Analisa Perkembangan Asset Dana Pihak Ke (1)

ANALISA PERKEMBANGAN ASSET, DANA PIHAK KETIGA (DPK),
DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Maria Ulfah

ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis menganalisa perkembangan perbankan syariah di Indonesia
dengan menggunakan indikator pertumbuhan berupa asset, dana pihak ketiga (DPK), dan
pembiayaan. Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS). Data-data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan
keuangan perbankan syariah tahun 2004-2009 berupa neraca serta data-data stasistik mengenai
perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI). Data sekunder ini diambil
melalui situs resmi Bank Indonesia untuk diolah, kemudian diprediksikan bagaimana
perkembangannya pada periode 2009.III-2010.IV.
Setelah dilakukan analisa dan prediksi menggunakan Autoreggresive Integrated Moving
Average (ARIMA) diperoleh hasil bahwa pada periode 2009.III-2010.IV jumlah asset, dana
pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan perbankan syariah tidak mengalami peningkatan yang
berarti dan cenderung stabil. Sementara itu, tingkat pertumbuhan asset, DPK, dan pembiayaan
pada periode tersebut mengalami penurunan.

Kata Kunci : Asset, DPK, Pembiayaan, Perbankan Syariah


PENDAHULUAN
Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan
semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya
sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena
menanamkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah (Fauzi,2008). Meskipun
kala itu hanya ada satu lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui oleh banyak
kalangan bahwa system yang dianut dapat menjawab tantangan krisis yang terjadi pada tahun
1997-1998 (Khaidar,2007). Sejak saat itu, perbankan syariah yang lahir dari rahim umat islam
menjadi dikenal oleh masyarakat muslim dan non muslim. Hingga saat ini banyak bank-bank
konvensional yang mempunyai unit khusus bank syariah (Perwataatmadja dan Tanjung, 2006).
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip bagi
hasil dan resiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, bank
syariah mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian. Peranan perbakan syariah dalam
aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional (Banoon dan
Malik,2007). Keberadaaan bank syariah diharapkan dapat mendorong perkonomian suatu negara.
Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekomomian adalah : kemakmuran ekonomi yang
meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadailan social
ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi
dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta pelayanan yang

efektif (Setiawan, 2006).

Pada tahun 1998 diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
sebagai pengganti Undang-undang No. 7 tahun 1992. Dengan adanya Undang-undang tersebut
perbankan syariah di Indonesai mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang,
menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk memberikan kesempatan kepada bank umum
konvensional untuk membuka kantor cabang yang melaksanakan operasional perbankan yang
berdasarkan prinsip syariah. Jika pada tahun 1992-1998 hanya ada satu bank syariah, maka pada
Maret 2007 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 24 unit yang terdiri atas 3 Bank Umum Syariah
dan 21 Unit Usaha Syariah. Selain itu jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah
mencapai 105 unit pada periode yang sama (Octaviana, 2007). Meskipun perkembangan
ekonomi syariah bergerak lambat, tetapi sampai dengan tahun 2009 ini Indonesia masih menjadi
negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah terbanyak
didunia, hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang
menganut sistem syariah (Syafi’i,2009).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukan arah peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu : asset, dana pihak ketiga
(DPK), dan pembiayaan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia dapat
diketahui bahwa perkembangan asset bank syariah pada bulan November 2007 dan 2008 masingmasing sebesar 0.82% dan 9.76%. Tetapi pada Desember 2007 perkembangan asset bank syariah

sempat mencapai angka 9.76%. Secara terinci pertumbuhan asset bank syariah dari November
2007 sampai 2008 terlihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 1. Grafik Perkembangan Asset Bank Syariah

Sumber : Data Statistik Bank Indonesia, 2008
Gambar 2. Grafik Sumber Dana Bank Syariah

Sumber : Data Statistik Bank Indonesia, 2008
Gambar 2 menunjukan komposisi sumber dana bank syariah yang berbentuk giro
wadi’ah, deposito mudharabah, tabungan mudharabah, dan pembiayaan yang diterima (received
financing) selama Agustus 2007 – 2008, terlihat mengalami fluktuasi tapi cenderung stabil dan
mengalami peningkatan. Dana pihak ketiga yang disimpan dalam bentuk giro wadi’ah jumlahnya
lebih stabil dibandingkan dana dalam bentuk deposito mudharabah. Pembiayaan yang diterima
(received financing) komposisinya sangat kecil, hal ini terlihat pada diagram, received financing
berada pada puncak diagram yang terlihat dalam grafik sumber dana bank syariah.

Gambar 3. Grafik Komposisi Penggunaan dan Sumber Dana Bank Syariah

Pada gambar 3 menunjukan komposisi penggunaan dan sumber dana bank syariah. Pada

Desember 2007 terlihat penggunaan dana terbesar, yaitu sebanyak 82%, digunakan untuk
pembiayaan (financial extended), penempatan pada Bank Indonesia (BI) sebesar 13%, dan
sisanya penempatan pada bank lain sebanyak 5%. Sedangkan sumber dana terbesar diperoleh
dari deposito mudharabah dengan komposisi 52% dan tabungan mudharabah sebesar 34%. Pada
bulan Agustus 2008, komposisi penggunaan dana untuk pembiayaan lebih besar dari bulan
Desember 2007, yaitu sebanyak 89%. Komposisi sumber dana Agustus 2008 tidak terlalu jauh
berbeda dengan Desember 2007, pada Agustus 2008 jumlah dana dalam bentuk deposito
mudharabah naik 2% menjadi 54%.
Berdasarkan perkembangan dan prediksi perbankan syariah sebagaimana dijelaskan di
atas, maka penelitian ini akan memfokuskan pada evaluasi dan prediksi tingkat kenaikan
pertumbuhan indikator-indikator perbankan syariah. Indikator perbankan syariah tersebut adalah
asset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit.

Model prediksi yang digunakan adalah ARIMA (Autoregressive Integrated Moving
Average). Alasan utama penggunaan teknik Box-Jenkin karena pergerakan variabel-variabel
ekonomi yang diteliti, seperti pergerakan data kuantitas bank seringkali sulit dijelaskan oleh
teori-teori ekonomi.
Prediksi terhadap ketiga indikator perbankan tersebut dilakukan secara bertahap .
Pentahapan prediksi dalam penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif metode
prediksi pertumbuhan perbankan syaraih di Indonesia. Data yang digunakan adalah dalam bentuk

nilai nominal. Dari hasi prediksi nilai nominal tersebut akan dihitung nilai pertumbuhannya.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk :
1. Mengevaluasi dan menganalisa tingkat pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2003
– 2008 dengan menggunakan indikator-indikator asset, dana pihak ketiga (DPK), dan
penyaluran kredit (pembiayaan).
2. Memprediksi pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2009.III – 2010.IV dengan
menggunakan indikator pertumbuhan seperti asset, jumlah dana pihak ketiga (DPK), dan
penyaluran kredit (pembiayaan).

TINJAUAN PUSTAKA
Bank Syariah
Berdasarkan Undang-undang RI No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah, pada
pasal 1 ayat 12 disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan

perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa dibidang syariah.
Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan

prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyerta modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak bank oleh pihak lain.
Perbankan syariah menurut UU RI No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 1 adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Dalam pasal 1 ayat 7 disebutkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam.
Asset
Asset perbankan syariah meliputi kas, penempatan dana pada BI, penempatan pada bank lain,
pembiayaan yang diberikan, penyertaan, penyisihan penghapusan Akitva Produktif, Aktiva Tetap
dan Inventaris, serta Rupa-rupa Akitva. (Banoon dan Malik, 2007)

a) Kas
Uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha, terdiri atas uang kertas bank dan uang
logam yang merupakan alat pembayaran yang sah; dalam perusahaan bukan bank, cek,
wesel, dan surat berharga lain yang dapat segera dijadikan uang diperhitungkan juga

sebagai kas.
b) Penempatan
Penanaman dana bank syariah pada Bank Indonesia, bank syariah lainnya dan
atau Bank Pembiayaan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, antara lain dalam bentuk gio
dan atau tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan atau tabungan mudharabah,
pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antarabank (sertifikat IMA)
dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
c) Pembiayaan
Pembiayaan pada bank syariah meliputi pembiayaan diterima, pembiayaan
investasi, pembiayaan likuiditas, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja,
pembiayaan persediaan, dan pembiayaan piutang.
d) Penyertaan
Penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang
bergerak dibidang keuangan syariah atau untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan
atau piutang dalam perusahaan nasabah. Hal ini menyebabkan bank syariah memiliki atau
akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah atau
pada perusahaan milik nasabah.

e) Penghapusan Aktiva
Penghapusan nilai buku suatu aktiva yang dilakukan apabila nilai buku yang

tercantum tidak lagi menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan.
f) Penghapusan Aktiva Produktif
Tindakan administratif untuk menghapusbuku aktiva produktif yang tergolong
macet dari neraca sebesar kewajiban nasabah tanpa menghapus hak tagih bank kepada
nasabah.
Perhitungan Pertumbuhan
Banoon dan Malik (2007) menyebutkan perkembangan Perbankan Syariah dapat dilihat
dari nilai pertumbuhan indikator-indikatornya. Beberapa indikator perbankan syariah, yaitu asset,
dana pihak ketiga (DPK), dan kredit. Perhitungan pertumbuhan indikator-indikator tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut :
g i = (g it – g it-1)/ g it-1 x 100 %
Keterangan :

g : growth ( % ); i : asset, DPK, dan kredit

METODOLOGI PENELITIAN
ARIMA sering juga disebut metode runtun waktu Box-Jenkins. ARIMA sangat baik
ketepatannya untuk peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang
ketepatan peramalannya kurang baik karena biasanya akan cenderung flat (mendatar/konstan)
untuk periode yang cukup panjang.


Model Box-Jenkin ini secara teknis dikenal sebagai model Autoregressive Integrated
Moving Average (ARIMA). Alasan utama penggunaan teknik Box-Jenkin karena pergerakan
variable-variable ekonomi yang diteliti, seperti pergerakan data kuantitas bank seringkali sulit
dijelaskan oleh teori-teori ekonomi.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data triwulanan kuantitas perbankan
syariah di Indonesia, yang meliputi total asset, total kredit, dan total Dana Pihak Ketiga (DPK)
dengan periode penelitian adalah 2001.I – 2009.IV. Basis data yang digunakan dalam prediksi
adalah 2002.III – 2009.II. Prediksi tersebut dilakukan secara bertahap. Dalam analisis data
digunakan asumsi bahwa periode 2007.III – 2009.IV merupakan hasil prediksi menggunakan
metode ARIMA. Sumber data diperoleh dari Statistik Perbakan Syariah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia dalam berbagai edisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa SWOT
Analisa SWOT digunakan untuk menunjukan kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) yang dimiliki oleh perbankan syariah, serta peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) yang dihadapi oleh perbankan syariah.
Evaluasi dan prospek perkembangan perbankan syariah di Indonesia menggunakan
analisa SWOT diperoleh hasil sbb :


Tabel 1. Analisa SWOT Perbankan Syariah
Keterangan

Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness)

# Variasi produk

# Rendahnya pertumbuhan kredit

# Pelyanan yang baik

# Terbatasnya jumlah SDM
# Infrastruktur belum memadai

Peluang (Opportunity)

Strategi SO :


Strategi WO :

# Membaiknya pemahaman
masyarakat

# Meningkatkan pemasaran produk

# Efisiensi operasional

# Kerjasama antar institusi

# Meningkatkan pangsa pasar
tabungan dan pembiayaan

# Penerapan office channeling

# Penurunan suku bunga

# Meningkatkan efisiensi operasional

# Peningkatan kualitas SDM

Ancaman (Threat)

Strategi ST :

Strategi SW :

# Perkembangan bank konvensional

# Fokus pada pengembangan dunia
usaha

# Meningkatkan infrastruktur

# Memperkuat jejaring

# Memperkuat regulasi

Sumber : hasil analisa

Perkembangan asset, DPK, dan pembiayaan
Gambaran mengenai pertumbuhan asset perbankan syariah dari tahun 2006 sampai 2009,
secara lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 4. Grafik Perkembangan Asset Perbankan Syariah

Asset Perbankan Sayriah Per Januari
50,000,000

35,836,442
26,948,764
20,584,968

2006
2007
2008
2009

Sumber : hasil analisa
Asset perbankan syariah didominasi oleh financing extended (pembiayaan yang diberikan).
Pada awal tahun 2006 jumlah financing extended mencapai Rp 15.042.197 juta, tahun 2007 Rp
20.218.546 juta, Rp 27.106.630 juta pada tahun 2008. Sementara itu pada awal tahun 2009
financing extended perbankan syariah jumlahnya hampir sama dengan dana pihak ketiga (DPK)
yang diterima, yaitu sekitar Rp 40.000.000 juta.
Jumlah dana pihak ketiga yang dimiliki oleh perbankan syariah di Indonesia dari
mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank
syariah berjumlah Rp 20.672.181 juta, sedangkan pada tahun 2007 mencapai Rp 28.011.670 juta.
Pada Desember 2008 jumlah DPK juga bertambah menjadi Rp 36.852.158 juta.
Menurut hasil analisa, kenaikan jumlah dana pihak ketiga disebabkan karena beragamnya
produk-produk yang dimiliki perbankan syariah dan pelayanan yang relatife baik. Perkembangan
jumlah DPK juga menunjukan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di
bank-bank syariah. Hal ini juga menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat pada bank syariah.

Dana yang di simpan oleh pihak ketiga sebagian besar berbentuk Deposito Mudharabah, dengan
pangsa pasar mencapai 54.66 %.
Pembiayaan pada perbankan syariah meliputi pembiayaan Musyarakah, pembiayaan
Mudharabah, Piutang Murabahah, piutang Salam, piutang Istishna’, piutang Qardh, dan Ijarah.
Penyaluran pembiayaan dari bank syariah berdasarkan jenis penggunaan berbentuk modal
kerja (working capital), investasi (investment), dan konsumsi (consumption). Sedangkan
pembiayaan berdasarkan golongan pembiayaan dibedakan menjadi UKM dan Non UKM.
Sebagian besar pembiayaan yang dilakukan oleh perbankansyariah Indonesia tersebut di salurkan
kepada UKM (Unit Kegiatan Masyarakat) dalam bentuk modal kerja.
Prediksi ARIMA
Setelah mendapatkan model ARIMA yang tepat, selanjutnya adalah prediksi. Secara
singkat hasil prediksi perkembangan asset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan perbankan syariah
dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 2.Hasil Prediksi ARIMA (dalam juta Rp)
Tahun

Asset

DPK

Pembiayaan

2009.III 57349116 43448754

44380128

2009.IV 59259881 44913172

45832105

2010.I

61170646 46377590

47284082

2010.II

63081411 47842008

48736059

2010.III 64992176 49306426

50188036

2010.IV 66902941 50770844

51640013

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil prediksi mengenai perkembangan perbankan syariah periode 2009.III – 2010.IV
dengan menggunakan indikator asset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan menunjukan
bahwa pada periode tersebut terjadi kenaikan jumlah asset, DPK, dan pembiayaan, akan tetapi
kenaikannya tidak sebesar periode 2003 – 2010. Hasil analisa menunjukan pada periode 2009.III
– 2010.IV terjadi penurunan tingkat pertumbuhan asset, DPK, dan pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia. Pada akhir 2009 diperkirakan pertumbuhan asset, DPK, dan pembiayaan
perbankan syariah masing-masing sebesar 3.33%, 3.37%, dan 3.27%. Penurunan ini dipredikasi
akan terus terjadi hingga tahun 2010, dimana pada akhir tahun 2010, pertumbuhan asset
perbankan syariah sebesar 2.94%, DPK 2.97%, dan pembiayaan 2.89%.
Dari kondisi tersebut terlihat bahwa pada 2009 – 2010 pertumbuhan asset, DPK, dan
pembiayaan cenderung melambat dengan jumlah yang relatif stabil. Hal ini terjadi karena
semakin besarnya biaya hidup masyarakat, sehingga jumlah uang yang mereka simpan di bank
semakin berkurang. Hal tersebut berpengaruh pada jumlah asset, dan DPK yang dimiliki oleh
bank, sehingga berpengaruh pula terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah.

Saran
Dengan diterapkannya office channeling, diharapkan juga dapat mempermudah
masyarakat dan dapat membantu perkembangan indikator pertumbuhan perbankan syariah yang
meliputi asset, DPK, dan pembiayaan. Perbankan syariah juga dapat memfokuskan peningkatan
alokasi pembiayaan ke sektor-sektor usaha produktif. Selain itu juga diperlukan adanya
pendampingan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) perbankan syariah.
Penelitian ini hanya menggunakan indikator-indikator pertumbuhan perbankan syariah
berupa asset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan
bank umum syariah dan unit usaha syariah sebagai objek penelitian. Disarankan untuk penelitian
selanjutnya untuk menggunakan indikator-indikator pertumbuhan perbankan lainnya dan
diharapkan objek penelitian juga melibatkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pada
penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk menggunakan beberapa metode sebagai
pembanding sehingga dalam melakukan prediksi diperoleh hasil prediksi yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Banoon., Malik 2007. Prediksi Pertumbuhan Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2008.
Universitas Kristen Petra. Surabaya
Hamidi, M. Luthfi. 2003. Jejak-jejak Ekonomi Syariah. Senayan Abadi. Jakarta.
Ifham, Ahmad. 2007. Optimisme Pertumbuhan Bank Syariah. Bisnis Indonesia. Jakarta.
http://sebi.ac.id
Ifham, Ahmad. 2007. Faktor Penentu Pertumbuhan Bank Syariah. KARIM Business
Consulting. Jakarta. www.id.wikipedia.org/wiki/perbankan_syariah

Junaidi. 2004. Evaluasi Kemampuan Prediksi Model Box-Jenkins Pada Karakteristik Laba
Tahunan. UGM. Jogjakarta.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. PT Rajagrafindo
Persada. Jakarta.
Octaviana, Citra. 2007. “Potret Perbankan Syariah di Indonesia”Buletin Ekonomika dan
Bisnis Islam Edisi IV/VII. LEBI: FE UGM. Yogyakarta.
Perwataatmadja, Karnaen A., Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori, Praktik, dan Peranannya.
Celestial Publishing. Jakarta.
Roesmana, Duddy. 2007. “Perbankan Syariah” Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam Edisi
1I/V-25 Mei 2007. FE-UGM. Jogjakarta.
Sarwono, Jonathan. 2008. Statistik Itu Mudah:Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi
Statistik Menggunakan SPSS 16. ANDI Offset. Yogyakarta.
Setiawan, Aziz Budi. 2006. Perbankan Syariah : Challenges dan Opportunity untuk
Pengembangan di Indonesia. Jurnal Kordinat, Edisi: Vol. VIII No. 1, April 2006. http://iei.or.id
Sjahdeini, Sutan Remy. 2005. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.
Sudarsono, Heri., Hendi Yogi Prabowo. 2004. Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah. UII Press. Yogyakarta.
Syafi’i, Muhammad Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani.
Jakarta.
www.bi.go.id