif;sional. Penguasa berupaya meletakkan ke.ruarga, saudara, dan kerabat, pada jabatanLnbetan strategis dengan fujuan membangun
fttnrah'kerajaan" politik di dalam pemerin- \'n, baik
nasional maupun lokal. Upaya ifu
frhkukan agar mereka yang menjadi anggota
iircti politik dapat saling "menjaga" dan kekal
'n kekuasaan (eksekutif, legislatif maupun
.rudftadfl, di samping mampu mengendalikan

':-4.ri.

sional. Contoh lain, anak Presiden Bush, yaitu
George Walker Bush yang juga berhasil me.

neruskan tradisi keluarga dengan menjadi
Presiden Amerika Serikat sebelum Barrack
Obama. Tidak hanya itu, adik laki-lakinya, Jeb
Bush, dipilih untuk kali kedua menjadi Gubernur Florida pada 2005, tempat bisnis dinasti
Bush tumbuh pesat.
Sirimavo Bandaranaike menjabat perdana
menteri perempuan pertama Sri lanka setelah
mengambil alih posisi suaminya, Solomon West
Dias Bandaranaike, pada 1959.1 Bandaranaike

menjabat perdana menteri pada 1960-1965,
I97U1975, dan 1994-2000. Selama memimpin
Sri Lanka dan Sri Lanka Freedom Party,
Bandaranaike mendorong keterlibatan keluarga
dan kerabatnya dalam dunia politik. Umpamanya, Anura Bandaranaike, anak laki-laki, yang

1 Sirimavo Bandaranaike dikenal sebagai the
weeping widow, karena untuk kali pertama
berhasil memenangkan pemilihan umum di Sri

lanka dengan mendapat suara besar pada 1960.
Solomon Dias Bandaranaike dilantik sebagai
perdana menteri pada 1956, namun hanya me
merintah selama tiga tahun. Dia dibunuh pada
1959; lihat, www.wikipedia.orglwiki/Sirimavo_
Bandaranaike.htm (diakses 22 fuustus 2009).

104

Prisma Vol. 29, No. 3,Juli 2010

menjabat Menteri Pariwisata dan Felix Dias

lebih menyasar pada pembangunan dinasti

Bandaranaike, putra salah seorang saudaranya,

ekonomi melalui kekuasaan politik.a Merujuk

yang menjabat Menteri Kehakiman adalah
tokoh-tokoh penting dalam partai dan peme

kajian Jeffuey Winters dalam disertasinya,s total
kekayaan dinasti Suharto yang diperoleh lewat

rintahan. Bahkan, pada 1992, dua orang anaknya, Anura dan Chandrike Bandaranaike, saling
bersaing untuk mengambil alih tongkat kepemimpinan partai dari sang ibu.2 Sirimavo
Bandaranaike juga adalah ibu dari Chandrika
Kumarafunga, Presiden Sri lanka yang hanya
berkuasa sebagai presiden sejak 19 Agustus
sampai 12 November 1994. Karena sedemikian
banyak keluarga, saudara, dan kerabat, terlibat
dalam pemerintahan dan partai politik, kerap kali
"Sri Ianka Freedom Party" diplaetkan menjadi
"Sri lanka Family Party."
Dinasti politik atau politik keluarga juga
sangat kental terasa di Malaysia. Perdana Men-

teri Najib Razak ialah putra Abdul Razak,
Perdana Menteri Malaysia periode I97U1975.
Menteri Pendidikan Hishamuddin Hussein ialah
anak laki-laki mantan perdana menteri periode
197S1981, Hussein Onn.3 Mahathir Mohamed,

mantan perdana menteri periode 1981-2003,
menempatkan Mukriz Mahathir, salah seorang
anaknya, di salah satu departemen penting di
Malaysia. Perdana menteri periode 2003-2009
Abdullah Badawi putra salah seorang pemimpin
terkemuka UMNO (United Malayan National

Organisation) menempatkan menantunya,
Khairy Jamalludin, sebagai Ketua Pemuda
UMNO periode 200&2011. Jika diteropong le
bih dekat, politik kekeluargaan dan kekerabatan
telah menjadi tradisi dalam politik Malaysia.
Dinasti politik di Indonesia juga dapat dilihat
dalam konteks keluarga Suharto. Dia memang
tidak membangun dinasti politik seperti yang
berlaku di Malaysia dengan cara menempatkan
keluarga dalam pemerintahan, tetapi Suharto

penyalahgunaan kekuasaan mencapai US$ 15

juta; Akhbar dalam Guardian & Mail edisi I
Agustus 1996 yang terbit di Inggris memperkirakan kekayaan beberapa yayasan "milik"
Suharto yang tidak teraudit sekitar US$ 5 miliaq
Time edisi Mei 1999 dengan laporan khusus
bertajuk "Suharto Inc." menilai kekayaan
Suharto sekitar Rp 135 triliun.
Dengan menggunakan kacamata persam&

an (equali.ty), kasus-kasus di atas
- dinasti
politik, termasuk dinasti ekonomi-politik
telah menutup peluang yang sama di bidans
politik dan ekonomi bagi setiap warga negara
Praktik tersebut lambat-laun membusukkan
Menjelang akhir kekuasaannya, Suharto me
ngundang keluarga dan kerabat untuk berga
bung ke dalam dinasti politiknya. Dia seolah
olah hendak menyerahkan tongkat "kepeminr
pinan nasional" kepada Siti Hardijanti, anak
sulungnya. Sebagai contoh, dalam susunan
kabinet terakhir Orde Baru Suharto terdapat
beberapa nama, di antaranya Muhammad "Bob"
Hasan (anak angkat Jenderal Gatot Subroto
yang dikenal dekat dengan Suharto) sebagai
Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Siti
Hardijanti (Mbak Tutut) sebagai Menteri Sosiat
Fuad Bawazier (sahabat dekat Hutomo Mandala

Putra, salah seorang putra Suhartol) sebagai
Menteri Keuangan; Jenderal @urnawirawan) R
Hartono (mantan ajudan Suharto dan teman
dekat Siti Hardijanti) sebagai Menteri Dalam
Negeri; Dr- Haryanto Danutirto (kolega dekat
keluarga Suharto) sebagai Menteri Negara
Pangan, Hortikultura, dan Obat-obatan; Abdul
Iatief (rekan bisnis keluarga Suharto) sebagai
Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya; Soebiakto

Tjakrawerdaja (kolega keluarga Suharto, terutama Hutomo Mandala Putra) sebagai Menteri
Koperasi dan Pengusaha Kecil; lihat, Firdaus
Syarn, Berhenti Suharto: Fakta dan Kesahsiat

Ketikaberkuasa dan masa sebelumnya, Sirimavo
Bandaranaike mengidap penyakit "lemah jantung" dan memaksanya menghentikan aktivitas

Hartnoko Qakarta: Gria Media Prima, 2008), hal

politik sehari-hari.

Lihat, Jeffrey Winters, "Structural power and

Hussein Onn adalah anak dari pendiri dan pre
siden pertama United Malayan National Organisation (UMNO), Onn Ja'far.

57.

investor mobility: capital control and state policy

in Indonesia, 196t1990", Disertasi PhD, Yale
University, 1991.

ko

Agustino, Dinasti Politik PascaQtonomi Orde Bant

kepolitikan dan perekonomian negara sebagaimana dinyatakan l,ord Acton, "fower tends
to corrupt and absolute lower corrupts absolutely." Kekuasaan mutlak segera lahir dan
hadir besitu politik kedinastian dipraktikkan.
Persoalannya, bagaimana dinasti politik itu bisa
muncul dan berwujud?

Tidak seperti struktur sosial lain, keluarga
merupakan satu kelompok biologikal sekaligus
kelompok sosial yang (secara relati0 mempu-

nyai keanggotaan tetap. Ia dihubungkan oleh
aspek keturunan (darah), perkawinan atau
keluarga angkat (budaya). Karena kedekatan
itulah keluarga diberi tanggung jawab utama,
antara lain, (i) tanggung jawab ekonomi; (ii)
mencapai status ekonomi, sosial, dan politik,
yang dicitacitakan; (iii) mewujudkan rasa ke
eratan satu sama lain.6 Dalam sistem kekeluargaan seperti ini seseorang bisa menentukan
bagaimana individu lain dapat dimasukkan ke
suatu kelompok keluarga rapat sekaligus me
nentukan siapa yang boleh atau tidak diterima
menjadi anggota baik melalui ikatan perkawinan
ataupun tradisi.
Sebagai sebuah institusi, keluarga dianggap

unit penting dalam orientasi atau sosialisasi
politik seseorang pada tingkat awal dan sete
yang diharapkan dapat memenuhi
rusnya
tuntutan keluarga setelah mencapai status
politik dan ekonomi tertentu dalam masyarakat.
Sebasai iluskasi, seseorang yang telah memperoleh pekeriaan biasanya akan mendorong
saudara-saudaranya unfuk bekerja pada tempat
yang sama. Dia memahami seluk-beluk pro-

xdur penerimaan pegawai, mempunyai kenalan
dekat di bagian kepegawaian yang dapat me
hcarkan proses rekruknen, mengetahui pe

lrbat yang harus "dirayu" dan "didekati", se
lirgga memudahkan dia mengajak keluarga
ar kerabat untuk bergabung di tempatnya
hekerja. Mengajak keluarga, saudara, dan ke
biasanya dilandaskan pada tujuan untuk

r'&!

lrrcy Mair, An Introduction to Sacial Anthro,o&qg,' (Oford: Odord University Press, 1991),
h.L

89.

105

tidak lagi membebani orangtua. Namun demikian, tidak sedikit orang bekerja dengan alasan

prestise dan orientasi ekonomi atau politik
tertentu. Oleh sebab itu, jika usaha ini berhasil,
untuk mengajak lebih
maka usahausaha lain
banyak keluarga, saudara dan kerabat-akan
terus menyusul.
Jalinan kekeluargaan, perasaan berutang
budi, dan alasan unhrk menyenangkan keluarga
adalah beberapa argumen yang dapat mengubah dan menentukan orientasi politik sese
omng. Dari sinilah awal mula munculnya embrio
dinasti politik. Setelah jejaring kekeluargaan
terbentuk, mereka akan berusaha menjaga
soliditas di antara mereka agar keluarga dari
kelompok lain tidak dapat mengisi jabatan yang
ditempati keluarga mereka.t fuar tidak terlihat
adanyakolusi atau nepotisme, embrio tersebut
akan menjalarkan (hasil) rekrutmen keluarga,
saudara, dan kerabatnya pada departemen,
dinas, kantor, badan lain yang mungkin dapat
ditembus. Apabila dipupuk dan dipelihara de
? Politik kekeluargaan yang mengarah pada

terbentuknya dinasti politik tidak jarang
dikaitkan dengan praktik nepotisme. Nepotisme
adalah praktik seorang pejabat pemerintah yang
melantik seseorang atau lebih sanak saudara
dekat mereka dalam posisi administrasi negara
tidak berdasarkan pertimbangan jabatan dan
kepangkatan
- kalaupun ada biasanya dilakukan rekayasa untuk menjustifikasinya; memberi
mereka keutamaan dan keistimewaan agar dapat menaikkan prestise serta meningkatkan pen-

dapatan ekonomi k'eluarga; dalam rangka membentuk satu mesin politik basi terbentuknya dinasti politik bukan untuk meningkatkan kese
jahteraan orang banyak. Hubungan kekeluargaan membedakan nepotisme dengan istilah lain
yang lebih luas dan berkaitan dengantya, ba-

tronage dan sfoi[s; lihat, Julius Gould dan
Wuilliam L Kolb, A Dictionary of the Social

Scienca (I-ondon: Tavistock Publications, 1974),

hal. 465. Dengan demikian, nepotisme dapat
dikatakan sebagai bentuk korupsi politik dengan

cara mengangkat dan melantik keluarga,
saudara, kerabat dan sejawat dekat secara tidak
adil dalam jabatan publik atau penting; memberi
mereka layanan istimewayang melanggar nofina
dan peraturan seharusnya.

106 ;

Prisma Vot. 29, No. 3,Juti 2010

ngan baik, embrio itu akan menjadi cikal bakal
dinasti politik yang mampu berdiaspora dan
menggurita, yang pada akhirnya dapat menentukan orientasi atau kepentingan (politik dan
ekonomi) keluarga dengan mengatasnamakan
lembaga dan jabatan formal.

dan partai politik, yang menjadi alatbagi mern*
jukan kepentingan keluarga diwujudkan.
Studi Springborg mirip dengan temuan
JamesABillyang menelaah Iran. Melalui pen
dekatan kualitatif dengan sumber-sumber oto

Beberapa sarjana, antara lain, Robert
Springborg, James A Bill, Linda kwin, CD

merupakan salah satu faktor penting dalam
perpolitikan Iran, kendati tidak memiliki pe
ngaruh kuat seperti pada masa sebelumnya
Elite politik Iran tidak sungkan membawa dan

I-ande, dan Stella l.owder, telah mengkaji seca-

ra menarik bagaimana kepentingan keluarga
hadir dalam ranah politik dan ekonomi, baik
pada aras nasional maupun lokal.s Studi mereka

penting untuk ditelisik, terutama untuk memahami lebih dalam bagaimana dinasti politik dapat tumbuh, berkembang, dan menjalar, dalam
sebuah sistem politik demokratik. Dalam ana-

lisisnya mengenai pemilihan dan rekrutonen
anggota, corak dan tingkah laku elite politik
Mesir, Springborg mendalilkan bahwa keluarga

merupakan unit yang paling mudah dikenal
dalam organisasi politik informal di negeri itu.
Sebelum 1952, elite ekonomi dan politik negeri
itu dipilih secara eksklusif berdasarkan hubungan kekeluargaan dan perkawinan. Tuan
tanah kaya akan memperluas jejaring pakonasi

dan membangun dinasti politik berdasarkan
kekayaan material dan monopoli terhadap jabatan-jabatan politik penting kekeluarga. Mereka
tidak jarang menggunakan pranata perkawinan
sebagai kaidah untuk memperluas ikatan dua
atau lebih keluarga dan menyatukan beberapa
jejaring patronasi. Dari sanalah kelompok, faksi,

8 Lihat, Robert Springborg, Potitical Elitees in

the

Mid.dle Eosl (Washlngton DC.: American Ente
rprise Institute for Public Policy Research, 1g75);
JamesABill, The Pattern of Elitees Politics in lran
(Washington DC.: American Enterprise Institute
for Public Policy Research, 1975); Unda I-ewin,
"Some Historical Implications of Kinship Organization for Family Based Politics in the Brazilian
Northeast", dalarn Comparatiue Study of Society
and History,2I (2),1979; CB Lande, Kinship and.
Politics in Pre-moderu and Non-Western Societies

ritatif, Bill menyimpulkan bahwa keluarga

memasukkan "muka-muka baru" dalam gelanggang politik lokal dan nasional dalam rangka
mencari kemungkinan membenfuk dinasti sendiri. Karenanya, ddak mengherankan bila se
jumlah keluarga memiliki perwakilan dalam elite
politik kan. Sementara di Brasil, menurut l.ewin,
keluarga dan kerabat memainkan peran penting
di lebih dari 300 wilayah. Bahkan, sejak tahun
1889 sampai 1930, pemimpin politik di tingkat
nasional selalu merupakan jejaring dinasti politik

yang berasal dari wilayah Paraiba. Elite politik
dari wilayah lain menyebut zaman itu sebagai
era kejayaan keluarga Paraiba.e Oligarki paraiba
membangun dinasti politik dengan membuat

koalisi 36 keluarga besar yang mempunyai
kuasa monopoli atas sumber-sumber strategis
seperti tanah, pasar, tenaga kerja, dan lain-lain.
Pada dasarnya, sistem politik yang dibangun
berasaskan jejaring kekeluargaan bahu-membahu mendominasi posisi.posisi penting dalam
birokrasi pemerintahan Brasil.

Sementara lande menemukan bahwa dinasti politik keluarga juga menjadi logika ber-

politik di Filipina. Setidaknya ada 24 dinasti
politik yang saling-mengait menguasai peme
rintahan di Filipina. Walaupun terdapat banyak

dinasti politik, mereka tetap dipimpin oleh
sebuah "dinasti politik keluarga besar,'yang
dikenal seb agu go dg ar entho o d.ro Dinasti politik
keluarga juga memainkan peran sentral dalam
praftf,ik korupsi dan nepotisme di Cuenca, kota

terbesar ketiga di Ekuador. Menurut Lowder,

(New York: Random House, 1985); Stella
l,owder, The Consequences of Nepotisrn, and

e lewin, "Some Historical Implications
of Kinship

Patron-clientelism: The Case of Cuenca, Ecuador
(.ondon: Routledge, 1999).

r0

Organization...", hal. 34.
Iande, Kinship and Politics in pre-modem..., hal.
288.

&ttTrHill_

Leo Agustino, Dinasti Politik PascaQtonorni Orde Baru

kerja paling menarik bagi kelompok elite
Cuenca, dan menjadi rebutan beberapa dinasti
politik, adalah menduduki jabatan kepala daerah

(eksekuti$ yang memiliki otonomi tinggi dan
mempunyai wewenang luas dalam mendistribusikan sumber-sumber politik dan ekonomi.
Dengan dikuasainya posisi penting itu, imple
mentasi kebijakan serta pekerjaan yang bersifat
high patronage dalam ekonomi serta politik
dapat dilakukan sesuai keinginan mereka yang
berkuasa. I(arena itu, praktik korupsi dan nepo
tisme di Cuenca sulit diberantas selama mekanisme dinasti politik berlangsung seperti itu.
IGjian-kajian di atas mendedatrkan sekaligus
memberi pelajaran penting bahwa politik keluarga yang berdiaspora menjadi dinasti politik

cenderung mengkhianati amanat rakyat. Me
reka seolah-olah bekeda seperti yang diinginkan rakyat dan berlaku demi kepentingan masyarakat luas, tetapi pada kenyataannya mereka

justru berjuang keras meraih kejayaan dan
kepentingan hanya untuk kelompok mereka
sendiri. Memperluas kekuasaan ekonomi dan

mempertahankan kekuasaan politik adalah
sebagran dari kepentingan mereka.

Pendekatan Elite dalam
Memahami Dinasti Politik
Studi dinasti politik seperti dibahas di atas
sebenarnya merupakan kajian mengenai peran

elite politik dalam struktur masyarakat. Pendekatan elite yang digunakan di sini barangkali
dapat membantu memahami bagaimana dinasti
politik kadang kala memiliki pengaruh terhadap
dinamika politik dan ekonomi sebuah negara

atau daerah administrasi. Para sarjana yang
meneroka pendekatan elite dalam dinasti politik
mempunyai pandangan yang berbeda. Pada
awal abad ke20, Vilfredo Pareto dan Gaetano
Mosca,tt misalnya, mengemukakan tesis bahwa
dalam setiap masyarakat ada kelompok orang
,::',

irl
'i:

'Lihat, Gaetano Mosca, The Ruling Class (New
York McGraw-Hill, 1939); Vilwedo Pareto, The
Mind and Society, terjemahan @race: Harcourt,
1935).
-5ri&t-l

,

toz

yang memerintah (ruling class) dan kelompok
jumlah kelomyang diperintah (ruled c/ass)
pok atau golongan yang pertama lebih sedikit
ketimbang kelompok/golongan yang terakhir.
Pareto merumuskan kelompok yang memerintah sebagai kelas pemerintah (goueming class),
sedangkan Mosca mengistilahkannya dengan
kelas politik (ruling class). Sementara itu, Tom
Bottomore membedakan tiga kelompok elite:l2
(i) elite dari segi fungsional, terutama kelompok
pekeda yang mempunyai status tinggi dalam
masyarakat; (ii) kelas politik, yakni semua ke

lompok yang menggunakan atau mempunyai
kuasa politik dan pengaruh langsung dalam
politik keseharian; (iii) elite politik, yakni se
kumpulan kecil kelas politik terdiri dari individuindividu yang sebenarnya menjalankan kuasa
politik dalam sebuah masyarakal
Di samping itu, dari segi teori atau praktik
politik, golongan elite menganggap "kesetiaan"
sebagai sebuah sifat yang hanya dimiliki oleh
keluarga, saudara, dan kerabat dekat.13 Mereka
sangat berhati-hati menerima orang dari "luar"
dan juga berpandangan negatif terhadap kese
tiaan orangorang dari luar lingkungan keluarga

yang dianggap dapat mengganggu stabilitas
dinasti politik mereka. Sikap demikian menjadi
prinsip dasarelite politik dalam memilih anggota
yang hendak direkrut. Karena itu, tidak mengherankan bila seseorang yang berkuasa cen12Tom Bottomore, Elites and Society (New York:
Basic Book, 1964), hal. &9.
13 "Kesetiaan"
biasanya dijadikan salah satu argumen utama yang dipakai untuk mempertahan-

kan atau menjustifikasi pelantikan-pelantikan
berunsur personal. Sebagai contoh, seorang pre
siden mempunyai hak prerogatif untuk melantik
seseorang (anak, saudara, mantu, besan, dan
lain-lain) yang dia anggap sesuai dan layak un-

tuk menduduki jabatan tertentu. Karena itu,
orang yang dipilih adalah mereka yang setia,
dipercaya, dan mampu "bekerja sama". Kesetiaan dalam pengertian elite bisa ditakrifl