T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial pada Buruh Gendong dengan Pedagang dan Pembeli di Sub Terminal Agribisnis Jetis Bandungan T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan

merupakan

suatu

cara

untuk

memajukan

suatu

bangsa.

Pembangunan dalam sosiologi adalah cara menggerakkan masyarakat untuk mendukung
pembangunan (Adon Nasrullah Jamaludin, 2016:1). Menurut Arbi Sanit (Adon Nasrullah

Jamaludin, 2016:2), pembangunan pada hakikatnya merupakan usaha meningkatkan taraf
hidup masyarakat ke tingkatan yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih tentram, serta lebih
menjamin

kelangsungan hidup di hari depan. Dalam bukunya, Adon Jamaludin

menyatakan bahwa pembangunan merupakan proses penalaran dalam rangka menciptakan
kebudayaan dan peradaban manusia. Pembangunan tidak dapat berhenti atau dihentikan
karena manusia hidup selalu dipenuhi oleh suasana perubahan. Inti pembangunan bukan
hanya karena terjadinya perubahan struktur fisik atau material, melainkan juga menyangkut
perubahan sikap masyarakat.
Pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan aspekaspek materi dari kehidupannya sehari-hari. Demikian pembangunan merupakan suatu
proses perubahan suatu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik di berbagai bidang termasuk
kebudayaan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Thomas Janoski (1998 : 13), mendefinisikan civil society dalam 4 ranah yaitu
sebagai berikut : (1) State Sphere. State sphere mencakup lembaga-lembaga negara,
birokrasi negara, serta aparatur negara yang memungkinkan mesin birokrasi berjalan; (2)
Public Sphere. Public sphere mencakup segala bentuk asosiasi, demi kepentingan publik,
kesejahteraan sosial, religius; gerakan sosial, pendidikan, kesehatan; media, badan-badan
1


swadaya, dan semacamnya; (3) Market Sphere. Market sphere mencakup dunia bisnis,
perusahaan, perbankan, dan sebagainya yang orientasinya adalah profit; (5) Private Sphere.
Private sphere mencakup kehidupan relasi keluarga, relasi persahabatan dan kekerabatan,
beserta berbagai peristiwa serta kegiatan yang menyertainya.

.

Diagram Civil Society Thomas Janoski..

2

Dalam penelitian ini lebih berfokus pada market sphere. Market Sphere mencakup
segala kegiatan yang menguntungkan salah satunya adalah pasar. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia kata pasar memiliki definisi sebagai tempat orang berjual beli; tempat penjual
yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang dan pembeli yang ingin menukar uang
dengan barang atau jasa. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pasar adalah tempat
terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli mengenai barang atau jasa yang diinginkan
dalam jumlah dan harga tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak. Transaksi yang
terjadi bersifat menguntungkan dan terus berulang.

Pasar Jetis di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yang sekarang telah
berganti nama menjadi Sub Terminal Agribisnis Jetis merupakan pasar sentra sayur, buah,
dan bunga di propinsi Jawa Tengah. Sesuai fungsinya sebagai penyedia sayuran terbesar di
Jawa Tengah, jenis sayuran yang di jual sangat bervariasi dan berasal dari banyak daerah.
Sayuran-sayuran berasal dari Kopeng (Salatiga), Muntilan (Magelang), Para’an, Dieng
(Wonosobo), hingga Malang, melalui perantaraan agen atau tengkulak. Selain itu juga ada
yang berasal dari para petani di Bandungan sendiri dengan sistem pembayaran yang tentu
saja berbeda. Sedangkan para pembeli sebagian besar berasal dari luar Bandungan, seperti
Semarang, Ambarawa, Salatiga, Kudus, Rembang, Demak, Jepara, Pati (hampir semua
daerah Jawa Tengah), dan juga Jakarta. Oleh karenanya transaksi penjualan dan pembelian
biasanya di lakukan berupa partai besar. Pasar ini juga berfungsi sebagai halte atau terminal
semua komoditas sayuran dari semua dan ke semua daerah di wilayah Jawa Tengah.
Demikian aktivitas tinggi yang terjadi di pasar Jetis membutuhkan pekerja
tambahan yaitu buruh gendong untuk membantu melancarkan aktivitas yang berjalan.
Pekerjaan buruh gendong di pasar Jetis tidak hanya membongkar muatan sayur yang

3

datang dari tengkulak dan petani, tetapi juga menimbang berat sayuran setiap jenisnya, dan
menata komoditi dagangan yang semuanya sayuran di kios para pedagang dan juga

mengantar dagangan sayuran yang dibeli para pembeli ke kendaraan muatan pembeli. Di
STA ini atau yang oleh masyarakat asli biasa disebut pasar Jetis, pekerja buruh gendong
disebut sebagai ‘’manol’’ . Untuk menjadi manol di haruskan memiliki Kartu Tanda
Anggota (KTA) yang bisa di dapatkan setelah mendaftar di Serikat Pekerja Transport
Indonesia (SPTI) cabang pasar Jetis Bandungan. KTA manol berlaku selama 3 tahun.
Syarat-syarat pendaftaran adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan
juga uang pendaftaran yang besarannya telah ditentukan. Ketentuan besarnya uang
pendaftaran di atur oleh SPTI cabang pasar Jetis dan juga keinginan calon manol atau
pendaftar untuk bekerja pada shift siang atau malam. Besar uang pendaftaran setiap shift
berbeda dari harga Rp. 79.000.000 hingga 95.000.000 sedangkan upah seorang manol
adalah Rp. 2.500/keranjang1.
Meski uang pendaftaran Kartu Tanda Anggota untuk menjadi manol di pasar Jetis
terbilang besar tetapi para calon manol tidak merasa berat dan malah bersedia bahkan
dengan cara mengangsur untuk mendapat KTA tersebut. Berikut penggalan wawancara
dengan salah seorang manul :
‘’ ya untuk mendapatkan KTA memang bayar 94 juta. Disini lebih mahal dari pasar Johar.
ya emang besar. uang buat bayar KTA bisa di pakai beli motor 5 atau mobil. Tidak ada
jaminan kesehatan. Kan namanya kita cari hidup. Semuanya di atur sama organisasi

1


Hasil wawancara dengan Pak Amin wakil ketua SPTI cabang Bandungan&ketua koperasi Gotong Royong
Maju Makmur pada 30 April 2016
Manol merupakan istilah atau Bahasa sehari-hari bagi buruh gendong oleh masyarakat di pasar n
masyarakat sekitar

4

(SPTI). Organisasi itu sangat membantu. Kerja sebagai manol disini lebih aman dan lebih
pasti penghasilannya. Sehari pasti bawa pulang uang’’2.
Sebagian besar manol berasal dari petani yang ingin mencari pendapatan tambahan.
Namun ada juga yang lulusan kuliah. Manol juga ada yang wanita. Alasan terbesar seorang
menjadi manol adalah alasan ekonomi, juga resiko keselamatan kecil atau lebih aman
menurutnya. Disisi lain, ada yang pada awalnya menjadi seorang manol karena ajakan
teman atau kerabat yang sudah menjadi manol sehingga mempermudah saat proses
pendaftaran. Oleh karenanya pekerjaan manol ini sudah ada dari tahun 1998/2000an yang
terus berkembang dan memiliki fondasi yang kuat hingga terus bertahan sampai saat ini.2
Modal sosial merupakan bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan,
jaringan, dan norma yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi
tindakan terkoordinasi (Field, 2010: 6). Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap

individu belajar dan mau mempercayai individu lain. Adanya kepercayaan membuat
mereka mau menghasilkan komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial
menunjuk pada jaringan sosial, norma sosial, dan kepercayaan yang berpotensi pada
produktivitas masyarakat.
Jaringan sosial sebagai salah satu unsur modal sosial dapat memfasilitasi terjadinya
komunikasi dan interaksi. Jaringan sosial yang erat akan memperkuat bentuk kerja sama.
Unsur modal sosial lainnya adalah kepercayaan. Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai
rasa saling mempercayai antar individu dan antar kelompok. Kepercayaan dapat membuat
orang-orang bekerja sama secara lebih efektif. Kepercayaan memegang peran yang vital
dalam memperoleh akses jaringan social (Field, 2010: 86). Norma sosial sebagai unsur
5

modal sosial berfungsi untuk mengatur perilaku seseorang agar tidak menyimpang dari
kebiasaan yang berlaku di kelompok sosial.
Modal sosial berperan sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam
masyarakat atau organisasi untuk mengakses sumber-sumber keuangan, mendapatkan
informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi.
Adanya jaringan sosial, kepercayaan, dan norma sosial pada pekerjaan buruh
gendong/manol pada Sub Terminal Agribisnis Jetis di Bandungan memungkinkan

terjalinnya kerja sama antar aktor pasar. Kerja sama dilakukan untuk mencapai tujuan
bersama secara efisien. Sesuai dengan Fukuyama (2007: 38) yang mengatakan bahwa jika
orang-orang yang bekerja sama dalam sebuah perusahaan atau pasar saling mempercayai
dan bekerja menurut serangkaian norma etis bersama, maka berbisnis hanya memerlukan
sedikit biaya. Hal ini bisa tergambar pada saat para pedagang menyewa tenaga para manol
untuk menata komoditas barang dagangan maupun mengangkut komoditas barang
dagangan ke mobil angkut para pembeli yang memperlihatkan adanya hubungan yang
saling menguntungkan antara dua belah pihak.
Hal ini mendorong timbulnya peningkatan nilai pekerjaan manol dalam masyarakat
yang terbukti kemudian dengan bertambahnya jumlah manol yang telah menjadi sebanyak
112 orang saat ini. Selain hal tersebut adanya kondisi lingkungan pasar yang aman dan juga
hubungan antar actor pasar yang terlibat begitu nyaman mendorong perkembangan manol
secara optimal.
Buruh gendong / manol dan para aktor pasar lainnya ini memainkan perannya
masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya, dalam hal ini menurut peneliti bahwa
adanya social capital/modal sosial yang terjadi sehingga proses mutualisme terjadi yang
6

dapat menguntungkan satu sama lain dan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Dari hal ini sangat menarik untuk di kaji secara sosiologis, penelitian

tentang peran modal sosial pada buruh gendong/manol dengan pedagang dan pembeli
pemakai jasanya di Sub Terminal Agribisnis Jetis, Bandungan Kabupaten Semarang.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran modal sosial pada buruh gendong/manol
dengan pedagang dan pembeli yang memakai jasanya di STA Jetis, Bandungan Kabupaten
Semarang.

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang peran modal sosial pada buruh
gendong/manol dengan pedagang dan pembeli yang memakai jasanya di STA Jetis,
Bandungan Kabupaten Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian
Sebagai sebuah tulisan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat baik teoritis maupun praktis.
1.4.1


Secara teoritis, penelitian ini memahami peran modal sosial serta mampu
memberikan sumbangan bagi teori modal sosial, serta sebagai bahan
pustaka/referensi guna kelengkapan akan penelitian sejenis yang berkelanjutan.
7

Sehingga informasi yang diajukan secara tertulis lebih lengkap dan dapat
dipertanggung jawabkan.
1.4.2

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
perkembangan buruh gendong/manol secara ekonomi dan pemberdayaan
masyarakat.

8