Posisi Niat dalam Pengembangan Teknologi

Posisi Niat dalam Pengembangan Teknologi
Makalah Agama III (Al-Quran)

Oleh Kelompok 6 :
Arief Wijaya Kusuma
Zulkifli AZ

(11351102898)
(11351105857)

Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru
2014

0

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk

memenuhi tugas di Mata Kuliah Agama III (Al-Quran) dengan judul “Posisi Niat dalam
Pengembangan Teknologi”
Atas selesainya tugas makalah ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya masih seberapa dan
masih perlu belajar dalam penulisan makalah, da nisi dari makalah ini yang jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif
agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Pekanbaru,

Desember 2014

Penulis

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang
Dalam mejalani hidup, manusia memerlukan agama sebagai pedoman dalam

membimbing dan mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar. Agama
tidak sekedar dijadikan sebagai identitas belaka, melainkan benar-benar difungsikan dalam
kehidupan sehari-hari agar kehidupan manusia terbimbing dan terarah. Islam sebagai agama
penyempurna dan paripurna sangat ementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang di orientasikan sebagai sarana ibadah pengabdian muslim kepada ALLAH SWT dan
melaksanakan amanat khalifatullah dimuka bumi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak
positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri,
komunikasi, dan transportasi. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Lingkungan hidup seperti laut,
atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat
parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga
diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi
internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk
mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Di sinilah, peran agama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi

sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita
memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal
mungkin.
1.2

Rumusan Masalah
1. Apa itu niat?
2. Apa pentingnya niat dalam pengebangan teknologi?
3. Bagaimana posisi niat dalam pengembangan Teknologi?
4. Bagaimana pengembangan niat dalam sains dan teknologi?

2

1.3

Tujuan dan Manfaat
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta memberikan manfaat-manfaat tentang posisi niat
dalam pengembangan teknologi.

Secara terperinci tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa itu niat.
2. Mengetahui posisi niat dalam pengebangan teknologi.
3. Mengetahui ayat Al-Qur’an yang mendasari pengembangan teknologi.
4. Mengetahui pentingnya niat dalam pengembangan teknologi.
5. Mengetahui pengembangan niat dalam sains dan teknologi.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian
Kata Niat dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu dan bertekad hati untuk

mendapatkannya. Al-Azhari mengatakan bahwa kalimat ( Nawaakallahu ) artinya adalah
’semoga Allah menjagamu,` Orang Arab juga sering berkata (Nawaakallahu) dengan maksud
’semoga Allah menemanimu dalam perjalanan dan menjagamu.’ Dengan kata lain ( Niyyatu )
berarti kehendak atau ( Alqosdu ), yaitu yakinhya hati untuk melakukan sesuatu dan kuatnya

kehendak untuk melakukannya tanpa ada keraguan. Sehingga ( Niyyatu ) dan menginginkan
sesuatu ( Iroodatulfi`li ) adalah sinonim. Kedua kata tersebut sama-sama digunakan untuk
menunjukkan pekerjaan yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
Sebagian pakar bahasa membedakan arti antara kata ( Niyyatu ) dengan kata ( ajmu )
Kata ( Niyyatu ) digunakan untuk menunjukkan keinginan yang berhubungan dengan perbuatan
yang sedang dilakukan, sedangkan kata ( ajmu ) digunakan untuk menunjukkan keinginan yang
berhubungan dengan perbuatan yang akan dilakukan. Tetapi, pembedaan makna ini ditentang
oleh para ulama, karena dalam kitab-kitab yang membahas bahasa (kutub al- lughah) kata
( Niyyatu ) seringkah hanya diartikan dengan ( ajmu ).
Adapun menurut istilah syara’ (Niyyatu) adalah tekad hati untuk melakukan amalan
fardhu atau yang lain. Niat juga dapat diartikan dengan keinginan yang berhubungan dengan
pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan. Atas dasar ini, maka setiap perbuatan yang
dilakukan oleh orang yang berakal, dalam keadaan sadar dan atas inisiatif sendiri, pasti disertai
engan niat baik perbuatan tersebut berkenaan dengan ibadah maupun adat kebiasaan. Perbuatan
yang dilakukan oleh orang mukal- iaf tersebut merupakan objek yang menjadi sasaran hukumiiukum syara’ seperti wajib, r.aram, nadb/sunnah, makruh, dan mubah.
Secara bahasa, niat berarti ‘sengaja’ atau ‘sesuatu yang dimaksudkan’ atau ‘tujuan dari
keinginan’. Sementara ikhlas berasal dari kata khalasha yang maknanya ialah kemurnian,
kejernihan, atau hilangnya segala sesuatu yang mengotori. Sehingga secara istilah syara’, ikhlas
adalah membersihkan niat dalam beribadah semata-mata hanya karena Allah.


4

2.2

Posisi Niat dalam Pengembangan Teknologi
“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang

hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah
dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya
karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya
kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HSR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob
radhiallahu ‘anhu)”
Hadis diatas merupakan dasar dari niat dalam pengembangan teknologi dimana setiap
amalan manusia bergantung pada niat orang tersebut dan mendapatkan apa yang dia niatkan.
Dalam segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan basmallah
(dengan nama Allah), karena dalam Islam segala amal perbuatan (manusia muslim) senantiasa
dikaitkan dengan menuntut ridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan
petunjuk-petunjuk yang sudah baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus
berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dikembangkan dengan
memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan. Motivasi yang menjadi pijakan seorang

mukmin dalam melakukan sesuatu itu disebut niat.
Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini Al Qur’an
memberikan arahan, jika seseorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya,
tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan di sini, hanya di akhirat
nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan
kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat
sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan
manusia yang di permudah.


Mengharap Ridho Allah
Hidup di dunia ini menurut ajaran Islam yang benar adalah untuk mengharap ridho Allah.

Dalam berdoa dengan mengikuti ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yaitu “Rabbana
atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannar” kita memohon untuk diberi
kebaikan dunia dan akhirat. Manusia yang tawakkal dan bertakwa Insya Allah akan mendapatkan
kecukupan dan ketrentaman hidup di dunia, ditambah kebahagiaan tak terbatas hidup kekal di
akhirat. Semua akan didapatkan bila hidup untuk mengharap ridho Allah.
5


Ridho berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir dari Allah. Ridho
adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka
maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada
hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Orang yang mengharap ridho
Allah tidak akan membenci kejadian yang terjadi pada dirinya, ia akan percaya apa yang
menimpanya adalah yang terbaik bagi dirinya. Orang yang mencari ridho orang lain yang
membawa kemurkaan Allah akan dimurkai Allah, tapi yang mencari ridho Allah walaupun
awalnya dicela orang lain, bila mau bersabar akhirnya orang lain juga akan ridho padanya.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.(al-qashash:77)”
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan empat macam nasihat dan
petunjuk yang ditujukan kepada Qarun oleh kaumnya, namun begitu nasihat dan petunjuk
tersebut harus diamalkan pula oleh kita sebagai pengikut Rasulullah s.a.w. karena Al-Quran
adalah petunjuk yang sempurna untuk ummat beliau s.a.w. Barangsiapa mengamalkan nasihat
dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
Nasihat dan petunjuk tersebut adalah:

1. Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah-limpah, perbendaharaan
harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di
6

jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk
memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan di akhirat.
2. Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa
makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah, karena baik untuk Tuhan,
untuk diri sendiri maupun keluarga, semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang
harus dilaksanakan.
3. Seseorang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya, membantu
orang-orang yang berkeperluan, pembangunan mesjid. madrasah, pembinaan rumah
yatim piatu, panti asuhan dengan harta yang dianugerahkan Allah kepadanya dan dengan
kewibawaan yang ada padanya, memberikan senyuman yang ramah tamah di dalam
perjumpaannya dan lain sebagainya.
4. Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada sesama
makhluk Allah, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Allah
tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak akan memberikan ridha dan rahmatNya.



Q.S An-Nisa ayat 134

7

Artinya :
“Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja(maka ia meruggi), karena di sisi
Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
Jika kamu meminta dari yang ini atau yang itu, niscaya Dia memberimu dan
mencukupkanmu, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Maka diantara manusia ada yang
berdo’a, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka’. “ Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang
mereka usahakan”. (al-Baqoroh : 200-202). Maka harapan itu jangan hanya tertuju pada upaya
untuk memperoleh dunia saja, namun cita-citanya itu harus menjulang ke peraihan tujuan-tujuan
yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat, sebab semuanya itu berpulang kepada Dzat yang
dalam kekeuasaan-Nyalah kerugian maupun keuntungan, yaitu Allah Yang Maha Suci, tiada
Tuhan melainkanDia.
Ibnu Jarir berkata : “Yang dimaksud orang-orang yang menginginkan pahala didunia
adalah orang-orang munafik yang menampakan keimanan (padahal hatinya ingkar)”. Sedangkan
Allah Maha Melihat dan Mendengar (isi hati). Menurut Wahbah az-Zuhaili, ayat diatas

mengandung pelajaran sebagai berikut :
1. Milik Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi, Dia sebagai Penguas, Pencipta,
Pembolak-balik dan pemilik segala kekuasaan.Perintah untuk bertaqwa yaitu dengan
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, kepada seluruh
2.

umat, baik yang telah lalu ataupu sekarang.
Segala keinkaran hamba serta kemaksiatannya tidak akan berakibat buruk pada Allah

sedikitpun, begitupun tidak bermanfaat sedikitpun iman dan keta’atan hamba pada-Nya.
3. Allah memiliki kemauan yang mutlak dan kehendak yang sempurna untuk mengusir
orang-orang musyrik dan munafik juga setiap pelaku maksiat. Serta berkuasa
menggantikannya dengan umat lain yang ta’at pada Allah.
4. Barangsiapa yang beramal untuk menginginkan keridhoan Allah di akhirat, maka akan
diberi-Nya di akhirat, dan barangsiapa yang menginginkan pahalanya di dunia maka akan
diperolehnya di dunia dan di akhirat dia tidak mendapat apa-apa.

8



QS Assyura ayat 20

Artinya:
“Sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) mendapat faedah di akhirat, Kami akan

memberinya mendapat tambahan pada faedah yang dikehendakinya dan sesiapa yang
menghendaki (dengan amal usahanya) kebaikan di dunia semata-mata, Kami beri kepadanya dari
kebaikan dunia itu (sekadar yang Kami tentukan), dan ia tidak akan beroleh sesuatu bahagian
pun di akhirat kelak.”
Isi kandungan:
Sebagaimana diungkapkan Al Qusyairi, ayat ini adalah sebuah peringatan bagi setiap
manusia agar tidak terbujuk oleh kehidupan dunia seperti yang telah terjadi pada orang orang
kafir. Imam Qatadah menyampaikan pemahaman menarik mengenai ayat ini. Beliau
mengatakan, pada hakekatnya Allah akan tetap selalu memberikan apapun yang manusia
inginkan dari kepentingan dunia selama orientasi hidupnya tetap dalam bingkai kepentingan
akhirat. Dan sebaliknya, manusia hanya akan mendapatkan jatah duniawi belaka tatkala orientasi
hidupnya hanyalah untuk urusan dunia. Allah telah berjanji, selama seorang hamba masih teguh
memperjuangkan amal-amal akhirat, Dia akan selalu menambahkan pahala demi pahala,
sekaligus menjamin porsi rizki yang tertulis untuknya. Sedangkan bagi mereka yang melalaikan
akhirat, sibuk memakmurkan dunia, maka hanya penantian siksa yang akan menjadi jatahnya
kelak dan ia pun tidak kuasa mendapatkan lebih kecuali atas porsi rizki dunianya.
Tujuan final dari amal dan perilaku kita atas dunia adalah akhirat. Segala bentuk tindakan
yang terarahkan pada tujuan ini, sekalipun bernafaskan duniawi, Allah menjajikan kelipatan
pahala perbuatannya tanpa mengenyampingkan kepentingan dunianya. Namum manakala tujuan
ini telah berbalik arah, menempatkan dunia sebagai tempat tujuannya, maka siksa yang telah

9

diancamkan Alloh akan menanti. Sebagaimana ancaman Allah terhadap orang orang kafir
Makkah yang telah menuruti tuntunan dan bisikan teman sekutunya (syaitan).
Nabi bersabda : “Sesungguhnya segala amalan itu hendaklah dengan niat (HR. Bukhari Muslim).
Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu kehendak atau sengaja melakukan pekerjaan
atau amal karena tunduk kepada hukum Allah SWT. Dinyatakan dalam QS. 98 (Al-Bayinah) : 5

Terjemahan :
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus “ ( Q.S. Al-Bayyinah :5 ).
Dalam segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan
basmallah (dengan nama Allah), karena dalam Islam segala amal perbuatan (manusia muslim)
senantiasa dikaitkan dengan menuntutnridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa
memperhatikan petunjuk-petunjuk yang sudah baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi
dunia yang terus berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
dikembangkan dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan. Motivasi yang
menjadi pijakan seorang mukmin dalam melakukan sesuatu itu disebut niat.
Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini Al Qur’an
memberikan arahan, jika seseorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya,
tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan di sini, hanya di akhirat
nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan
kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat

10

sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan
manusia yang di permudah.
Pengembangan Niat dalam Sains dan Teknologi
Ilmuwan atau Saintis merupakan sosok manusia yang diberi kelebihan oleh Tuhan dalam
menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat harkat dan
martabat ilmuan tersebut di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara sehingga mereka
disanjung dan dihormati serta menjadi sumber solusi dari situasi dan kondisi lingkungan hidup
manusia.
Dua fungsi utama manusia di dunia :
1. Sebagai Abdun (hamba Allah) yaitu Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah.
2. Sebagai Khalifah Allah (wakil Allah), yaitu Tanggung jawab terhadap dirinya dan
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Arah Pengembangan Teknologi
Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu kehendak atau sengaja melakukan
pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah SWT. Dalam segala amalan atau
memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan basmallah (dengan nama Allah), karena
dalam Islam segala amal perbuatan (manusia muslim) senantiasa dikaitkan dengan menuntut
ridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang sudah
baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus berkembang ini, manusia
diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dikembangkan dengan memperhatikan batasanbatasan yang telah ditentukan. Motivasi yang menjadi pijakan seorang mukmin dalam
melakukan sesuatu itu disebut niat.
Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini Al Qur’an
memberikan arahan, jika seseorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya,
tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan di sini, hanya di akhirat
nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan
kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat
sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan
manusia yang di permudah.
11

Berpijak kepada dasar dan motif alam pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah. Sehingga dapat dicapai
kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Pendapat para ahli tentang Sains dan Teknologi


Pendapat tentang Maurice Bucaile
Seorang ahli sains Barat, Maurice Bucaile, setelah ia melakukan penelitian terhadap Alquran

dan Bibel dari sudut pandang sains modern, menyatakan bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks Qur’an dengan sains modern secara objektif dan tanpa
prasangka. Mula-mula saya mengerti, dengan membaca terjemahan, bahwa Qur’an menyebutkan
bermacam-macam fenomena alamiah, tetapi dengan membaca terjemahan itu saya hanya
memperoleh pengetahuan yang ringkas. Dengan membaca teks arab secara teliti sekali saya
dapat menemukan catatan yang membuktikan bahwa Alquran tidak mengandung sesuatu
pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan ilmiah di zaman modern”.


Pendapat tentang Osman Bakar
Osman Bakar mengungkapkan bahwa dalam Islam, kesadaran religius terhadap tauhid

merupakan sumber dari semangat Ilmiah dalam seluruh wilayah pengetahuan. Oleh karena itu,
tradisi intelektual Islam tidak menerima gagasan bahwa hanya ilmu alam yang ilmiah atau lebih
ilmiah dari ilmu-ilmu lainnya. Demikian pula, gagasan objektivitas dalam kegiatan ilmiah
menurutnya tidak dapat dipisahkan dari kesadaran religius dan spiritual.
Kesimpulan dua pendapat :
Kendati demikian, Alquran bukanlah kitab sains dan terlebih lagi pada pendekatan
Bucaillisme melekat bahaya besar. Yaitu meletakkan sains ke dalam bidang suci dan membuat
wahyu Ilahi menjadi objek pembuktian sains Barat. Jika suatu teori tertentu yang “dibenarkan”
Alquran dan diterima luas saat ini, kemudian satu ketika teori ini digugurkan, apakah itu berarti
bahwa Alquran itu sah hari ini dan tidak sah hari esok? Yang tepat dilakukan ilmuwan muslim
adalah memposisikan Alquran sebagai petunjuk dan motivasi untuk menemukan dan
mengembangkan sains dan teknologi dengan ilmiah, benar dan baik.

12

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini Al Qur’an

memberikan arahan, jika seseorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya,
tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan di sini, hanya di akhirat
nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan
kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat
sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan
manusia yang di permudah.
Berpijak kepada dasar dan motif alam pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah. Sehingga dapat dicapai
kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.

13

DAFTAR PUSTAKA
http://amaliasugianto.blogspot.com/2012/01/penggunaan-teknologi-informatika.html
https://prezi.com/yioph8-exsnp/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/
http://riasyafa-selamanya.blogspot.com/2013/03/islam-dan-perkembangan-ilmupengetahuan.html
QURAN.COM

14



Q.S As-Syuro Ayat 20

Artinya :

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu
baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya
sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (20)”
Sebagaimana diungkapkan Al Qusyairi, ayat ini adalah sebuah peringatan bagi setiap
manusia agar tidak terbujuk oleh kehidupan dunia seperti yang telah terjadi pada orang orang
kafir.
Imam Qatadah menyampaikan pemahaman menarik mengenai ayat ini. Beliau
mengatakan, pada hakekatnya Allah akan tetap selalu memberikan apapun yang manusia
inginkan dari kepentingan dunia selama orientasi hidupnya tetap dalam bingkai kepentingan
akhirat. Dan sebaliknya, manusia hanya akan mendapatkan jatah duniawi belaka tatkala orientasi
hidupnya hanyalah untuk urusan dunia. Allah telah berjanji, selama seorang hamba masih teguh
memperjuangkan amal-amal akhirat, Dia akan selalu menambahkan pahala demi pahala,
sekaligus menjamin porsi rizki yang tertulis untuknya. Sedangkan bagi mereka yang melalaikan
akhirat, sibuk memakmurkan dunia, maka hanya penantian siksa yang akan menjadi jatahnya
kelak dan ia pun tidak kuasa mendapatkan lebih kecuali atas porsi rizki dunianya.
Tujuan final dari amal dan perilaku kita atas dunia adalah akhirat. Segala bentuk tindakan
yang terarahkan pada tujuan ini, sekalipun bernafaskan duniawi, Allah menjajikan kelipatan
pahala perbuatannya tanpa mengenyampingkan kepentingan dunianya. Namum manakala tujuan
ini telah berbalik arah, menempatkan dunia sebagai tempat tujuannya, maka siksa yang telah
diancamkan Alloh akan menanti. Sebagaimana ancaman Allah terhadap orang orang kafir
Makkah yang telah menuruti tuntunan dan bisikan teman sekutunya (syaitan).

15