Penerapan Metode Take and Give untuk Meningkatkan Pemahaman pada Materi Asmaul Husna Kelas II di MI Darul Ulum Tambak Rejo

  



Volume 07, Nomor 02, Desember 2016

                 

Penerapan Metode Take and Give untuk Meningkatkan Pemahaman pada

Materi Asmaul Husna Kelas II di MI Darul Ulum Tambak Rejo

   

  

Abstrak: Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak guru menggunakan

metode ceramah sehingga siswa terlihat kurang tertarik dan partisipatif

dalam proses pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan guru

ditemukan dari 37 peserta didik hampir 60% peserta didik belum

memahami Asmaul Husna dengan baik dan benar. Peneliti mengguna-

kan metode Take and Give dikarenakan metode ini sesuai dengan

karakteristik peserta didik kelas II-C di MI Darul Ulum Tambak Rejo

yang pada umumnya memiliki sifat senang belajar sambil bermain dari

jenjang sekolah sebelumnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini

yaitu bagaimana penerapan metode Take and Give dalam meningkatkan

pemahaman siswa pada materi asmaul husna kelas II di MI Darul Ulum

Tambak Rejo. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode Take and Give dalam

meningkatkan pemahaman siswa pada materi asmaul husna kelas II di

MI Darul Ulum Tambak Rejo. Untuk memeroleh data yang diperlukan,

peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni

observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Dari hasil analisis data,

diperoleh simpulan bahwa nilai rata-rata kelas meningkat dari 62

menjadi 85 yang ditunjukkan dari hasil pre-test dan post-test dengan

prosentase ketuntasan peserta didik dari 35% mengalami peningkatan

mencapai 100%. Kesimpulan penelitian ini adalah metode Take and Give

dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Asmaul Husna.

  Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman, Metode Take and Give PENDAHULUAN

  Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah

  diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

  Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan bagian dari cabang ilmu pendidikan agama Islam yang membahas tentang keimanan dan tata perilaku dan sikap dan sifat sebagai seorang muslim yang baik. Oleh karena itu, penguasaan terhadap materi- materi Aqidah Akhlak penting bagi peserta didik, dengan harapan akan memberikan bekal kepada mereka dalam pembentukan karakter diri peserta didik menjadi seorang muslim yang baik, santun dan beriman hingga terwujudlah harapan utama sebagai sosok insan kamil dalam kehidupan.

  Pada kenyataannya, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di MI Darul Ulum Tambak Rejo khususnya peserta didik kelas II memiliki hasil belajar di bawah nilai kompetensi ketuntasan minimal pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna. Guru menggunakan metode konvensional sehingga peserta didik kurang tertarik dan merasa bosan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak ditemukan dari 37 peserta didik hampir 60% siswa belum memahami Asmaul Husna dengan baik dan benar.

  Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, diperlukan metode yang inovatif dan kreatif sehingga mendorong peserta didik untuk tertarik mengikuti pembelajara. Metode Take and Give merupakan salah satu alternatif yang diterapkan guru dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Aqidah Akhlak. Metode ini diyakini tepat sebagai solusi untuk mengatasi persoalan yang timbul di kelas tersebut karena metode

  

Take and Give sesuai dengan karakteristik peserta didik di kelas awal yang menyukai

  bermain sambil belajar. Dengan belajar sambil bermain, peserta didik merasa nyaman dan senang menerima pelajaran. Metode tersebut mampu meningkatkan percaya diri peserta didik dalam bergaul dan berkomunikasi dengan teman sebayanya.

  Merujuk pada kondisi di atas, penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan, dengan judul “Penerapan Metode Take and Give untuk Meningkatkan Pemahaman pada Materi Asmaul Husna Kelas II di MI Darul Ulum Tambak Rejo

  ”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana penerapan metode Take and Give dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi asmaul husna di kelas II MI Darul Ulum Tambak Rejo, 2) bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi asmaul husna melalui metode Take and Give di kelas II MI Darul Ulum Tambak Rejo, 3) hambatan apa yang dihadapi dalam menggunakan metode pembelajaran Take and

  Give

  sebagai upaya peningkatan pemahaman siswa kelas II pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Darul Ulum Tambak Rejo.

  Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui cara penerapan metode Take and Give dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi asmaul husna di kelas II MI Darul Ulum Tambak Rejo, 2)

  Pembelajaran PAI dengan Metode Take and Give

  mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada materi asmaul husna melalui metode Take and Give di kelas II MI Darul Ulum Tambak Rejo, 3) mengetahui hambatan yang dihadapi dalam menggunakan metode pembelajaran Take and Give sebagai upaya peningkatan pemahaman siswa kelas II pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Darul Ulum Tambak Rejo.

  Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: bagi peserta didik, menjadi lebih mudah dalam menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh guru serta mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran; bagi guru, memperkaya variasi mengajar guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran; bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang penulisan karya imiah serta memiliki landasan dalam mengajar Aqidah Akhlak; bagi institusi, dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan informasi sekaligus bahan acuan dalam usaha peningkatan hasil belajar melalui PTK.

  KERANGKA KONSEPTUAL Pembelajaran Aqidah Akhlah

  Belajar menurut Morris L. Bigge (Darsono, 2002: 2), adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat di wariskan secara genetis. Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.

  Hasil belajar (Sudjanto, 2013: 5) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Menurut Nana Sujana sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar, hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Caroll (Hanafiah, dkk. 2010: 40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: a) bakat pelajar, b) waktu yang tersedia untuk belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d) kualitas pengajaran, dan e) kemampuan individu.

  Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ ]

  َ دْقَع

  ََدَقَع َ دِقْعَ ي

  artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

  Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

  Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [ قلخ] jamaknya [ قلاخأ] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan.

  Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

  Akhlak sebagai ilmu, dalam definisi Agus Sudjanto (1997:12) adalah ilmu akhlak merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada manusia yang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa Aqidah dan akhlak merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan. Aqidah mengajarkan tentang keimanan kepada Allah SWT. Dan pokok-pokok ajaran Islam yang harus diyakini di dalam hati sehingga menimbulkan suatu sifat, karakter dan kepribadian pada diri manusia yang merupakan cerminan dari ajaran Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

  Tujuan mempelajari ilmu Aqidah Akhlak adalah: 1) memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dibawa sejak lahir, 2) membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia, 3) menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.

  Salah satu materi yang dipelajari pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas II adalah asmaul husna. Asmaul husna adalah nama-nama yang baik dan merupakan sifat-sifat Allah SWT, yang banyak kita jumpai dalam Al-

  Qur’an. Allah menganjurkan agar asmaul husna sering dibaca umat Islam bahkan dijadikan do’a, karena disamping bacaannya menunjukkan keagungan dan kesempurnaan Allah SWT, bacaan asmaul husna juga mengandung permohonan dan harapan. Allah SWT mempunyai nama-nama yang baik sebanyak 99 nama, diantaranya adalah as-Shamad, al-Quddus, al-Muhaimin dan al- Badi’.

  Allah memiliki sifat as-Shamad artinya Allah tempat bergantungnya makhluk. Dialah Tuhan yang dimintai pertolongan dan kepada-Nya semua makhluk bergantung. Allah adalah Dzat yang dituju dalam setiap kebutuhan. Allah tempat meminta pertolongan pada setiap kesulitan. Atau, Dzat yang tidak mempunyai perut,

  Pembelajaran PAI dengan Metode Take and Give

  karenanya Ia tidak makan. Atau, Dzat yang bersih dari bencana. Atau, Dzat yang kekal, tidak hilang.

  Allah memiliki sifat al-Quddus, artinya Allah Maha Suci. Allah suci dari sekutu dan suci dari segala bentuk kekurangan. Barangsiapa yang banyak berdzikir dengan al-Quddus maka Allah akan menghilangkan kecenderungan nafsu jahatnya. Al- Quddus diambil dari kata qadasa yang artinya “suci”. Maksud sifat ini ialah bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Suci dari segala kekurangan dan kebinasaan. Allah berhak atas sifat-sifat kesempurnaan. Allah itu suci dari segala sifat yang dapat dirasakan oleh indera, atau yang dapat dibayangkan oleh khayalan. Allah suci dari yang didahului oleh persangkaan, atau yang terlintas dalam diri manusia. Dalam salah satu hadits yang mulia disebutkan

  : “Semua yang terlintas dalam benakmu, itu akan binasa, sedangkan Allah tidak demikian”. Al-Quddus sering dirangkai dengan asma sebelumnya, yaitu al-Malik. Sebab, banyak raja merusak kekuasaannya dengan sifat-sifat aniaya dan melanggar hukum.

  Maka Allah menyatakan bahwa Dia tidak akan merusak kerajaan-Nya seperti yang diperbuat oleh raja-raja itu. Orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan berakhlaq dan berdzikir dengan asma ini hendaklah membersihkan Aqidahnya dari selain Allah SWT.

  Al-Muhaimin artinya Yang Maha Memelihara. Ketika kita memandang langit, nampaklah bintang dan rembulan bersinar indah, hingga fajar shubuh menjelang dan mataharipun mulai bersinar sebagai pertanda datangnya pagi. Begitulah seterusnya, siang-malam datang silih berganti. Lalu siapakah yang mengatur, menjaga dan memelihara alam semesta ini. Allahlah yang memelihara semua makhluk di jagad raya ini dari kekurangan dan kelaparan. Karena Allah memiliki sifat “al-Muhaimin” yang artinya Allah Maha Menjaga atau Allah Maha Memelihara. Allah mampu memelihara semua makhluk ciptaan-Nya tanpa bantuan orang lain, mulai dari makhluk yang paling kecil hingga makhluk yang paling besar, baik yang berada di dalam tanah, di atas bumi maupun yang ada di langit. Allah memelihara kita dari kelaparan dengan menyediakan rezekinya. Allah menyediakan semua kebutuhan kita. Allah menciptakan aneka tanaman, ada kambing, sapi, ikan ayam dan lain-lain yang bisa kita ambil telur, daging dan susunya untuk memenuhi kebutuhan kita.

  Al- Badi’ artinya Yang Maha Pencipta. Dialah Tuhan Yang Menciptakan segala sesuatu dengan penuh hikmah dan keindahan. Allah yang Maha Pencipta dapat kita buktikan dengan memperhatikan kejadian dan kerja dari organ-organ tubuh manusia. Demikian pula dengan keteraturan alam ini, adanya pergeseran siang dan malam secara teratur, keteraturan peredaran matahari pada sumbunya, keteraturan peredaran planet-planet, adanya hukum atau, semuanya menunjukkan adanya dari yang mencipta itu adalah Allah SWT.

  Al- Badi’ merupakan nama yang agung dan mengandung rahasia yang mulia, sangat cocok dijadikan dzikir oleh orang yang penuh inovatif, agat ia dapat menemukan inovasi baru yang mengagumkan. Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah Metode Take and Give Istilah Take and Give sering diartikan saling memberi dan saling menerima.

  Prinsip ini juga menjadi intisari dari model pembelajaran Take and Give. Take and

  Give

  merupakan metode pembelajaran yang didukung oleh penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada peserta didik. Di dalam kartu, terdapat catatan yang harus dikuasai dan dihafal masing-masing peserta didik. Peserta didik kemudian mencari pasangannya masing-masing untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang didapatnya di kartu, lalu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi peserta didik dengan menanyakan pengetahuan apa yang mereka terima dari pasangannya.

  Dengan demikian, komponen penting dalam metode Take and Give adalah penguasaan materi melalui kartu, keterampilan bekerja berpasangan dan berbagi informasi, serta evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman atau penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan di dalam kartu dan kartu pasangannya.

  Sintak langkah-langkah metode pembelajaran Take and Give dapat dilihat sebagai berikut: 1) guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, 2) guru mendesain kelas sebagaimana mestinya, 3) guru menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, 4) untuk memantapkan penguasaan peserta didik, mereka diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari atau dihafal, 5) semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu yang dipegangnya, 6) kegiatan ini diulang sampai peserta didik dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (Take and Give), 7) untuk mengevaluasi keberhasilan peserta didik, guru dianjurkan memberi pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartu, 8) metode ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan; 9) guru menutup pembelajaran.

  Metode Take and Give memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan dan situasi pembelajaran, 2) melatih peserta didik untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain, 3) melatih peserta didik untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelas, 4) memperdalam dan mempertajam pengetahuan peserta didik melalui kartu yang dibagikan, dan 5) meningkatkan tanggung jawab peserta didik, sebab masing-masing peserta didik dibebani pertanggungjawaban atas kartunya masing-masing.

  Metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya 1) kesulitan untuk mendisiplinkan peserta didik dalam kelompok-kelompok, 2) ketidaksesuaian skill antara peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang baik dan kurang, 3) kecenderungan terjadinya free riders dalam setiap kelompok, utamanya peserta didik yang akrab satu sama lain.

  Pembelajaran PAI dengan Metode Take and Give METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka melakukan perbaikan mutu pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan secara langsung pada saat guru dan peserta didik melakukan proses pembelajaran, yaitu menggunakan bentuk kolaboratif, dengan guru sebagai mitra kerja peneliti. Penelitian ini juga termasuk penelitian kuantitatif, sebab menunjukkan penerapan suatu teknik pembelajaran serta hasil penerapannya.

  Penelitian ini dilaksanakan di MI Darul Ulum Tambak Rejo Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2014/2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas II-C sebanyak 37 siswa, terdiri dari 21 perempuan dan 16 laki-laki pada pokok bahasan Asmaul Husna.

  Desain Penelitian

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Kurt Lewin (Wiriatmadja, 2007:11) mengemukakan suatu model penelitian tindakan yang berbentuk spiral. Hal ini didasarkan bahwa tindakan yang diberikan tidak hanya diberikan satu kali, tetapi dapat beberapa kali. Lewin menjelaskan bahwa dalam spiral penelitian tindakan kelas terdapat empat proses, meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

  Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena apabila pada awal pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.

  

Gambar 1 : Model Kurt Lewin Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah

  Dari gambar tersebut, dijelaskan siklus penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin meliputi: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun dengan matang, peneliti memulai pelaksanaan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan (observing) dikelas yang meliputi: 1) mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; 2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar peserta didik dalam kelompok, 3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas. Keempat, pada tahap terakhir peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan (reflecting). Berdasarkan data hasil refleksi, pengamat merevisi rancangan kembali untuk dilakukan pada tahap selanjutnya.

  Pada awal pelaksanaan pembelajaran peserta didik diberikan soal pre-test dan setelah pelaksanaan pembelajaran soal post-test diberikan saat akhir pembelajaran.

  Kriteria Keberhasilan Tindakan

  Berdasarkan panduan umum pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentukan dalam satu kompetensi dasar berkisar antara 0-100. Kriteria untuk masing-masing indikator 75.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan metode Take and Give yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Sementara wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar mengajar yang dialami. Tes digunakan untuk memeroleh data tentang hasil belajar siswa kelas II dalam pemahaman materi Asmaul Husna yang terdiri dari pre-test dan post-test. Yang terakhir, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai penunjang data.

  Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode Take and Give ini meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa, media kartu Take and Give, lembar pre-test dan post-test.

  Pembelajaran PAI dengan Metode Take and Give Analisis Data

  Berdasarkan jenis data penelitian, analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif terkait dengan penerapan metode Take and Give, untuk melihat pola dan kecenderungan langkah-langkah tindakan yang dilakukan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dipaparkan dalam bentuk deskriptif.

  Sementara data kuantitatif berkaitan dengan data hasil belajar yang dianalisis dengan cara menghitung ketuntasan belajar peserta didik. Sesuai panduan umum kurikulum tingkat satuan pendidikan, seorang peserta didik dinyatakan tuntas jika 75% siswa memeroleh nilai ≥ 75. Kriteria ketuntasan dikategorikan menjadi ketuntasan secara klasikal dan individual. Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal, digunakan rumus di bawah ini:

  ∑nilai peserta didik − = ∑peserta didik

  Prosentase ketuntasan peserta didik secara individual, dapat dihitung dengan cara:

  ∑peserta didik yang tuntas belajar = x100% ∑peserta didik

  Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil pra siklus untuk mengetahui persentase peningkatan pemahaman peserta didik kelas II pada pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna di MI Darul Ulum Tambak Rejo.

  Hipotesis Tindakan

  Metode Take and Give dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna di kelas II MI Darul Ulum Tambak Rejo.

  HASIL ANALISIS DATA Pra Siklus

  Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas II-C di MI Darul Ulum Tambak Rejo pada materi Asmaul Husna. Guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional yakni menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah dan menghafal kalimat Asmaul Husna secara berpasangan. Strategi yang dilakukan guru cukup efektif namun peserta didik kurang tertarik dan merasa bosan akibatnya materi pelajaran kurang bisa diterima peserta didik secara menyeluruh. Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah

  Sebelum diterapkannya metode Take and Give peserta didik kelas II memiliki hasil belajar di bawah nilai kompetensi ketuntasan minimal pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak ditemukan dari 37 peserta didik hampir 60% peserta didik tidak dapat memahami Asmaul Husna dengan baik dan benar.

  Siklus 1 Tahap Perencanaan

  Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, kartu Asmaul Husna, soal pre-test dan post-test. Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu: lembar observasi guru dan siswa, pedoman wawancara, indikator penilaian tes evaluasi.

  Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

  Peneliti melakukan pelaksanaan pembelajaran di MI Darul Ulum Tambak Rejo pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 09.20-10.30 WIB, di kelas II-C dengan jumlah peserta didik 37 anak. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah tersusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

  Sebagai langkah awal, guru memberikan lembar pre-test dengan tujuan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman peserta didik dalam memahami materi Asmaul Husna sebelum diterapkannya metode Take and Give. Adapun hasil dari pelaksanaan

  pre-test

  disajikan dalam diagram berikut:

  Diagram Nilai Hasil Pre-test Diatas KKM 35%

  Dibawah KKM 65%

  

Diagram 1: Nilai Hasil Pre-test

  Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 35% peserta didik yang memeroleh nilai di atas KKM sedangkan untuk peserta didik yang memiliki nilai di

  Pembelajaran PAI dengan Metode Take and Give

  bawah KKM mencapai prosentase sebesar 65%. Dengan hasil nilai rata-rata kelas di bawah KKM yaitu 62. Hal tersebut dikarenakan peserta didik belum memahami sepenuhnya materi Asmaul Husna pada pelajaran Aqidah Akhlak meskipun sebelumnya telah diajarkan oleh guru mata pelajarannya.

  Setelah mengadakan pre-test, guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode Take and Give. Dalam melaksanakan metode ini guru menggunakan media kartu Asmaul Husna. Setiap peserta didik mendapatkan kartu Asmaul Husna, kemudian peserta didik mempelajari kartu yang telah didapatkan masing-masing. Didalam kartu terdapat pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, dengan peserta didik saling memberi dan menerima informasi peserta didik dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada kartu Asmaul Husna. Dibelakang kartu peserta didik menuliskan nama teman yang informasinya sesuai dengan jawaban dari pertanyaan yang peserta didik dapatkan. Semakin banyak nama teman yang didapat, semakin bagus pula nilai yang akan didapatkannya.

  Peserta didik terlihat antusias dan merasa senang dengan pembelajaran menggunakan metode Take and Give dibuktikan dengan suasana kelas yang hidup karena peserta didik saling bertukar informasi supaya dapat menjawab pertanyaan pada kartu yang peserta didik dapatkan.

  Diakhir pembelajaran guru memberikan soal post-test dengan tujuan mengukur pemahaman peserta didik setelah dilakukannya proses pembelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna dengan metode Take and Give. Adapun hasil dari pelaksanaan

  post-test sebagai berikut.

  Diagram Nilai Hasil Post-test Sesuai KKM

  27% Diatas KKM 73%

  

Diagram 2: Nilai Hasil Post-test

  Dari diagram di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh peserta didik (100%) telah mencapai nilai KKM yaitu 75, dengan pembagian 73% peserta didik memiliki nilai di atas 75 dan 27% peserta didik memiliki nilai 75 sesuai dengan KKM. Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata kelas, diperoleh skor 85. Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah Pengamatan

  Berdasarkan hasil pengamatan, mulai kegiatan awal pembelajaran, peserta didik antusias mengikuti pembelajaran. Peserta didik merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru dan memusatkan perhatian kepada guru ketika diperkenalkan metode Take and Give. Ketika guru menggunakan media kartu Asmaul Husna, peserta didik terlihat tertarik pada media yang digunakan oleh guru. Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam RPP. Guru memberikan pertanyaan mengenai materi pembelajaran kemudian peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, peserta didik yang lain dan guru memberi tanggapan. Kemudian peserta didik mengerjakan dengan tertib saat dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan oleh guru. Diakhir pembelajaran, peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

  Saat pembelajaran berlangsung peserta didik terlihat sangat senang, terutama dengan menggunakan metode Take and Give. Dengan kartu Asmaul Husna yang dibagikan kepada peserta didik, mereka terlihat antusias untuk saling memberikan informasi kepada teman yang lainnya. Guru telah melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan baik.

  Refleksi

  Pembelajaran yang telah dilakukan terlaksana dengan baik, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Penerapan metode ini berjalan sesuai dengan skenario yang telah disusun. Meskipun terdapat kendala seperti keadaan peserta didik yang kurang terkendali, hal itu dikarenakan peserta didik sangat antusias dengan metode yang diberikan dampaknya melebihi jam pelajaran yang ditentukan. Namun, peserta didik merasa tidak tergesa-gesa dengan jam pulang yang sedikit melebihi jam pelajaran, mereka masih tetap menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

  PEMBAHASAN

  Penerapan metode Take and Give pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas II di MI Darul Ulum Tambak Rejo diawali dengan pre-test dan diakhiri dengan pro-test. Dalam penerapan metode ini, guru menggunakan media kartu Asmaul Husna yang didalamnya berisi informasi dan pertanyaan. Peserta didik saling bertukar informasi mengenai informasi yang telah mereka dapatkan pada kartu Asmaul Husna kemudian menjawab pertanyaannya. Peserta didik terlihat senang, aktif dan partisipatif dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Take and Give .

  Berdasarkan hasil pre-test yang dilaksanakan sebelum diterapkannya metode

  Take and Give

  dapat diketahui bahwa terdapat 35% peserta didik memiliki nilai di atas KKM sedangkan untuk peserta didik yang memiliki nilai di bawah KKM

  Pembelajaran PAI dengan Metode Take and Give

  mencapai prosentase mencapai 65%. Dengan hasil nilai rata-rata kelas di bawah KKM yaitu 62. Sedangkan hasil post-test yang dilaksanakan setelah diterapkan metode

  Take and Give

  bahwa peserta didik 100% telah mencapai nilai KKM yaitu 75, dengan pembagian 27% peserta didik memiliki nilai di atas 75 dan 73% peserta didik memiliki nilai 75 sesuai dengan KKM. Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata kelas mendapatkan hasil nilai rata-rata kelas mencapai 85.

  Dalam menerapkan metode Take and Give pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi asmaul husna di kelas II, peneliti menemui beberapa hambatan diantaranya: 1) dalam melakukan metode ini peserta didik menjadi aktif di dalam kelas terutama ketika melakukan tanya jawab dan kegiatan tukar informasi dengan teman-temannya sehingga diperlukannya pengelolaan kelas yang tepat dengan bimbingan ekstra dari guru sehingga pembelajaran berlangsung kondusif, 2) waktu pembelajaran yang cukup singkat sehingga peserta didik merasa kurang puas ketika saling bertukar informasi dengan teman-temannya, 3) peserta didik yang memiliki respon yang cepat akan mendapatkan banyak nama teman di daftar list nya sedangkan bagi peserta didik yang kurang tanggap dalam hal merespon akan mendapatkan sedikit nama teman. Hal ini berdampak pada rasa percaya diri dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.

  PENUTUP Kesimpulan

  Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan metode Take and Give pada materi Asmaul Husna kelas II di MI Darul Ulum Tambak Rejo dilaksanakan sebanyak satu siklus. Setelah menerapkan metode Take and Give, kemampuan peserta didik dalam memahami materi asmaul husna pada mata pelajaran Aqidah Akhlak mengalami peningkatan dari 35% menjadi 100%. Nilai rata-rata siswa juga meningkat dari 62 menjadi 85.

  Adapun hambatan dalam menggunakan metode ini adalah perlunya penanganan ekstra dalam mengondisikan kelas, membutuhkan waktu yang cukup lama, kemampuan internal individu seperti daya cepat tanggap peserta didik.

  Saran

  Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya memiliki kekayaan keanekaragaman dalam metode dan media pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan bagi peserta didik. Metode pembelajaran Take and Give merupakan satu dari sekian metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Penelitian ini dapat digunakan oleh seorang guru sebagai salah satu acuan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siti Romlah - Nuri Wahidatus Solihah

  Penelitian ini dilakukan dalam 1 siklus, tentunya masih banyak perbaikan yang diperlukan. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan dan penyempurnaan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

  

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Max, dkk,. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

  Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan

  Profesi Guru . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

  Sudjanto, Agus. 1997. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.