Keterlibatan Amerika Serikat dalam Peran

Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia I
Istilah First World War atau Perang Dunia Pertama (1914-1918), pertama kali
diciptakan sejak 1920 oleh Letnan-Kolonel Repington. Perang Dunia I juga dikenal
sebagai Perang Besar, Perang Perserikatan Bangsa, dan juga dikenal sebagai Perang
untuk Mengakhiri Semua Perang. Selama peperangan, terjadi pemboman massa
warga sipil pertama yang dieksekusikan dari langit, sehingga terjadilah
pembantaian sipil berskala besar. Lebih dari 9 juta orang mati di medan perang dan
hampir banyak orang akan mati di homefront akibat kekurangan makanan,
kelaparan, genosida, dan terperangkap dalam pertempuran.
Di dalam Perang Dunia I yang berperan utama antara Triple Aliansi (Jerman, AustriaHongaria, dan Italia) berhadapan dengan Triple Entente (Inggris, Pranscis, dan
Rusia). Amerika Serikat yang semula bersikap netral terhadap peperangan, akhirnya
melibatkan diri di dalam peperangan dengan bergabung ke dalam Blok Etente (Blok
Sekutu). Yang melatar belakangi keterlibatan Amerika Serikat di dalam Perang
Dunia I dapat dirunut semasa kepemimpinan Presiden ke-5 Amerika Serikat, James
Monroe (1817-1825). Selama pemerintahannya, nama Monroe terkenal di dalam
panggung sejarah dunia atau di pentas politik internasional dengan kebijakan
politiknya, yaitu Doktrin Monroe. Bagi bangsa Amerika Serikat, Doktrin Monroe
digunakan sesuai kepentingan-kepentingan strategis Amerika di dunia, terutama
masalah perang.
Perang Saudara (1861-1865) menjadikan Amerika Serikat lebih dewasa atau lebih
mandiri mengelola bangsa dan negerinya. Kebutuhan Perang Saudara telah banyak

merangsang usaha pembuatan barang dan mempercepat proses ekonomi yang
berdasarkan pengolahan besi, uap, serta tenaga listrik dan derap majunya ilmu
pengetahuan serta penemuan baru. Pada saat produksi industri mesin perang sepi,
tiba-tiba meletus Perang Dunia I. Amerika Serikat kebanjiran pembelian senjata dan
peralatan perang dari para kontestan Perang Dunia I baik dari Triple Entente
maupun Triple Aliansi, khususnya Inggris dan Jerman.
Perang Dunia I bermula dari Eropa pada 1914. Amerika Serikat pada mulanya tidak
ikut serta dalam Perang Dunia I (netral). Tetapi, kedua blok dalam perang tersebut
berusaha untuk mempengaruhi Amerika Serikat supaya masuk kedalam bloknya.
Namun, karena keduanya yang diwakili Inggris (sekutu) dan Jerman (AS) dirasa oleh
Amerika Serikat melakukan kegiatan-kegiatan yang provokatif seperti memesan
senjata dari Amerika serta mengganggu kapal-kapal Amerika yang berlayar di
perairan bebas, pemerintah Presiden Woodrow Wilson memprotes kedua belah
pihak itu.
Pada 1914, perhatian publik Amerika Serikat terutama ditujukan kepada masalah
dalam negeri. Meskipun lebih mempedulikan urusan dalam negeri, pertikaian antara
dua kekuatan imperalis di Asia dan Eropa tidak diabaikan. Dua blok, aliansi Jerman,
Austria dan Turki di satu pihak (Blok AS) dan Inggris, Prancis dan Rusia (Blok Sekutu)

di lain pihak, mendorong pihak mereka untuk meningkatkan kekuatan bersenjata

dengan membebankan pajak serta harga barang-barang tinggi kepada warga
negara mereka masing-masing. Presiden Woodrow Wilson yakin bahwa apabila
pertikaian ini berlarut-larut, akan terjadi perang besar. Pada 4 Agustus 1914, ketika
perang berkobar, presiden Wilson mengumumkan netralitas Amerika Serikat dalam
perang itu. Sebagai negara netral, Amerika Serikat mempunyai hak untuk bersikap
yang secara historis dan meyakinkan berada di bawah naungan hukum
internasional melalui kegiatan sebagai berikut
1) Amerika Serikat sebagai negara netrak dapat melakukan kegiatan menjual
barang-barang senjata dan peralatan mesin perang yang lainnya dengan
negara yang sedang berperang.
2) Jika kapal dagang dari negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap,
maka boleh dimiliki dan diambil alih dalam keadaan tertentu namun tidak
boleh ditenggelamkan atau dirusak sehingga membahayakan keamanan
awak dan penumpangnya di bawah hukum itu dan kebijakan Amerika Serikat.
3) Menghadapi keluhan tentang kekerasan terhadap negara netral dari negaranegara yang berperang.
Setelah memulai masa jabatan keduanya, Presiden Wilson terus melanjutkan
kebijakan netralitasnya, seruan-seruan damainya untuk negara-negara yang
berperang itu tidak membuah hasil. Hingga akhirnya pada tahun 1917, Jerman
melakukan perang kapal selam tidak terbatas yang turut memakan korban kapalkapal Amerika Serikat. Kemudian, Presiden Wilson langsung mengusir Duta Besar
Jerman untuk Amerika Serikat, Count von Bernstoff dan memutuskan hubungan

diplomasi dengan negara itu. Hal itu dijawab oleh Jerman dengan menenggelamkan
6 kapal Amerika Serikat dalam waktu tidak lebih dari dua bulan. Melihat Jerman
mulai menantang Amerika Serikat, presiden Wilson mendesak Kongres untuk
menyatakan perang. Amerika Serikat segera melakukan mobilisasi massa untuk
berperang di Eropa. Setelah mengadopsi resolusi perang, Kongres mulai
membentuk dan membuat perencanaan untuk memenangkan perang. Semua
profesi dialihkan untuk tujuan kemenangan dalam perang. Kebebasan untuk
berbicara dan bertindak saat itu sangat dibatasi dalam Espionage and Sedition Act,
undang-undang yang paling ketat sepanjang sejarah Amerika Serikat.
Presiden Wilson sangat piawai dalam membawakan tujuan perangnya pada
rakyatnya atau dunia. Dalam pesannya pada April 1917, ia mengatakan bahwa
Amerika Serikat berperang karena beberapa pertimbangan. “Dunia harus aman
untuk berdemokrasi. Kedamaian harus ditanamkan pada fondasi politik yang
bebas”. Ia lebih lanjut mengatakan, “Kami tidak mempunyai tujuan pribadi, kami
tidak menginginkan untuk menguasai suatu negara, kami tidak meminta ganti rugi
atau kompensasi material. Namun, kami adalah satu dari pemenang hak asasi
manusia”.

Dalam Doktrin Monroe (1823) Presiden James Monroe menggariskan kebijakan luar
negeri Amerika Serikat berkaitan dengan isu tentang Amerika Latin yang ketika itu

menjadi perebutan antara aliansi Holy Alliance (Rusia, Persia dan Austria), Perancis
dan Inggris yang berusaha mempertahankannya sebagai sebuah koloni. Isi doktrin
itu intinya, Amerika menolak segala intervensi pihak Eropa di Amerika. Amerika
akan berperang hanya bila terlebih dahulu diserang dan tidak akan memulai suatu
pertempuran. Dalam kaitannya dengan dengan Doktrin Monroe, kebijakan Presiden
Wilson pada awal Perang Dunia I dirasakan sesuai dengan semangat perdamaian
yang diterapkan sebelumnya. Wilson ketika itu tidak langsung menyerang Jerman
ketika banyak rakyatnya yang mati pada insiden kapal Lusitania. Dalam suatu
pidatonya, Wilson berpendapat bahwa warga negara dan properti Amerika Serikat
adalah sepenuhnya tanggung jawab pemerintah Amerika Serikat. Perusakan
terhadap itu semua berarti “Pertanda Permusuhan”. Wilson menganggap bahwa
penyerangan Jerman atas perdagangan, dalam hal ini kapal-kapal dagang Amerika
Serikat adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia mengenai hak hidup. Hal
itu merupakan alasan kuat bagi Amerika untuk ikut serta dalam perang.
Pada saat itu pihak Blok Sekkutu yang sudah diambang kekalahan mulai bangkit
lagi semangatnya dengan kedatangan tentara Amerika Serikat. Pada Oktober 1918,
pasukan Amerika Serikat sebanyak 1.750.000 lebih sudah berada di Prancis.
Sebaliknya, pasukan Blok Triple Aliansi (Blok As) yang terdiri dari Jerman, AustroHongaria, Bulgaria, dan Turki mulai kelelahan setelah empat tahun berperang dan
hampir meraih kemenangan. Pasukan Amerika Serikat bergabung dengan Sekutu
untuk menyerang blok As dibawah Jenderal John J. Pershing, mereka memukul

pasukan Jerman dari garis Hindenburg dan menduduki wilayah luas MeusseArgonne. Di laut, mariner Amerika Serikat membantu Inggris menghancurkan
blockade dari pihak As.
Pada musim panas 1918, ketika pasukan Jerman mulai terdesak, mereka memohon
kepada Amerika Serikat untuk berunding. Setelah mendapat kepastian akan
permintaan Jerman, presiden Wilson datang dan bermusyawarah dengan pihak
Sekutu, lalu menyetujui usulan dari Jerman itu, dan kemudian ditandatangani
perjanjian Versailles 1918. Atas dasar itu, dicapailah gencatan senjata pada 11
November 1918. Di dalam perundingan ini, Presiden Wilson berharap bahwa
persetujuan terakhir akan menjadi suatu perdamaian yang telah dirundingkan.
Namun, karena pihak Sekutu telah merasa mereka harus mendapatkan kompensasi
dari perang, mereka berusaha memaksakan tuntutan yang sangat keras. Wilson
berhasil mencapai pasal-pasal yang penting seperti Italia ditolak untuk
mendapatkan Fiume, tuntutan Clemenceau (Prancis) untuk melepaskan Rein dari
Jerman ditentangnya, dan usul untuk mengganti rugi atas seluruh biaya perang
kepada Jerman dihalanginya. Pada akhirnya pasal-pasal itu tidak berarti banyak dan
hanya usulan tentang pendirian Liga Bangsa-Bangsa yang terealisasikan, bahkan
Wilson secara ironis harus menerima kenyataan bahwa senat menolak baik
perjanjian Versailles maupun Piagam Liga.

Sebenarnya yang menjadi pemicu Perang Dunia I terkait dengan terbunuhnya

seorang pewaris tahta Austria-Hongaria yang bernama Pangeran Franz Ferdinand
oleh mahasiswa Serbia bernama Gevrilo Princip pada 28 Juni 1914. Meskipun Perang
Dunia I dipicu oleh pembunuhan ini, ada latar belakang yang lebih realistis
mengenai sebab-sebab meletusnya Perang Dunia I, yakni terkait dengan
terbentuknya aliansi dan counterbalances yang berkembang antara kekuasaan di
Eropa selama abad XIX, sejak kekalahan Napoleon Bonaparte di Waterloo pada
1815 yang menyebabkan terangkatnya kekuasaan Napoleon Bonaparte di negaranegara Eropa yang pada gilirannya sebagai akibat langsung Revolusi Prancis (1789),
yang menggulingkan monarki Prancis.

Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II
Perang Dunia II adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939
sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia,
termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer
yang berlawanan, yakni Blok Sekutu (Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Belanda) dan
Blok Poros (Jerman, Italia, Jepang). Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang
sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta personil. Perang Dunia II sebagai konflik
paling mematikan dalam sejarah manusia. Umumnya dapat dikatakan bahwa
peperangan dimulai pada saat negara Jerman melakukan invansi terhadap Polandia
pada 1 September 1939 dan berakhir pada 14 Agustus 1945 pada saat Jepang
menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara resmi, Perang Dunia II berakhir

ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument of Surrender di atas
kapal USS Missouri pada 2 September 1945, 6 tahun setelah perang dimulai. Perang
Dunia II berkecamuk di tiga benua yaitu Eropa, Asia dan Afrika.