PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH (1)

PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH
Development Of Islamic Banking System

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Zein Muttaqin, S.E.I.,M.A.

Disusun oleh :
Nama

NIM

Celine Junisyah Amarilis

14423185

Seri Aminah Harahap

14423101

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia mengenai Perkembangan Sistem
Perbankan Syariah ini.
Adapun makalah Bahasa Indonesia tentang Perkembangan Sistem Perbankan
Syariah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada

dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Bahasa Indonesia ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Bahasa Indonesia
ini kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.
Yogyakarta, 17 Desember 2016

Tertanda Pemakalah

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Bank Syariah ........................................................................... 3
B. Berdirinya Bank Syariah di Indonesia ...................................................... 4
C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah ............................................... 5
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam akhir-akhir ini begitu pesat. Dalam tiga
dasawarsa ini mengalami kemajuan, baik dalam bentuk kajian akademis di
Perguruan Tinggi maupun secara praktik operasional. Dalam bentuk kajian,
ekonomi Islam telah di kembangkan di berbagai University, baik di negaranegara muslim juga negara barat. Misalnya di Inggris ada beberapa university
yang telah mengembangkan kajian ini seperti University of Durham,

University of Portsmouth dan yang lainnya. Di Amerika sendiri dikaji di
University of Harvard, bahkan Australia pun melakukan hal yang sama di
University of Wolongong. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Islam
berkembang

dan

menjadi

pusat

kajian

dunia,

terutama

dalam

mengembangkan kegiatan dunia usaha yang semakin global dan kompleks.

Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan Syariah, pada awalnya
berkembang secara perlahan, namun kemudian mulai menunjukkan
perkembangan yang semakin cepat mencapai prestasi pertumbuhan jauh di
atas perkembangan perbankan konvensional. Di Indonesia perbankan Syariah
muncul sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha
perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Perbankan Syariah di
Indonesia, pertama kali beroperasi pada 1 Mei 1992, ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Pada kesempatan ini akan membahas tentang perkembangan perbankan
syariah yang ada diseluruh penjuru dunia. Perbankan Syariah merupakan
suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam
(syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama
Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan
bunga pinjaman (riba),1 serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha
berkategori terlarang (haram).

1

https://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah


1

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan
masalah dalam pembahasan ini adalah :
1. Bagaimana pengertian dari Bank Syariah ?
2. Bagaimana latar belakang berdirinya Bank Syariah ?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Bank syariah ?
4. Bagaimana Implikasi Kebijakan Pemerintah terhadap Perkembangan
Perbankan di Indonesia ?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan
pembahasan, ada pun tujuannya yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Bank Syariah secara umum.
2. Untuk mengetahui kapan Bank Syariah di dirikan.
3. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Bank Syariah.
4. Untuk

mengetahui


Implikasi

Kebijakan

Perkembangan Perbankan di Indonesia.

2

Pemerintah

terhadap

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Syariah
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak
istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank
Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa

Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank).2Bank islam adalah
lembaga keuanga/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan Al-quran dan Hadits Nabi Saw. Dengan kata lain, bank islam
adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Antonio dan
perwata admadja membedakannya menjadi dua pengertian yaitu bank islam
dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariat islam adalah :
1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip islam
2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuanketentuan Al-quran dan Hadits.
Sementara bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam
adalah bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat
islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.
Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu mengikuti ketentuanketentuan syariat islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
itu harus diauhi oleh hal-hal dan praktek-praktek yang dikhawatirkan
mengandung unsur riba untuk di isi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas
dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Dalam

UU


No.21

tahun

2008

mengenai

Perbankan

Syariah

mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah.
Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan
2

Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
hlm. 33.


3

unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta
tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada
prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank
Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah).3
B. Berdirinya Bank Syariah di Indonesia
Pada umumnya yang dimaksud dengan Bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
laulu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
berkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utamanya..
kegiatan dan usaha bank akan slalu berkaita dengan komoditas antara lain :
1. Pemindahan uang
2. Menerima dan pembayaran kembali uang dalam rekenig koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat-surat berharga
lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Membeli dan menjual cek wesel,surat wesel,kertas dagang
6. Memberi kredit, dan
7. Memberi jaminan kredit
Gagasan untuk mendirikan bank syariah di indonesia sebenarnya sudah
muncul sejak pertengahan tahun 1970an. Ini dibicarakan pada seminar
nasional hubungan indonesia timur tengah pada 1974 dan pada tahun 1975
dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh lembaga studi ilmuilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan Bhiineka Tunggal Ika. Namun ada
beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini.
1. Opersi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum
diatur, dan karena itu tidak sejalan dengan UU pokok perbankan
yang berlaku yakni UU No.14/1957
3

Ibid

4

2. Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis,
merupakan bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara islam
dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah.
3. Masih dipertanyakan siapa yang bersedia menaruh modal dalam
ventura semacam itu sementara pendiri bank baru dari timur tengah
masih dicegah, anatara lain pembatasanbank asing yang ingin
membuka kantornya di indonesia.
Di indonesia pelopor perbankan syariah adalah muamalat indonesia.
Berdiri tahun 1991, bank ini di prakarsi oleh Majelis Ulama Indonesia ( MUI)
dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (
ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis
moneter pada tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya sepertiga dari modal
awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan
menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di indonesia telah di atur
dalam undang-undang 7 tahun 1992 tentang perbankan. Hingga tahun 2007
terdapat 3 institusi bank syariah di indonesia yaitu bank muamalat indonesia,
bank syariah mandiri dan mega syariah sementara itu bank umum pada tahun
2016 yang telah memilih unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya
merupakan bank besar seperti bank negara indonesia ( persero), Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Bank swasta Nasional, Sistem Syariah juga teah
digunakan oleh Bank Pengkreditan Rakyar, saat ini telah berkembang 165
BPR Syari’ah.
C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah
Pada awalnya pembentukan bank islam banyak diragukan karena beberapa
alasan. Pertama, banyak orang yang beranggapan bahwa sistem perbankan
bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tidak mungkin dan tidak lazim.
Kedua,

keraguan

tentang

bagaimana

bank

islam

akan

membiayai

operasionalnya.4
Berikut adalah tahapan sejarah dan perkembangan bank syari’ah :5
1. Praktik Perbankan di Zaman Rasulullah SAW dan Sahabat r.a.
4
5

Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 131.
Veithzal Rivai dan Arvian Arifin, Islamic Banking (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 132.

5

Secara umum bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat
islam, pembiayaan yang di lakukan dengan akad sesuai syariah telah
menjadi bagian tradisi umat islam sejak zaman rasulullah saw. Praktikpraktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk
keperluan bisnis dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman
uang, telah lazim dilakukan sejak zaman rasulullah saw. Dengan
demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima
deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak
zaman rasulullah saw.
Rasulullah saw yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh
masyarakat makkah menerima titipsn harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum hijrah ke madinah, ia meminta Ali Bin Abi Thalib r.a. untuk
mengembalikan semua yang di titipi tidak dapat memanfaatkan harta
titipan. Seorang sahabat rasulullah saw, Zubai bin al-awwam r.a, memilih
tidak menerima titipan harta. Ia lebih suka menerimanya dalam bentuk
pinjaman. Tindakan titipan harta ia lebih suka menerimanya dalam
bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang
berbeda, yakni pertama, dengan mengambil uang itu sebagai pinjaman, ia
berkewajiban untuk mengembalikannya secara utuh. Dalam riwayat yang
lain disebutkan, ibnu Abbas r.a. juga pernah melakukan pengiriman uang
ke kufah dan abdullah bin Zubair r.a. melakukan pengiriman uang dari
makkah ke adiknya mis’ab bin Zubair r.a yang tinggal di irak.
Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya
perdagangan antara negeri syam dengan yaman, yang paling tidak
berlangsung

dua

kali

dalam

setahun.

Bahkan,

pada

masa

pemerintahannya, khalifah umar bin al-Khattab r.a. menggunakan cek
untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan
menggunakan cek ini, mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang
ketika itu di impor dari mesir. Di samping itu, pemberian modal untuk

6

modal kerja berbasis bagi hasil, seperti mudharabah, muzara’ah,
musaqah, telah dikenal sejak awal di antara kaum muhajirin dan kaum
anshar.
2. Praktik Perbankan di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Di zaman Bani Abbasiyah, ketika fungsi perbankan dilakukan oleh
satu individu. Fungsi-fungsi perbankan yang dilakukan oleh satu individu,
dalam sejarah islamtelah dikenal sejak zaman Abbasiyah. Perbankan mulai
berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu
sehingga oerlu keahlian khusus untuk membedakan antara satu mata uang
dengan mata uang lainnya. Hal ini diperlukan karena setiap mata uang
dengan mata uang lainnya. Hal ini diperlukan karena setiap mata uang
dengan mata uang lainnya. Hali ini diperlukan karena setiap mata uang
mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai
nilai yang berbeda pula. Peranan bankir pada zaman Abbasiyah mulia
populer pada pemerintahan khalifah muqtadir (908-932 M). Pada saat
itu,hampir setiap wazir(menteri) mempunyai bankir sendiri. Misalnya,ibnu
furat menunjuk Harun ibnu Imrandan Joseph ibnu wahab sebgai
bankirnya, Ibnu Abi Isa menunjukkan Ali ibn isa, Hamid Ibnu wahab
menunjukkan ibrahim ibn yuhana, bahkan abdullah al-baridi mempunyai
tiga orang bankir sekaligus dua yahudi dan satu kristen.
Kemajuan praktik perbahkan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya saq(cek) dengan luas sebagai media pembayaran. Bahkan,
peranan bankir telah meliputi tiga aspek, yakni menerima deposit,
menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal yang terakhir ini, uang
dapat ditransfer dari satu negeri ke negeri lainnya tanpa perlu
memindahkan fisik uang tersebut. Para money changer yang telah
mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah memulai penggunaan cek
sebagai media transfer uang dan kegiatan pembayaran lainnya. Dalam
sejarah perbankan islam. Adalah Sayf al-dawlah Hamdaniyang tercatat
sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring
antara baghdad ( irak ) dan Aleppo ( spanyol ).
3. Praktik Perbankan di Eropa

7

Dalam perkembangan berikutnya, kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan (jihbiz) kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal
sebagai bank. Ketika bangsa eropa mulai menjalankan praktik perbankan,
persoalan timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen
bunga yang dalam pandangan fiqh adalah riba, dan oleh karenanya
haram.transaksi berbasis bunga ini semakin merebah ketika Raja Henri
VIII pada tahun 1545 membolehkan bunga ( interest) meskipun tetap
mengharamkan riba ( usury) dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat
ganda ( excessive). Setelah wafat, raja henry VIII digantikan oleh Raja
Edward VI yang membatalkan kebolehan bunga uang. Hal ini tidak
berlangsung lama, ketika wafat ia digantikan oleh Ratu Elizabeth I yang
kembali memperbolehkan praktik pembungaan uang.
Ketika mulai bangkit dari keterbelakangannya dan mengalami
renaissance, bangsa eropa melakukan penjelajahan dan penjajahan ke
seluruh penjuru dunia, sehingga aktivitas perekonomian dunia didominasi
oleh bangsa-bangsa eropa. Pada saat yang sama, peradaban muslim
mengalami kemerosotan dan negara muslim satu persatu jatu ke dalam
cengkeraman penjajahan bangsa eropa. Akibatnya instittusi-institusi
perekonomian umat islam runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi
bangsa eropa. Keadaan ini berlangsung terus sampai zaman modern kini.
Oleh karena itu, institusi perbankan yang ada sekarang di mayoritas
negara-negara muslim merupakan warisan dari bangsa eropa, yang
notabane berbasis bunga.
4. Perbankan Syariah Modern
Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama
kali dilakukan di malaysa pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi usaha ini
tidak sukses. Eksperimen lain dilakukan di pakistan pada akhir tahun
1950-an, dimana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirika di
peedesaan negara itu. Namun demikian, eksperimen pendirian bank
syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan di
mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank.
Bank ini mendapat sambutan yang cukup hangat di mesir, terutama dari

8

kalangan petani dan masyarakat pedesaan. Jumlah deposan bank ini
meningkat luar biasa dari 17,560 di tahun pertama ( 1963/1964) menjadi
251,152 pada 1966/1967. Jumlah tabungan pun meningkat drastis dari LE
40,944 di akhir tahun pertama ( 1963/1964) menjadi LE 1,828,375 di akhir
periode 1966/1967. Namun sayang, karena terjadi kekacauan politik di
mesir, Mit Ghamr mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya
diambil alih oleh National Bank of Egypt dan bank sentral mesir pada
tahun 1967. Pengambil alihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit
Ghamr mulai ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroperasi
berdasrkan bunga. Pada 1971, akhirnya konsep nir-bunga kembali
dibangkitkan pada masa rezim sadat melalui pendirian Nasser Social Bank.
Tujuan bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis berdasarkan
konsep yang telah di praktekkan oleh Mit Ghamr.
Pada perkembangan selanjutnya di era 1970-an, usaha-usaha untuk
mendirikan bank islam mulai menyebar ke banyak negara. Beberapa
negara seperti pakistan, iran dan sudan, bahkan mengubah seluruh sistem
keuangan di negara itu menjadi sistem nir-bunga, sehingga semua lembaga
keuangan di negra tersebut beroperasi tanpa menggunakan bunga. Di
negara islam lain-nya seperti malaysa dan indonesia, bank nir bunga
beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvesional. Kini perbankan
syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar
ke banyak negara, bahkan ke negara-negara barat. The Islamic Bank
International of Denmark tercatat sebagai bank syariah yang pertama yang
beropersi di eropa, yakni pda tahun 1983 di denmark. Kini, bank-bank
besar dari negara barat, seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan
Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic Window agar
dapat memberika jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat islam.
5. Pakistan
Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal
juli 1979, sistem bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi: National
Investment (Unit Trust), House Building Finance Corporation (
pembiayaan sektor perumahan), dan Mutual Funds of the Investment

9

Corporation of Pakistan (kerja sama investasi). Pada 1979-80, pemerintah
mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan
nelayan.
Pada tahun 1981, seiring dengan diberlakukannya undang-undang
perusahaan mudharabah dan murabahah, mulailah beroperasi tujuh ribu
cabang bank komersial nasional di seluruh pakistan dengan menggunakan
sistem perbankan pakistan dikonversi dengan sistem yang baru, yaitu
sistem perbankan syariah.
6. Mesir
Bank syariah pertama yang didirikan di mesir adalah Faisal Islamic
Bank. Bank ini mulai beroperasi pada bulan maret 1978 dan berhasil
membukukan hasil mengesankan dengan total aset sekitar 2 miliar dolar
AS pada 1986 dan tingkat keuntungan sekitar 106 juta dolar AS. Selain
Faisal Islamic Bank, terdapat bank lain, yaitu Islamic International Bank
for Investment and Development yang beroperasi dengan menggunakan
instrumen keuangan islam dan menyediakan jaringan yang luas. Bank ini
beroperasi, baik sebgaai bank investasi (investment bank), bank
perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial ( commercial
bank).
7. Uni Emirat Arab
Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor perkembangan bank
syariah. Didirikan pada tahun 1975. Investasinya meliputi bidang
perumahan, proyek-proyek industri, dan aktivitas komersial. Selama
beberapa tahun, para nasabahnya telah menerima keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan bank konvensional.
8. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Di indonesia bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1991
adalah bank muamalat indonesia ( BMI). Walaupun perkembangannya
agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya,
perbankan syariah di indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode
tahun 1991-1998 hanya ada satu unit bank syariah, maka pada tahun 2005,
jumlah bank syariah di indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3

10

bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah. Sementara itu, jumlah
perkreditan rakyat syariah ( BPRS) hingga akhir 2004 bertambah menjadi
88 buah.
Berdasarkan data bank indonesia, prospek perbankan syariah pada
tahun 2005 diperkirakan cukup baik. Industri perbankan syariah di prediksi
masih akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.
Jika pada posisi november 2004, volume usaha perbankan syariah telah
mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi
pada tahun 2004 sebesar 88,6 %, volume usaha perbankan syariah di akhir
tahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24 triliun rupiah. Dengan
volume tersebut, diperkirakan industri perbankan akan mencapau pangsa
sebesar 1,8 % dari industri perbankan nasional di bandikang sebesar 1,1 %
pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah
tersebut ditopang oleh rencana pembukaan unit usaha syariah yang baru
dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK)
diperkirakan akan mencapai jumlah 20 triliun rupiah dengan jumlah
pembiayaan sekitar 21 triliun rupiah di akhir tahun 2005.
Sementara itu, riset yang dilkukan oleh karin Business Consulting pada
tahun 2005 menujukkan bahwa total aset bank syariah di indonesia
diperkirakna akan lebih besar daripada apa yang diproyeksikan akan
mencapai antara 1,92% sampai 2,31% dari industri perbankan nasional.
Model ini dikembangkan dengan pendekatan rational ekpectation atau
dengan

memanfaatkan

all

relevant

informasi

available

dan

mensimulasikan proyeksi pertumbuhan aset masing-masing BUS/UUS
(organik) dan proyeksi BUS/UUS baru (non-organik) yang kemudian
dilahirkan agregasi pertumbuhan.
Hingga sekarang jumlah bank syariah indonesia saat ini berjumlah
sekitar 200 bank syariah, kiprah bank syariah di indonesia sudah
memasuki dekade ke 3. Sejak pertama kali dirintis pada tahun 1992 oleh
bank muamalat indonesia (BMI), bank syariah lainnya pun bermunculan.
Hal ini tidak terlepas dari adanya prospek yang cerah disektor keuangan
syariah di indonesia. Terlebih lagi pada tahun 2008 lahir undang-undang

11

nomor 21 tentang perbankan syariah. Undang-undang ini menjadi payung
hukum serta bukti pengakuan akan kehaddiran perbankan syariah di
indonesia. Hingga april 2016 jumlah bank syariah di indonesia berjumlah
199 bank syariah yang terdiri dari 12 bank umum syariah (BUS), 22 unit
usaha syariah (UUS), dan 165 Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).
Berikut daftar lengkap bank syariah (BUS,UUS dan BPRS) yang
beroperasi di di indonesia hingga tahun 2016.
9. Implikasi

Kebijakan

Pemerintah

Terhadap

Perkembangan

Perbankan Islam.
Kebijakan pemerintah tentang perbankan islam khususnya kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah pada periode 1998-1999 terdampak
terjadinya

perkembangan

lembaga

perbankan

islam

yang

cukup

menggembirakan di indonesia. Walaupun disadari bahwa perkembangan
tersebut tidak semarak dengan apa yang terjadi di negara-negara islam
lainnya,

seperti

malaysa.

Sebab

negara-negara

lebih

dahulu

mengembangkan dan menerapkan sistem perbankan islam dan praktiknya
perbankan.
Di samping itu, perangkat infrastruktur yang disediakan pemerintah,
khususnya yang ada di bank indonesia, sebagai lembaga pengawas dan
pembina perbankan indonesia, belum mundukung sepenuhnya bagi
pengembangaan perbankan islam. Perangkat-perangkat yang digunakan
bank indonesia yang masih menggunakan sistem konvensional sehingga
perbankan islam dinilai menurut ukuran konvensional pula. Ketiadaan
perangkat hukum itu menyebabkan perbankan islam harus menyesuaikan
produk-produknya dengan hukum yang berlaku. Hasil yang kurang
memuaskan dari kebijakan pemerintah tantang perbankan islam dalam
periode 1992-1998 dapat dilihat dari pertumbuhan lembaga perbankan
islam. Sampai tahun 1998, jumlah bank umum yang beroperasi dengan
sistem bagi hasil hanya satu, yaitu sebanyak 37 outlet, mulai dari kantor
cabang sampai kantor kas, yang tersebar di berbagai daerah di indonesia.
Demikian juga dengan tingakt pertumbuhan asset yang dimiliki bank ini
sangat kecil, yaitu sekitar 0,01% dari total aset perbankan nasional.

12

Sementara bank perkreditan rakyat menggunakan sistem bagi hasil hanya
berjumlah 73 buah.
Hal yang kurang memuaskan dari kebijakan pemerintah tentang
perbankan islam dalam periode 1992-1998 dapat dilihat dari pertumbuhan
lembaga perbankan islam. Sampai tahun 1998,sebelum dikeluarkannya
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 jumlah bank umum yang beroperasi
dengan sistem bagi hasil hanya satu, yaitu Bank Muamlat Indonesia. Bank
ini hanya mempunyai kantor sebanyak 37 outlet, mulai dari kantor cabang
sampai kanttor kas,yang tersebut di berbagai daerah di indonesia.
Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan asset yang dimiliki bank ini
sangat kecil, yaitu sekitar 0,01% dari total asset perbankan nasional.
Sementara bank perkreditan rakyat yang menggunakan sistem bagi hasil
hanya berjumlah 73 buah. Perbankan islam mengalami perkembangan
yang cukup menggembirakan menyusul diberlakukannya Undng-undang
No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan pemberlakuan undang-undang
No. 10 tahun 1999 tentang bank indonesia. Diberlakukannya dua undangundang tersebut memberi peluang besar bagi perkembangan perbankan
islam di indonesia.
Perkembangan perbankan islam pasca tahun 1998-1999 dapat dilihat
dari data yang dikeluarkan Bank Indonsia bulan Nopember 2001,
Perbankan Islam pada saat itu tercatat 2 buah Bank Umum Mandiri.
Sedangkan BPRS Syariah berjumlah 81 buah yang tersebar di 18 provinsi
di indonesia. Dibandingkan periode sebelumnya, 1992-1998, bank umum
syariah hanya bertambah 1 bank umum, sedangkan BPR Syariah
bertambah 8 buah. Sementara itu, Bank Umum Konvensional yang
membuka cabang Syariah adalan Bank IFI, Bank BNI, dan Bank Jawa
Barat. Bertambah menjadi 6 bank pada bulan Juli 2002, menyusul
masuknya bank-bank: Bank Danamon Indonesia, Bank Bukopin, dan Bank
BRI. Bank IFI dan Bank Jabar, masing-masing mempunyai 1 kantor
cabang yakni berkedudukan di Jakarta bagi Bank IFI dan Bandung bagi
Bank Jabar. Bank BNI tercatat 9 buah kantor cabang syariah yang tersebar

13

di 7 kota, yaitu Jakrta, Yogyakarta, Jepara, Pekalongan, Malang, dan
Padang.
Perkembangan kantor cabang syariah yang cukup signifikan terjadi
pada Bank Syariah Mandiri. Bank inni baru 2 tahun setelah berdiri menjadi
Bank Umum Syariah, sejak tanggal 1 Nopember 1999, mampu mebuka 19
kantor cabang yang tersebar di berbagai kota besar di indonesia. Jumlah ini
melampaui kantor cabang yang dimiliki bank muamalat indonesia yang
hanya 13 buah kantor cabang pembantu dan kantor kas sebagaimana yang
dimiliki Bank Muamalat Indonesia. Keunggulan lain dari Bank Syariah
adalah jaringan kantor cabangnya yang lebih luas daerah jangkauannya
dibandingkan denan Bank Muamalat Indonesia, Kantor cabang Bank
Syariah Mandiri terdapat di kota : Aceh, Jakarta, Medan, Bandung,
Surabaya, Solo, Pekalongan, Pemekakasan, Makassar, Banjarmasin,
Bogor, Pekanbaru, dan Palembang. Sementara Bank Muamalat Indonesia
memiliki kantor kas( 27 buah ) berada di kota-kota seperti: jakarta,
Bandung,Semarang,Surabaya, makassar, Balikpapan, PekanBaru dan
pekalongan.

Dibandingkan

dengan

periode

peningkatan outlet dari 37 menjadi 43 outlet.

14

sebelumnya,

terjadi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Perbankan Syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.
Ide untuk mendirikan Bank yang menggunakan prinsip bagi hasil sudah
muncul sejak 1970-an. Bank syari’ah pertama di Indonesia adalah Bank
Muamalat yang berdiri pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi
pada tanggal 1 Mei 1992. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri
yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti tersebut
merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara, yang
kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua
Indonesia. Dengan pendirian Bank Syariah Mandiri ini kemudian diikuti oleh
pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.
Perbankan syari’ah berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami
kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naikturunnya peradaban umat muslim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
konsep bank bukanlah suatu konsep yang asing bagi umat muslim, sehingga
proses ijtihad untuk merumuskan konsep bank modern yang sesuai dengan
syariah tidak perlu dimulai dari nol. Jadi, upaya ijtihad yang dilakukan insya
Allah akan menjadi lebih mudah.
Terkait dengan sejarah perkembangan perundang-undangan terjadi tiga
periodisasi diantaranya; Pertama, Periode 1992-1998: Peletakan Dasar Sistem
Perbankan Islam menghasilkan sebuah rumusan undang-undang No. 07 tahun
1992 tentang perbankan dengan sistem bagi hasil. Kedua peride 1998-1999:
Reformasi Kebijakan Perbankan Islam muncullah UU No. 10 tahun 1998
tentang Perubahan atas UU No. 07 tahun 1992. Ketiga periode 1999-2008
yang

menghasilkan

UU

No.

21

tahun

2008.

Yang

menghambat

perkembangan Bank syariah adalah kurangnya jaringan bank syariah, hukum
yang masih belum jelas pada awal perkembangannya, kurang terlatihnya

15

SDM dan SDI umat islam mengenai Bank Islam. Strategi yang dilakukan
adalah peningkatan SDM, pengadaan hukumdan regulasi khusus yang
mengatur bank islam, peningkatan sosialisasi kepada masyarakat dan
peningkatan jaringan Bank syariah.

B. Saran
Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih
kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank syariah. Dan masih banyak
lagi. Tapi jangan khawatir, karena seiring dengan waktu semua kekurangan
yang dimilikinya, bank syariah akan berusaha dan berupaya akan menutupi
dan bahkan menghilangkan semua kekurangan itu. Itu semua menjadi tugas
kita bersama-sama baik itu pemerintah maupun masyarakat luas. Walaupun
Negara kita ini bukanlah 100% Islam, tapi jangan khawatir bagi umat
nonmuslim untuk menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah
(islam) membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat
Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.

16

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, 2006, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Muslimin Kara, 2005, Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta : UII Pres.
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek,
Jakarta : Gema Insani Press.
Andri Soemitra, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta :
Kencana.
Kautsar Riza Salman, 2012, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK
Syariah, Jakarta : Indeks.
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta:
Sinar Grafika, 2012), hlm. 33.
Nur Yasin, 2009, Hukum Ekonomi Islam, Malang: UIN Malang Press.
Veithzal Rivai dan Arvian Arifin, 2010, Islamic Banking, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

17