T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Guru Mandiri dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di SD Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Sekolah
SD Kristen Satya Wacana (Laboratorium UKSW)
Salatiga, yang dikenal dengan nama SD Kristen
Satya Wacana Salatiga semula bernama SD Kristen 2
Salatiga. SD Kristen 2 Salatiga yang berada di Jl. Dr.
Sumardi No 5 Salatiga (satu komplek dengan Sinode
GKJ Jawa Tengah) berdiri bulan Agustus 1953. SD
Kristen 2 Salatiga pada awalnya berada di bawah
naungan Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat
Salatiga.
Pada tahun 1970 Universitas Kristen Satya
Wacana
(UKSW)
Salatiga
memerlukan
Sekolah
Laboratorium demi peningkatan kualitas lulusan
FKIP
dan
inovasi-inovasi
pendidikannya.
Maka
diadakan kerjasama antara YPK Pusat Salatiga
dengan UKSW tentang pengelolaan bersama Sekolah
Dasar (SD) Kristen 2 Salatiga sebagai Sekolah
Laboratorium.
Perkembangan pendidikan yang pesat menuntut
UKSW untuk lebih mengembangkan kualitasnya.
Maka mulai tanggal 1 Juli 2005 UKSW melalui
Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana
(YPTK-SW) mengambil alih pengelolaan SD Kristen 2
Salatiga secara penuh. Dengan perubahan status ini
mengakibatkan perubahan nama sekolah menjadi SD
Kristen Satya Wacana (Laboratorium UKSW) Salatiga.
50
SD Kristen Satya Wacana Salatiga berlokasi di
Jalan Yos Sudarso No. 1 Salatiga. SD Kristen Satya
Wacana Salatiga memiliki luas tanah 2.155 m2
dengan luas bangunan 1.540 m2 yang terdiri atas 2
lantai bangunan. Bangunan yang ada pada sekolah
ini meliputi 13 ruang kelas, 2 ruang guru, ruang
administrasi, ruang kepala sekolah, ruang rapat,
ruang komite sekolah, ruang tari, ruang multimedia,
ruang perpustakaan, ruang computer, laboratorium
IPA, gedung serba guna, ruang UKS, ruang musik,
cafeteria, ruang guest house, maupun WC.
Jumlah guru di SD Kristen Satya Wacana terdiri
atas 17 orang guru, yaitu 12 orang guru tetap
yayasan, 2 orang guru kontrak, dan 3 orang guru
tidak tetap. Dari 17 guru, 2 guru berpendidikan S2, 9
guru berpendidikan S1, 3 guru berpendidikan D2, 4
guru sedang studi S1, dan 1 guru sedang studi S2.
Dasar berdirinya SD Kristen Satya Wacana
Salatiga dapat dilihat pada pintu masuk sekolah,
yaitu
“Takut
akan
Tuhan
adalah
permulaan
pengetahuan” (Amsal 1:7). Visi didirikannya sekolah
ini
adalah
menjadi
sekolah
inovatif
untuk
mengembangkan siswa secara holistik dengan kasih,
sedangkan misinya yang ada pada sekolah ini
disebut dengan dasa misi, yaitu :
1. mengupayakan
bentuk
pembelajaran
wujud layanan kepada Tuhan;
51
sebagai
2. menumbuh
kembangkan
penghayatan
dan
pengamalan terhadap agama yang dianut untuk
membentuk budi pekerti yang baik;
3. mengembangkan pribadi yang cinta tanah air;
4. melaksanakan
pembelajaran
dan
bimbingan
secara PAIKEM untuk mengoptimalkan potensi
yang dimiliki siswa;
5. menciptakan
suasana
yang
kondusif
untuk
keefektifan seluruh kegiatan sekolah;
6. mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa
dalam upaya peningkatan prestasi;
7. menumbuhkembangkan sikap toleransi dalam
keberagaman;
8. melestarikan dan mengembangkan seni serta
budaya;
9. meningkatkan prestasi olah raga;
10. menerapkan IPTEK dalam pembelajaran.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
dasar mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar
yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup
mandiri
dan
mengikuti
pendidikan
lebih
lanjut. Sedangkan secara khusus, sesuai dengan visi
dan misi sekolah, serta tujuan SD Kristen Satya
Wacana
Salatiga,
pada
akhir
2014/2015 sekolah berupaya agar :
52
tahun
pelajaran
1. seluruh siswa lulus dalam ujian sekolah dan
Ujian Nasional (UN), dan diterima di SMP;
2. mengoptimalkan
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered learning), antara lain CTL,
PAIKEM, serta layanan bimbingan dan konseling;
3. meraih kejuaraan dalam bidang Mata Pelajaran
tingkat provinsi;
4. memperoleh kejuaraan olimpade sains tingkat
provinsi;
5. melestarikan
budaya
daerah
melalui
MULOK
bahasa daerah dengan indikator; 70% siswa
mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks;
6. menjadikan
terhadap
75%
siswa
kelestarian
memiliki
lingkungan
kesadaran
hidup
di
sekitarnya;
7. meningkatkan
kemampuan
berbahasa
inggris
dengan penerapan kelas Bilingual Tematik di
kelas 1 s.d 4 dan mathematic serta sains di kelas
5 s.d 6 SD;
8. memiliki
jiwa
cinta
tanah
air
yang
diinternalisasikan lewat kegiatan Pramuka;
9. meraih kejuaraan dalam beberapa cabang olah
raga di tingkat nasional;
10. memiliki jiwa toleransi antar umat beragama dan
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
53
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Proses Penyusunan PKG Mandiri
Proses penyusunan PKG Mandiri di SD Kristen
Satya
Wacana
Salatiga
yang
dilakukan
dalam
penelitian ini terdiri atas 3 proses tahapan, yaitu :
a. Tahap identifikasi masalah
Pada tahap ini, ditentukan suatu perumusan
masalah yang didasarkan pada tinjauan pustaka,
pencarian referensi, dan data-data yang diperlukan.
Masalah yang ada di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga adalah bahwa belum terdapat PKG yang
disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan sekolah
tersebut, sehingga diperlukan suatu PKG mandiri
yang dapat membantu sekolah mencapai visi, misi,
dan tujuannya.
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap
dimana metode AHP digunakan, tahapan tersebut
terdiri dari :
1. Perancangan struktur hierarki
Dalam penyusunan hierarki atau struktur
keputusan
dilakukan
dengan
mengelompokan
elemen-elemen sistem atau alternatif keputusan ke
dalam sistem hierarki keputusan. Dari penjelasan
tersebut, maka dipadukan penilaian kinerja guru
berdasarkan standar kompetensi guru. Kemudian
berdasarkan klasifikasi kemampuan dan kriteria
kinerja yang telah ditentukan, maka dapat dirancang
54
struktur hierarki penilaian kinerja guru yang terdiri
dari
Level 1 merupakan penilaian kinerja guru
Level 2 merupakan kompetensi guru
Level 3 merupakan sub-kompetensi guru
Hierarki penilaian kinerja guru berdasarkan
metode AHP dapat dilihat pada Gambar 4.1
Penilaian Kinerja Guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik
Kepribadian
Sosial
Profesional
KPI 1
KPI 8
KPI 11
KPI 13
KPI 2
KPI 9
KPI 12
KPI 14
KPI 3
KPI 10
KPI 4
KPI 5
KPI 6
KPI 7
LEVEL 1
LEVEL 2
LEVEL 3
Gambar 4.1 : Struktur Hierarki PKG Mandiri
2. Penyebaran kuesioner
Kuesioner yang sudah dipersiapkan sesuai
dengan
struktur
hierarki
AHP
yang
berisi
perbandingan berpasangan antar kompetensi dan
sub kompetensi PKG disebarkan kepada responden
55
yaitu kepala sekolah, komite sekolah, dan guru, yang
selanjutnya dikumpulkan kembali dan melakukan
jajak pendapat untuk menentukan skala tingkat
kepentingan
yang
sesuai.
Hasil
perbandingan
berpasangan kemudian diolah dengan metode AHP.
(terlampir)
3. Menentukan bobot variabel
Hasil
penilaian
berpasangan
(pairwise
comparison) terhadap 4 kompetensi dan 14 subkompetensi kemudian diolah dengan memasukkan
data ke dalam matriks. (terlampir). Dari matriks
perbandingan
tersebut,
diperoleh
kompetensi
prioritas yang akan digunakan sebagai pembobotan.
4. Menguji konsistensi
Dalam metode AHP, nilai rasio inkonsistensi
harus kurang dari atau sama dengan 0,100 (CR ≤
0,100). Dari data yang diolah, diperoleh hasil CR
lebih dari 0,100, sehingga dilakukan penilaian ulang
sebanyak 2 kali untuk memperoleh nilai CR yang
konsisten.
Setelah
dilakukan
penilaian
ulang
sebanyak 2 kali, diperoleh nilai CR = 0,088. Nilai
tersebut kurang dari atau sama dengan 0,100 (CR ≤
0,100), sehingga dapat dikatakan bahwa bobot yang
digunakan sudah konsisten dan dapat digunakan
sebagai bobot penilaian. Bobot yang sudah konsisten
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
56
Tabel 4.1 : Bobot tiap kompetensi
KOMPETENSI
BOBOT
PERSENTASE
Mengenal karakteristik peserta didik
Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik
Pengembangan kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Memahami dan mengembangkan potensi
Komunikasi dengan peserta didik
Penilaian dan Evaluasi
Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru
Bersikap inklusif, bertindak obyektif,
serta tidak diskriminatif
Komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik,
dan masyarakat
Penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
Mengembangkan keprofesian melalui
tindakan reflektif
0.034
3.4%
0.022
2.2%
0.015
0.054
0.146
0.058
0.05
1.5%
5.4%
14.6%
5.8%
5%
0.083
8.3%
0.029
2.9%
0.208
20.8%
0.073
7.3%
0.037
3.7%
0.133
13.3
0.057
5.7
5. Merancang format PKG Mandiri
Setelah
diperoleh
bobot
yang
konsisten,
kemudian dirancang PKG Mandiri yang total skor
kompetensinya diperoleh dari nilai skor (dengan
rentang nilai 1 sampai dengan 4) dikalikan dengan
bobot kompetensi. (terlampir)
57
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Dilakukan skoring total untuk mengetahui
pencapaian
target
pada
setiap
kompetensi.
Penggunaan metode traffic light system digunakan
untuk mengetahui apakah skor pada masing-masing
kompetensi
perbaikan
(KPI)
atau
mengindikasikan
tidak.
Traffic
perlunya
light
system
menggunakan 3 warna yaitu : Hijau jika KPI > 80%;
Kuning jika 80% > KPI > 60%; dan Merah jika KPI <
60%. Hasil PKG Mandiri yang dipadukan dengan
analisis traffic lights system dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 4.2 : Hasil pencapaian perkompetensi
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
KOMPETENSI (KPI)
Mengenal karakteristik
peserta didik
Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang
mendidik
Pengembangan
kurikulum
Kegiatan pembelajaran
yang mendidik
Memahami dan
mengembangkan
potensi
Komunikasi dengan
peserta didik
Penilaian dan evaluasi
Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum,
sosial dan kebudayaan
nasional Indonesia
JUMLAH
RATA
RATA
PERSENTASE
1.802
0.11
81%
1.078
0.07
80%
0.75
0.05
83%
3.186
0.2
93%
7.3
0.46
79%
3.132
0.2
86%
2.6
0.16
80%
5.063
0.32
96%
58
Traffic
light
9
10
11
12
13
14
Menunjukkan pribadi
yang dewasa dan
teladan
Etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru
Bersikap inklusif,
bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif
Komunikasi dengan
sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua
peserta didik, dan
masyarakat
Penguasaan materi
struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu
Mengembangkan
keprofesian melalui
tindakan reflektif
1.595
0.1
86%
11.024
0.69
83%
4.38
0.27
92%
2.146
0.13
88%
7.315
0.46
86%
2.964
0.19
83%
4.2.2. Sasaran Prioritas PKG Mandiri
PKG mandiri ini ditujukan untuk mengetahui
sasaran prioritas dari kompetensi guru yang paling
diprioritaskan yang disesuaikan dengan visi, misi,
dan tujuan SD Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil
sasaran prioritas ini, diperoleh dari perbandingan
berpasangan
yang
telah
dilakukan
oleh
kepala
sekolah, ketua komite sekolah, dan guru. Dari PKG
mandiri yang telah dilakukan, diperoleh sasaran
strategis yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
59
Tabel 4.3 : Sasaran Strategis PKG Mandiri
KOMPETENSI
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru
Memahami dan mengembangkan
potensi
Penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia
Bersikap inklusif, bertindak obyektif,
serta tidak diskriminatif
PERSENTASE
20.8%
14.6%
13.3%
8.3%
7.3%
Komunikasi dengan peserta didik
5.8%
Mengembangkan keprofesian melalui
tindakan reflektif
5.7%
Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5.4%
Penilaian dan evaluasi
5.0%
Komunikasi dengan sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua peserta
didik, dan masyarakat
3.7%
Mengenal karakteristik peserta didik
3.4%
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan
Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik
2.9%
Pengembangan kurikulum
1.5%
2.2%
Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin
dicapai SD Kristen Satya Wacana Salatiga, dari tabel
di atas, dapat diketahui bahwa kompetensi ke-10
yaitu etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru mempunyai bobot tertinggi
60
dengan
persentase
sebesar
20.8%.
Sedangkan
kompetensi ke-3 yaitu pengembangan kurikulum
mempunyai
bobot
terendah
dengan
persentase
1.55%.
Untuk selengkapnya dapat dilihat dalam bobot
hierarki berikut :
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik (38%)
Kepribadian (32%)
Sosial (11%)
Profesional (19%)
KPI 1
(3.44%)
KPI 8
(8.30%)
KPI 11
(7.29%)
KPI 13
(13.29%)
KPI 2
(2.24%)
KPI 9
(2.90%)
KPI 12
(3.71%)
KPI 14
(5.71 %)
KPI 3
(1.55%)
KPI 10
(20.80%)
KPI 4
(5.40%)
KPI 5
(14.59%)
KPI 6
(5.80%)
KPI 7
(4.99%)
Gambar 4.2 : Hierarki PKG dan Persentase KPI
4.2.3. Hasil Penilaian Kinerja Guru Mandiri
Hasil penilaian kinerja 16 guru SD Kristen
Satya
Wacana
Salatiga
oleh
Kepala
Sekolah,
kemudian dijumlahkan dan dirata-rata menjadi satu
penilaian tunggal. Dari bobot yang dihasilkan dari
masing-masing kompetensi, diadakanlah penilaian
61
skor akhir dari penilaian kinerja guru guru SD
Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah dilakukan
oleh Kepala Sekolah. Hasil penilaian kinerja 16 guru
SD Kristen Satya Wacana Salatiga tersebut kemudian
dijumlahkan dan dirata-rata menjadi satu penilaian
tunggal. Penilaian tunggal tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan acuan sekolah untuk melakukan
perbaikan
ataupun
meningkatkan
kinerja
guru.
Berikut hasil penilaian dan analisis warna traffic light
yang diperoleh :
Tabel 4.4 : Hasil PKG Mandiri
KOMPETENSI
Mengenal karakteristik peserta
didik
Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik
JUMLAH
Komunikasi dengan peserta didik
0.11
81%
1.078
0.07
80%
0.75
0.05
83%
3.186
0.2
93%
7.3
0.46
79%
3.132
0.2
86%
2.6
0.16
80%
5.063
0.32
96%
1.595
0.1
86%
11.024
0.69
83%
4.38
0.27
92%
Penilaian dan evaluasi
Bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial dan
kebudayaan nasional Indonesia
Menunjukkan pribadi yang
dewasa dan teladan
Etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru
RATA
PERSENTASE
1.802
Pengembangan kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang
Mendidik
Memahami dan mengembangkan
potensi
RATA
Bersikap inklusif, bertindak
62
Traffic
light
obyektif, serta tidak diskriminatif
Komunikasi dengan sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat
Penguasaan materi struktur
konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran
yang diampu
Mengembangkan keprofesian
melalui tindakan reflektif
TOTAL SKOR
2.146
0.13
88%
7.315
0.46
86%
2.964
0.19
83%
54.335
3.4
85%
TOTAL SKOR MAKSIMUM
Dari
uji
hipotesis
yang
dilakukan
juga
diperoleh bahwa kinerja guru SD Satya Wacana
Salatiga
sudah
mencapai
80%.
Uji
hipotesis
deskriptif yang digunakan adalah uji satu fihak,
yaitu uji fihak kiri. Sesuai dengan yang sudah
dijelaskan pada bab III, rumus yang digunakan
untuk menguji hipotesis deskriptif (satu sampel)
adalah sebagai berikut :
t=
Dimana :
�− µ
�
t
: t hitung
X
: rata-rata Xi
µ0
: nilai yang dihipotesiskan
s
: simpangan baku
n
: jumlah anggota
�
Berdasarkan data yang ada, dapat diketahui
bahwa n = 16, dan µ0 = 3.197
Nilai X dan s dapat dilihat pada tabel berikut :
63
Tabel 4.5 : Hasil Statistik Deskriptif
Descriptives
NilaiGuru Mean
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
Upper
Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Statistic
3.3959
3.3018
Std.
Error
.04418
3.4901
3.3914
3.3670
.031
.17671
3.12
3.76
.64
.26
.649
.135
.564
1.091
Dari nilai yang diketahui, diperoleh t hitung
sebesar 4.508. Untuk membuat keputusan apakah
hipotesis itu terbukti atau tidak, maka harga t hitung
dibandingkan dengan t tabel. Untuk mengetahui
harga t tabel, didasarkan dari derajat kebebasan (dk),
yang besarnya adalah n - 1, yaitu 16 - 1 = 15. Untuk
α = 5%, harga t tabel adalah 1.753. Dalam uji fihak
kiri, berlaku ketentuan, bila harga t hitung jatuh
pada penerimaan H0 lebih dari atau sama dengan (≥)
dari t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Dari data yang ada diketahui bahwa t hitung
lebih besar dari pada t tabel, atau 4.508 > 1.753
sehingga
dapat
ditarik
64
kesimpulan
bahwa
H0
diterima dan H1 ditolak, sehingga hasil penilaian
kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih
dari sama dengan 0,80. Atau dapat dikatakan bahwa
kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga
sudah mencapai 80%.
Untuk selengkapnya hasil PKG Mandiri SD
Kristen Satya Wacana Salatiga dideskripsikan dalam
penjelasan berikut :
a. KPI 1 (Mengenal karakteristik peserta didik)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
berpasangan
bahwa
skor
KPI
yang
1
yaitu
mengenal karakteristik peserta didik, merupakan
skor dengan prioritas ke-11 dengan bobot 3.3%. Nilai
skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar
83% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat
dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Namun, untuk perolehan skor individu, dari 16 guru
yang ada masih terdapat 10 guru yang terindikasi
dengan warna kuning, sehingga masih dibutuhkan
perbaikan terhadap KPI ini, dikarenakan 50% lebih
dari jumlah keseluruhan guru belum mencapai 80%
nilai maksimum.
b. KPI 2 (Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik)
Skor
yang
menguasai
pembelajaran
diperoleh
pada
KPI
belajar
dan
prinsip-prinsip
toori
yang
mendidik,
2
merupakan
yaitu
skor
dengan prioritas ke-13 dengan bobot 2.2%. Nilai skor
kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 80%
65
dengan
indikasi
warna
hijau,
sehingga
dapat
dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, hanya ada 1
guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya
masih terdapat 15 guru dengan indikasi warna
kuning. Menyadari hal tersebut, sebaiknya sekolah
memberikan
pelatihan
kepada
seluruh
guru
mengenai prinsip dan teori belajar yang mendidik
agar kinerja guru dapat meningkat, meskipun KPI ini
ada dalam prioritas ke 13.
c. KPI 3 (Pengembangan kurikulum)
Dari perbandingan berpasangan yang telah
dilakukan,
diperoleh
bahwa
skor
KPI
3
yaitu
pengembangan kurikulum, merupakan skor dengan
prioritas ke-14 dengan bobot 1.5%. Nilai skor kolektif
yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 83% dengan
indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan
bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik. Namun,
untuk perolehan skor individu, hanya ada 2 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 14 guru dengan indikasi warna kuning.
Meskipun begitu, guru di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga,
sudah
melakukan
tugasnya
dalam
mengembangkan kurikulum, seperti menyampaikan
materi
sesuai
silabus,
melakukan
perencanaan
pengajaran, dll, hanya saja akan lebih baik jika
pengembangan
kurikulum
dioptimalkan.
66
yang
dilakukan
lebih
d. KPI 4 (Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik)
Kompetensi ke-3 yaitu mengenal karakteristik
peserta didik menduduki prioritas ke-8 dengan bobot
5.4%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini
sebesar 93% dengan indikasi warna hijau, sehingga
dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori
baik. Untuk perolehan skor individu, hanya ada 5
guru yang terindikasi dengan warna kuning. Artinya
lebih dari 50% guru sudah dapat menciptakan
kegiatan pembelajaran yang mendidik.
e. KPI 5 (Memahami dan mengembangkan potensi)
KPI 5 yaitu memahami dan mengembangkan
potensi peserta didik, merupakan kompetensi dengan
prioritas ke-2 dengan bobot 14.6%. Perolehan skor
kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 79%
dengan indikasi warna kuning. Dari 14 kompetensi
yang ada hanya KPI ini yang harus segera dilakukan
perbaikan, mengingat prioritas KPI ini berada pada
tingkat atas, sedangkan analisa warna menunjukkan
bahwa KPI belum mencapai nilai 80%.
Terdapat 3 guru yang terindikasi dengan warna
hijau dalam penilaian ini, artinya masih terdapat 13
guru
dengan
indikasi
warna
kuning.
Sehingga
sekolah harus memberikan pelatihan kepada guru
untuk mewadahi bakat yang dimiliki siswanya, agar
siswa
dapat
mengembangkan
dimilikinya.
67
potensi
yang
f. KPI 6 (Komunikasi dengan peserta didik)
KPI ke-6 yaitu komunikasi dengan peserta didik
merupakan
KPI
yang
menduduki
prioritas
ke-6
dengan bobot 5.8%. Dari penilaian yang dilakukan,
diperoleh nilai skor kolektif sebesar 86%, sehingga
KPI ini terindikasi dengan warna hijau, atau dapat
dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Dari penilaian yang dilakukan terhadap 16
guru, terdapat 6 guru yang terindikasi dengan warna
hijau,
artinya
indikasi
masih
warna
terdapat
kuning.
10
guru
dengan
Sehingga
untuk
meningkatkan perolehan skor dalam KPI ini, guru
sebaiknya dapat lebih meningkatkan kemampuan
berkomunikasi
dengan
peserta
didik,
agar
kompetensi ini dapat lebih ditingkatkan.
g. KPI 7 (Penilaian dan evaluasi)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
bahwa
berpasangan
skor
KPI
yang
7
yaitu
penilaian dan evaluasi, merupakan skor dengan
prioritas ke-9 dengan bobot 5%. Nilai skor kolektif
yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 80% dengan
indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan
bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 4 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 12 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga ada baiknya jika guru dapat mengevaluasi
hasil
penilaian
yang
dilakukan,
memnggunakan
berbagai macam penilaian yang dapat digunakan,
68
dan dapat merefleksikan hasil penilaian yang telah
dibuat
agar
kualitas
pembelajaran
lebih
dapat
ditingkatkan.
h. KPI 8 (Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum,
sosial
dan
kebudayaan
nasional
Indonesia)
KPI ke-8 yaitu bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia, merupakan KPI yang menduduki prioritas
ke-4 dengan bobot 8.3%. Nilai skor kolektif yang
diperoleh dalam KPI ini sebesar 96% dengan indikasi
warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini
masuk dalam kategori baik.
Dari penilaian yang dilakukan, terdapat 12
guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya
masih terdapat 4 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini
sudah cukup baik dan hanya perlu dipertahankan
dan ditingkatkan.
i. KPI 9 (Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
menunjukkan
bahwa
pribadi
berpasangan
skor
dewasa
KPI
dan
yang
9
yaitu
teladan,
merupakan skor dengan prioritas ke-12 dengan bobot
2.9%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini
sebesar 86% dengan indikasi warna hijau, sehingga
dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori
baik.
69
Untuk perolehan skor individu, ada 7 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 9 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini
masih perlu ditingkatkan.
j. KPI 10 (Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru)
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru merupakan KPI ke-10, KPI ini
masuk dalam prioritas tertinggi dengan bobot 20.8%,
atau dapat dikatakan bahwa kompetensi ini harus
dimiliki oleh seluruh guru SD Kristen Satya Wacana.
Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini
sebesar 83% dengan indikasi warna hijau, sehingga
dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori
baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 4 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 12 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini
masih
harus
ditingkatkan,
mengingat
KPI
ini
merupakan prioritas tertinggi, sebaiknya harus selalu
dilakukan perbaikan agar lebih dari 50% jumlah guru
dapat mencapai nilai maksimum.
k. KPI 11 (Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
KPI
11
bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
70
diskriminatif, merupakan skor dengan prioritas ke-5
dengan bobot 7.3%. Nilai skor kolektif yang diperoleh
dalam KPI ini sebesar 92% dengan indikasi warna
hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk
dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 11 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 5 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga
kompetensi
ini
sudah
cukup
tercapai
dengan baik, karena lebih dari 50% jumlah guru
telah mendapatkan skor maksimum.
l. KPI 12 (Komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan,
orang
tua
peserta
didik,
dan
masyarakat)
Dari
perbandingan
dilakukan,
diperoleh
Komunikasi
kependidikan,
dengan
orang
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
sesama
tua
KPI
12
guru,
peserta
tenaga
didik,
dan
masyarakat, merupakan skor dengan prioritas ke-10
dengan bobot 3.7%. Nilai skor kolektif yang diperoleh
dalam KPI ini sebesar 88% dengan indikasi warna
hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk
dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 10 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 6 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga
kompetensi
ini
sudah
cukup
tercapai
dengan baik, karena lebih dari 50% jumlah guru
telah mendapatkan skor maksimum. Untuk beberapa
71
guru yang masih terindikasi dengan warna kuning,
sebaiknya menngkatkan kemampuan komunikasinya
dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat.
m. KPI 13 (Penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
KPI
13
penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, merupakan skor dengan prioritas ke-3
dengan
bobot
13.3%.
Nilai
skor
kolektif
yang
diperoleh dalam KPI ini sebesar 86% dengan indikasi
warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini
masuk dalam kategori baik.
Untuk
perolehan
skor
individu,
Untuk
perolehan skor individu, 50% dari seluruh jumlah
guru
terindikasi
warna
kuning,
dan
sisanya
terindikasi warna hijau. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kompetensi ini masih perlu ditingkatkan,
mengingat kompetensi ini berada pada prioritas atas.
Untuk sebagian guru yang masih terindikasi dengan
warna
kuning,
penguasaan
sebaiknya
materi
dan
lebih
struktur
meningkatkan
konsep
mendukung mata pelajaran yang diampu.
72
yang
n. KPI
14
(Mengembangkan
keprofesian
melalui
tindakan reflektif)
Dari
perbandingan
dilakukan,
diperoleh
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
KPI
13
penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, merupakan skor dengan prioritas ke-7
dengan bobot 5.7%. Nilai skor kolektif yang diperoleh
dalam KPI ini sebesar 83% dengan indikasi warna
hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk
dalam kategori baik.
Untuk
perolehan
skor
individu,
Untuk
perolehan skor individu, 12 guru terindikasi warna
kuning, dan 4 guru terindikasi warna hijau. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kompetensi ini harus lebih
ditingkatkan, mengingat kompetensi ini merupakan
kompetensi profesional guru. Untuk meningkatkan
profesionalisme guru, akan lebih baik jika semua
guru yang terindikasi dengan warna kuning dapat
lebih
meningkatkan
kemampuan
untuk
mengevaluasi diri, agar kinerjanya semakin optimal.
4.3. Pembahasan
4.3.1.Proses Penyusunan PKG Mandiri
Dari hasil penelitian yang diperoleh, proses
penyusunan PKG Mandiri di SD Kristen Satya
Wacana
sudah
dikemukakan
(2013).
sesuai
oleh
Proses
Saaty
dengan
(1993)
penyusunan
73
teori
maupun
penilaian
yang
Iriani
kinerja
menurut pandangan kedua ahli tersebut harus
meliputi
tahap
identifikasi
masalah,
tahap
perancangan kinerja, dan tahap pengukuran dan
evaluasi.
Sesuai
dengan
hasil
penelitian
yang
diperoleh proses PKG mandiri yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap identifikasi masalah
Masalah yang ada di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga adalah bahwa belum terdapat PKG yang
disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan sekolah
tersebut, sehingga diperlukan suatu PKG mandiri
yang dapat membantu sekolah mencapai visi, misi,
dan tujuannya.
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap
analisis data dengan menggunakan metode AHP.
Analisis
data
dengan
metode
AHP
akan
menghasilkan bobot yang untuk selanjutnya akan
dimasukkan ke dalam suatu format PKG Mandiri
yang
dipadukan
dengan
bobot
pada
tiap
kompetensinya.
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Tahap
pencapaian
ini
bertujuan
target
pada
untuk
setiap
mengetahui
kompetensi.
Penggunaan metode traffic light system digunakan
untuk mengetahui apakah skor pada masing-masing
kompetensi
mengindikasikan
perlunya
perbaikan
atau tidak. Traffic light system menggunakan 3
74
indikasi warna yaitu hijau jika KPI > 80%; kuning
jika 80% > KPI > 60%; dan merah jika KPI < 60%.
Tahap pengukuran dan evaluasi kerja pada
penelitian ini, sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hernanda, yang berjudul “Analisis
Pengukuran
Kinerja
Sumber
Daya
Manusia
Menggunakan Metode Human Resources Scorecard”.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hernanda
dengan penelitian ini adalah keduanya menggunakan
pembobotan
dengan
metode
AHP
dan
analisis
menggunakan traffic lights system.
4.3.2.Sasaran Prioritas PKG Mandiri
Sesuai
dengan
Pendayagunaan
Peraturan
Aparatur
Negara
Menteri
dan
Negara
Reformasi
Birokrasi No. 16 Tahun 2009, PKG berfungsi untuk
menilai kemampuan guru, serta menghitung angka
kredit yang diperoleh guru berdasarkan kinerjanya.
Sementara itu, SD Kristen Satya Wacana belum
mampu untuk menentukan sasaran prioritas yang
sebenarnya harus dicapai dalam perbaikan kinerja
guru di sekolah tersebut. Untuk itu diperlukanlah
suatu metode yang dapat membantu sekolah untuk
menentukan sasaran prioritas pada kompetensi PKG
yang disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan
sekolah.
(Dermawan, 2009) mengemukakan bahwa AHP
merupakan suatu alat pengukuran data secara
kualitatif yang mengolah hasil secara kuantitatif.
75
Pendapat tersebut sudah sesuai dengan penentuan
sasaran prioritas PKG Mandiri dengan metode AHP
yang dilakukan dalam penelitian ini. Penentuan
sasaran prioritas dilakukan dengan model kualitatif,
yaitu melalui jajak pendapat yang dilakukan kepada
kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan guru.
Hasil
jajak
dengan
pendapat
tersebut
menggunakan
kemudian
metode
AHP
diolah
sehingga
diperoleh sasaran prioritas yang konsisten.
Dengan
diprioritaskan
akan
dapat
mengetahui
dalam
setiap
mencapai
sasaran
yang
kompetensi,
sekolah
tujuannya
lebih
mudah.
Kompetensi yang diprioritaskan di SD Kristen Satya
Wacana Salatiga ini adalah etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru,
sehingga setiap guru di sekolah ini harus unggul
dalam kompetensi ini. Dengan diketahuinya sasaran
prioritas, proses perekrutan guru baru maupun
penilaian kinerja juga lebih terarah sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
PKG
Mandiri
dengan
metode
AHP
ini,
sebelumnya juga telah dilakukan oleh tiga mahasiswa
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Brawijaya
Malang yang berjudul “Perancangan Penilaian Kinerja
Guru berdasarkan Standar Kualifikasi Akademik
Kompetensi Guru dan Kompetensi Gomes Sebagai
Acuan Pemberian Insentif”. Penelitian yang dilakukan
di SMA Brawijaya School ini juga menggunakan
pembobotan
dengan
menggunakan
76
metode
AHP
untuk menentukan prioritas setiap kompetensi dalam
PKG. Sesuai dengan hasil penelitian, persentase tiap
kompetensi (KPI) dapat dilihat pada gambar berikut :
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik (38%)
Kepribadian (32%)
Sosial (11%)
Profesional (19%)
KPI 1
(3.44%)
KPI 8
(8.30%)
KPI 11
(7.29%)
KPI 13
(13.29%)
KPI 2
(2.24%)
KPI 9
(2.90%)
KPI 12
(3.71%)
KPI 14
(5.71 %)
KPI 3
(1.55%)
KPI 10
(20.80%)
KPI 4
(5.40%)
KPI 5
(14.59%)
KPI 6
(5.80%)
KPI 7
(4.99%)
Gambar 4.2 : Persentase KPI pada PKG Mandiri
Dari hierarki tersebut, dapat dilihat bahwa
persentase terbesar diperoleh pada KPI ke-10, yaitu
yaitu etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga
menjadi
guru,
merupakan
skor
dengan
prioritas tertinggi dengan persentase 20.8%. Artinya,
untuk meningkatkan mutu sekolah yang sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, KPI ke-10 ini
harus dimiliki oleh guru di SD Kristen Satya Wacana
dan
diharapkan
lebih
77
unggul
dibandingkan
kompetensi
yang
lain.
Walaupun
demikian
kompetensi prioritas kedua dan selanjutnya harus
tetap diperhatikan dan tetap harus dioptimalkan.
4.3.3. Hasil Penilaian Kinerja Guru Mandiri
Untuk mengetahui hasil PKG mandiri apakah
sudah mencapai 80%, dilakukan uji rerata dan
hipotesis terhadap hasil PKG mandiri yang sudah
dilakukan oleh kepala sekolah. Dari uji rerata,
diperoleh bahwa hasil PKG Mandiri di SD Kristen
Satya Wacana Salatiga telah mencapai 85%. Dari uji
hipotesis t hitung lebih besar dari pada t tabel, atau
4.508 > 1.753 sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga hasil PKG
Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih dari
sama dengan 0,80. Atau dapat dikatakan bahwa
kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga
sudah mencapai 80%.
Dari hasil PKG Mandiri yang dilakukan pada 16
guru
SD
Kristen
Satya
Wacana
Salatiga,
menunjukkan bahwa kinerja 15 guru terindikasi
dengan warna traffic lights hijau atau dalam kategori
baik, sedangkan 1 guru mata pelajaran terindikasi
dengan warna traffic lights kuning. Sehingga perlu
adanya
perbaikan/evaluasi
terindikasi
dengan
warna
untuk
traffic
guru
lights
yang
kuning
tersebut.
Dari
hasil
penilaian
kolektif,
guru
yang
terindikasi dengan warna kuning tersebut memiliki
78
persentase
total
skor
sebesar
78%.
Dari
14
kompetensi yang ada, hanya ada dua kompetensi
yang mencapai nilai di atas 80%, sementara 12
kompetensi lainnya masih belum mencapai 80%.
Sementara, jika dilihat dari nilai keseluruhan per
kompetensi (KPI), terdapat satu KPI yang masih
belum mencapai batas 80% yaitu memahami dan
mengembangkan
potensi
peserta
didik
(KPI
5).
Padahal KPI ini masuk dalam prioritas kedua,
sehingga harus segera dilakukan perbaikan pada
kompetensi ini, agar kinerja guru semakin optimal.
Dilihat dari skor perolehan individu, masih
banyak kompetensi guru yang terindikasi dengan
warna kuning. Dari kompetensi yang diprioritaskan
yaitu KPI ke 10, masih terdapat 11 guru dengan
indikasi warna kuning, dan hanya 5 guru dengan
indikasi warna hijau. Padahal kompetensi inilah yang
harus dimiliki oleh setiap guru di SD Kristen Satya
Wacana Salatiga. Oleh sebab itu, sekolah hendaknya
segera melakukan tindak lanjut pada kompetensi ke
10 secara khusus, dan kompetensi prioritas lain di
bawahnya
secara
umum.
Walaupun
hasil
PKG
Mandiri secara kolektif sudah mencapai 85% dan
terindikasi dengan warna hijau atau tidak diperlukan
perbaikan, hal tersebut belum berarti bahwa SD
Kristen
Satya
Wacana
tidak
perlu
berupaya
meningkatkan kompetensi guru di sekolah tersebut,
mengingat masih banyak hasil pencapaian nilai
setiap guru yang masih dibawah 80%.
79
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat
diambil
kesimpulan
mengenai
tahap
penyusunan PKG Mandiri, sasaran strategis PKG
Mandiri, serta hasil PKG Mandiri di SD Kristen Satya
Wacana Salatiga.
5.1.1. Tahap PKG Mandiri
Tahap PKG Mandiri di SD Kristen Satya
Wacana terdiri atas 3 tahap. Ketiga tahap tersebut
antara
lain
tahap
identifikasi
masalah
tahap
perancangan kinerja, serta tahap pengukuran dan
evaluasi kinerja. Dari ketiga tahapan yang dilakukan,
diperoleh suatu format PKG Mandiri beserta hasil
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
5.1.2. Sasaran Prioritas PKG Mandiri
Dari hasil analisis metode AHP, kompetensi
yang diprioritaskan di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga adalah KPI ke-10, yaitu etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru.
Sementara kompetensi dengan prioritas terendah
adalah KPI ke-3, yaitu pengembangan kurikulum.
5.1.2. Hasil PKG Mandiri
Hasil PKG Mandiri di SD Kristen
Satya
Wacana Salatiga, menunjukkan bahwa kinerja guru
80
mencapai 85%. Dari uji hipotesis deskriptif yang
dilakukan juga menunjukkan bahwa hasil penilaian
kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih
besar dari atau sama dengan 80%.
5.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, PKG dengan
metode AHP dapat menunjukkan prioritas yang ingin
diunggulkan di SD tersebut, sehingga memudahkan
sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang ingin
dicapai. Dari kelebihan yang ditunjukkan metode
AHP. peneliti memberikan beberapa saran kepada
beberapa pihak antara lain :
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah SD Kristen Satya Wacana
Salatiga hendaknya melakukan PKG mandiri minimal
satu bulan sekali, untuk memantau kinerja guru di
sekolah yang bersangkutan, sehingga hasil penilaian
tersebut dapat digunakan dalam evaluasi kinerja
guru kedepannya dan untuk melaksanakan tindak
lanjut yang sesuai. Tindak lanjut yang tepat akan
membantu sekolah untuk meningkatkan kinerja
guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga menjadi lebih
optimal,
sehingga
secara
otomatis
akan
meningkatkan kualitas sekolah ke arah yang lebih
baik.
Kepala sekolah sebaiknya juga menyediakan
informasi mengenai prioritas dan bobot penilaian
yang diperoleh kepada seluruh guru di SD Kristen
81
Satya Wacana Salatiga, sehingga kepala sekolah dan
guru dapat bersama-sama untuk mencapai hasil
kinerja yang baik sesuai dengan prioritas yang ingin
diunggulkan oleh sekolah. Kepala sekolah juga dapat
memberikan
kinerja
reward
terbaik
kepada
untuk
guru
memotivasi
dengan
guru
nilai
dalam
melakukan kinerja terbaiknya.
b. Guru
Guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga
sebaiknya merefleksikan hasil penilaian kinerja yang
mereka
peroleh,
hasil
penilaian
tersebut
dapat
dijadikan acuan untuk melakukan kinerja lebih baik
kedepannya. Indikasi traffic lights berwarna kuning
juga dapat mempermudah guru untuk mengetahui
kompetensi
mana
yang
harus
terlebih
dahulu
ditingkatkan, terutama untuk prioritas penilaian
dengan bobot tertinggi.
c. PPs MMP UKSW
Mengingat masih sedikitnya referensi mengenai
metode AHP dan metode pengambil keputusan lain di
UKSW maupun di PPs MMP, akan lebih baik apabila
diadakan
seminar
mengenai
metode
pengambil
keputusan, maupun penambahan buku referensi
mengenai metode pengambil keputusan. Karena,
metode ini akan sangat membantu terutama dalam
bidang
manajemen
prioritas
dalam
sehingga
tidak
untuk
suatu
hanya
menentukan
pilihan
dapat
secara
digunakan
suatu
objektif,
dalam
penilaian kinerja saja, namun bisa diaplikasikan
82
dalam bidang lain, misalnya sistem perekrutan
pengajar baru hingga penentuan prioritas program
sekolah.
Untuk penelitian selanjutnya, PKG dengan
metode
AHP
juga
akan
lebih
baik
jika
dapat
diintegrasikan dengan metode pengambil keputusan
lain seperti ANP (Analytical Network Process) maupun
TOPSIS. Aplikasi penghitungan AHP yang lebih
efisien juga dapat menggunakan Expert Choice, Super
Decision, ataupun Matlab.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan PKG
Mandiri dengan metode AHP yang dilakukan bisa
diturunkan ke sub kompetensi yang lebih rendah.
PKG dengan metode AHP juga akan lebih baik jika
dapat
diintegrasikan
dengan
metode
pengambil
keputusan lain. PKG Mandiri yang dilakukan dalam
penelitian ini juga masih dapat dikembangkan lebih
jauh, seperti misalnya membandingkan kinerja guru
kelas dan guru mata pelajaran, membandingkan
hasil
perolehan
tiap
kompetensi,
hingga
membandingkan hasil PKG Mandiri antar sekolah.
d. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Dinas
Pendidikan
hendaknya
dapat
memberikan pengarahan mengenai pentingnya PKG
mandiri untuk sekolah baik dari jenjang SD hingga
Universitas,
sehingga
sekolah
akan
dapat
mengetahui prioritas apa yang ingin diunggulkan
untuk mencapai tujuan sekolah tersebut. Penilaian
kinerja dengan memadukan metode AHP juga akan
83
membantu
sekolah
untuk
mengetahui
urutan
prioritas yang akan diunggulkan beserta besaran
bobot yang digunakan dalam menyusun format
penilaian kinerja mandiri.
84
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Sekolah
SD Kristen Satya Wacana (Laboratorium UKSW)
Salatiga, yang dikenal dengan nama SD Kristen
Satya Wacana Salatiga semula bernama SD Kristen 2
Salatiga. SD Kristen 2 Salatiga yang berada di Jl. Dr.
Sumardi No 5 Salatiga (satu komplek dengan Sinode
GKJ Jawa Tengah) berdiri bulan Agustus 1953. SD
Kristen 2 Salatiga pada awalnya berada di bawah
naungan Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat
Salatiga.
Pada tahun 1970 Universitas Kristen Satya
Wacana
(UKSW)
Salatiga
memerlukan
Sekolah
Laboratorium demi peningkatan kualitas lulusan
FKIP
dan
inovasi-inovasi
pendidikannya.
Maka
diadakan kerjasama antara YPK Pusat Salatiga
dengan UKSW tentang pengelolaan bersama Sekolah
Dasar (SD) Kristen 2 Salatiga sebagai Sekolah
Laboratorium.
Perkembangan pendidikan yang pesat menuntut
UKSW untuk lebih mengembangkan kualitasnya.
Maka mulai tanggal 1 Juli 2005 UKSW melalui
Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana
(YPTK-SW) mengambil alih pengelolaan SD Kristen 2
Salatiga secara penuh. Dengan perubahan status ini
mengakibatkan perubahan nama sekolah menjadi SD
Kristen Satya Wacana (Laboratorium UKSW) Salatiga.
50
SD Kristen Satya Wacana Salatiga berlokasi di
Jalan Yos Sudarso No. 1 Salatiga. SD Kristen Satya
Wacana Salatiga memiliki luas tanah 2.155 m2
dengan luas bangunan 1.540 m2 yang terdiri atas 2
lantai bangunan. Bangunan yang ada pada sekolah
ini meliputi 13 ruang kelas, 2 ruang guru, ruang
administrasi, ruang kepala sekolah, ruang rapat,
ruang komite sekolah, ruang tari, ruang multimedia,
ruang perpustakaan, ruang computer, laboratorium
IPA, gedung serba guna, ruang UKS, ruang musik,
cafeteria, ruang guest house, maupun WC.
Jumlah guru di SD Kristen Satya Wacana terdiri
atas 17 orang guru, yaitu 12 orang guru tetap
yayasan, 2 orang guru kontrak, dan 3 orang guru
tidak tetap. Dari 17 guru, 2 guru berpendidikan S2, 9
guru berpendidikan S1, 3 guru berpendidikan D2, 4
guru sedang studi S1, dan 1 guru sedang studi S2.
Dasar berdirinya SD Kristen Satya Wacana
Salatiga dapat dilihat pada pintu masuk sekolah,
yaitu
“Takut
akan
Tuhan
adalah
permulaan
pengetahuan” (Amsal 1:7). Visi didirikannya sekolah
ini
adalah
menjadi
sekolah
inovatif
untuk
mengembangkan siswa secara holistik dengan kasih,
sedangkan misinya yang ada pada sekolah ini
disebut dengan dasa misi, yaitu :
1. mengupayakan
bentuk
pembelajaran
wujud layanan kepada Tuhan;
51
sebagai
2. menumbuh
kembangkan
penghayatan
dan
pengamalan terhadap agama yang dianut untuk
membentuk budi pekerti yang baik;
3. mengembangkan pribadi yang cinta tanah air;
4. melaksanakan
pembelajaran
dan
bimbingan
secara PAIKEM untuk mengoptimalkan potensi
yang dimiliki siswa;
5. menciptakan
suasana
yang
kondusif
untuk
keefektifan seluruh kegiatan sekolah;
6. mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa
dalam upaya peningkatan prestasi;
7. menumbuhkembangkan sikap toleransi dalam
keberagaman;
8. melestarikan dan mengembangkan seni serta
budaya;
9. meningkatkan prestasi olah raga;
10. menerapkan IPTEK dalam pembelajaran.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
dasar mengacu pada tujuan umum pendidikan dasar
yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup
mandiri
dan
mengikuti
pendidikan
lebih
lanjut. Sedangkan secara khusus, sesuai dengan visi
dan misi sekolah, serta tujuan SD Kristen Satya
Wacana
Salatiga,
pada
akhir
2014/2015 sekolah berupaya agar :
52
tahun
pelajaran
1. seluruh siswa lulus dalam ujian sekolah dan
Ujian Nasional (UN), dan diterima di SMP;
2. mengoptimalkan
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered learning), antara lain CTL,
PAIKEM, serta layanan bimbingan dan konseling;
3. meraih kejuaraan dalam bidang Mata Pelajaran
tingkat provinsi;
4. memperoleh kejuaraan olimpade sains tingkat
provinsi;
5. melestarikan
budaya
daerah
melalui
MULOK
bahasa daerah dengan indikator; 70% siswa
mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks;
6. menjadikan
terhadap
75%
siswa
kelestarian
memiliki
lingkungan
kesadaran
hidup
di
sekitarnya;
7. meningkatkan
kemampuan
berbahasa
inggris
dengan penerapan kelas Bilingual Tematik di
kelas 1 s.d 4 dan mathematic serta sains di kelas
5 s.d 6 SD;
8. memiliki
jiwa
cinta
tanah
air
yang
diinternalisasikan lewat kegiatan Pramuka;
9. meraih kejuaraan dalam beberapa cabang olah
raga di tingkat nasional;
10. memiliki jiwa toleransi antar umat beragama dan
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
53
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Proses Penyusunan PKG Mandiri
Proses penyusunan PKG Mandiri di SD Kristen
Satya
Wacana
Salatiga
yang
dilakukan
dalam
penelitian ini terdiri atas 3 proses tahapan, yaitu :
a. Tahap identifikasi masalah
Pada tahap ini, ditentukan suatu perumusan
masalah yang didasarkan pada tinjauan pustaka,
pencarian referensi, dan data-data yang diperlukan.
Masalah yang ada di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga adalah bahwa belum terdapat PKG yang
disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan sekolah
tersebut, sehingga diperlukan suatu PKG mandiri
yang dapat membantu sekolah mencapai visi, misi,
dan tujuannya.
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap
dimana metode AHP digunakan, tahapan tersebut
terdiri dari :
1. Perancangan struktur hierarki
Dalam penyusunan hierarki atau struktur
keputusan
dilakukan
dengan
mengelompokan
elemen-elemen sistem atau alternatif keputusan ke
dalam sistem hierarki keputusan. Dari penjelasan
tersebut, maka dipadukan penilaian kinerja guru
berdasarkan standar kompetensi guru. Kemudian
berdasarkan klasifikasi kemampuan dan kriteria
kinerja yang telah ditentukan, maka dapat dirancang
54
struktur hierarki penilaian kinerja guru yang terdiri
dari
Level 1 merupakan penilaian kinerja guru
Level 2 merupakan kompetensi guru
Level 3 merupakan sub-kompetensi guru
Hierarki penilaian kinerja guru berdasarkan
metode AHP dapat dilihat pada Gambar 4.1
Penilaian Kinerja Guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik
Kepribadian
Sosial
Profesional
KPI 1
KPI 8
KPI 11
KPI 13
KPI 2
KPI 9
KPI 12
KPI 14
KPI 3
KPI 10
KPI 4
KPI 5
KPI 6
KPI 7
LEVEL 1
LEVEL 2
LEVEL 3
Gambar 4.1 : Struktur Hierarki PKG Mandiri
2. Penyebaran kuesioner
Kuesioner yang sudah dipersiapkan sesuai
dengan
struktur
hierarki
AHP
yang
berisi
perbandingan berpasangan antar kompetensi dan
sub kompetensi PKG disebarkan kepada responden
55
yaitu kepala sekolah, komite sekolah, dan guru, yang
selanjutnya dikumpulkan kembali dan melakukan
jajak pendapat untuk menentukan skala tingkat
kepentingan
yang
sesuai.
Hasil
perbandingan
berpasangan kemudian diolah dengan metode AHP.
(terlampir)
3. Menentukan bobot variabel
Hasil
penilaian
berpasangan
(pairwise
comparison) terhadap 4 kompetensi dan 14 subkompetensi kemudian diolah dengan memasukkan
data ke dalam matriks. (terlampir). Dari matriks
perbandingan
tersebut,
diperoleh
kompetensi
prioritas yang akan digunakan sebagai pembobotan.
4. Menguji konsistensi
Dalam metode AHP, nilai rasio inkonsistensi
harus kurang dari atau sama dengan 0,100 (CR ≤
0,100). Dari data yang diolah, diperoleh hasil CR
lebih dari 0,100, sehingga dilakukan penilaian ulang
sebanyak 2 kali untuk memperoleh nilai CR yang
konsisten.
Setelah
dilakukan
penilaian
ulang
sebanyak 2 kali, diperoleh nilai CR = 0,088. Nilai
tersebut kurang dari atau sama dengan 0,100 (CR ≤
0,100), sehingga dapat dikatakan bahwa bobot yang
digunakan sudah konsisten dan dapat digunakan
sebagai bobot penilaian. Bobot yang sudah konsisten
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
56
Tabel 4.1 : Bobot tiap kompetensi
KOMPETENSI
BOBOT
PERSENTASE
Mengenal karakteristik peserta didik
Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik
Pengembangan kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Memahami dan mengembangkan potensi
Komunikasi dengan peserta didik
Penilaian dan Evaluasi
Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru
Bersikap inklusif, bertindak obyektif,
serta tidak diskriminatif
Komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik,
dan masyarakat
Penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
Mengembangkan keprofesian melalui
tindakan reflektif
0.034
3.4%
0.022
2.2%
0.015
0.054
0.146
0.058
0.05
1.5%
5.4%
14.6%
5.8%
5%
0.083
8.3%
0.029
2.9%
0.208
20.8%
0.073
7.3%
0.037
3.7%
0.133
13.3
0.057
5.7
5. Merancang format PKG Mandiri
Setelah
diperoleh
bobot
yang
konsisten,
kemudian dirancang PKG Mandiri yang total skor
kompetensinya diperoleh dari nilai skor (dengan
rentang nilai 1 sampai dengan 4) dikalikan dengan
bobot kompetensi. (terlampir)
57
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Dilakukan skoring total untuk mengetahui
pencapaian
target
pada
setiap
kompetensi.
Penggunaan metode traffic light system digunakan
untuk mengetahui apakah skor pada masing-masing
kompetensi
perbaikan
(KPI)
atau
mengindikasikan
tidak.
Traffic
perlunya
light
system
menggunakan 3 warna yaitu : Hijau jika KPI > 80%;
Kuning jika 80% > KPI > 60%; dan Merah jika KPI <
60%. Hasil PKG Mandiri yang dipadukan dengan
analisis traffic lights system dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 4.2 : Hasil pencapaian perkompetensi
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
KOMPETENSI (KPI)
Mengenal karakteristik
peserta didik
Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang
mendidik
Pengembangan
kurikulum
Kegiatan pembelajaran
yang mendidik
Memahami dan
mengembangkan
potensi
Komunikasi dengan
peserta didik
Penilaian dan evaluasi
Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum,
sosial dan kebudayaan
nasional Indonesia
JUMLAH
RATA
RATA
PERSENTASE
1.802
0.11
81%
1.078
0.07
80%
0.75
0.05
83%
3.186
0.2
93%
7.3
0.46
79%
3.132
0.2
86%
2.6
0.16
80%
5.063
0.32
96%
58
Traffic
light
9
10
11
12
13
14
Menunjukkan pribadi
yang dewasa dan
teladan
Etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru
Bersikap inklusif,
bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif
Komunikasi dengan
sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua
peserta didik, dan
masyarakat
Penguasaan materi
struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu
Mengembangkan
keprofesian melalui
tindakan reflektif
1.595
0.1
86%
11.024
0.69
83%
4.38
0.27
92%
2.146
0.13
88%
7.315
0.46
86%
2.964
0.19
83%
4.2.2. Sasaran Prioritas PKG Mandiri
PKG mandiri ini ditujukan untuk mengetahui
sasaran prioritas dari kompetensi guru yang paling
diprioritaskan yang disesuaikan dengan visi, misi,
dan tujuan SD Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil
sasaran prioritas ini, diperoleh dari perbandingan
berpasangan
yang
telah
dilakukan
oleh
kepala
sekolah, ketua komite sekolah, dan guru. Dari PKG
mandiri yang telah dilakukan, diperoleh sasaran
strategis yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
59
Tabel 4.3 : Sasaran Strategis PKG Mandiri
KOMPETENSI
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru
Memahami dan mengembangkan
potensi
Penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia
Bersikap inklusif, bertindak obyektif,
serta tidak diskriminatif
PERSENTASE
20.8%
14.6%
13.3%
8.3%
7.3%
Komunikasi dengan peserta didik
5.8%
Mengembangkan keprofesian melalui
tindakan reflektif
5.7%
Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5.4%
Penilaian dan evaluasi
5.0%
Komunikasi dengan sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua peserta
didik, dan masyarakat
3.7%
Mengenal karakteristik peserta didik
3.4%
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan
Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik
2.9%
Pengembangan kurikulum
1.5%
2.2%
Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin
dicapai SD Kristen Satya Wacana Salatiga, dari tabel
di atas, dapat diketahui bahwa kompetensi ke-10
yaitu etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru mempunyai bobot tertinggi
60
dengan
persentase
sebesar
20.8%.
Sedangkan
kompetensi ke-3 yaitu pengembangan kurikulum
mempunyai
bobot
terendah
dengan
persentase
1.55%.
Untuk selengkapnya dapat dilihat dalam bobot
hierarki berikut :
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik (38%)
Kepribadian (32%)
Sosial (11%)
Profesional (19%)
KPI 1
(3.44%)
KPI 8
(8.30%)
KPI 11
(7.29%)
KPI 13
(13.29%)
KPI 2
(2.24%)
KPI 9
(2.90%)
KPI 12
(3.71%)
KPI 14
(5.71 %)
KPI 3
(1.55%)
KPI 10
(20.80%)
KPI 4
(5.40%)
KPI 5
(14.59%)
KPI 6
(5.80%)
KPI 7
(4.99%)
Gambar 4.2 : Hierarki PKG dan Persentase KPI
4.2.3. Hasil Penilaian Kinerja Guru Mandiri
Hasil penilaian kinerja 16 guru SD Kristen
Satya
Wacana
Salatiga
oleh
Kepala
Sekolah,
kemudian dijumlahkan dan dirata-rata menjadi satu
penilaian tunggal. Dari bobot yang dihasilkan dari
masing-masing kompetensi, diadakanlah penilaian
61
skor akhir dari penilaian kinerja guru guru SD
Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah dilakukan
oleh Kepala Sekolah. Hasil penilaian kinerja 16 guru
SD Kristen Satya Wacana Salatiga tersebut kemudian
dijumlahkan dan dirata-rata menjadi satu penilaian
tunggal. Penilaian tunggal tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan acuan sekolah untuk melakukan
perbaikan
ataupun
meningkatkan
kinerja
guru.
Berikut hasil penilaian dan analisis warna traffic light
yang diperoleh :
Tabel 4.4 : Hasil PKG Mandiri
KOMPETENSI
Mengenal karakteristik peserta
didik
Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik
JUMLAH
Komunikasi dengan peserta didik
0.11
81%
1.078
0.07
80%
0.75
0.05
83%
3.186
0.2
93%
7.3
0.46
79%
3.132
0.2
86%
2.6
0.16
80%
5.063
0.32
96%
1.595
0.1
86%
11.024
0.69
83%
4.38
0.27
92%
Penilaian dan evaluasi
Bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial dan
kebudayaan nasional Indonesia
Menunjukkan pribadi yang
dewasa dan teladan
Etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru
RATA
PERSENTASE
1.802
Pengembangan kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang
Mendidik
Memahami dan mengembangkan
potensi
RATA
Bersikap inklusif, bertindak
62
Traffic
light
obyektif, serta tidak diskriminatif
Komunikasi dengan sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat
Penguasaan materi struktur
konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran
yang diampu
Mengembangkan keprofesian
melalui tindakan reflektif
TOTAL SKOR
2.146
0.13
88%
7.315
0.46
86%
2.964
0.19
83%
54.335
3.4
85%
TOTAL SKOR MAKSIMUM
Dari
uji
hipotesis
yang
dilakukan
juga
diperoleh bahwa kinerja guru SD Satya Wacana
Salatiga
sudah
mencapai
80%.
Uji
hipotesis
deskriptif yang digunakan adalah uji satu fihak,
yaitu uji fihak kiri. Sesuai dengan yang sudah
dijelaskan pada bab III, rumus yang digunakan
untuk menguji hipotesis deskriptif (satu sampel)
adalah sebagai berikut :
t=
Dimana :
�− µ
�
t
: t hitung
X
: rata-rata Xi
µ0
: nilai yang dihipotesiskan
s
: simpangan baku
n
: jumlah anggota
�
Berdasarkan data yang ada, dapat diketahui
bahwa n = 16, dan µ0 = 3.197
Nilai X dan s dapat dilihat pada tabel berikut :
63
Tabel 4.5 : Hasil Statistik Deskriptif
Descriptives
NilaiGuru Mean
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
Upper
Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Statistic
3.3959
3.3018
Std.
Error
.04418
3.4901
3.3914
3.3670
.031
.17671
3.12
3.76
.64
.26
.649
.135
.564
1.091
Dari nilai yang diketahui, diperoleh t hitung
sebesar 4.508. Untuk membuat keputusan apakah
hipotesis itu terbukti atau tidak, maka harga t hitung
dibandingkan dengan t tabel. Untuk mengetahui
harga t tabel, didasarkan dari derajat kebebasan (dk),
yang besarnya adalah n - 1, yaitu 16 - 1 = 15. Untuk
α = 5%, harga t tabel adalah 1.753. Dalam uji fihak
kiri, berlaku ketentuan, bila harga t hitung jatuh
pada penerimaan H0 lebih dari atau sama dengan (≥)
dari t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Dari data yang ada diketahui bahwa t hitung
lebih besar dari pada t tabel, atau 4.508 > 1.753
sehingga
dapat
ditarik
64
kesimpulan
bahwa
H0
diterima dan H1 ditolak, sehingga hasil penilaian
kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih
dari sama dengan 0,80. Atau dapat dikatakan bahwa
kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga
sudah mencapai 80%.
Untuk selengkapnya hasil PKG Mandiri SD
Kristen Satya Wacana Salatiga dideskripsikan dalam
penjelasan berikut :
a. KPI 1 (Mengenal karakteristik peserta didik)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
berpasangan
bahwa
skor
KPI
yang
1
yaitu
mengenal karakteristik peserta didik, merupakan
skor dengan prioritas ke-11 dengan bobot 3.3%. Nilai
skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar
83% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat
dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Namun, untuk perolehan skor individu, dari 16 guru
yang ada masih terdapat 10 guru yang terindikasi
dengan warna kuning, sehingga masih dibutuhkan
perbaikan terhadap KPI ini, dikarenakan 50% lebih
dari jumlah keseluruhan guru belum mencapai 80%
nilai maksimum.
b. KPI 2 (Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik)
Skor
yang
menguasai
pembelajaran
diperoleh
pada
KPI
belajar
dan
prinsip-prinsip
toori
yang
mendidik,
2
merupakan
yaitu
skor
dengan prioritas ke-13 dengan bobot 2.2%. Nilai skor
kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 80%
65
dengan
indikasi
warna
hijau,
sehingga
dapat
dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, hanya ada 1
guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya
masih terdapat 15 guru dengan indikasi warna
kuning. Menyadari hal tersebut, sebaiknya sekolah
memberikan
pelatihan
kepada
seluruh
guru
mengenai prinsip dan teori belajar yang mendidik
agar kinerja guru dapat meningkat, meskipun KPI ini
ada dalam prioritas ke 13.
c. KPI 3 (Pengembangan kurikulum)
Dari perbandingan berpasangan yang telah
dilakukan,
diperoleh
bahwa
skor
KPI
3
yaitu
pengembangan kurikulum, merupakan skor dengan
prioritas ke-14 dengan bobot 1.5%. Nilai skor kolektif
yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 83% dengan
indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan
bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik. Namun,
untuk perolehan skor individu, hanya ada 2 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 14 guru dengan indikasi warna kuning.
Meskipun begitu, guru di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga,
sudah
melakukan
tugasnya
dalam
mengembangkan kurikulum, seperti menyampaikan
materi
sesuai
silabus,
melakukan
perencanaan
pengajaran, dll, hanya saja akan lebih baik jika
pengembangan
kurikulum
dioptimalkan.
66
yang
dilakukan
lebih
d. KPI 4 (Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik)
Kompetensi ke-3 yaitu mengenal karakteristik
peserta didik menduduki prioritas ke-8 dengan bobot
5.4%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini
sebesar 93% dengan indikasi warna hijau, sehingga
dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori
baik. Untuk perolehan skor individu, hanya ada 5
guru yang terindikasi dengan warna kuning. Artinya
lebih dari 50% guru sudah dapat menciptakan
kegiatan pembelajaran yang mendidik.
e. KPI 5 (Memahami dan mengembangkan potensi)
KPI 5 yaitu memahami dan mengembangkan
potensi peserta didik, merupakan kompetensi dengan
prioritas ke-2 dengan bobot 14.6%. Perolehan skor
kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 79%
dengan indikasi warna kuning. Dari 14 kompetensi
yang ada hanya KPI ini yang harus segera dilakukan
perbaikan, mengingat prioritas KPI ini berada pada
tingkat atas, sedangkan analisa warna menunjukkan
bahwa KPI belum mencapai nilai 80%.
Terdapat 3 guru yang terindikasi dengan warna
hijau dalam penilaian ini, artinya masih terdapat 13
guru
dengan
indikasi
warna
kuning.
Sehingga
sekolah harus memberikan pelatihan kepada guru
untuk mewadahi bakat yang dimiliki siswanya, agar
siswa
dapat
mengembangkan
dimilikinya.
67
potensi
yang
f. KPI 6 (Komunikasi dengan peserta didik)
KPI ke-6 yaitu komunikasi dengan peserta didik
merupakan
KPI
yang
menduduki
prioritas
ke-6
dengan bobot 5.8%. Dari penilaian yang dilakukan,
diperoleh nilai skor kolektif sebesar 86%, sehingga
KPI ini terindikasi dengan warna hijau, atau dapat
dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Dari penilaian yang dilakukan terhadap 16
guru, terdapat 6 guru yang terindikasi dengan warna
hijau,
artinya
indikasi
masih
warna
terdapat
kuning.
10
guru
dengan
Sehingga
untuk
meningkatkan perolehan skor dalam KPI ini, guru
sebaiknya dapat lebih meningkatkan kemampuan
berkomunikasi
dengan
peserta
didik,
agar
kompetensi ini dapat lebih ditingkatkan.
g. KPI 7 (Penilaian dan evaluasi)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
bahwa
berpasangan
skor
KPI
yang
7
yaitu
penilaian dan evaluasi, merupakan skor dengan
prioritas ke-9 dengan bobot 5%. Nilai skor kolektif
yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 80% dengan
indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan
bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 4 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 12 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga ada baiknya jika guru dapat mengevaluasi
hasil
penilaian
yang
dilakukan,
memnggunakan
berbagai macam penilaian yang dapat digunakan,
68
dan dapat merefleksikan hasil penilaian yang telah
dibuat
agar
kualitas
pembelajaran
lebih
dapat
ditingkatkan.
h. KPI 8 (Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum,
sosial
dan
kebudayaan
nasional
Indonesia)
KPI ke-8 yaitu bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia, merupakan KPI yang menduduki prioritas
ke-4 dengan bobot 8.3%. Nilai skor kolektif yang
diperoleh dalam KPI ini sebesar 96% dengan indikasi
warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini
masuk dalam kategori baik.
Dari penilaian yang dilakukan, terdapat 12
guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya
masih terdapat 4 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini
sudah cukup baik dan hanya perlu dipertahankan
dan ditingkatkan.
i. KPI 9 (Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
menunjukkan
bahwa
pribadi
berpasangan
skor
dewasa
KPI
dan
yang
9
yaitu
teladan,
merupakan skor dengan prioritas ke-12 dengan bobot
2.9%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini
sebesar 86% dengan indikasi warna hijau, sehingga
dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori
baik.
69
Untuk perolehan skor individu, ada 7 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 9 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini
masih perlu ditingkatkan.
j. KPI 10 (Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru)
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru merupakan KPI ke-10, KPI ini
masuk dalam prioritas tertinggi dengan bobot 20.8%,
atau dapat dikatakan bahwa kompetensi ini harus
dimiliki oleh seluruh guru SD Kristen Satya Wacana.
Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini
sebesar 83% dengan indikasi warna hijau, sehingga
dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori
baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 4 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 12 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini
masih
harus
ditingkatkan,
mengingat
KPI
ini
merupakan prioritas tertinggi, sebaiknya harus selalu
dilakukan perbaikan agar lebih dari 50% jumlah guru
dapat mencapai nilai maksimum.
k. KPI 11 (Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
KPI
11
bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
70
diskriminatif, merupakan skor dengan prioritas ke-5
dengan bobot 7.3%. Nilai skor kolektif yang diperoleh
dalam KPI ini sebesar 92% dengan indikasi warna
hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk
dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 11 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 5 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga
kompetensi
ini
sudah
cukup
tercapai
dengan baik, karena lebih dari 50% jumlah guru
telah mendapatkan skor maksimum.
l. KPI 12 (Komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan,
orang
tua
peserta
didik,
dan
masyarakat)
Dari
perbandingan
dilakukan,
diperoleh
Komunikasi
kependidikan,
dengan
orang
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
sesama
tua
KPI
12
guru,
peserta
tenaga
didik,
dan
masyarakat, merupakan skor dengan prioritas ke-10
dengan bobot 3.7%. Nilai skor kolektif yang diperoleh
dalam KPI ini sebesar 88% dengan indikasi warna
hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk
dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 10 guru
yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih
terdapat 6 guru dengan indikasi warna kuning.
Sehingga
kompetensi
ini
sudah
cukup
tercapai
dengan baik, karena lebih dari 50% jumlah guru
telah mendapatkan skor maksimum. Untuk beberapa
71
guru yang masih terindikasi dengan warna kuning,
sebaiknya menngkatkan kemampuan komunikasinya
dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat.
m. KPI 13 (Penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu)
Dari
dilakukan,
perbandingan
diperoleh
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
KPI
13
penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, merupakan skor dengan prioritas ke-3
dengan
bobot
13.3%.
Nilai
skor
kolektif
yang
diperoleh dalam KPI ini sebesar 86% dengan indikasi
warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini
masuk dalam kategori baik.
Untuk
perolehan
skor
individu,
Untuk
perolehan skor individu, 50% dari seluruh jumlah
guru
terindikasi
warna
kuning,
dan
sisanya
terindikasi warna hijau. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kompetensi ini masih perlu ditingkatkan,
mengingat kompetensi ini berada pada prioritas atas.
Untuk sebagian guru yang masih terindikasi dengan
warna
kuning,
penguasaan
sebaiknya
materi
dan
lebih
struktur
meningkatkan
konsep
mendukung mata pelajaran yang diampu.
72
yang
n. KPI
14
(Mengembangkan
keprofesian
melalui
tindakan reflektif)
Dari
perbandingan
dilakukan,
diperoleh
bahwa
berpasangan
yang
skor
yaitu
KPI
13
penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, merupakan skor dengan prioritas ke-7
dengan bobot 5.7%. Nilai skor kolektif yang diperoleh
dalam KPI ini sebesar 83% dengan indikasi warna
hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk
dalam kategori baik.
Untuk
perolehan
skor
individu,
Untuk
perolehan skor individu, 12 guru terindikasi warna
kuning, dan 4 guru terindikasi warna hijau. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kompetensi ini harus lebih
ditingkatkan, mengingat kompetensi ini merupakan
kompetensi profesional guru. Untuk meningkatkan
profesionalisme guru, akan lebih baik jika semua
guru yang terindikasi dengan warna kuning dapat
lebih
meningkatkan
kemampuan
untuk
mengevaluasi diri, agar kinerjanya semakin optimal.
4.3. Pembahasan
4.3.1.Proses Penyusunan PKG Mandiri
Dari hasil penelitian yang diperoleh, proses
penyusunan PKG Mandiri di SD Kristen Satya
Wacana
sudah
dikemukakan
(2013).
sesuai
oleh
Proses
Saaty
dengan
(1993)
penyusunan
73
teori
maupun
penilaian
yang
Iriani
kinerja
menurut pandangan kedua ahli tersebut harus
meliputi
tahap
identifikasi
masalah,
tahap
perancangan kinerja, dan tahap pengukuran dan
evaluasi.
Sesuai
dengan
hasil
penelitian
yang
diperoleh proses PKG mandiri yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap identifikasi masalah
Masalah yang ada di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga adalah bahwa belum terdapat PKG yang
disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan sekolah
tersebut, sehingga diperlukan suatu PKG mandiri
yang dapat membantu sekolah mencapai visi, misi,
dan tujuannya.
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap
analisis data dengan menggunakan metode AHP.
Analisis
data
dengan
metode
AHP
akan
menghasilkan bobot yang untuk selanjutnya akan
dimasukkan ke dalam suatu format PKG Mandiri
yang
dipadukan
dengan
bobot
pada
tiap
kompetensinya.
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Tahap
pencapaian
ini
bertujuan
target
pada
untuk
setiap
mengetahui
kompetensi.
Penggunaan metode traffic light system digunakan
untuk mengetahui apakah skor pada masing-masing
kompetensi
mengindikasikan
perlunya
perbaikan
atau tidak. Traffic light system menggunakan 3
74
indikasi warna yaitu hijau jika KPI > 80%; kuning
jika 80% > KPI > 60%; dan merah jika KPI < 60%.
Tahap pengukuran dan evaluasi kerja pada
penelitian ini, sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hernanda, yang berjudul “Analisis
Pengukuran
Kinerja
Sumber
Daya
Manusia
Menggunakan Metode Human Resources Scorecard”.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hernanda
dengan penelitian ini adalah keduanya menggunakan
pembobotan
dengan
metode
AHP
dan
analisis
menggunakan traffic lights system.
4.3.2.Sasaran Prioritas PKG Mandiri
Sesuai
dengan
Pendayagunaan
Peraturan
Aparatur
Negara
Menteri
dan
Negara
Reformasi
Birokrasi No. 16 Tahun 2009, PKG berfungsi untuk
menilai kemampuan guru, serta menghitung angka
kredit yang diperoleh guru berdasarkan kinerjanya.
Sementara itu, SD Kristen Satya Wacana belum
mampu untuk menentukan sasaran prioritas yang
sebenarnya harus dicapai dalam perbaikan kinerja
guru di sekolah tersebut. Untuk itu diperlukanlah
suatu metode yang dapat membantu sekolah untuk
menentukan sasaran prioritas pada kompetensi PKG
yang disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan
sekolah.
(Dermawan, 2009) mengemukakan bahwa AHP
merupakan suatu alat pengukuran data secara
kualitatif yang mengolah hasil secara kuantitatif.
75
Pendapat tersebut sudah sesuai dengan penentuan
sasaran prioritas PKG Mandiri dengan metode AHP
yang dilakukan dalam penelitian ini. Penentuan
sasaran prioritas dilakukan dengan model kualitatif,
yaitu melalui jajak pendapat yang dilakukan kepada
kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan guru.
Hasil
jajak
dengan
pendapat
tersebut
menggunakan
kemudian
metode
AHP
diolah
sehingga
diperoleh sasaran prioritas yang konsisten.
Dengan
diprioritaskan
akan
dapat
mengetahui
dalam
setiap
mencapai
sasaran
yang
kompetensi,
sekolah
tujuannya
lebih
mudah.
Kompetensi yang diprioritaskan di SD Kristen Satya
Wacana Salatiga ini adalah etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru,
sehingga setiap guru di sekolah ini harus unggul
dalam kompetensi ini. Dengan diketahuinya sasaran
prioritas, proses perekrutan guru baru maupun
penilaian kinerja juga lebih terarah sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
PKG
Mandiri
dengan
metode
AHP
ini,
sebelumnya juga telah dilakukan oleh tiga mahasiswa
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Brawijaya
Malang yang berjudul “Perancangan Penilaian Kinerja
Guru berdasarkan Standar Kualifikasi Akademik
Kompetensi Guru dan Kompetensi Gomes Sebagai
Acuan Pemberian Insentif”. Penelitian yang dilakukan
di SMA Brawijaya School ini juga menggunakan
pembobotan
dengan
menggunakan
76
metode
AHP
untuk menentukan prioritas setiap kompetensi dalam
PKG. Sesuai dengan hasil penelitian, persentase tiap
kompetensi (KPI) dapat dilihat pada gambar berikut :
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik (38%)
Kepribadian (32%)
Sosial (11%)
Profesional (19%)
KPI 1
(3.44%)
KPI 8
(8.30%)
KPI 11
(7.29%)
KPI 13
(13.29%)
KPI 2
(2.24%)
KPI 9
(2.90%)
KPI 12
(3.71%)
KPI 14
(5.71 %)
KPI 3
(1.55%)
KPI 10
(20.80%)
KPI 4
(5.40%)
KPI 5
(14.59%)
KPI 6
(5.80%)
KPI 7
(4.99%)
Gambar 4.2 : Persentase KPI pada PKG Mandiri
Dari hierarki tersebut, dapat dilihat bahwa
persentase terbesar diperoleh pada KPI ke-10, yaitu
yaitu etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga
menjadi
guru,
merupakan
skor
dengan
prioritas tertinggi dengan persentase 20.8%. Artinya,
untuk meningkatkan mutu sekolah yang sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, KPI ke-10 ini
harus dimiliki oleh guru di SD Kristen Satya Wacana
dan
diharapkan
lebih
77
unggul
dibandingkan
kompetensi
yang
lain.
Walaupun
demikian
kompetensi prioritas kedua dan selanjutnya harus
tetap diperhatikan dan tetap harus dioptimalkan.
4.3.3. Hasil Penilaian Kinerja Guru Mandiri
Untuk mengetahui hasil PKG mandiri apakah
sudah mencapai 80%, dilakukan uji rerata dan
hipotesis terhadap hasil PKG mandiri yang sudah
dilakukan oleh kepala sekolah. Dari uji rerata,
diperoleh bahwa hasil PKG Mandiri di SD Kristen
Satya Wacana Salatiga telah mencapai 85%. Dari uji
hipotesis t hitung lebih besar dari pada t tabel, atau
4.508 > 1.753 sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga hasil PKG
Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih dari
sama dengan 0,80. Atau dapat dikatakan bahwa
kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga
sudah mencapai 80%.
Dari hasil PKG Mandiri yang dilakukan pada 16
guru
SD
Kristen
Satya
Wacana
Salatiga,
menunjukkan bahwa kinerja 15 guru terindikasi
dengan warna traffic lights hijau atau dalam kategori
baik, sedangkan 1 guru mata pelajaran terindikasi
dengan warna traffic lights kuning. Sehingga perlu
adanya
perbaikan/evaluasi
terindikasi
dengan
warna
untuk
traffic
guru
lights
yang
kuning
tersebut.
Dari
hasil
penilaian
kolektif,
guru
yang
terindikasi dengan warna kuning tersebut memiliki
78
persentase
total
skor
sebesar
78%.
Dari
14
kompetensi yang ada, hanya ada dua kompetensi
yang mencapai nilai di atas 80%, sementara 12
kompetensi lainnya masih belum mencapai 80%.
Sementara, jika dilihat dari nilai keseluruhan per
kompetensi (KPI), terdapat satu KPI yang masih
belum mencapai batas 80% yaitu memahami dan
mengembangkan
potensi
peserta
didik
(KPI
5).
Padahal KPI ini masuk dalam prioritas kedua,
sehingga harus segera dilakukan perbaikan pada
kompetensi ini, agar kinerja guru semakin optimal.
Dilihat dari skor perolehan individu, masih
banyak kompetensi guru yang terindikasi dengan
warna kuning. Dari kompetensi yang diprioritaskan
yaitu KPI ke 10, masih terdapat 11 guru dengan
indikasi warna kuning, dan hanya 5 guru dengan
indikasi warna hijau. Padahal kompetensi inilah yang
harus dimiliki oleh setiap guru di SD Kristen Satya
Wacana Salatiga. Oleh sebab itu, sekolah hendaknya
segera melakukan tindak lanjut pada kompetensi ke
10 secara khusus, dan kompetensi prioritas lain di
bawahnya
secara
umum.
Walaupun
hasil
PKG
Mandiri secara kolektif sudah mencapai 85% dan
terindikasi dengan warna hijau atau tidak diperlukan
perbaikan, hal tersebut belum berarti bahwa SD
Kristen
Satya
Wacana
tidak
perlu
berupaya
meningkatkan kompetensi guru di sekolah tersebut,
mengingat masih banyak hasil pencapaian nilai
setiap guru yang masih dibawah 80%.
79
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat
diambil
kesimpulan
mengenai
tahap
penyusunan PKG Mandiri, sasaran strategis PKG
Mandiri, serta hasil PKG Mandiri di SD Kristen Satya
Wacana Salatiga.
5.1.1. Tahap PKG Mandiri
Tahap PKG Mandiri di SD Kristen Satya
Wacana terdiri atas 3 tahap. Ketiga tahap tersebut
antara
lain
tahap
identifikasi
masalah
tahap
perancangan kinerja, serta tahap pengukuran dan
evaluasi kinerja. Dari ketiga tahapan yang dilakukan,
diperoleh suatu format PKG Mandiri beserta hasil
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
5.1.2. Sasaran Prioritas PKG Mandiri
Dari hasil analisis metode AHP, kompetensi
yang diprioritaskan di SD Kristen Satya Wacana
Salatiga adalah KPI ke-10, yaitu etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru.
Sementara kompetensi dengan prioritas terendah
adalah KPI ke-3, yaitu pengembangan kurikulum.
5.1.2. Hasil PKG Mandiri
Hasil PKG Mandiri di SD Kristen
Satya
Wacana Salatiga, menunjukkan bahwa kinerja guru
80
mencapai 85%. Dari uji hipotesis deskriptif yang
dilakukan juga menunjukkan bahwa hasil penilaian
kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih
besar dari atau sama dengan 80%.
5.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, PKG dengan
metode AHP dapat menunjukkan prioritas yang ingin
diunggulkan di SD tersebut, sehingga memudahkan
sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang ingin
dicapai. Dari kelebihan yang ditunjukkan metode
AHP. peneliti memberikan beberapa saran kepada
beberapa pihak antara lain :
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah SD Kristen Satya Wacana
Salatiga hendaknya melakukan PKG mandiri minimal
satu bulan sekali, untuk memantau kinerja guru di
sekolah yang bersangkutan, sehingga hasil penilaian
tersebut dapat digunakan dalam evaluasi kinerja
guru kedepannya dan untuk melaksanakan tindak
lanjut yang sesuai. Tindak lanjut yang tepat akan
membantu sekolah untuk meningkatkan kinerja
guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga menjadi lebih
optimal,
sehingga
secara
otomatis
akan
meningkatkan kualitas sekolah ke arah yang lebih
baik.
Kepala sekolah sebaiknya juga menyediakan
informasi mengenai prioritas dan bobot penilaian
yang diperoleh kepada seluruh guru di SD Kristen
81
Satya Wacana Salatiga, sehingga kepala sekolah dan
guru dapat bersama-sama untuk mencapai hasil
kinerja yang baik sesuai dengan prioritas yang ingin
diunggulkan oleh sekolah. Kepala sekolah juga dapat
memberikan
kinerja
reward
terbaik
kepada
untuk
guru
memotivasi
dengan
guru
nilai
dalam
melakukan kinerja terbaiknya.
b. Guru
Guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga
sebaiknya merefleksikan hasil penilaian kinerja yang
mereka
peroleh,
hasil
penilaian
tersebut
dapat
dijadikan acuan untuk melakukan kinerja lebih baik
kedepannya. Indikasi traffic lights berwarna kuning
juga dapat mempermudah guru untuk mengetahui
kompetensi
mana
yang
harus
terlebih
dahulu
ditingkatkan, terutama untuk prioritas penilaian
dengan bobot tertinggi.
c. PPs MMP UKSW
Mengingat masih sedikitnya referensi mengenai
metode AHP dan metode pengambil keputusan lain di
UKSW maupun di PPs MMP, akan lebih baik apabila
diadakan
seminar
mengenai
metode
pengambil
keputusan, maupun penambahan buku referensi
mengenai metode pengambil keputusan. Karena,
metode ini akan sangat membantu terutama dalam
bidang
manajemen
prioritas
dalam
sehingga
tidak
untuk
suatu
hanya
menentukan
pilihan
dapat
secara
digunakan
suatu
objektif,
dalam
penilaian kinerja saja, namun bisa diaplikasikan
82
dalam bidang lain, misalnya sistem perekrutan
pengajar baru hingga penentuan prioritas program
sekolah.
Untuk penelitian selanjutnya, PKG dengan
metode
AHP
juga
akan
lebih
baik
jika
dapat
diintegrasikan dengan metode pengambil keputusan
lain seperti ANP (Analytical Network Process) maupun
TOPSIS. Aplikasi penghitungan AHP yang lebih
efisien juga dapat menggunakan Expert Choice, Super
Decision, ataupun Matlab.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan PKG
Mandiri dengan metode AHP yang dilakukan bisa
diturunkan ke sub kompetensi yang lebih rendah.
PKG dengan metode AHP juga akan lebih baik jika
dapat
diintegrasikan
dengan
metode
pengambil
keputusan lain. PKG Mandiri yang dilakukan dalam
penelitian ini juga masih dapat dikembangkan lebih
jauh, seperti misalnya membandingkan kinerja guru
kelas dan guru mata pelajaran, membandingkan
hasil
perolehan
tiap
kompetensi,
hingga
membandingkan hasil PKG Mandiri antar sekolah.
d. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Dinas
Pendidikan
hendaknya
dapat
memberikan pengarahan mengenai pentingnya PKG
mandiri untuk sekolah baik dari jenjang SD hingga
Universitas,
sehingga
sekolah
akan
dapat
mengetahui prioritas apa yang ingin diunggulkan
untuk mencapai tujuan sekolah tersebut. Penilaian
kinerja dengan memadukan metode AHP juga akan
83
membantu
sekolah
untuk
mengetahui
urutan
prioritas yang akan diunggulkan beserta besaran
bobot yang digunakan dalam menyusun format
penilaian kinerja mandiri.
84