Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN DAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PUTRI SAAT MENGALAMI MENARCHE

DI SMP NEGERI 10 MEDAN TAHUN 2013

JUNITA 125102046

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

   


(2)

(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah Junita

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

ABSTRAK

Latar Belakang : Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan, diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis.

Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.

Metodologi : Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 109 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Medan.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan usia menarche responden mayoritas usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%. Faktor penyebab kecemasan dari indikator perilaku psikologis mayoritas responden mengalami mudah resah dan gelisah sebanyak 83.5%, dan pada indikator perilaku fisik mayoritas responden mengalami sakit perut atau pinggang bagian bawah serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 88.1%. Responden mayoritas mengalami tingkat kecemasan ringan saat menarche sebanyak 57.8%.

Kesimpulan : Disarankan kepada pihak sekolah SMP Negeri 10 Medan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada siswa-siswinya.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peniliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sesuai dengan waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul, “Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche Di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, masukan, dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc (CM-FM) selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan, bantuan, arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 4. Seluruh dosen dan staff / Karyawan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan studi.

5. Kepala dinas pendidikan kota Medan dan kepala sekolah SMP Negeri 10 Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 10 Medan.


(5)

6. Ayahanda H. Sageto dan Ibunda Hj. Menik tercinta yang telah telah banyak membantu baik moril, materi, maupun spritual sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013 Peneliti

JUNITA

125102046

                       


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR... . ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Bagi Pendidikan ... 4

1.4.2. Bagi Penulis ... 5

1.4.3. Bagi Instansi dan tenaga kesehatan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 6

2.1. Pengertian Kecemasan ... 6

2.2. Faktor Penyebab Kecemasan ... 6

2.3. Perilaku... ... 7

2.4. Tingkat Kecemasan ... 10

2.5. Remaja ... 11

2.5.1. Pengertian Remaja ... 11

2.5.2. Ciri-ciri Umum Pada Remaja ... 11

2.5.3. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja ... 12

2.6. Menarche ... 15

2.6.1. Pengertian Menarche ... 15

2.6.2. Saat Menstruasi Pertama Datang ... 16

2.6.3. Usia Terjadi Menarche ... 16

2.6.4. Menarche dan Ras ... 17


(7)

2.6.6. Ketidakteraturan Menstruasi ... 19

2.7. Menstruasi ... 20

2.7.1. Pengertian Menstruasi. ... 20

2.7.2. Siklus Menstruasi ... 20

2.7.3. Perubahan-perubahan Remaja saat Masa Menstruasi ... 22

2.7.4. Kebersihan Diri Saat Menstruasi ... 24

2.7.5. Cara Mengatasi Nyeri Pada Saat Menstruasi/Menarche. ... 25

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 26

3.1. Kerangka Konsep ... 26

3.2. Defenisi Operasional ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Desaian Penelitian ... 28

4.2. Populasi dan Sampel ... 28

4.2.1. Populasi ... 28

4.2.2. Sampel ... 28

4.3. Tempat Penelitian ... 30

4.4. Waktu Penelitian ... 30

4.5. Etika Penelitian ... 30

4.6. Alat Pengumpulan Data ... 31

4.7. Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.8. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

4.9. Pengolahan Data ... 33

4.10. Analisa Data ... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1. Hasil Penelitian ... 34

5.2. Pembahasan ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

   


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan……… 8 Tabel 2.2. Respons Perilaku, Kognitif, Dan Afektif ……….. 9 Tabel 3.1. Defenisi Operasional……….. 27 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Saat Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013………. 34 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013……… 35 Tabel 5.3.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Psikologis Saat Mengalami Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013……… 36 Tabel 5.3.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Fisik Saat Mengalami Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013... 37 Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Saat Mengalami

Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013………. 38

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Usia Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Responden Saat Mengalami Menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013……… 39

           


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche

di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013……… 26

                                             


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 2 : Lembar Informed Consent

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 5 : Balasan Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan Lampiran 6 : Balasan Surat Izin Penelitian dari SMP Negeri 10 Medan

Lampiran 7 : Master Data Penelitian Lampiran 8 : Hasil Out Put Penelitian

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

                               


(11)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah Junita

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

ABSTRAK

Latar Belakang : Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan, diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis.

Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.

Metodologi : Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 109 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Medan.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan usia menarche responden mayoritas usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%. Faktor penyebab kecemasan dari indikator perilaku psikologis mayoritas responden mengalami mudah resah dan gelisah sebanyak 83.5%, dan pada indikator perilaku fisik mayoritas responden mengalami sakit perut atau pinggang bagian bawah serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 88.1%. Responden mayoritas mengalami tingkat kecemasan ringan saat menarche sebanyak 57.8%.

Kesimpulan : Disarankan kepada pihak sekolah SMP Negeri 10 Medan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada siswa-siswinya.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan usia di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada gadis remaja ialah datang haid yang pertama kali (menarche), biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun (Jones, 2005).

Menurut Soetjiningsih (dalam Nugraha, 2010, ¶ 1), data demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja berumur 10 - 19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta berada dinegara sedang berkembang. Data Demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10 - 19 tahun sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik jumlah penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 - 19 tahun adalah 22 %, yang terdiri dari 50,9 % remaja laki - laki dan 49,1 % remaja perempuan.

Menurut Henderson dan Jones (2003, dalam Sawitri 2008, ¶ 3), kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh, penampilan fisik dan karakteristik fisiologis yang berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Traspormasi biologis dikenal sebagai pubertas dan disertai perubahan besar dalam status psikologi dan tanggung jawab dimasa remaja. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi sebagai hasil pertumbuhan tulang dan otot serta adanya perkembangan organ reproduksi eksternal dan internal yang ditandai dengan menarche.


(13)

Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul (Proverawati & Maisaroh, 2009).

Akhir-akhir ini terjadi perubahan usia menarche. Studi pada 1166 remaja putri umur 12-16 tahun di Inggris menunjukkan median usia menarche adalah 12 tahun 11 bulan, dibandingkan 20-30 tahun yang lalu turun 6 bulan. Studi yang dilakukan di Amerika juga menunjukkan adanya penurunan usia menarche 1-3 bulan per dekade. Di India penurunan usia menarche rata-rata 6 bulan per dekade pada tiga dekade terakhir, mungkin hal yang sama juga terjadi pada negara berkembang lainnya termasuk Indonesia (Harpenas et.el, 2012).

Untuk negara Indonesia rata-rata usia menarche adalah 11-14 tahun, dan di kota Medan juga terdata bahwa anak-anak perempuan biasanya mencapai rata-rata usia

menarche pada usia tersebut. Anak-anak perempuan sekarang mengalami kematangan fisik yang semakin dini. Di kota Medan sendiri, ada juga yang mengalaminya kelas 4 SD (umur 9 tahun), dan yang seperti itu bisa tergolong earlymaturation (Harpenas et.el, 2012).

Menurut Yetty (2005, dalam Kurniawan, 2009, ¶ 4), remaja putri yang mempunyai kecenderungan nerotis dalam usia pubertas, banyak mengalami konflik batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku patologis, meliputi kecemasan-kecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid.

Menurut Ibrahim Zakaria (2002, dalam Sawitri, 2008, ¶ 4), datangnya menarche pada remaja dapat menimbulkan reaksi positif dan reaksi negatif. Reaksi negatifnya yaitu


(14)

seperti kurangnya percaya diri, malu, dan menjauhkan diri dari pergaulan serta menganggap hal ini sebagai penyakit. Masalah yang sering muncul adalah kecemasan dan ketakutan serta diperkuat oleh keinginan remaja putri untuk menolak proses fisiologis tersebut.

Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan, diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis. Kadang-kadang pada saat itu timbul pula sikap menyalahkan ibunya, mengapa ibunya melahirkan dirinya sebagai wanita dalam kondisi “genangan dosa”, yang harus ditebusnya dengan siklus menstruasi setiap bulan. Dan timbul rasa bersalah dan berdosa, serta fantasi-fantasi yang tidak riil mengenai proses haid. Lalu menganggap peristiwa haid sebagai suatu bencana atau sebagai satu proses penembusan dosa. Maka pada banyak peristiwa, menstruasi pertama itu dihayati oleh anak gadis sebagai suatu pengalaman traumatis (Kartono, 1992).

Menurut Ibrahim Zakaria (2002, dalam Sawitri, 2008, ¶ 5), menarche pada remaja putri merupakan pengalaman baru yang bersifat fisiologis dan psikologis dalam rangka mencapai kematangan dan kesempurnaan sebagai wanita. Menarche berkaitan dengan berbagai faktor psikis laten pada diri wanita yaitu marah, malu, minder, perasaan bersalah, menganggap sebagai malapetaka, dan peristiwa yang menyenangkan yang menandai kedewasaan dan kesempurnaan sifat kewanitaan.

Dari hasil penelitian Sawitri (2008), hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan remaja putri usia 10-14 tahun dalam menghadapi menarche di SDN 04 Pagi Pondok Labu Jakarta Selatan diketahui bahwa mayoritas responden berumur 11 tahun sebanyak 35 orang (67,3%) dan minoritas berumur 12 tahun sebanyak 17 orang (37,7%). Dan mayoritas remaja putri mengalami kecemasan saat


(15)

menarche sebanyak 47 orang (90,4%) dan minoritas tidak mengalami kecemasan saat menarche sebanyak 5 orang (9,6%).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini “ adakah faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche ?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur menarche remaja.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kecemasan remaja putri saat mengalami menarche berdasarkan perasaan takut dan ketidakmampuan fisiologis. 3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan informasi bagi kepentingan dan tambahan kepustakaan dalam mengembangkan ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Program D IV Bidan Pendidik dalam hal mencari faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.

b. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu tahapan proses belajar dalam merencanakan dan melaksanakan penulisan dalam bentuk Proposal. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat


(16)

selama perkuliahan dalm penelitian serta menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti.

c. Bagi Instansi dan Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.

                                       

   


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kecemasan

Menurut Freud (2000, dalam Safaria & Nofrans, 2009, hal. 49), kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut dengan traumatik.

Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati et.el, 2008).

Stuart (1995, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) mengatakan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Tomb (1993, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

2.2. Faktor Penyebab Kecemasan

Menurut Purba, dkk (2008), kecemasan dapat disebabkan oleh:

a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu.

b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah, kehilangan atau bencana. c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan


(18)

d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar

e. Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan perubahan peran. Sue, dkk. (Kartikasari, 1995 dalam Purba, 2008), manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini :

1. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi

2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar

3. Perubahan somatik, muncul dalam keaadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan sebagainya. 4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan.

2.3. Perilaku

Kecemasan dapat dieksperisikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbul gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari kecemasan.

Intensitas dari perilaku akan meningkatkan sejalan dengan peningkatan kecemasan. Respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan efektif terhadap kecemasan dijelaskan pada tabel 2.1 dan 2.2 (Riyadi dan Teguh, 2009).


(19)

Tabel 2.1. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan

Sistem Tubuh Respon

Kardiovaskuler Palpitasi

Jatung berdebar

Tekananan darah meningkat Denyut nadi menurun Pingsan

Pernafasan Nafas cepat

Sesak nafas

Pembengkakan tenggorokan Sensasi tercekik

Nafas dangkal Tekanan pada dada

Neuromuskuler Reflek meningkat

Reaksi terkejut Mata berkedip-kedip Insomnia

Gelisah Wajah tegang Kelemahan umum Gerakan yang janggal Tremor

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan

Rasa tidak nyaman pada abdomen Menolak makan

Nyeri abdomen Mual

Nyeri ulu hati Diare

Saluran perkemihan Sering berkemih

Tidak dapat menahan kencing


(20)

Telapak tangan berkeringat Berkeringat seluruh tubuh Gatal

Rasa panas dan dingin Wajah pucat

Tabel 2.2. Respons Perilaku, Kognitif, Dan Afektif

Sistem Respon

Perilaku Gelisah

Ketegangan fisik Reaksi terkejut Bicara cepat Kurang koordinasi

Cenderung mengalami cedera

Menarik diri dari hubungan interpersonal

Inhibisi

Melarikan diri dari masalah Menghindar

Hiperventilasi Sangat waspada

Kognitif Perhatian terganggu

Konsentasi buruk Pelupa

Salah dalam pemberian penilaian Preokupasi

Hambatan berfikir

Lapang persepsi menurun Bingung

Sangat waspada Kesadaran diri


(21)

Kehilangan obyaktivitas Takut kehilangan kendali Takut pada gambaran visual Takut cedara

Mimpi buruk

Afektif Mudah terganggu

Tidak sabar Tegang Gugup Ketakutan waspada

2.4. Tingkat Kecemasan a. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.

c. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

d. Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu


(22)

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional (Dalami et.el, 2009).

2.5. Remaja

2.5.1. Pengertian Remaja

Remaja bersal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, sosial dan fisik (Proverawati, 2009).

Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki (Proverawati, 2009).

2.5.2. Ciri-ciri Umum Masa Remaja a. Sebagai Periode Peralihan

Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa yang akan datang. Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja ialah kelanjutan dari perkembangan masa pubertas.

b. Periode Mencari Identitas Diri

Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa, apakah siap menjadi


(23)

suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar belakang berbeda (Pieter & Namora, 2011).

2.5.3. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja a. Perkembangan Nonfisik

Pieter & Namora (2011), masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

b. Perubahan Fisik

Pieter & Namora (2011), perubahan fisik yang akan dialami pada masa remaja yaitu terbagi dalam 2 perubahan, yaitu :

1). Perubahan Eksternal a). Tinggi dan Berat Badan

Penambahan tinggi badan remaja putri rata-rata pada usia 17-18 tahun dan penambahan tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19 tahun. Sementara untuk perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama dengan tinggi.


(24)

Perkembangan organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang ketika masa remaja akhir namun fungsinya belumlah matang hingga beberapa tahun. Untuk perkembangan ciri-ciri seks sekunder akan matang pada remaja akhir.

c). Proporsi Tubuh

Beberapa bagian anggota tubuh secara perlahan-lahan akan mencapai perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, dimana badan akan melebar dan memanjang sehingga bentuk tubuh mereka tidak lagi kelihatan panjang seperti masa pubertas.

2). Perubahan Internal a). Sistem Pencernaan

Usus bertambah panjang dan besar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi lebih kuat dan tebal. Kondisi ini juga diikuti dengan bertambah beratnya hati dan kerongkongan yang semakin memanjang.

b). Sistem Peredaran Darah Dan Pernafasan

Remaja memasuki usia 17-18 tahun perkembangan jantung sangat cepat. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah akan meningkat dan mencapai kematangan seiring dengan bertambah matangnya kekuatan otot-otot jantung. Bagi remaja perempuan kapasitas paru-paru akan meningkat ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang dibandingkan dengan kematangan paru-paru remaja putra.

c). Sistem Endokrin dan Jaringan Tubuh

Pada masa remaja sistem kerja gonad meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan sementara pada seluruh sistem endokrin. Kondisi ini menyebabkan kelenjar seksual berkembang pesat dan semakn


(25)

berfungsi hingga tahap remaja akhir dan dewasa awal. Untuk jaringan otot dan tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika usia 18 tahun.

c. Perubahan Kejiwaan

Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi :

1). Perubahan emosi yaitu : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.

2). Perkembangan inteligensia yaitu : mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru (Pieter & Namora, 2011).

d. Perkembangan Seksualitas

Menurut Monks et.el , 2002, perkembangan seksualitas pada remaja yaitu :

1). Tanda-tanda kelamin primer : menujuk pada organ badan yang langsung berhubungan dan proses reproduksi. Jadi pada anak wanita hal tadi adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, klitoris serta terjadinya menarche. Dan pada anak laki-laki yaitu penis, testis, scrotum serta mimpi basah.

2). Tanda-tanda kelamin sekunder : tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan bersetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas wanita dan khas laki-laki. Contoh pada wanita yaitu pertumbuhan rambut yang pada wanita terbatas pada kepala, ketiak, dan alat kemaluan. Panggul melebar dan tumbuhnya payudara. Pada laki-laki yaitu bahu yang lebar, pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada dada, dan timbulnya pergantian suara.


(26)

3). Tanda-tanda kelamin tersier, antara lain : motorik anak mulai berubah, mulai tahu menghias diri, mulai percaya pada dirinya sendiri, perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis.

2.6. Menarche

2.6.1. Pengertian

Menarche menurut Hinchilff (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2009, hal. 58) adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Pearce (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2009, hal 58) menarche adalah sebagai permulaan menstruasi pada seseorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11- 14 tahun.

Menurut Konopaka (1976, dalam Monks et.el, 2002, hal. 270) adalah ukuran yang baik karena hal itu menentukan salah satu ciri kemasakan seksual yang pokok, yaitu suatu disposisi untuk konsepsi dan melahirkan. Di samping itu menarche juga merupakan manifestasi yang jelas meskipun pada permulaannya masih terjadi perdarahan sedikit.

Masa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan terkecuali terjadi kehamilan (Pieter & Namora, 2011).

2.6.2. Saat Menstruasi Pertama Datang

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seseorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche). Menarche adalah suatu hal yang wajar dialami oleh wanita normal dan tidak perlu digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini kurang dan pendidikan dari orang tua yang kurang (Proverawati & Misaroh, 2009).

Gejala menjelang menstuasi terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain yaitu adanya perubahan berat badan, rasa nyeri


(27)

di payudara, sakit pinggang, sakit kepala, pegal linu, dismenorea kongestif, perubahan nafsu makan, mucul jerawat, perubahan tidur, mual-mual dan kembung, mudah marah, dan timbul persaan malas (Pieter & Namora, 2011).

Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche meliputi thelarche (perkembangan payudara) terjadi pada awal usia < 10 tahun, adrenarche (pubarche atau perkembangan rambut aksila dan pubis) terjadi ketika anak berusia 11 tahun, pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dan perubahan psikis (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.6.3. Usia Terjadi Menarche

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, dan ekonomi. Di Inggris usia rata-rata untuk mencapai menarche dalah 13,1 tahun, sedangakan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Proverawati & Misaroh, 2009).

Menarche biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, namun rata-rata lima hari. Secara global dan termuktahir, perempuan mengalami menstruasi dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.6.4. Menarche dan Ras

Usia rata-rata seorang anak perempuan mengalami menarche tetap pada usia 12 tahun. Penelitian oleh David S. Freeman, PhD baru menunjukkan anak perempuan kulit hitam rata-rata mengalami menstruasi lebih cepat 3 bulan dari pada anak-anak kulit putih. Dan rata-rata usia saat pertama kali mendapatkan menstruasi lebih cepat 9 bulan pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada perempuan kulit putih antara tahun 1973 dan


(28)

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan lebih dari 40% anak perempuan kulit hitam mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar 10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun (menarche dini).

Peneliti juga mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi dari pada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13 tahun. Penelitian ini didapatkan anak perempuan kulit hitam yang berusia antara 5 hingga 9 tahun dengan keadaan tubuh lebih berat dan tinggi dibandingkan anak perempuan kulit putih pada kelompok umur yang sama (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.6.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche

a. Aspek Psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian dari masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu :

1). Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormon ptuitari 2). Estrogen menstimulus pertumbuhan uterus

3). Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan suplai darah yang adekuat ke bagian endometrium

4). Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan adanya peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.

b. Menarche dan kesuburun

Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa interval rata-rata antara menarche dan ovulasi terjadi beberapa bulan. Secara tidak teraut menstruasi terjadi sela 1-2 tahun sebelum ovulasi yang teratur. Adanya ovulasi yang teratur menandakan


(29)

interval yang konsisten dari lamanya menstruasi dan perkiraan waktu datangnya kembali dan untuk mengukur tingkat kesuburan seorang wanita.

c. Pengaruh Waktu Terjadinya Menarche

Menarche biasanya terjadi sekitar dua tahun setelah perkembangan payudara. Namun, akhir-akhir ini menarche terjadi pada usia yang lebih muda dan tergantung dari pertumbuhan individu, diet, dan tingkat kesehatannya.

d. Menarche dan lingkungan sosial

Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche, salah satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yanag harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal di tengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya menarche dini.

e. Umur menarche dan status sosial ekonomi

Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan. Orang yang berasal dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini. Hasil penelitian menyatakan bahwa wanita yang vegetarian kejadian menarchenya 6 bulan lebih awal dari pada yang vegetarian.

f. Basal Metabolik Indek dan Kejadian Menarche

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menarche dini (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimum 46 kg. kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche yang terlambat yaitu sekitar 4,5 kg lebih rendah dari kelompok yang memiliki berat badan yang ideal (Proverawati & Misaroh, 2009).


(30)

2.6.6. Ketidakteraturan Menstruasi

Gangguan dalam masa menarche meliputi menarche dini, menarche tarda, dan perdarahan. Menarche dini yaitu terjadinya menstruasi sebelum umur 10 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium yang memberikan ciri-ciri kelamin sekunder.

Hormon gonadotropin juga akan mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri. Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur setelah 14 tahun yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan dan kurang gizi (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.7. Menstruasi 2.7.1. Pengertian

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid (Proverawati & Misaroh, 2009).

Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 8 hari. Darah yang keluar umumnya sebanyak 10 – 80 mL per hari (Laila, 2011).

2.7.2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang normal adalah 28 atau 30 hari dan lamanya pendarahan biasanya 3-8 hari (Pudiastuti, 2012). Dan ada juga kelainan siklus menstruasi yaitu oligomenorea yang siklus mentruasi yang memanjang lebih dari 35 hari dan jumlah perdarahan tetap sama. Polimenorea yaitu siklus menstruasi yang lebih singkat sekitar kurang dari 21 hari (Laila, 2011).


(31)

Menurut Proverawati & Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri 4 fase yaitu : a. Fase menstruasi

Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.

b. Fase Proliferasi/fase Folikuler

Ditandai dengan menurunnya hormon progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilakan hormon estrogen yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.

c. Fase Ovulasi/fase Luteal

Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebalkan dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

d. Fase Pasca ovulasi/fase Sekresi

Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang serta berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesterone maka penebalan dinding endometrium


(32)

akan berhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase perdarahan atau menstruasi.

2.7.3. Perubahan-perubahan Remaja Saat Masa Menstruasi

Adaptasi pada awal menstruasi terjadi siklus menstruasi memerlukan penyesuaian diri misalnya di dua bulan pertama siklus menstruasi terjadi setiap 28 hari kemudian tidak mendapat menstruasi selama satu bulan atau lebih. Setelah 2-3 tahun siklus menstruasi akan menjadi teratur.

a. Perubahan fisik

Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi yaitu :

1. Adanya perubahan berat badan

2. Pembengkakan pada perut, jari, tungkai, atau pergelangan kaki

3. Ketidaknyamanan pada buah dada seperti pembesaran, nyeri ditekan dan kaku

4. Sakit kepala dan terkadang mengalami migraine 5. Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot

6. Dismenore kongesif, yaitu sakit pada perut atau pinggang bagian bawah 7. Perubahan nafsu makan

8. Berkurangnya air kecing

9. Perubahan kulit, seperti bisul atau jerawat

10.Perubahan tidur (kurang tidur atau tidur yang berlebihan) 11.Mual-mual dan pada sebagian orang ada yang mengalami asma

12.Kejang terutama akibat dinding-dinding otot uterus yang perlahan-lahan mengerut.


(33)

b. Perubahan-perubahan Psikologis pada Menstruasi

Adapun perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat menstruasi yaitu :

1. Anoreksia nervosa yaitu hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor penyimpanan emosional. Gejala-gejala anoreksia nervosa ialah hilangnya nafsu makan, pura-pura tidak mau makan, tidak mau makan sama sekali, kehilangan berat badan, dan kelelahan.

2. Bulimia yaitu kelainan emosional yang ditandai pola makan yang berlebihan dan berbahaya. Gejala-gejala bulimia yaitu rasa kekhawatiran yang luar biasa terhadap berat badan, sehingga siklus makanannya tidak terkontrol dan apabila selesai makan dia selalu memuntahkan sehingga dia akan makan lagi dalam siklus yang tak terkontrol juga.

3. Cemas : rasa cemas menjadi tak wajar apabila cemas terhadap hal-hal yang sebenarnya bukan objek perhatian khusus, ketdakmampuan untuk menyelesaikan masalah dan selalu menganggap masalahnya tidak realistis. Cemas yang lama bisa menyebabkan gangguan fisik dan psikologis.

4. Depresi : ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus perhatian, tidak mampu dalam konsentrasi, ingin bunuh diri, sulit tidur, cemas, nafsu makan kurang, berat badan menurun, merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tak mau bicara dengan orang lain, dan menutup diri.

5. Stres : keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahankan diri.

6. Disleksia (kesulitan membaca) : kelainan ini diakibatkan ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan, kesulitan menghubungkan antara


(34)

suara dan tulisan. Gejala dari disleksia ialah membaca lambat dan terputus-putus.

7. Ketidakmatangan emosi : dipengaruhi oleh faktor hormonal dan situasional misalnya saat datang haid, wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung, atau cepat lelah.

8. Ambivalen dan insomnia : selalu kesulitan untuk mengambil satu sikap atau setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. Insomnia ialah kesulitan memejamkan mata, kesulitan tidur, dan terjaga malam hari (Pieter & Namora, 2011).

2.7.4. Kebersihan Diri Saat Menstruasi

Menurut Pudiastuti (2012) dan Laila (2011), cara menjaga kebersihan diri disaat menstruasi adalah sebagai berikut :

a. Rutin mandi dan keramas

b. Bersihkan vagina setiap mandi dengan air bersih. Jika alergi dengan sabun, cukup gunakan air hangat.

c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut

d. Menggunakan pembalut yang bersih, berbahan lembut, menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi dan merekat dengan baik pada celana dalam.

e. Mengganti pembalut sesering mungkin sekitar 2-4 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang baik pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina.

f. Memilih celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat. g. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang

h. Menyediakan pembalut dan underweer pada saat melakukan aktivitas atau berpergian.


(35)

2.7.5. Cara Mengatasi Nyeri Pada Saat Menstruasi/Menarche

a. Cobalah untuk mengomperes dengan botol berisi air hangat pada bagian yang dirasakan sakit.

b. Mengusap-usap secara perlahan-lahan bagian perut atau pinggang yang sakit dengan sesuatu yang hangat.

c. Minum air hangat.

d. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah hal tersebut dapat membantu relaksasi otot saat menstruasi.

e. Tidur dan istirahat yang cukup.

f. Jika memilih menggunakan obat sebagai penetral rasa sakit, gunakanlah obat-obatan yang berdasarkan pengawasan dokter dan dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.

g. Memperbanyak mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung zat besi. h. Memperbanyak konsumsi makanan yang sehat.

i. Melakukan diet rendah lemak, garam, dan gula tapi tinggi protein (Laila, 2011).

                     


(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil tinjauan kepustakaan telah dijelaskan mengenai faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche. Untuk memperjelas arah penelitian ini maka dapat digambarkan kerangka konseptual :

Skema 1.

Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

   

Perasaan Takut (Indikator Perilaku

Psikologis)

Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku

Fisik) (

Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche


(37)

3.2.Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1. Defenisi Operasional No Variabel

Penelitian

Defenisi operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Usia Menarche Usia remaja putri

saat mengalami menstruasi pertama kali

Kuesioner Pengisian Kuesioner

1. > 12 tahun 2. 12-13 tahun

3. > 13 tahun

Ordinal

2. Perasaan Takut Adanya perasaan takut terhadap menstruasi yang berkaitan perubahan psikologis remaja Kuesioner Pengisian Kuesioner Perasaan takut dikatakan: 1. Ya : nilai 1

(mengalami) 2.Tidak : nilai 0

(tidak mengalami) Nominal 3. Ketidakmampu an Fisiologis Adanya ancaman terhadap integritas diri yang berkaitan dengan cemas terhadap perubahan fisik remaja

Kuesioner Pengisian Kuesioner

Ketidakmampu an Fisiologis dikatakan : 1. Ya : nilai 1

(mengalami) 2. Tidak : nilai

0 (tidak mengalami)

Nominal

4. Kecemasan Perasaan yang tidak enak, khawatir, gelisah dan takut, tidak nyaman dan berbagai keluhan fisik dan psikologis yang dialami secara objektif dan dapat dikomunikasikan secara interpesonal

Kuesioner Pengisian Kuesioner Tingkat kecemasan, (Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) (1971) :

1. Tidak cemas : nilai 20-44 2. Kecemasan

ringan : nilai 45-59

3. Kecemasan sedang : nilai 60-74 4. Kecemasan berat : nilai 75-80 Ordinal    


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang pengambilan datanya hanya satu periode tertentu dan pengambilan sampel dilakukan dalam sekali waktu saja dan tidak ada pengulangan dalam pengambilan data. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi adalah kesulurahan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas VII SMP Negeri 10 Medan sebanyak 177 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi tersebut.

a. Kriteria Inklusi

1. Jenis kelamin perempuan

2. Remaja putri yang sudah mengalami menarche 3. Siswi bersedia menjadi responden

     


(39)

b. Besar Sampel n =

keterangan : n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan

Jadi, untuk masing-masing kelas VII dapat diperoleh dengan rumus di bawah ini :

n =

, ²

=

,

=

,

=

,

n = 123 orang

c. Cara Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan peneliti adalah simple random sampling yaitu terdiri dari 123 sampel dan 8 kelas VII. Pada penelitian teknik simple random sampling dilakukan pada kelas yang terdapat 8 kelas secara lotre. Namun, jumlah sampel tidak sesuai dengan ketentuan karena 12 sampel latihan pramuka sehingga jumlah sampel sebanyak 109.

4.3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Medan pada keseluruhan kelas VII. Alasan pemilihan tempat karena wilayah SMP Negeri 10 Medan mudah diakses oleh


(40)

peneliti dan dari pihak sekolah juga dapat bekerja sama dengan penulis dalam pengambilan data.

4.4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan hanya sekali pengambilan data saja yaitu pada tanggal 15 Maret 2013.

4.5. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMPN 10 Medan.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Namun, jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama reponden pada instrumen penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.6. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang terdiri dari dua bagian yaitu data demografi responden dan kuesioner.

1. Perasaan Takut

Kuesioner perasaan takut dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur (Riyadi, Sujono dan Teguh, 2009). Pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan dengan


(41)

menggunakan skala Guttman, apabila menjawab “ya” mendapat nilai 1 dan apabila menjawab “tidak” mendapat nilai 0.

2. Ketidakmampuan Fisiologis

Kuesioner ketidakmampuan fisiologis dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur (Riyadi, Sujono dan Teguh, 2009). Pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman, apabila menjawab “ya” mendapat nilai 1 dan apabila menjawab “tidak” mendapat nilai 0.

3. Tingkat Kecemasan

Kuesioner tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di modifikasi dari Zung Anxiety Scale (SAS). Alat ukur ini terdiri dari 20 item dengan 15 pertanyaan peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan kecemasan menurun. Setiap pertanyaan memiliki skala 1-4 dengan skor 1 (jarang sekali), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering).

Derajat kecemasan :

Total nilai : 20- 44 = tidak cemas 45-59 = kecemasan ringan 60-74= kecemasan sedang 75-80 = kecemasan berat 4.7. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebelum mengumpulkan data, instrumen harus dilakukan uji coba dengan cara menguji validitas dengan uji validitas dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing serta di content validity oleh Arliza J.L. M.si, Psikolog. Nilai CVI (Content Validity Index) dari instrumen penelitian yang didapat dari


(42)

content validity pada pertanyaan faktor-faktor penyebab kecemasan yaitu 0,7 dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche adalah 0,9.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan kepada 15 responden di Desa Sigara-gara Patumbak yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang diteliti . Nilai koefisien yang didapatkan untuk pertanyaan faktor-faktor penyebab kecemasan adalah 0.704 dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche adalah 0,743.

4.8. Prosedur Pengumpulan Data

1. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan survey awal penelitian kepada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Peneliti mengajukan izin survey awal kepada Dinas Pendidikan kota Medan dan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Medan untuk melihat populasi dan sampel penelitian.

3. Setelah melakukan survey awal, penelitian mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dinas Pendidikan kota Medan dan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Medan yang sebelumnya telah disetujui oleh program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Pada proses pengumpulan data dari responden, peneliti minta kerja sama dengan kepala sekolah untuk mengumpulkan siswi dalam 3 ruangan, yaitu ruang pertama terdiri dari siswi kelas VII-A dan VII-C, ruang kedua terdiri dari siswi kelas VII-E dan kelas VII-F dan ruang ke tiga terdiri siswi kelas VII-G dan kelas VII-H.


(43)

Peneliti juga membawa teman 2 orang agar lebih mudah dalam pengumpulan data dan masing-masing kelas telah ada penanggung jawabnya. Kemudian kami menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian.

5. Setelah responden setuju, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner responden.

6. Peneliti mengingatkan kepada responden untuk mengisi kuesioner sesuai pengalaman pertama mereka saat menarche, jujur, mengisi semua daftar pertanyaan pada kuesioner dan tidak berdiskusi serta dalam waktu 25 menit untuk menjawab semua pertanyaan pada kuesioner tersebut.

7. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden.

8. Semua data yang telah terkumpul kemudian dianalisa. 4.9. Pengolahan Data

Data diperoleh secara manual dengan langkah- langkah pengolahan data : 1. Editing

Memeriksa satu persatu dari hasil jawaban responden yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Dalam penelitian ini data terkumpul dengan lengkap dan tidak ada kesalahan dan kekurangan.

2.Coding

Data yang telah diubah ke dalam kode atau angka nama reponden berubah menjadi kode angka.

3. Tabulating

Untuk mempermudah tabulasi data dan mengambil kesimpulan maka dilakukan tabulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(44)

4.10. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden lalu ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari besarnya persentasi untuk masing-masing jawaban responden. Semua variabel yang ada dianalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi, kemudian dibandingkan dengan teoritis dalam tinjauan teoritis.

                                         


(45)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul “ faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013” terdiri dari 6 kelas dan 109 remaja putri.

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Saat Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013

No. Karakteristik Frekuensi %

1. Usia Menarche a. <12 tahun b. 12-13 tahun c. >13 tahun

34 74 1

31.2 67.9 0.9

Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa, karakteristik umur menarche mayoritas responden dengan umur 12-13 tahun sebanyak 74 orang (67.9%).


(46)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche

di SMPN 10 Medan Tahun 2013

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Ya Tidak

f % f % A. Perasaan Takut (Indikator Perilaku

Psikologis)

1 Kekhawatiran terhadap berat badan 47 43.1 62 56.9 2 Mudah terganggu dan tidak sabar 81 74.3 28 25.7 3 Merasa kesepian dan kurang terbuka 44

40.4

65 59.6 4 Kurang mampu untuk berkonsentrasi 70 64.2 39 35.8 5 Timbul rasa malu dan lebih menutup diri 67 61.5 42 38.5 6 Cenderung menjadi lebih pemarah dan mudah

tersinggung

72 66.1 37 33.9 7 Mudah resah dan gelisah 91 83.5 18 16.5 8 Lebih berhati-hati dan waspada terhadap sesuatu

yang terjadi di masa depan

84 77.1 25 22.9 9 Takut terjadi perubahan diri setelah menstruasi 40 36.7 69 63.3 10 Mudah gugup dan tegang 51 46.8 58 53.2

B.Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku Fisik)

11 Sering gemetar pada bagian tangan dan kaki 27 24.8 82 75.2 12 Gangguan selera makan 50 45.9 59 54.1 13 Sakit kapala dan terkadang migraine 44 40.4 65 59.6 14 Kesulitan tidur atau tidur berlebihan 71 65.1 38 34.9 15 Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot 68 62.4 41 37.6 16 Sakit perut atau pinggang bagian bawah 96 88.1 13 11.9 17 Merasa cepat lelah dan malas beraktivitas 96 88.1 13 11.9 18 Ketidaknyamana pada buah dada seperti kaku dan

nyeri ketika tertekan

51 46.8 58 53.2 19 Rasa tidak nyaman pada bagian bawah perut dan

punggung

83 76.1 26 23.9 20 Sering buang air kecil 46 42.1 63 57.8

Dari tabel 5.2. dapat diketahui bahwa pada pertanyaan indikator perilaku psikologis mayoritas responden yang menjawab ya pada pertanyaan mudah resah dan gelisah sebanyak 91 orang (83.5%), dan pada pertanyaan indikator perilaku fisik mayoritas


(47)

responden yang menjawab ya pada pertanyaan sakit perut atau pinggang bagian bawah serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 96 orang (88.1%).

Tabel 5.3.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Psikologis Saat Mengalami Menarche

Di SMPN 10 Medan Tahun 2013

Dari tabel 5.3.1 dapat diketahui bahwa pada pertanyaan aspek psikologis mayoritas responden yang menjawab jarang sekali pada pertanyaan apakah anda pernah mimpi buruk yang berkaitan dengan situasi menstruasi pertama kali sebanyak 80 orang (73.4), mayoritas responden yang menjawab jarang pada pertanyaan apakah anda khawatir sampai tangan anda basah dan berkeringat ketika mengalami haid pertama kali sebanyak 28 orang

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jarang Sekali

Jarang Kadang” Sering f % f % f % f % A. Aspek Psikologis

1. Apakah anda gugup dan cemas ketika pertama kali haid

15 13.8 12 11 63 57.8 19 17.4

2. Apakah anda merasa takut saat menghadapi haid pertama kali

22 20.2 17 15.6 29 26.6 41 37.6 3. Apakah masa-masa awal haid, anda

mudah panik

28 25.7 22 20.2 20 18.3 39 35.8 4. Apakah anda merasa kurang fokus

perhatian terhadap apapun saat mengalami haid pertama kali

19 17.4 21 19.3 37 33.9 32 29.4

5. Apakah anda merasa semuanya baik-baik saja ketika mengalami haid pertama kali

13 11.9 27 24.8 48 44.0 21 19.3

6. Apakah anda pernah mimpi buruk yang berkaitan dengan situasi menstruasi pertama kali

80 73.4 14 12.8 13 11.9 2 1.8

7. Apakah awal masa haid anda, saat menggunakan pembalut membuat anda duduk tidak nyaman

5 4.6 6 5.5 24 22.0 74 67.9

8. Apakah anda bisa tenang dan percaya diri meskipun baru pertama kali haid

13 11.9 26 23.9 46 42.2 24 22.0 9. Apakah anda khawatir sampai tangan

anda basah dan berkeringat ketika mengalami haid pertama kali


(48)

(25.7%), mayoritas responden yang menjawab kadang-kadang pada pertanyaan apakah anda gugup dan cemas ketika pertama kali haid sebanyak 63 orang (57.8%), dan mayoritas responden yang menjawab sering pada pertanyaan apakah awal masa haid anda, saat menggunakan pembalut membuat anda duduk tidak nyaman sebanyak 74 orang (67.9%).

Tabel 5.3.2.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Fisik Saat Mengalami Menarche

Di SMPN 10 Medan Tahun 2013

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jarang Sekali

Jarang Kadang” Sering f % f % f % f % B. Aspek Fisik

10. Apakah di bulan-bulan awal mengalami menstruasi, lengan dan kaki anda sering gemetar

65 59.6 19 17.4 19 17.4 6 5.5

11 Apakah di masa awal mengalami haid anda merasakan sakit kepala, leher, dan nyeri punggung

29 26.6 23 21.1 34 31.2 23 21.1

12. Apakah anda merasa lelah dan lemas saat mengalami haid pertama kali

11 10.1 14 12.8 44 40.4 40 36.7 13. Apakah anda merasa jantung berdetak

cepat ketika pertama kali haid

45 41.3 30 27.5 25 22.9 9 8.3 14 Apakah anda merasakan pusing saat

mengalami haid pertama kali

38 34.9 21 19.3 38 34.9 12 11.0 15 Apakah anda merasa seolah-olah akan

pingsan saat menghadapi menstruasi pertama kali

71 61.5 15 13.8 15 13.8 8 7.3

16 Apakah anda merasakan kesemutan di jari-jari tangan dan kaki saat mengalami haid pertama kali

63 57.8 18 16.5 21 19.3 7 6.4

17 Saat mengalami menstruasi pertama kali, apakah anda merasa ada gangguan pencernaan atau sakit perut

9 8.3 6 5.5 46 42.2 48 44.0

18 Apakah anda mengalami sering buang air kecil saat awal mengalami menstruasi

29 26.6 20 18.3 26 23.9 34 31.2 19 Apakah saat anda menghadapi menstruasi

pertama kali, wajah anda mudah berubah menjadi kemerahan dan panas

57 52.3 23 21.7 17 15.6 12 11.0

20 Saat haid pertama kali, anda tidak menemui kesulitan untuk tidur nyenyak


(49)

Dari tabel 5.3.2 dapat diketahui bahwa pada pertanyaan aspek fisik mayoritas responden yang menjawab jarang sekali pada pertanyaan apakah di bulan-bulan awal mengalami menstruasi lengan dan kaki anda sering gemetar sebanyak 65 orang (59.6), mayoritas responden yang menjawab jarang pada pertanyaan apakah anda merasa jantung berdetak cepat ketika pertama kali haid sebanyak 30 orang (27.5%), mayoritas responden yang menjawab kadang-kadang pada pertanyaan saat mengalami menarche, apakah anda merasa ada gangguan pencernaan atau sakit perut sebanyak 46 orang (42.2%), dan mayoritas responden yang menjawab sering pada pertanyaan saat mengalami menarche, apakah anda merasa ada gangguan pencernaan atau sakit perut sebanyak 48 orang (44.0%).

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Saat Mengalami Menarche

Di SMPN 10 Medan Tahun 2013

No Faktor-faktor penyebab kecemasan remaja f %

1 Tidak cemas 37 33.9

2 Kecemasan ringan 63 57.8

3 Kecemasan sedang 9 8.3

Total 109 100

Dari tabel 5.4. dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami tingkat kecemasan ringan saat mengalami menarche sebanyak 63 orang (57.8%).


(50)

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Usia Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Responden Saat Mengalami Menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013

No. Karakteristik Usia Menarche dan Tingkat Kecemasan

Frekuensi % 1. Umur < 12 tahun

a. Tidak cemas b. Kecemasan ringan c. Kecemasan sedang

13 17 4 38.24 50 11.76 2. Usia 12-13 tahun

a. Tidak cemas b. Kecemasan ringan c. Kecemasan sedang

23 45 6 31.08 60.81 8.11 3. Usia > 13 tahun

a. Tidak cemas b. Kecemasan ringan c. Kecemasan sedang

1 0 0 100 0 0

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas usia menarche responden < 12 tahun mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 17 orang (50%), usia menarche responden 12-13 tahun mayoritas mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 45 orang (60.81%) dan usia menarche responden > 13 tahun mayoritas tidak mengalami cemas saat menarche yaitu sebanyak 1 orang (100%).

5.2. Pembahasan

Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan penelitian kemudian memandingkan antara teori dengan hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche. Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswi putri SMP Negeri 10 Medan sebanyak 109 orang.


(51)

1. Usia Menarche Responden

Menurut Pearce (1999, dalam Proverawati dan Siti Misaroh, 2009), menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas yang biasanya muncul pada usia 11 sampai 14 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami menarche pada usia < 12 tahun sebanyak 31,2 %, usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%, dan usia > 13 tahun sebanyak 0,9%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 109 responden yang mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 17 responden (50%) berusia menarche responden <12 tahun dan 45 responden (60,81%) berusia menarche responden 12-13 tahun.

Sawitri (2008), didapatkan dari 29 responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu 21 responden (72,4%) berusia 11 tahun dan 8 responden (27,6%) berusia 12 tahun.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sawitri (2008). Menurut peneliti hal ini berarti responden dengan usia menarche <12 tahun memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan responden berusia menarche 12-13 tahun, hal ini dikarenakan responden yang berusia menarche 12-13 tahun merasa terlambat mendapatkan menstruasi pertama sehingga menimbulkan ketakutan.

Seorang gadis pada masa pubertas mendapatkan menarche terlalu awal dalam arti anak gadis tersebut masih sangat muda usianya dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan sehingga mengakibatkan anak gadis tersebut tidak siap dengan keadaan dirinya menyebabkan menstruasi yang dialaminya sebagai satu beban baru atau sebagai


(52)

tugas baru yang tidak menyenangkan. Demikian juga dengan menarche yang terlambat akan mengalami kecemasan dalam menunggu haidnya.

2. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

a. Perasaan Takut (Indikator Perilaku Psikologis)

Perilaku dari kecemasan yang dikelompokan dalam respon perilaku, kognitif dan afektif sebagai faktor penyebab kecemasan yaitu indikator perilaku psikologis adanya perasaan takut dari remaja putri saat mengalami haid yang pertama kali (Riyadi dan Teguh, 2009).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan dari perasaan takut remaja putri saat menarche yaitu timbulnya perilaku mudah resah dan gelisah yaitu 83,5%.

Hasil penelitian Nurngaini (2003), didapatkan secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa :a.hampir semua perasaan subjek mengalami cemas, bingung, resah, tegang, takut, kaget, gelisah dan deg-degan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurngaini (2003) bahwa remaja yang mengalami menstruasi pertama kali mengalami perasaan takut yaitu resah dan gelisah. Menurut peneliti hal ini dikaitan dengan perubahan psikologis remaja putri yaitu

menstruasi sebagai salah satu pengalaman psikis. Peristiwa haid menduduki satu eksistensi psikologis yang unik yang bisa mempengaruhi reaksi anak tersebut terhadap realita haid itu muncul. Reaksi individual anak-anak gadis pada menstruasi pertama itu sangat berbeda-beda antara lain menimbulkan kejutan hebat, iritasi yang meningkat maka rasa-rasa negatif itu muncul seperti perasaan tidak enak (perasaan bingung, gelisah, mudah putus asa dan mudah risau) dan perubahan suasana hati (mudah marah, sedih, tertekan dan cemas). Dan seharusnya menarche merupakan hal yang wajar yang pasti dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu digelisahkan.


(53)

b. Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku Fisik)

Kecemasan dapat diekspresikan langsung melalui peubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung. Faktor-faktor penyebab kecemasan yang akan dibahas yaitu indikator perilaku fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasa yang berkaitan dengan rasa ancaman terhadap integritas diri remaja putri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan dari indikator prilaku fisik remaja putri saat mengalami menarche yaitu rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas (88,1%).

Penelitian Nurngaini (2003), didapatkan secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa keluhan fisik: sakit perut, kepala pusing, pegal seluruh badan, ketidaknyamanan seperti takut tembus, keterbatasan gerak, cepat marah dan ketegangan sebelum menstruasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurngaini (2003), bahwa saat

menstruasi pertama kali para remaja putri mengalami ketidakmampuan fisiologis yaitu rasa nyeri dan pegal pada otot (pegal seluruh badan) dan malas beraktivitas (keterbatasan gerak). Menurut peneliti hal ini dikaitan adanya kontraksi otot-otot halus rahim yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hiphotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur (ovarium), sehingga dapat menyebabkan gangguan fisik wanita saat menarche.

Namun tidak semua wanita mengalami gangguan fisik tersebut, tergantung kondisi psikis wanita tersebut. Timbulnya rasa tidak nyaman dan mudah lelah disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita berkurang, sehingga diperlukan intake cairan yang cukup untuk remaja agar tetap fit dan beraktivitas dengan baik (Proverawati dan Siti, 2009).


(54)

3. Pernyataan Tingkat Kecemasan a. Aspek Psikologis

Seperti dijelaskan sebelumnya, menarche sebagai suatu perubahan pada anak perempuan menyangkut aspek fisik dan psikis. Menarche menyebabkan bermacam konsekuensi psikologis, adanya perasaan negatif dan positif. Beberapa aspek terhadap menstruasi tersebut seperti potensi kram dan ketidaknyamanan cenderung mengkaitkan reaksi anak perempuan terhadap menarche dengan kecemasan (Feldman, 2000 dalam Ninawati dan Jessy, 2006).

Hasil menunjukkan bahwa pernyataan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche dari aspek psikologis mayoritas mengalami ketidaknyamanan dalam menggunakan pembalut saat menstruasi pertama kali sebanyak 74 (67,9%).

Daradjat (dikutip oleh Hartanti & Dwijayanti, 1997) mengatakan gejala-gejala kecemasan sering ditandai dengan munculnya gejala-gejala baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat mental. Gejala yang bersifat mental seperti adanya rasa takut, perasaan khawatir, sulit konsentrasi, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, dan perasaan tidak nyaman.

Perasaan tidak nyaman pada remaja putri saat mengalami menarche dengan penggunaan pembalut dikarenakan menarche merupakan pengalaman pertama mereka dalam menstruasi dan ada rasa khawatir akan ketembusan menstruasi yang mereka alami. Hal ini juga merupakan reaksi negatif dari remaja putri yang mengalami menarche yaitu Reaksi negatif disebabkan oleh kerepotan dan ketidakbersihan dari menarche. Sebagian anak perempuan juga mengatakan bahwa menarche menyebabkan ketidaknyamanan fisik, tingkah laku menjadi tidak bebas atau terbatas, dan menyebabkan perubahan emosional (Santrock, 1998 dalam Ninawati dan Jessy, 2006 ).


(55)

b. Aspek Fisik

Dirga Gunarsa dan Gunarsa (1995, dalam Ninawati dan Jessy, 2006) menguraikan bahwa gejala kecemasan umumnya disertai oleh perubahan fisiologis, seperti perubahan ekspresi wajah, muka tiba-tiba memerah, pupil mata membesar, otot muka bergerak-gerak, perubahan gerak gerik tubuh, menggigit-gigit jari sendiri dan macam-macam tingkah laku kompulsif lain.

Hasil menunjukkan bahwa pernyataan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche dari aspek fisik mayoritas mengalami gangguan pencernaan atau sakit perut sebanyak 48 (44,0%).

Gejala kecemasan ditandai dengan munculnya gejala bersifat fisik yaitu keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan atau sakit perut, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2004).

Adanya gangguan pencernaan ataupun sakit perut ini dikarenakan gejala dari fisik yang sebelum ataupun saat menstruasi yaitu perubahan nafsu makan seperti kehilangan nafsu makan atau keinginan makan makanan yang berlemak dan mual (Pieter dan Lumongga, 2011).

4. Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Menarche

Tomb (1993, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari 109 remaja putri saat menarche tidak cemas sebanyak 37 responden (33,9%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 63 responden (57,8%), kecemasan sedang sebanyak 9 responden (8,3%).


(56)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remaja putri mengalami kecemasan dalam katagori ringan (57,8%) saat mendapatkan menstruasi pertama kali. Hal ini berarti dari 20 pernyataan tingkat kecemasan pada kuesioner tersebut sebagian responden tidak mengalami seluruhnya.

Hasil penelitian Sawitri (2008) di SDN 04 Pagi Pondok Labu Jakarta Selatan didapatkan responden mengalami kecemasan ringan 29 responden (55.8%), sedangkan responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 23 responden (44.2%).

Mulyani (2006), di SMPN 1 Suruh Kabupaten Semarang didapatkan responden tidak mengalami cemas saat menarche sebanyak 23%, yang mengalami cemas ringan sebesar 37%, responden yang mengalami cemas sedang sebesar 19%, cemas berat 20% dan panik 1%.

Menurut Struat (2006 dalam Riyadi , 2009, hal. 44), menyatakan kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Remaja putri mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi menarche yaitu kesiapan remaja putri dalam menerima menarche itu hadir sebagai suatu keadaan yang telah matang secara reproduksi dan sebagai suatu hal yang normal dialami oleh wanita.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sawitri (2008) dan Mulyani (2006), bahwa remaja putri mengalami kecemasan ringan saat mengalami menstruasi pertama kali. Menurut peneliti hal ini terjadi karena ketidaksiapan remaja putri dalam menerima menarche dalam dirinya ini mengakibatkan penolakan dari keadaan yang fisiologis tersebut karena menarche merupakan pengalaman baru yang kurang menyenangkan bagi remaja putri. Hal ini juga dikaitkan dari respon ataupun reaksi dari prilaku remaja putri dalam menyikapi menarche tersebut. Respon fisik dan mental dari proses penerimaan


(57)

keadaan menarche juga mempengaruhi dari tingkat kecemasan remaja putri dalam mengalami haid pertama kali.

                                                 


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di BAB V, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari tabel 5.1. diketahui bahwa dari 109 responden karakteristik umur menarche mayoritas responden dengan umur 12-13 tahun sebanyak 74 orang (67,9%) dan minoritas responden dengan umur > 13 tahun sebanyak 1 orang (0,9%).

2. Dari tabel 5.2. dapat diketahui bahwa pada pertanyaan indikator prilaku psikologis mayoritas responden yang menjawab ya pada pertanyaan mudah resah dan gelisah sebanyak 91 orang (83.5%), dan pada pertanyaan indikator prilaku fisik mayoritas responden yang menjawab ya pada pertanyaan sakit perut atau pinggang bagian bawah serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 96 orang (88.1%).

3. Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan saat mengalami menarche diketahui bahwa mayoritas responden mengalami tingkat kecemasan ringan saat mengalami menarche sebanyak 63 orang (57,8%).

4. Distribusi frekuensi usia menarche terhadap tingkat kecemasan responden saat mengalami menarche diketahui bahwa mayoritas usia menarche responden < 12 tahun mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 17 orang (50%), usia menarche responden 12-13 tahun mayoritas mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 45 orang (60,81%) dan usia menarche responden > 13 tahun mayoritas tidak mengalami cemas saat menarche yaitu sebanyak 1 orang (100%).


(59)

6.2. Saran

1. Bagi Pendidikan

Walaupun institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang kesehatan khususnya tentang menarche, namun tuntutan zaman terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi kesehatan harus ditingkatkan dengan lebih banyak memberikan materi pada mahasiswanya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Mengambil seluruh sampel seluruh siswi yang terdapat di lokasi penelitian, agar dapat memperoleh data yang benar-benar valid dan dapat mewakili populasi.

b. Dalam melakukan pengumpulan data tentang faktor penyebab kecemasan menggunakan wawancara agar menghasilkan data yang lebih valid.

c. Diharapkan dapat melengkapi kekurangan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Bagi Instansi dan Tenaga Kesehatan

a. SMP Negeri 10 Medan

1) Memasukkan materi tentang kesehatan reproduksi pada umumnya, terlebih menarche agar meningkatkan pengetahuan siswi sehingga saat mengalami menarche siswi tidak cemas dan takut.

2) Bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada siswi SMP Negeri 10 Medan.

a. Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi yaitu khusunya tentang menarche agar tidak menimbulkan masalah yaitu kecemasan remaja putri saat mengalami menarche dan penolakan kejadian fisiologis tersebut.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati, Suliwati, Pipin Farida, Rochimah, dan Endang Banon. 2009. Asuhan Kesehatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Info Media

Harpenas, Asmarudin Pakhri dan Ismail. 2012. Hubungan Antara Siaran Televisi Dan Status Gizi Terhadap Status Menarche Pada Siswi SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polman. Jurnal Media Gizi Pangan. Vol. XIII, edisi 1 hal 36.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Cemas Dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hidayat, Aziz Alimul. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.

Jakarta : Salemba Medika.

Jones, Derek Llewellyn. 2005. Setiap Wanita. Jakarta : Delap Ratasa. Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju.

Kurniawan, Sahuri Teguh. 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Menarche Pada Siswi SD Negeri I Gayam

Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Sukarta.

http://basecompwt.com/2011/12/hubungan-tingkat-pengetahuan-dengan.html

Laila, Nur Najmi. 2011. Buku Pintar Menstruasi Dan Solusi Mengatasi Segala Keluhannya. Yogyakarta : Buku Biru.

Monks, F. J. dan Siti Rahayu Haditino. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mulyani, Sri. 2006. Hubungan Antara Dukungan Psikososial Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang.

Ninawati, Jessy Kuryadi. 2006. Hubungan Antara Sikap Terhadap Menstruasi Dan Kecemasan Terhadap Menarche. Jurnal Psikologi Vo. 4. No. 1.


(61)

Nugraha, Setia Yuda. 2011. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Di Lingkungan X Kelurahan Bandar Selamat Kec. Medan Tembung Tahun 2012. Fkep USU.

Nurngaini, Siti. 2003. Kesiapan Remaja Putrid Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Menarche Dini Studi Kualitatif Pada Siswa SD Islam AL-AZHAR 14 Semarang Tahun 2002.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Piater, Herri Zan dan Namora Lumongga Lubis. 2011. Pengantar Psikologi Untuk

Kebidanan. Jakarta : Kencana.

Proverawati, Atikah dan Siti Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Muha Medika.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. 3 Fase Penting Pada Wanita. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Purba, Jenny Marlindawani, Sri Eka Wahyuni, Mahnum Lalian Nasution dan Wardiyah Daulay. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU.

Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset.

Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Safaria, Triantoro dan Nofrans Eka Saputra. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sawitri, Dewi Ayu Lingga Adi. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putrid Usia 10-14 Tahun Dalam Menghadapi Menarche Di SD N 04 Pagi Pondok Labu Jakarta Selatan. Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”. digilib.unimus.ac.id/download.php?id=833. Diakses tanggal 05 Januari 2013, pukul : 13.12 WIB.

Suliswati, Tjie Anita Payapo, Jeremia Maruhawa, Yenny Sianturi dan Sumijatun. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.


(1)

RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14

p15 p16 p17 p18 p19 p20 skor /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA

/STATISTICS=SCALE /SUMMARY=TOTAL.

Reliability

[DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.704 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 22.60 62.829 -.185 .716

p2 22.40 60.400 .160 .701

p3 22.67 60.667 .083 .705

p4 22.53 63.267 -.245 .718

p5 22.67 60.667 .083 .705

p6 22.80 57.743 .467 .687

p7 22.60 58.829 .323 .694

p8 22.60 57.971 .437 .688

p9 22.60 61.114 .029 .707

p10 22.60 56.257 .669 .677

p11 22.93 57.924 .498 .687

p12 22.67 58.667 .337 .693

p13 22.53 57.267 .555 .683


(2)

p15 22.73 57.352 .509 .685

p16 22.40 58.971 .386 .693

p17 22.60 57.971 .437 .688

p18 22.60 56.257 .669 .677

p19 22.67 54.952 .833 .668

p20 22.53 56.981 .595 .682

skor 11.60 15.400 1.000 .716

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

23.20 61.600 7.849 21

SAVE OUTFILE='C:\Users\Owner\Documents\reliabel faktor cemas 1.spv.sav'

/COMPRESSED.


(3)

RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14

p15 p16 p17 p18 p19 p20 skor /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA

/STATISTICS=SCALE /SUMMARY=TOTAL.

Reliability

[DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.743 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 85.73 467.638 .462 .734

p2 85.53 462.695 .484 .732

p3 85.73 463.067 .393 .733

p4 86.00 460.000 .458 .731

p5 85.53 470.124 .462 .736

p6 87.07 480.924 .225 .742

p7 84.80 472.457 .339 .738

p8 85.93 461.210 .545 .730

p9 86.53 468.981 .496 .735

p10 86.53 467.838 .433 .735

p11 86.33 460.381 .572 .730

p12 85.53 458.267 .733 .728


(4)

p14 86.33 456.524 .714 .727

p15 86.67 461.524 .691 .730

p16 86.40 461.686 .493 .731

p17 85.27 452.067 .693 .724

p18 86.27 462.352 .545 .731

p19 86.53 463.838 .532 .732

p20 86.00 461.143 .437 .732

skor 44.13 121.695 1.000 .875

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

88.27 486.781 22.063 21

SAVE OUTFILE='C:\Users\Owner\Documents\reabilitas tingkat cemas.sav'

/COMPRESSED.


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama

:

Junita

Tempat / Tanggal Lahir

: Gunung Serawan / 08 September 1991

Agama

:

Islam

Alamat

: Jln. Gunung Serawan Simpang Imbran No. 87 Kec. Bandar

Masilam

Kab.

Simalungun

Riwayat Pendidikan

: Tahun 1998 – 2003

:

SDN

095248

Bandar

Masilam

Tahun 2003 – 2006

: SMP Negeri 2 Bandar

Tahun 2006 – 2009

: SMA Negeri 2 Tebing Tinggi

Tahun 2009 – 2012

: Akademi Kebidanan Widya

Husada Medan

Tahun 2012 – 2013

:

D-IV

Bidan

Pendidik

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA REMAJA YANG TELAH MENGALAMI MENARCHE DAN BELUM MENGALAMI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Remaja Yang Telah Mengalami Menarche Dan Belum Mengalami Menarche Di SD Muhammadiyah 1 Surakarta.

6 13 13

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA REMAJA YANG TELAH MENGALAMI MENARCHE DAN BELUM MENGALAMI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Remaja Yang Telah Mengalami Menarche Dan Belum Mengalami Menarche Di SD Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 7 13

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 18

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 8

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 38

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 1 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Jaya Krama Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 35

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecemasan - Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

0 0 19