Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Latar Belakang Penelitian

Situasi persaingan yang ketat telah menyebabkan perusahaan-perusahaan sulit untuk meningkatkan jumlah pelanggan. Di pasar yang sudah ada, terlalu banyak produk dengan berbagai keunggulan serta nilai lebih yang ditawarkan oleh para pesaing, sehingga sulit bagi perusahaan untuk merebut pangsa pasar pesaing. Di pihak lain, untuk memasuki pasar baru memerlukan biaya cukup besar. Penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelanggan baru enam kali lebih besar dari biaya untuk mempertahankan pelanggan.

Oleh karena itu, alternatif yang lebih baik adalah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada, salah satunya adalah melalui usaha meningkatkan kesetiaan pelanggan. Kunci keunggulan bersaing dalam situasi yang penuh persaingan adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesetiaan pelanggan. Kesetiaan pelanggan akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini karena kesetiaan pelanggan memiliki nilai strategik bagi perusahaan. Kenyataan menunjukkan bahwa suksesnya IBM, Coca Cola, Singapore Airlines, Xerox dan

sejumlah produk merek lain tidak terlepas dari ikatan kuat pelanggannya, yaitu kesetiaan.

Begitu bernilainya kesetiaan pelanggan terhadap merek, Aaker yang dikutip oleh Fajrianthi dan Farrah (2005) menyatakan, “kesetiaan pelanggan terhadap merek merupakan salah satu dari aset merek. Ini tentunya amat mahal nilainya karena untuk membangunnya banyak tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tidak terlepas dari penilaian konsumen terhadap barang atau jasa yang dihasilkan tersebut. Maksudnya apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen atau tidak. Paling tidak kepuasan tersebut muncul dari sejauhmana produk barang atau jasa yang diberikan oleh perusahaan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Pasta gigi merek Close Up merupakan salah satu merek pasta gigi yang tidak asing lagi dikalangan konsumennya. Pasta gigi merek tersebut tidak hanya disukai karena berbagai atribut yang dimilikinya, akan tetapi juga diminati

Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap

Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Muhammad Iqbal, SE, MM 1 Yulfrita Adami, SE. M.Si 1) 2

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ar-Raniry Banda Aceh 2)

Fakultas Ekonomi Universitas Abulyatama Aceh

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand image pasta gigi merek Close Up terhadap loyalitas pelanggan di Kota Banda Aceh. Sampel penelitian sebanyak 145 orang pengguna pasta gigi merek Close Up yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa brand image yang terdiri dari favorability of brand association, strength of brand association, dan unique of brand association berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up. Hubungan antara favorability of brand association, strength of brand association, dan unique of brand association dengan loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up sangat kuat, ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,872. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F tabel dan nilai t hitung masing-masing variabel lebih besar dari nilai t tabel, dapat disimpulkan baik secara simultan maupun parsial variabel favorability of brand association, strength of brand association, dan unique of brand association berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up di Kota Banda Aceh. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up secara nyata dipengaruhi oleh baik buruknya penilaian terhadap brand image atau citra merek tersebut. Karena itu, produsen dan pemasar pasta gigi merek Close Up dipandang perlu meningkatkan brand image atau citra merek Close Up dikalangan pengguna produk pasta gigi.

Kata Kunci : Brand Image, favorability of brand association, strength of brand association, dan unique of brand association dan loyalitas pelanggan.

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98

karena atribut atau pun kesan yang melekat pada yang menggunakan pasta gigi merek Close Up. pasta gigi tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan,

Sekalipun tidak ada data kuantitatif tentang pasta gigi merek Close Up disukai oleh berbagai

masyarakat yang menggunakan pasta gigi kalangan baik kalangan mahasiswa dan anak

tersebut, tetapi dapat dipastikan bahwa pasta gigi sekolah maupun masyarakat umum.

merek Close Up sangat banyak digunakan oleh Tinggi rendahnya kesetiaan konsumen

konsumennya. Hal ini diperkuat oleh hasil terhadap merek tidak terlepas dari citra merek

wawancara dengan pengelola beberapa swalayan (brand image ). Brand image merupakan

di Kota Banda Aceh yang menyatakan bahwa pemahaman konsumen mengenai merek secara

minat konsumen menggunakan pasta gigi merek keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap

Close Up relatif tinggi setelah pasta gigi merek merek dan bagaimana pandangan konsumen

Pepsodent dan Ciptadent.

tentang merek. Brand image tidak semata Sebenarnya strategi produk dan strategi ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang

pemasaran yang digunakan oleh produsen dan baik kepada sebuah produk, tetapi juga

pemasar produk pasta gigi merek Close Up tidak dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan

jauh berbeda bila dibandingkan dengan strategi produk tersebut agar dapat menjadi sebuah

pemasaran produk pasta gigi lain. Adanya strategi memori bagi konsumen dalam membentuk suatu

differensiasi produk seperti ukuran produk dan persepsi akan sebuah produk. Brand image

selanjutnya diikuti dengan perbedaan harga sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan,

produk berdasarkan ukuran produk dimaksud dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap

dapat dilihat sebagai salah satu cara bagi produsen suatu merek. Brand image dapat dianggap jenis

untuk meningkatkan minat beli konsumen. asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika

Sehingga konsumen dapat memilih produk sesuai mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi

dengan keinginan mereka.

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam Apapun bentuk strategi yang dilakukan oleh bentuk pemikiran atau citra tertentu yang

perusahaan dalam memasarkan produknya, tujuan dikaitkan pada suatu merek (Hapsari, 2007).

utamanya adalah untuk meningkatkan minat beli Brand image atau citra merek yang positif

dan loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil survey dapat meningkatkan kemungkinan pilihan

awal yang dilakukan peneliti, ada di antara terhadap merek tersebut. Asosiasi-asosiasi merek

pengguna pasta gigi yang memiliki loyalitas yang membentuk citra merek (brand image) menjadi

tinggi terhadap merek Close Up. Sinyalemen ini pijakan dalam keputusan konsumen untuk loyal

terlihat dari adanya sikap pengguna pasta gigi terhadap merek tersebut (Ariprabowo, 2007).

yang lebih memilih merek Close Up bila Pada gilirannya brand image bermuara pada

dibandingkan dengan pasta gigi merek lain. loyalitas pelanggan pada merek. Dengan demikian

Sekalipun mereka sudah pernah menggunakan semakin tinggi baik penilaian konsumen terhadap

pasta gigi merek lain seperti Pepsodent dan brand image suatu produk dengan merek tertentu,

Formula, namun pada akhirnya mereka tetap akan semakin tinggi pula loyalitas mereka pada

memilih pasta gigi merek Close Up. Yang merek tersebut. Karena pada dasarnya setiap

menjadi pertanyaan adalah, apakah keinginan konsumen akan cenderung memilih produk yang

konsumen memilih pasta gigi merek Close Up mereka yakini mampu memenuhi kebutuhan

terkait erat dengan citra merek (brand image) mereka.

pasta gigi merek tersebut ?. Tulisan ini menguji Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa

hubungan fungsional antara loyalitas pelanggan di pasta gigi merek Close Up merupakan salah satu

Kota Banda Aceh dengan brand image pasta gigi pasta gigi yang banyak diminati oleh masyarakat

merek Close Up.

di Kota Banda Aceh, diantara sekian banyak merek lainnya seperti Pepsodent, Ciptadent,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Formula, Siwak dan pasta gigi merek lainnya. Di

Merek dan Citra Merek

samping itu juga terdapat merek lainnya seperti Suyanto (2007:77) menyatakan, “merek Sensodent, Delident dan merek-merek lainnya.

merupakan kombinasi dari nama, kata, simbol Sekalipun pasta gigi merek Close Up

atau desain yang memberi identitas produk”. bukanlah merek paling dikenal diantara sesama

American Marketing Association (AMA) seperti produk pasta gigi, namun demikian keberadaan

yang dikutip oleh Keller (2003:3) menyatakan, merek Close Up tetap mendapat tempat tersendiri

“brand is a name, term, sign, symbol, or design, di hati masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil

or a combination of them, intended to identify the pengamatan lapangan yang menunjukkan bahwa

goods and services of one seller or group of hingga saat ini sangat banyak diantara masyarakat

sellers and to diffrentiate them from those of of

Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si competition ”. Maksudnya merek adalah nama,

identification elements, the product personality, istilah, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-

and the emotions and associations evoked in the hal

tersebut, yang

dimaksudkan

untuk

mind consumers”.

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang Berdasarkan pendapat di atas Hapsari atau kelompok penjual dan untuk membedakan

(2007) mengambil beberapa kesimpulan tentang dari produk pesaing. Selanjutnya Nicolino

brand image sebagai berikut: (2004:4-5) menyatakan merek adalah entitas yang

image merupakan pemahaman mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai

1. Brand

mengenai merek secara tertentu.

konsumen

keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap Kotler (2003:446) menyatakan, “merek

merek dan bagaimana pandangan konsumen merupakan salah satu faktor pembeda bagi produk

tentang merek.

yang dihasilkannya dengan perusahaan lainnya

2. Brand image tidak semata ditentukan oleh sehingga merek tersebut dipandang sebagai suatu

bagaimana pemberian nama yang baik kepada aset yang paling penting bagi setiap produk yang

sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan dihasilkan oleh perusahaan sehingga bagaimana

bagaimana cara memperkenalkan produk pun kesetiaan pelanggan mewakili kekuatan suatu

tersebut agar dapat menjadi sebuah memori merek”. Merek tidak hanya merupakan slogan,

bagi konsumen dalam membentuk suatu logo, simbol atau paten. Merek bukan sesuatu

persepsi akan sebuah produk. yang dibentuk di pabrik melainkan adalah sesuatu

3. Brand image sangat berpatokan pada yang dibentuk dalam pikiran konsumen melalui

pemahaman, kepercayaan, dan pandangan proses pemasaran secara keseluruhan.

atau persepsi konsumen terhadap suatu merek.

4. Brand image dapat dianggap jenis asosiasi

Citra Merek (Brand Image)

yang muncul di benak konsumen ketika Kotler (2003:215) mendefinisikan citra

mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu

bentuk pemikiran atau citra tertentu yang merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen

dikaitkan pada suatu merek. terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra

5. Brand image yang positif akan membuat merek tersebut. Kotler (2003:225) juga

konsumen menyukai suatu produk dengan menambahkan bahwa citra merek merupakan

merek yang bersangkutan di kemudian hari, syarat dari merek yang kuat. Simamora (2002:

sedangkan bagi produsen brand image yang 112) mengatakan bahwa citra adalah persepsi

baik akan menghambat kegiatan pemasaran yang relatif konsisten dalam jangka panjang

pesaing.

(enduring perception). Jadi tidak mudah untuk

6. Brand image merupakan faktor yang penting membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan

yang dapat membuat konsumen mengeluarkan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk

keputusan untuk mengkonsumsi bahkan harus jelas dan memiliki keunggulan bila

sampai kepada tahap loyalitas di dalam dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan

menggunakan suatu merek produk tertentu, dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek

karena brand image mempengaruhi hubungan lain, muncullah posisi merek.

emosional antara konsumen dengan suatu Pada dasarnya sama dengan proses persepsi,

merek, sehingga merek yang penawarannya karena citra terbentuk dari persepsi yang telah

sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi

dikonsumsi.

dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra

ini selain mempengaruhi persepsi juga

Merek (Brand Image)

mempengaruhi fungsi memori (Mowen, 2002:

menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek Definisi brand image menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut:

pemasaran, seperti, Kotler dan Keller (2006:268),

1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas yaitu ” Perceptions and beliefs held by consumer.

produk barang yang ditawarkan oleh produsen As reflected in the associations held in consumer

dengan merek tertentu.

memory”. Sedangkan Wells, Burnett, dan

2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan Moriarty (2000:163), mengemukakan ” A brand

dengan pendapat atau kesepakatan yang image is a mental image that reflects the way

dibentuk oleh masyarakat tentang suatu consumers perceive the brand, including all the

produk yang dikonsumsi.

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98

3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan Lovelock dan Wright (2007) menyatakan, fungsi dari suatu produk barang yang bisa

loyalitas adalah keputusan pelanggan untuk secara dimanfaatkan oleh konsumen.

suka rela terus berlangganan dengan perusahaan

4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas tertentu dalam jangka waktu yang lama. Loyalitas produsen dalam melayani konsumennya.

hanya akan berlanjut hanya sepanjang pelanggan

5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya merasakan bahwa ia menerima nilai yang lebih akibat atau untung dan rugi yang mungkin

baik (termasuk kualitas yang lebih tinggi dalam dialami oleh konsumen.

kaitannya dengan harga) dibandingkan dengan

6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan yang dapat diperoleh dengan beralih ke penyedia tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya

jasa lain. Jika perusahaan pertama tersebut jumlah uang yang dikeluarkan konsumen

yang mengecewakan untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat

melakukan

sesuatu

pelanggan atau jika pesaing mulai menawarkan mempengaruhi citra jangka panjang.

nilai yang jauh lebih baik, risikonya ialah bahwa

7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, pelanggan tersebut akan menyeberang, yakni yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan

keputusan pelanggan untuk mengalihkan loyalitas informasi yang berkaitan dengan suatu merek

merek dari penyedia produk sekarang ke pesaing.

membuat konsumen Keller yang dikutip oleh Ariparabowo

dari produk tertentu. Loyalitas

dapat

melakukan pembelian secara konsisten terhadap (2007) menyatakan, faktor pembentuk citra merek

pemilihan suatu merek. Konsumen akan berusaha (brand image) dapat dikelompokkan dalam tiga

untuk meminimumkan resiko, waktu dan proses kelompok terdiri dari (1) Favorability of brand

pengambilan keputusan. Pengalaman juga penting association, dalam hal ini berkaitan dengan

karena berhubungan dengan kebiasaan dalam kepercayaan konsumen bahwa merek memiliki

pengambilan keputusan. Pilihan baik dan manfaat bagi mereka; (2) Strength of brand

pembelian yang tetap terhadap suatu merek pada association, berkaitan dengan kekuatan asosiasi

suatu waktu akan berulang kembali karena adanya merek Close Up yang ada dalam ingatan

pengalaman yang baik pada tindakan sebelumnya konsumen; dan (3) Unique of brand association,

(Evans dan Berman, 2002: 216). merupakan keunikan dari asosiasi merek suatu

Sedangkan Griffin (2005) menyatakan bahwa produk yang akan dipandang lain dan akan

loyalitas konsumen adalah suatu komitmen yang memberikan citra (image) yang berbeda dari

kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan pesaing.

pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka

Loyalitas Pelanggan pada Merek

panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan

usahausaha marketing dari produk lain yang akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan

berusaha membuat mereka beralih untuk membeli dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas

produk lain tersebut. Jadi loyalitas konsumen konsumen dapat dibentuk melalui beberapa

adalah suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap tahapan mulai dari mencari konsumen potensial

menggunakan produk atau pelayanan dari sampai dengan advocate customers yang akan

penyedia tertentu. Untuk menjadi konsumen yang membawa keuntungan bagi perusahaan. Menurut

loyal, seseorang harus melalui beberapa tahapan. Evans dan Berman (2002: 215) bahwa loyalitas

Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dinilai sebagai tulang punggung perusahaan dalam

dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing berhubungan dengan konsumen. Perusahaan yang

tahap. Dengan memenuhi kebutuhan dari setiap mempunyai pelanggan yang loyal berarti sudah

tahap tersebut, maka perusahaan mempunyai mencapai satu langkah lebih maju dalam hal

peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pemuasan pelanggan. Konsumen yang loyal juga

pembelinya menjadi konsumen yang loyal dan merupakan keuntungan tersendiri dan bila

klien perusahaan (Griffin, 2005) ditambah dengan pembinaan hubungan terus

Berkaitan dengan loyalitas konsumen menerus, biaya melayani konsumen akan

terhadap produk (merek) tertentu, loyalitas merek berkurang. Mempertahankan pelanggan lama

adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk akan lebih mudah daripada mencari pelanggan

membeli merek tertentu dibandingkan merek yang baru. Bahkan seiring dengan perjalanan waktu

lain dalam satu kategori produk (Giddens, 2002). konsumen yang loyal menjadi pembangunan

Schiffman dan Kanuk (2006: 156) mendefinisikan bisnis, membeli lebih banyak, membayar lebih

loyalitas merek sebagai preferensi konsumen tinggi dan membawa konsumen baru.

secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau

Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si kategori pelayanan tertentu. Walaupun demikian,

3. Satisfied buyer adalah golongan konsumen loyalitas konsumen berbeda dengan perilaku

yang merasa puas dengan suatu merek. pembelian berulang (repeat purchasing behavior).

Mereka setia, tetapi dasar kesetiaannya bukan Perilaku pembelian berulang adalah tindakan

pada kebanggaan atau keakraban pada suatu pembelian berulang pada suatu produk atau merek

merek tetapi lebih didasarkan pada yang lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan.

perhitungan untung rugi atau biaya peralihan Dalam loyalitas konsumen, tindakan berulang

(switching cost) bila melakukan pergantian ke terhadap merek tersebut dipengaruhi oleh

merek lain.

kesetiaan terhadap merek.

4. Liking the brand adalah golongan konsumen Sedangkan Aaker yang dikutip oleh Fajrianthi

yang belum mengekspresikan kebanggannya dan Zatul (2005) menyebutkan bahwa loyalitas

pada kepada orang lain, kecintaan pada merek adalah kelekatan konsumen pada nilai yang

produk baru terbatas pada komitmen terhadap tinggi dari suatu merek, dengan kelekatan yang

diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan dibangun ini maka konsumen akan menolak

merek.

5. Commited buyer adalah konsumen yang merek. Konsumen akan memberikan loyalitas dan

segala strategi yang dilakukan oleh kompetitor

merasa bangga dengan merek tersebut dan kepercayaannya pada merek selama merek

mengekspresikan kebanggaannya dengan tersebut sesuai dengan harapan yang dimiliki oleh

mempromosikan merek tersebut pada orang konsumen, bertindak dalam cara-cara tertentu dan

lain.

menawarkan nilai-nilai tertentu. Dalam satu golongan loyalitas masih terbuka Loyalitas pada merek ini timbul karena

kemungkinan pada perbedaan derajat kesetiaan. konsumen mempersepsikan merek tersebut

Kita dapat mengatakan bahwa kesetiaan berada menghasilkan produk yang memiliki sejumlah

pada suatu kontinum. Titik paling rendah adalah manfaat dan kualitas dengan harga yang sesuai.

tidak loyal sama sekali sedangkan titik paling Loyalitas merek juga menjadi indikasi adanya

tinggi adalah loyalitas penuh. Bahkan Kunde kekuatan merek, karena tanpa loyalitas merek

menyebutkan bahwa loyalitas puncak adalah titik tidak akan tercipta kekuatan merek. Hal ini dapat

dimana merek telah menjadi agama (brand dilihat pada merek-merek yang menjadi pemimpin

religion ), merek menjadi sesuatu yang wajib, di pasaran, dapat dipastikan bahwa merek tersebut

dipuja dan disembah (Simamora, 2002). memiliki pelanggan yang loyal pada merek

Sedangkan Griffin (2005) menyatakan tersebut (Giddens, 2002).

bahwa tingkatan konsumen yang loyal sebagai berikut.

Penggolongan Loyalitas Merek

1. Suspects (tersangka), meliputi semua orang Aaker yang dikutip oleh Simamora (2002)

yang mungkin akan membeli barang/jasa membagi loyalitas merek ke dalam lima tingkatan,

perusahaan. Kita menyebutnya sebagai sebagai berikut:

suspects karena yakin bahwa mereka akan

1. Switcher adalah golongan yang tidak peduli membeli tetapi belum mengetahui apapun pada merek, mereka suka berpindah merek.

mengenai perusahaan dan barang/jasa yang Motivasi mereka berpindah merek adalah

ditawarkan.

harga yang rendah karena golongan ini

2. Prospects (yang diharapkan), adalah orang- memang sensitif terhadap harga (price

kebutuhan akan sensitive switcher ), adapula yang selalu

orangyang

memiliki

dan mempunyai mencari variasi yang disebut Blackwell et al

barang/jasa

tertentu,

keyakinan untuk membelinya. Para prospects dan Kotler sebagai variety-prone switcher dan

ini meskipun mereka belum melakukan karena para konsumen tersebut tidak

telah mengetahui mendapatkan kepuasan (unsatisfied switcher).

pembelian,

mereka

keberadaan perusahaan dan barang/jasa yang

2. Habitual buyer adalah golongan yang setia

seseorang telah terhadap suatu merek dimana dasar

ditawarkan,

karena

merekomen dasikan barang/jasa tersebut kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban

kepadanya.

dan kebanggaan. Golongan ini memang puas,

Prospects (yang tidak setidaknya tidak merasa dikecewakan oleh

3. Disqualified

berkemampuan), yaitu prospek yang telah merek tersebut. Dan dalam membeli produk

mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu didasarkan pada faktor kebiasaan, bila

tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk menemukan merek yang lebih bagus, maka

membeli barang/jasa tersebut. mereka akan berpindah. Blackwell et al

4. First Time Customers (pembeli baru), yaitu menyebut perilaku tersebut sebagai inertia.

konsumen yang membeli untuk pertama

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98

kalinya, mereka masih menjadi konsumen merek secara terus menerus agar merek tersebut baru.

menjadi lebih dipilih dan konsumen loyal

5. Repeat Customers (pembeli berulang-ulang), terhadap merek tersebut (Ariprabowo, 2007). yaitu konsumen yang telah melakukan

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, citra pembelian suatu produk sebanyak dua kali

merek (brand image ) adalah seperangkat atau lebih.

keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh

6. Clients (pelanggan tetap), yaitu membeli seseorang terhadap suatu merek (Kotler, semua barang/jasa yang mereka butuhkan dan

2003:215). Adanya keterkaitan antara brand ditawarkan perusahaan, mereka membeli

image (citra merek) dengan loyalitas pelanggan secara teratur. Hubungan dengan jenis

juga ditegaskan oleh Lau & Lee (2000) yang konsumen ini sudah kuat dan berlangsung

menyatakan kepercayaan konsumen terhadap lama yang membuat mereka tidak terpengaruh

merek memegang peranan yang penting dalam oleh daya tarik produk perusahaan pesaing.

terciptanya loyalitas konsumen terhadap suatu

7. Advocates (pelanggan tetap dan pendukung),

merek tertentu.

yaitu seperti clients akan tetapi juga mengajak Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa teman-teman mereka yang lain agar membeli

brand image dapat berpengaruh positif terhadap barang/jasa

loyalitas konsumen pada merek. Semakin baik bersangkutan.

penilaian konsumen terhadap citra suatu merek, Berkaitan dengan loyalitas konsumen

akan semain tinggi pula loyalitas konsumen terhadap suatu produk dengan merek tertentu,

terhadap merek tersebut. Sebaliknya penilaian Giddens (2002) menyatakan bahwa konsumen

yang kurang baik terhadap citra suatu merek akan yang loyal terhadap suatu merek memiliki ciri-ciri

dapat berdampak pada penurunan loyalitas sebagai berikut:

konsumen pada merek. Hal ini didukung oleh

1. Memiliki komitmen pada merek tersebut pendapat Schiffman dan Kanuk (2007: 172)

2. Berani membayar lebih pada merek tersebut menyatakan, para konsumen menghindari risiko bila dibandingkan dengan merek yang lain.

dengan tetap setia kepada sebuah merk yang telah

3. Akan merekomendasikan merek tersebut pada memuaskan mereka daripada membeli merk baru orang lain.

atau yang belum dicoba. Orang yang merasakan

4. Dalam melakukan pembelian kembali produk risiko tinggi, misalnya lebih mungkin untuk setia tersebut tidak melakukan pertimbangan.

kepada

merk-merk

lama dan kecil

5. Selalu mengikuti informasi yang berkaitan kemungkinannya untuk membeli produk-produk merek tersebut

baru yang diperkenalkan. Hal ini mengisyaratkan

6. Mereka dapat menjadi semacam juru bicara bahwa pengalaman dalam menggunakan produk dari merek tersebut dan mereka selalu

dengan merk tertentu memberikan kontribusi bagi mengembangkan hubungan dengan merek

pembentukan loyalitas pelanggan terhadap merek tersebut. tersebut.

Keterkaitan Antara Brand Image Dengan

Hasil Penelitian Terkait

Loyalitas Pelanggan

Albari (2005) mengadakan penelitian Keller (2003) berpendapat bahwa pada

dengan judul Analisis Asosiasi Merek Handphone dasarnya brand image atau citra merek yang

Nokia, Siemens dan Sony Ericson di Kotamadya positif dapat meningkatkan kemungkinan pilihan

Yogyakarta. Penelitian tersebut antara lain terhadap merek tersebut. Asosiasi-asosiasi merek

menemukan bahwa berdasarkan pekerjaan membentuk citra merek (brand image) menjadi

konsumen ternyata secara total kelompok pijakan dalam keputusan konsumen untuk loyal

pelajar/mahasiswa dan karyawan/wiraswasta terhadap merek tersebut. Orang sudah loyal tidak

cenderung menyatakan bahwa handphone merek bisa melihat merek lain karena pada dasarnya

Sony Ericson sebagai produk dengan kualitas baik konsumen akan percaya pada produk yang punya

dan mempunyai bentuk fashionable dengan merek yang mereka sudah kenal sebelumnya,

kecenderungan kelompok pelajar/mahasiswa lebih bahkan mereka bisa memilih begitu saja secara

tinggi distribusi proporsinya dibandingkan dengan optimis merek yang mereka kenal tanpa usaha

kelompok karyawan/ wiraswasta, bahkan lebih membandingkan dengan merek lain. Karena itu

dengan kelompok sangat menguntungkan bagi sebuah perusahaan

tinggi

dibandingkan

PNS/TNI/Polri.

yang mempunyai produk dengan merek yang Sedangkan menurut kelompok gender, memiliki citra merek yang baik di mata konsumen

secara total memang terdapat 92,3% konsumen sehingga harus diupayakan membangun citra

yang cenderung berpendapat bahwa handphone

Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si Sony Ericson mempunyai teknologi komunikasi

dalam terciptanya loyalitas konsumen terhadap yang mudah untuk menghubungkan setiap orang.

suatu merek tertentu.

Namun jika dipisahkan berdasarkan kelompok- Selanjutnya strength of brand association kelompok

berkaitan dengan kekuatan asosiasi merek yang kencederungan perbedaan distribusi proporsi yang

ada dalam ingatan konsumen. Konsumen yang cukup berarti, yaitu kelompok pria lebih banyak

memiliki pengalaman baik dengan menggunakan dibandingkan dengan kelompok wanita (98,1%

produk merek tertentu akan selalu mengingat dengan 86%).

merek tersebut. Pada akhirnya konsumen tersebut Ariprabowo (2007) meneliti tentang

akan cenderung memilih produk dengan merek keterkaitan antara Brand Image Handphone

tersebut diantara produk sejenis. Sebaliknya Merek Nokia Terhadap Loyalitas Konsumen di

konsumen yang memiliki pengalaman tidak baik Kecamatan Gresik Kebomas Kabupaten Gresik.

dalam menggunakan produk dengan merek Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel

tertentu, akan cenderung melupakan mereka pembentuk citra merek (brand image) yang terdiri

tersebut dan mencari produk merek lain yang dari favorability of brand association, strength of

mereka anggap mampu memenuhi kebutuhan brand association dan uniqueness of brand

mereka. Dengan demikian strength of brand association mempunyai pengaruh terhadap

association (kekuatan asosiasi merek) dapat loyalitas pelanggan telepon genggam (handphone)

berpengaruh pada loyalitas konsumen. merek Nokia di Kecamatan Kebomas Gresik.

Unique of brand association berkaitan Sigit (2006) mengadakan penelitian yang

dengan keunikan asosiasi merek yang akan berjudul Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif

dipandang lain dan akan memberikan citra Terhadap Niat Beli Mahasiswa Sebagai

(image) yang berbeda dari pesaing. Konsumen Konsumen Potensial Produk Pasta Gigi Close Up.

menginginkan agar mereka dapat memperoleh Penelitian tersebut dilakukan pada mahasiswa

manfaat lebih dari penggunaan produk. Hal ini Universitas

berarti konsumen akan memilih produk yang Penelitian tersebut menyimpulkan: (1) sikap dan

memiliki kelebihan bila norma subyektif dari mahasiswa UII secara

mereka

nilai

dibandingkan dengan produk lain. Penilaian bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

terhadap kelebihan/keunggulan produk dengan niat membeli pasta gigi Close Up. (2) sikap dari

merek tertentu bila dibandingkan dengan produk mahasiswa UII secara parsial berpengaruh

merek lain akan dapat membangun keunikan signifikan terhadap niat membeli pasta gigi Close

asosiasi merek. Pada akhirnya keunikan asosiasi Up, dan (3) norma subyektif dari mahasiswa UII

merek dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan. secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa niat membeli pasta gigi Close Up.

Favorability of brand association, Strength of brand association, dan Unique of brand

Kerangka Pemikiran dan Pengembangan

association dapat berpengaruh pada loyalitas

Hipotesis

pelanggan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Brand image atau citra merek yang positif

Ariprabowo (2007) yang menemukan bahwa dapat meningkatkan kemungkinan pilihan

favorability of brand association, strength of terhadap merek tersebut (Keller, 2003). Citra

brand association dan uniqueness of brand merek dalam penelitian ini dijabarkan dalam tiga

association mempunyai pengaruh terhadap sub variabel terdiri dari Favorability of brand

loyalitas pelanggan telepon genggam. Karena itu association, Strength of brand association, dan

dalam penelitian ini loyalitas pelanggan pasta gigi Unique of brand association . Favorability of

merek Close Up juga dijadikan fungsi dari brand association berkaitan dengan rasa percaya

favorability of brand association, strength of konsumen bahwa produk memiliki manfaat bagi

brand association dan uniqueness of brand mereka. Semakin tinggi kepercayaan konsumen

association . Dengan kata lain, loyalitas pelanggan terhadap manfaat yang mereka peroleh dari

dijadikan sebagai variabel dependen dan penggunaan produk akan semakin tinggi

favorability of brand association, strength of kencederungan mereka untuk menggunakan

brand association dan uniqueness of brand produk tersebut. Sehingga favorability of brand

sebagai variabel association dapat membentuk loyalitas pelanggan.

association dijadikan

independen. Karena itu paradigma atau hubungan Hal ini sesuai dengan pendapat Lau & Lee (2000)

antar konsep (variabel) dalam penelitian ini dapat yang menyatakan

kepercayaan konsumen

dilihat Gambar 1.

terhadap merek memegang peranan yang penting

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98

pertanyaan/pernyataan disediakan Paradigma Penelitian

Gambar 1

masing

alternatif pilihan jawaban dalam bentuk tingkat Independent

diminta untuk Variable

memberikan respon terhadap setiap pernyataan Favorability of

Variable

dengan memilih salah satu alternatif pilihan brand

jawaban (tingkat kesetujuan) yang disediakan. Skala pengukuran data yang digunakan

association adalah skala Likert (Likert scale) dengan

bobor/skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Skala ini dimaksudkan untuk memberikan bobot/skor pada

Strength of

alternatif pilihan jawaban konsumen terhadap brand

Loyalitas

pertanyaan/pernyataan yang association berhubungan dengan variabel yang diteliti.

Bobot/skor berdasarkan alternatif pilihan jawaban Unique of

dimaksud terdiri dari 1 = tidak setuju, 2 = kurang brand

setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju dan 5 = sangat association

setuju. Alternatif pilihan jawaban responden dalam bentuk tingkat kesetujuan seperti terlihat

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dalam tabel di atas sengaja tidak memasukkan dikemukakan sebelumnya

alternatif pilihan jawaban ”netral” sebagaimana penelitian adalah brand image yang terdiri dari

maka hipotesis

halnya beberapa penelitian/skripsi terdahulu. Hal Favorability of brand association, Strength of

ini didasarkan pada pendapat Umar (2005:70) brand association, dan Unique of brand

menyatakan, bahwa beberapa buku teks association berpengaruh signifikan terhadap

menganjurkan agar data pada katagori “netral” loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up di

tidak dipakai dalam analisis selama responden Kota Banda Aceh.

tidak memberikan alasannya.

METODE PENELITIAN

Peralatan Analisis Data

Populasi dan sampel

Seperti dijelaskan sebelumnya, variabel Populasi

penelitian ini terdiri dari loyalitas pelanggan pengguna pasta gigi merek Close Up di Kota

sebagai variabel independent dengan brand image Banda Aceh, yang jumlahnya tidak diketahui

sebagai variabel independent. Variabel brand secara pasti, sehingga cara pengambilan sampel

image dijabarkan dalam tiga variabel terdiri dari dilakukan secara non probability sampling. Sesuai

Favorability of brand association, Strength of dengan kepentingan penelitian, maka penentuan

brand association, dan Unique of brand seseorang menjadi sampel penelitian dilakukan

association . Karena itu, peralatan analisis data secara purposive sampling dengan ketentuan

yang digunakan terdiri dari regresi linier berganda sudah menggunakan pasta gigi merek Close Up

dengan tiga variabel independen, dirumuskan lebih dari 3 bulan, dan selain menggunakan pasta

sebagai berikut.

gigi merek Close Up pengguna pasta gigi juga Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +e sudah memiliki pengalaman menggunakan pasta

Dimana:

gigi lain selain merek Close Up. Sesuai dengan

= Loyalitas pelanggan kemampuan peneliti, sampel penelitian dibatasi

a = Konstanta

hanya pada 145 orang pengguna pasta gigi merek

X 1 = Favorability of brand association Close Up yang memenuhi kriteria tersebut.

X 2 = Strength of brand association

X 3 = Unique of brand association

Teknik Pengumpulan Data dan Skala

b 1 ,b 2 , dan b 3 = Koefisien regresi X 1 ,X 2 , dan

Pengukuran

Pengumpulan data dilakukan dengan cara

e = Error term

mengedarkan kuesioner kepada konsumen pasta Untuk mencari hubungan antara loyalitas gigi merek close up yang terpilih menjadi sampel.

pelanggan dengan Favorability of brand Kuesioner tersebut berisi pertanyaan/ pernyataan

association, Strength of brand association, dan yang berhubungan dengan brand image terdiri

Unique of brand association digunakan peralatan dari (Favorability of brand association, Strength

statistik koefisien korelasi (R). Selanjutnya untuk of brand association, dan Unique of brand

mengetahui besarnya pengaruh ketiga variabel association ) dan loyalitas pelanggan. Masing-

Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si tersebut terhadap brand image digunakan

memperoleh pasta gigi, Banyak digunakan koefisien determinasi (R 2 ). oleh masyarakat, Harga stabil, Tidak mahal,

Mempunyai

image baik apabila

Operasional Variabel

menggunakannya.

Variabel penelitian terdiri dari brand image sebagai dependent variable dengan sub variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN

terdiri dari Favorability of brand association,

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Strength of brand association, dan Unique of Suatu skala pengukuran disebut valid brand association sebagai independent variable.

apabila ia melakukan apa yang seharusnya Definisi dan indikator masing-masing variabel

dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya sebagai berikut.

diukur. Dalam penelitian ini, penentuan validitas

1. Loyalitas pelanggan terhadap merek adalah dapat dilakukan dengan mencari nilai korelasi p ilihan yang dilakukan konsumen untuk

antara skor masing-masing item dengan skor total membeli merek tertentu dibandingkan merek

item untuk setiap variabel. Nilai korelasi yang yang lain dalam satu kategori produk

hitung) kemudian (Giddens, 2002). Indikator yang digunakan

diperoleh

(disebut

dibandingkan dengan nilai kritis r product untuk mengukur loyalitas merek terdiri dari

moment (r tabel). Apabila nilai r hitung suatu item komitmen

pernyataan dalam variabel tertentu lebih besar bila konsumen

terhadap

merek, kemauan

dibandingkan dengan nilai r tabel, maka item mendapatkan merek, merekomendasikan

pernyataan dinyatakan valid. Sebaliknya apabila merek kepada orang lain, melakukan

nilai r hitung suatu item lebih kecil bila pembelian produk tanpa pertimbangan,

dibandingkan dengan nilai r tabel, maka item kemauan untuk melakukan pembelian ulang

tersebut dinyatakan tidak valid. (repeat buyers), mengikuti informasi yang

Variabel loyalitas pelanggan terdiri dari 9 berkaitan dengan merek, kemauan untuk

(sembilan) item pernyataan dilambangkan dengan menjadi pelanggan tetap (clients), kemauan

A1, A2 hingga A9. Hasil pengolahan data menjadi pelanggan tetap dan pendukung

menunjukkan nilai r hitung untuk setiap item merek (advocates), dan kemauan untuk

pernyataan lebih besar bila dibandingkan dengan menceriktakan hal-hal positif tentang merek

nilai r tabel. Item pernyataan pertama misalnya kepada orang lain. dilambangkan dengan A1 menghasilkan nilai r

2. Favorability of brand association berkaitan hitung sebesar 0,576. Angka ini lebih besar bila dengan kepercayaan konsumen bahwa merek

dibandingkan dengan nilai r tabel (n = 145) memiliki manfaat bagi mereka (Ariprabowo,

sebesar 0,159. Dengan demikian dapat diartikan 2007). Indikator yang digunakan untuk

item pernyataan tersebut dinyatakan valid. mengukur variabel tersebut terdiri dari: Pasta

Demikian pula halnya dengan item pernyataan gigi Close Up terdiri dari bermacam-macam

kedua (A2) hingga item pernyataan kesembilan ukuran, Pasta gigi Close Up memberikan

(A9) juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar manfaat, Harga Pasta gigi Close Up

dari nilai r tabel sebesar 0,159, sehingga dapat terjangkau, Penggunaan produk dapat

diartikan seluruh item pernyataan yang menambah rasa percaya diri dan Penggunaan

loyalitas pelanggan produk dapat menimbulkan rasa bangga.

berhubungan

dengan

dinyatakan valid.

3. Strength of brand association berkaitan Item pernyataan yang berhubungan dengan dengan k ekuatan asosiasi merek yang ada

variabel Favorability of Brand Association, dalam ingatan konsumen (Ariprabowo,

Strength of Brand Association dan Unique of 2007). Variabel ini terdiri dari 5 indikator

Brand Association juga menunjukkan nilai r meliputi Kualitas pasta gigi bagus, Pasta gigi

hitung lebih besar bila dibandingkan dengan nilai Close Up membuat mulut lebih segar,

r tabel. Dengan demikian dapat diartikan seluruh Membuat gigi lebih bersih, Mengatasi

item pernyataan yang berhubungan dengan kendala bau mulut, dan Pasta gigi Close Up

variabel-variabel tersebut dinyatakan valid. memiliki aroma yang harum.

Mengacu pada definisi validitas, dapat dipahami

bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat Keunikan dari asosiasi merek yang akan

4. Unique of brand association adalah

dalam setiap variabel penelitian mampu mengukur dipandang lain dan akan memberikan citra

apa yang seharusnya diukur. Hal ini bermakna (image) yang berbeda dari pesaing

bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat (Ariprabowo, 2007). Variabel ini terdiri dari

dalam variabel loyalitas pelanggan dapat

5 indikator meliputi Kemudahan dalam digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 1 Juni 2013,Halaman 85-98

pasta gigi merek Close Up. Demikian pula halnya Hasil pengujian reliabilitas kuesioner untuk item pernyataan yang berhubungan dengan

keempat variabel penelitian menghasilkan nilai Favorability of Brand Association, Strength of

cronbach alpha masing-masing sebesar 0,738 Brand Association dan Unique of Brand

untuk variabel loyalitas pelanggan, sebesar 0,615 Association juga dapat digunakan untuk

untuk variabel Favorability of Brand Association, mengukur penilaian atau pandangan konsumen

sebesar 0,630 untuk variabel Strength of Brand terhadap Favorability of Brand Association,

Association dan sebesar 0,665 untuk variabel Strength of Brand Association dan Unique of

Unique of Brand Association. Brand Association .

Tabel 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji Reliabilitas

Uji Validitas

R tabel

R hitung

Valid Loyalitas

A4 0,676

Valid Pelanggan

Valid Favorability of

B1 0,631

Valid Brand

Valid Strength of

C1 0,806

Valid Brand

Valid Unique of

D1 0,642

Valid Brand

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai r

Analisis Pengaruh Brand Image Terhadap

hitung masing-masing item pernyataan pada

Loyalitas Pelanggan Pasta Gigi Merek Close

setiap variabel penelitian lebih besar bila

Up di Kota Banda Aceh

dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand demikian dapa diartikan bahwa seluruh item

image yang terdiri dari tiga sub variabel meliputi pernyataan yang dimuat dalam kuesioner

favorability of brand association, strength of dinyatakan valid. Selanjutnya nilai cronbach

brand association, dan unique of brand alpha masing-masing variabel penelitian juga

association berpengaruh positif terhadap loyalitas lebih besar dari 0,60 sebagai nilai yang

pelanggan pasta gigi merek Close Up di Kota dipersyaratkan dalam uji reliabilitas (kehandalan

Banda Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien kuesioner), sehingga dapat diartikan kuesioner

regresi masing-masing variabel bernilai positif yang digunakan dalam pengumpulan data juga

seperti terlihat dalam bagian printout SPSS pada dinyatakan handal.

Tabel 2.

Analisis Brand Image Pasta Gigi Merek Close Up Terhadap Loyalitas Pelanggan di Kota Banda Aceh

Muhammad Iqbal, SE, MM dan Yulfrita Adami, SE, M.Si Tabel 2

Bagian Printout SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Independen

Coefficients a

Unstandardized

Standardized

Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant)

B Std. Error

.431 2.322 Strength of Brand

Favorability of Brand Association

.519 1.928 a. Dependent Variable: Loyalitas Pelanggan

Unique of Brand Association

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Berdasarkan print out SPSS di atas, maka 0,392 untuk variabel unique of brand association persamaan regresi linier berganda yang

(X 3 ). Hal ini berarti bahwa ketiga variabel memperlihatkan loyalitas pelanggan pasta gigi

tersebut bepengaruh positif terhadap loyalitas merek Close Up sebagai fungsi dari favorability of

pelanggan pasta gigi merek Close Up. brand association, strength of brand association,

Di antara ketiga variabel tersebut, variabel

dengan nilai koefisien regresi paling besar sebesar diformulasikan sebagai berikut.

dan unique of brand association dapat

0,392 untuk variabel unique of brand association Y = 0,945 + 0,128X 1 + 0,274X 2 + 0,392X 3 (X 3 ). Hal ini berarti bahwa variabel unique of Persamaan di atas memperlihatkan nilai

brand association memiliki pengaruh lebih konstanta sebesar 0,945 yang secara statistik dapat

dominan terhadap loyalitas pelanggan pasta gigi interpretasikan

merek Close Up bila dibandingkan dengan dua independen mendekati 0, maka nilai Y akan

variabel lainnya. Sebaliknya variabel yang mendekati angka sebesar 0,945. Angka ini

pengaruh paling kecil adalah mendekati 1,00 (skor untuk pilihan jawaban

memiliki

favorability of brand association (X 1 ) dengan nilai sangat tidak setuju) yang berarti loyalitas

koefisien regresi sebesar 0,128. pelanggan sangat rendah atau bisa dikatakan tidak

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara loyal sama sekali. Dengan demikian dapat

loyalitas pelanggan pasta gigi merek Close Up dikatakan bahwa apabila pelanggan memiliki

dengan favorability of brand association, strength penilaian yang tidak baik terhadap favorability of

of brand association, dan unique of brand brand association, strength of brand association,

association digunakan koefisien korelasi (R). dan unique of brand association sebagai tolok

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya variasi ukur brand image pasta gigi merek Close Up,

yang terjadi pada loyalitas pelanggan pasta gigi maka mereka tidak loyal terhadap merek tersebut.

tersebut sebagai akibat terjadinya variasi pada Berdasarkan persamaan di atas juga dapat

variabel brand image yang terdiri dari favorability dilihat nilai koefisien regresi masing-masing

of brand association, strength of brand variabel independen bernilai positif, yaitu sebesar

association, dan unique of brand association 0,128 untuk variabel favorability of brand 2 digunakan koefisien determinasi (R ). Bagian

association (X 1 ), sebesar 0,274 untuk variabel printout SPSS yang memperlihatkan kedua nilai

strength of brand association (X 2 ) dan sebesar

koefisien tersebut dapat dilihat Tabel 3.

Tabel 3 Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R 2 )

Model Summary b

Std. Error of Model

Adjusted

R Square

R Square

the Estimate

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65