T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran AseanKorea Youth Forum dalam Membangun Identitas ASEAN Melalui Bidang Kepemudaan T1 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Intergovermental Organization
Suatu organisasi antar negara terlahir ketika adanya dua atau lebih negara yang menandai
perjanjian atau piagam yang menjadi sebuah konstitusi organisasi yang menjadi pedoman untuk
mencapai sasaran bersama. Klasisfikasi organisasi antar pemerintah dilihat berdasarkan lingkup
geografi dan keanggotaan serta tujuan yang hendak dicapainya.
Intergovermental organization (IGO)1 adalah institusi yang setiap anggotanya adalah
merupakan delegasi resmi pemerintah negara-negara serta biasanya bermarkas di kota-kota besar.
IGO memiliki anggota atau staff professional yang bekerja full time yang dianggap sebagai
pegawai sipil internasional dan di harapkan mengembangkan kesetiaan yang bersifat suprasional
atau organisasi.
Tujuan jangka panjang IGO sendiri biasanya ditentukan oleh badan-badan yang disebut
majelis umum yang terdiri anggota negara yang terwakili. Mereka mengadakan rapat paripurna
atau pleno sesuai jadwal yang sudah ditetapkan untuk menentukan batas-batas dari kebijaksanaan
umum serta tindakan yang harus diambil. IGO dipimpin oleh dewan eksekutif yang terdiri dari
sejumlah kecil delegasi pemerintah yang bersifat permanen maupun berganti. Dewan ini memiliki
tanggung jawab yang besar dalam lembaga eksekutif, sekretariat dan melaksanakan fungsi-fungsi
administrasi.
IGO bisa di klasifikasikan dalam 4 kategori berdasarkan keanggotaan serta tujuannya,
yaitu :
a. Global membership and general-purposes organizations.
Merupakan organisasi seperti PBB, LBB yang mempunyai cakupan yang luas dan
berbagai fungsi seperti pertahanan dan keamanan, kerja sama sosial dan ekonomi, perlindungan
hak-hak asasi manusia dan sebagainya.
b. Global membership and limited-purposes organizations.
Merupakan organisasi-organisasi yang memiliki fungsi seperti badan-badan khusus PBB,
International Bank of Reconstruction Development (IBRD), World Health Organization (WHO),
dan UNESCO.
1
Selanjutnya penulis akan menggunakan IGO untuk Intergovermental Organization
c. Regional Membership and General Purposes organizatios.
Merupakan organisasi-organisasi yang bersifat regional yang mempunyai luas lingkup
sasarannya atau kegiatan diantaranya dalam bidang-bidang seperti keamanan, politik, ekonomi
sosial.
d. Regional Membership and limited Purpose Organization
Merupakan organisasi-organisasi yang memiliki sub-devisi dalam bidang ekonomi-sosial
dan militer atau organisasi-organisasi pertahanan misalnya NATO dan LAFTA (Sitepu 2011, 139).
Ruang lingkup dari organisasi pemerintah terbagi dalam regional maupun global serta
mencangkup masalah-masalah sosial, ekonomi serta perang dan damai. Pertumbuhannya sendiri
tidak terbatas terhususnya pada tingkat regional.
2.1.1 Fungsi Intergovermental Organization
Fungsi dari IGO adalah untuk mengatasi masalah global secara efektif tanpa adanya
perang serta memfasilitasi kepentingan dari negara-negara anggotanya dalam melakukan
komunikasi serta kerja sama dengan sesama anggota negara lain dalam mencapai tujuan bersama.
Merujuk pada teori organisasi internasional dari Archer (Archer, 2001) ada 3 fungsi dari IGO
yaitu:
1. Negara menggunakan IGO sebagai instrument untuk berdiplomasi dengan negara yang lain
karena pada dasarnya negara-negara membentuk IGO berkaitan dengan kepentingan
negara mereka yang bersangkutan dengan kepentingan negara lain.
2. Sebagai tempat forum untuk berkomunikasi untuk bekerjasama, persetujuan bahkan
pertentangan dimana arena tersebut bersifat netral. Arena ini menjadi tempat untuk
mengedepankan kepentingan, menunjukan sudut pandang terhadap sesuatu didepan forum.
3. IGO berperan sebagai aktor yang tidak terpengaruh dari luar ketika membuat sebuah
kebijakan. Dengan memiliki kapasitas sebagai aktor yang di tentukan oleh rekomendasi,
resolusi dan mandat pada saat di bentuknya organisasi tersebut.
IGO sangat berperan dalam terjalinnya hubungan diantara negara-negara anggota ASEAN.
Terlihat bahwa fungsi dari IGO dengan jelas ditunjukan oleh ASEAN yang menjadi wadah yang
baik untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara anggotannya melalui politik luar negeri
mereka yang pada dasarnya adalah untuk meningkatkan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, serta
menjaga perdamaian di kawasan yang sehingga tercapailah cita-cita bersama. Selain itu,
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan adalah hasil dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan
oleh setiap anggota ASEAN tanpa adanya intervensi dari pihak lain. Komunikasi yang terjalin
menghasilkan rekomendasi, resolusi serta mandat yang kemudian untuk memajukan kepentingan
bersama.
2.2
Diplomasi Publik
Diplomasi publik adalah kegiatan yang dijalankan oleh pemerintah dalam menjalin
hubungan serta komunikasi dengan publik mancanegara dengan tujuan untuk mempengaruhi
perilaku dari negara tersebut dan memfasilitasinya. Diplomasi publik merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas komunikasi di antara negara dengan masyarakat dan meliputi berbagai
bidang seperti politik, ekonomi dan sosial. Bisa disimpulkan bahwa diplomasi publik memiliki
tujuan untuk memperkenalkan kepentingan nasional suatu negara lewat pemahaman, memberikan
informasi dan mempengaruhi publik yang berada di luar negeri. Diplomasi publik ini lebih bersifat
transparan serta jangkauannya yang luas, biasanya ditransmisikan antar pemerintah, serta tema
yang biasanya dibawa lebih ke arah sikap dan perilaku publik.
Diplomasi publik dilihat oleh Jay Wang (Wang, 2006) sebagai sebuah konsep yang multi
dimensi dengan mengandung tujuan-tujuan untuk mempromosikan kebijakan negara dan tujuan,
sebagai bentuk dari komunikasi nilai serta sikap dan merupakan sarana dalam peningkatan
pemahaman bersama antara negara dan masyarakat. Jan Mellisen (Melissen, 2006) mendefinisikan
diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya
dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara.
Sedangkan menurut kamus Hubungan Internasional (Ashari, 2015), diplomasi publik merupakan
upaya dari negara dalam mempengaruhi opini publik di negara lain lewat beberapa instrument
seperti film, pertukaran budaya, radio dan televisi.
Paul Sharp (Sharp, 2009) mendiskripsikan bahwa diplomasi publik adalah proses dimana
terjadi hubungan langsung dengan orang-orang didalam suatu negara dengan tujuan mengejar
kepentingan dan memperluas nilai yang menjadi representasi. Kedua, diplomasi publik mengarah
pada publik di luar negeri dan memiliki strategi untuk berhadapan dengan publik ini harus
dibedakan dari sosialisasi domestik dari diplomasi. Ketiga, diplomasi publik sering dipotret
sebagai arus informasi yang satu arah dan salah satu yang tebaik dalam dua arah tetapi sangat
utama dalam mengarahkan untuk menyiarkan aspek positif negara kepada publik negara lain.
Salah satu aspek penting dalam diplomasi publik adalah pertukaran budaya. Pertukaran
budaya di sini tidak hanya seni dan budaya tetapi juga komunikasi tentang pemikiran negara,
penelitian, jurnalis dan perdebatan nasional. Dalam perspektif ini, area tradisional dari pertukaran
budaya menjadi bagian dari tipe baru dari komunikasi internasional dan pertumbuhan dari
diplomasi publik yang menjadi reaksi untuk mendekatkan hubungan diantara budaya, aktivitas
media dan informasi, sebagai hasil dari sosial yang baru, realitas ekonomi dan politik.
Terdapat beberapa tahapan dari diplomasi publik dengan aktivitasnya yang berbeda-beda.
Tahap pertama dimulai dengan memperkenalkan negara tersebut pada publik negara lain dengan
maksud agar publik negara tersebut mengetahui eksistensi dari negara itu. Tahap berikut adalah
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap negara yang bersangkutan lewat pandangan yang
baik dan positif. Aktivitas pendukung dalam tahap ini adalah lewat membentuk pandangan bahwa
negara yang bersangkutan penting, memiliki kelebihan maupun kapasitas serta bisa menjadi
teman. Tahap yang lebih lanjut adalah dengan meningkatkan kerja sama dalam bidang-bidang
seperti ekonomi dan pendidikan. Kerja sama tersebut bisa berupa perjanjian investasi, pertukaran
pelajar dan mahasiswa, pemberian beasiswa, kegiatan penelitian bersama dan lain-lain.
Banyak negara memberikan perhatian yang besar dalam menjalankan diplomasi publik
karena diplomasi publik memiliki dampak dalam waktu yang panjang akan tujuan-tujuan dari
politik luar negeri. Diplomasi publik juga berhasil meningkatkan kegiatan ekonomi seperti ekspor
serta investasi suatu negara terutama terjadi pada negara-negara berkembang. Contohnya adalah
Jepang lewat diplomasi publiknya berhasil membuat Jepang menjadi lebih dipercayai oleh negaranegara lain dan dari kebudayaan Jepang yang berkembang membuat pecinta budaya Jepang
meningkat mencapai 2,83 juta dengan tingkat konsumsi sebesar 290 triliun Yen. 2Negara juga
menujukan eksistensinya serta mengartikulasikan identitas nasional mereka lewat diplomasi
publik.
2.3
2
Multitrack Diplomasi
Keseluruhan industri adalah seperti komik, animasi, permaian dan perangkat komputer yang terjual dinegara lain
sebagai hasil positif dari diplomasi publik Jepang
Multitrack Diplomasi merupakan conceptual framework yang dipakai dalam memandang
proses perwujudan perdamaian internasional sebagai suatu sistem kehidupan dan refleksi dari
aktivitas yang dijalankan untuk berkonstribusi dalam upaya peacemaking dan peacebuilding di
lingkungan internasional dimana semua komponen memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Multitrack diplomasi adalah konsep pemanfaatan semua lapisan masyarakat baik di luar negeri
maupun dalam negeri untuk berkomunikasi dan menjalin kerja sama untuk menciptakan
perdamaian dunia serta mensukseskan politik luar negeri lewat track yang saling berkaitan satu
dengan yang lain serta melengkapi kekurangan setiap track dengan kelebihan yang dimiliki.
Gambar.1 Konsep Multitrack Diplomasi
Sumber: Google images
Track yang pertama adalah perwujudan perdamaian lewat diplomasi pemerintah. Segala
hal yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan serta upaya pembangunan perdamaian dijalankan
dengan proses diplomasi yang resmi dan kaku dari pemerintah. Biasanya lewat pengaturan
penyelesaian konflik sampai pada penggunaan kekuatan senjata. Kebijakan yang dibuat kuat dan
bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dalam tujuan pencapaian kepentingan nasional. Namun
track ini memiliki kelemahan dalam menjalankan tugasnya yang terlihat ekslusif serta masyarakat
merasa bahwa pemerintah tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat didalam suatu negara. Hal
lain yang ditakutkan adalah penyelewengan dalam menjalankan tugas dimana kekuasaan yang
dimiliki disalahgunakan untuk kepentingan pemerintah.
Track kedua adalah perwujudan perdamaian lewat resolusi konflik melalui Non-govermant
atau profesional. Mempunyai kemampuan untuk membangun perdamaian lewat analisa,
mencegah, menyelesaikan bahkan mengakomodasi konflik internasional melalui upaya
komunikasi, pemahaman dan membangun hubungan yang baik dalam menyelesaikan
permasalahan yang terkadang tidak terjangkau oleh pemerintah dengan keadaan yang tidak kaku
dengan aktor-aktor pengerak yang berlatar belakang sebagai akademisi, peneliti, pegiat sosial atau
memiliki latar belakang pendidikan yang baik. Kekurangan dari track ini adalah bisa memakan
banyak waktu dalam menyelesaikan masalah sebab tidak ada kewenangan dan mekanisme
penyelesaian yang jelas dengan hasil yang tidak sah secara hukum yang ada.
Track ketiga adalah perwujudan perdamaian melalui perdagangan atau bisnis. Aspek
ekonomi adalah sektor yang dipakai untuk mencapai perdamaian, persahabatan, pemahaman
internasional, saluran komunikasi informal dan sebagai pendukung berbagai kegiatan perdamaian.
Kerja sama yang terjalin antar negara mewujudkan perdamaian karena faktor ketergantungan satu
dengan yang lain. Namun kekurangan dalam track ini adalah ketika adanya celah untuk
memanfaatkan kerja sama yang terjalin demi mencari keuntungan pribadi.
Track keempat adalah peranserta warga negara dalam upaya mencapaian perdamaian.
Setiap warga negara berkontribusi dalam mempromosikan negara, kebudayaan, memunculkan
gambaran positif serta pertemanan antar negara. Individu selalu bisa membawa perubahan
meskipun hanya sedikit hal dan kegiatan yang berlangsung tanpa adanya intervensi dari
pemerintah.ini biasanya dilakukan melalui Citizen diplomacy (Pertukaran Pelajar), Private
Voluntary Organization, Advocacyatau special interest group, Profesional Interest Groups,
Democracy-Building Institutions. Kekurangan dari track ini adalah terkadang lebih bersifat
individualis dan subjektif karena berfokus pada satu sisi.
Track kelima adalah perwujudan perdamaian melalui pembelajaran yang biasanya berupa
penelitian atau pelatihan serta edukasi. Track ini begitu erat hubungannya dengan institusi
pendidikan baik sekolah maupun universitas, pusat penelitian, analisis serta program studi
menyebarkan ide tentang perdamaian, mediasi bahkan pada resolusi konflik. Track bertujuan
menghasilkan individu-individu yang berkredible serta berkualitas. Kekurangan track ini adalah
informasi yang didapatkan bisa salah digunakan dan menyebabkan kerugian.
Track keenam adalah perwujudan perdamaian melalui advokasi dengan berfokus pada
aktivisme perdamaian dan environmental terhadap kepentingan khusus mengenai kebijakan dari
pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk protes, pendidikan, aturan, dukungan, pengawasan,
pendidikan dan advokasi. Cara ini sangat baik untuk mengawasi serta memberi feed back terhadap
hasil kerja pemerintah serta perlawanan atas ketidakadilan dan pelangaran HAM, namun
kekurangannya adalah perbedaan yang timbul dari cara pandang individu terhadap suatu masalah
yang tidak bisa ditoleril sehingga berujung konflik.
Track ketujuh adalah perwujudan perdamaian melalui iman dalam aksi agama yang
menjadi garda terdepan mewujudkan perdamaian lewat pelayanan aksi nyata. Track ini memiliki
kekuatan dalam penentangan terhadap kekerasan dengan menjunjung tinggi penciptaan
perdamaian. Namun kekurangan dari track ini adalah ketika orang yang memiliki kapasitas atau
kedudukan agama yang lebih tinggi bersikap ekslusif tanpa mengedepankan kepentingan bersama.
Track kedelapan adalah pendanaan atau bisa dikatakan perwujudan perdamaian lewat
penyediaan asset. Lewat penyediaan dana dari komunitas-komunitas funding lewat mendukung
aktivitas dan institusi dari sistem multitrack diplomasi dengan pemikiran bahwa upaya perwujudan
perdamaian perlu didukung. Namun beresiko dalam penyalahgunaan bantuan tersebut untuk halhal yang jauh dari tujuan awal.
Track yang terakhir adalah komunikasi dan media sebagai perwujudan perdamaian melalui
informasi. Penggunaan media cetak, visual, media elektronik untuk menginformasikan berita
ataupun isu yang berkembang kepada khalayak dan sangat berperan penting dalam menciptakan
agenda setting, pembentukan opini publik, sarana edukasi, dan menganalisa isu yang ada.
Masyarakat bisa dengan cepat mengakses informasi atau mengetahui suatu hal di tempat lain
terkhususnya upaya menjalankan perdamaian namun kekurangan dari track ini adalah
penyalahgunaan informasi terkhususnya pemutarbalikan fakta di lapangan yang mana masyarakat
digiring oleh kepentingan kelompok.
Dalam membahas topik ini, penulis menggunakan track yang pertama yaitu perwujudan
perdamaian lewat diplomasi pemerintah dimana ASEAN-KOREA CENTER sendiri adalah
Intergovermental organization yang merupakan hasil kesepakatan kerja sama antara negaranegara anggota ASEAN dengan Korea Selatan dengan tujuan peningkatan kerja sama dalam
bidang ekonomi sampai pada kebudayaan. Selain itu, track yang dipakai adalah perwujudan
perdamaian lewat peran serta warga negara dengan tujuan pembangunan images positif dimana
dalam topik ini, kegiatan ASEAN-KOREA Youth Forum berfokus pada pemuda negara-negara
anggota ASEAN yang bersekolah maupaun mengikuti program pertukaran pelajar di Korea
Selatan maupun pelajar Korea sendiri untuk memupuk rasa pertemanan antar negara serta lebih
lagi memperkenalkan ASEAN maupun Korea pada pemuda serta track ke sembilan yaitu media
masa dimana ASEAN-KOREA CENTRE mempublikasikan hasil dari kegiatan kepada khalayak
ramai.
2.4
Konstruktivisme
Konstruktivis muncul dari ketidakpuasan dalam penjelasan yang dipaparkan oleh teori
besar HI dalam melihat lingkungan internasional. Perang dingin yang berakhir membuka jalan
bagi pemikiran konstruktivis yang diadopsi dari ilmu sosiologi dapat memberi penjelasan tentang
hal yang terjadi dalam lingkungan internasional ketika teori neorealis tidak bisa menjelaskan
dengan jelas akan perkembangan kedepan dari balance of power. Konstruktivis mengklaim bahwa
neorealis dengan tidak tentu terhubung pada teori mereka yang secara berlebihan memberikan
perhatian pada anarkis dan perimbangan kekuasaan. Secara ontologis, konstrukrivis menentang
konsep-konsep rasionalis tentang sifat alamiah dan tindakan manusia dan lebih menekankan
kepada konstruksi dari sosial indentitas-identitas aktor serta pentingnya identitas dalam konstitusi
kepentingan serta tindakan.
Dalam pandangan mereka terhadap negara, konstruktivis melihat bahwa negara sama
sekali tidak memiliki given interest karena terjebak dalam struktur sosial yang normatif sehingga
negara saling mengenal satu dengan yang lain lewat asosiasi yang terjalin dengan negara lain,
karena itulah identitas yang terkonstruksi oleh norma kemudian membentuk kepentingankepentingan tertentu bahkan identitas. Mereka percaya bahwa perubahan identitas akan
mempengaruhi perubahan kepentingan dari Negara (Rachmawati, 2012,178).
Ada 3 asumsi dasar dari konstruktivisme yaitu:
1. Konstruktivis melihat negara dan power dimana tidak ada yang bersifat universal dalam
sistem internasional. Tidak seperti Neorealis yang berfokus pada distribusi kekuasaan atau
power seperti paksaan militer dan kapasitas ekonomis sehingga dalam pelaksanaanya para
pelaku lebih bersikap agresif dan konfliktual.
2. Konstruktivis melihat bahwa sistem internasional adalah anarki namun dalam sistem yang
anarki tersebut terdapat interaksi antar negara yang membentuk sistem internasional.
Konstruktivis melihat bahwa semua yang terjadi di dalam lingkungan internasional tidak
semata-mata karena given, tetapi ada suatu kerangka dalam hubungan saling
mempengaruhi antara satu agen dengan yang lain lewat adanya ide, hal ini disebabkan
pemikiran konstruktivis yang lebih mengutamakan aspek ide dari pada material. Pemikiran
ini berbeda dengan realism yang berpikir bahwa realitas yang terjadi dalam hubungan
internasional yang anarki adalah sebuah given.
3. Konstruktivis memfokuskan kajiannya terhadap persoalan mengenai bagaimana
pembentukan ide dan identitas dimana realitas hubungan internasional sejatinya adalah
share of ideas. Ide disini bisa dikatakan sebagai cara pandang dari agen dalam melihat yang
lain sehingga lewat ide tersebut memberikan identitas atau ciri khas yang membedakan
dengan yang lain. Agen melakukan sesuatu berdasarkan ide serta identitasnya yang ia
dapatkan lewat interaksi yang dilakukan dalam lingkungan sosialnya. Identitas juga tidak
hanya dipakai dalam menjelaskan tentang kepentingan nasional suatu negara, tetapi juga
penting dalam pengambilan keputusan. Setiap tindakan yang dilakukan suatu negara akan
mempengaruhi sistem internasional serta sebaliknya, sistem internasional juga bisa
mempengaruhi perilaku dari negara tersebut (Jackson and Sørensen, 2007, pp. 164–167).
Konstruktivis memfokuskan pemikirannya kepada masalah-masalah bagaimana ide
dan identitas dibentuk, berkembang dan bagaimana ide dan identitas membentuk pemahaman
negara dan merespon keadaan di sekitarnya. Konstruktivis melihat bahwa identitas dan
kepentingan merupakan hasil dari praktek inter-subjektif diantara aktor-aktor. Dengan kata lain
identitas dan kepentingan merupakan hasil dari sebuah proses interaksi. Identitas berada pada pusat
dari kepentingan nasional dan juga transnasional dimana perlunya memahami perilaku, praktek
serta lembaga dan perubahan internasional. Hal ini penting untuk bisa memahami kerja sama
internasional. Itu sebabnya Adler dan Barnett berpendapat bahwa “we feeling” atau identitas
kelompok nasional dapat meluas melintasi batas-batas negara (Carlsnaes et al., 2013, pp. 206–
210).
2.4.1. Konstruktivis Nicholas Onuf
Menurut Onuf (Onuf, 2012), sebuah makna dari adanya hubungan sosial bergantung pada
keberadaan dari Rules. Demikian pula dengan analisis sosial yang harus diawali dengan Rules yang
merupakan pernyataan yang mengatakan pada orang lain apa yang harus dilakukannya atau
bimbingan bagi perilaku dari manusia dan memungkinkan adanya makna bersama (shared
meaning) yang juga memungkinkan lahirnya agensi. Negara menjadi agen-agen dimasyarakat
hanya melalui rules namun disaat yang bersamaan, agen bisa memilih untuk mengikuti atau
melawannya”(Hara, 2011)
Onuf berfokus pada Rules atau aturan yang bergantung pada Speech act atau tindakan
berbicara yang membuat orang lain bertindak mengikuti apa yang dibicarakan. Bahasa menjadi
sesuatu yang penting dimana bukan sekedar deskriptif tetapi lebih pada performatif. Bahasa
mempunyai suatu fungsi konstitutif yang baik. Speech act ini mengikuti pola “I hereby assert to
anyone hearing me that some state of affrairs exists or can be achieved”. Ia membagi Speech ack
dalam 3 kategori yaitu assertives, directive dan commissives tergantung pada bagaimana
pembicara menginginkan pengaruh dari pembicaraannya kepada dunia namun keberhasilan dari
Speech act sendiri bergantung pada respon mereka yang menjadi target serta situasi saat itu. Onuf
menyimpulkan bahwa para agen harus mengikuti aturan karena itu adalah aturan bukan karena
alasan yang lain. Rules dan Speech Act memberikan link diantara “kata”dan “dunia”.
2.4.2. Konstruktivis Alexander Wendt
Secara mendalam, konstruktivis berarti konstruksi sosial. Wendt mengatakan bahwa
prinsip fundamental dari teori konstruktivis sosial adalah orang-orang bertindak terhadap objek,
termaksud aktor yang lain, atas dasar arti objek itu terhadap mereka. Contohnya, kedaulatan adalah
institusi sosial dalam arti bahwa negara dapat berdaulat hanya ketika itu dilihat oleh orang-orang
dan negara lain sebagai aktor perusahaan dengan hak dan kewajiban atas wilayah dan warga
negara.
Dalam jurnal keamanan internasional “constructing International Politics”, Alexander
Wendt (Wendt, 1995) mengatakan bahwa konstruksi sosial melibatkan 2 klaim dasar bahwa
struktur fundamental dari politik internasional adalah sosial dibandingkan materi yang kuat dan
bahwa struktur ini membentuk identitas dan kepentingan aktor, dibandingkan hanya perilaku
mereka. Konstruksi sosial mencangkup semua kepentingan aktor dan identitas mungkin
dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain dan dengan lingkungan sosial mereka. Ini
meliputi proses sosialisasi dan internalisasi, diarahkan untuk rekornasi sosial dan kebangaan, efek
dari norma sosial, efeknya norma-norma sosial pada kepentingan dan perilaku (termaksud
keinginan untuk menciptakan norma-norma yang melegitimasi perilaku seseorang), dan kehadiran
atau ketidakhadiran dari arti “komunitas”. Wendt mengatakan bahwa aktor memperoleh identitas
secara relatif stabil, pemahaman peran spesifik, dan ekspetasi terhadap diri lewat partisipasi dalam
arti kolektif. Kepentingan merupakan bagian produk dari identitas. Menurut Wendt identitas
sangatlah penting dibandingkan kepentingan, sebab identitas itu sendiri menjadi sumber bagi
pilihan kepentingan yang diambil oleh suatu negara. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa tidak semua
identitas terbentuk melalui interaksi. Terdapat 2 identitas menurutnya yaitu identitas yang dapat
diubah atau Social Identity serta identitas yang sudah ada atau corporate identity. Negara memiliki
corporate identity sebagai aktor yang berdaulat, dimana identitas itu tidak tergantung pada negara
lain. Para aktor mendapatkan identitas yang didefinisikan sebagai pemahaman bagi diri mereka.
Onuf mempunyai pandangan yang sama dengan Wendt (Wendt, 1995) dimana
menurutnya, konstruktivisme dibangun lewat hubungan yang berkaitan satu dengan yang lain
dalam proses interaksi diantara masyarakat dengan lingkungannya, sesama aktor, dan agen
fenomena yang terjadi didunia. Mereka berdua mencirikan konstruktivis dengan elemen-elemen
penting yaitu seperti identitas, agen, struktur dan aksi. Semuanya saling berkaitan dan membentuk
struktur sosial yang ada. Lewat kesamaan pandangan kedua pemikir konstruktivis ini, penulis akan
melihat bagaimana identitas yang di bangun lewat hubungan aktor satu dengan yang lain dalam
hal ini pemuda ASEAN dengan Korea didalam lingkungan yang dimaksud yaitu program ASEANKOREA Youth Forum.
2.5
No
Penelitian Terdahulu
Penelitian
Hasil Penelitian
1
ASEAN
&
International
Labor
Penelitian ini melihat permasalahan
Organization, 2009, “Youth Enterprise yang melanda pemuda di ASEAN. Pemuda
in Asia: Policies and Programmes”. ASEAN
International
Labor
yang
merupakan
aset
dalam
Organization, pembangunan sosial dan ekonomi nasional
Regional Office for Asia and the Pacific sebanyak 9.4 juta adalah penganguran.
Penelitian ini melihat bagaimana negara
anggota ASEAN secara proaktif menjalankan
strategi dan peraturan dalam menghadapi
permasalahan
pemerintah,
ini
lewat
koordinasi
kepemimpinan
dan
visi
untuk
pembangunan nasional yang dikombinasikan
dengan sumber daya dan keahlian dari sektor
swasta, dan jaringan dan dukungan yang
ditawarkan oleh komunitas lokal.
2
Satries, Wahyu, 2009, “PERAN SERTA
PEMUDA
Pemuda yang adalah harapan bangsa
DALAM merupakan asset berharga untuk masa depan
PEMBANGUNANMASYARAKAT”.
bangsa kearah yang lebih baik. Peneliti
Jurnal Madani Edisi I
melihat bahwa perlunya di buka kesempatan
untuk
para
pemuda
Indonesia
yang
merupakan agen perubahan (agent of change)
dan agen control sosial (agent of social
control) dalam pengembangan jati dirinya,
salah satunya adalah melalui ormas.
3
Hoang Ha, Van Kim. 2016, “PERAN
DIPLOMASI
KOMUNITAS membela
MEWUJUDKAN
SOSIAL-BUDAYA
menggunakan
diplomasi
DALAM kebudayaan sebagai “soft power” untuk
BUDAYA
VIETNAM”,
Negara
ASEAN:
Jurnal
kepentingan
KASUS meningkatkan
nasional
posisinya
di
serta
kancah
Ilmiah internasional. Vietnam menjadi salah satu
Kependidikan, Vol. X, No. 1. University contoh dimana secara aktif memberikan
of Social Sciences and Humanities kontribusi dalam kegiatan Komunitas SosialVietnam National University Ho Chi Budaya ASEAN yang berfokus pada bidang
Minh City
tenaga kerja dan sosial yang dilaksanakan
pada beberapa tingkat sektor dan aspek dari
kegiatan politik luar negeri mereka karena
menyadari
penting
diplomasi
dalam
budaya
pembentukan
berperan
komunitas
sosial-budaya.
4
Yuniarti,
“STRATEGI
Anik.2012,
Pembangunan
People
Centered
ASEAN MEMBANGUN SENSE OF ASEAN yang merupakan upaya untuk
COMMUNITY”. Jurnal Upn Veteran membagun sebuah komunitas yang solid dan
Yogyakarta
Yogyakarta
Yogyakarta.
-
Upn
Fisip
Upn
"Veteran" akrab
dengan
memupuk
serta
Veteran mengembangkan semangat persamaan dalam
upaya membentuk sense of community lewat
kerja sama yang yang akan mendorong
partisipasi masyarakat ASEAN dimana salah
satunya
adalah
melalui
kerja
sama
kebudayaan, pemerangan dan pendidikan
lewat workshop, ASEAN Culture Week,
ASEAN Youth Camp, Student exchange
ASEAN, dll. Penulis menjelaskan bahwa pilar
ketiga
yaitu
masyarakat
sosial
budaya
ASEAN yang sangat berperan penting dalam
pembentukan sense of community dan juga
“we feeling” terhadap ASEAN.
Penelitian dari ASEAN & International Labor Organization (2009) terkait dengan
permasalahan yang menimpa pemuda ASEAN yaitu penganguran hanya membahas bagaimana
negara anggota ASEAN berusaha dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam penelitian
ini, pembahasan mengenai permasalahan kepemudaan di ASEAN yaitu pengangguran akan lebih
berfokus pada kerja sama diantara ASEAN dengan mitra wicaranya yaitu Korea Selatan lewat
ASEAN-KOREA CENTRE.
Penelitian dari Wahyu Satries (2009) tentang peran serta pemuda dalam pembangunan
masyarakat memiliki sudut pandang yang sama dengan peniliti dimana pemuda merupakan asset
yang sangat berharaga sehingga perlu dikembangkan, namun penelitian tersebut hanya berkisar
pada pengembangan pemuda lewat organisasi masyarakat. Penelitian saya akan membahas lebih
luas mengenai pentingnya pemuda mengembangkan dirinya lewat adanya hubungan dengan
pemuda dari negara lain dan tidak hanya terbatas pada pengembangan pemuda di Indonesia tetapi
juga negara anggota ASEAN yang lain.
Dalam
penelitian
PERAN
DIPLOMASI
BUDAYA
DALAM
MEWUJUDKAN
KOMUNITAS SOSIAL-BUDAYA ASEAN: KASUS VIETNAM (2016), peneliti berhasil
mengambarkan secara baik bagaimana pemanfaatan diplomasi publik oleh Vietnam terutama
dalam kegiatan sosial-budaya ASEAN namum tidak begitu banyak diketahui oleh banyak orang.
Penelitian saya ini akan bertolak sedikit jauh mengambil contoh yang bisa mengambarkan
kesuksesan pengunaan diplomasi publik oleh negara. Contoh yang saya ambil adalah Korea
Selatan yang bisa dikatakan berhasil dalam memberikan kesan positif di kancah internasional
lewat diplomasi publiknya terkhusunya pada diplomasi budaya melalui Hallyu yang kemudian
berdampak pula pada peningkatan ekonomi Korea Selatan.
Penelitian terakhir mengenai “STRATEGI ASEAN MEMBANGUN SENSE OF
COMMUNITY”(2012), menjadi salah satu rujukan yang baik bagi penulis sebab penelitian ini
membahas bagaimana ASEAN lewat pilar ketiga yaitu masyarakat sosial budaya ASEAN yang
sangat berperan penting dalam pembentukan sense of community dan juga “we feeling” terhadap
ASEAN. Namun penulisan saya akan lebih melihat bagaimana ASEAN membangun “we feeling”
terhadap ASEAN melalui hubungan dengan negara lain yaitu Korea Selatan melalui kegiatan
ASEAN-KOREA Youth Forum dimana kegiatan untuk pemuda ASEAN yang berada di Korea
maupun pemuda Korea sendiri bertemu untuk membahas permasalahan global lewat diskusi
bersama dan mengenal identitas ASEAN lewat forum tersebut.
Penelitian ini secara khusus melihat bagaimana peranan ASEAN-KOREA Youth Forum
sebagai kegiatan yang dijalankan oleh ASEAN-KOREA CENTRE sebagai Intergovermental
organization dimana pembahasan ini tidak sebatas pada peranan ASEAN-KOREA CENTRE
untuk memfasilitasi kerja sama yang lebih erat serta saling pengertian satu sama lain antara
ASEAN dengan Korea namun juga melihat peran kegiatan ASEAN-KOREA Youth Forum
membangun identitas ASEAN bagi pemuda negara anggota ASEAN yang berada di Korea Selatan.
Penelitian ini jelas memiliki keunikan tersendiri sebab membahas ASEAN-KOREA Youth Forum
dalam melihat perannya membangun identitas ASEAN yang berfokus pada kepemudaan sehingga
penelitian ini menjadi penelitian yang terdahulu dalam membahas bidang kepemudaan.
2.6
Kerangka Pikir Penelitian
Intergovermental
Organization
Multitrack Diplomasi
ASEAN-KOREA CENTRE
ASEAN-KOREA Youth Forum
Diplomasi Publik
Konstruktivis
Membangun Identitas ASEAN bagi pemuda
ASEAN di Korea Selatan
ASEAN-KOREA CENTRE merupakan intergovermental organizationyang dibangun
dengan tujuan untuk memperkuat kerja sama serta memperdalam pertemanan diantara ASEAN
dan Korea akan dibahas fungsi dan lainya dengan konsep intergovernmental organization.
ASEAN-KOREA CENTRE menyelengarakan kegiatan ASEAN-KOREA Youth Forum yang
menjadi wadah untuk bertemunya pemuda-pemuda ASEAN dan Korea dalam upaya untuk
pencapaian visi dari ASEAN-KOREA CENTRE dalam memperkenalkan kebudayaan lewat
kontak people to people. Konsep Multitrack Diplomasi dan Diplomasi Publik akan dipakai untuk
melihat ASEAN-KOREA Youth Forum dan Teori Konstruktivisme untuk melihat peran dari
ASEAN-KOREA Youth Forum dalam pembentukan identitas ASEAN kepada pemuda ASEAN
yang berada di Korea Selatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Intergovermental Organization
Suatu organisasi antar negara terlahir ketika adanya dua atau lebih negara yang menandai
perjanjian atau piagam yang menjadi sebuah konstitusi organisasi yang menjadi pedoman untuk
mencapai sasaran bersama. Klasisfikasi organisasi antar pemerintah dilihat berdasarkan lingkup
geografi dan keanggotaan serta tujuan yang hendak dicapainya.
Intergovermental organization (IGO)1 adalah institusi yang setiap anggotanya adalah
merupakan delegasi resmi pemerintah negara-negara serta biasanya bermarkas di kota-kota besar.
IGO memiliki anggota atau staff professional yang bekerja full time yang dianggap sebagai
pegawai sipil internasional dan di harapkan mengembangkan kesetiaan yang bersifat suprasional
atau organisasi.
Tujuan jangka panjang IGO sendiri biasanya ditentukan oleh badan-badan yang disebut
majelis umum yang terdiri anggota negara yang terwakili. Mereka mengadakan rapat paripurna
atau pleno sesuai jadwal yang sudah ditetapkan untuk menentukan batas-batas dari kebijaksanaan
umum serta tindakan yang harus diambil. IGO dipimpin oleh dewan eksekutif yang terdiri dari
sejumlah kecil delegasi pemerintah yang bersifat permanen maupun berganti. Dewan ini memiliki
tanggung jawab yang besar dalam lembaga eksekutif, sekretariat dan melaksanakan fungsi-fungsi
administrasi.
IGO bisa di klasifikasikan dalam 4 kategori berdasarkan keanggotaan serta tujuannya,
yaitu :
a. Global membership and general-purposes organizations.
Merupakan organisasi seperti PBB, LBB yang mempunyai cakupan yang luas dan
berbagai fungsi seperti pertahanan dan keamanan, kerja sama sosial dan ekonomi, perlindungan
hak-hak asasi manusia dan sebagainya.
b. Global membership and limited-purposes organizations.
Merupakan organisasi-organisasi yang memiliki fungsi seperti badan-badan khusus PBB,
International Bank of Reconstruction Development (IBRD), World Health Organization (WHO),
dan UNESCO.
1
Selanjutnya penulis akan menggunakan IGO untuk Intergovermental Organization
c. Regional Membership and General Purposes organizatios.
Merupakan organisasi-organisasi yang bersifat regional yang mempunyai luas lingkup
sasarannya atau kegiatan diantaranya dalam bidang-bidang seperti keamanan, politik, ekonomi
sosial.
d. Regional Membership and limited Purpose Organization
Merupakan organisasi-organisasi yang memiliki sub-devisi dalam bidang ekonomi-sosial
dan militer atau organisasi-organisasi pertahanan misalnya NATO dan LAFTA (Sitepu 2011, 139).
Ruang lingkup dari organisasi pemerintah terbagi dalam regional maupun global serta
mencangkup masalah-masalah sosial, ekonomi serta perang dan damai. Pertumbuhannya sendiri
tidak terbatas terhususnya pada tingkat regional.
2.1.1 Fungsi Intergovermental Organization
Fungsi dari IGO adalah untuk mengatasi masalah global secara efektif tanpa adanya
perang serta memfasilitasi kepentingan dari negara-negara anggotanya dalam melakukan
komunikasi serta kerja sama dengan sesama anggota negara lain dalam mencapai tujuan bersama.
Merujuk pada teori organisasi internasional dari Archer (Archer, 2001) ada 3 fungsi dari IGO
yaitu:
1. Negara menggunakan IGO sebagai instrument untuk berdiplomasi dengan negara yang lain
karena pada dasarnya negara-negara membentuk IGO berkaitan dengan kepentingan
negara mereka yang bersangkutan dengan kepentingan negara lain.
2. Sebagai tempat forum untuk berkomunikasi untuk bekerjasama, persetujuan bahkan
pertentangan dimana arena tersebut bersifat netral. Arena ini menjadi tempat untuk
mengedepankan kepentingan, menunjukan sudut pandang terhadap sesuatu didepan forum.
3. IGO berperan sebagai aktor yang tidak terpengaruh dari luar ketika membuat sebuah
kebijakan. Dengan memiliki kapasitas sebagai aktor yang di tentukan oleh rekomendasi,
resolusi dan mandat pada saat di bentuknya organisasi tersebut.
IGO sangat berperan dalam terjalinnya hubungan diantara negara-negara anggota ASEAN.
Terlihat bahwa fungsi dari IGO dengan jelas ditunjukan oleh ASEAN yang menjadi wadah yang
baik untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara anggotannya melalui politik luar negeri
mereka yang pada dasarnya adalah untuk meningkatkan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, serta
menjaga perdamaian di kawasan yang sehingga tercapailah cita-cita bersama. Selain itu,
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan adalah hasil dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan
oleh setiap anggota ASEAN tanpa adanya intervensi dari pihak lain. Komunikasi yang terjalin
menghasilkan rekomendasi, resolusi serta mandat yang kemudian untuk memajukan kepentingan
bersama.
2.2
Diplomasi Publik
Diplomasi publik adalah kegiatan yang dijalankan oleh pemerintah dalam menjalin
hubungan serta komunikasi dengan publik mancanegara dengan tujuan untuk mempengaruhi
perilaku dari negara tersebut dan memfasilitasinya. Diplomasi publik merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas komunikasi di antara negara dengan masyarakat dan meliputi berbagai
bidang seperti politik, ekonomi dan sosial. Bisa disimpulkan bahwa diplomasi publik memiliki
tujuan untuk memperkenalkan kepentingan nasional suatu negara lewat pemahaman, memberikan
informasi dan mempengaruhi publik yang berada di luar negeri. Diplomasi publik ini lebih bersifat
transparan serta jangkauannya yang luas, biasanya ditransmisikan antar pemerintah, serta tema
yang biasanya dibawa lebih ke arah sikap dan perilaku publik.
Diplomasi publik dilihat oleh Jay Wang (Wang, 2006) sebagai sebuah konsep yang multi
dimensi dengan mengandung tujuan-tujuan untuk mempromosikan kebijakan negara dan tujuan,
sebagai bentuk dari komunikasi nilai serta sikap dan merupakan sarana dalam peningkatan
pemahaman bersama antara negara dan masyarakat. Jan Mellisen (Melissen, 2006) mendefinisikan
diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya
dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara.
Sedangkan menurut kamus Hubungan Internasional (Ashari, 2015), diplomasi publik merupakan
upaya dari negara dalam mempengaruhi opini publik di negara lain lewat beberapa instrument
seperti film, pertukaran budaya, radio dan televisi.
Paul Sharp (Sharp, 2009) mendiskripsikan bahwa diplomasi publik adalah proses dimana
terjadi hubungan langsung dengan orang-orang didalam suatu negara dengan tujuan mengejar
kepentingan dan memperluas nilai yang menjadi representasi. Kedua, diplomasi publik mengarah
pada publik di luar negeri dan memiliki strategi untuk berhadapan dengan publik ini harus
dibedakan dari sosialisasi domestik dari diplomasi. Ketiga, diplomasi publik sering dipotret
sebagai arus informasi yang satu arah dan salah satu yang tebaik dalam dua arah tetapi sangat
utama dalam mengarahkan untuk menyiarkan aspek positif negara kepada publik negara lain.
Salah satu aspek penting dalam diplomasi publik adalah pertukaran budaya. Pertukaran
budaya di sini tidak hanya seni dan budaya tetapi juga komunikasi tentang pemikiran negara,
penelitian, jurnalis dan perdebatan nasional. Dalam perspektif ini, area tradisional dari pertukaran
budaya menjadi bagian dari tipe baru dari komunikasi internasional dan pertumbuhan dari
diplomasi publik yang menjadi reaksi untuk mendekatkan hubungan diantara budaya, aktivitas
media dan informasi, sebagai hasil dari sosial yang baru, realitas ekonomi dan politik.
Terdapat beberapa tahapan dari diplomasi publik dengan aktivitasnya yang berbeda-beda.
Tahap pertama dimulai dengan memperkenalkan negara tersebut pada publik negara lain dengan
maksud agar publik negara tersebut mengetahui eksistensi dari negara itu. Tahap berikut adalah
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap negara yang bersangkutan lewat pandangan yang
baik dan positif. Aktivitas pendukung dalam tahap ini adalah lewat membentuk pandangan bahwa
negara yang bersangkutan penting, memiliki kelebihan maupun kapasitas serta bisa menjadi
teman. Tahap yang lebih lanjut adalah dengan meningkatkan kerja sama dalam bidang-bidang
seperti ekonomi dan pendidikan. Kerja sama tersebut bisa berupa perjanjian investasi, pertukaran
pelajar dan mahasiswa, pemberian beasiswa, kegiatan penelitian bersama dan lain-lain.
Banyak negara memberikan perhatian yang besar dalam menjalankan diplomasi publik
karena diplomasi publik memiliki dampak dalam waktu yang panjang akan tujuan-tujuan dari
politik luar negeri. Diplomasi publik juga berhasil meningkatkan kegiatan ekonomi seperti ekspor
serta investasi suatu negara terutama terjadi pada negara-negara berkembang. Contohnya adalah
Jepang lewat diplomasi publiknya berhasil membuat Jepang menjadi lebih dipercayai oleh negaranegara lain dan dari kebudayaan Jepang yang berkembang membuat pecinta budaya Jepang
meningkat mencapai 2,83 juta dengan tingkat konsumsi sebesar 290 triliun Yen. 2Negara juga
menujukan eksistensinya serta mengartikulasikan identitas nasional mereka lewat diplomasi
publik.
2.3
2
Multitrack Diplomasi
Keseluruhan industri adalah seperti komik, animasi, permaian dan perangkat komputer yang terjual dinegara lain
sebagai hasil positif dari diplomasi publik Jepang
Multitrack Diplomasi merupakan conceptual framework yang dipakai dalam memandang
proses perwujudan perdamaian internasional sebagai suatu sistem kehidupan dan refleksi dari
aktivitas yang dijalankan untuk berkonstribusi dalam upaya peacemaking dan peacebuilding di
lingkungan internasional dimana semua komponen memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Multitrack diplomasi adalah konsep pemanfaatan semua lapisan masyarakat baik di luar negeri
maupun dalam negeri untuk berkomunikasi dan menjalin kerja sama untuk menciptakan
perdamaian dunia serta mensukseskan politik luar negeri lewat track yang saling berkaitan satu
dengan yang lain serta melengkapi kekurangan setiap track dengan kelebihan yang dimiliki.
Gambar.1 Konsep Multitrack Diplomasi
Sumber: Google images
Track yang pertama adalah perwujudan perdamaian lewat diplomasi pemerintah. Segala
hal yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan serta upaya pembangunan perdamaian dijalankan
dengan proses diplomasi yang resmi dan kaku dari pemerintah. Biasanya lewat pengaturan
penyelesaian konflik sampai pada penggunaan kekuatan senjata. Kebijakan yang dibuat kuat dan
bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dalam tujuan pencapaian kepentingan nasional. Namun
track ini memiliki kelemahan dalam menjalankan tugasnya yang terlihat ekslusif serta masyarakat
merasa bahwa pemerintah tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat didalam suatu negara. Hal
lain yang ditakutkan adalah penyelewengan dalam menjalankan tugas dimana kekuasaan yang
dimiliki disalahgunakan untuk kepentingan pemerintah.
Track kedua adalah perwujudan perdamaian lewat resolusi konflik melalui Non-govermant
atau profesional. Mempunyai kemampuan untuk membangun perdamaian lewat analisa,
mencegah, menyelesaikan bahkan mengakomodasi konflik internasional melalui upaya
komunikasi, pemahaman dan membangun hubungan yang baik dalam menyelesaikan
permasalahan yang terkadang tidak terjangkau oleh pemerintah dengan keadaan yang tidak kaku
dengan aktor-aktor pengerak yang berlatar belakang sebagai akademisi, peneliti, pegiat sosial atau
memiliki latar belakang pendidikan yang baik. Kekurangan dari track ini adalah bisa memakan
banyak waktu dalam menyelesaikan masalah sebab tidak ada kewenangan dan mekanisme
penyelesaian yang jelas dengan hasil yang tidak sah secara hukum yang ada.
Track ketiga adalah perwujudan perdamaian melalui perdagangan atau bisnis. Aspek
ekonomi adalah sektor yang dipakai untuk mencapai perdamaian, persahabatan, pemahaman
internasional, saluran komunikasi informal dan sebagai pendukung berbagai kegiatan perdamaian.
Kerja sama yang terjalin antar negara mewujudkan perdamaian karena faktor ketergantungan satu
dengan yang lain. Namun kekurangan dalam track ini adalah ketika adanya celah untuk
memanfaatkan kerja sama yang terjalin demi mencari keuntungan pribadi.
Track keempat adalah peranserta warga negara dalam upaya mencapaian perdamaian.
Setiap warga negara berkontribusi dalam mempromosikan negara, kebudayaan, memunculkan
gambaran positif serta pertemanan antar negara. Individu selalu bisa membawa perubahan
meskipun hanya sedikit hal dan kegiatan yang berlangsung tanpa adanya intervensi dari
pemerintah.ini biasanya dilakukan melalui Citizen diplomacy (Pertukaran Pelajar), Private
Voluntary Organization, Advocacyatau special interest group, Profesional Interest Groups,
Democracy-Building Institutions. Kekurangan dari track ini adalah terkadang lebih bersifat
individualis dan subjektif karena berfokus pada satu sisi.
Track kelima adalah perwujudan perdamaian melalui pembelajaran yang biasanya berupa
penelitian atau pelatihan serta edukasi. Track ini begitu erat hubungannya dengan institusi
pendidikan baik sekolah maupun universitas, pusat penelitian, analisis serta program studi
menyebarkan ide tentang perdamaian, mediasi bahkan pada resolusi konflik. Track bertujuan
menghasilkan individu-individu yang berkredible serta berkualitas. Kekurangan track ini adalah
informasi yang didapatkan bisa salah digunakan dan menyebabkan kerugian.
Track keenam adalah perwujudan perdamaian melalui advokasi dengan berfokus pada
aktivisme perdamaian dan environmental terhadap kepentingan khusus mengenai kebijakan dari
pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk protes, pendidikan, aturan, dukungan, pengawasan,
pendidikan dan advokasi. Cara ini sangat baik untuk mengawasi serta memberi feed back terhadap
hasil kerja pemerintah serta perlawanan atas ketidakadilan dan pelangaran HAM, namun
kekurangannya adalah perbedaan yang timbul dari cara pandang individu terhadap suatu masalah
yang tidak bisa ditoleril sehingga berujung konflik.
Track ketujuh adalah perwujudan perdamaian melalui iman dalam aksi agama yang
menjadi garda terdepan mewujudkan perdamaian lewat pelayanan aksi nyata. Track ini memiliki
kekuatan dalam penentangan terhadap kekerasan dengan menjunjung tinggi penciptaan
perdamaian. Namun kekurangan dari track ini adalah ketika orang yang memiliki kapasitas atau
kedudukan agama yang lebih tinggi bersikap ekslusif tanpa mengedepankan kepentingan bersama.
Track kedelapan adalah pendanaan atau bisa dikatakan perwujudan perdamaian lewat
penyediaan asset. Lewat penyediaan dana dari komunitas-komunitas funding lewat mendukung
aktivitas dan institusi dari sistem multitrack diplomasi dengan pemikiran bahwa upaya perwujudan
perdamaian perlu didukung. Namun beresiko dalam penyalahgunaan bantuan tersebut untuk halhal yang jauh dari tujuan awal.
Track yang terakhir adalah komunikasi dan media sebagai perwujudan perdamaian melalui
informasi. Penggunaan media cetak, visual, media elektronik untuk menginformasikan berita
ataupun isu yang berkembang kepada khalayak dan sangat berperan penting dalam menciptakan
agenda setting, pembentukan opini publik, sarana edukasi, dan menganalisa isu yang ada.
Masyarakat bisa dengan cepat mengakses informasi atau mengetahui suatu hal di tempat lain
terkhususnya upaya menjalankan perdamaian namun kekurangan dari track ini adalah
penyalahgunaan informasi terkhususnya pemutarbalikan fakta di lapangan yang mana masyarakat
digiring oleh kepentingan kelompok.
Dalam membahas topik ini, penulis menggunakan track yang pertama yaitu perwujudan
perdamaian lewat diplomasi pemerintah dimana ASEAN-KOREA CENTER sendiri adalah
Intergovermental organization yang merupakan hasil kesepakatan kerja sama antara negaranegara anggota ASEAN dengan Korea Selatan dengan tujuan peningkatan kerja sama dalam
bidang ekonomi sampai pada kebudayaan. Selain itu, track yang dipakai adalah perwujudan
perdamaian lewat peran serta warga negara dengan tujuan pembangunan images positif dimana
dalam topik ini, kegiatan ASEAN-KOREA Youth Forum berfokus pada pemuda negara-negara
anggota ASEAN yang bersekolah maupaun mengikuti program pertukaran pelajar di Korea
Selatan maupun pelajar Korea sendiri untuk memupuk rasa pertemanan antar negara serta lebih
lagi memperkenalkan ASEAN maupun Korea pada pemuda serta track ke sembilan yaitu media
masa dimana ASEAN-KOREA CENTRE mempublikasikan hasil dari kegiatan kepada khalayak
ramai.
2.4
Konstruktivisme
Konstruktivis muncul dari ketidakpuasan dalam penjelasan yang dipaparkan oleh teori
besar HI dalam melihat lingkungan internasional. Perang dingin yang berakhir membuka jalan
bagi pemikiran konstruktivis yang diadopsi dari ilmu sosiologi dapat memberi penjelasan tentang
hal yang terjadi dalam lingkungan internasional ketika teori neorealis tidak bisa menjelaskan
dengan jelas akan perkembangan kedepan dari balance of power. Konstruktivis mengklaim bahwa
neorealis dengan tidak tentu terhubung pada teori mereka yang secara berlebihan memberikan
perhatian pada anarkis dan perimbangan kekuasaan. Secara ontologis, konstrukrivis menentang
konsep-konsep rasionalis tentang sifat alamiah dan tindakan manusia dan lebih menekankan
kepada konstruksi dari sosial indentitas-identitas aktor serta pentingnya identitas dalam konstitusi
kepentingan serta tindakan.
Dalam pandangan mereka terhadap negara, konstruktivis melihat bahwa negara sama
sekali tidak memiliki given interest karena terjebak dalam struktur sosial yang normatif sehingga
negara saling mengenal satu dengan yang lain lewat asosiasi yang terjalin dengan negara lain,
karena itulah identitas yang terkonstruksi oleh norma kemudian membentuk kepentingankepentingan tertentu bahkan identitas. Mereka percaya bahwa perubahan identitas akan
mempengaruhi perubahan kepentingan dari Negara (Rachmawati, 2012,178).
Ada 3 asumsi dasar dari konstruktivisme yaitu:
1. Konstruktivis melihat negara dan power dimana tidak ada yang bersifat universal dalam
sistem internasional. Tidak seperti Neorealis yang berfokus pada distribusi kekuasaan atau
power seperti paksaan militer dan kapasitas ekonomis sehingga dalam pelaksanaanya para
pelaku lebih bersikap agresif dan konfliktual.
2. Konstruktivis melihat bahwa sistem internasional adalah anarki namun dalam sistem yang
anarki tersebut terdapat interaksi antar negara yang membentuk sistem internasional.
Konstruktivis melihat bahwa semua yang terjadi di dalam lingkungan internasional tidak
semata-mata karena given, tetapi ada suatu kerangka dalam hubungan saling
mempengaruhi antara satu agen dengan yang lain lewat adanya ide, hal ini disebabkan
pemikiran konstruktivis yang lebih mengutamakan aspek ide dari pada material. Pemikiran
ini berbeda dengan realism yang berpikir bahwa realitas yang terjadi dalam hubungan
internasional yang anarki adalah sebuah given.
3. Konstruktivis memfokuskan kajiannya terhadap persoalan mengenai bagaimana
pembentukan ide dan identitas dimana realitas hubungan internasional sejatinya adalah
share of ideas. Ide disini bisa dikatakan sebagai cara pandang dari agen dalam melihat yang
lain sehingga lewat ide tersebut memberikan identitas atau ciri khas yang membedakan
dengan yang lain. Agen melakukan sesuatu berdasarkan ide serta identitasnya yang ia
dapatkan lewat interaksi yang dilakukan dalam lingkungan sosialnya. Identitas juga tidak
hanya dipakai dalam menjelaskan tentang kepentingan nasional suatu negara, tetapi juga
penting dalam pengambilan keputusan. Setiap tindakan yang dilakukan suatu negara akan
mempengaruhi sistem internasional serta sebaliknya, sistem internasional juga bisa
mempengaruhi perilaku dari negara tersebut (Jackson and Sørensen, 2007, pp. 164–167).
Konstruktivis memfokuskan pemikirannya kepada masalah-masalah bagaimana ide
dan identitas dibentuk, berkembang dan bagaimana ide dan identitas membentuk pemahaman
negara dan merespon keadaan di sekitarnya. Konstruktivis melihat bahwa identitas dan
kepentingan merupakan hasil dari praktek inter-subjektif diantara aktor-aktor. Dengan kata lain
identitas dan kepentingan merupakan hasil dari sebuah proses interaksi. Identitas berada pada pusat
dari kepentingan nasional dan juga transnasional dimana perlunya memahami perilaku, praktek
serta lembaga dan perubahan internasional. Hal ini penting untuk bisa memahami kerja sama
internasional. Itu sebabnya Adler dan Barnett berpendapat bahwa “we feeling” atau identitas
kelompok nasional dapat meluas melintasi batas-batas negara (Carlsnaes et al., 2013, pp. 206–
210).
2.4.1. Konstruktivis Nicholas Onuf
Menurut Onuf (Onuf, 2012), sebuah makna dari adanya hubungan sosial bergantung pada
keberadaan dari Rules. Demikian pula dengan analisis sosial yang harus diawali dengan Rules yang
merupakan pernyataan yang mengatakan pada orang lain apa yang harus dilakukannya atau
bimbingan bagi perilaku dari manusia dan memungkinkan adanya makna bersama (shared
meaning) yang juga memungkinkan lahirnya agensi. Negara menjadi agen-agen dimasyarakat
hanya melalui rules namun disaat yang bersamaan, agen bisa memilih untuk mengikuti atau
melawannya”(Hara, 2011)
Onuf berfokus pada Rules atau aturan yang bergantung pada Speech act atau tindakan
berbicara yang membuat orang lain bertindak mengikuti apa yang dibicarakan. Bahasa menjadi
sesuatu yang penting dimana bukan sekedar deskriptif tetapi lebih pada performatif. Bahasa
mempunyai suatu fungsi konstitutif yang baik. Speech act ini mengikuti pola “I hereby assert to
anyone hearing me that some state of affrairs exists or can be achieved”. Ia membagi Speech ack
dalam 3 kategori yaitu assertives, directive dan commissives tergantung pada bagaimana
pembicara menginginkan pengaruh dari pembicaraannya kepada dunia namun keberhasilan dari
Speech act sendiri bergantung pada respon mereka yang menjadi target serta situasi saat itu. Onuf
menyimpulkan bahwa para agen harus mengikuti aturan karena itu adalah aturan bukan karena
alasan yang lain. Rules dan Speech Act memberikan link diantara “kata”dan “dunia”.
2.4.2. Konstruktivis Alexander Wendt
Secara mendalam, konstruktivis berarti konstruksi sosial. Wendt mengatakan bahwa
prinsip fundamental dari teori konstruktivis sosial adalah orang-orang bertindak terhadap objek,
termaksud aktor yang lain, atas dasar arti objek itu terhadap mereka. Contohnya, kedaulatan adalah
institusi sosial dalam arti bahwa negara dapat berdaulat hanya ketika itu dilihat oleh orang-orang
dan negara lain sebagai aktor perusahaan dengan hak dan kewajiban atas wilayah dan warga
negara.
Dalam jurnal keamanan internasional “constructing International Politics”, Alexander
Wendt (Wendt, 1995) mengatakan bahwa konstruksi sosial melibatkan 2 klaim dasar bahwa
struktur fundamental dari politik internasional adalah sosial dibandingkan materi yang kuat dan
bahwa struktur ini membentuk identitas dan kepentingan aktor, dibandingkan hanya perilaku
mereka. Konstruksi sosial mencangkup semua kepentingan aktor dan identitas mungkin
dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain dan dengan lingkungan sosial mereka. Ini
meliputi proses sosialisasi dan internalisasi, diarahkan untuk rekornasi sosial dan kebangaan, efek
dari norma sosial, efeknya norma-norma sosial pada kepentingan dan perilaku (termaksud
keinginan untuk menciptakan norma-norma yang melegitimasi perilaku seseorang), dan kehadiran
atau ketidakhadiran dari arti “komunitas”. Wendt mengatakan bahwa aktor memperoleh identitas
secara relatif stabil, pemahaman peran spesifik, dan ekspetasi terhadap diri lewat partisipasi dalam
arti kolektif. Kepentingan merupakan bagian produk dari identitas. Menurut Wendt identitas
sangatlah penting dibandingkan kepentingan, sebab identitas itu sendiri menjadi sumber bagi
pilihan kepentingan yang diambil oleh suatu negara. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa tidak semua
identitas terbentuk melalui interaksi. Terdapat 2 identitas menurutnya yaitu identitas yang dapat
diubah atau Social Identity serta identitas yang sudah ada atau corporate identity. Negara memiliki
corporate identity sebagai aktor yang berdaulat, dimana identitas itu tidak tergantung pada negara
lain. Para aktor mendapatkan identitas yang didefinisikan sebagai pemahaman bagi diri mereka.
Onuf mempunyai pandangan yang sama dengan Wendt (Wendt, 1995) dimana
menurutnya, konstruktivisme dibangun lewat hubungan yang berkaitan satu dengan yang lain
dalam proses interaksi diantara masyarakat dengan lingkungannya, sesama aktor, dan agen
fenomena yang terjadi didunia. Mereka berdua mencirikan konstruktivis dengan elemen-elemen
penting yaitu seperti identitas, agen, struktur dan aksi. Semuanya saling berkaitan dan membentuk
struktur sosial yang ada. Lewat kesamaan pandangan kedua pemikir konstruktivis ini, penulis akan
melihat bagaimana identitas yang di bangun lewat hubungan aktor satu dengan yang lain dalam
hal ini pemuda ASEAN dengan Korea didalam lingkungan yang dimaksud yaitu program ASEANKOREA Youth Forum.
2.5
No
Penelitian Terdahulu
Penelitian
Hasil Penelitian
1
ASEAN
&
International
Labor
Penelitian ini melihat permasalahan
Organization, 2009, “Youth Enterprise yang melanda pemuda di ASEAN. Pemuda
in Asia: Policies and Programmes”. ASEAN
International
Labor
yang
merupakan
aset
dalam
Organization, pembangunan sosial dan ekonomi nasional
Regional Office for Asia and the Pacific sebanyak 9.4 juta adalah penganguran.
Penelitian ini melihat bagaimana negara
anggota ASEAN secara proaktif menjalankan
strategi dan peraturan dalam menghadapi
permasalahan
pemerintah,
ini
lewat
koordinasi
kepemimpinan
dan
visi
untuk
pembangunan nasional yang dikombinasikan
dengan sumber daya dan keahlian dari sektor
swasta, dan jaringan dan dukungan yang
ditawarkan oleh komunitas lokal.
2
Satries, Wahyu, 2009, “PERAN SERTA
PEMUDA
Pemuda yang adalah harapan bangsa
DALAM merupakan asset berharga untuk masa depan
PEMBANGUNANMASYARAKAT”.
bangsa kearah yang lebih baik. Peneliti
Jurnal Madani Edisi I
melihat bahwa perlunya di buka kesempatan
untuk
para
pemuda
Indonesia
yang
merupakan agen perubahan (agent of change)
dan agen control sosial (agent of social
control) dalam pengembangan jati dirinya,
salah satunya adalah melalui ormas.
3
Hoang Ha, Van Kim. 2016, “PERAN
DIPLOMASI
KOMUNITAS membela
MEWUJUDKAN
SOSIAL-BUDAYA
menggunakan
diplomasi
DALAM kebudayaan sebagai “soft power” untuk
BUDAYA
VIETNAM”,
Negara
ASEAN:
Jurnal
kepentingan
KASUS meningkatkan
nasional
posisinya
di
serta
kancah
Ilmiah internasional. Vietnam menjadi salah satu
Kependidikan, Vol. X, No. 1. University contoh dimana secara aktif memberikan
of Social Sciences and Humanities kontribusi dalam kegiatan Komunitas SosialVietnam National University Ho Chi Budaya ASEAN yang berfokus pada bidang
Minh City
tenaga kerja dan sosial yang dilaksanakan
pada beberapa tingkat sektor dan aspek dari
kegiatan politik luar negeri mereka karena
menyadari
penting
diplomasi
dalam
budaya
pembentukan
berperan
komunitas
sosial-budaya.
4
Yuniarti,
“STRATEGI
Anik.2012,
Pembangunan
People
Centered
ASEAN MEMBANGUN SENSE OF ASEAN yang merupakan upaya untuk
COMMUNITY”. Jurnal Upn Veteran membagun sebuah komunitas yang solid dan
Yogyakarta
Yogyakarta
Yogyakarta.
-
Upn
Fisip
Upn
"Veteran" akrab
dengan
memupuk
serta
Veteran mengembangkan semangat persamaan dalam
upaya membentuk sense of community lewat
kerja sama yang yang akan mendorong
partisipasi masyarakat ASEAN dimana salah
satunya
adalah
melalui
kerja
sama
kebudayaan, pemerangan dan pendidikan
lewat workshop, ASEAN Culture Week,
ASEAN Youth Camp, Student exchange
ASEAN, dll. Penulis menjelaskan bahwa pilar
ketiga
yaitu
masyarakat
sosial
budaya
ASEAN yang sangat berperan penting dalam
pembentukan sense of community dan juga
“we feeling” terhadap ASEAN.
Penelitian dari ASEAN & International Labor Organization (2009) terkait dengan
permasalahan yang menimpa pemuda ASEAN yaitu penganguran hanya membahas bagaimana
negara anggota ASEAN berusaha dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam penelitian
ini, pembahasan mengenai permasalahan kepemudaan di ASEAN yaitu pengangguran akan lebih
berfokus pada kerja sama diantara ASEAN dengan mitra wicaranya yaitu Korea Selatan lewat
ASEAN-KOREA CENTRE.
Penelitian dari Wahyu Satries (2009) tentang peran serta pemuda dalam pembangunan
masyarakat memiliki sudut pandang yang sama dengan peniliti dimana pemuda merupakan asset
yang sangat berharaga sehingga perlu dikembangkan, namun penelitian tersebut hanya berkisar
pada pengembangan pemuda lewat organisasi masyarakat. Penelitian saya akan membahas lebih
luas mengenai pentingnya pemuda mengembangkan dirinya lewat adanya hubungan dengan
pemuda dari negara lain dan tidak hanya terbatas pada pengembangan pemuda di Indonesia tetapi
juga negara anggota ASEAN yang lain.
Dalam
penelitian
PERAN
DIPLOMASI
BUDAYA
DALAM
MEWUJUDKAN
KOMUNITAS SOSIAL-BUDAYA ASEAN: KASUS VIETNAM (2016), peneliti berhasil
mengambarkan secara baik bagaimana pemanfaatan diplomasi publik oleh Vietnam terutama
dalam kegiatan sosial-budaya ASEAN namum tidak begitu banyak diketahui oleh banyak orang.
Penelitian saya ini akan bertolak sedikit jauh mengambil contoh yang bisa mengambarkan
kesuksesan pengunaan diplomasi publik oleh negara. Contoh yang saya ambil adalah Korea
Selatan yang bisa dikatakan berhasil dalam memberikan kesan positif di kancah internasional
lewat diplomasi publiknya terkhusunya pada diplomasi budaya melalui Hallyu yang kemudian
berdampak pula pada peningkatan ekonomi Korea Selatan.
Penelitian terakhir mengenai “STRATEGI ASEAN MEMBANGUN SENSE OF
COMMUNITY”(2012), menjadi salah satu rujukan yang baik bagi penulis sebab penelitian ini
membahas bagaimana ASEAN lewat pilar ketiga yaitu masyarakat sosial budaya ASEAN yang
sangat berperan penting dalam pembentukan sense of community dan juga “we feeling” terhadap
ASEAN. Namun penulisan saya akan lebih melihat bagaimana ASEAN membangun “we feeling”
terhadap ASEAN melalui hubungan dengan negara lain yaitu Korea Selatan melalui kegiatan
ASEAN-KOREA Youth Forum dimana kegiatan untuk pemuda ASEAN yang berada di Korea
maupun pemuda Korea sendiri bertemu untuk membahas permasalahan global lewat diskusi
bersama dan mengenal identitas ASEAN lewat forum tersebut.
Penelitian ini secara khusus melihat bagaimana peranan ASEAN-KOREA Youth Forum
sebagai kegiatan yang dijalankan oleh ASEAN-KOREA CENTRE sebagai Intergovermental
organization dimana pembahasan ini tidak sebatas pada peranan ASEAN-KOREA CENTRE
untuk memfasilitasi kerja sama yang lebih erat serta saling pengertian satu sama lain antara
ASEAN dengan Korea namun juga melihat peran kegiatan ASEAN-KOREA Youth Forum
membangun identitas ASEAN bagi pemuda negara anggota ASEAN yang berada di Korea Selatan.
Penelitian ini jelas memiliki keunikan tersendiri sebab membahas ASEAN-KOREA Youth Forum
dalam melihat perannya membangun identitas ASEAN yang berfokus pada kepemudaan sehingga
penelitian ini menjadi penelitian yang terdahulu dalam membahas bidang kepemudaan.
2.6
Kerangka Pikir Penelitian
Intergovermental
Organization
Multitrack Diplomasi
ASEAN-KOREA CENTRE
ASEAN-KOREA Youth Forum
Diplomasi Publik
Konstruktivis
Membangun Identitas ASEAN bagi pemuda
ASEAN di Korea Selatan
ASEAN-KOREA CENTRE merupakan intergovermental organizationyang dibangun
dengan tujuan untuk memperkuat kerja sama serta memperdalam pertemanan diantara ASEAN
dan Korea akan dibahas fungsi dan lainya dengan konsep intergovernmental organization.
ASEAN-KOREA CENTRE menyelengarakan kegiatan ASEAN-KOREA Youth Forum yang
menjadi wadah untuk bertemunya pemuda-pemuda ASEAN dan Korea dalam upaya untuk
pencapaian visi dari ASEAN-KOREA CENTRE dalam memperkenalkan kebudayaan lewat
kontak people to people. Konsep Multitrack Diplomasi dan Diplomasi Publik akan dipakai untuk
melihat ASEAN-KOREA Youth Forum dan Teori Konstruktivisme untuk melihat peran dari
ASEAN-KOREA Youth Forum dalam pembentukan identitas ASEAN kepada pemuda ASEAN
yang berada di Korea Selatan.