Persamaan Gender dalam jurnal Psikologi

Darina QH
Trysca DS
Claudy P
Agustina E
Nadhira

(1230046)
(1230065)
(1230118)
(1230144)
(1230213)

Persamaan Gender dalam Psikologi
1.

Definisi dan pengertian tentang gender ?

-

Menurut para ahli :


·

·

Perbedaan budaya dan sosial dibangun antara laki-laki dan perempuan
(seperti yang ditunjukkan oleh istilah-istilah seperti 'gender urusan'
dan 'politik gender') yang bervariasi dari satu tempat ke tempat dan
waktu ke waktu.
Gender adalah proses konstruksi dengan kategori sosial tertentu.

·

"Jender ditentukan secara sosial, melainkan arti sosial ditugaskan
untuk pria dan wanita. [Hesse-Biber, S. dan Carger, GL, 2000]

·

"Gender digunakan untuk menjelaskan karakteristik perempuan dan
laki-laki, yang secara sosial dibangun. Orang dilahirkan perempuan
atau laki-laki, tetapi belajar menjadi anak perempuan dan anak lakilaki yang tumbuh menjadi perempuan dan laki-laki. Ini perilaku yang

dipelajari membentuk identitas gender dan menentukan peran gender "
[World Health Organization, 2002]

·

"Gender adalah pembagian orang ke dalam dua kategori," pria "dan"
perempuan. "Melalui interaksi dengan pengasuh, sosialisasi di masa
kanak-kanak, tekanan sebaya pada masa remaja, dan bekerja gender dan
peran keluarga perempuan dan laki-laki secara sosial dibangun untuk
berbeda dalam perilaku , sikap, dan emosi. Tatanan sosial berdasarkan
gender dan mempertahankan perbedaan-perbedaan "(Borgatta, EF dan
Montgomery, RJV, 2000, hal 1057).

·

Sebagai 'hubungan antara pria dan wanita, baik persepsi dan
material, dan tidak ditentukan secara biologis, sebagai akibat dari
karakteristik seksual baik perempuan atau laki-laki, tetapi dibangun
secara sosial. Ini adalah prinsip yang mengatur pusat masyarakat, dan
sering

mengatur
proses
produksi
dan
reproduksi,
konsumsi
dan
distribusi '(FAO, 1997).
Jadi dapat dijelaskan bahwa gender bukan sebatas pada satu jenis
kelamin tertentu, dan bukan hanya terkait dengan prempuan semata-mata,
melainkan suatu yang didalamnya terdiri atas perempuan dan laki-laki,
yang dipengaruhi oleh social dan budayanya masing-masing, atau dapat
dikatakan berbeda dari satu tempat dan tempat lainnya.

Darina QH
Trysca DS
Claudy P
Agustina E
Nadhira
2.

-

(1230046)
(1230065)
(1230118)
(1230144)
(1230213)

Mengapa pembangunan harus berwawasan gender ?
Pembangunan dalam arti luas, merupakan upaya untuk meningkatkan
kemajuan dalam berbagai arpek kehidupan, baik itu pendidikan,
pertanian, politik, industry dan lain sebagainya.
Upaya-upaya untuk meningkatkan pembangunan dalam berbagai aspek ini,
sangat ditentukan oleh peran gender [laki-laki dan perempuan], jadi
bukan hanya ditentukan oleh laki-laki saja, [biasanya perempuan
dianggap
tidak
kompeten
dalam
bidang”

ini]
padahal
dalam
kenyataannya, perempuan memegang peran penting dalam beberapa bidang
pembangunan
seperti
contonya
saja
“Pendidikan”,
dimana
untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam kompenen yang lebih khusus seperti
sekolah, tenaga pengajar yang kompeten sangat dibutuhkan, tapi selain
kompeten, pengajar juga harus memiliki pemahaman akan anak-anak
[hubungan kedekatan] sehingga dapat membantu setiap anak untuk lebih
bereksplorasi karena merasa diperhatikan, dalam hal ini Perempuan
memiliki peranan tersebut.
Perempuan yang berprofesi sebagai guru, memiliki pemahaman dan
kedekatan yang lebih intens dengan anak-anak karena memiliki naluri
keibuan.

Disinilah letak wawasan Gender dimunculkan, dimana perempuan dan lakilaki memiliki kesetaran dan mampu menempati peran-perannya dalam
pembangunan.
Guru merupakan profesi yang layak bagi perempuan, tapi juga layak bagi
laki-laki, kedua-duanya memiliki kesetaraan, namun ada yang dipandang
lebih baik dan tidak.
Laki-laki juga akan dipandang lebih baik pada sector pembangunan
lainnya dibanding perempuan, tetapi keduanya sama-sama memiliki hak
yang sama dalam berpartisipasi pada bidang tersebut
Wawasan gender sangat diperlukan dalam pembangunan, untuk teknik
analisis gender, yaitu merupakan sarana untuk mengidentifikasi potensi
dan kebutuhan pria dan wanita,
Kenapa? Karena saat potensi pria dan wanita telah diidentifikasi, maka
dalam proses pembangunan akan terjadi ketepatan dalam penempatan peran
gender itu sendiri, seperti pada contoh diatas, bahwa penempatan
wanita dalam profesi guru merupakan suatu penentuan pada potensi yang
dimiliki oleh wanita dalam mengajar dan kedekatannya dengan anak-anak
yang bersifat alamiah sehingga pembanguanan dapat berjalan optimal.

3.


Uraikan pandangan berbagai aliran tentang teori psikologi wanita :

a.

Aliran Psikoanalisa [Freud]

-

Darina QH (1230046)
Trysca DS (1230065)
Claudy P (1230118)
Agustina E (1230144)
Nadhira (1230213)
pandangan Sigmund Freud tentang perempuan memicu kontroversi selama
masa sendiri dan terus menimbulkan perdebatan hari ini. Menurut Freud
"Perempuan menentang perubahan, menerima pasif, dan menambahkan
sesuatu dari mereka sendiri,"
Freud menempatkan posisi wanita lebih rendah dari pada pria, selain
itu Freud juga membuat suatu analisis yaitu “PENIS ENVY”, yang bagi
Freud sendiri merupakan mitra perempuan dalam konsep kecemasan

pengebirian. Penis Envy merupakan saat dimana anak perempuan merasa
marah pada ibunya karena tidak memberikan dia penis [mendapati
keadaannya yang tanpa penis, anak perempuan akan merasa kecewa dan
marah pada ibunya, dan lebih berotientasi pada ayahnya]
Pandangan ini sangat ditentang oleh berbagai tokoh wanita yang
merasa direndahkan.
Selain penis envy, Freud juga menerapkan konsep Oedipus complex.
Freud juga menunjukan konsepnya tentang hysteria.
Penderitaan dari apa yang kemudian disebut sebagai histeria , ia
mengalami berbagai gejala yang meliputi halusinasi, amnesia dan
kelumpuhan parsial.

b.
-

Social Learning [ Simone D.B dan Mead]
Menurut Simone de B, wanita harus menjadi feminism atas kesadarannya
sendiri, melalui kutipan dalam bukunya “kau tak lahir sebagai wanita,
tetapi dibuat sebagai wanita”
Bukunya yang berjudul The Second Sex, merupakan kontribusi besar dalam

filsafat, the second sex mengungkapkan tentang bagaimana perempuan
telah dipaksa menjadi sesuatu yang tidak diinginkannya dan tidak
kreatif imanensi.
melalui The Second Sex, Beauvoir menunjukkan bahwa perempuan bebas
untuk memilih takdir mereka sebanyak laki-laki.. Selain itu, wanita
tidak harus mematuhi apa yang seharusnya didiktekan kepada mereka
dengan alam dan konvensi.
Akan tetapi, teorinya tidak lepas dari kritikan.
Teorinya menjadi kurang akurat dan mengabaikan pembawaan wanita dalam
berkeluarga dan tugas kehidupan.

-

Sedangkan menurut Mead, pribadi wanita terbentuk dari hasil budaya.
Mead menemukan pola yang berbeda dari perilaku laki-laki dan perempuan
di masing-masing kebudayaan yang ia pelajari,
Mead, mempelajari tentang pribadi wanita dengan cara mengobserfasinya
secara langsung diberbagai budaya dan lingkungan sosia yang berbeda.
Untuk Mead, budaya masing-masing diwakili jenis yang berbeda di dalam
teori, dan ia mengabaikan informasi yang mungkin telah membuat

klasifikasi sederhana-nya tidak bisa dipertahankan.

Darina QH
Trysca DS
Claudy P
Agustina E
Nadhira
c.

Humanistik [B. Fredan] terutama tentang :

-

The second stage

(1230046)
(1230065)
(1230118)
(1230144)
(1230213)


Mempertanyakan:
mampukah
perempuan
memenuhi
2
standar
kesempurnaan:
Satu standar yg ditentukan di tempat kerja oleh laki2 tradisional yg
mempunyai istri yg memenuhi segala kebutuhannya di luar tempat kerja,
dan
satu standar lagi yg ditetap kan di rumah oleh perempuan
tradisional yg keseluruhan
rasa berharga, kekuasaan, dan kemampuannya datang dariposisinya
sebagai istri dan
ibu ideal.
Menghadapi perempuan yg kebingungan di antara dua kondisi, Friedan
menegaskan
adalah sama pentingnya bagi laki2 utk mengembangkan
“diri personal“dan pribadinya sbgm penting
bagi perempuan utk mengembangkan “diri publik” dan sosialnya. BETTY
FRIEDAN
The Second Stage mendorong –baik laik2 maupun perempuan- utk bekerja
sama menuju masa depan yg ANDROGINI, yaitu mengombinasikan sifat
mental dan perilaku maskulin dan feminin.

-

The housewife syndrome
Housewife syndrome merupakan sindrom ibu rumah tangga yang jenuh,
bosan, perasaan tidak menentu, tak puas, kekosongan, tak lengkap,
kelelahan wanita sebagai manusia, diri sendiri dengan keadaannya
sebagai ibu rumah tangga, yang memiliki aktifitas yang terbatas hanya
pada mengurus suami dan anak-anak, mereka merasa dirinya harus puas
dengan keadaan namun kenyataannya keadaan itu tidak memuaskan bagi
mereaka.
aktifitas yang monoton membuat para ibu rumah tangga merasa tidak
melakukan sesuatu yang mereka inginkan, dengan kemampuan yang mereka
miliki.
Banyak wanita yang memendam mimpinya, dan akhirnya hanya menjadi ibu
rumah tangga, sangat diharapkan, seorang wanita selain menjadi istri
dan ibu bagi anak-anaknya juga dapat memainkan peran sosialnya, dan
menjadi dirinya sendri sehingga tidak muncul frustasi yang dipendam.

-

Aktualisasi-diri wanita
Wanita diharapkan dapat mengaktualisasikan dirinya, yaitu dapan
mengekplorasi dirinya dengan maximal, jadi bukan hanya menjadi
individu yang dikekang oleh dikte yang dari dulu ada dan melekat pada
wanita, tetapi dapat menjadi wanita yang bebas dalam memilih, namun
tak lepas dari kewajibanya sebagai wanita.

Darina QH (1230046)
Trysca DS (1230065)
Claudy P (1230118)
Agustina E (1230144)
Nadhira (1230213)
Pengaktualisian diri pada wanita, sekaligus akan membantu wanita untuk
lebih menata kehidupannya dan tidak membatasi wanita untuk memiliki
impian, dan harapan yang besar, menjadi diri sendiri dan memulai
sesuatu yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun budaya serta
pembangunan yang ada.
Sehingga bukan hanya menguntungkan pribadi wanita itu
saja
melainkan membantu
perkembangan banyak aspek lainnya.
Aktualisasi diri pada wanita juga bertujuan untuk membangkitkan dan
menampilakan potensi yang ada dalam diri seorang wanita.

-

Sharing & Shared Parenting
Shared Parenting, ditujukan agar dalam sebuah kelurga diharapakan
dapat saling berbagi, baik itu antara ayah, ibu dan anak-anaknya.
Hal ini bukan hanya, menitik beratkan peran ibu [wanita] dalam
keluarga seolah-olah semua urusan rumah tangga merupakan tanggung
jawab wanita dalam hal ini ibu.
Diharapkan tanggung jawab dalam keluarga dapat diseimbangkan atara
ayah dan ibu, ibu [wanita] diberi kesempatan untuk mengaktualisaikan
potensi yang ada, kemitra sejajaran, dan tidak adanya ketergantungan
anak pada ibunya [pola asuh], ayah [pria] juga diharapkan mampu
mengasuh dan terlibat dalam aktifitas anak, agar terbentuklah
keseimbangan dan juga terbentuk komunikasi yang efektif dalam
keluarga.

4.

Teori Androgini

a.

Siapakah pencetusnya

Androgini adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian
peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang
bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu
ανήρ

(anér,

yang

perempuan) yang
terkait

berarti

dapat

laki-laki)

merujuk

tentang gender.

ciri maskulin dan feminin,

kepada

dan

salah

Artinya
baik

γυνή

dalam

(guné,

satu

yang

dari

pencampuran
pengertian

dua

berarti
konsep

dari
fesyen,

keseimbangan antara “anima dan animus” dalam teori psikoanalitis.

ciriatau

Darina QH
Trysca DS
Claudy P
Agustina E
Nadhira

(1230046)
(1230065)
(1230118)
(1230144)
(1230213)

Androgini berasal dari dua kata Yunani, namun kata ini muncul pertama
kali sebagai sebuah kata majemuk dalam Yudaisme Rabinik. kemungkinan
sekali sebagai alternatif untuk penggunaan istilah

hermafrodit yang

berkaitan

lain

dengan

budaya

kafir-Yunani. Namun

data

yang

saya

temukan dalam Online Etymology Dictionary , menyebutkan bahwa kata ini
pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada 1552. Kemudian pada
pemakainnya,

kata

ini

terkadang

sering

disinonimkan

dengan

transeksual. Dicetuskan oleh : June Singer, Heilburn, Ccolegrave, Bern.
b.

Mengapa orang androgynous lebig sehat mentalnya ?
Karena

orang

androgynous,

ingin

melawan

kecenderungan

tradisional

masyarakat yang hierakis dan bipolar dalam memandang dan menilai sifat
maskulin dan feminin, yang bias gender itu.
Mereka dikatan lebih sehat mentalnya karena tidak menempatkan diri
pada konsep bahwa wanita memiliki posisi lebih rendah dari pria,
melainkan menyodongkan dirinya pada persamaan gender, bahwa setiap
orang memiliki sifat maskulin dan feminine itu.sehingga tidak ada bias
tersendiri pada salah satunya dan membuat pemikiran mereka jauh lebih
relefan dan maju, tidak terkut terhadap kritik, dan tidak frustasi
yang akhirnya memberikan bias pada pertumbuhan mental mereka.
c.

Sumbangan pandangan tersebut bagi kesetaraan gender.
Seperti yang telah dikatakan, bahwa androgini adalah peran dan posisi
yang sama antara feminine dan maskulin, sehingga pandangan ini sangat
berpengaruh bagi kesetaraan gender, karena androgini tidak memandang
secara tradiisional sifat feminine dan maskulin mereupakan sesuatu
yang berbeda.
Dalam aritian kedua-duanya memiliki posisi yang sama [kesetaraan] dan
dimiliki oleh setiap orang.

5.

Apa pengaruh paternalistic pada kesetaraan gender ?
Pengaruh dari paternalistic sangat besar bagi kesetaraan gender,
karena menempatkan wanita pada posisi bawahan, dan pria lebih dominan,
hal ini jika disalah artikan atau mengalami kekeliruan persepsi dapat
mengakibatkan penindasan bagi kaum perempuan, karena perempuan berada
pada posisi bawahan, sehingga harus selalu patuh pada laki-laki.
Kenapa dikatakan salah dalam persepsi? Karena posisi seperti ini
kadangkala membuat pria menjadi semena-mena, dan wanita akan menerima
perlakuan semena-mena itu karena kesalahan persepsinya tentang posisi
wanita yang sebenarnya.

Darina QH
Trysca DS
Claudy P
Agustina E
Nadhira

(1230046)
(1230065)
(1230118)
(1230144)
(1230213)

Paternalistic menjadi hal yang diwajarkan jika berada pada budaya
tertentu pula, dan akan berjalan selaras jika disertai dengan persepsi
yang positif, tentang posisi yang dimaksudkan, bahwa perempuan dan
laki-laki memiliki peran yang berbeda dan sewajarnya sehingga tidak
terjadi hal yang semena-mena.

6. Bagaimana usaha keseimbangan budaya
daerah kehidupan masing-masing ?

yang

terjadi

dalam

keluarga,

Usaha yang dilakukan untuk menyeimbangkan budaya dalam keluarga,
misalnya budaya timur adalah menyeimbangkan antara paternalistic
[laki” lebih dominan] dengan maternalistik. Hal ini dilakukan agar
tidak terjadi kekerasan atau perbuatan semena-mena pada perempuan.