Konsep Pendidikan Pesantren di Indonesia

Makalah Peradaban Pemikiran Pendidikan Islam

Konsep Pendidikan Pesantren di Indonesia

Oleh:
Fitria Zaharah

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM
PEKANBARU
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan aspek esensial dalam
kehidupan manusia yang dapat memajukan suatu peradaban. Melalui pendidikan
dan ilmu pengetahuan, suatu peradaban dapat dikenal dengan ciri khas dan
keistimewaannya masing-masing. Salah satu peran pendidikan dan ilmu

pengetahuan dapat dilihat dari sejarah peradaban Islam pada dinasti Abbasiyah di
masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, dimana ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat dan Baghdad pada masa itu menjadi kiblatnya
pendidikan dan ilmu pengetahuan sehingga banyak pelajar datang ke Baghdad
untuk menuntut ilmu. Dengan kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya Dinasti Abbasiyah menjadi negara yang maju dan masyhur
mengalahkan negara-negara lain pada masa daulah Islamiyah.
Pentingnya menuntut ilmu juga ditekankan di dalam Islam, dimana
berdasarkan firman Allah dalam surah Al-Mujadilah, ayat 11 tertulis bahwa,
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Ayat ini menekankan
bahwa Allah SWT mencintai dan senang pada hambaNya yang menuntut ilmu
sehingga Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang memiliki ilmu.
Dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya seorang individu dapat merasakan
kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Pembahasan tentang menuntut ilmu dan pendidikan tidak terlepas dari
keberadaan lembaga pendidikan yang menjadi tempat bernaung bagi penuntut
ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Lembaga pendidikan merupakan elemen
penting yang keberadaanya dapat menjadi simbol kemajuan pendidikan di suatu

wilayah. Salah satu lembaga pendidikan yang dikenal di Indonesia adalah

lembaga pendidikan pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang telah berdiri sejak
ratusan tahun lalu dan masih bertahan sampai sekarang di Indonesia. Keberadaan
pesantren di Indonesia di perkirakan bermula pada saat masuknya ajaran islam di
Indonesia yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam, wali, mubaligh dan
sebagainya ke wilayah nusantara. Sejak saat itu, pesantren dapat di temukan di
beberapa wilayah berbeda di Indonesia.
Nilai positif yang dirasakan oleh masyarakat terhadap keberadaan
pesantren menyebabkan lembaga pendidikan Islam ini menjadi dibutuhkan dan
tetap berdiri hingga sekarang. Berdasarkan catatan sejarah, pesantren melahirkan
banyak ulama dan tokoh yang berperan aktif dalam partisipasi pembangunan di
Indonesia dan masyarakat pada khususnya. Pesantren memiliki ciri khas yang
membedakannya dengan lembaga pendidikan bukan pesantren dari segi konsep
dan juga produk. Adapun karakteristik dari pesantren yang paling mendasar
adalah kesederhanaan dengan tujuan membentuk manusia yang baik.
Ada beberapa pengertian dari pesantren. Pesantren adalah lembaga
pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non-klasikal, di mana
seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang di tulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan
para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. 1

Pesantren dapat juga diartikan sebagai suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia
yang

bersifat

“tradisional”

untuk

mendalami

ilmu

agama

Islam

dan

mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.2 Ringkasnya pesantren

dapat diartikan sebagai tempat santri berkumpul untuk belajar agama Islam dari
para kiai untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlak mulia sesuai
1 Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), h.286
2 Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2004), h.48

dengan ajaran agama Islam. Dalam perkembangannya, jumlah santri yang belajar
di lembaga pendidikan Islam ini semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Akan tetapi, eksistensi lembaga pendidikan pesantren juga mendapat
berbagai tantangan dan rintangan. Mulai pada masa kolonial Belanda, masa
kemerdekaan, masa Orde Baru hingga masa sekarang- pesantren mendapat
tekanan yang tidak ringan, seperti modernisasi pendidikan, marginalisasi peran
pesantren, penciptaan stigma jelek, dan perluasan pendidikan sekuler.3
Menghadapi tantangan tersebut, cukup banyak pesantren sebagai lembaga
pendidikan tradisional Islam yang mengalami kesulitan dan akhirnya lenyap
setelah tergusur oleh tantangan-tantangan tersebut, namun permasalahan tersebut
tidak serta merta menyebabkan pesantren punah. Masih banyak ditemukan
pesantren yang masih bertahan hingga saat ini dengan selalu menerapkan nilai –
nilai progresif dan inovatif untuk mampu bersaing dan bersanding dengan sistem

pendidikan modern.
Sistem pendidikan yang diterapkan pada pesantren merupakan topik yang
menarik untuk dipelajari, mengingat kesuksesan pesantren pada masa
kegemilangannya hingga keberadaanya sampai saat ini merupakan hal yang harus
diapresiasi. Bagaimana sebuah lembaga pendidikan tradisional bernama pesantren
ini bisa berperan besar dalam pendidikan di Indonesia dan dapat menarik minat
masyarakat dan menghasilkan produk berupa santri yang berilmu, berakhlak
mulia dan juga berempati terhadap orang-orang disekitarnya sangat penting untuk
selidiki. Makalah ini akan mencoba untuk menggali bagaimana sejarah berdirinya
pesantren, sistem pendidikan yang di terapkan di dalam pesantren, dan juga
perubahan konsep pendidikan yang terjadi pada pesantren dalam menghadapi
tantangan modernisasi pendidikan.
2.

Rumusan Masalah

3 Solichin, Mohammad Muchlis, Modernisasi Pendidikan Pesantren, (Tadris. Vol. 6, No. 1,
Juni 2011) hal. 30

Berdasarkan dari latar belakang di atas, makalah inimencoba membahas

beberapa point penting berkaitan dengan pesantren. Adapun permasalahan yang
akan di bahas adalah:
1. Bagaimanakah pengertian pesantren?
2. Bagaimana sejarah berdirinya pesantren?
3. Bagaimanakah konsep pendidikan pesantren di Indonesia?
4. Bagaimanakah perubahan konsep pendidikan yang terjadi pada pesantren
dalam menghadapi tantangan modernisasi pendidikan?
3. Tujuan Penulisan Makalah
1.
2.
3.
4.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui pengertian dari pesantren
Untuk mengetahui sejarah berdirinya pesantren.
Untuk mengetahui konsep pendidikan pesantren di Indonesia.
Untuk mengetahui perubahan konsep pendidikan yang terjadi pada
pesantren dalam menghadapi tantangan modernisasi pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pesantren
Secara etimologi, kata pesantren berasal dari kata santri yang diberikan
imbuhan awalan pe- dan akhiran –an berarti “tempat tinggal santri”, sehingga
dapat dikatakan bahwa pesantren merupakan tempat tinggal santri. 4 Ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa pesantren berasal dari kata “sant” (manusia
baik) dengan suku kata “ira” (suka menolong), sehingga pesantren dapat
didefinisikan sebagai tempat pendidikan manusia baik-baik. 5 Kata santri
diperkirakan berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa India yang
berasal dari kata “shastni” yang bermakna buku-buku suci.6
Definisi pesantren menurut Ensiklopedi Islam untuk Pelajar adalah
lembaga pendidikan Islam tradisional yang berkembang beberapa abad lalu di
Indonesia sebagai tempat para santri belajar agama Islam dengan menerapkan
moralitas Islam pebagai pedoman.7 Sebagai tambahan, pesantren merupakan
lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral agama sebagai pedoman hidup bermasyarakat.8 Jadi, pesantren merupakan

tempat para santri berkumpul untuk belajar agama Islam dari para kiai untuk

4 Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2004). hal. 48
5 Nizar, Samsul, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hal. 87
6 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2003), hal.100
7 Madjid, Nurkholis, Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2004), hal. 17
8 Nizar,

Samsul, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hal. 90

menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama
Islam.
2. Sejarah Berdirinya Pesantren
Kapan pesantren pertama didirikan, di mana dan oleh siapa tidak dapat
dijelaskan secara terperinci karena tidak ditemukannya keterangan pasti tentang

sejarah berdirinya lembaga pendidikan ini. Dari hasil pendataan yang dilakukan
oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa
pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 dengan nama Pesantren Jan Tampes II
di Pamekasan Madura. Namun, hal ini menurut Matsuhu diragukan, karena
tentunya ada Pesantren Jan Tampes I yang lebih tua, dan di dalam buku pendataan
Departemen Agama tersebut banyak dicantumkan pesantren tanpa tahun
pendirian, sehingga sulit untuk menentukan usia pesantren yang di Indonesia.9
Ada beberapa pendapat mengenai sejarah berdirinya pesantren. Di dalam makalah
ini disajikan 2 pendapat yang melatar belakangi berdirinya pesantren di Indonesia.
Versi pertama. Pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar
pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pesantren mempunyai kaitan yang
erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini
berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak
dikenal dalam bentuk tarekat. Hal ini ditandai oleh terbentuknya kelompokkelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan- amalan zikir dan wiridwirid tertentu. Pemimpin terekat itu disebut kiai, yang mewajibkan pengikutpengikutnya untuk melakukan suluk selama empat puluh hari dalam satu tahun
dengan cara tinggal bersama anggota tarekat dalam sebuah masjid untuk
melakukan ibadah-ibadah di bawah bimbingan kiai. Untuk keperluan suluk ini,
para kiai menyediakan ruangan-ruangan khusus untuk penginapan dan tempat
memasak yang terletak di kiri – kanan masjid. Di samping mengajarkan amalanamalan tarekat, para pengikut itu juga diajarkan kitab-kitab agama dalam berbagai
9 Ibid.


hal.88

cabang ilmu pengetahuan agama Islam. Aktifitas yang dilakukan oleh pengikutpengikut tarekat ini kemudian dinamakan pengajian. Dalam perkembangan
selanjutnya lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga
pesantren.10
Versi kedua. Pesantren yang dikenal sekarang ini pada mulanya
merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren yang diadakan oleh orangorang Hindu di Nusantara. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa jauh sebelum
datangnya Islam ke Indonesia lembaga pesantren sudah ada di Indonesia.
Pendirian pesantren pada masa itu dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan
ajaran-ajaran agama Hindu dan tempat membina kader-kader penyebar Hindu.
Tradisi penghormatan murid kepada guru yang pola hubungan antara keduanya
tidak didasarkan kepada hal-hal yang sifatnya materi juga bersumber dari tradisi
Hindu. Fakta lain yang menunjukkan bahwa pesantren bukan berakar dari tradisi
Islam adalah tidak ditemukannya lembaga pendidikan pesantren di negara-negara
Islam lainnya, sementara lembaga yang serupa dengan pesantren banyak
ditemukan di dalam masyarakat Hindu dan Budha, seperti di India, Myanmar, dan
Thailand.11
Pendapat lain mengatakan berdirinya pesantren di Indonesia, dimulai dan
di bawa oleh Wali Songo, sehingga dapat diperkirakan bahwa pesantren pertama
didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau disebut juga Syekh Maulana

Maghribi yang merupakan Wali Songo pertama. Sebagai tambahan, bukti sejarah
menunjukkan bahwa penyebaran dan pendalaman agama Islam secara intensif
terjadi pada masa abad ke-13M sampai akhir abad ke 17 M. Pada masa itu berdiri
pusat kekuasaan dan studi Islam, seperti di Aceh, Demak, Giri, Ternate, dan
Makasar. Islam menyebar ke pelosok nusantara melalui perdagangan wali, ulama,
mubaligh dan sebagainya, dengan mendirikan Dayah dan Surau. Sejak abad ke 15
10 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2003), hal.100
11
Ibid, hal.101

Islam telah menggantikan dominasi ajaran Hindu, dan sejak abad ke 16 melalui
kerajaan Islam yang pertama yaitu Kerajaan Demak, seluruh Jawa telah dapat di
Islamkan. Berkaitan dengan masuknya Islam di Indonesia dan juga informasi
yang didapatkan dari karya-karya Jawa klasik, seperti Serat Cabodek dan Serat
Centini, diperkirakan pesantren mulai di kenal di Indonesia pada abad 15M-16M.
Pada permulaan abad ke 16M, telah banyak dijumpai pesantren besar yang
mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang fikih, teologi, dan tasawuf
dan menjadi pusat penyiaran studi Islam.12
3. Konsep Pendidikan Pesantren
Konsep pendidikan yang diterapkan di dalam pesantren merupakan hal
yang sangat menarik untuk dipelajari. Sebelum memasuki penjelasan mengenai
konsep pendidikan di pesantren, pemakalah akan menjelaskan terlebih dahulu
tujuan berdirinya pesantren, unsur-unsur pesantren, dan macam macam pesanten.
A. Tujuan Berdirinya Pesantren
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai konsep pendidikan
pesantren, ada baiknya untuk mengetahui tujuan didirikannya pesantren.
Karena tujuan merupakan pedoman bagi sebuah institusi dalam menjalankan
fungsinya.

Dikutip dari pedoman Penyusunan Standarisasi Pengajaran di

Pesantren pada dasarnya tujuan didirikannya pesantren terbagi atas dua hal,
yaitu:13

12 Nizar, Samsul, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hal. 89-90

13 Ibid, hal 90

1) Tujuan umum, untuk membina warga Negara agar berkepribadian muslim
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan pada
semua segi kehidupan serta menjadi orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, bangsa dan negara.
2) Tujuan khusus, a) Mendidik santri menjadi anggota masyarakat yang
muslim serta bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan lahir bathin serta sebagai warga Negara yang
berpancasila. b) Mendidik santri agar menjadi manusia muslim selaku
kader ulama, muballigh, berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dan
mengamalkan syariah secara utuh dan dinamis. c) Mendidik santri untuk
membantu mengingatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka
usaha pembangunan masyarakat dan bangsa.
Pesantren merupakan tempat membina manusia menjadi orang baik
sebagaimana sekolah yang didirikan juga untuk mendidik peserta didik
menjadi lebih baik dan mencerdaskan anak bangsa. Pesantren memiliki tujuan
pengajaran yang didesign sangat berlandaskan pada ajaran islam dengan
tujuan ibadah untuk mendapatkan ridho Allah SWT, dengan sistem asrama
dimana kiai dan santri tinggal di satu tempat yang sama sehingga waktu
belajar tidak terbatas, dan santri dapat dididik menjadi mukmin sejati yang
memiliki integritas, yang kukuh, mandiri dan mempunyai kualitas intelektual
B. Unsur – Unsur Pesantren
Pesantren memiliki unsur-unsur penting yang secara tidak langsung
menjadi karakteristik pembeda antara pesantren dengan lembaga pendidikan
lain. Suatu lembaga pendidikan tidak dapat dikatakan sebagai pesantren
apabila tidak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pondok
Pondok adalah asrama bagi santri, yang merupakan ciri khas dari tradisi
pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan di mesjid-

mesjid

yang

berkembang

dikebanyakan

wilayah

Islam.

Pondok

diperuntukan bagi santri untuk tinggal bersama dan belajar di bawah
bimbingan kiai. Fungsi pondokan selain sebagai tempat menginap para
santri, juga untuk memudahkan proses belajar mengajar dan pembinaan
serta kontrol terhadap santri secara berkesinambungan. Umumnya,
kompleks

pesantren

dikelilingi

dengan

pagar

pembatas

yang

memisahkannya dengan masyarakat umum. Kiai yang memimpin
pesantren biasanya memiliki kekuasaan mutlak dalam pengelolaan dan
pembangunan pondok.
2) Mesjid
Mesjid merupakan elemen penting di pesantren. Mesjid merupakan tempat
untuk mendidik para santri terutama dalam mengerjakan tata cara ibadah,
pengajaran kitab-kitab klasik, dan kegiatan kemasyarakatan. Masjid
biasanya dibangun dekat rumah kediaman kiai dan berada di tengah –
tengah kompleks pesantren.
3) Kiai
Kiai merupakan tokoh paling penting di dalam pesantren. Kiai adalah
orang yang memimpin pesantren yang memiliki kharisma tinggi, yang
tekun beribadah serta memiliki pengetahuan agama yang luas dan
mendalam. Berjalannya kegiatan di dalam pesantren bergantung pada
kepribadian kiainya. Seorang kiai haruslah seorang ahli agama Islam, yang
luas ilmunya, dan bertakwa kepada Allah dengan ilmu yang dimilkinya.
Kiai merupakan guru yang menjadi panutan bagi para santri.
4) Santri
Santri dapat dikatakan sebagai peserta didik yang belajar di dalam
pesantren. Santi yang belajar dalam satu pondok pesantren biasanya
memiliki rasa solidaritas dan kekeluargaan yang baik antar sesama santri
dan juga dengan kiai mereka. Santri dituntut untuk dapat menaati kiai dan
meneladani kehidupannya dalam segala hal, dan dapat belajar hidup
bermasyarakat, bernegosiai, memimpin dan dipimpin. Santri dibagi
menjadi dua kelompok: 1. Santri muqim adalah peserta didik yang berasal

dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. 2. Santri kalong adalah
peserta didik yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan tidak
menetap dalam pesantren.
5) Pengajaran Kitab-Kitab Klasik
Kitab klasik atau disebut juga kitab kuning, atau kitab gundul adalah
kitab-kitab berbahasa Arab yang merupakan hasil pemikiran para ulama.
Pesantren sangat identik dengan pengajaran kitab kuning ini, di mana kiai
membacakan kitab dan selanjutnya menjelaskan arti dan makna yang
terdapat di dalam kitab tersebut.14
C. Macam – Macam Pesantren
Secara garis besar, lembaga pesantren dapat di kelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu Pesantren Salafiyah dan Pesantren Khalafiyah.
1) Pesantren Salafiyah.
Kata salaf artinya lama, dahulu atau tradisional. Pada Pesantren Salafiyah,
tidak

diajarkan

pengetahuan

umum.

Pondok

pesantren

ini

menyelenggarakan pelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana
yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya, pembelajaran dilakukan
secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab
klasik berbahasa Arab, penjenjangan tidak didasarkan pada satu waktu
tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari. Dengan selesainya satu
kitab tertentu, santri dapat naik jenjang yang mempelajari kitab yang
tingkat kesukaranya lebih tinggi, dan seterusnya. Pesantren yang
merupakan pesantren salafi adalah Pesantren Maslakul Huda di Pati,
Pesantren Ploso di Kediri dan Pesantren Tremas di Pacitan.
2) Pesantren Khalafiyah (Ashriyah).

Kata khalaf merupakan antonym dari kata salaf yang bermakna kemudian
atau belakang, sedangkan kata ashriyah artinya sekarang atau modern.
Pada pesantren khalafiyah juga diajarkan pengetahuan umum. Pondok
14

Ibid, hal. 92

pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern melalui suatu pendidikan
formal, baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK) maupun sekolah (SD,
SMP, SMA dan SMK) atau nama lainya. Sebagaimana sekolah-sekolah
pada umumnya, pada pesantren khalafiyah diberlakukan pendekatan
klasikal pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan
program-program yang didasarkan pada satuan waktu, seperti catur wulan,
semester, tahun kelas dan seterusnya. Sementara kata pondok pada
pesantren khalafiyah ini lebih banyak berfungsi sebagai asrama yang
memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama.15
D. Konsep Pendidikan Pesantren di Indonesia
Pesantren pada dasarnya merupakan asrama pendidikan Islam
tradisional di mana siswanya (santri) tinggal dan menuntut ilmu agama di
bawah bimbingan kiai. Pada dasarnya tujuan dari penyelenggaraan pendidikan
dan pengajarannya adalah ibadah. Ada beberapa ciri yang menonjol di dalam
pendidikan pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan
sekolah biasa. Ada delapan ciri pendidikan pesantren, yaitu:
 Adanya hubungan yang akrab antara santri dan kiainya
 Adanya kepatuhan santri kepada kiai
 Hidup hemat dan penuh kesederhanaan
 Kemandirian
 Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan
 Kedisiplinan
 Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan
 Pemberian ijazah16

15 Saifuddin, Ahmad. Eksistensi Kurikulum Pesantren dan Kebijakan Pendidikan, (Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 03, No. 01, Mei 2015), hal 208-234
16 Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), hal. 289

Sekilas mengenai pesantren tradisional, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya tidak ditemukan sistem klasikal di dalam
pendidikan tradisional. Perkembangan kemajuan belajar santri diukur dari
kemampuan santri dalam menguasai kitab. Bila seorang santri sudah
menguasai satu kitab maka dia akan lanjut mempelajari kitab lain dengan
tingkatan yang lebih tinggi kesulitannya. Jadi lamanya belajar bergantung
dengan kemampuan santri dalam menguasai satu kitab.
a) Kurikulum
1) Pesanten Tradisional
Pada pesantren tradisional, tidak ada istilah kurikulum seperti
yang biasanya ditemukan pada pendidikan formal, namun yang
dikenal adalah istilah manhaj. Manhaj dapat diartikan sebagai arah
pembelajaran tertentu. Manhaj tidak berbentuk seperti jabaran
silabus, melainkan berupa funun kitab-kitab yang diajarkan pada
para santri. Kitab tersebut merupakan kitab gundul atau kitab kuning
atau kutub al salaf. Disebut kitab gundul karena pada umumnya
kitab tersebut tidak diberi harakat, dan disebut kitab kuning karena
umumnya kitab-kitab tersebut dicetak di atas kertas berwarna
kuning.
Dalam pelaksanaan pembelajarannya, pesantren menggunakan
manhaj dalam bentuk jenis-jenis kitab tertentu dalam cabang ilmu
tertentu. Kitab ini harus dipelajari sampai tuntas, sebelum dapat naik
jenjang ke kitab lain yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Dengan
demikian, masa tamat program pembelajaran bukanlah berdasarkan
satuan waktu dan penguasaan terhadap silabi topik-topik bahasan
tertentu melainkan didasarkan pada tamat atau tuntasnya santri
mempelajari kitab yang telah ditetapkan. Kompetensi standar bagi
tamatan pondok pesantren adalah kemampuan menguasai dalam
memahami, menghayati, mengamalkan dan mengajarkan isi kitab

tertentu yang telah ditetapkan hal ini terlihat dari penguasaan kitabkitab secara graduatif atau berurutan dari yang ringan sampai yang
berat, dari yang mudah ke kitab yang lebih sulit, dari kitab tipis ke
kitab yang berjilid-jilid.17 Materi yang di ajarkan:
1.
2.
3.
4.

Nahwu dan Sharaf
Fiqh
Ushul Fiqh
Hadist

5.
6.
7.
8.

Tafsir
Tauhid
Tasawwuf dan etika
Dsb.

2) Pesantren Modern
9.

Pada pesantren modern pendidikan berlangsung secara

formal dan diatur oleh kurikulum. Pesantren modern menggunakan
system pendidikan yang mengkombinasikan antara pesantren
tradisional dan juga model pendidikan formal dengan mendirikan
satuan pendidikan semacam SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA
bahkan sampai pada perguruan tinggi. Kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum pesantren tradisional yang diadaptasikan dengan
kurikulum pendidikan islam yang disponsori oleh Departemen
Agama dalam sekolah (Madrasah). Sedangkan kurikulum khusus
pesantren dialokasikan dalam muatan local atau mungkin
diterapkan melalui kebijaksanaan sendiri. Biasanya untuk kajian
kitab

kuning

dilakukan

setelah

pendidikan

formal

selesai

dilaksanakan.18
10.
b) Metode Pembelajaran

17 Saifuddin, Ahmad. Eksistensi Kurikulum Pesantren dan Kebijakan Pendidikan, (Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 03, No. 01, Mei 2015), hal 208-234
18 http://tjahidin.blogspot.co.id/2014/11/manajemen-kurikulum-dan-sistem.html

11.

Metode pembelajaran tradisional yang menjadi ciri umum

pesantren tradisional diantaranya adalah:
(1) Metode Sorogan
12. Metode ini merupakan ciri khas dari pesantren. Kata sorogan
ini berasal dari kata sorog dari bahasa Jawa yang bermakna
menyodorkan. Jadi di dalam metode ini santri manghadap kiai
seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan
dipelajarinya. Metode ini termasuk metode belajar individual karena
santri secara perorangan berhadapan langsung dengan seorang guru
atau kiai.
(2) Metode Wetonan
13. Istilah weton berasal dalam bahasa Jawa yang berarti waktu,
sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu tertentu, yaitu
sebelum atau sesudah melakukan shalat fardhu atau pada hari-hari
tertentu. Metode ini dilaksanakan saat kiai membacakan kitab
kuning, sementara santri duduk disekeliling kiai mendengarkan dan
memahami serta memberikan makna di kitabnya tentang materi yang
sedang dibacakan kiai. Di Jawa Barat metode ini disebut dengan
bandongan.
(3) Metode Hafalan
14. Ini merupakan metode dimana santri menghapal teks atau
kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya dalam jangka waktu
tertentu. Hafalan yang dimiliki oleh santri ini kemudian dihafalkan
di hadapan kiai atau utadz secara periodik atau insidental, tergantung
pada petunjuk kiai yang bersangkutan. Materi pembelajaran dengan
metode hafalan umumnya berkenaan dengan al-Qur'an, nadzamnadzam untuk nahwu, sharaf, tajwid ataupun untuk teks-teks. 19
15.
Sementara itu metode pembelajaran yang dianut oleh pesantren
modern, diantaramya:
19 Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), hal. 287

(1) Metode Musyawarah
16. Nama lain dari metode ini adalah bahtsul masa'il. Metode ini
merupakan metode pembelajaran yang serupa dengan metode
diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu
membentuk halaqah yang dipimpin langsung seorang kiai atau
ustadz senior untuk membahas atau mengkaji persoalan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan, para santri dengan
bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.
(2) Metode Demonstrasi atau Praktik Ibadah
17. Metode ini merupakan cara pembelajaran dimana santri
memperagakan tata cara pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan
secara pribadi maupun kelompok di bawah bimbingan kiai atau
ustadz. Metode ini dengan urutan sebagai berikut, 1) santri diberikan
penjelasan tentang tata cara pelaksanaan ibadah tertentu sampai
paham,

2)

santri

dengan

bimbingan

kiai

mempersiapkan

perlengkapan yang dibutuhkan untuk praktek melaksanakan ibadah,
3) menentukan waktu dan tempat untuk pembagian waktu dan
pembagian tugas, 4) melakukan praktek secara bergilir, 5) setelah
selesai kegiatan praktik ibadah para santri diberi kesempatan
menanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung
kegiatan.
c) Masa Pembelajaran dan Pemberian Ijazah
1) Pesantren Tradisional
18.
Sebagaimana yang telah diterangkan di beberapa sub
bab di atas, lamanya pendidikan di pesantren tradisional bergantung
kepada kemampuan siswa dalam menguasai kitab-kitab yang
dipelajari. Namun, pada umumnya rata-rata santri menyelesaikan
pendidikan selama tiga tahun atau enam tahun. Kemudian santri
tersebut akan diberikan ijazah atau syahadah. Ijazah atau syahadah

merupakan lembaran yang menunjukkan atau tanda bukti telah
selesainya pendidikan seseorang di suatu perguruan untuk masa
pembelajaran tertentu. Di dunia pondok pesantren, pengertian ijazah
memiliki nama-nama tertentu. Tidak seragam dengan kata ijazah, ada
yang menyebutnya dengan istilah syahadah dan lainnya.
2) Pesantren Modern
19.
Dikarenakan pada pesantren modern sudah dikenal
system pendidikan klasikal, lamanya pembelajaran sudah diatur oleh
kurikulum dan jenjang yang ditentukan oleh sekolah. Biasanya
pendidikan berlangsung selama 3 atau empat tahun. Kemudian ketika
santri sudah berada di jenjang / kelas terakhir, santri tersebut harus
mengikuti ujian akhir. Adapun ijazah pada pesantren modern dapat
diterima oleh Lembaga pendidikan non-pesantren di Indonesia.
20.
E. Perubahan konsep pendidikan yang terjadi pada pesantren dalam
menghadapi tantangan modernisasi pendidikan
21.
Masa kejayaan pesantren berlangsung sekitar abad ke 16
dimana pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di
Indonesia. Pada saat itu, pesantren telah berhasil berasimilasi dengan budaya
lokal sehingga ajaran islam dapat bersentuhan mesra dengan nilai-nilai,
keyakinan, dan ritual pra-Islam.20 Seiringnya dengan pergantian waktu,
pesantren mengalami beberapa tantangan yang menyebabkan institusi ini
melakukan beberapa perubahan di dalam sistem pendidikannya agar dapat
bertahan di dalam era modernisasi pendidikan.
22.
Tantangan pertama datang dari masa kolonialisme Belanda
dimana Belanda datang dan memperkenalkan sistem pendidikan sekolah bagi
anak-anak Indonesia dengan mendirikan Sekolah Rakyat (volkscholen) atau
disebut juga Sekolah Desa (nagari) dengan masa belajar 3 tahun. Ada 3 jenis
sekolah dasar pada zaman ini, yaitu sekolah dasar kelas 1 untuk anak-anak,
20 Solichin, Mohammad Muchlis, Modernisasi Pendidikan Pesantren, (Tadris. Vol. 6, No. 1,
Juni 2011) hal. 33

para pemuda dan orang terhormat bumi putera, sekolah dasar kelas dua untuk
anak-anak pribumi pada umumnya, dan sekolah dasar kelas satu untuk anakanak Belanda dan kaum bangsawan.21 Adanya sekolah-sekolah umum ini
tentunya, memberikan pengaruh kepada pesantren untuk mengadakan
perubahan-perubahan pada sistem pendidikannya untuk menyaingi sekolah
yang didirikan Belanda.
23.
Tantangan kedua datang dari kaum reformis muslim. Pada abad
kedua puluh, kaum reformis meyakini bahwa untuk menjawab tantangan
pemerintah kolonial Belanda dan kristenisasi, perlu diadakan modernisasi
pendidikan Islam. Sehingga pada saat itu didirikan dua kelembagaan Islam
modern. Pertama, mereka yang mendirikan sekolah-sekolah umum, tetapi
diberi muatan Islam. Seperti Syeikh Abdullah Ahmad dari Padang Panjang,
yang mendirikan Sekolah Adabiyah. Kedua, mereka yang mendirikan
madrasah modern, yang secara terbatas mengadopsi substansi dan metodologi
pendidikan modern yang diperkenalkan oleh Belanda. Seperti Labai AlYunusi yang mendirikan Madrasah Diniyah, dan organisasi Sumatera Tawalib
yang mendirikan madrasah-madrasah modern di Padang Panjang, Parabek,
Batu Sangkar, Maninjau, Bukit Tinggi dan lain-lain.22
24.
Usaha yang dilakukan pesantren dalam menghadapi tantangan tersebut
adalah dengan melakukan penyesuaian terhadap sistem pendidikannya
dengan melakukan modernisasi pendidikan pesantren. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah dengan menghasilkan pengembangan kurikulum
pendidikan pesantren dengan memasukkan mata pelajaran-mata pelajaran
umum, mengadakan sistem perjenjangan (sistem classical), dan perubahan
manajemen pesantren. Contoh pesantren yang melakukan perubahan ini
21 Solichin, Mohammad Muchlis, Modernisasi Pendidikan Pesantren, (Tadris. Vol. 6, No. 1,
Juni 2011) hal. 36
22 Azra, Azyumardi, Genealogy of Indonesian Islamic Education: Roles in the Modernization
of Muslim Society. In Heritage of Nusantara, (International Journal of Religious Literature
and Heritage. Vol. 4 No. 1 June 2015), hal.36

adalah Pesantren Manbaul Ulum di Surakarta, dengan memasukkan mata
pelajaran membaca tulisan latin, aljabar dan berhitung dalam kurikulum
pendidikannya. Langkah tersebut, kemudian juga diikuti oleh Pondok
Pesantren Tebuireng di Jombang.
25.
Tujuan dari modernisasi pendidikan pesantren ini adalah untuk
mempertahankan keberadaan pesantren yang mulai tersaingi dengan
munculnya sekolah sekolah umum maupun sekolah madrasah. Pada
perkembangannya, kurikulum di pesantren semakin terbuka dengan
memasukkan banyak mata pelajaran umum di dalam kurikulum
pendidikannya, pengajaran keterampilan-keterampilan tertentu, namun
tetap mengajarkan kitab-kitab kuning yang menjadi cirri khas pesantren.
Pembelajaran tak lagi dilakukan dengan metode bandongan dan sarogan.
Pelajaran umum diajarkan pada pagi dan siang hari, pengajaran kitab
kuning dilakukan pada sore dan malam hari. Akan tetapi hal ini
menyebabkan berkurangnya proposi pengajaran kitab kuning pada
pesantren. Namun demikian, hikmah dari modernisasi pendidikan
pesantren ini adalah tujuan pendidikan pesantren berubah, tidak hanya
mencetak kader-kader Muslim yang tafaqquh fi al-din dan Muslim yang
dapat melaksanakan ajaran Islam dengan baik, namun juga berkembang
sesuai dengan tujuan pendidikan dengan dilaksanakannya sistem
pendidikan madrasah dan sekolah dalam bingkai tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menghasilkan santri
yang ahli agama, tapi juga memiliki keterampilan yang bisa dipraktekkan
di dalam masyarakat.
26.
Contoh perubahan konsep pendidikan pesantren dapat dilihat
dari perubahan konsep pendidikan Pondok Pesantren Tebuireng di bawah ini.
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh KH. Hasyim Asyari pada tahun
1889 M, setelah 7 tahun belajar di Mekah. Pesantren ini terletak di daerah
Tebuireng 8-kilometer sebelah selatan Jombang. Tanah pesantren ini dibeli

dari seorang dalang terkenal di Tebuireng. Pada awalnya bangunan hanya
berukuran 10-meter, yang disekat menjadi dua bagian, yang pertama sebagai
tempat tinggal beliau, dan bagian lain sebagai tempat sholat. Jumlah santri
beliau pada mulanya 7 orang, ada pendapat lain yang mengatakan 8 orang dan
ada pula yang mengatakan 28 orang.23
27.
Diketahui bahwa daerah Tebuireng adalah daerah rawan karena
masyarakatnya belum beragama dan memiliki kebiasaan bertentangan dengan
agama, sehingga banyak teman dari KH. Hasyim Asyari tidak setuju beliau
mendirikan pesantren di daerah Tebuireng. Namun tujuan beliau adalah untuk
memperbaiki moral masyarakat, sehingga beliau tetap pada pendiriannya.
Dalam perjalan awal pendirian pesantren Tebuireng, KH. Hasyim Asyari
mendapatkan banyak tantangan dan gangguan dari masyarakat. Akan tetapi
dengan perjuangan keras beliau, daerah Tebuireng menjadi menjadi daerah
yang agamis. Jumlah santri beliau pun semakin bertambah.
28.
Metode pembelajaran yang digunakan pesantren Tebuireng
pada awal pendiriannya adalah metode pendidikan tradisional, seperti
sarogan, wetonan dan bandongan. Materi pelajaran pun hanya sebatas
pengetahuan keagamaan. Namun sejak tahun 1916 M, terjadi perubahan di
pesantren ini dengan dimulainya sistem pendidikan madrasah dan pada tahun
1919M terdapat penambahan mata pelajaran yang harus dipelajari para santri
dengan dimasukkannya mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia
(Melayu), Matematika, Ilmu Bumi, Bahasa Belanda dan Sejarah. Perubahan
ini merupakan usulan dari putra tertua KH. Hasyim, yakni KH. Wahid Hasyim
untuk mengembangkan inisiatif dan kepribadian para santri dalam rangka
peningkatan kualitas kemampuan santri. Hal ini juga didasari dengan semakin
banyaknya pendirian sekolah umum oleh kolonial Belanda.
29.
23

Burhanudin, Tamyiz, Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan Akhlak, (Yogyakarta:
Ittaqa Press, 2001), hal.9

30.BAB III
31.PENUTUP
1. Kesimpulan
32.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia merupakan aset
bangsa Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini. Suatu lembaga dapat
dikatakan pesantren bila memiliki unsur-unsur berikut yaitu mesjid, pondok,
santri, kiai dan pengajaran kitab kuning. Satu hal yang penting adalah pesantren
mengajarkan konsep kesedehanaan dan konsep kemandirian. Kedua konsep
tersebut dapat diaplikasikan dengan baik di pesantren karena santrinya belajar dan
tinggal jauh dari keluarga sehingga kemandirian dan kesederhanaan sangat
diperlukan untuk survive dalam konsep pendidikan pada pesantren. Kelebihan
dari pesantren adalah pembelajaran dapat dilakukan kapanpun karena santri dan
kiai tinggal di lingkungan yang sama. Secara garis besar terdapat dua jenis
pesantren yaitu pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Pada pesantren
salafiyah (tradisional) metode pembelajaran yang umumnya dilakukan adalah
metode sarogan dan wetonan. Sementara pada pesantren khalafiyah, metode
pembelajaran sudah berkembang ke arah pendidikan modern. Adapun tujuan
pendidikan dari lembaga pesantrenya adalah ibadah untuk mendapatkan ridho
Allah dan menjadikan santri orang yang paham ilmu agama dan berguna bagi

masyarakat.
33.
Pada awalnya pendidikan di pesantren dilakukan dengan metode
sarogan, wetonan, bandongan, kemudian seiring berjalannya waktu pendidikan
pesantren mulai mengalamai modernisasi, sehingga tidak hanya mempelajari
pelajaran keagamaan dari kitab-kitab kuning saja, tapi juga mulai mempelajari
pelajaran umum. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan keberadaan pesantren
agar dapat bersaing di zaman modernisasi pendidikan.
34.

2. Saran
35.

Sebagai seorang muslim, pemilihan pesantren sebagai tempat belajar
merupakan hal yang perlu untuk dipertimbangkan. Mengingat pesantren seiring
dengan perkembangannya, tidak kalah dengan sekolah umum yang banyak
ditemukan di Indonesia pada saat ini, bahkan lebih lengkap karena tak hanya
mengajarkan pelajaran umum tapi juga mengajarkan pendidikan agama juga
kemandirian dan kesederhanaan. Terlebih ijazah yang dikeluarkan oleh pesantren
juga diterima secara nasional sehingga tidak mustahil santri tamatan pesantren
memasuki universitas – universitas yang ada di Indonesia, sehingga tetap dapat
bersaing dengan pelajar dari sekolah umum bahkan mendapatkan nilai plus
dengan memiliki pemahaman agama yang mendalam.

3. Refleksi
36.Pada awalnya sistem pendidikan merupakan perpaduan antara ilmu
agama (ilmu akhirat) dan ilmu pengetahuan (ilmu duniawi). Namun, berdasarkan
perkembangannya, terjadi dikotomi sistem pendidikan, sehingga terjadi
pemisahan antara unsur pendidikan agama dan ilmu pengetahuan. Pendidikan di
dalam pesantren pada awalnya adalah sistem pendidikan agama yang berdiri
sendiri dan terpisah dari pengajaran ilmu pengetahuan dimana pada awalnya ilmu
pengetahuan diluar ilmu agama tidak diajarkan di pesantren.
37.Pengajaran tentang ilmu pengetahuan non-agama diperkenalkan di
Indonesia pada zaman Belanda. Pada masa ini pengenalan terhadap cara penulisan
huruf latin, berhitung, pelajaran IPA, sejarah mulai dilaksanakan. Sehingga pada
awal diperkenalkannya sekolah umum di Indonesia memuncuklan pro dan kontra
di kalangan masyarakat. Namun pada hakikatnya, kedua ilmu tersebut dibutuhkan
bagi seorang individu dalam menjalani hidupnya agar mencapai kesuksesan di
dunia dan akhirat.

38.Perkembangan pendidikan di Indonesia mengalami beberapa fase
perubahan. Hal ini merupakan hal yang lumrah, karena pada hakikatnya
perubahan merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan untuk bergerak ke
arah yang lebih baik. Akan tetapi, terkadang terdapat aspek yang mau tak mau
harus dikorbankan dalam rangka mencapai suatu perubahan. Menurut pemakalah,
sistem pendidikan pesantren merupakan aspek yang terkorbankan dalam
perubahan sistem pendidikan di Indonesia, sehingga pesantren harus mengalami
perubahan melakukan modernisasi pada sistem pendidikannya.
39.Namun demikian, perubahan sistem pendidikan pesantren yang
menjadi lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan memberikan hikmah yang besar
bagi pendidikan di Indonesia. Bukankah kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Islamiyah dahulu merupakan gabungan dari ilmu agama dan ilmu
pengetahuan? Karena pada hakikatnya, Islam merupakan agama rahmatan lil
alamin yang memberikan pedoman bagi umatnya di dalam kehidupan dunia dan
juga akhirat. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam mengandung beraneka
ragam ilmu pengetahuan yang mengajarkan tentang ilmu agama saja bahkan juga
ilmu yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi.
40.Berkenaan permasalah perubahan sistem pendidikan pesantren ini,
muncul suatu pemikiran yang unik di dalam pemikiran pemakalah. Pemakalah
membayangkan apabila Belanda tidak menjajah Indonesia maka di dalam sistem
pendidikan Indonesia tidak di kenal sistem pendidikan umum. Pendidikan di
Indonesia pastinya akan berbasis agama yang merupakan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi manusia di dunia maupun akhirat. Namun, ilmu agama saja
sebenarnya tidak cukup untuk mencapai kemajuan di bidang pendidikan, karena
perbaduan ilmu agama dan ilmu pengetahuanlah yang sebenarnya menjadi
landasan majunya sistem pendidikan di suatu negara. Bila pendidikan awal di
Indonesia yakni system pendidikan pesantren tidak mengalami modernisasi, bisa
saja beberapa perguruan tinggi termashur di Indonesia seperti UI, ITB, IPB, UGM

dan sebagainya tidak dikenal dan didirikan di Indonesia. Padahal, perguruan
tinggi yang disebutkan di atas, pada saat ini, memiliki peran dalam
mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional. Jadi, hikmah dari ini
modernisasi pendidikan pesantren ini, menurut pemakalah, membuka pintu untuk
memperlebar khasanah pendidikan di Indonesia untuk bergerak kea rah yang
lebih baik sehingga tidak perlu untuk disesali.
41.

Akan tetapi, alangkah baiknya bila pendidikan umum di Indonesia saat

ini bercermin pada konsep pendidikan pesantren dimana diajarkan pendidikan
tentang kesederhanaan dan akhlak terpuji. Sehingga tercipta lingkungan sekolah
yang di dalamnya terdapat hubungan yang baik antara guru dan siswa di sekolah
dengan menjunjung tinggi akhlak terpuji. Mengingat permasalahan pendidikan di
Indonesia pada saat ini berputar di sekitar permasalahan akhlak dan moral siswa
serta hubungan guru dan murid yang mengalami degradasi dari zaman ke zaman.
Refleksi dan aplikasi konsep pendidikan pesantren terhadap sistem pendidikan
umum diharapkan dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan pendidikan
Indonesia pada saat ini.
42.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat pemakalah
harapkan. Semoga kita semua selalu dapat berubah kearah yang lebih baik.
Demikianlah makalah ini di tulis, semoga bermanfaat.
43.
44.
45.
46.
47.

48.
49.
50.
51.
52.

53.
54.

Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi. Genealogy of Indonesian Islamic Education: Roles in the
Modernization of Muslim Society. In Heritage of Nusantara. International
Journal of Religious Literature and Heritage. Vol. 4 No. 1 June 2015 (di akses

56.

pada tanggan 21 Oktober 2917)
55. .
Burhanudin, Tamyiz. 2001. Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan

58.

Akhlak.Yogyakarta: Ittaqa Press.
57.
Daulay, Prof. Dr. Haidar Putra, MA. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem

59.

Pendidikan Nasional Indonesia.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2003. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT.

60.

Ichtiar Baru Van Hoeve.
Jahidin, Torik. “Manajemen Kurikulum dan Sistem Pembelajaran di Pondok
Pesantren
Minhajuttholabah
Lawigede
Kembangan
Bukateja”
http://tjahidin.blogspot.co.id/2014/11/manajemen-kurikulum-dan-sistem.html
(Diakses Sabtu, 25 November 2017)

61.
62.

Madjid, Prof. Dr. Nurkholis. 2004. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar. Jakarta:

63.

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Nizar, Prof. Dr. H. Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Menelusuri
Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.

64.

Nizar, Prof. DR. H. Samsul. 2013. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual
Pendidikan Islam di Nusantara. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
65. Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret
Perjalanan.
66.

Jakarta: Paramadina.

67. Saifuddin, Ahmad. 2015. Eksistensi Kurikulum Pesantren dan Kebijakan
Pendidikan.
68.
69.

Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 3, No. 1, Mei 2015 Hal 208-234

(diakses pada tanggal 30 September 2017)
Solichin, Mohammad Muchlis. 2011. Modernisasi Pendidikan Pesantren.
Tadris. Vol.6, No.1, Juni 2011. (diakses pada tanggal 30 September 2017)

70.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. 2002. Ensiklopedi Islam Indonesia.
Jakarta: Penerbit Djambatan.
71. Toha, H.M. As’ad. 2011. Sejarah Pendidikan Islam.Yogjakarta: Insan
Madani.
72.