T2 092013020 BAB VIII

Bab Delapan

Kesimpulan Dan Saran

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab
ini penulis hendak memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil
akhir dari penyusunan tesis. Terkait dengan temuan di lapangan,
penulis menemukan ada tiga kelompok masyarakat yang berhubungan
dengan persepsi terhadap rencana pembangunan PLTP dan dipakai
sebagai narasumber. Ketiga kelompok tersebut adalah kelompok
masyarakat yang setuju, kelompok masyarakat yang tidak setuju dan
kelompok masyarakat yang ragu menentukan sikap terhadap rencana
pembangunan PLTP di Desa Idamdehe.
Dalam konteks masyarakat Desa Idamdehe, partisipasi yang
dilakukan oleh masyarakat tidak lepas dari peran aktor. Peran aktor
terlihat sangat dominan dalam mempengaruhi masyarakat. dalam hal
ini adalah memberikan Informasi yang positif tentang Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi, serta mengarahkan masyarakat untuk ikut
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Desa Idamdehe.
Peran aktor-aktor, yaitu pihak perusahaan, pemerintah daerah dan
Pemerintah Desa tersebut, sudah terlihat sejak awal kegiatan yang

dilakukan oleh Pihak Perusahaan, yaitu pada Tahun 2008 sampai pada
Tahun 2012.
Ada tiga kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan
dan Pemerintah Daerah dalam kurung waktu lima Tahun. Di
antaranya survey, sosialisasi dan pengeboran. Dalam kegiatan survey
awal, partisipasi masyarakat sudah dikondisikan dan sudah
dijadwalkan oleh pemerintah Desa Idamdehe. Kegiatan berikutnya,
yaitu kegiatan sosialisasi. Pada tahapan ini masyarakat menerima
informasi tentang Pembangkit Listrik Tenaga Panss Bumi. Informasi
yang disampaikan bersifat satu arah, yaitu informasi yang bernilai
positif dan informasi tersebut di diterima mentah-mentah oleh
masyarakat. Hal tersebut membuat persepsi masyarakat mulai
79

terbentuk dan berimplikasi terhadap sikap mayoritas masyarakat yang
menyetujui rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi. Masyarakat juga mempunyai harapan yang kuat sehingga
membuat mereka berharap pembangunan PLTP segera direalisasikan.
Pada tahap selanjutnya, ketika pihak perusahaan sudah
melakukan pengeboran, membuat masyarakat yakin terhadap adanya

perubahan faktor ekonomi yaitu ketika mereka ikut berpartisipasi
dalam kegiatan dan diberikan upah/uang. Hal tersebut sesuai dengan
harapan mereka, bahwa kegiatan ini akan membantu dalam aspek
ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan.
Dalam konteks pembangunan, penulis beranggapan bahwa
proses pembangunan yang dilakukan di Desa Idamdehe masih
melakukan proses pembangunan yang Top-Down dengan partisipasi
semu. Masyarakat masih dipandang sebagai objek dari pembangunan
dan seolah-olah diikutsertakan dalam kegiatan. Namun realitasnya
adanya mobilisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa, perusahaan
dan pemerintah daerah dalam proses partisipasi yang terjadi.
Bicara pembangunan berkelanjutan dalam konteks masyarakat
Desa Idamdehe, perlu bercermin pada 27 prinsip Deklarasi Rio yang
pernah dipaparkan oleh Rogers, Jalal dan Boyd (2008 :346-347).
Berdasarkan temuan di lapangan pembangunan yang terjadi di Desa
Idamdehe belum mencerminkan konsep dan prinsip-prinsip dari
pembangunan berkelanjutan. Pertama, karena masyarakat masih
dipandang sebagai objek dari pembangunan bukan subjek (prinsip 1).
Kedua, pembangunan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
lokal guna memberantas kemiskinan dan tepat sasaran (prinsip 5 dan

6). Ketiga, tidak adanya akses terhadap informasi (access to
information, prinsip 10). Keempat, belum adanya keikutsertaan penuh
perempuan dalam pembangunan yang terjadi (prinsip 20), dan kelima,
partisipasi publik dalam pengambilan keputusan (public participation
in decision making, prinsip 22).
Belajar dari pengalaman ini, proses pembangunan yang sedang
sedang berlangsung di Desa Idamdehe, masih di dominasi oleh kaum
elit. Hal tersebut bisa terlihat dalam proses pengambilan keputusan,
80

Sehingga dalam proses pembangunan tersebut bisa dikatakan bahwa
partisipasi masyarakat masih minim dalam setiap kegiatan yang
dilakukan di Desa Idamdehe Pembangunan yang akan terjadi nantinya
hanya akan memberikan kontribusi terhadap kepentingan para elit,
dan mengesampingkan kepentingan masyarakat Desa Idamdehe selaku
target dari pembangunan. Akan tetapi masuknya PLTP juga
menyimpan potensi konflik yang suatu saat bisa saja mengganggu
stabilitas kehidupan masyarakat. Sumber daya manusia masyarakat
Desa Idamdehe belum memenuhi standar untuk bekerja pada posisi
yang stategis dalam perusahaan, sehingga akan menimbulkan

kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan pendatang.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil tersebut maka
penulis berusaha memberikan saran. Pertama, pihak perusahaan perlu
memberikan pemahaman dan sosialisasi yang berhubungan dengan
dampak negatif dari pembangunan PLTP, sehingga masyarakat
mempunyai pengetahuan untuk memanajemen bencana.
Kedua, Perlunya melibatkan masyarakat selaku salah satu
stakeholder pembangunan dalam menentukan atau membuat
keputusan sampai pada tahap evaluasi.
Ketiga, Pemerintah daerah dalam pengembangan program
PLTP, diharapkan tetap konsisten pada keberlanjutan kehidupan
masyarakat lokal, bukan hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga
dalam aspek sosial dan lingkungan.

81