Critical Review Perencanaan Sistem polde

PERENCANAAN WILAYAH PESISIR
CRITICAL REVIEW
Perencanaan Sistem Polder di Kampung Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung
Mas, Kota Semarang

Disusun Oleh:
Ruth Angelia - 08151037

Dosen Pengampu:
Ariyaningsih, ST., M.T., M.Sc

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN
KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
2017

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang telah diakui dunia dalam UNCLOS
1982, yaitu memiliki total luas laut yang mencapai 5,9 juta km 2. Luas perairan tersebut terdiri
dari 3,2 juta km2 yang merupakan perairan teritorial. Kemudian 2,7 juta km 2 merupakan Zona
Ekonomi Ekslusif. Hal itu berarti sejauh 200 mil dari garis pantai, Indonesia memiliki hak

kedaulatan untuk memanfaatkan serta pemeliharaan sumber daya alam, dan pembangunan pada
pulau-pulau buatan di Indonesia (Lasabuda, 2013). Sebagai Negara kepulauan dengan jumlah
pulaunya yang mencapai 17.504 atau tiga perempat Indonesia adalah wilayah laut, maka dapat
dikatakan bahwa laut menjadi sumber daya yang sangat potensial untuk dikembangkan dan
dimanfaatkan. Faktanya, dari 7000 spesies ikan di dunia, 2000 diantaranya berada di perairan
Indonesia. Selain itu tercatat bahwa Indonesia menjadi pusat keanekaragaman terumbu karang
dunia yang mencapai 400 spesies terumbu karang. Kekayaan laut yang melimpah, posisi
Indonesia yang sangat strategis, serta panjangnya garis pantai yang mencapai 99.093 kilometer
menjadi alasan bahwa suatu daerah pesisir dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan wilayah dan hal tersebut membuat banyaknya penduduk Indonesia yang
menggantungkan kehidupan pada wilayah pesisir di Indonesia.
Jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 255 juta jiwa (World
Bank,2017). Dari jumlah tersebut, berdasarkan data BPS 2014, sebesar 964.231 jiwa penduduk
Indonesia mengandalkan hidupnya dari menangkap ikan di perairan di Indonesia, atau sekitar
1,5% dari rumah tangga Indonesia bergantung pada sumber daya yang ada di laut (Himasper,
2017). Dari jumlah tersebut rumah tangga nelayan laut yang tergolong miskin mencapai angka
23,79%, 24,98% nelayan di perairan umum, dan 23,44% sebagai nelayan budidaya sumberdaya
laut. Fakta tersebut menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia terhadap sumber daya laut tidak
berarti kesejahteraan bagi masyarakatnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya
perekonomian masyarakat di kawasan pesisir salah satunya faktor kerusakan lingkungan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan merilis bahwa di Indonesia terdapat 700 desa yang rawan
akan tsunami, 2.000 pesisir yang rawan banjir rob dan gelombang pasang (Lukita,2012). Hal ini
menegaskan bahwa pesisir Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan akan bencana alam.
Salah satu pesisir di Indonesia yang rawan akan bencana adalah Kampung Tambak Lorok.
Kampung Tambak Lorok termasuk daerah yang seringkali mengalami banjir rob dan hal tersebut
mempengaruhi perencanaan pada kawasan pesisir di Semarang Utara ini. Padahal Kampung ini
berpotensi menjadi salah satu kampung bahari di Indonesia namun, memiliki kekurangan yaitu

banjir rob yang seringkali melanda daerah tersebut. Akibat permasalahan yang kerap kali
muncul, maka dibuatlah sejumlah upaya, salah satunya adalah merencanakan sistem polder di
Tambak Lorok. Oleh karena itu, penulis membuat critical review ini terkait dengan perencanaan
sistem polder pada kawasan pesisir di Kampung Tambak Lorok, Semarang.
Kampung Tambak Lorok merupakan kampung nelayan terbesar di Kota Semarang yang
berlokasi di Kelurahan Tanjungmas tepatnya di Kecamatan Semarang Utara (Mussadun, 2016).
Letaknya berbatasan dengan Pelabuhan Tanjung Mas dan Laut Jawa (lihat lampiran gambar 1
dan 2). Berdasarkan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tambak
Lorok, pada tahun 2014 jumlah penduduknya Kampung Tambak Lorok sebesar 9.503 jiwa, yang
terdiri atas 1.551 rumah tangga. Kepadatan daerah tersebut >750 jiwa/Ha. Dengan jumlah
penduduk yang cukup banyak ini, sebagian masyarakat di Kampung Tambak Lorok
menggantungkan kehidupannya dengan sumberdaya laut. Tercatat bahwa sebesar 37% penduduk

bermata pencaharian sebagai nelayan dan 28% ialah pedagang yang berkaitan dengan sektor
perikanan. Namun, keadaan masyarakat yang bergantung pada sektor laut ini mengalami
kendala, tatkala Tambak Lorok merupakan wilayah yang rentan terhadap penurunan muka tanah
(lihat lampiran gambar 3).
Rob menurut Nugroho dalam Wahyuningrum (2017) merupakan kejadian dimana air laut
masuk ke daratan pada saat permukaan air laut mengalami pasang. Ada dua penyebab terjadinya
rob, yaitu naiknya muka air laut dan penurunan permukaan tanah. Kecamatan Semarang Utara
yang rawan akan penurunan muka tanah membuat masyarakat yang tinggal di daerah sekitar
tersebut banyak menghabiskan keuangan untuk memperbaiki kondisi rumah yang rusak akibat
banjir “rob”. Selain perbaikan rumah, perbaikan terhadap jaringan prasarana juga cukup
membuat masyarakat harus mengeluarkan sebagian pendapatan mereka. Tercatat apabila banjir
“rob” tidak dapat ditangani, maka masyarakat mengeluarkan pengeluaran rata-rata sebesar 20%.
Padahal pengeluaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
lainnya. Dan di Kampung Tambak Lorok terdapat 970 KK yang termasuk dalam keluarga
miskin. Data tersebut menyumbang sebesar 36,02% angka kemiskinan di Kelurahan Tanjung
Mas, yang mana keadaan pesisir yang rawan terhadap bencana banjir rob ini sangat merugikan
masyarakat di Kampung Tambak Lorok.

Menurut Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang dalam Mussadun (2014), selain banjir
rob, terdapat banyak lagi persoalan di wilayah pesisir Kecamatan Semarang Utara, antara lain

pendangkalan laut, kerusakan lingkungan, pencemaran air sungai dan laut, sampah, permukiman
kumuh, reklamasi yang tak terkendali, konflik kepentingan dan alih fungsi lahan di hulu. Salah
satu kerusakan lingkungan yang terjadi adalah semakin berkurangnya hutan mangrove.
Berkurangnya luasan hutan mangrove tersebut sangat mempengaruhi ekosistem pesisir di
sekitarnya seperti, hilangnya habitat hewan-hewan yang tinggal di hutan mangrove atau pun
menjadi daerah yang rawan terhadap abrasi. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi secara
tidak lansung ekonomi masyarakat di pesisir Tambak Lorok seperti menurunnya kuantitas
tangkapan ikan. Selain itu penyebab mulai menyusutnya lahan hutan mangrove yang lain karena
terjadinya erosi serta adanya reklamasi di kawasan pantai. Untuk mengatasi hal tersebut,
sebenarnya sudah dilakukan beberapa upaya yaitu dengan melakukan penanaman mangrove
kembali di bagian paling timur Tambak Lorok oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Namun upaya
tersebut tampaknya belum efektif.
Selain kerusakan hutan mangrove, terjadi juga pencemaran lingkungan di kawasan pesisir
Tambak Lorok. Dalam RTPLP Tambak Lorok tahun 2016, dijelaskan bahwa pada dekade 1970an tejadi pembangunan industri-industri baru khususnya di Tanjung Mas dikarenakan peruntukan
lahannnya sebagai industri yang dinamakan Kawasan Industri Tanjung Mas. Banyak industri
disana memproduksi barang-barang tekstil, mebel, dan barang olahan. Pembangunan tersebut
yang membuat terjadinya migrasi penduduk ke Semarang, tidak terkecuali bermigrasi ke
Kampung Tambak Lorok. Adanya industri tersebut melahirkan masalah baru yang mana
terjadinya pencemaran lingkungan. Tercemarnya pesisir Tambak Lorok oleh limbah pabrik
semakin menurunkan kualitas serta kuantitas ikan. Namun, selain limbah dari industri, terdapat

juga limbah-limbah yang berasal dari rumah tangga. Masyarakat Tambak Lorok tidak mengolah
sampah rumah tangganya terlebih dahulu, tetapi lansung membuangnya ke perairan Laut Jawa
tersebut. Sehingga dapat dikatakan pencemaran lingkungan ini bukan merupakan kesalahan dari
pihak industri namun juga masyarakat di pesisir Tambak Lorok.
Terkait dengan permasalahan lingkungan yang ada, khususnya banjir rob, Pemerintah
Kota Semarang telah melakukan berbagai upaya. Upaya untuk mengatasi banjir rob yang pernah
dilakukan Pemerintah Semarang adalah penanggulangan dengan pompa-pompa air. Namun

keberadaannya hanya sementara, terlebih lagi beberapa pompa adalah pinjaman dari kota-kota di
sekitarnya. Agar dapat menanggulangi dan sigap dalam menghadapi banjir rob maka pemerintah
Kota Semarang pun akhirnya membuat perencanaan sistem polder. Beberapa wilayah di
Semarang sudah mempunyai sistem polder saat ini. Rencana sistem polder sebenaranya sudah
dirancang dari tahun 2009. Namun, realisasinya di beberapa kelurahan baru ada. Sistem polder
merupakan salah satu cara penanganan banjir dengan bangunan fisik, yang meliputi sistem
drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan/atau pintu air,
sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air yang tak terpisahkan (Wahyuningrum,2017). Dari hasil
analisis yang ada, maka direncanakan drainase sistem polder yang terdiri dari saluran drainase,
kolam detensi, tanggul laut, dan rumah pompa (Lihat lampiran gambar 4). Perencanaan sistem
polder ini dinilai merupakan perencanaan dalam mengatasi banjir rob yang paling cocok di
Tambak Lorok. Namun, diperlukan manajemen yang baik untuk nantinya dalam pembangunan

maupun pengoperasian. Hal ini dikarenakan, di Semarang Utara telah dibangun beberapa polder
bahkan menjalin kerjasama dari pihak Pemerintah Belanda, yang mana Belanda memang
terkenal sebagai Negara dengan keadaannya yang sebagian besar di bawah permukaan air.
Namun dikutip dari harian Metro Semarang, bahwa Polder yang baru saja dibangun dan berada
di Kelurahan Kemijen, Semarang Utara ini mengalami masalah operasional dan perawatannya.
Padahal dalam pembangunannya sudah menghabiskan banyak dana hingga raturan miliar. Dana
tersebut pun tidak hanya berhenti disitu, dibutuhkan juga anggaran tiap tahunnya dalam rangka
pengoperasian dan perawatannya.
Sistem yang sudah bagus akan sia-sia apabila tidak dapat dioperasikan dengan baik. Oleh
karena itu perlu dilakukan adanya pemberdayaan masyarakat terkait bagaimana mengadaptasi
ketika terjadi bencana. Pemberdayaan ini dilakukan agar pengoperasian tidak hanya
mengandalkan pemerintah, namun warga sekitar juga dapat mengelolanya, hal ini juga
dikarenakan pembangunan polder merupakan kebutuhan masyarakat. Dengan masyarakat turun
lansung untuk mengoperasikan, masyarakat ikut mengetahui terkait kebijakan-kebijakan yang
ada di sekitar wilayah pesisir. Selain itu, banjir rob yang sudah dianggap hal bisaa pada mindset
masyarakat tambak lorok harus diperbaiki. Masyarakat harus diberikan edukasi untuk tanggap
terhadap bencana banjir rob tersebut dan tidak menganggap perkara bisaa, karena kerugian yang
ditimbulkan dari banjir rob ini cukup besar. Banjir rob ini juga dipengaruhi oleh cuaca dan
keadaan cuaca saat ini tidak dapat diprediksi dengan pasti dikarenakan dampak dari global


warming yang membuat perubahan cuaca yang tidak stabil. Warga Kampung Tambak Lorok pun
harus menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika atau pihak lainnya untuk dapat memprediksi keadaan cuaca ke depannya, sehingga
ketika sudah mengetahui keadaan yang akan datang, masyarakat dapat bersiap-siap atau
mengantisipasi.
Selain diperlukan peran masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi degradasi atau
rawannya bencana di Tambak Lorok, dibutuhkan juga peran Swasta. Pihak swasta seharusnya
dapat berperan aktif dengan keadaan di Semarang Utara. Karena salah satu kerusakan
lingkungan itu juga disebabkan oleh pihak swasta. Pihak swasta dapat diajak untuk melakukan
vegetasi di lingkungan pesisir Tambak Lorok, karena selama ini, penanaman mangrove banyak
dilakukan oleh mahasiwa maupun pemerintah. Pihak swasta juga dapat membantu dalam
pembiayaan terkait perawatan polder yang ada nantinya. Karena apabila banjir rob ini tidak bisa
diatasi, tentunya juga akan mempengaruhi keadaan industri yang ada maupun sosial
masyarakatnya. Dengan pihak swasta atau pun industri-industri di Kelurahan Tanjung Mas ikut
berpatisipasi, hal ini dapat meringankan beban pemerintah dalam anggaran, karena masyarakat
pun untuk membantu pemerintah dalam hal dana, saat ini belum bisa, dikarenakan banyaknya
penduduk yang masih miskin di Tambak Lorok. Selain bantuan dari pihak industri diperlukan
juga tinjauan pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang mana apakah
boleh adanya reklamasi di lingkungan pesisir Tambak Lorok. Karena dapat diketahui salah satu
penyebab semakin menyusutnya mangrove adalah karena kegiatan reklamasi di sekitar wilayah

tersebut. Dalam pembangunan yang terjadi juga, perlu adanya analisis terhadap dampak
lingkungan yang ada.
Karena Kampung Tambak Lorok berada di Kelurahan Tanjung Mas yang memiliki
kawasan industri yang dinamakan Kawasan Industri Tanjung Mas, maka perlu dilakukan
pengendalian terhadap jumlah penduduk karena ini juga merupakan faktor yang membuat tanah
semakin menurun. Migrasi penduduk pasti akan terjadi ketika industri yang ada di Tanjung Mas
semakin berkembang. Perlu juga dilakukan adanya perhitungan terkait daya dukung lingkungan
ke depannya untuk mengatasi permasalahan yang mungkin lebih kompleks. Selain itu
dibutuhkan juga pembangunan permukiman serta fasilitas dengan pondasi yang lebih tinggi.
Atau pun bahkan memindahkan sarana prasarana umum ke tempat yang lebih aman. Apabila

fasilitas umum terendam, hal tersebut akan menyebabkan banyak sekali kerugian, contohnya
apabila sekolah terkena banjir rob, maka kegiatan belajar-mengajar nantinya terkena dampak,
seperti diliburkan. Yang pasti akan mempengaruhi keadaan sosial dari segi pendidikan penduduk
yang ada. Permukiman Tambak Lorok dengan kepadatan yang mencapai >750 jiwa/Ha, membuat
permukiman tersebut menjadi kumuh. Diperlukan fasilitas-fasilitas penunjang untuk mengatasi
kepadatan penduduk yang ada. Salah satu upaya pemerintah adalah rencana untuk membangun
rusun. Namun tentunya diperlukan tinjauan yang detail, karena keadaan rusun nantinya harusnya
menjadi solusi bukan menjadi masalah baru. Seiring dengan perbaikan permukiman yang harus
diterapkan, sistem drainase pun perlu diperbaiki. Tentunya keberadaan penduduk yang akan

semakin bertumbuh harus diatasi dengan membuat adanya peraturan zonasi. Peraturan zonasi di
kawasan pesisir ini nantinya untuk mengantisipasi perubahan penggunaan lahan di Tambak
Lorok. Karena degradasi lingkungan seringkali terjadi akibat dari perubahan penggunaan lahan.
Pemerintah Semarang sudah cukup berperan banyak dalam mengatasi banjir rob yang ada
salah satunya adalah membangun sistem polder. Dan salah satu sistem polder yang harus
diterapkan adalah di Kawasan Tambak Lorok. Dalam perencanaan sistem polder ini juga
diperlukan perbaikan di bidang lainnya salah satunya adalah permukiman penduduk yang ada.
Peran semua pihak sangat diperlukan, hal ini dikarenakan Kampung Tambak Lorok yang berada
depatanya di Kelurahan Tanjung Mas merupakan lokasi yang diperuntukkan untuk industri. Dan
rencana yang ada, seharusnya dapat tercantum dalam Dokumen Tata Ruang maupun Dokumen
perencanaan pesisir agar dapat ditinjau terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2017). Perawatan dan Operasional Polder Banger Masih jadi Masalah. Diakses pada
8 Oktober 2017 dari https://metrosemarang.com/perawatan-dan-operasional-polderbanger-masih-jadi-masalah-55299
Himasper, (2017). Peringatan Hari Nelayan Nasional 2017. Diakses pada 3 Oktober 2017 dari
http://himasper.lk.ipb.ac.id/harinelayan17/
Lasabuda, Ridwan, (2013). Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara
Kepulauan


Republik

Indonesia.

Diakses

pada

3

Oktober

2017

dari

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Lukita. (2012). Penduduk pesisir dan Pulau Kecil Rawan Bencana. Diakses pada 11 Oktober
2017.


http://ekonomi.kompas.com/read/2012/09/12/14312333/Penduduk.Pesisir.dan.

Pulau.Kecil.Rawan.Bencana.
Manulang, Sastrawan, (1999). Kesepakatan Konservasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Kawasan Konservasi. Diakses pada 3 Oktober 2017 dari https://s3.amazonaws.com
Mussadun, dan Putri Nurpratiwi, (2016). Kajian Penyebab Kemiskinan Masyarakat Nelayan di
Kampung Tambak Lorok. Diakses pada 2 Oktober 2017 dari http://journals.itb.ac.id
Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tambak Lorok
Wahyuningrum, Catur Ayu, dkk, (2017). Perencanaan Sistem Polder Tambak Lorok Semarang
Utara. Diakses pada 6 Oktober 2017 dari http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts.
World

Bank.

(2017).

Population.

Diakses

pada

3

Oktober

2017

dari

https://www.google.co.id/publicdata
Zamzami, Lucky, (2011). Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Nagari Ampiang
Perak, Sumatera Barat. Diakses pada 2 Oktober 2017 dari http://ejournal.unisba.ac.id

LAMPIRAN

Gambar 1 Peta Lokasi Tambak Lorok di Kota Semarang
Sumber: Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tambak Lorok

Gambar 2 Kampung Tambak Lorok di Semarang
Sumber: Analisis Penulis, 2017

Gambar 3. Daerah Rawan Terhadap Penurunan Muka Tanah di Semarang

Sumber: RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2030

Gambar 4. Rencana Sistem Polder di Kampung Tambak Lorok
Sumber: Perencanaan Sistem Polder Tambak Lorok Semarang Utara