BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan - Hubungan Karakteristik Deugan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Pada Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan lobor Tabun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

  orang dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya kita mengalami kondisi cemas ketika menghadapi hal-hal di luar rutinitas atau kebiasan aktivitas sehari-hari, atau ketika menghadapi sesuatu yang datang tiba-tiba, misalnya ujian pindah rumah, atau menghadapi perubahan suasana lainnya (Elvira, 2008).

  Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994), kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

  Pada kadar yang rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langkah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut (Fausiah, 2008).

  Menurut Hawari (2011), seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain :

  a) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.

  b) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir).

  c) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung). d) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain.

  e) Tidak mudah mengalah, suka “ngotot”.

  f) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.

  g) Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir

  h) Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi).

i) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.

  j) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang. k) Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris. Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal-hal yang sifat nya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik

  (somatik) dan juga tumpang tindih dengan ciri-ciri kepribadian depresi atau dengan kata lain batasannya seringkali tidak jelas.

  Menurut Pieter (2010), Reva Rubin mengatakan bahwa, selama periode kehamilan hampir sebagian ibu hamil sering mengalami kecemasan. Namun tingkat kecemasannya berbeda-beda dan tergantung pada sejauh mana ibu hamil itu memersepsikan kehamilannya. Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan kondisi:

  a) Kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan.

  b) Pengalaman keguguran kembali (teroma).

  c) Rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan.

  d) Penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua.

  e) Sikap memberi dan menerima kehamilan.

  f) Keungan keluarga.

g) Support keluarga dan tenaga medis.

2. Respon fisiologis terhadap kecemasan

  Menurut Hawari (2011), respon fisiologis terhadap kecemasan antara lain:

  a) Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ditandai dengan takikardi rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap).

  b) Gejala respiratori (pernafasan) ditandai dengan rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek/sesak.

  c) Gejala gastrointesnital (pencernaan) ditandai dengan sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar diperut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan.

  d) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai dengan sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak datang haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impotensi.

  e) Gejala autonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit, bulu-bulu berdiri.

  f) Tingkah laku (sikap) pada wawancara ditandai dengan gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut kening, muka tegang, otot tegang/mengeras, nafas pendek dan cepat, muka merah.

  Rasa cemas berlebihan dengan sendirinya menyebabkan ibu sakit. Hal ini bisa menimbulkan bentuk penyakit lain bermunculan yang sebelumnya telah dideritanya.

  Kemudian, perasaan cemas berkepanjangan dapat membuat ibu hamil tak bisa berkonsentrasi baik dan hilangnya rasa kepercayaan diri. Bahkan untuk beberapa ibu sehingga mengganggu aktivitasnya. Gejala-gejala cemas ibu hamil terlihat dari mudah tersinggung, sulit bergaul dan berkomunikasi, stres, sulit tidur, palpitasi atau denyut jantung yang kencang, sering buang air kecil, sakit perut atau diare, tangan berkeringat dan gemetar, kaki dan tangan kesemutan, kejang otot, sering pusing, dan pingsan.

3. Alat ukur kecemasan

  Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala- gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah: Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan) 1 = gejala ringan

  2 = gejala sedang 3 = gejala berat 4 = gejala berat sekali Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung.

  Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Total Nilai (score): <14 = tidak ada kecemasan

  14-20 = kecemasan ringan 21-27 = kecemasan sedang 28-41 = kecemasan berat 42-56

  = kecemasan berat sekali Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimasudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater), sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A (Hawari, 2011).

B. Periode Kehamilan

  Dengan menggunakan metode kelender, rumus Naegle adalah: +7 hari, - 3 bulan, + 1 tahun.

  1. Dipakai bila menstruasi teratur.

  2. Rumus tidak dapat digunakan jika:

  a) Ibu dengan riwayat menstruasi tidak teratur,

  b) Ibu hamil, saat menyusui dan belum menstruasi,

c) Ibu hamil post-pil KB belum menstruasi lagi (Dewi, 2011).

  Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (4 minggu atau 9 bulan 7 hari). Dihitung dari dua hari pertama haid terakhir. Pembagian kehamilan dan perkembangan janin, pertumbuhan trimester I. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu: 1)

  Trimester I: konsepsi s/d 12 minggu Dimulai dari masa konsepsi spermatozoa menembus dinding corona radiate dengan enzim hyaluronidase. Persenyawaan tersebut biasanya terjadi di daerah ampulla tubae. Sel telur yang sudah dibuahi tersebut disebut zyangote. Inti sel telur dan inti sel spermatozoa cromosom dari kedua inti bercampur hingga telur mempunyai 46 kromosom dan selanjutnya masing-masing kromosom membelah diri hingga terjadi 2 pasang. Ovum yang telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer.

  Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung mundur dari saat fertilisasi atau karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi sekurang kurangnya dari saat ovulasi. Sesuai tingkat pertumbuhan dari 0-2 minggu setelah fertilisasi disebut ovum, 3-5 minggu sebut embrio (mudigah) pada saat ini belum bisa dibedakan, tetapi pembentukan alat-alat badan dalam bentuk dasar sudah terjadi. Sedangkan umur kehamilan lebih dari 5 minggu disebut feotus yang mana janin sudah mempunyai bentuk manusia akhir.

  Akhir 1 bulan badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm, kepalanya 1/3 dari seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung sudah terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar tractus digestivus sudah Nampak, permulaan kaki dan tangan terbentuk tonjolan.

  Akhir 2 bulan mukanya sudah mulai jelas terbentuk muka manusia dan sudah mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjangnya 2,5 cm.

  2) Trimester II : 12 s/d 28 minggu

  Pada bulan ke 4 panjang janin mencapai 10-17 cm, beratnya 100 gr, alat kelamin sudah dapat ditentukan jenisnya, kulit ditumbuhi rambut yang halus (Lanugo). Pada akhir bulan ini pergerakan janin sudah dapat dirasakan ibu.

  Akhir bulan ke 5 panjang janin 18-27 cm, beratnya 300 gr, bunyi jantung janin sudah dapat didengar.

  Akhir bulan ke 6 panjang janin 28-36 cm, beratnya 600 gr, kulit keriput dan lemak mulai ditimbun dibawah kulit, dan kulit tertutup oleh caseosa yang bermaksud untuk melindungi kulit. 3)

  Trimester III : 28 s/d 40 minggu Bulan ke 7 panjang janin mencapai 35-38 cm, beratnya 1000 gr, kalau lahir dapat hidup didunia luar, walaupun kemungkinannya hidup sangat kecil.

  Akhir bulan ke 8 panjangnya mencapai 42,5 cm, beratnya mencapai 1700 gr, permukaan kulit masih merah dan keriput seperti orang tua. Akhir bulan ke 9 panjangnya mencapai 46 cm dan beratnya 2500 gr kulit sudah berisi.

  Akhir bulan 10 janin sudah cukup bulan (matur/aterm), panjangnya mencapai 50 cm beratnya 3000 gr. Kulit halus tidak terdapat lanugo, tetapi masih terdapat Vernicaeosa ialah campuran sel-sel epitel kulit, skret kelenjer lemak. Kepala sudah ditumbuhi rambut, kuku melebihi ujung jari, pada janin laki-laki testis sudah ada dalam scrotum dan pada wanita labia mayora menutupi labia minora (Rukiah, 2013).

C. Trimester III

  Trimester III sering kali disebut periode menunggu atau penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan

  Pada periode ini ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya, menunggu tanda-tanda persalinan, perhatian, ibu berfokus pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkannya pada bayinya. Sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera, dan akan menghindari orang/hal/benda yang dianggap membahayakan bayinya. Persiapan aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar bayi, membayangkan mengasuh/merawat bayinya, menduga-duga akan jenis kelamin dan rupa bayinya (Indrayani, 2011).

  Menurut Febri (2011), banyak hal dan banyak organ yang terlibat selama proses kehamilan. Organ reproduksi wanita dan payudara merupakan organ yang paling berfungsi selama proses kehamilan. Organ reproduksi wanita yang biasa disebut traktus genitalis terletak dalam rongga panggul, terbagi atas organ genetalia eksterna dan interna.

  Genetalia eksterna adalah organ reproduksi wanita yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi, fungsinya adalah untuk kopulasi.

  Sementara itu, genetalia interna adalah organ reproduksi wanita yang tidak dapat dilihat dari luar, terletak di sebelah dalam dan hanya dapat dilihat dengan alat khusus atau dengan pembedahan.

  Payudara (mamae) sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati adalah sebagai berikut: 1) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat.

  Dapat terba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjer alveoli. 3) Bayangan vena-vena lebih membiru. 4) Hiperpigmentasi pada areola dan putting susu. 5) Kalau diperas akan keluar air susu (kolostrum) berwarna kuning.

  Perubahan fisiologis yang terjadi pada payudara selama kehamilan salah satunya terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon esterogen, progesteron. Selain itu, juga terjadi peningkatan hormon somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar.

  Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron, somatomamotropin.

  1. Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara untuk memberikan ASI, antara lain sebagai berikut: a.

  Esterogen 1)

  Menimbulkan hipertrofi system saluran payudara 2)

  Menimbulkan penimbunan lemak dan air, serta garam sehingga payudara tampak makin besar.

  3) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

  b.

  Progesteron 1)

  Mempersiapkan asinus sehingga dapat brfungsi 2)

  Menambah sel asinus c.

  Somamotropin 1)

  Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin.

2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

  Perubahan payudara pada ibu hamil

  a) Payudara menjadi lebih besar.

  b) Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.

  c) Glandula Montgomery makin nampak menonjol di permukaan area mamae.

  d) Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu keluar cairan putih jernih (kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mungkin bereaksi.

  e) Pengeluaran ASI belum terjadi karena prolaktin ini ditekan oleh Prolactine Inhibiting Hormone (PIH).

  f) Setelah persalinan, dengan dilahirkannya plasenta, maka pengaruh esterogen, progesteron, dan somamotropin terhadap hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.

  Menurut Sulistyawati (2013), perubahan psikologis trimester III (periode penantian dengan penuh kewaspadaan) yaitu: 1)

  Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.

  2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu. 3)

  Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

  4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

  5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

  6) Merasa kehilangan perhatian. 7) Perasaan mudah terluka (sensitif). 8) Libido menurun.

D. Konsep Dasar Persalinan Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

  Kelahiran seorang bayi juga juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi di samping itu bersama keluarga memberikan batuan dan dukungan pada ibu bersalin (Rukiyah, 2011).

  Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus-menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan (Nugraheny, 2010).

  a.

  Sebab-sebab mulainya persalinan 1)

  Penurunan kadar progesteron Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya estrogen meningkatkan kontraksiotot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar progesteron di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

  2) Teori Oxcytosin

  Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena ini timbul kontraksi otot-otot rahim.

  3) Peregangan otot-otot

  Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim sehinggan timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.

  4) Pengaruh janin

  Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.

  5) Teori prostaglandin

  Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.

  Secara mikroskopis perubahan-perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil sangat menentukan seperti perubahan hormone estrogen dan hormone progesterone.

  Seperti kita ketahui bahwa hormone estrogen merupakan penenang bagi otot-otot uterus, menurunnya hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Rukiyah, 2011).

  b.

  Tanda-tanda persalinan

  Lightening

  Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut: 1.

  Kontraksi Braxton Hicks.

  2. Ketegangan dinding perut.

  3. Ketegangan ligamentum rotundum.

  Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.

  Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut:

  1. Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang.

  2. Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal.

  3. Kesulitan saat berjalan.

  4. Sering berkemih Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara kelima P, yaitu: tenaga (power), janin dan plasenta (passenger), jalan lahir

  (passage), psikis ibu bersalin, penolong. Pada multipara gambarannya menjadi tidak sejelas pada primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.

  Terjadinya His Permulaan

  Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya perubahan kadar hormone esterogen dan progesteron menyebabkan oksitoxin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his permulaan. His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Rasa nyeri ringan di bagian bawah.

  2. Datang tidak teratur.

  3. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan.

  4. Durasi pendek.

  5. Tidak bertambah bila beraktivitas (Nugraheny, 2010).

  c.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan 1.

  Tenaga (power) His/kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot uterus dalam persalinan. Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos dan tentu saja hal ini terjadi pada otot polos uterus yaitu miometrium. Pada minggu- minggu terakhir kehamilan uterus semakin teregang oleh karena isinya semakin bertambah. Peregangan ini menyebabkan makin rentan terhadap perubahan hormonal yang terjadi pada akhir kehamilan terutama perubahan hormonal. Penurunan hormon progesteron yang bersifat menenangkan otot-otot uterus akan mudah direspon oleh uterus yang teregang sehingga mudah timbul kontraksi. Akibatnya kontraksi Broxton akan meningkat. Peningkatan kontraksi Broxton hicks pada akhir kehamilan disebut dengan his pendahuluan/his palsu. Jika his pendahuluan semakin sering dan semakin kuat maka akan menyebabkan perubahan pada servik, inilah yang disebut dengan his persalinan.

  2. Janin dan plasenta (passenger) Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian- bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.

  3. Jalan lahir (passage) Tulang panggul dibentuk oleh dua tulang koksa (terbentuk dari fusi tiga tulang: os pubis, os iskium, dan os ilium) yang masing-masing membatasi bagian samping rongga panggul. Tulang koksa berkonvergensi ke anterior untuk menyatukan kedua sisi simfisis pubis, dan di posterior disatukan oleh sakrum melalui sendi sakroiliaka. Bentuk rongga panggul pada dasarnya menyerupai tabling, tetapi jalan lahir sedikit melengkung ke depan pada ujung kaudalnya, membentuk sudut sekitar 90 sehingga digambarkan sebagai “saluran berbentuk “J” atau “L” bila dipandang dari bidang sagital.

  4. Psikis ibu bersalin Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarganya yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah- langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi.

  5. Penolong Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan, serta mempunyai kopetensi dalam menolong persalinan, menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta pendekomentasian alat

  

E. Beberapa karakteristik ibu hamil yang terkait dengan kecemasan dalam

menghadapi persalinan

  Adapun karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi persalinan:

a. Umur

  Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Kategorik Umur menurut Depkes RI (2009): 1.

  Masa balita = 0 – 5 tahun 2. Masa kanak – kanak = 5 – 11 tahun 3. Masa remaja awal = 12 – 16 tahun 4. Masa remaja akhir = 17 – 25 tahun 5. Masa dewasa awal = 26 – 35 tahun 6. Masa dewasa akhir = 36 – 45 tahun 7. Masa lansia awal = 46 – 55 tahun 8. Masa lansia akhir = 56 – 65 tahun 9. Masa manula = 65 – sampai atas

  Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap perhatian dalam proses persalinan, dimana semakin muda usia ibu maka semakin kurang perhatian serta pengalaman yang dimiliki ibu hamil karena ketidaksiapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan, selain itu usia yang masih muda sistem reproduksi yang belum matang, sehingga akan berisiko terjadi gangguan selama kehamilan. Menurut Stone (2012), usia ibu yang semakin tua juga dapat berisiko mengalami komplikasi penurunan persalinan normal.

b. Pekerjaan

  Pekerjaan adalah kesibukan yang dilakukan seseorang terutama untuk menunjang kehidupannya dank keluarganya sehingga menghasilkan suatu penghasilan uang. Pekerjaan dapat penghasilan yang akan menambah keuangan keluarga, sehingga ibu hamil benar-benar siap untuk menghadapi persalinannya nanti (Narbuko, 2008).

  Menurut Bopak (2008) jenis pekerjaan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya aktivitas fisik pada ibu selama masa kehamilan. Aktivitas fisik dalam rentang rendah-sedang yang dapat menimbulkan rasa nyaman pada ibu sangat dibutuhkn karena akan membnti menghadapi persalinan. Sedangkan aktivitas yang berat atau yang dilakukan secara terus menerus sehingga membuat ibu menjadi terlalu lelah akan membuat perfusi darah ke rahim berkurang dan membuat asupan oksigen ke fetoplasental menurun.