SEJARAH PSIKOLOGI SOSIAL BESERTA RUANG L

SEJARAH PSIKOLOGI SOSIAL BESERTA
RUANG LINGKUP DAN CABANGNYA

KELOMPOK IV
1. Arif Budiyanto

(17081321)

2. Dhimas Ary M

(17081299)

3. Dinda Noora A

(17081331)

4. Desi Anggraini

(17081265)

5. Ema Apriliani


(17081347)

6. Erlina Wardanisar P (17081293)
7. Ghea F. Agatha Dewi (17081312)
8. Kuffa Sukriyani

(17081326)

9. Nabila Khasnaaun N (17081310)
10.Rahmi Elizha M

(17081295)

11.Ristiyana Kurnia D

(17081337)

12.Rosa Rosmala


(17081261)

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
Jalan Wates Km. 10,5, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55753
2017/2018

1

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis berjudul “Sejarah Psikologi
Sosial Beserta Ruang Lingkup dan Cabangnya” ini dapat tersusun dengan baik dan lancar.
Tanpa bantuan dari semua pihak, karya tulis ini tidak akan terwujud. Dalam penulisan
karya tulis ini, penulis mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis meminta kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun serta
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, 10 Oktober 2017
Penulis,

2

DAFTAR ISI
1. JUDUL………………………………………………………………….………..1
2. KATA PENGANTAR…………………………………………………….…… 2
3. DAFTAR ISI……………………………………………………………………. 3
4. BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………...….4
B. IDENTIFIKASI MASALAH…………………………………………...…...5
C. RUMUSAN MASALAH………………………………………………...….5
D. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………...…..6
E. MANFAAT PENELITIAN……………………………………………....….6
5. BAB II METODE PENELITIAN…………………………………………….…7
6. BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………..……8
7. BAB IV PENUTUP……………………………………………………………...32
8. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………33


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan diantara manusia tersebut ternyata tidak
selamanya berjalan lancar. Adakalanya muncul kesalah pahaman, perselisihan,
pertengkaran, permusuhan, bahkan peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi
dalam skala yang kecil ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan tetapi juga bisa
terjadi dalalm skala yang lebih besar ditingkat nasional dan internasional. Dalam kajian
psikologi sosial hal ini terjadi karena tidak adanya kesamaan pandangan terhadap suatu
pola perilaku pada suatu struktur kelompok sosial. Masing-masing pihak merespon
rangsangan sosial yang diterimanya dari lingkungan sosial, sehingga memunculkan sikap
memilih atau menghindari sesuatu.
Objek pembahasan dari Psikologi Sosial tidaklah berbeda dengan psikologi secara
umumnya. Hal ini bisa dipahami karena Psikologi Sosial adalah salah satu cabang ilmu
dari psikologi. Bila objek pembahasan psikologi adalah manusia dan kegiatannya, maka
Psikologi Sosial adalah kegiatan-kegiatan sosialnya. Masalah yang dikupas dalam
psikologi umum adalah gejala-gejala jiwa seperti perasaan, kemauan, dan berfikir yang
terlepas dari alam sekitar.

Sebagaimana ilmu-ilmu sosial, objek pembahasan psikologi sosial adalah terpusat
kepada kehidupan manusia. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki
kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yanbg tinggi dibandingkan dengan makhlukmakhlukNya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguasai
alam, menaklukkan makhluk yang lebih kuat, dan menciptakan segala sesuatu yang
dapat menyempurnakan dirinya. Hal ini bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat
potensi yang selalu mengalami proses perkembangan setelah individu tersebut
berinteraksi dengan lingkungannya.
Masalah-masalah yang terjadi pada kalangan remaja menunjukkan bahwa betapa
besarnya pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dalam kelompok sosial.
Psikologi Sosial dalam hal ini membantu memberikan pemecahan persoalannya dengan
upaya pendidikan keagamaan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengangkat judul “Sejarah Psikologi Sosial
Beserta Ruang Lingkup dan Cabangnya” dengan tujuan agar kita lebih mengetahui

4

Penulis berharap semoga setelah membaca karya tulis ini pembaca mendapatkan
wawasan yang lebih luas tentangSejarah Psikologi Sosial hingga membentuk cabang
seperti saat ini.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah berjudul Sejarah Psikologi Sosial Beserta Ruang
Lingkup dan Cabangnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Menguraikan penjelasan psikologi sosial
2. Menjelaskan sejarah psikologi sosial
3. Menjelaskan tahapan atau masa kelahiran psikologi sosial
4. Menjelaskan kedudukan psikologi sosial di antara ilmu sosial lainnya
5. Menjelaskan psikologi sosial menekan pada individu
6. Menguraikan definisi menurut para ahli
7. Menguraikan teori-teori psikologi sosial
8. Menguraikan metode-metode psikologi sosial
9. Menguraikan tujuan psikologi sosial
10. Menjelaskan implementasi psikologi sosial dalam kehidupan masyarakat
11. Menjelaskan pemecahan masalah sosial
12. Menjelaskan ruang lingkup psikologi sosial
13. Menjelaskan psikologi agama dan cabang-cabang
14. Menguraikan manfaat psikologi sosial
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian psikologi sosial?
2. Bagaimana sejarah psikologi sosial?

3. Bagaimana tahapan atau masa kelahiran psikologi sosial?
4. Bagaimana kedudukan psikologi sosial di antara ilmu social lainnya?
5. Bagaimana psikologi sosial menekan pada individu?
6. Bagaimana definisi menurut para ahli?
7. Bagaimana teori-teori psikologi sosial?
8. Bagaimana metode-metode psikologi sosial?
9. Bagaimana tujuan psikologi sosial?
10. Bagaimana implementasi psikologi sosial dalam kehidupan masyarakat?

5

11. Bagaimana pemecahan masalah sosial?
12. Bagaimana ruang lingkup psikologi sosial?
13. Bagaimana psikologi agama dan cabang-cabang?
14. Bagaimana manfaat psikologi sosial?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan karya tulis berjudul Sejarah Psikologi Sosial
Beserta Ruang Lingkup dan Cabangnya yaitu :
1. Memenuhi salah satu tugas dari dosen di semester 1
2. Untuk


mengetahui

bagaimana

penyelesaian

masalah-masalah

yang

terjadi

dilingkungan sekitar kita
3. Menjadikan kita sebagai manusia yang disiplin serta menjunjung tinggi nilai
kesejahteraan hidup bersama
E. Manfaat Penelitian
Karya tulis berjudul Sejarah Psikologi Sosial Beserta Ruang Lingkup dan Cabangnya
semoga dapat bermanfaat
a. Bagi mahasiswa :

- menambah pengalaman
- menambah wawasan
- menambah materi tambahan diluar kampus
b. Bagi guru :
- memberi motivasi kepada mahasiswa
- memberi dukungan kepada mahasiswa
- memberi dorongan kepada mahasiswa
c. Bagi pembaca :
-menambah pengetahuan

6

BAB II
METODE PENELITIAN
Pada proses penelitian ini digunakan beberapa metode untuk memperoleh data atau fakta
yang akan diperoleh dalam hasil penelitian dan pembahasan. Cara atau metode tersebut
diantaranya adalah
1. Metode Internet atau Research
Metode Internet atau Research adalah metode mencari data dengan cara
mencari di internet atau membuka situs-situs tentang Sejarah Psikologi Sosial sebagai

pelengkap bahan.

7

BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi sosial terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sosial. Psikologi diartikan
sebuah bidang ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perilaku dan fungsi mental
manusia secara ilmiah. Kemudian, social merupakan segala perilaku yang berhubungan
dengan hubungan antar individu. Jadi, pengertian psikologi sosial bisa diartikan juga
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pikiran, perasaan, perilaku dalam konteks
sosial.
2. Sejarah Psikologi Sosial
Dalam sejarahnya yang masih pendek, perkembangan psikologi sosial dapat di
uraikan melalui beberapa tahap yaitu masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanakkanak, masa dewasa, dan masa yang akan datang.
Gabriel tarde (1842-1904) ia adalah seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang di
anggap pula sebagai bapak psikologi sosial (social interaction) tarde berpendapat bahwa
semua hubungan sosial selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan
antar manusia hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasi itu

Kata imitasi berasal dari bahasa inggris to imitate yang berarti mencontoh, mengikuti
suatu pola, istilah imitasi ini secara populer di artikan secara meniru. Menurut tarde
masyarakat tidak lain dari pengelompokan manusia. Di mana individu mengimitasi
individu yang lain dan sebaliknya. Pendapar tarde tersebut ternyata banyak mendapatkan
kritikan seperti yang di kemukakan chorus, yang antara lain mengatakan bahwa teori
tarde ternyata berat sebelah. Walaupun tarde tidak di terima secara mutlak namun
olehnya telah di kemukakan suatu factor yang memegang peranan penting pergaulan
sosial antara lain manusia.
Gustav le bon (1841-192) ia terkenal karena sumbangannya psikologi massa yang di
maksud dengan massa adalah kumpulan orang-orang untuk sementara waktu karena
minat dan kepentingan bersama. Ia juga mengatakan bahwa massa itu punya jiwa
tersendiri yang berlainan sifatnya dengan sifat-sifat jiw individu

8

Jadi seorang individu yang tergabung dalam massa itu akan bertingkah laku secar
berlainan di banding dengan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai
individu
Pendapat le bon ini juga menimbulkan banyak kritik terutama pandangannya terhadap
massa. Jiwa massa dianggapnya banyak menimbulkan sifat-sifat negative padahal
anggapan tersebut tidak selalu benar seutuhnya, sebab massa dapat membangun secara
konstruktif serta dapat mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang positif
Emile durkheim (1858-1917) sebagai seorang tokoh sosiologi ia berpendapat bahwa:
-

Gejala-gejala sosial yang terdapat dalam masyarakat tidak dapat di bahas oleh
psikologi, melainkan hanya oleh sosiologi adapun alasannya ialah bahwa yang
mendasari gejala-gejal sosial itu suatu ksadaran kolektif dan bukan kesadarn
individual

-

Masyarakat itu terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang hidup secara
kolektif dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapam\n yang kolektif
pula dan hanya dengan kehidupan kolektif itulah yang dapat menerangkan gejalagejala sosial

-

Bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa seperti yang di katakana oleh le
bon yaitu jiwa kelompok (group mind) dan jiwa individu (individual mind)
Durkheim pun mendapat beragam kritikan yaitu berat sebelah artinya menitik

beratkan pada peranan jiwa kolektif dan fantastis artinya pendapat mengenai jiwa
kolektif hanya suatu lamunan, khayalan saja yang sukar di buktikan oleh kehidupan
nyata.
Psikologi sosial modern mulai dikembangkan pada saat pergantian abad ke 19
menuju abad 20.
Tripplet (1898) memulai sebuah eksperimen perdana dalam bidang psikologi
sosial dengan meneliti pengaruh kehadiran orang lain terhadap peningkatan
performance seseorang dalam mengerjakan suatu tugas, topic yang di telitinya sering
di sebut “fasilitas sosial” (social fasititation) yang sampai saat ini masih banyak di
minati oleh para ahli psikologi sosial. Selain itu, buku yang berjudul Social
Psychology diterbitkan pada tahun 1908 (McDougall, 1908; Ross, 1908).
Menjamurnya penelitian-penelitian di bidang psikologi sosial barangkali dimulai
periode 1920-1940. Beberapa topik penelitian sengaja difokuskan pada isu-isu
tertentu yang sedang booming pada masa itu. Contohnya, pada awal 1900an, yang
pada masa itu terjadi imigrasi besar-besaran penduduk Eropa Barat menuju Amerika

9

Utara. Tentunya bukanlah hal yang mengejutkan bila penelitian-penelitian yang
banyak dilakukan berbicara tentang sikap, kebangsaan, dan kelompok-kelompok etnis
(Pancer, 1997).
3. Tahapan Atau Masa Kelahiran Psikologi Sosial
Selain itu perkembangan jurnal-jurnal psikologi sosial, juga dapat mencerminkan
psikologi sosial itu sendiri, khususnya khususnya di amerika serikat dimana jurnal-jurnal
itu di terbitkan
Masa prakelahiran. Psikologi di kokohkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri dengan
didirikannya laboratorium pertama di dunia di leipzing oleh wuntdt pada tahun 1879,
bibit-bibit psikologi sosial mulai tumbuh. Yaitu ketika lazarus & steindhal pada tahun
1860 mempelajari bahasa, tradisi dan institusi masyarakat untuk menemukan jiwa ummat
manusia (human mind).
Upaya lazarus masih sangat di pengaruhi oleh antropologi, kemudian di kembangkan
oleh wundt pada tahun 1880 mulai mempelajari psikologi rakyat
Masa awal kelahiran psikologi sosial di tandai dengan lahirnya dua buah buku
berjudul sama yaitu psikologi sosial pada tahun 1908 yang di tulis oleh dua ilmuwan dari
disiplin ilmu yang berdeda, yaitu w. mcdougall (psikologi) dan ross adalah seorang
sosiolog yang berpendapat bahwa perilaku sosial di sebabkan oleh imitasi atau sugesti.
Serta juga tertarik mendalami topic-topik yang berhubungan psikologi massa dan
perilaku kolekti. Kerja ross ini mengembangkan studi psikologi sosial dalam sosiologi.
Sementara buku ke dua yang di tulis mc dougall menekankan pada sifat instink pada
tingkah laku sosial sebagai focus pembahasan yang juga menjadi topic utama pada
tahun-tahun awal kemunculan bidang psikologi sosial.
Masa perang dunia 1 & 2. di masa-masa perang dunia pertama dan berkuasanya nazi
di jerman selama perang dunia ke dua. Perhatian psikoogi sosial berkembang ke arah
studi tentang otoritarianisme (kekuasan), setelah perang dunia selesai perhatian
psikologiu beralih ke proses individual dan psikologi sosial mulai mempelajari proses
interaksi sosial
Masa mutakhir proses pendewasan psikologi sosial mencapai puncaknya antara tahun
1970 sampai tahun 1980 dengan berbagai penelitian mengenai atribusi, sikap (attitude),
perbedaan jenis kelamin (gender), diskriminasi seksual psikologi lingkungan , psikologi
massa dan sebagainya . Tahap inipun ditandai dengan berkembangnya penelitianpenelitian psikologi sosial terapan (Baron & Byrne , 1994) seperti psikologi kesehatan ,

10

psikologi hokum , psikologi lingkungan kerja , psikologi kepolisian , dan psikologi
lingkungan .
Masa yang akan datang perkembangan psikologi sosial masih akan berlanjut di masamasa yang akan datang (pasca tahun 19990-an) . cirinya adalah penelitian kognisi dan
penerapan psikologi sosial yan makin canggih , yang menggunakan perspektif cultural
yang multidi-mensional (psikologi lintas budaya ) dan kemajemukan sosial .
Jurnal-jurnal psikologi sosial jurnal adalah media pertukaran informasi dan hasil-hasil
penelitian

ilmiah

di

bidang

ilmu

pengetahuan

tertentu.

Judul-judul

jurnal

menggambarkan isi jurnal itu dan karenanya dengan memperhatikan perkembangan dan
perubahan judul-judul jurnal dari suatu ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui
perkembangan pemikiran para penelti dari bidang ilmu bersangkutan . dalam bidang
psikologi sosial, sebagaimana yang tercatat dalam buku karangan Shaver (1997) , jurnal
yang pertama di terbitkan pada tahun 1922 oleh Morton prince yang ketika itu
berpendapat bawa psikologi tentang perilakuu menyimpang .ada kaitannya dengan
prilaku sosial.
4. Kedudukan Psikologi Sosial di Antara Ilmu Sosial Lainnya
Kedudukan Psikologi Sosial di Antara Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Manusia, dimanapun
dia berada, tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, sejak
dahulu orang sudah menaruh minat yang besar pada tingkah laku manusia dalam
lingkungan sosialnya. Minat yang besar ini tidak hanya timbul dari diri pengamatpengamat awam, tetapi juga dikalangan para sarjana dan cerdik cendekiawan.
Sekalipun demikian, psikologi sosial, sebagai ilmu khusus yang mempelajari tingkah
laku manusia dalam lingkungan sosialnya, baru timbul kurang dari 100 tahun yang lalu.
Sebelum itu gejala perilaku manusia dalam masyarakatnya dipelajari oleh antropologi dan
sosiologi.
Antropologi mempelajari manusia sebagai suatu keseluruhan. Objek material
antropologi adalah umat manusia dan objek formalnya adalah studi tentang produkproduk budaya umat manusia. Antropologi mencoba menerangkan hakikat perilaku
manusia dengan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan berbagai suku
bangsa di dunia. Karena manusia tidak pernah bisa lepas dari pengaruh lingkungan
budaya, maka antropologi penting sekali artinya untuk psikologi sosial.
Berbeda dari antropologi, sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai bagian
dari lingkungan yang terbatas, seperti keluarga, desa, masyarakat di suatu wilayah

11

tertentu dan sebagainya. Karena setiap manusia selalu terkait dengan lingkungan
masyarakat tertentu, maka pengaruh sosiologi pun sangat besar dalam psikologi sosial.
Peranan antropologi dan sosiologi dalam psikologi sosial antara lain adalah untuk
mengurangi atau setidaknya menjelaskan bias (penyimpangan) yang terdapat dalam hasil
penelitian psikologi sosial sebagai akibat pengaruh kebudayaan atau kondisi masyarakat
disekitar manusia yang sedang diteliti.
Sasaran penelitian psikologi sosial sendiri adalah tingkah laku manusia sebagai
individu. Inilah yang membedakan psikologi sosial dari antropologi dan sosiologi yang
mempelajari tingkah laku manusia sebagai bagian dari masyarakatnya.
Perbedaan objek material antara psikologi sosial dan antropologi serta sosiologi
membawa implikasipun dalam bentuk perbedaan objek formal atau metedologi yang
digunakan dalam ilmu-ilmu tersebut. Jika antropologi dan sosiologi mengutamakan cara
pendekatan deskriptif dan umumnya tidak melakukan generalisasi, maka psikologi sosial
biasanya menggunakan metode eksperimental, yaitu metode dimana suatu gejala diamati
dalam kondisi yang dikontrol (faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap
timbulnya gejala dikendalikan oleh peneliti). Berdasarkan pengamatan-pengamatan dalam
kondisi yang terkontrol ini, peneliti biasanya membuat formula-formula (rumus-rumus,
dalil-dalil, hukum-hukum, teori-teori) yang berlaku umum.
Serge moscovici seorang psikolog sosial perancis menyatakan bahwa psikologi sosial
adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi
sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu sistem sosial yang lebih
luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan
ekonomi. Selain itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami
relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Meskipun
demikian, perlu dicatat bahwa ciri khas dari psikologi sosial adalah memfokuskan pada
individu daripada kelompok atau unit.
Psikologi sosial lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi
terhadap situasi sosial yang terjadi. Psikologi sosial mempelajari perasaan subyektif yang
biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi
perilaku.
Kesimpulan : “Pada dasarnya psikologi sosial sangat berhubungan dengan ilmu sosial
lainnya, dimana psikologi sosial merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial
lainnya”.

12

5. Psikologi Sosial Menekankan Pada individu
Setelah melalui perjalanan yang panjang, psikologi sosial mengalami stagnasi akibat
berkembangnya (dan dominannya) paham kognitif di Amerika. Akibat dari
berkembangnya paradigma ini, psikologi sosial seakan diseret dalam wilayah individual
yang menginginkan segalanya berfokus pada individu itu sendiri. Walaupun dalam kajian
intimate relationship, pendekatan-pendekatan yang selayaknya digunakan adalah
pendekatan individual, yang berarti mengabaikan pendekatan kontekstual yang
sebenarnya memiliki peranan yang tak kalah pentingnya dengan perspektif individual
(Pancer, 1997).
Salah satu solusi yang sempat mengemuka sebagai penawar krisis yang pelik ini
adalah “pendudukan” kembali hakikat psikologi sosial pada singgasananya, yang
menghendaki penelitian lapangan dan pengembangan teori-teori berdasarkan isu-isu
aktual, serta permasalahan sosial yang kerapkali terjadi dalam realitas. Namun
nampaknya solusi ini terpaksa tidak diindahkan oleh para pengampunya karena mereka
lebih senang berkutat pada eksperimen-eksperimen manipulatif mereka.
6. Definisi menurut para ahli
Menurut Gordon Allport (1985), psikologi social adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku
seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara:
-

Secara nyata atau actual

-

Dalam bayangan atau imajinasi

-

Dalam kehadiran yang tidak langsung (implied)

Menurut David O Sears (1994), psikologi social adalah ilmu yang berusaha secara
sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:
-

Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social

-

Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita

-

Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social

Menurut Sherif & Musfer (1956), psikologi social adalah ilmu tentang pengalaman
dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus social. Dalam defenisi ini,
stimulus social diartikan bukan hanya manusia, tetapi juga benda-benda dan hal-hal lain
yang diberi makna social.
Menurut Show & Costanzo (1970), psikologi social adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus social. Defenisi ini

13

tidak menekankan stimulus eksternal maupun proses internal, melainkan mementingkan
hubungan timbale balik antara keduanya. Stimulus diberi makna tertentu oleh manusia
dan selanjutnya manusia bereaksi sesuai dengan makna yang diberikannya itu.
Menurut Baron & Byrne (2006), psikologi social adalah bidang ilmu yang mencari
pemahaman tetnang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu
dalam situasi-situasi sosial. Defenisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman
terhadap asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.
Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial
membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:
-

Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang
persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan
monopoli dari psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar
dari studi tentang topik-topik ini.

-

Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan
sebagainya.

-

Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi,
hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan,
peran dan sebagainya.

Lebih lanjut dia mendefenisikan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial
(social psychology is the scientific study of individual behavior as a function of social
stimuli; Shaw & Coztanzo).
7. Teori-teori Psikologi Sosial
Secara umun dapat dikemukakan teori merupakan penjelasan lengkap tentang gejalagejala (Baron & Byrne, 2004; Myers, 2002). Dalam disiplin psikologi sosial, fungsi teori
adlah untuk menjelaskan gejala-gejala psikolgis dan perilaku individu dalam konteks
saling berpengaruh dengan dunia sosial. Berikut adalah teori-teori kontemporer dalam
psikologi sosial.

14

-

Teori Behavioristik

Perspektif teori behavioristik sangat meneknkan pada cara individu sebagai
organisme membuat respons terhadap stimulus lingkungan melalui proses belajar.
Dalam teori ini hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon merupakan
paradigma yang utama. Menurut John B. Watson, seorang tokoh pendiri aliran
psikologi behavioristik bahwa status ilmiah ilmu psikologi manusia menjadi lebih
terjamin apabila aktivitas-aktivitas ilmiahnya dilakukan oleh prosedur eksperimen
seperti pada penelitian psikologi binatang.
Para kritikus perspektif behavioristik menyebut perspektif ini sebagai pendekatan
“kotak hitam dalam psikologi”. Dalam hal ini stimulus masuk ke dalam “kotak
hitam” hanya sekedar untuk mengeluarkan respons tertentu yang sudah dipastikan
wujudnya. Para behavioristik tradisional memiliki pendapat bahwa proses
psikologis internal.
-

Teori Belajar Sosial

Akar perspektif teori belajar sosial (Social Learning Theory) adalah teori-teori
yang telah dikembangkan oleh para penganut psikologi behavioristik. Para pakar
teori belajar sosial, seperti Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004)

15

mengemukakan bahwa perilaku sosial individu dipelajari dengan melakukannya
dan secara langsung mengalami konsekuensi-konsekuensi dari perilaku sosial itu.
Selain itu, individu juga mempelajari perilaku baru melalui pengamatan terhadap
perilaku orang lain (Observational Learnig).
-

Teori Gestalt dan Kognitif

Para ahli psikologi gestalt dan kognitif memandang organisme sebagai agen yang
aktif dalam menerima, memanfaatkan, memanipulasi, dan menstranformasi
informasi yang diperolehnya. Dan mereka berpendapat bahwa manusia adalh
organisme yang memiliki kemampuan berpikir, merencanakan, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan. Dalam perspektif gestalt dan kognitif, kognisi
adalah istilah yang mengacu pada proses mental yang memiliki fungsi
menstranformasikan semua masukan (input) sensorik ke dalam struktur yang
bermakna. Para pakar psikologi gestalt dan kognitif memiliki keyakinan bahwa
pikiran merupakan faktor utama terjadinya suatu perilaku dimana manusia sebagai
makhluk yang mampu mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pada
pemrosesan informasi yang telah tersedia.
-

Teori Lapangan

16

Pendiri teori lapangan (field theory) adalah Kurt Lewin (1890-1947). Pemikiran
teori lapangan berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup (life space). Kurt
Lewin mengemukakan bahwa segenap peristiwa perilaku, seperti bermimpi,
berkeinginan atau bertindak, merupakan fungsi dari ruang hidupnya (Hergenhahn,
2000). Dalam formula yang lebih matematis, pemikiran beliau dapat dirumuskan
ke dalam rumusan berikut: b (behavior / perilaku), p (person / oramg) dan e
(enviroment / lingkungan). Dalam formula itu terkandung suatu pengertian bahwa
perilaku manusia, termasuk perilaku sosialnya, merupakan hasil dari interaksi dari
karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Perilaku manusia
merupakan hasil tidak terpishkan kedua unsur itu.
-

Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial (social exchange theory) juga merupakan perkembangan
lanjut perspektif teori behavioristik. Prinsip belajar teori behavioristik berdasarkan
prinsip ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) yang diintegrasikan bersama
prinsip-prinsip teori ekonomi klasik, salah satu tokoh teori pertukaran sosial
adalah George Homan (Stephan dan Stephan, 1990). Menurut teori pertukaran
sosial, individu memasuki dan mempertahankan suatu hubungan sosial dengan
orang lain karena ia merassa mendapat banyak keuntungan-keuntungan berupa
ganjaran dari hubungan itu.

17

-

Interaksionisme Simbolik

Perspektif teori ini dalam psikologi sosial dan sosiologi banyak mendapat
pengaruh dari pakar-pakar filsafat pragmatisme Anglo Saxon. Dua orang di antara
pakar-pakar filsafat pragmatisme Anglo Saxon itu adalah William Jaames (18421910) dan John Dewey (1859-1952). Di dalam teori Interaksionisme Simbolik
terdapat dua jenis aliran yaitu aliran Chicago dan Iowa. Aliran chicago lebih
menekankan metode penelitian kualitatif dalam penelitian psikologi sosial dan
sosiologi, sedangkan aliran Iowa lebih menekankan pada metode penelitian
kuantitatif (Stephan & Stephan, 1990).
Terdapat tiga ciri utama perspektif teori interaksionisme simbolik (Zanden, 1984),
yaitu:
1. Tindakan manusia terhadap sesuatu itu didasari oleh makna sesuatu itu
bagi mereka.
2. Makna dari sesuatu itu merupakan hasil dari suatu interaksi sosial.
3. Makna itu terbentuk dan termodifikasi berdasar pada proses intrepretif
yang dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain.
Teori interaksionisme simbolik mengemukakan bahwa manusia bahwa manusia
adalah entitas sosial yang hidup dalam suatu kelompok. Berdasarkan pada
informasi yang diperoleh dari proses komunikasi sosial dan pewarisan nilai, maka
individu-individu sebagai bagian dari suatu masyarakat mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial budayanya dalam upaya mencapai tujuan bersama.
-

Etnometodologi
Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli antropologi berkenaan dengan
metode untuk menganalisis keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik hidup yang
dilakukan oleh orang-orang asli di daerah tertentu (Zanden, 1984). Dalam makna

18

yang bersifat literer, etnometologi berarti prosedur yang digunakan orang dalam
usaha membuat kehidupan sosial dan masyarakat menjadi lebih dapat dipahami
dan memungkinkan untuk diteliti. Fokus utama etnometodologi adalah mengkaji
aktivitas praktis hidup sehari-hari orang yang secara etnis hidup dalam wilayah
geografis dan kebudayaan tertentu, termasuk perilaku sosial. Berbeda dari
interaksi simbolik yang lebih mementingkan interaksi antarindividu, perspekti
etnometodologi memiliki fokus pada metode yang menggambarkan cara individu
mengkonstruksi interaksi dan citra hidup sosial yang mempengaruhi kehidupan
sosial.
-

Teori Peran

Peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu yang brada
daalam suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk
berperilaku tertentu (Myers, 2002). Teori peran (role theory) memberi penelaah
terhadap perilaku sosial dengan penekanan pada konteks status, fungsi, dan posisi
sosial yang terdapat dalam masyarakat. Perilaku sosial seseorang dalam sebuah
kelompok merupakan hasil aktualisasi dari suatu peran tertentu.
Peran terdiri atas harapan-harapan yang melekat pada ciri-ciri perilaku tertentu
yang seharusnya dilaksanakan oleh seseorang yang menduduki posisi atau status
sosial tertentu di masyarakat. Posisi sosial yang menunjukkan peran tertentu
misalnya peran guru, atasan, bawahan, presiden, dan orang tua.
8. Metode-metode Psikologi Sosial
Dalam psikologi sosial ada beberapa metode yang dilakukan secara empiris tidak
seperti ketika psikologi sosial hanya dipikir dan direnungkan tanpa bukti dan fakt-fakta
yang jelas, ada beberapa metode yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Metode Eksperimen

19

Wilhem Wundt adalah yang pertama memakai dam mendasarkan metode ini
kedalam psikologi sosial secara ilmiah, dalam metode ini ada beberapa syarat yang
diajukan oleh Wilhem:
-

Kita harus dapat menetukan dengan tepat waktu terjadi gejala yang ingin kita
selidiki

-

Kita harus dapat mengikuti langsung gejala yang ingin kita selidiki dari mulanya
sampai pada akhirnya, dan kita harus mengamati dengan perhatian yang khusus.

-

Tiap-tiap observasi (pengamatan) harus dapat kita ulangi dalam keadaan-keadaan
yang sama.

-

Kita harus mengubah-ubah dengan sengaja syarat-syarat keadaan eksperimen.
Maksud metode ini memanglah untuk menimbulkan dengan sengaja suatu gejala
guna dapat menyelidiki berlangsungnya dengan persiapan yang cukup dan
perhatian yang khusus.

b. Metode Survey
Dalam metode ini penyelidik mengumpulkan keterangan-keterangan seluas
mungkin mengenai kelompok tertentu yang ingin dia selidiki, kebiasaan survey yang
digunakan adalah dengan wawancara, observasi dan angket untuk mendapatkan
keterangan.
c. Metode Diagnotik-Psikis
Dalam

mengumpulkan

beberapa

keterangan

biasanay

penyelidik

tidak

melakuakan dengan biasa, kadang perlu dilakukan uji test-test psikolgi yang dapat
menggambarkan segi-segi psikologi yang lebih dalam mendapat keterangan.
d. Metode Sosiometri
Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena dialah yang
menemukannya, yang mana metode ini merupakan metode baru dalam ilmu sosial
dan terfokus untuk meneliti “intra-group- relations” atau saling berhubungan antara
anggota kelompok di dalam suatu kelompok.
9. Tujuan Psikologi Sosial
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran Psikologi
Sosial bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan Pendidikan
Nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan
jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis

20

dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Tujuan kurikuler Psikologi
Sosial yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi lima tujuan berikut:
a. Membekali peserta didik dengan pengetahuan Psikologi Sosial sehingga tidak
terpengaruh, tersugesti oleh situasi sosial yang selamanya tidak bernilai baik.
b. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, mengnalisa dan
menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial secara tetap dan sisitematis
mengenai proses kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan bersama.
c. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan
perubahan dan pengrahan kepada tujuan dengan sebaik-baiknya.
d. Membekali peserta didik dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga
mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
e. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembanagn
masyarakat, perkembanagn ilmu, dan perkembangan teknologi.
Kelima tujuan di atas menjadi tanggung jawab yang harus dicapai dalam pelaksanaan
kurikulum Psikologi Sosial di berbagai lembaga pendidikan. Tentu dengan keluasan,
kedalaman, dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang
dilaksanakan.
10. Implementasi Psikologi Sosial dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam setiap masalah atau kasus yang terjadi di masyarakat pada umumnya
disebabakan adanya ketidakseimbangan perhatian atau pembinaan terhadap kedua aspek
yang ada di dalam diri manusia, yakni aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa).
Keseimbanagn kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku
individu ketika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan
masyarakatnya.
Terkait hal di atas dapat dicontohkan dalam kasus sebagai berikut: seorang remaja
yang berusia 13 tahun yang sedang duduk di bangku SMA memiliki sifat introvert.
Lingkungan yang keras dan minimnya pengetahuan tentang keagamaan telah
membesarkannya menjadi orang yang mudah terpengaruh pada situasi dan kondisi di
lingkungan sekitarnya.
Selain dari lingkunagn sekitarnya, kasus yang terjadi pada anak ini juga
dilatarbelakangi oleh keadaan keluarganya yang broken home sehingga mengakibatkan

21

pengaruh-pengaruh yang buruk dari lingkungan keluarga juga dengan mudah memasuki
kehidupannya. Hampir tiap malam anak ini bergaul dengan teman di lingkungannya yang
sering berjudi dan mabuk-mabnukan sehingga proses pendidikannya terganggu.
Studi pada kasus diatas memberikan ilustrasi bahwa betapa besarnya penagruh
lingkungan terhadap perilaku individu dalam kelompok sosial. Psikologi Sosial dalam
hal ini membantu memberikan pemecahan persoalannya denagn upaya pendidikan
keagamaan. Perangsang sosial yang berupa pendidikan keagamaan dan lingkungan sosial
yang penuh dengan kekeluargaan diharapkan mampu merubah perilaku individu menjadi
lebih baik, sehingga secara bertahap persoalan mendasar dari pengaruh buruk lingkungan
akan terkikis dan tergantikan denagn pengaruh yang baik dari pendidikan keagamaan.
11. Pemecahan Masalah Psikologi Sosial
Pemecahan Masalah Psikologi Sosial Melalui Pendekatan Interdisipliner, Pendekatan
Multidispliner karena subsistem masalah sosial banyak jumlahnya, kita harus
menggunakan disiplin ilmu sosial yang juga lebih dari satu. Dengan demikian, pada
pendekatan ini kita gunakan disiplin ilmu sosial yang sesuai dengan jumlah subsistem
masalah yang kita analisa dan kita kaji, disebut pendekatan interdisipliner. Mengingat
pendekatan sistem yang sekaligus juga pendekatan interdisipliner yang menggunakan
disiplin akademis yang jamak. Pendekatan ini dapat pula disebut sebagai pendekatan
multidisipliner.

Jadi,

pendekatannya

pada

hakekatnya

sama.

Ditinjau

dari

hakekatnya,pendekatan tadi tidak asing bagi manusia, karena berdasarkan cara berfikir
manusia yang multidimensional dalam mengevaluasi suatu gejala atau masalah.
12. Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Berdasarkan pengertian psikologi sosial di atas, maka Shaw & Constanzo membagi
ruang lingkup Psikologi Sosial dalam 3 wilayah studi, yaitu:
a. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang
persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
b. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku
meniru (imitasi), dan lainnya.
c. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan
kekuasaan, kerjasama, persaingan, dan konflik.
Psikologi Sosial yang menjadi objek studinya adalah segala gerak gerik atau tingkah
laku yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya

22

masalah pokok yang dipelajari adalah pengaruh sosial atau perangsang sosial. Hal ini
terjadi karena pengaruh sosial inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu.
Berdasarkan inilah Psikologi Sosial membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki
tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi perangsang sosial (Ahmadi,
2005)
Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu
gejala atau fenomena. Dengan mengerti suatu fenomena, kita dapat membuat peramalanperamalan tentang kapan akan terjadinya fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan
terjadi. Selanjutnya, dengan pengertian dan kemampuan peramalan itu, kita dapat
mengendalikan fenomena itu sampai batas-batas tertentu. Inilah sebetulnya tujuan dari
ilmu, termasuk psikologi sosial.
13. Psikologi Agama dan Cabang-Cabangnya
a. Psikologi Agama
Para ilmuwan (Barat) mengganggap filsafat sebagai induk dari segala ilmu.Sebab
filsafat merupakakn tempat berpijak kegiatan keilmuwan.Dengan demikian psikologi
termasuk ilmu cabang dari filsafat.Dalam kaitan ini, psikologi agama dan cabang
psikologi lainnya tergolong disiplin ilmu ranting dari filsafat.
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan
dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi).Dengan
demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku
manusia. Gejala jiwa yang melatarbelakangi aktivitas, sikap dan tingkah laku anakanak berbeda dengan anak remaja, serta juga terdapat perbedaan antara remaja dengan
orang dewasa maupun dengan orang yang sudah lanjut usia. Kenyataan ini
mendorong para ahli psikologi untuk mengembangkan cabang-cabang psikologi yang
dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala jiwa manusia pada tingkat usia
tertentu. Dari sini timbullah ilmu-ilmu cabang psikologi seperti psikologi sepeerti
psikologi anak, psikologi remaja, psikologi orang tua.
Setelah lahirnya cabang-cabang psikologi dan kemudian menjadi disiplin ilmu yang
otonom, pengembangannya tidak berhenti.Sebagai ilmu terapan, tampaknya psikologi
berkaitan erat dengan kehidupan manusia secara pribadi maupun dengan lingkungan
sosialnya. Kenyataan ini selanjutnya melahirka cabang-cabang lagi menjadi psikologi
kepribadian dan psikologi sosial,dll. Para ahli psikologi kemudian mulai menekuni
studi khusus tentang hubungan antara kesadaran agama dan tingkah laku agama.

23

Pengertian Psikologi Agama
Thouless berpendapat bahwa sikologi agama adalah cabang dari psikologi yang
bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku
bukan keagamaan.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah
kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh
keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada
umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
keyakinan tersebut.
Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti
dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia
masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan
melalui pendekatan psikologi.
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan mempelajari perkembangan manusia mulai dari
prenatal atau sebelum kelahiran hingga kematian. Terdapat tiga spesifikasi
khusus dalam psikologi perkembangan yaitu psikologi anak, psikologi dewasa
dan

psikologi

lanjut.

Psikologi

anak

secara

spesifik

mempelajari

perkembangan mulai dari prenatal hingga remaja.
Hal-hal yang dipelajari secara lebih terperinci pada psikologi anak antara lain
dampak pada masa prenatal, perkembangan fisik, motorik dan persepsi,
perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Dan juga terdapat perkembangan
emosi anak, perkembangan sosial, kognitif dan moral anak, perkembangan
remaja serta proses biologis, perkembangan fisik, seksualitas remaja, moral,
sosial dan kognitif remaja. Pada perkembangan anak, terutama dalam ranah
remaja, juga dipelajari mengenai perkembangan dan identitas diri serta gender
remaja.
Sedangkan, psikologi dewasa mempelajari mengenai tugas perkembangan
individu dan bagaimana dampak jika individu tidak dapat menyelesaikan
tugas perkembangannya. Psikologi dewasa dan psikologi lanjut juga

24

membahas

mengenai

hubungan

individu

dengan

lingkungannya,

perkembangan inteligensi, kepribadian, kemampuan kognitif .
b. Psikologi Sosial
Psikologi sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan
lingkungan. Studi dalam psikologi sosial terdiri dari pengaruh sosial, proses
bersama individu, serta interaksi kelompok. Dampak dan pengaruh sosial
terhadap tingkah laku individu juga dipelajari dalam studi psikologi sosial.
kemudian, psikologi sosial memiliki cakupan yang sangat luas dalam berbagai
disiplin ilmu.
Bahkan, psikologi sosial juga diaplikasikan dalam industri dan berbagai
disiplin. Sering kali orang tidak sadar telah menggunakan prinsip psikologi
sosial dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengendalikan kelompok dan
bagaimana pendapat seseorang berpengaruh terhadap oranglain. Psikologi
sosial juga membahas mengenai pengaruh budaya terhadap manusia.
c. Psikologi Kepribadian
Cabang psikologi yang ketiga adalah mengenai kepribadian. Psikologi
kepribadian, sesuai dengan namanya mempelajari yaitu mengenai kepribadian
manusia. Lebih jelasnya, psikologi kepribadian mempelajari tingkah laku
manusia sesuai dengan lingkungannya. Psikologi kepribadian telah lama
diuraikan oleh beberapa pakar namun kurang memiliki nilai ilmiah. Hal yang
dipelajari mencakup astrologi, chirologi, grafologi, phisiognomi, phrenologi
dan onychologi.
Psikologi kepribadian, kemudian berkembang dan teori mengenai kepribadian
berbeda dari tiap ahli. Beberapa ahli yang populer mengenai teori yang
digunakan dalam penyelidikan kepribadian antara lain teori kepribadian
Ludwig Klages, Teori Psiko-analisa Sigmund Freud, teori Adler, teori
Individu Allport, teori psikologi medan Kurt Lewin dan teori psikologi self
Carl Rogers.
d. Psikologi Tipologi
Psikologi tipologi sangat berkaitan dengan psikologi kepribadian. Hampir
sama dengan psikologi kepribadian, psikologi tipologi menjelaskan berbagai
kepribadian manusia berdasarkan tipologi atau tipe tertentu tertentu. Tipologi
ini awalnya digagas oleh Hipocrates dan disempurnakan oleh Galenus. Ilmu
yang digagas tersebut didasarkan pada cairan badaniah manusia.

25

Kemudian, berbagai tipologi selanjutnya muncul dengan berbagai dasar
seperti tipologi berdasar konstitusi (tipologi mahzab italia, mahzab perancis,
tipologi Kretschmer dan teori W.H. Sheldon), tipologi berdasarkan
temperamen (tipologi kant, tipoloi J. Bahsen, teori E. Meumann, tipologi
heymans dan teori kepribadian G. Ewald) dan tipologi berdasarkan nilai
kebudayaan berdasarkan teori Edward Spranger.
e. Psikologi Psikopatologi
Psikologi psikopatologi merupakan cabang dari ilmu psikologi yang berfokus
menyelidiki berbagai gangguan mental serta gejala abnormal lainnya.
Psikologi psikopatologi sangat berkaitan erat dengan psikologi abnormal
bahkan bisa dikatakan psikopatologi merupakan bagian dari psikologi
abnormal. Patologi sendiri diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
gangguan.
f. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan berfokus pada tingkah laku individu dalam dunia
pendidikan. Psikologi pendidikan juga mempelajari mengenai sistem
pendidikan dan pengaruhnya bagi individu. Proses individu belajar dan
berkembang dan efektivitas intervensi pendidikan juga dibahas dalam
psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan juga membahas mengenai sub kelompok anak tertentu
seperti anak berbakat dan anak dengan kebutuhan khusus. Psikologi
pendidikan mempelajari proses, faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia dimana psikologi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan efisiensi dalam dunia pendidikan.
g. Psikologi Perusahaan
Psikologi perusahaan cabang ilmu psikologi yang aplikasinya digunakan di
perusahaan atau tempat kerja. Psikologi perusahaan meliputi hubungan antara
karyawan, perilaku manajemen dan kinerja perusahaan yang dibahas dalam
perspektif psikologi. Psikologi perusahaan seringkali dissebut juga sebagai
psikologi industri dan organisasi.
h. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi industri mempelajari tingkah laku manusia dalam bidang industri.
Industri merupakan istilah yang digunakan untuk suatu badan usaha dan
memiliki kegiatan dalam mengolah bahan menjadi barang atau jasa. Psikologi

26

industri biasanya digabung dengan psikologi organisasi. Kedua istilah ini
tidak didefinisikan secara terpisah namun menjadi satu bagian di psikologi
industri dan organisasi.
Psikologi industri dan organisasi didefinisikan sebagai salah satu cabang
psikologi yang berfokus dalam tingkah laku individu dalam aturan kerja.
Prinsip psikologi diterapkan dalam aturan perilaku kerja dan digunakan untuk
mengubah perilaku jika diperlukan. Kemudian, Psikologi industri dan
organisasi meliputi perilaku individu saat bekerja, perilaku yang nampak dan
tidak nampak.
Dan juga, praktek dalam psikologi industri dan organisasi bukan hanya
dimanfaatkan untuk individu, namun juga untuk organisasinya. Psikologi
industri dan organisasi menangani beberapa hal antara lain hubungan antara
individu dengan individu, masalah pribadi individu misalkan stres kerja,
hubungan individu dengan kelompok dan hubungan individu dengan obyek
misalkan alat atau fasilitas.
i. Psikologi Organisasi
Organisasi merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama yang
ingin dicapai. Tujuan ini biasanya tidak dapat dicapai oleh individu
perorangan. Psikologi organisasi melihat tingkah laku dan hubungan individu
dalam organisasinya terutama dalam dunia kerja.
Ada banyak prospek kerja psikologi organisasi seperti menjadi konsultan
psikologi organisasi, bekerja sebagai bagian hrd perusahaan. Namun, pada
umumnya

perusahaan perusahaan menengah ke atas / besar yang

membutuhkan bagian ini. Di samping itu psikologi organisasi ini juga tidak
hanya diperusahaan, di pemerintahaan pun sebenarnya sangat di butuhkan.
j. Psikologi Kriminal
Psikologi kriminal berfokus untuk mempelajari masalah yang berhubungan
dengan kejahatan. Psikologi kriminal lebih populer disebut sebagai psikologi
forensik. Menurut Wrightsman, psikologi forensik merupakan salah satu
bidang kajian psikologi yang bertujuan dalam membantu proses peradilan
hukum.
Psikologi forensik bukan hanya menyangkut tindak kejahatan namun juga
sistem peradilan. Psikologi forensik bertugas mulai dari mengumpulkan data
dan mengolah data sesuai dengan pengetahuan psikologi untuk kepentingan

27

peradilan. Psikologi forensik di Indonesia lebih banyak dikenal dalam
pelayanan advesorial dalam proses investigasi dan peradilan. Pada
prakteknya, psikolog forensik memiliki banyak peran mulai dari konsultan,
mediator, konsultasi di persidangan, psikolog lembaga masyarakat dan
peneliti kajian intervensi.
k. Psikologi Komunikasi dan Media
Psikologi komunikasi dan media merupakan salah satu cabang psikologi yang
mempelajari mengenai proses penyampaian energi dari alat indera ke otak,
proses menerima dan mengolah informasi dan bagaiman pengaruhnya dalam
diri individu.
Psikologi komunikasi bertujuan untuk menghasilkan proses komunikasi yang
efektif dimana komunikasi yang efektif penting dalam memunculkan
pengertian, kesenangan, hubungan sosial, tindakan serta perubahan sikap.
Prospek kerja psikologi komunikasi dan media ini umumnya banyak
berhubungan dengan politikus dan public figure.
l. Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal berfokus pada pemahaman terhadap konsep abnormalitas
psikologi. Psikologi abnormal juga mempelajari klasifikasi dan kategori
gangguan mental serta penyusunan diagnosa klinis. Perilaku individu
dikatakan abnormal jika menyimpang dari standar perkembangan secara
umum, menyimpang dan norma budaya individu terkait serta berbahaya bagi
oranglain maupun bagi diri sendiri.
Pada umumnya banyak profesi yang dapat berhubungan dengan salah satu
cabang ilmu psikologi ini, seperti psikiater dan profesi lainnya. Psikologi
abnormal biasanya diperlukan untuk memahami dan mempelajari berbagai
kelainan, terutama dari sisi psikologis individu. Termasuk beberapa
diantaranya adalah sangat dibutuhkan di dunia penegakan hukum.
m. Psikologi Keluarga
Psikologi keluarga merupakan cabang ilmu psikologi yang diaplikasikan
dalam kehidupan keluarga. Keluarga merupakan sebuah kelompok yang
terdiri dari minimal dua orang dan dihubungkan dengan ikatan pernikahan.
Keluarga memiliki berbagai fungsi antara lain fungsi pengatur keturunan,
pemeliharaan, pelindung, pendidikan, afeksi, sosialisasi, ekonomi dan penentu
status.

28

Psikologi keluarga adalah suatu pemahaman terhadap interaksi ataupun pola
sosial yang terjadi dalam ruang lingkup keluarga. Sedangkan, Keluarga
merupakan suatu kelompok ya