HUBUNGAN ANTARA BERAT BAYI LAHIR (BBL) DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WONOSARI
HUBUNGAN ANTARA BERAT BAYI LAHIR (BBL)
DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS
DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD WONOSARI
Ian Rossalia Pradita Puteri Universitas Respati Yogyakarta bonjem040811@gmail.com
INTISARI
Latar Belakang: Indikator Angka Kematian Balita yang sangat penting adalahAngka Kematian Bayi (AKB). AKB di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup.Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah asfiksia (37%), prematuritas (34%), infeksi (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), dan kelainan congenital (1%).Iketrik pada neonatus dapat menyebabkan kecacatan atau kematian pada bayi.Kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan.Kurang bulan (prematuritas) merupakan penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah yang dapat mengakibatkan ikterik pada neonatus ataupun hiperbilirubinemia. Kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari pada tahun 2016 sebanyak 242 kasus yang sebagian besar terjadi pada bayi dengan berat badan tidak normal yaitu sebanyak 159 kasus.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara berat bayi lahir (BBL) dengan
kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode analitik correlational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Wonosari yaitu sebanyak 686. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dan total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 640 bayi.Uji hipotesis
yang digunakan adalah chi-square.Hasil: Sebagian besar neonatus lahir dengan berat normal (64,1%) dan tidak
mengalami ikterik (62,2%). Dari neonatus yang lahir dengan berat rendah dan lebih (35,9%) terdapat 11,1% yang mengalami ikterik. Terdapat hubungan antara BBL dengan 2 kejadian ikterik dengan nilai hitung 151,850.Keeratan hubungannya
ρ-value 0,000 dan X sedang dengan nilai contingency coefficient 0,438.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara berat bayi lahir (BBL) dengan kejadian
ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari
Kata Kunci: Berat Bayi Lahir (BBL), Ikterik
ABSTRACT
Background: An important indicator of Under-five Children Mortality Rate is Infant
Mortality Rate (IMR). IMR in Indonesia is 32 per 1,000 live births. Neonatal death in Indonesia is caused by asphyxia (37%), prematurity (34%), infection (12%), hypothermia (7%), jaundice (6%), and congenital abnormality (1%). Jaundice in neonates may cause disability or death in infants. The jaundice occurs in 60% of term infants and 80% of preterm infants. Prematurity is the cause of babies born with low birth weight which may lead to jaundice in neonates or hyperbilirubinemia. There were 242 cases of the incidence of jaundice in neonates at the perinatology room of RSUD Wonosari, which mostly occurred in infants with abnormal weight, i.e. 159 cases.
Objective: This research is aimed at identifying the correlation between baby birth
weight and jaundice incidence in neonates at the perinatology room of RSUD Wonosari in 2014.
Methods: This research used analytical correlational method with cross sectional
approach. It was conducted in June 2016. The research population in was all neonates treated in the perinatology room of RSUD Wonosari numbering 686 babies. The sampling used purposive sampling and total sampling with a sample size of 640 babies. Hypothesis was tested using chi-square.
Results: The majority of neonates were born with normal weight (64.1%) and did not
experience jaundice (62.2%). Of (35.9%) neonates born with low and over weight, there were 11.1% who experienced jaundice. There was a correlation between baby birth 2 count of 151.850. weight and the incidence of jaundice with a ρ-value of 0.000 and X The cohesion was medium with the contingency coefficient value of 0.438.
Conclusion: There is a correlation between baby birth weight and jaundice incidence in
neonates at the perinatology room of RSUD Wonosari. Key words: Birth Weight Infants, jaundiceA. PENDAHULUAN
Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. 1 Berat bayi lahir (BBL) adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.BBL diklasifikasikan menjadi bayi berat lahir normal (BBLN), bayi berat lahir rendah (BBLR), dan bayi berat lahir lebih.Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah ( Kosim, 2009).
Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, AKB di Indonesia sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup. Meskipun terjadi penurunan dari tahun 2010 yang data AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, tetapi angka tersebut masih jauh dari target SDGs yaitu AKB tahun 2016 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat lahir <2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan congenital (DinKes, 2014) Dalam Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta tahun 2014, AKB di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan adanya penurunan AKB dari tahun 2010 yaitu sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (DinKes DIY, 2014)
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekuensi pemberian ASI, riwayat asfiksia dan berat badan lahir dengan angka kejadian ikterus neonatorum. Dari 56,8% bayi yang mengalami BBLR, terdapat 29,7% yang mengalami ikterus neonatorum. 5 Penelitian lain juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara berat bayi lahir dengan kadar bilirubin bayi baru lahir. Dari 65,2% bayi BBLR, terdapat 53,3% bayi yang mengalami hiperbilirubinemia (Herlina, 2012)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Februari 2016 dari rekam medis dan register bayi ruang perinatologi di RSUD Wonosari mulai bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015 jumlah bayi yang dirawat sebanyak 686 bayi dan yang mengalami ikterik neonatorum sebanyak 242 bayi. Sedangkan bayi yang mengalami BBLR sebanyak 215 bayi dan BBLL sebanyak 15 bayi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara Berat Bayi Lahir (BBL) dengan kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD wonosari.
B. METODEPENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik
correlational . Rancangan penelitian menggunakan cross-sectional.
Penelitian ini dilaksanakan diruang perinatologi RSUD Wonosari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Wonosari. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive sampling kemudian di total.Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi yang telah Sumber : Hasil Pengolahan Data ditentukan. Uji analisis yang Sekunder, 2016 digunakan yaitu Uji Chi-Square. Data
Berdasarkan tabel 4 di atas, yang digunakan data sekunder yang didapatkan hasil bahwa sebagian diperoleh dari buku register/rekam besar neonatus lahir pada umur medis. Analisa data menggunakan kehamilan aterm yaitu sebesar 74,5%, analisis univariat dan bivariat dan sebagian besar lahir dengan berat dituangkan dalam tabel distribusi badan normal yaitu sebesar 58,3% frekuensi dan tabulasi silang.Jalannya dan sebagian besar tidak mengalami penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu ikterik yaitu sebesar 53,1%. angka tahap persiapan, pelaksanaan, dan kejadian ikterus terdapat pada 60% akhir. bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Bayi yang lahir kurang
C. PENELITIAN DAN
bulan maka fungsi hepar belum
HASIL PEMBAHASAN
berfungsi dengan optimal sehingga 1. proses glukoronidasi bilirubin tidak
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang terjadi secara maksimal atau jika diteliti meliputi umur kehamilan, terdapat gangguan dalam fungsi paritas, umur ibu, jarak persalinan, hepar akibat hipoksia, asidosis atau jenis persalinan. kekurangan glukosa sehingga dapat
Tabel 4. Distribusi Frekuensi menyebabkan kadar bilirubin indirek Karakteristik Neonatus di dalam darah meninggi (Vivian, 2013) Ruang Perinatologi RSUD
Berdasarkan paritas, Wonosari didapatkan hasil bahwa sebagian
Umur F % besar ibu bersalin dengan multipara kehamilan yaitu sebesar 65,2%, sebagian besar
lahir dengan berat badan normal Aterm 477
74.5 (BBLN) yaitu sebesar 43,8% dan
Preterm 162
25.3 Postterm
1 0.2 sebagian besar tidak mengalami ikterik yaitu sebesar 41,9%.
Total 640 100.0
Kehamilan yang berulang akan
Paritas F %
mengakibatkan kerusakan pada Primipara 216 33,8 pembuluh darah dinding uterus yang Multipara 417 65,2 mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke Grandemultipara 7 1,1 janin dimana jumlah nutrisi akan
Total 640 100.0
berkurang bila dibandingkan
Umur ibu F % dengankehamilan sebelumnya.
<20 tahun
29
4.5 Keadaan ini menyebabkan gangguan 20-35 tahun 556
86.9 pertumbuhan janin (Wiknjosastro, >35 tahun
55
8.6 2008)
Total 640 100.0
Berdasarkan umur ibu,
Jarak F %
didapatkan hasil bahwa sebagian
Persalinan
besar ibu bersalin dengan umur 20-35 <2 tahun 259
40.5 tahun yaitu sebesar 86,9%, ≥2 tahun 381 59.5 sebagianbesar lahir dengan berat lahir
Total 640 100.0 normal (BBLN) yaitu sebesar 55,9%
dan sebagian besar tidak mengalami
Jenis Persalinan F %
ikterik yaitu sebesar 54,2%. Ibu yang Spontan 589
92.0 masih muda, perkembangan organ- Tindakan
51
8.0 organ reproduksinya belum optimal
Total 640 100.0 dan juga kematangan jiwa serta
2.
Analisis Univariat Variabel
emosionalnya yang kurang.Pada usia Penelitian ibu yang tua telah terjadi penurunan Analisis univariat fungsi organ reproduksi, penurunan dilakukan untuk mendeskripsikan fungsi ini akan mempengaruhi setiap variabel penelitian dan kesehatan baik ibu maupun janin karateristik dari responden yang dikandungnya sehingga ibu dan penelitian.Hasil analisis bayi yang dikandungnya memiliki univariatdalam penelitian ini adalah banyak hal yang dapat mempersulit sebagai berikut. dan memperbesar risiko kehamilan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berat (Setianingrum, 2008) Bayi Lahir (BBL) di Ruang
Berdasarkan jarak Perinatologi RSUD persalinan, didapatkan hasil bahwa Wonosari sebagian besar ibu bersalin dengan
No Berat Bayi F %
jarak persalinan sebelumnya ≥2 tahun Lahir (BBL) yaitu sebesar 59,5%, sebagian besar
1 BBLN 410
64.1 lahir dengan berat lahir normal
2 BBLR 215
33.6 (BBLN) yaitu sebesar 40,0% dan
3 BBLL
15
2.3 sebagian besar tidak mengalami
Total 640 100.0 ikterik yaitu sebesar 38,4%.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kehamilan yang perlu diwaspadai
Sekunder, 2016 adalah jarak persalinan terakhir Hasil tabel di atas dengan awal kehamilan sekarang menunjukkan bahwa sebagian besar kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu lahir dengan berat badan normal dekat , maka rahim dan kesehatan ibu (BBLN) yaitu sebesar 64,1%, belum pulih dengan baik sedangkan BBLR sebesar 33,6%, dan
(Setianingrum, 2008) BBLL sebesar 2,3%. Bayi baru lahir
- – Berdasarkan jenis normal adalah berat lahir antara 2500 persalinan, didapatkan hasil bahwa 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung sebagian besar ibu bersalin secara menangis, dan tidak ada kelainan spontan yaitu sebesar 92%, sebagian congenital (cacat bawaan) yang besar lahir dengan berat lahir normal berat.Bayi lahir berdasarkan berat yaitu sebesar 59,7% dan sebagian badannya di kelompokkan menjadi tiga, besar tidak mengalami ikterik yaitu yaitu: bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 58,1%. Peningkatan dengan berat lahir<2500 gram, bayi bilirubindapat disebabkan oleh berat lahir normal (BBLN) dengan beberapa faktor, diantaranya adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, dan infeksi, kelainan sel darah merah, dan bayi beratlahir lebih (BBLL) dengan toksin dari luar tubuh, serta daritubuh berat lahir >4000 gram (Kosim,2009) itu sendiri. Bayi yang lahir dengan
Berikut merupakan tabulasi bantuan/tindakan lebihmudah silang antara berat bayi lahir (BBL) mengalami infeksi karena trauma saat dengan karateristik dari neonatus persalinan (Vivian, 2013) diruang perinatologi RSUD Wonosari Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Karateristik dan Berat Bayi Lahir (BBL) Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari
Karateristik Berat Bayi Lahir (BBL) Total BBLN BBLR BBLL f % F % f % F %
55 100.0 100.0 100.0
29.1
40.1
67.2 104 111
59.5
154 256
Jarak persalinan <2 tahun ≥2 tahun
29 556
14
7.3
2.0
0.0
4
11
25.5
33.6
1
0.4
14
39.2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016 Hasil tabulasi silang berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 215 (33,6%) neonatus dengan berat lahir rendah (BBLR), sebagian besar lahir pada umur kehamilan preterm yaitu sebanyak 126 (77,8%), ibu dengan multipara sebanyak 122 (29,3%), ibu dengan usia 20-35 tahun sebanyak 187 (33,6%), jarak persalinan ≥2 tahun sebanyak 111 (29,1%), dan lahir secara spontan sebanyak 195 (33,1%). Dalam penelitian, umur ibu tidak mempengaruhi terjadinya BBLR. Dari 7 responden yang mengalami BBLR, hanya terdapat 3 (42,9%) responden yang lahir dari ibu dengan umur <20 tahun atau >35 tahun. Sedangkan paritas mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu paritas ≥4 mempunyai resiko 5,3 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan paritas <4 kali (Trihardiani, 2011)
51 100.0 100.0
5.8 589
2.0
3
12
33.1
3.7 259 381
20
55.0 195
64.9
28
382
Jenis persalinan Spontan Tindakan
100.0 100.0
48.3
14 187
Umur kehamilan Aterm Preterm Postterm
0.0
Paritas Primipara Multipara Grandemultipara
1 100.0 100.0 100.0
0.0 477 162
0.0
3.1
15
77.8
3 58,8
18.7
89 126
22.2 100.0
78.2
1
36
373
127 280
67.1
67.2
0.0 216 417
64.4
51.7
37
15 358
Umur ibu <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
7 100.0 100.0 100.0
3.6
42.9
0.0
15
57.1
29.3
41.2
4
89 122
Usia ibu yang baik untuk hamil adalah 20-35 tahun. Pada usia ini, perkembangan organ-organ reproduksinya sudah optimal dan juga kematangan jiwa serta emosionalnya yang kurang. usia dapat mempengaruhi seseorang dalam perilaku kesehatan. Semakin dewasa usia seseorang maka akan semakin mengerti tentang pemilihan dan pemanfaatan kesehatan karena terhubung dengan pola pikir. Jumlah paritas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan.Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah spontan dengan presentasi belakang nutrisi akan berkurang bila kepala tanpa komplikasi baik ibu dibandingkan dengan kehamilan maupun janin. sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan Tabel 7. Distribusi Frekuensi gangguan pertumbuhan janin. Kejadian Ikterik Pada
Pertumbuhan bayi Neonatus di Ruang berhubungan dengan karakteristik fisik Perinatologi RSUD saat lahir, yang tergantung pada berat Wonosari lahir dan masa kehamilan.Neonatus
No Kejadian F %
cukup bulan dengan berat badan kurang Ikterik dan masa kehamilan mempunyai lebih
1 Ya 240
37.5 banyak masalah di kemudian hari jika
2 Tidak 400
62.5 dibandingkan dengan neonatus cukup
Total 640 100.0
bulan dengan berat badan sesuai Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan masa kehamilan. Kehamilan Sekunder, 2016 yang perlu diwaspadai adalah jarak
Berdasarkan tabel distribusi persalinan terakhir dengan awal frekuensi di atas, sebagian besar tidak kehamilan sekarang kurang dari 2 mengalami ikterik yaitu sebesar 62,5% tahun, bila jarak terlalu dekat , maka dan yang mengalami ikterik sebesar rahim dan kesehatan ibu belum pulih 37,5%.Ikterus neonatorum adalah dengan baik. Pada keadaan ini perlu menguningnya sklera, kulit, diwaspadai kemungkinan pertumbuhan ataujaringan lain akibat penimbunan janin kurang baik, persalinan lama atau bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini perdarahan. Persalinan adalah proses merupakan tanda pentingpenyakit hati membuka dan menipisnya serviks dan atau kelainan fungsi hati, saluran janin turun ke dalam jalan lahir. empedu dan penyakit darah (Kosim,
Persalinan dan kelahiran normal adalah 2009) proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir
Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Karateristik dan Kejadian Ikterik Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari
Kejadian Ikterik Total Karateristik Ya Tidak f % F % f %
Umur kehamilan Aterm 137 28.7 340 71.3 477 100.0 Preterm 104
64.2
58 35.8 162 100.0 Postterm 1 100.0
0.0 1 100.0 Paritas Primipara
91 42.1 125 57.9 216 100.0 Multipara 149 35.7 268 64.3 417 100.0 Grandemultipara
2
28.6
5
71.4 7 100.0 Umur ibu <20 tahun
12
41.4
17
58.6 29 100.0 20-35 tahun 209 37.6 347 62.4 556 100.0 >35 tahun
21
38.2
34
61.8 55 100.0 Jarak persalinan <2 tahun 107 41.3 152 58.7 259 100.0
135 35.4 246 64.6 381 100.0 ≥2 tahun Jenis persalinan Spontan 217 36.8 372 63.2 589 100.0 Tindakan
25
49.0
26
51.0 51 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016
Hasil tabulasi silang bila dibandingkan dengan kehamilan berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa sebelumnya. Bayi dengan BBLR dari 242 (37,8%) neonatus dengan yang biasanya disertai dengan kelainan mengalami ikterik, sebagian besar lahir congenital, cacat fisik, cacat mental, pada umur kehamilan aterm yaitu retardasi mental, tuli dan juga dapat sebanyak 137 (28,4%), ibu dengan menyebabkan ikterus. multipara sebanyak 149 (35,7%), ibu Kehamilan yang perlu dengan usia 20-35 tahun sebanyak 209 diwaspadai adalah jarak persalinan (37,6%), jarak persalin an ≥2 tahun terakhir dengan awal kehamilan sebanyak 135 (35,4%), dan lahir secara sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak spontan sebanyak 217 (36,8%). terlalu dekat, maka rahim dan
Hasil penelitian lainnya kesehatan ibu belum pulih dengan diperoleh sebanyak 43 responden yang baik.Pada keadaan ini perlu diwaspadai mengalami ikterik sebagian besar kemungkinan pertumbuhan janin terjadi pada usia kehamilan preterm kurang baik, persalinan lama atau (51,2%), jenis persalinan SC (53,5%), perdarahan.Ikterus disebabkan karena kelompok usia ibu 20-35 tahun produksi bilirubin yang meningkat (65,1%), ibu multipara (60,5%) pada proses hemolisis sel darah merah (Tazami, 2013) (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh
Ang ka kejadian ikterus beberapa faktor, diantaranya adalah
terdapat pada 60% bayi cukup bulan
infeksi, kelainan sel darah merah, dan
dan 80% bayi kurang bulan. Bayi
toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh
yang lahir kurang bulan maka fungsi
itu sendiri.Bayi yang lahir dengan
hepar belum berfungsi dengan
bantuan/tindakan lebih mudah
optimal sehingga proses glukoronidasi
mengalami infeksi karena trauma saat bilirubin tidak terjadi secara maksimal persalinan. atau jika terdapat gangguan dalam
3.
Analisis Bivariat
fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis Analisis Analisis bivariat atau kekurangan glukosa sehingga digunakan untuk menganalisis dapat menyebabkan kadar bilirubin hubungan antara BBL dengan kejadian indirek dalam darah meninggi. ikterik pada neonatus di
Kehamilan yang berulang ruangperinatologi RSUD Wonosari. akan mengakibatkan kerusakan pada
Hasil analisis bivariat penelitian ini pembuluh darah dinding uterus yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang Tabel 9. Uji Chi-Square Antara BBL Dengan Kejadian Ikterik Pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari 2 Kejadian Ikterik Total
X Contingency ρ- value coeficient
BBL Ya Tidak F % f % f %
BBLN 83 13.0 327 51.1 410
64.1 BBLR 146 22.8 69 10.8 215
33.6 151.850 0.000 0.438
BBLL
13
2.0
2
0.3
15
2.3 Total 240 36.5 400 62.5 640 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016
Data tabel di atasdidapatkan tidak normal hanya sebesar 7% 2 nilai X hitung sebesar 151,850 pada (Herlina, 2012)
D. KESIMPULAN
df=2 dengan
ρ-value sebesar 0,000,
karena nil Berdasarkan hasil penelitian ai ρ-value < α atau 0,000 < 0,05 maka hipotesis diterima yang dan pembahasan, maka dapat ditarik artinya terdapat hubungan yang kesimpulan sebagai berikut : signifikan antara BBL dengan Karateristik responden di ruang kejadian ikterik pada neonatus. perinatologi RSUD Wonosari adalah Artinya semakin berisiko neonatus sebagian besar ibu bersalin pada umur dengan berat lahir rendah mengalami kehamilan aterm (74,5%), ibu dengan ikterik neonatorum. Hasil contingency paritas multipara (65,2%), ibu yang
coefficient diperoleh nilai 0,438 (0,40- berusia 20-35 tahun (86,9%), ibu
0,599) yang berarti terdapat keeratan dengan jarak persalinan ≥2 tahun hubungan yang sedang antara berat (59,5%), bayi yang lahir secara bayi lahir (BBL) dengan kejadian spontan (92,0%). ikterik pada neonatus. Artinya 43,8% Terdapat hubungan yang kejdian ikterik dipengaruhi oleh berat signifikan antara Berat Bayi Lahir bayi lahir (BBL) sedangkan 56,2% (BBL) dengan kejadian ikterik pada dipengaruhi oleh faktor lain. neonatus di ruang perinatologi RSUD
Angka kejadian ikterus terdapat Wonosari dengan nilai
ρ-value 0,000
pada 60% bayi cukup bulan dan 80% (
ρ<0,05) dan keeratan hubungan bayi kurang bulan. Neonatus cukup yang sedang dengan nilai C = 0.438.
bulan dengan berat badan kurang dan masa kehamilan mempunyai lebih DAFTAR PUSTAKA banyak masalah di kemudian hari jika Vivian. N.D. 2013.Asuhan Neonatus dibandingkan dengan neonatus cukup Bayi dan Anak Balita . Jakarta: bulan dengan berat badan sesuai Salemba Medika. dengan masa kehamilan (Vivian, Kosim, M. Sholeh dkk. 2009. Buku 2013) Ajar Neonatologi . Jakarta: Badan Penelitian lain menyatakan Penerbit IDAI. terdapat hubungan antara berat bayi Dinkes. 2014. Profil Kesehatan lahir dengan kadar bilirubin dengan Indonesia. Jakarta: Departemen kekuatan yang sedang. Bayi dengan Kesehatan RI. berat lahir tidak normal lebih Dinkes DIY. 2014. Profil Kesehatan cenderung memeliki kadar bilirubin DIY Tahun 2013. Yogyakarta: yang tidak normal (72%), sedangkan Dinkes DIY bayi dengan berat lahir normal Hasvivin. 2013. “Hubungan Frekuensi cenderung memiliki kadar bilirubin Pemberian ASI, Riwayat Asfiksia
Dan Berat Badan Lahir Dengan Angka Kejadian Ikterus Neonatorum Diruang NICU RSKD Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar”.
Herlina, T. 2012. “Hubungan Antara Berat Bayi Lahir Dengan Kadar Bilirubin Bayi Baru Lahir Di Ruang Perinatologi RSUD dr.
Harjono Ponorogo”. Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., dkk.
2007. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga . Jakarta: YBP-SP. Setianingrum, S.I.W. 2008.Hubungan
Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester
III dengan Berat Bayi Lahir diPuskesmas Ampel I boyolali tahun 2005 . Semarang,Universitas
Negeri Semarang. Jurnal Trihardiani, Ismi.2011. Faktor Risiko
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah KerjaPuskesmas Singkawang Timur Dan Utara Kota Singkawang.
Tazami, R. M. 2013.Gambaran Faktor Risiko Ikterus NeonatorumPada Neonatus Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013.