Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DAN TEKNIK
MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA
Indra Martha Rusmana
Program Studi Pendidikan Matematika FTMIPA Unindra PGRI Jakarta
Jl. Nangka No. 58 C Tanjung Barat, Jagakarsa – Jakarta Selatan
indramartharusmana@ymail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui : 1) pengaruh penggunaan metode
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika; 2) pengaruh penggunaan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika; 3) pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran
dan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan metode
kuasi eksperimen dengan mengambil responden sebanyak 120 responden. Penelitian ini
dilaksanakan pada 2 SMA di Kabupaten Serang. Teknik pengolahan dan analisa data
menggunakan Anova 2 arah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 13.0 for
windows pada taraf signifikansi 0,05. Penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan utama, yaitu ;
pertama, tidak terdapat pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil
belajar matematika; kedua terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan teknik

motivasi terhadap hasil belajar matematika; ketiga tidak terdapat pengaruh interaksi
penggunaan metode pembelajaran dengan teknik motivasi terhadap hasil belajar
matematika siswa
Implikasi dalam penelitian ini mencakup (1) penggunaan metode pembelajaran resitasi
menjadikan hasil belajar matematika menjadi lebih baik daripada metode pembelajaran
konvensional; (2) penggunaan teknik motivasi non verbal lebih berpengaruh dalam
meningkatkan hasil belajar matematika; selain itu, (3) penggunaan metode pembelajaran
resitasi dan teknik motivasi non verbal secara bersamaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Kata Kunci : metode pembelajaran, teknik motivasi, hasil belajar matematika

PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan mengembangkan daya
pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Hal ini diperkuat menurut Ruseffendi (1991: 260),
yang menyatakan bahwa ”matematika timbul karena pikiran-pikiran yang berhubungan dengan
ide, proses dan penalaran”.
Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari secara bertahap dan
berkelanjutan. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Suherman, dkk (2003: 22) bahwa “konsepkonsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep

yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks”. Oleh karena kehierarkisan
matematika tersebut, maka dalam belajar matematika harus dilakukan secara bertahap,
berurutan disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa dan berkelanjutan
berdasarkan pada pengalaman yang lalu. Siswa tingkat sekolah menengah pertama (SMP) akan
mempelajari konsep matematika berdasarkan pemahaman konsep matematika yang diperoleh di
bangku sekolah dasar (SD), begitu pula siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA) akan
mempelajari konsep matematika berdasarkan konsep yang diperoleh di SMP.
283

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari metode pembelajaran. Pemilihan
model/metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar dalam hal ini
keberhasilan belajar siswa. Metode yang digunakan tidak sembarangan, melainkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zaid, 2002: 177). Salah satu kenyataan yang
sering hadir pada pembelajaran matematika adalah bahwa pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dewasa ini lebih cenderung pada pencapaian target materi atau sesuai isi materi
buku yang digunakan sebagai buku wajib dengan berorientasi pada soal-soal ujian nasional.

Akibatnya kecerdasanyang dimiliki oleh siswa tidak tergali dengan baik.
Berkenaan dengan hal di atas, Ruseffendi (1991: 157) menyatakan ”terdapat banyak anak
yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana banyak yang tidak dipahaminya, bahkan
banyak konsep yang dipahami secara keliru, matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar,
ruwet dan banyak memperdayakan”. Hal ini membuktikan bahwa banyak anak yang mengalami
kesulitan belajar matematika disebabkan mereka bukan memahami konsepnya melainkan hanya
menghafalnya, sehingga dalam menerapkan suatu konsep matematika, mereka tidak dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain konsep belajar yang keliru, pandangan siswa terhadap matematika sebagai ilmu
yang sukar dan ruwet juga karena di pengaruhi oleh motivasi belajar mereka yang rendah.
Ketika siswa merasa tidak dapat mengerjakan soal matematika, maka mereka akan berhenti
sampai di situ tanpa mau lagi berusaha mengerjakannya. Apalagi jika guru matematika diam
tidak memperhatikan siswa tersebut, maka akan terjadi rasa malas dan tidak berminat untuk
belajar matematika.
Walaupun matematika merupakan pelajaran yang berdaya guna tinggi, namun sebagian
besar siswa masih kurang termotivasi dalam belajar matematika. Mereka masih beranggapan
bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, sukar, dan menegangkan. Hal ini didukung
dengan sebagian besar guru matematika yang berpenampilan kurang familiar atau terlalu serius,
selain itu kurang adanya teknik motivasi yang diberikan kepada siswa yang berkemampuan
kurang terhadap matematika.

Sehingga motivasi belajar siswa dalam mempelajari matematika kurang optimal dan
menjadikan hasil belajarnya menjadi rendah. Hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri, seperti; motivasi, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan emosional,
rasa percaya diri, kemandirian, sikap dan lainnya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar diri siswa, seperti ; sarana dan pra sarana, lingkungan, kurikulum, metode
mengajar, dan motivasi dari guru itu sendiri.
Dari kedua faktor tersebut, ternyata saling mendukung satu sama lain. Metode mengajar
dan guru menjadi faktor eksternal yang paling berpengaruh di dalam kelas. Jika metode yang
digunakan hanya mencatat, kemudian memberikan tugas tanpa diperiksa hasil pekerjaan siswa,

284

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

maka hasil belajar akan rendah. Begitu pula jika terdapat siswa yang kurang dalam pelajaran
matamatika, kemudian guru tersebut diam tanpa memberikan motivasi kepada siswa tersebut,
maka hasil belajar dan motivasi belajar siswa tersebut akan rendah. Selain itu, motivasi juga

biasanya berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dengan belajar di rumah dan belajar di sekolah
yang dipandu oleh guru. Jika hasil belajar siswa rendah, maka guru dapat memberikan siswa
tersebut berupa hadiah agar mereka lebih semangat untuk belajar dan mencapai hasil yang
diinginkan.
Dengan demikian metode pembelajaran yang menarik dan teknik motivasi yang
dilakukan guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu
metode pembelajaran dan teknik memotivasi

diharapkan dapat merangsang kemampuan

berpikir siswa secara aktif dan kreatif, karena dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga
menghasilkan proses belajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Keberhasilan proses belajar dan mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
pemilihan metode/ model pembelajaran, minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan
peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa serta motivasi dari siswa itu sendiri untuk
belajar dan memahami materi.
Pemilihan metode pembelajaran yang baik agar hasil yang optimal dapat diperoleh
merupakan suatu hal yang penting. Karena hal ini dapat memotivasi siswa untuk
mengembangkan pengetahuannya tanpa merasa bahwa materi yang diberikan oleh guru sangat

menyulitkan dan membosankan. Berdasarkan hal inilah, seorang pendidik dan pengajar harus
mampu memberikan motivasi yang besar kepada siswanya agar dapat menerima materi yang
disampaikan dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran merupakan strategi guru dalam
proses pembelajaran matematika hendaklah dapat merangsang dan melibatkan siswa secara
aktif, baik secara fisik (psikomotor), intelektual (kognitif), dan emosionalnya (afektif).
Permasalahan-permasalahan di atas, yaitu kurangnya variasi dalam penggunaan metode
pembelajaran yang dilakukan guru dan kurangnya kreativitas guru dalam memotivasi siswa
untuk belajar serta rendahnya hasil belajar matematika juga dialami pada siswa SMA di wilayah
Kota Serang. Hal ini masih terlihat dari hasil belajar matematika siswa masih rendah jika
dibandingkan dengan pelajaran yang lain, baik dari hasil ulangan harian, ujian tengah semester,
ujian akhir semester, bahkan ujian akhir nasional.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan suatu kajian atau penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode
Pembelajaran dan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA”.
Eksperimen dilakukan pada siswa kelas X di SMA Islam Al-Fahmi dan SMA Nusantara Serang.

285

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012


Pendidikan Matematika 3

KAJIAN TEORI
Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 729) definisi belajar yaitu ”usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa
tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang
bersangkutan”.
Sedangkan menurut Hamalik, O (2009: 27) belajar didefinisikan yaitu modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing).”

Berdasarkan teori dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku yang menetap pada pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang didapatkan melalui dari
pengalaman yang dilalui atau latihan yang berulang-ulang.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan puncak atau akhir dari suatu kegiatan belajar. Menurut Slameto
(2003: 3) menyatakan ”hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi secara
berkesinambungan dan tidak statis”

Belajar merupakan proses yang unik di mana banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1.

Faktor intern, yakni faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor
individual. Menurut Slameto faktor individual dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu : “(1)
faktor jasmaniah, (2) faktor psikologis, dan (3) faktor kelelahan”.

2.

Faktor ekstern, yakni faktor yang ada di luar siswa atau faktor sosial.

Slameto

menjabarkan lagi faktor ini menjadi tiga faktor, yaitu “faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung
menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:
1.


Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa

2.

Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

3.

Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya,
membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai
alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.

4.

Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama
dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya
Berdasarkan pendapat-pendapat dan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah puncak atau akhir dari kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah


286

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

laku yang dapat dilihat dan diukur, yaitu berupa kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
keterampilan (psikomotor) yang terjadi secara berkesinambungan dan bersifat dinamis.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang didapatkan dan dipelajari oleh
siswa mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang penerapannya benar-benar sangat bermanfaat di dalam
kehidupan, mulai dari transaksi jual-beli di pasar, transaksi di bank sampai dengan program
pengiriman pesawat ke luar angkasa semuanya menggunakan matematika.
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan
antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif
melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk
mempelajari konsep Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta

yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru
yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar
induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari
Matematika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah pengetahuan atau keterampilan yang dikuasai dan dimiliki oleh siswa setelah
menerima pengalaman belajar matematika di sekolah dan hasilnya dapat berupa pengetahuan,
pemahaman konsep, perhitungan dan pemecahan masalah yang dapat dituliskan berupa nilai
(angka atau huruf) atas suatu tes tertentu.
Metode Pembelajaran Resitasi
Dalam proses belajar mengajar, agar siswa dapat belajar dengan baik sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka guru harus memiliki keterampilan, yaitu dengan menguasai
metode mengajar. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru
mengadakan interaksi dengan siswa, pada saat berlangsungnya pengajaran. Salah satu metode
mengajar yang digunakan ialah metode Resitasi (penugasan), di mana metode ini adalah
penyajian bahan dimana guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Tugas tersebut dapat dilaksanakan di kelas, luar sekolah, di laboratorium, di perpustakaan atau
di mana saja (Djamarah, 1995:96).
Kegiatan interaksi belajar harus selalu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Selama
dalam lingkungan sekolah, siswa memiliki beragam aktifitas yang dilaksanakan oleh sekolah,
sehingga menyita banyak waktu siswa untuk mempelajari materi yang telah diberikan oleh guru.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan memberikan tugas-tugas yang dapat
dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran sekolah, hal ini dikarenakan jumlah jam untuk setiap

287

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

mata pelajaran di sekolah dibatasi hanya 45 menit (untuk siswa SMA), hal ini tidak akan
mencukupi tuntutan kurikulum akan tuntasnya materi yang disediakan di dalam kurikulum.
Dalam pemberian tugas ini, guru diharapkan dapat membahas dan mengecek tugas yang
telah diberikan pada pertemuan selanjutnya, sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam
mengerjakan tugas yang diberikan pada kegiatan selanjutnya. Selain dibahas dan dicek, tugas
yang diberikan oleh guru hendaknya dievaluasi dan diberi nilai sesuai dengan kemampuannya.
Sistem pemberian tugas semacam inilah yang disebut dengan resitasi.
Selain itu, metode resitasi sering disebut juga metode pemberian tugas yaitu guru
memberikan seperangkat tugas kepada siswa untuk dipelajari atau untuk dikerjakan baik secara
individu maupun kelompok dan disusun berupa laporan atau resume kemudian hasilnya
didiskusikan di kelas atau dibahas.
Metode resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang
lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari materi lebih terintegrasi (Rostiyah, 2001:133). Dengan
melaksanakan tugas siswa menjadi aktif belajar dan terangsang untuk meningkatkan belajar
yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab.
Metode resitasi ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri
dan mendidik siswa untuk bertanggung jawab dalam melaksakan tugas, sehingga baik disadari
maupun tidak siswa mampu bekerja atau belajar sendiri tanpa disuruh.
Menurut Djamarah (1995:97) Langkah-langkah yang harus digunakan dalam metode
Resitasi, yaitu:
a. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan
1) kemampuan siswa;
2) tujuan yang akan dicapai;
3) jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan;
4) ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa; dan
5) sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b. Fase pelaksanaan tugas
1) diberikan bimbingan / pengawasan oleh guru
2) diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja
3) diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
4) dianjurkan siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c. Fase pertanggungjawaban tugas
1) laporan siswa baik tulis/ lisan dari apa yang telah dikerjakan
2) ada tanya jawab/ diskusi kelas
3) penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lain.

288

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pada fase pertanggung jawaban tugas inilah yang disebut Resitasi.
Motivasi Belajar
Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk
belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Keinginan atau dorongan inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi
dua hal : (1) mengetahui apa yang akan dipelajari ; dan (2) memahami mengapa hal tersebut
patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan
yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan
tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil
(M., Sardiman A. 2007 : 40).
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu ; (1) Kebutuhan, (2) Dorongan dan (3)
Tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia
miliki dan ia harapkan. Sedangkan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan/ kebutuhan tersebut. Selain itu, dorongan pun
merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.
Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi.
Para pakar humanistik menitikberatkan pentingnya motivasi dari dalam diri sendiri ( self
motivation), mereka menganjurkan agar para guru mendorong berkembangnya rasa ingin tahu

dan minat siswa dalam belajar. Sedangkan para pakar behavioristik menekankan pula
pentingnya persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi siswa.
Mereka menganjurkan agar para guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang
menimbulkan perasaan senang dan membentuk tingkah laku siswa melalui pemberian hadiah
atau hal lainnya, ini berarti seorang guru harus mengetahui teknik motivasi agar siswa dapat
termotivasi dalam belajar.
Dilihat dari jenisnya, terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi instrinsik (motivasi yang
berasal dari dalam diri seseorang) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang datangnya dari luar).
Untuk meningkatkan motivasi instrinsik siswa, seorang guru hendaknya mampu memberikan
motivasi yang sifatnya dari luar diri siswa tersebut, sehingga mampu membangkitkan minat dan
perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung.
Selain itu, seorang guru harus mampu mengarahkan siswanya untuk mau mengulang dan
mempelajari kembali di rumah terhadap materi-materi yang telah disampaikan di sekolah.
Mengingat demikian pentingnya motivasi belajar yang harus dimiliki oleh siswa, maka seorang
guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Sebagaimana yang
dikatakan Hakim dalam Rusmana, Indra M., (2009);
”Cara membangkitkan motif-motif ekstrinsik itu dapat dilakukan dengan
memiliki berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkan
motivasi belajar, diantaranya sebagai berikut:
a. Keinginan untuk mendapat nilai ujian yang baik
289

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pendidikan Matematika 3

Keinginan untuk menjadi juara kelas
Keinginan menjaga harga diri atau gengsi
Keinginan menjadi siswa teladan
Keinginan untuk menang bersaing
Keinginan untuk dikagumi, karena menjadi seseorang yang berprestasi
Keinginan untuk menutupi kekurangan diri dengan berprestasi tinggi
Keinginan untuk melaksanakan anjuran dari orang lain”
Selain itu, menurut Uno, Hamzah B. (2007:34), beberapa teknik motivasi yang dapat

dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pernyataan penghargaan secara verbal.
Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
Menimbulkan rasa ingin tahu.
Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.
Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.
Menggunakan materi yang dikenal sebagai contoh dalam belajar.
Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip
yang telah dipahami.
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
i. Menggunakan simulasi dan permainan.
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan
umum.
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam belajar.
l. Memahami iklim sosial dalam sekolah.
m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.
n. Memperpadukan motif-motif yang kuat.
o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara.
q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.
r. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa.
s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.
t. Memberikan contoh yang positif.
Pernyataan seperti ”Bagus Sekali”, ”Hebat”, ”Menakjubkan” di samping akan
menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan
pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,
sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu
diberikan di depan orang banyak.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan fakta empiris dan menganalisis tentang :
1.

Pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.

2.

Pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.

3.

Pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi terhadap hasil
belajar matematika.

Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan memberikan jenis
perlakuan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa. Satu kelompok dijadikan sebagai
290

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

kelompok eksperimen, yaitu diberikan perlakuan pembelajaran matematika dengan metode
pembelajaran resitasi, sedangkan kelompok yang satu lagi sebagai kelompok kontrol dengan
perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvesional. Dari masing-masing
kelompok kemudian diberikan teknik motivasi verbal dan teknik motivasi non-verbal.Perhatikan
tabel desain penelitian di bawah ini :
Tabel 1
Desain Faktorial 2 x 2 untuk
Variabel Metode Pembelajaran dan Teknik Motivasi

Resitasi
(A1)

Konvensional
(A2)

Jumlah

Metode Pembelajaran

Verbal (B1)

A1B1

A2B1

B1

Non Verbal (B2)

A1B2

A2B2

B2

A1

A2

AxB

Teknik Motivasi

Jumlah
Keterangan :
A1B1

: kelompok siswa dengan metode resitasi yang diberi teknik motivasi verbal
(eksperimen A).

A2B1

: kelompok siswa dengan metode konvensional yang diberi teknik motivasi verbal
(kontrol A).

A1B2

: kelompok siswa dengan metode resitasi yang diberi teknik motivasi non verbal
(eksperimen B).

A2B2

: kelompok siswa dengan metode konvensional yang diberi teknik motivasi non verbal
(kontrol B).

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X di SMA Nusantara dan SMA Islam
Terpadu Al-Fahmi Serang pada semester genap tahun ajaran 2010 – 2011.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi terukur adalah seluruh siswa kelas X SMA
di Serang. Sedangkan populasi targetnya adalah seluruh siswa SMA Islam Terpadu Al-Fahmi
dan SMA Nusantara kelas X, penulis bermaksud mengadakan uji coba di kelas X untuk bahasan
materi Logika Matematika.
Dalam penelitian ini sampel diambil sebanyak 100% dari kelompok eksperimen dan
100% dari kelompok kontrol dari masing-masing kelas di SMA Islam Al-Fahmi dan SMA
Nusantara. Jadi, penelitian ini menggunakan sampel populasi sebagai sampelnya.
291

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

Karena berjumlah 2 kelas pada masing-masing sekolah, maka sampel dibagi menjadi
30orang siswa dengan metode resitasi dan teknik motivasi verbal, 30 orang siswa dengan
metode resitasi dan teknik motivasi non verbal, 30 orang siswa dengan metode konvensional
dan teknik motivasi verbal serta 30 orang siswa dengan metode konvensional dan teknik
motivasi non verbal.
Prosedur
Prosedur penelitian ini memiliki tahapan sebagai berikut :
a.

Mendefinisikan dan merumuskan masalah

b.

Melakukan studi kepustakaan

c.

Merumuskan hipotesis

d.

Menentukan model atau desain penelitian

e.

Mengumpulkan data

f.

Mengolah dan menyajikan informasi

g.

Menganalisis dan menginterpretasikan data

h.

Membuat kesimpulan

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrumen penelitian yang dibuat peneliti
menggunakan soal tes yang berbentuk pilihan ganda dan angket atau kuesioner yang disebarkan
kepada sampel penelitian.
Teknik pengumpulan data variabel hasil belajar menggunakan data sekunder yang
dihasilkan setelah melakukan tes evaluasi akhir pelajaran matematika berupa tes pilihan ganda
dengan 5 item pilihan.
Pengumpulan data data dilakukan selama 2 bulan 3 minggu dan teknik pengolahan data
pada penelitian ini menggunakan aplikasi program pengolahan data SPSS 13.0 for windows.
Teknik Analisis Data
Uji statistik yang digunakan dalam analisis data adalah uji statistik inferensial dengan
menggunakan anova dua jalur menggunakan bantuan aplikasi program pengolahan data statistik
(Statistical Product and Service Solutions),SPSS 13.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dapat terlihat dalam Tabel 2. Dari data yang telah didapatkan dan diolah
dengan bantuan software SPSS 13.0 for windows pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kelas
yang di ajar dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi dan teknik motivasi non verbal
(A1B2) mempunyai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada kelas
yang lain yaitu sebesar 12,667, sedangkan untuk kelas A1B1 rata-ratanya 7,433, A2B1 rataratanya 6,833 dan A2B2 rata-ratanya adalah 12,633.
292

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Tabel 2. Rangkuman Data Hasil Penelitian

Teknik Motivasi

Resitasi
(A1)
nA1B1 = 30

Konvensional
(A2)
nA2B1 = 30

nB1 = 60

Verbal

XA1B1 = 7,433

XA2B1 = 6,833

XB1 = 7,133

S2

S2

S2B1= 1,501

(B1)
Teknik Motivasi
Non Verbal
(B2)

Jumlah

= 1,406

= 1,555

Jumlah

nA1B2 = 30

nA2B2 = 30

nB2 = 60

XA1B2 = 12,667

XA2B2 = 12,633

XB2 = 12,650

2

S

= 2,604

2

S

= 2,282

S2B2= 2,427

nA1 = 60

nA2 = 60

nT = 120

XA1 = 10,05

XA2 = 9,733

XT = 9,891

S2A1 = 3,357

S2A2 = 3,507

S2T= 3,432

Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang di ajar
dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi dan teknik motivasi non verbal lebih baik
daripada kelas lain yang menjadi sampel.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Ringkasan ANOVA 2 Jalur

Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis pertama dinyatakan dalam hipotesis statistik
sebagaiberikut :
Ho : μ1 = μ2 (tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika)
H1 : μ1 ≠ μ2 (ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika)
Dengan kriteria uji :

 Jika Fhitung> Ftabel, maka signifikan (tolak Ho)

 Jika Fhitung< Ftabel, maka tidak signifikan (terima Ho)
293

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung untuk mengetahui pengaruh
penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematikaadalah 0,734 sedangkan
Ftabel untuk dk1 = 1 dan dk2 = 119 adalah 3,92 dan ternyata harga Fhitung< Ftabel jadi H0 diterima,
yaitu tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.
Jika pun ada pengaruh, karena Sig. 0,393 > = 0,05 tetapi tidak signifikan pengaruhnya.
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis kedua yaitu dinyatakan dalam hipotesis
statistik sebagaiberikut :
Ho : μ1 =μ2 (tidak ada pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar
matematika)
H1 : μ1 ≠ μ2 (ada pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika)
Dengan kriteria uji:

 Jika Fhitung> Ftabel, maka signifikan (tolak Ho)

 Jika Fhitung< Ftabel, maka tidak signifikan (terima Ho)
Untuk melihat hasil uji hipotesis kedua, perhatikan tabel Ringkasan ANOVA di atas,
terlihat bahwa nilai Fhitung untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap
hasil belajar matematikasiswa adalah 222,888. Sedangkan Ftabel untuk dk1 = 1dan dk2 = 119
adalah 3,92 dan ternyata harga Fhitung> Ftabel jadi H0 ditolak, maka terdapat/ ada pengaruh
penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam hipotesis
statistik sebagaiberikut :
Ho : μ01=μ02 (tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik
motivasi terhadap hasil belajar matematika)
H1 : μ01≠μ02 (ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika)
Kriteria uji:

 Jika Sig. > = 0,05 (terima Ho)

 Jika Sig.  = 0,05, dalam hal ini Sig. > = 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik
motivasi terhadap hasil belajar matematika, karena Sig. > = 0,05 maka tidak dilakukan uji
lanjut untuk menentukan interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh

interaksi antara

penggunaan metode pembelajaran dengan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.
Hal ini dikarenakan penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi secara bersama-sama
menjadikan nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa perbedaannya tidak terlalu jauh.
294

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Selain hal tersebut di atas, ditemukan pula bahwa penggunaan metode resitasi lebih baik
dalam meningkatkan hasil belajar matematika, Kemudian teknik motivasi non verbal pun
ternyata lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa jika dibandingkan
dengan teknik motivasi verbal. Apalagi jika penggunaan metode pembelajaran resitasi dan
teknik motivasi non verbal dilakukan secara bersama-sama, maka hasil belajar matematika
siswa lebih baik daripada penggunaan metode pembelajaran konvensional dan teknik motivasi
verbal secara bersama-sama.
Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang variatif dan
penggunaan teknik motivasi non verbal dapat menjadikan siswa lebih tertarik dalam
mempelajari matematika sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat, baik terhadap
siswa yang berkemampuan biasa ataupun luar biasa.
Selain itu, secara umum ditemukan pula bahwa hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan menggunakan teknik motivasi verbal lebih tinggi daripada teknik motivasi nonverbal. Hal ini dikarenakan dalam diri siswa dan semua orang terdapat kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhi, salah satunya menurut Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Selama proses belajar di dalam kelas, siswa akan lebih merasa dihargai keberadaannya jika dia
dipuji dan mendapatkan ucapan-ucapan verbal di depan teman-temannya, sambil diberikan
reward. Dalam hal ini dituntut kemampuan guru untuk dapat memberikan ungkapan atau kata-

kata yang dapat memotivasi siswa dalam belajar dan pemberian reward secara variatif.
Selain itu, berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini maka dalam kapasitasnya
sebagai seorang pendidik atau guru matematika harus mampu memahami tingkat motivasi
belajar dari masing-masing siswa agar dapat dilakukan pemilahan dan perlakuan yang tepat
dalam kegiatan pembelajaran. Sementara dalam kapasitasnya sebagai pengajar, maka guru
matematika harus mampu mendesain rancangan kegiatan pembelajaran dengan memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan belajar siswa.
Dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran matematika, guru harus banyak
membaca dan saling berbagi pengetahuan baru serta mempelajari berbagai teori tentang metode
pembelajaran, sehingga guru dapat menerapkan ilmunya dengan baik.

Selain itu, wadah

MGMP

digunakan

(musyawarah

guru

mata

pelajaran)

matematika

dapat

dalam

mengembangkan kemampuan guru.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan analisis pengolahan data dengan
bantuan software SPSS 13.0 for windows, maka hasil penelitian dengan judul : Pengaruh
Penggunaan Metode Pembelajaran dan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa SMA (eksperimen dilakukan pada siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Al-Fahmi dan

295

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

SMA Nusantara pada semester genap tahun pelajaran 2010/ 2011), dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.

Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika, hal ini dikarenakan nilaiFhitung(0,724) Ftabel(3,92). Pengaruh teknik motivasi terhadap hasil
belajar matematika cukup signifikan.

3.

Tidak terdapat pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika, hal ini diperoleh dari nilai Sig. yang lebih besar dari  =
5% yaitu Sig. 0,445 > = 0,05.
Selain itu, didapatkan pula kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan metode

pembelajaran resitasi ini, yaitu :


Kelebihan :



1)

merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok

2)

mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru

3)

membina tanggung jawab dan disiplin siswa

4)

mengembangkan kreativitas siswa

Kekurangan :
1)

siswa sulit dikontrol, apakah benar tugas tersebut dikerjakan sendiri atau orang lain.

2)

untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya
adalah anggota tertentu saja, sedangkan yang lain tidak berpartipasi.

3) tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
Setelah melakukan penelitian dan melihat serta merasakan proses pembelajaran dengan
metode resitasi dan teknik motivasi verbal dan non verbal, serta memperhatikan simpulan di
atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pembaca khususnya tenaga pendidik (guru); pembelajaran dengan metode
pembelajaran resitasi dan teknik motivasi verbal dan non verbal dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan variatif serta dapat
diterapkan di kelas dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi menuntut siswa untuk
lebih mandiri dalam belajar. Sehingga guru diharapkan dapat membimbing siswanya dalam
belajar agar semua aspek kecerdasan yang dimiliki siswa dapat berkembang dengan optimal.
3. Karena dalam mengembangkan metode pembelajaran ini menggunakan musik sebagai latar
atau alat untuk membangkitkan motivasi siswa, yang merupakan salah satu teknik motivasi
non verbal maka sebaiknya audio yang digunakan dapat menggunakan media yang efektif
dan efisien.
296

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

4. Diperlukan kerjasama antar guru matematika dalam mengoptimalkan

kemampuan dalam

belajar matematika. Kerjasama ini diperlukan sebagai sarana tukar pengalaman mengajar
tentang metode pembelajaran resitasi dan metode yang digunakan oleh masing-masing guru
5. Bagi penelitian yang akan datang dan tertarik dengan penggunaan metode pembelajaran ini,
hendaknya mengembangkan instrumen lain untuk materi ajar yang berbeda atau untuk kelas
dalam jenjang pendidikan yang lain atau populasi yang tidak serupa dengan penelitian yang
telah dilakukan pada penelitian kali ini.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah & Zaid. (2002). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah. (1995). Strategi Belajar Mengajar . Banjarmasin: Rineka Cipta.
Gawatri, dkk. (2004). Matematika untuk Tingkat I SMK. Jakarta: Yudhistira.
Hamalik, Oemar. (2009). Psikologi Belajar dan Mengajar . Jakarta: PT Bumi Aksara
M,. Sardiman A. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rostiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Rineka Cipta.
Ruseffendi, E.T. (1991).Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Rusmana, Indra Martha. (2009). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Slim-n-Bil
Terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP.Skripsi, tidak
dipublikasikan. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Serang.
Slameto, (2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.
Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.
Uno, H. B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

297

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA SEBAGAI
BEKAL MENGIKUTI PEMBELAJARAN ARITMETIKA SOSIAL MELALUI
PENDEKATAN METAKOGNITIF DENGAN MENGINTEGRASIKAN SOFT
SKILL
Atma Murni
Dosen Pendidikan Matematika, Universitas Riau
E-mail: murni_atma@yahoo.co.id
Abstrak
Aritmetika Sosial merupakan materi matematika yang wajib dipelajari siswa kelas VII dan
kaya akan konsep-konsep bilangan bulat, pecahan, dan aljabar. Topik-topik yang dibahas
meliputi: untung, rugi, persentase untung, persentase rugi, diskon (rabat), neto, bruto, tara,
bunga tabungan dan pajak. Masalah yang dipecahkan terkait dengan masalah kontekstual
yang sering dijumpai dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa memecahkan masalah terkait
Aritmetika Sosial. Meskipun masalah yang dimunculkan berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, namun siswa masih mengalami kesulitan menerapkan konsep-konsep
prasyarat yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang diberikan. Untuk itu perlu
menganalisis kemampuan awal matematis (KAM) siswa dalam mengikuti pembelajaran
Aritmetika Sosial yang dilaksanakan melalui penerapan pendekatan metakognitif dengan
mengintegrasikan soft skill pada siswa kelas VII sekolah level tinggi dan sekolah level
sedang di Kota Pekanbaru. Data KAM dianalisis menggunakan uji t dan uji ANAVA satu
jalur. KAM siswa dikelompokan menjadi KAM atas, tengah, dan bawah. Hasil analisis
menyatakan bahwa: (1) rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi lebih besar dari rata-rata
KAM sekolah level sedang untuk ketiga pendekatan pembelajaran; (2) KAM siswa pada
setiap kelompok pembelajaran lebih dominan berada pada kategori tengah; (3) ada
perbedaan secara signifikan KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level sedang; (4)
ada kesetaraan rata-rata KAM siswa ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level
sekolah; dan (5) dari jawaban siswa terlihat siswa masih mengalami kekeliruan, kesulitan,
dan bahkan belum dapat menyelesaikan soal-soal materi prasyarat yang sangat diperlukan
dalam pembelajaran Aritmetika Sosial.
Kata kunci: Kemampuan awal matematis, aritmetika sosial, metakognitif, soft skill

PENDAHULUAN
Kemampuan awal siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa
dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Dengan memiliki kemampuan
awal tentang materi tertentu, siswa dapat dengan mudah mempelajari materi baru yang akan
diajarkan guru. Sebagaimana dinyatakan Arends (2008), bahwa kemampuan awal siswa untuk
mempelajari ide-ide baru bergantung pada pengetahuan awal mereka sebelumnya dan struktur
kognitif yang sudah ada.
Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum ia mulai dengan
pembelajarannya, karena dengan demikian dapat diketahui: (1) apakah siswa telah memiliki
pengetahuan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran; (2) sejauh mana siswa
telah mengetahui materi yang akan disajikan. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, guru akan
dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik.
Kenyataan sehari-hari dalam pembelajaran matematika menunjukkan seringkali guru
merancang dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan asumsi bahwa siswa telah memiliki
298

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

kemampuan awal matematis yang baik dan siswa belum mengetahui sama sekali materi yang
akan disajikan sehingga pembelajaran seringkali tidak diawali dengan menggali pengetahuan
awal matematis siswa yang relevan. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila
pembelajaran menjadi tidak efektif karena siswa belum mempunyai kesiapan untuk menerima
pelajaran.
Makalah ini khusus membahas tentang kemampuan awal matematis (KAM) siswa dalam
mengikuti pembelajaran Aritmetika Sosial yang dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan
penelitian yang menerapkan tiga pendekatan yaitu: (1) pembelajaran metakognitif dengan
mengintegrasikan soft skill (PMSS); (2) pembelajaran metakognitif (PM); dan (3) pembelajaran
konvensional (PK).
Biryukov (2003) mengemukakan bahwa metakognisi merupakan dugaan pemikiran
seseorang tentang pemikirannya yang meliputi pengetahuan metakognitif (kesadaran seseorang
tentang apa yang diketahuinya), keterampilan metakognitif (kesadaran seseorang tentang
sesuatu yang dilakukannya) dan pengalaman metakognitif (kesadaran seseorang tentang
kemampuan kognitif yang dimilikinya). Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran
metakognitif dalam penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
matematika terhadap siswa secara individual yang memiliki komponen: (1) menanamkan
kesadaran kepada siswa suatu proses bagaimana merancang, memonitor, dan mengevaluasi
aktivitas yang dilakukan untuk menentukan solusi dari suatu permasalahan; (2) memfokuskan
pertanyaan kepada pemahaman masalah; (3) mengembangkan hubungan antara pengetahuan
yang lalu dan sekarang; (4) menggunakan strategi penyelesaian permasalahan yang tepat; dan
(5) merefleksikan proses dan solusi.
Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian initidak hanya penerapan pembelajaran
metakognitif saja melainkan mengintegrasikannya dengan soft skill. Soft skill menurut
Mu‟addap (2010) bisa digolongkan kedalam dua kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal
skill. Intrapersonal skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri, sementara
interpersonal skill adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan

orang lain. Intrapersonal skill sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai
berhubungan dengan orang lain. Intrapersonal skill mencakup : (1) self awareness (kesadaran
diri), meliputi: (a) self confident (percaya diri), (b) self assessment (penilaian diri), (c) trait &
preference (berkarakter dan preferensi ), dan (d) emotional awareness (kesadaran emosional);

(2) self skill (keterampilan diri), meliputi: (a) improvement (kemajuan/perbaikan), (b) self
control (kontrol diri), (c) trust (percaya), (d) worthiness (bernilai), (e) time/source management

(manajemen waktu/sumber), (f) proactivity (proaktif), dan (g) conscience (hati nurani).
Interpersonal skill mencakup: (1) social awareness (kesadaran sosial), meliputi: (a) political
awareness (kesadaran politik), (b) developing others (mengembangkan orang lain), (c)
leveraging diversity (pengaruh yang berbeda), (d) service orientation (berorientasi pada

299

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

Pendidikan Matematika 3

pelayanan), dan (e) emphaty (empati); (2) social skill (keterampilan sosial), meliputi: (a)
leadership (kepemimpinan), (b) influence (pengaruh), (c) communication (komunikasi), (d)
conflict management (manajemen konflik), (d) cooperation (kooperatif), (e) team work (kerja

kelompok), dan (f) synergy (sinergi). Seiring dengan itu, Ayu (2011) juga menyatakan bahwa
soft skill dapat mempengaruhi seseorang untuk memperlihatkan dirinya lebih beretika, percaya

diri, dapat menghargai diri sendiri dan orang lain, dapat mengatur kepribadian dalam menjaga
emosi dan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian tentang metakognitif dan soft skill maka dapat dikemukakan
bahwa pembelajaran metakognitif dengan mengintegrasikan soft skill dalam penelitian ini
adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang memiliki komponen
pembelajaran metakognitif yang telah diuraikan di atas disertai dengan pembinaan soft skill
siswa (percaya diri, proaktif, empati, kerjasama tim dan komunikasi).
Kemampuan awal yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan awal matematis
siswa kelas VII yang diperlukan dalam mengikuti materi Arimetika Sosial. Topik-topik yang
dibahas dalam pembelajaran Aritmetika Sosial meliputi: untung, rugi, persentase untung,
persentase rugi, diskon (rabat), neto, bruto, tara, bunga tabungan dan pajak. Aritmetika Sosial
kaya dengan konsep-konsep bilangan bulat, pecahan, dan aljabar. Agar siswa tidak mengalami
kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran Aritmetika Sosial maka siswa perlu memiliki

kemampuan awal matematis yang optimal pada topik-topik prasyarat tersebut.
Tujuan akhir dari penelitian adalah mengungkap dan menganalisis secara komprehensif
hasil belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial. Hasil belajar matematika yang
dimaksud adalah kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM) dan kemampuan
representasi matematis (KRM) yang dijaring melalui tes.

Sehubungan dengan itu, KAM

menjadi salah satu aspek yang ditinjau dalam melakukan analisis peningkatan KPMM dan KRM
siswa melalui ketiga pendekatan pembelajaran pada sekolah level tinggi dan sekolah level
sedang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan tahap awal dari penelitian eksperimental-semu (quasiexperimental research) melalui penerapan pendekatan metakognitif dengan mengintegrasikan
soft skill dalam pembelajaran matematika untuk mengungkap peningkatan KPMM dan KRM.

Khusus untuk pembahasan dalam makalah ini dapat digolongkan pada penelitian deskriptif
yaitu mendeskripsikan KAM siswa yang diperlukan dalam mengikuti pembelajaran Aritmetika
Sosial. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII pada satu sekolah level tinggi dan satu
sekolah level sedang di Kota Pekanbaru sebanyak 202 orang. Pengambilan sekolah level tinggi
dan sedang dilakukan secara acak terhadap seluruh sekolah yang terdapat pada setiap level. Dari

300

Pendidikan Matematika 3

Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

tiap sekolah diambil tiga kelas yaitu: kelas eksperimen-1,

kelas eksperimen-2, dan kelas

kontrol.
Instrumen penelitian adalah tes KAM yang memuat materi prasyarat untuk mengikuti
pembelajaran materi Aritmetika Sosial pada kelas VII semester ganjil, yaitu: (1) operasi hitung
bilangan bulat; (2) pecahan; (3) operasi hitung pecahan; (4) operasi bentuk aljabar; dan (5)
persamaan linear satu variabel. Tes KAM menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 28 butir.
Sebelum tes KAM digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
Hasil uji coba tes KAM menunjukkan bahwa 26 butir soal dinyatakan valid dengan reliabilitas
sangat tinggi (0,919).
Tes KAM yang diberikan meminta siswa menuliskan langkah perhitungan yang
dilakukan pada tempat yang telah disediakan. Hal ini bertujuan melihat kemampuan siswa
dalam menguasai materi prayarat. Selain mendeskripsikan KAM setiap siswa, tes KAM juga
bertujuan untuk menentukan kategori kemampuan siswa yang terdiri dari kelompok atas,
tengah, dan bawah. Siswa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok KAM yaitu siswa kelompok
KAM atas, KAM tengah, dan KAM bawah. Kriteria pengelompokan berdasarkan skor rata-rata
(� ) dan simpangan baku (SB) menurut (Ratnaningsih, 2007) seperti tabel 1 berikut.
Data KAM siswa dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Langkah awal dilakukan
perhitungan rata-rata dan simpangan baku data KAM ketiga kelompok pendekatan
pembelajaran untuk setiap level sekolah. Bersamaan dengan itu dilakukan pengelompokan
siswa berdasarkan kategori KAM dan sekaligus menghitung rata-rata dan simpangan baku pada
setiap kategori KAM ketiga pendekatan pembelajaran. Langkah berikutnya dilakukan analisis
inferensial untuk menentukan perbedaan data KAM antar kedua level sekolah menggunakan uji
t dan menentukan kesetaraan data KAM ketiga pendekata