Analisis Yuridis Tndak Pidana Narkotika Yang dilakukan oleh Anak

(1)

17

BAB II

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA YANG

DILAKUKAN OLEH ANAK

A.Teori-teori penyebab terjadinya kejahatan Menurut teori kriminologi dan Deliquency

Juvenile

1. Menurut teori kriminologi

Kejahatan merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya istilah kejahatan ini diberikan kepada suatu jenisperbuatan atau tingkah laku manusia tertentu yang dapat dinilai sebagai perbuatan jahat.

Oleh karena itu perbuatan jahat bersumber dari alam nilai, tentu penafsiran yang diberikan kepada perbuatan atau tingkah laku tersebut sangat relative sekali.

Kerelatifannya terletak pada penilaian yang diberikan oleh masyarakat dimana perbuatan tersebut

terwujud.27

Permasalahan kejahatan bukanlah semata-mata permasalahan abad teknologi modern dewasa ini. Meskipun manusia sudah demikian pesat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan telah dilakukan banyak penerobosan dan penemuan baru dalam pelbagai bidang ilmu dan teknologi, terutama dalam bidang ilmu eksakta, permasalahan kejahatan masih tetap merupakan “duri dalam daging dan pasir

dalam mata”.28

27

Chainur Arrasyid ,Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal,, 1999, hal. 25


(2)

18

Masyarakat manusia cukup banyak, berkelompok dan Bergolong-golongan serta mempunyaivariasi kehidupan yang berbeda-beda. Variasi kehidupan masyarakat manusia tersebut terlihat pada cirri-ciri khas kebudayaan manusia tertentu yang bertebar didalam ini.

Ciri-ciri khas kebudayaan masyarakat manusia tertentu itu menimbulkan sikap penilaian yang berbeda-beda terhadap setiap kebudayaan umat manusia. Demikian juga terhadap tingkah laku atau

perbuatanyang merupakan satu aspek dari kebudayaan itu.29

Kerugian masyarakat karena kejahatan adalah besar sekali. Kita berhadapan dengan suatu gejala yang luas dan mendalam, yang bersarang sebagai penyakit dalam tubuh masyarakat, sehingga sering membahayakan hidupnya, sedikitnya sangat merugikannya. Kejahatan yang diperbuat saban tahunnya tak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat dihukum. Dipandang dari sudut perekonomian, kerugian

masyarakat sangat besar.30

Sedangkan kebudayaan yang hidup dan dijunjung oleh masyarakat tersebut mempunyai nilai yang bervariasi pula. Sebab itulah dalam rangka memberikan pengertian terhadap istilah kejahatan sangat tergantung kepada penilaian dan jenis reaksi yang diberikan oleh masyarakat dimana terjadinya perbuatan itu.

Perbuatan atau tingkah laku yang dinilai serta mendapat reaksi yang bersifat tidak disukai oleh masyarakat itu, merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan untuk muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

31

Memang kejahatan adalah erat dengan tingkat kesusilaan penduduk tapi sebaliknya juga member pengaruh jelek kepada penduduk biasa. Jika ditambah dengan kerugian dan kesusahan, yang diderita oleh

29

Chainur Arrasyid, , Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op. cit 1999, hal. 25

30

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, hal. 25


(3)

19

para korban kejahatan, juga ancaman terhadap masyarakat yang selalu dating dari kejahatan, maka

semuanya ini merupakan jumlah yang tak terhitung besarnya.32

Kejahatan sebagai gejala social mempunyai ciri khas yang dapat dirasakan dan diketahui masyarakat tertentu. Masalahnya terletak pada penilaian terhadap perbuatan yang telah dilakukan yang dihadapkan kepada kaedah-kaedah yang berlaku didalam masyarakat itu.

Perbuatan-perbuatan mienyimpang tersebut dalam kehidupan kemasyarakatan meliputi pen yimpangan dari kaedah-kaedah yang tertulis maupun tidak tertulis yang berupa kebiasaan-kebiasaan serta adat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Begitu pula apakah kaedah-kaedah itu berasal dari atas maupun dari bawah yakni kaedah-kaedah yang muncul dari masyarakat yang telah dipatuhi.

Perbuatan- perbuatan yang menyimpang itu tidak dikehendaki, oleh karena itu tidak boleh dibiarkan. Meskipun demikian perbuatan-perbuatan tersebut tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, karena hal tersebut sudah merupakan salah satu jenis gejala social dari kehidupan manusia. Gejala social jenis ini sering disebutkan oleh masyarakat dengan kejahatan.

33

Berdasarkan uraian dan pendapat kedua tokoh tersebut, bahwa masyarakat tidak menghendaki adanya perbuatan tersebut, dan seandainya terjadi harus dikenakan sanksi.

Sehubungan dengan pengertian kejahatan, kami dengan tidak mengabaikan yang lain hanya mengemukakan dua buah pengertian yang telah dikemukakan secara definitive oleh :

Paul Mudikdo Muliono, yang berbunyi : kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma, yang dirasa merugikan, menjengkelkan, sehingga tidak boleh dibiarkan.

W. A. Bonger menyatakan bahwa kejahatan adalah merupakan perbuatan yang immoral dan a-sosial yang tidak dikehendaki oleh masyarakat dan harus dihukum oleh masyarakat.

34

32

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal. 25


(4)

20

Adapun teori-teori sebab terjadinya kejahatan, W.A. Bonger, E.H. Sutherland dan Paul Moedikno

Moeliono mengemukakan didalam bukunya pengantar “tentang kriminologi” (terjemahan) W.A. Bonger membagi aliran-aliran tentang sebab-sebab kejahatan, sebagai berikut :

a. Mashab sosiologi menyelenggarakan Statistik Kriminal.

b. Mashab antropologi-mashab Italia.

c. Mashap lingkungan – mashab Prancis

d. Mashab bio-sosiologi

e. Mashab Agama.

1. Mashab sosiologi menyelenggarakan Statistik Kriminal.

Mashab Sosiologi yang menyelenggarakan Statistik Kriminal ini muncul sekitar tahun 1830M yakni dengan ditandainya pengertian sosiologi. Petumbuhan ini akibat perkembangan ilmu sosial disatu pihak, juga karena diadakannya Statistik Kriminil dilain pihak.

Statistikadalah pernyataan-pernyataan kejadian yang digambarkan dengan angka-angka, juga

mendorong dengan keras majunya ilmu pengetahuan sosial.35

Dengan jalan ini, permulaan mempergunakan statistic sudah ada, tapi juga hanya sampai demikian. Pertama dalam statistic ini tidak terdapat dasar-dasar teoritis, karena yang mempergunakannya melakukannya umumnya hanya berdasarkan pengalaman. Kedua bahan-bahan yang dicatat belum dapat dipercaya, karena hanya berdasarkan pemikiran saja, tidak berdasarkan perhitungan Negara pada waktu

itu belum mempergunakan statistik. Dalam kedua hal ini akan terjadi perubahan yang hebat.36

Pengguna Statistik sudah banyak dipakai oleh ahli-ahli sejak abad ke 17 M. Tetapi Ad. Quetelet (1796-1874) seorang bangsa Belgi ilmu pasti dan Sosiologi menciptakan dasar-dasar statistic yang praktis

34

Ibid, hal. 27

35

Ibid, hal 37


(5)

21

dan menjadi organ istoris dari kongres-kongres statistic internasional. Belia adalah ahli statistik criminal yang pertama di Prancis yang pada tahun 1826 telah mulai mengadakan statistic kriminil.

Juga A.M.Guerry (1802-1866) bangsa Prancis mempergunakan nama “Statistique”. Didalam salah satu bukunya beliau mengumpulkan bahan-bahan mengenai kelamin dan umur berhubungan dengan kejahatan, begitu juga adanya hubungan atau korelasi antara tempat dengan kejahatan di Prancis diterangkan dalam statistic, misalnya di provinsi yang terkaya terdapat banyak kejahatan terhadap hak milik. Begitu juga dibicarakannya tentang kekayaan yang tidak merata dengan kemiskinan.

Kembali kepada Ad. Quetelet beliau mempergunakan statistic kriminil sebagai alat dalam sosiologi kriminil. Dan membuktikanuntuk pertama kalinya bahwa kejahatan adalah suatu hal yang asalnya dari keadaan masyarakat.

Adanya unsure dinamis dalam kejahatan oleh Ad. Quetelet tidak di ingkari, bahkan diakui dengan tegas. Memang kita akui bahwa penyelidikan yang berjalan dalam beberapa tahun saja dan dimana tidak ada perubahan besar dilapangan social, maka terlihatlah adanya unsur yang tetap. Tetapi jika kita bandingkan dengan beberapa Negara dalam benerapa tahun, maka ternyata adanya perubahan dalam kejahatan, dengan tidak melupakan bahwa sebagian besar masih dalam keadaan tetap.

Antara lain tokohnya adalah L.M. Christone (1791-1848) yang mengatakan bahwa di Inggris (1814-1848) ada hubungannya antara industry dengan pertambahan kemiskinan yang mengakibatkan naiknya kejahatan.

A. Von Oettingen (1827-1905) yang beraliran keagamaan menyatakan bahwa dalam waktu-waktu krisis, Pencurian dan lain-lain akan meningkat, terutama dilakukan oleh wanita dan anak-anak,

sedangkan kejahatan penyerangan akan bertambah pada keadaan makmur.37


(6)

22

2. Mashab antropologi-mashab Italia.

Mashab Anthropologi –Italia disekitar permulaan tahun 30 dan 70 abad ke 19. Antara lain pelopor mashab ini adalah ahli pherenolog Gali dan Spurzheim walaupun pelajarannya tidak berdasarkan

ilmu pengetahuan.38 Olehnya juga diadakan penyelidikan mengenai tengkorak-tengkorak dari penjahat,

yang memeberikan kesimpulan bahwa kadang-kadang kelainan yang ditemukan tersebut mempunyai sifat

pathologis.39

Pelajut teori ini antara lain H. Lauvergne (1797-1859) disamping menguraikan pendapatnya yang bersifat phrenology yang kemudian tidak benar, tetapi terdapat juga hasil penelitian

yang penting mengenai kewajiban dan masyarakat.40

Arti dari pada komponen-komponen pathologi berhubungan erat dengan kejahatan. Terbukti dari

penyelidikan Pinel dan esquirol bahwa sakit gila dalam beberapa hal, dapat menyebabkan kejahatan,41.

Kita sudah mengetahui bahwa Pinel dan Esquirol juga membuktikan bahwa sakit gila dalam beberapa hal dapat menyebabkan kejahatan. Ilmu kedokteran pada waktu itu cenderung sekali untuk memandang

seorang penjahat sebagai penderita penyakit.42

C.G. Carus (1789-1869) yang menyatakan adanya cirri-ciri pada tengkorak orang-orang jahat sebagai tanda-tanda yang menggambarkan bahwa jiwanya kurang sehat. P. Brosca (1824-1880) mengatakan berdasarkan penyelidikan tentang tengkorak dari si penjahat, ternyata keadaannya yang tidak biasa mempunyai sifat pathologis. Pinel dan Esquirol menyatakan bahwa sakit gila dapat menyebabkan kejahatan.43

38 Ibid, hal 38

39 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Medan, USU PRESS, 1994, hal 30 40 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit 1999, hal 38 41

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit 1994, hal 30

42

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 74


(7)

23

Sealiran dengan ajaran dari Esquirol tentang monomani, ialah pekerjaan dari J.C. Prischard (1786-1848) seorang Inggris ahli anthropologi dan psychiatri pengarang dari “Treatise on insanity and other disorders affecting the mind’ (1835). Diagnosa gejala penyakit ‘moral insanity’ (tidak dapat merasakan baik-buruknya suatu perbuatan menurut moral, tanpa ada gangguan jiwa lainnya), dilakukan

pertama-tama olehnya.44

P. Lucas (1805-1885) menyatakan sifat jahat pada hakekatnya sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan. Keadaan sekitarnya juga mempunyai pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A.B. Morel (1809-1873) mengajarkan teori degenerasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya.

Kemerosotan sifat-sifat dapat menyebabkan kejahatan.45

H. Maudsley (1835-1818) dalam bukunya : Physiology and pathology of mind (1867) dan terutama dalam bukunya : Crime and Insanity (1872) ; bahwa sebagian dari penjahat adalah sejenis umat manusia yang merosot sifatnya. Ia menyatakan : Antara kejahatan dan kegilaan terdapat suatu daerah yang netral ; pada suatu pihak, kita lihat sedikit hal kegilaan dan banyak kebusukan ; pada pihak yang

bertentangan tampak bahwa kebusukan adalah kurang dan kegilaan berkuasa.46

Yang paling terkemuka dari mashab Italia ialah seorang dokter C. Lombroso (1835-1909), mula-mula guru besar dalam ilmu kedokteran kehakiman, kemudian juga dalam ilmu penyakit jiwa di

E. Dally (1833-1887) dalam penentangannya yang sangat baik terhadap ajaran mengenai kemauan bebas, ‘Considerations surles criminels et sur les alienes criminels au point de vue de la responsabilite’ (1863), menunjuk kepada kesejenisan, dalam kasus-kasus tertentu daripada sakit gila dan kejahatan.’ Le crime et la folie sont deux forms de la decheance organique-cerebromentale’ 1a.b.

44 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit, hal 74 45

Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39


(8)

24

Turijin.47Lombroso berpendapat bahwa manusia yang pertama adalah penjahat sejak lahirnya.48

Suatu contoh : Pembunuhan anak (anak yang baru lahir ) banyak terjadi dikalangan orang yang masih sederhana peradabannya (yang hidup masih mengembara) dan oleh mereka sendiri tidak dipandang sebagai perbuatan jahat. Keterangan mengapa mereka berbuat demikian ialah berhubungan dengan sulitnya penghidupan, yang memaksa mereka berbuat demikian, jika tidak berbuat demikian seluruh kelompok akan musnah.

Namun, pada suatu masa tertentu pandangan terhadap orang-orang buas, jahat bukanlah suatu pengecualian, tetapi suatu aturan hukum, karena itu pula tak ada yang memandangnya sebagai kejahatan dan perbuatab demikian disamakan saja dengan tindakan-tindakan yang sama sekali tak dapat dicela.

Lombroso membuktikan rumusan ini tanpa kritikan dan sering dicari dari sumber yang paling buruk, bahan-bahan untuk membuktikan, bahwa orang lelaki yang peradabannya penjahat dari sejak lahirnya (pencuri, suka memperkosa dan membunuh) dan kalau perempuan adalah pelacur.

49

Ini semua bukan karena kebengisan atau kurang cinta terhadap anaknya. Steimetz membuktika, bahwa bangsa yang sederhana peradabannya memelihara anak-anaknya yang dapat hidup langsung dengan segala kecintaan dan perhatian. Kejadian yang sama ialah membunuh orang yang

sudah tua atau bunuh diri dalam suku bangsa yang mengembara.50

Kesimpulan dari penyelidikan ialah : bahwa para penjahat dipandang dari sudut anthropologi, mempunyai tanda-tanda tertentu umpamanya pencuri isi tengkoraknya kurang dari pada yang lain, terdapat kelainan dari pada tengkoraknya. Juga dalam otaknya terdapat keganjilan yang seakan-akan memperingatkan pada otak hewan, biarpun tidak dapat ditunjukan adanya kelainan-kelainan penjahat yang khusus.

Berdasarkan pandangan ini, Lombroso mengadakan penyelidikan secara anthropologi mengenai penjahat-penjahat yang terdapat dalam rumah penjara dan terutama mengenai tengkoraknya.

47 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 74-75. 48

Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39

49

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 31


(9)

25

Roman mukanya juga lain dari pada orang biasa; tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melekung kebelakang dan lain-lain, terdapat padanya. Juga kurang perasaannya, suka akan tatouage (seperti halnya pada orang yang masih sederhana peradabannya).

Kesimpulan ialah : penjahat umumnya dipandang dari sudut anthropologi, merupakan suatu jenis manusia tersendiri, seperti halnya dengan bangsa Negro yang dilahirkan sedemikian rupa tidak mempunyai predisposisi untuk kejahatan, tetapi suatu predistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merobah bentuk rupa. Sifat sejak lahir ini juga dapat dikenal dari adanya stigma-stigma lahir,

jadi terdapat suatu type Nego yang dapat dikenal, demikian juga halnya dengan penjahat.51

Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi makhluk yang abnormal (penjahat dari kelahiran) Lombroso memajukan hypotesa bahwa mausia yang masih rendah peradabannya sifatnya tidak susila, jadi seorang penjahat adalah suatu kejahatan yang atavistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat yang dekat, tetapi didalamnya kembali dari yang lebih dahulu (yang dinamakan kemunduran dari keturunan).

Di samping itu beliau berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut anthropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Juga dikatakannya bahwa penjahat pada umunya dipandang dari sudut anthropologi merupakan suatu macam manusia tersendiri(genus homo deliquens).

52

51

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 32

52 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39-40

Jelgersma dalam bukunya : De geboren misdadiger, mengupas hyphotese tentang timbulnya kejahatan tersebut. Sesudah melihat bahwa beberapa hasil pengamatan sesuai dengan sifat atavistis, ia menyatakan lebih lanjut : bahwa pada umumnya pendapat Lombroso menurut pendapat Jelgersma salah. Teori atavisme umumnya tidak berlaku untuk kebanyakan tanda-tanda degenerasi, semua ini merupakan penyimpangan yang tidak terdapat pada suku bangsa yang masih sederhana peradabannya.


(10)

26

Selanjutnya oleh Ottolenghi menyatakan bahwa pendapat ini tidak berlaku untuk degenerasi yang funsional. Penyimpangan pada panca indra lainnya tidak merupakan sifat-sifat yang dapat dinamakan

atavistis malah sebaliknya mengikatkan kita pada kekuatan perobahan-perobahan yang pathologis53

a. Setiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, disatu pihak dan social.

Winkler dalam hal ini lebih berhati-hati dari pada Lombroso dalam mengeluarkan pendapatnya. Beliau tidak menyebutkan type penjahat, tetapi menyatakan berhubungan dengan bahan-bahan tersebut diatas, maka dengan insyaf hakim akan memilih orang-orang yang dahinya sempit dan tulang dagunya lebar.

Enrico Ferri seorang murid dari Lombroso mengadakan beberapa perbaikan demi kelanjutan dari ajran-ajaran gurunya tersebut.

Hal ini disebabkan Ferri menyadari bahwa pelajaran-pelajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Karena itu tanpa mengobah intinya, Ferri mengobah bentuknya dengan mengatakan faktor lingkungan ada juga mempengaruhinya.

Di dalam bukunya Sosiologi Criminelle ia memberikan rumusan tentang timbulnya kejahatan :

b. Keadaan social member bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari bakatnya yang biologis dalam

arti sosial (organis dan psikhis).

Jadi berarti unsur individu tetap paling penting, walaupun ada faktor lain yang juga turut mempengaruhinya.

Demikianlah pendapat-pendapat Lombroso yang senantiasa berobah-obah karena mendapat kritik

sehat dan kemudian diselamatkan oleh Ferri.54

53

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, 1994, hal 33


(11)

27

3. Mashap lingkungan – mashab Prancis

Mashab lingkungan Prancis, terdiri dari mashab Prancis Khusus; mashab berdasarkan perekonomian lingkungan; hasil aetiologi dalam sosiologi kriminil; dan keadaan sekelilingnya.

Mashab Prancis khusus adalah mashab yang dating dari diri kalangan para dokter Prancis yang mengajuka tantangan terhadap mashab anthropologi Lombroso.

Para dokter Prancis ini menganut garis-garis yang diberikan oleh J. Lamarck, E. Geoffrey St Hileire, L. Pasteur yang menekan pada arti lingkungan sebagai sumber dari bermacam-macam dan sebab dari segala penyakit.

Golongan ini tidak menggabungkan pada golongan ahli sosiologi statistik yang pada dasarnya termasuk golongan ahli teori keadaan sekeliling atau teori lingkungan dengan lingkaran pelajaran yang mengajarkan bahwa kejahatan berasal dari kelahiran.

Mereka adalah dokter yang bukan ahli sosiologi, biarpun mereka mempunyai penglihatan yang

tajam; tentang keadaan masyarakat.55

55 Ibid, hal 41

Ketika Lombroso dengan penganutnya memajukan ajarannya tentang kejahatan yang bercorak antropologi pada tahun 70-an dari abad ke 19, sejak permulaan dunia kedokteran, Perancis sudah menentangnya.

Tokoh yang termuka ialah A. Lacassagne (1848-1924); sesudah menolak hypotesa atavisme, ia merumuskan ajarannya mashab lingkungan sebagai berikut: “ Yang penting adalah keadaan social sekeliling kita. Keadaan sekeliling kita adalah suatu pembenihan untuk kejahatan. Kuman mempunyai arti apabila menemukan pembenihannya kemudian baru dapat ia menjadi jahat.


(12)

28

Penjahat dengan cirri-ciri anthropo-metrik dan cirri-cirinya yang lain itu hanyalah mempunyai arti yang sangat terbatas. Semua cirri-ciri inipun sebenarnya dapat kita jumpai pada orang yang tak ada cacat celanya.

G. Trade (1843-1904) dalam bukunya: Lacriminalite compare (1886) dengan keras menentang mashab Italia. Menurut pendapatnya kejahatan bukan suatu gejala yang anthropologis tetapi sosiologis yang seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya, dikuasai oleh peniru: “Semua perbuatan penting dalam kehidupan social dilakukan dibawah pengaruh peniruan”, demikian dinyatakan dalam bukunya: Philosophi panele.

Harus diakui bahwa peniruan dalam masyarakat memang mempunyai pengaruh yang besar sekali. Biarpun setiap kehidupan manusia bersifat khas, namun dapat disetujui bahwa banyak orang dalam kebiasaan hidupnya dan pendapatnya sangat mengikuti keadaan lingkungannya, dimana mereka hidup. Dengan jelas hal ini terlihat dari adanya kelangsungan yang tetap dari masyarakat dan

perobahan-perobahan yang lambat.56 Peranan peniruan dalam masyarakat, biarpun memang terjadi, tetapi ole Trade

sangat dilebih-lebihkan. Siapa yang menyamakan orang-orang gelandangan zaman sekarang dengan para pemain music kelilingdalam abad pertengahan, agaknyameminta cemooh. Selanjutnya gejala peniruan

tentu sama sekali tidak menerangkan tentang sebab timbulnya hal yang ditiru.57

Ahli anthropologi kriminil Jerman A. Baer (1834-1908) juga termasuk golongan mashab lingkungan, dengan bukunya ‘Der Verbrecher in anthropologischer Beziehung’ (1893) dan juga perlu

disebutkan P. Naecke (1851-1913), dengan bukunya ‘Verbrechen und Wahnsinn beim Weibe’ (1894).58

56

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit 1994, hal 37-38

57

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit, hal 98

58 Ibid, hal 98

Mashab berdasarkan perekonomian lingkungan mulai berkembang pada penghabisan abad ke 19 ketika timbul system baru dalam perekonomian dan kejahatan kelihatan bertambah.


(13)

29

Teoti baru dalam kemasyarakatan yang timbul pada pertengahan abad ke 19 yang pandangan masyarakatnya berdasarkan keadaan ekonomi (historis materialisme) akan mengarah ke dalam kriminologi. Menurut teori ini unsure-unsur ekonomi dalam masyarakat dipandang dari sudut dinamis adalah primair dan dipandang dari sudut statis merupakan dasarnya.

Semuanya ini terdapat dalam ajaran K. Mark didalam bukunya “Zur Kritik dert Politischen Oekonomie (1895) Pengarang pertama dari aliran ini adalah F. Turrati didalam bukunya “Ildelito e la question sosiale” (1883) terutama mengeritik mashab Itali; dalam bagian positif ia juga nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang mendorong kejahatan perekonomian.

Juga dikatakan mengenai kejahatan terhadap orang (kejahatan penyerangan) menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia; kesengsaraan membuat jiwa menjadi tumpul, kebodohan dan keindahan juga merupakan sebab-sebab yang mengakibatkan kejahatan yang semacam. Begitu juga keadaan tempat tempat tinggal yang jelek merosotnya kesusilaan dan menyebabkan kejahatan kesusilaan.

F. Turati, dalam bukunya : Il delitto e, la questione sosiale (1883) ia terutama mengeritik mashab Italia. Dalam bagian yang positif ia menyatakan bahwa tidak hanya kekurangan keksengsaraan saja, tetapi juga nafsu ingin memiliki, yang berhubungan erat dengan sistim ekonomi pada waktu sekarang, mendorong kejahatan ekonomi.

Mengenai kejahatan terhadap orang (kejahatan agresif), Turati menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia: “kesengsaraan membuat pikiran menjadi tumpul, kebodohan dan ketidakadaban merupakan faktor yang berkuasa dalam timbulnya kejahatan. Keadaan tempat tinggal yang buruk, merosotnya moraliteit, seksual menyebabkan kejahatan kesusilaan.

N. Colajanni (1847-1921) dalam bukunya : Sosiologia Criminale (1887) yang menentang aliran anthropologi. Ia ia menunjukan adanya hubungan kritis dengan bertambahnya kejahatan ekonomi,


(14)

30

timbulnya kejahatan dengan gejala patologis-sosial seperti pelacuran yang juga berasal dari keadaan

perekonomian dan kejahatan politik.59 Beliau juga menekankan adanya hubungan antara system ekonomi

dan unsur-unsur umum dalam kejahatan, yakni hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri, dan oleh karyawan yang mendekatkan pada kejahatan. Untuk mencegah kejahatan adalah dengan suatu sitem ekonomi yang dapat mencapai perimbangan yang tetap dan pembagian kekayaan yang serata-ratanya.60

Beberapa hasil aetiologi daripada sosiologi kriminil, bahwa sosiologi kriminil sudah berumur kira-kira satu abad : beberapa unsur yang turut menyebabkan terjadinya kejahatan dipelajarinya, dan penyelidikan ini tidak dapat dipungkiri, menyebabkan kita mempunyai pandangan yang lebih dalam. Dalam uraian kriminologi ini tidaklah mungkin menguraikan seluruh bahan-bahan yang didapatnya, apalagi dengan mendalam. Terpaksa cukup dengan memajukan beberapa hasil yang penting saja.

Jasa dari para ahli ini ialah, bahwa mereka dalam segi tertentu, telah menyempurnakan teori lingkungan. Oleh para pengarang Prancis kebanyakan dokter teori tersebut diterangkan dengan samar-samar. Bagaimanapun besarnya jasa-jasa mereka dipandang dari sudut dynamis teristimewa mengenai penyelidikan dari Lafargue, tetapi tidaklah dapat dipertahankan bahwa mereka telah membuktikan dalil-dalilnya, paling jauh mereka hanya membuatnya dapat diterima.

61

a. Terlantarnya anak-anak

Menurut Mr. W.A. Bonger, berdasarkan hasil Aetiologi daripada Sosiologi kriminil bawha terdapat beberapa unsur yang turut menyebabkan terjadinya kejahatan menurut penyelidikanya dikarennakan :

Kejahatan anak-anak dan pemuda-pemuda sudah merupakan bagian yang terbesar dalam kejahatan, lagipula kebanyakan penjahat yang sudah dewasa umumnya sudah sejak kecil mudanya

59

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi Op.cit, 1994, hal 38-39

60

Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,hal 43


(15)

31

menjadi penjahat, sudah merosot kesusilaannya sejak kecil.62

Terutama pertumbuhan perisdustrian menyebabkan adanya banyak sekali kejahatan pada anak-anak, yang dalam keadaan luar biasa, terutama waktu perang, sering hampir-hampir merupakan bencana.

Kejahatan anak-anak,dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan, yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap kejahatan orang dewasa.

Jika kita meneliti bahan-bahan yang ada, akan terlihat denganjelas pentingnya keaadan lingkungannya sewaktu masih muda untuk terjadinya kejahatan, yang menimbulkan pertanyaan apakah dengan adanya keadaan lingkungan yang sangat buruk, tak dapat diakui adanya apa yang dinamakan kejahatan lingkungan yang murni.

63

Terlantarnya anak-anak merupakan suatu unsur dalam semua kejahatan, karena itu merupakan unsur umum.

Di Nederland, jumlah anak-anak yang belum cukup dewasa oleh pengadilan dinyatakan bersalah menurut hukum pidana (yaitu dibawah umur 18 tahun), naik dari 2.809 kejahatan pada tahun 1939 menjadi tidak kurang 6.740 kejahatan pada tahun 1943 terutama golongan yang berumur 14-17 tahun bertambah dengan pesat dan pada tahun 1947 jumlah ini turun lagi menjadi 4356.

64

b. Kesengsaraan

Pengaruh kesengsaraan terhadap kejahatan ekonomi sudah sudah terbukti sangat besar, yang dinaksud dengan kesengsaraan bukan hanya ‘hampir mati karena kelaparan’. Suatu bukti mengenai hal ini dapat juga dikemukakan. Lepas dari gelombang, yang disebabkan oleh konyunktur, gerak umum (trend) dari kejahatan ekonomi yang paling banyak disebabkan karena kesengsaraan, yaitu pencurian biasa, yang

62

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit , hal 39

63

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit. hal 101


(16)

32

berkurang sejak penghabisan abad ke-19, sesuai dengan berjurangnya kemiskinan di kalangan rakyat jelata.65

c. Nafsu Ingin Memiliki

Bahwa kesengsaraan dalam masyarakat merupakan suatu unsur yang bersifat sosiologis mengakibatkan terjadinya kejahatan.

Kejahatan karena kesengsaraan harus dibedakan dengan kejahatan karena nafsu ingin memiliki. Harus diakui, bahwa antara dua golongan tersebut terdapat banyak bentuk peralihan tetapi tidaklah masuk

akal, jika kita hanya berdasarkan ini lalu mengingkari dua golongan yang berlawanan itu.66

Masyarakat sekarang dengan nafsunya yang besar untuk memiliki dan ingin hidup mewah sukar dapat memahamkan, bahwa pada waktu dulu hal yang demikian tidak terdapat. Pada waktu sekarangpun masih dapat diketahui bahwa umpamanya dalam daerah pertanian yang agak terpencil letaknya dimana

para petani masih mempunyai tanah sendiri, jalan pikiran mereka dalam hal ini sangat berbeda.67

Rupanya nafsu ingin memiliki timbul karena adanya keinginan mencapai kemakmuran yang lebih besar, dan terkadang untuk mendaptkannya harus dengan jalan kejahatan karena tidak dapat diperoleh dengan jalan yang wajar (halal).

Selama masyarakat masih terbagi dalam golongan kaya dan miskin, nafsu ingin memiliki dari si miskin dibandingkan dengan adanya kekayaan yang ditonjolkan disekrlilingnya.

Dapat dikatakan bahwa pencurian biasa banyak dilakukan karena maksud-maksud yang berhubungan dengan faktor kesengsaraan, sedangkan kejahatan terhadap kekayaan lebih berbelit-belit bentuknya sering disebabkan karena nafsu ingin memiliki.

68

65 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 106 66

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, hal 41

67

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 107


(17)

33

d. Demoralisai Seksuil.

Lingkungan pendidikan sewaktu masih muda besar sekali pengaruhnya terhadap

kelainan-kelainan seksual yang biasanya berhubungan dengan kejahatan.69

Dalam masyarakat sekarang banyak sekali anak-anak yang hidup dilingkungan yang buruk dari segi sosial, tetapi juga terutama segi psycologis dan paedagogis. Banyak anak-anak terutama dari golongan rendah dalam masyarakat, mengenal penghidupan kesusilaan sedemikian rupa, sehingga

menyebabkan mereka dapat memperoleh kerusakan dalam jiwanya, yang dapat bersifat hebat sekali.70

Sebagai contoh dapat dikemukakan: Pada tahun 1936 di Wina oleh F. Breunlich, Enquete yang dilakukan meliputi 67.524 anak sampai umur 18 tahun, hanya 55 persen dari mereka yang mempunyai tempat tidur sendiri ; makin naik umurnya makin berkurang persentasenya, tapi tidak kurang dari 12 persen masih harus tidur dalam suatu tempat tidur dengan orang tuanya. Dari golongan ini kira-kira

separuhnya sudah berumur lebih dari 5 tahun.71 Seluruhnya menempati 35.128 rumah dengan penghuni

213.188 jiwa, dari rumah-rumah tersebut, hanya 17.915 dalam keadaan baik; 9317 gelap, 6327 basah,

5240 kurang udaranya, 5666 kotor, 1712 sama sekali tidak terpelihara.72

e. Alkoholisme

Pengaruh alkoholisme terhadap kejahatan, biarpun sudah berkurang daripada dulu, sekarang

masih juga tetap besar dan banyak segi-seginya. 73

69

Ibid hal 41

70 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 109 71 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, 1994, hal 42

72 F. Breunch,’Kinder ohne.Bett : so schlafen Groszadkinder’ 1936, dalam buku Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar

tentang kriminologi, hal 109

73

Lihat penyelidikan statistic yang teliti oleh Th.W.vd.Woude;’Alchohol en misdaad’(1935), Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, hal 109


(18)

34

penyalahgunaanminuman keras mempunyai akibat tidak baik terhadap keturunan karena merusak benih

manusia, karana tidak diterima lagi oleh umum, tapi pembahasan persoalan ini pastilah belum seslesai.74

Makin lama makin diinsyafi bahwa masalah alkoholisme pada waktu sekarang terutama merupakan masalah psychopathologis dan baru csundair merupakan masalah sosial. Dalam cara bekerjanya Biro Konsultasi yang besar untuk alkoholisme, unsur psychiatris makin mendapat perhatian.

Pengaruh langsung dari alkoholisme terhadap kejahatan dibedakan antara yang chronis dan yang akut yang tentu saja beralih dari yang satu ke yang lain dan memperoleh pengaruh atau kerusakan subjektif yang berbeda tergantung dari kebiasaan minuman-minuman keras dalam diri yang bersangkutan.

75

Golongan pengemis dan gelandangan yang penuh dengan bermacam-macam kejahatan, kebanyakan dari mereka adalah peminum yang chronis.

Alkoholisme yang Chronis pada seseorang, pada perkembangannya akan merusak jiwa yang sehat hingga menyebabkan kejahatan yang beraneka ragam.

76

74

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op.cit, hal 109

75

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 109

76 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, hal 42

Alkoholisme yang atut sangat berbahaya, karena ia menyebabkan hilangnya dengan sekonyong-konyong daya menahan diri dari sipeminum. Di luar beberapa hal yang jarang terjadi, dalam mana maksud sipeminum justru untuk menimbulkan masuk akal, bahkan alcohol jika dipergunakan dengan demikian akan membahayakan manusia pertama-tama dimana jiwanya paling lemah.

Begitulah seseorang yang mempunyai gangguan-gangguan dalam kehidupan seksuilnya, jika minum alkohol dengan melampaui batas, yang menyebabkan ia tak dapat menahan hawa nafsu lagi, akan mencari kepuasan seksuilnya dengan cara yang melanggar undang-undang, dan akibatnya ia akan dituntut didepan pengadilan.


(19)

35

Orang yang mempunyai sifat agresif akan mudah melakukan perbuatan kekerasan, sedangkan orang lain akan melakukan kejahatan terhadap kekayaan jika ia dalam keadaan mabuk. Dalam hal demikian, perbuatannya karena sifat dan cara melakukannya, adalah khas untuk apa yang hidup dalam

lapisan-lapisan jiwa yang ‘tak disadari’.77

f. Kurangnya Peradaban

Bagaimanapun pengaruh alkoholisme sebagai sebagai faktor dari kejahatan, kekerasan tetapi juga harus ditambah dengan unsur lain.

Unsur lain ini ialah peradaban dan pengetahuan yang terlalu sedikit dan kurangnya daya menahan menahan diri. Adanya kelompok-kelompok besar yanh hidup dalam keadaan kerohanian yang menyedihkan, kebudayaannya untuk mereka semata-mata merupakan kata hampa saja. Negara-negara atau daerah-daerah dan golongan-golongan penduduk yang paling terbelakang, menunjukan kejahatan & kekerasan yang paling menonjol.

Di Jerman kejahatan kekerasan yang dilakukan diantara para cerdik pandai kira-kira 25 dari 100.000 penduduk, dikalangan kaum buruh di daerah perindustrian kira-kira 500 dan diantaranya para

buruh tak terdidik ada 1680.78

g. Lingkungan Physik (Alam)

Pengaruh alam sekelilingnya (iklim, tanah dan lain-lainnya) atas manusia dan masyarakat dari dulu kala sudah diketahui.

Montesquieu yang menginsyafi arti dari ajaran tersebut untuk kriminologi menegaskan: “dalam daerah utara akan diketemukan orang yang mempunyai sedikit sifat-sifat jahat dan banyak sifat-sifat baik, dengan kejujuran yang besar dan sifat terus terang.

77

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit, hal 111


(20)

36

Kalau kita mendekati daerah selatan, maka seolah-olah kita menjauhi moral itu sendiri : bahwa nafsu yang lebih bergejolak mempropagandakan kejahatan. Setiap orang mencoba dengan merugikan orang lain mencari keuntungan untuk mempermudah pemuasan nafsu. Pada daerah beriklim sedang, akan diketemukan bangsa-bangsa yang cara hidupnya bahkan dalam perbuatan-perbuatan jahat dan baiknya lebih cepat berubah-ubah.

Sebagai garis besarnya jenis-jenis kejahatan tersebut dapat kita bagi kepada :

1. Kejahatan ekonomi

2. Kejahatan seksual

3. Kejahatan agresif

4. Kejahatan politik

Ad.1). Kejahatan Ekonomi

Kejahatan ini terjadi karena tekanan ekonomi, dimana rakyatnya berada dalam kemiskinan yang serba kekurangan dibidang pangan, apalagi sandang dan perumahan.

Pencurian dimana-mana terjadi terlebih-lebih pada musim dingin atau musim rontok, kemudian menurun lagi pada musim semi dan musim panas.

Ad.2). Kejahatan Seksual

Bahwa kejahatan seksual di Eropa Selatan lebih menonjol dibandingkan dengan yang di Eropa Utara. Beliau tidak mengomentari apa sebabnya.

Kejahatn seksual ini meningkat terjadi pada musim semi daripada dimusim dingin dan lebih banyak pula dilakukan oleh mereka yang belum kawin.

Peningkatan kejahatan pada musim semi ini ada kemungkinan karena adanya kesempatan yang banyak diluar rumah sedangkan pada musim dingin kurang kesempatan keluar rumah.


(21)

37

Juga kejahatan seksual ini lebih banyak terjadi dikota-kota besar daripada dikota-kota kecil apalagi didesa-desa, karena masyarakat kota sudah merasa lebih bebas dari ikatan-ikatan kekeluargaan dan juga karena dituntut oleh kebutuhan hidup yang sangat tinggi.

Ad.3). Kejahatan Agresif

Kejahatan agresif di Eropa Selatan lebih banyak dari pada di Eropa Utara, tetapi ini tidak berarti bahwa kejahatan ini makin mendekati khatulistiwa makin besar.

Perbedaannya juga terletak pada tingkatan peradaban yang berlainan dalam Negara-negara tersebut, dapat dilihat dari angka-angka buta huruf.

Ferri menerangkan, bahwa sebab kenaikan tadi terletak dalam pengaruh physiologis hawa panas, yang mengakibatkan kelebihan kekuatan dalam diri manusia daripada hawa dingin, dan dalam makanan yang lebih baik untuk rakyat dalam musim panas dan dalam bertambah besarnya nafsu lekas marah.

Sebab yang terpenting dalam naiknya kejahatan ialah bahwa orang-orang pada musim panas, lebih banyak diminum-minuman keras dengan cara bergaul satu sama lain.

Ad.4). Kejahatan Politik

Hubungan antara kejahatan Politik dan iklim sangat diragukan. Revolusi timbul bila pertumbuhan masyarakat bertentangan dengan badan-badan politik yang btidak dapat diikutinya. Percobaaan pembunuhan dan lain-lain timbul karena suatu kompleks kemasyarakatan yang tidak bersangkut paut dengan iklim. Pada musim panas banyak orang berada dijalan-jalan dan dengan mudah mengadakan kelompok-kelompok dengan orang banyak, sehingga juga dengan mudah dapat terjadi kejahatan.

Mengingat hal-hal diatas ternyata bahwa arti alam sekeliling dalam etiologi kejahatan barangkali

hanya bersifat scunder saja.79

79 Ibid hal 44-46


(22)

38

4. Mashab bio-sosiologi

Sudah diterangkan bahwa synthese dari aliran anthropologi dan aliran keadaan lingkungan berpendapat bahwa sebab kejahatan sama dengan/berasal dari rumus Ferri yang berbunyi : “Tiap kejahatan adalah hasil dari unsure-unsur yang terdapat dalam individu masyarakat dan keadaan

fisik”.80Sedangkan unsure tetap yang penting menurutnya adalah individu.81

(1) Tiap-tiap kejahatan berlainan satu sama lain sesuai dengan unsur individu dan unsur lingkungan

Yang dimaksud dengan unsur yang terdapat dalam individu ialah unsur-unsur apa yang diterangkan oleh Lombroso yaitu :

Bila ditekankan pada perkataan : “tiap-tiap”, maka suatu kejahatan tertentu adalah hasil dari dua unsur tadi dan rumus tersebut berlaku untuk semua perbuatan manusia jahat ataupun baik. Pada dasarnya manusia itu tidak ada yang sama dalam hal apa saja.

Sebelum mulai mengupas bagaimana pengertian rumus tersebut untuk ilmu kriminologi, maka perlu diterangkan terlebih dahulu unsur individu itu pada saat sesuatu perbuatan dilakukan, yaitu :

a. Keadaan lingkungan individu dari lahir sampai saat ia melakukan perbuatan.

b. Bakat yang terdapat dalam individu.

Rumus dari Ferri seharusnya berbunyi : Tiap-tiap kejahatan = (lingkungan + bakat) + lingkungan

lagi; karena lingkungan terhadap manusia selalu berpengaruh dua kali. 82

80

Ibid hal 46

81

Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,hal 44

82 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit , hal 47

Jadi berarti keadaan sekelilingnya terhadap manusia selalu berpengaruh dua kali dilakukan terdiri dari dua unsur khusus, yakni : keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirnya, sehingga pada saat melakukan perbuatan


(23)

39

tersebut dan dengan bakatnya terdapat dalam individu. Dalam hal ini penting artinya keadaan

sekelilingnya yang merupakan unsur menentukan.83

Jadi jawabannya adalah pendapat Manouvier yang menyatakan bahwa beberapa orang mempunyai bakat lebih dari pada lainnya untuk menjadi penjahat walaupun seandainya lingkungan

Bagaimana sebetulnya sifat dari unsur individu itu? Ferri mengatakan sesuai dengan pendapat Lombroso, bahwa unsur individu itu adalah bersifat pathologis, tapi mula-mula dikiranya juga atavistis.Cara pemecahan soal yang disebut oleh Ferri lebih mudah dari apa yang diperkirakan sebelumnya.

Seperti contoh : dua orang betul-betul hidup dalam keadaan yang sama, dan mempunyai kesempatan yang sama dan mempunyai kesempatan yang baik untuk melakukan kejahatan, dan dua-duanya sama sekali tidak terhalang menurut rasa budi pekertinya.

Pada saat harus berbuat sesuatu yang satu berani bertindak, sedangkan yang lain takut dan tidak bertindak. Jadi apakah dapat dikatakan bahwa keberanian adalah suatu unsur kejahatan dan ketakutan suatu unsur kebaikan ?

Dan sebaliknya yang satu sedemikian cerdiknya dapat mengetahui kemungkinan yang terjadi lalu tidak berbuat; dan yang satu bodoh lalu berbuat. Apakah juga dapat dikatakan bahwa kecerdikan adalah unsur kebaikan dan kebodohan unsur kejahatan ?

Kedua hal ini sering terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua sifat dapat mendorong manusia untuk berbuat jahat ataupun mencegahnya.

Pertanyaan yang terkenal dari Ferri : mengapa dari suatu lingkungan buruk yang tertentu hanya satu orang yang menjadi penjahat ? Suatu pertanyaan yang oleh Winkler disebut sebagai urat tumit Achiles dari aliran yang mementingkan keadaan lingkungan sebagai sebab kejahatan.


(24)

40

sama.84 Tentu saja ! seperti orang laki-laki lebih berbakat untuk berbuat jahat daripada orang perempuan,

seperti orang yang kuat dan berani lebih berbakat untuk melakukan kejahatan dengan kekerasan daripada orang yang lemah dan takut, walaupun akhirnya pada tiap-tiap bakat dapat dicarikan macam kejahatan yang sesuai, biar hanya pembakaran sekalipun. Seorang athlete lebih sesuai untuk memukul orang, seorang yang pandai bicara untuk menipu, tapi dengan demikian kita tokh tak dapat mencap kekuatan

badan, kemahiran berbicara, keberanian, kecepatan bergerak, ketangkasan sebagai satu hal yang jahat.85

Penentangan terhadap uraian tersebut diatas memang masuk akal dan kerapkali diajukan. Dinyatakan seandainya semua itu demikian adanya, hal ini tidak akan dapat merobah kenyataan, bahwa jika dalam suatu kejahatan tertentu tidak ada kecenderungan biarpun dipandang dari sudutnya sendiri tidak bersifat khusus jahat jumlah kejahatan berkurang dengan satu juga. Jika kebetulan hal ini terjadi dengan masal.

Dengan lain perkataan, predisposisi untuk kejahatan seperti juga untuk perbuatan-perbuatan lainnya pada tiap manusia terdapat sangat berbeda. Siapa dari antara para penganut aliran yang mementingkan keadaan lingkungan sebagai sebab kejahatan akan menyangkal ini ? Mereka memang menyangkal bahwa kecenderungan-kecenderungan ini pada umumnya mempunyai sifat khusus, dan menunjukan bahwa hanya dalam keadaan tertenru bakat tersebut mendorong kejahatan.

Rumus kejahatan tertentu = unsur individu + unsur sosial, yang jika dipandang tersendiri memang tepat, tak dapat diperluas hingga berbunyi : kejahatan sebagai suatu gejala umum dalam masyarakat = unsur individu + unsur sosial, karena dengan demikian sifat-sifat manusia lalu dicap sebagai sifat unsur kejahatan, yang secara tersendiri tidak ada sangkut-pautnya dengan kejahatan, dan dalam keadaan yang berlainan dapat mengakibatkan perbuatan yang lain.

86

84 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, hal 48 85

‘Het normale ontstaan van de mosdaad’(Tijdschrift v. Strafrecht XXII, 1912), hal. 47, dalam buku Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, hal 135


(25)

41

(2) Hukum Tentang Perbedaan (variasi) Individu

Sudah merupakan pengalamandari dahulu bahwa individu dari suatu jenis ( juga manusia) dalam segala hal bervariasi. Tidak ada dua daun dari satu pohon yang sama, apalagi dua makhluk yang didunia ini paling berbelit susunannya.

Perbedaan tersebut kelihatannya tidak teratur sama sekali, jika kita melihat suatu kelompok manusia dengan sekejap mata sudah terlihat perbedaannya, umpamanya tinggi dan besar badannya. Hingga pada abad ke 19 kita semua berpendapat bahwa perbedaan tadi tidak teratur, tetapi terbukti bahwa semua itu hanya kelihatannya saja.

AD. Quetelet seorang ahli statistic Belgia, yang pertama menemuka adanya keadaan yang teratur dalam gejala kejahatan, menemukan bahwa variasi-variasi yang terdapat dalam manusia dengan sangat tertib mengikuti hukum-hukum tertentu. Jika seandainya orang-orang itu diajarn menurut tingginya, dan diatas kepala digambar suatu garis, mula-mula akan terlihat naik dengan keras, kemudian naik sedikit lalu naik lagi dengan keras.

Dengan lain perkataan, jumlah individu yang sedang, selalu yang terbanyak (kira-kira 70 persen), dan individu yang ekstrim pada ujung kiri kanan merupakan pengecualian (masing-masing 15 persen). Orang-orang yang seperti raksasa dan yang cebol jarang, yang sedang paling bayak.

FR. Galton, membuktikan hal ini untuk kecerdasan manusia. Tidak ada kesangsian lagi bahwa juga dalam lapangan rohani, hukum tersebut berlaku umum; hal-hal yang ekstrim adalah selalu jarang. Menurut pendapat Bonger tidak ada alas an untuk meragukan bahwa hukum tersebut juga berlaku

terhadap sifat-sifat budi pekerti.87

Rumus kejahatan = unsur individu + unsur lingkungan, untuk satu kejadian saja dapat dipandang betul, tapi untuk gejala kejahatan seluruhnya menjadi tidak betul. Ferri berpendapat, bahwa jika dalam


(26)

42

suatu kejahatan unsur individu itu dianggap tidak ada, kejahatan itu tidak dapat ada. Memang, jika tempat individu A dalam curve itu tidak digambarkan yang paling atas, tapi yang paling bawah individu A tidak

akan melakukan kejahatan yang bersangkutan, tapi B yang tempatnya disitu akan memlakukannya.88

88 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op.cit, hal 138

Jika kita memandang soal kejahatan sebagai gejala missal, memang demikian seharusnya, sebagaimana hukum Quetelet menjelaskan, mengapa kejahatan tiap-tiaptahun dalam lingkungan yang relative sama (begitu teratur keadannya, hamper dapat kita katakana tetap sifat-sifatnya), der Mensch ist ein Dauertypus (manusia itumempunyai pola yang tetap). Hukum mengenai variasi individu mengajarkan, bahwa perbedaan qualitatif antara manusia pada akhirnya dapat dikembalikan pada quantitatif.

Antara orang-orang seperti raksasa pada bagian yang satu, orang-orang cebol pada bagian yang lainnya, terdapat suatu rentetan perbedaan tingkatan yang berturut-turut. Demikian juga dalam lapangan budi pekerti : Antara orang-orang yang baik budi pekertinya dan orang-orang yang jahat, terdapat sifat yang berbeda-beda dan bermacam-macam. Seorang penjahat (yang dimaksud penjahat besar) seakan – akan merupakan suatu individu tersendiri, suatu macam manusia yang khas penuh dengan kesesatan.

Jika diantara para penjahat terdapat semacam manusia yang sangat baik, ia menjadi korban. Dalam keadaan baik seperti ini, merupakan hal yang luar biasa kepada mereka. Dan dalam keadaan tertentu gejala semacam itu dapat terjadi secara missal.

Sebagai contoh : Pada waktu Perang Dunia II diamana di Nederland dalam keadaan bahaya kelaparan meningkat pula musim dingin (di tahun 1944-1945). Keadaan menyedihkan sekali sehingga orang yang sedang mulai goncang, malahan sering lebih dari itu yaitu melakukan tindakan kejahatan. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa harus tetap pada tingkatan yang sama. Dengan seleksi keturunan umpamanya, keadaan tingkat kejahatan dapat berobah.


(27)

43

Dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan cara campur tangan manusia dapat diperbaiki, tapi untuk manusia sangat berbeda. Secara teori kemungkinan dapat, tapi dalam praktek apakah mungkin ? Karena manusia bukan sapi atau ubi yang dapat diolah melalui percobaan-percobaan. Belum lagi diingat bahwa itu sama sekali tidak semuanya termasuk variant kurang seperti apa yang dimaksudkan dalam biologi; tadi

sudah diterangkan bahwa diantara para penjahat juga terdapat macam-macam orang yang baik89

5. Mazhab Agama

Dalam mazhab ini sebab timbulnya kejahatan dikaitkan dengan kepercayaan pada agama. Dengan kata lain , bahwa tingkah laku manusia ini erat kaitannya dengan kepercayaan. Yang beragama akan bertingkah laku lebih baik dari pada orang-orang yang tidak beragama.

Pendapat ini dikemukakan berdasarkan penelitian dipenjara bahwa orang orang yang dipenjara kurang beragama, sebab kepercayaan kepada Tuhan kurang diyakini, secara pasif belum dapat merobah tingkah laku manusia.

Toko dari aliran ini adalah A. Von Oettingen, H. Stursberg, F.A.K Krauss, L. Proal dan H.Joly di Prancis dan M. de Baests dari Belgia. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa jumlah orang yang beribadah berkurang maka kejahatan akan bertambah, jadi terdapat hubungan sebab akibat.

Terhadap aliran keagamaan ini W.A. Bonger memberikan kritikan, yakni menganut aliran ini memajukan lasan-alasan kurang teliti. Seandainya dua keadaan tadi memang bergerak kea rah yang sama, dengan demikian adanya hubungan antar dua hal tadi dapat dimengerti, tetapi hubungan sebab akibatnya belum. Dua-duanya dapat bergantung dari unsur yang ketiga. Berdasarkan penelitian sama sekali tidak terdapat hubungan antara kejahatan dengan kurangnya orang yang beribadah.

Di dala bukunya “ The Principle of Criminology” E.H. Sutherland mengemukakan bahwa mishap pokok dalam kriminologi, terdiri dari Classical; Cartographic; Socialist; dan Sociological.


(28)

44

Disamping ketiga tersebut, beliau menambahkan suatu uraian lain yang diuraikannya secara tersendiri yakni “the multiple factor theory”.

Classical mendasarkan kejahatan pada hedemistic psychology. Perbuatan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan: pleasure and pains; kesenangan atau kerusakan yang dirasakan dari suatu perbuatan. Mungkin dapat diseimbangkan dengan kesusahan yang dirasakan dari suatu perbuatan. Mungkin dapat diseimbangkan dengan kesusahan yang dirasakan dari perbuatan yang sama tadi.

Si pelaku mempunyai kehendak yang bebas dan memilih dengan pertimbangan atas kalkulasi dan dianggap sebagai ketentuan yang sempurna dari sebab musabab kejahatan dan tidak diperlukan bagi penyelidikan tentang sebab musabab kejahatan.

The Cartographic terutama memikirkan mula-mula dengan distribusi dari kejahatan didalam lingkungan tertentu dan wilayah-wilayah itu secara geografis dan sosiologis. Mereka sangat tertarik dalam segala kejahatan sebagai expresi yang perlu dari pada kondisi sosial.

Socialist mengenal tiga typological yang terdiridari Lombrosian; mental testers dan pschiatris. Ketiga bagian ini mengatakan bahwa penjahat dan bukan penjahat terletak pada sifat tertentu kepada kepribadian, yang mengakibatkan seseorang tertentu dalam suatu keadaan tertentu berbuat kejahatan dan seorang lain tidak berbuat.

The psychiatris adalah merupakan kelanjutan dari aliran Lombroso, tetapi tanpa bentuk khusus dari tanda badan. Thesis dari aliranini adalah bahwa susunan kepribadian tertentu pada seseorang terlepas dari criminal-culture akan mengabaikan tingkah laku kriminil, tetapi bagaimanapun susunan sosialnya ada.

Sutherland mengatakan pula walau teori ini akan hilang, tetapi psikiatri sebagai ilmu pengetahuan tetap mempunyai tempat dalam kriminologi.


(29)

45

Selanjutnya sampailah pada sociological yang dalam menganalisa kejahatan banyak variasinya. Analisa sebab musabab kejahatan didalam bentuk ini secara sosiologi telah dimulai dengan cartographic dan dilanjutkan dalam sociological sehingga banyak sekali para ahli Eropa pada abad ke 19 yang walaupun mereka tidak termasuk system sekolah memberikan interprestasi kepada penjahat sebagai function environment, ialah ada beberapa macam konsepsi dari pada proses yang menyebabkan kejahatan karena faktor sosial.

Paul Moedikno Moeliono membagi mazhab ini atas :

a. Golongan Salahmu Sendiri.

b. Golongan Tiada orang yang bersalah.

c. Golongan Salah Lingkungan.

d. Golongan Kombinasi.90

Dalam penjelasan tentang kejahatan, Spiritualisme memiliki perbedaan yang mendasar dengan metode penjelasan kriminologi yang ada saat ini. Berbeda-beda dengan teori saat ini, penjelasa teori spiritualisme memfokuskan perhatiannya pada perbedaan antara kebaikan yang dating dari tuhan atau dewa dan keburukan yang dating dari setan. Seseorang yang telah melekukan suatu kejahatan dipandang sebagai orang yang telah terkena bujukan setan (evil/demon).

Penjelasan tentang manusia pada yang gaib tersebut dapat kita peroleh dari berbagai literature sosiologi, aerkologi dan sejarah selama berabad-abad yang lalu. Sebagaimana kita ketahui, bagi orang-orang dengan kepercayaan primitive, bencana alam selalu dianggap sebagai hukuman dari pelanggaran norma yang dilakukan.

Dalam pembanguna selanjutnya aliran spiritualisme ini masuk dalam lingkup pergaulan politik dan sosial kaum feodal. Landasan pemikiran yang paling rasional dari perkembangan ini adalah bahwa pada periode sebelumnya kejahatan dianggap sebagai permasalahan antara korban dan keluarga korban


(30)

46

dengan pelaku dan keluarganya. Akibatnya adalah konflik berkepanjangan antar keluarga yang dapat mengakibatkan musnahnya keluarga tersebut.

Sebagai upaya pemecahan terhadap permasalahan tersebut, maka masyarakat membentuk lembaga-lembaga yang dapat menjadi dasar pembenar terhadap upaya pembalasan terhadap seseorang yang telah melakukan kejahatan. Konsep Carok misalnya dikenal dalam masyarakat Madura. Konsep perang tanding antara keluarga yang menjadi korban dengan keluarga pelaku merupakan wadah pembalasan dendam dan kerugian dari pihak korban.

Dalam tersebut diatas ada suatu kepercayaan dalam masyarakat bahwa kebenaran akan selalu menang dan kejahatan pasti akan mengalami kebinasaan. Namun akibat lain dari kepercayaan ini adalah bila keluarga pelaku memenangkan pertaruhan tersebut maka mereka akan dianggap benar dan keluarga korban mengalami celaka ganda.

Metode untuk membuktikan kesalahan seseorang dalam masyarakat primitive memiliki banyak model. Menceburka seseorang kedalam sungai dengan cara mengikatnya pada sebuah batu besar. Diyakini bahwa jika orang itu tidak bersalah, maka Tuhan akan menolongnya dari rasa sakit bahkan kematian. Namun jika orang orang tersebut bersalah, maka Tuhan akan memberikan kepadanya rasa sakit dan kematian yang amat menyiksa.

Meski dalam kenyataan di masyarakat, dapat dilihat secara nyata bahwa penjelasan spiritual ini ada dan berlaku dalam berbagai bentuk tingkat kebudayaan, namun aliran ini memiliki kelemahan.

Kelemahannya yaitu adalah bahwa penjelasan ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.91

91 hal 19-21


(31)

47

2. Menurut teori Juvenile Deliquency

hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan

kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran

dalam masyarakat.

3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Dewasa ini searah perkembangan zaman dan tehnologi banyak sekali terjadi penyalah

gunaan untuk hal-hal yang negatif. Khususnya

semata tanpa memperdulikan akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Sebagian orang

berpendapat bahwa masa muda sebagian saat yang paling indah dan nikmat.

Penuh kegembiraan. Memang tidaklah salah, tetapi dikatakan benar seluruhnya adalah

tidak mungkin, masalahnya tergantung dari segi memandangnya. Jika dilihat dari kemauannya

yang tanpa dikaitkan dengan masa depan, ia bebas berhura-hura, bermewah-mewah tanpa harus

memeras kringat bagaimana mencari rupiah demi rupiah guna memenuhi kebutuhan

sehari-harinya ia sambil merayu dan dibubuhi alasan, jika tidak ditiruti dia akan pergi dari rumah .

Tetapi jika memandang dari sudut yang berkaitan dengan masa depan remaja itu sendiri

sarat tanggung jawab yang akan dipikul. Maka masa remaja lebih dapat disebut masa yang

paling berat, penuh tantangan, ia harus bekerja lebih berat, memanfaatkan setiap waktu yang

dimuliki, ia harus memperhatikan mental rohaniah aqliyah, fisik jasmaniah untuk memproses


(32)

48

regenerasi yang pasti menghampirinya. Fisik tubuh, makanan bergizi, intelektual menghayati

ilmu pengetahuan dan mental santapan rohani yang berisi norma tata nilai yang abadi dan luhur,

fisik dilatih dengan penghayatan dan pengalaman religi hingga latihan terakhir ini bisa

mengilhami seluruh sikap dan tingkah lakunya.

Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitroh dengan potensi yang yang

berwujud kemungkinan-kemungkinan ia pandai, baik budinya, teguh mentalitasnya dan

sebaliknya banyak dipengaruhi lingkungannya dimana dia hidup. Tri Pusat Pendidikan yaitu

sekola

pengaruhnya. Masyarakat dengan budayanya serta dengan iklim yang ada dan juga dimana anak

hidup dan diasuh secara terus menerus sehingga sulit memilih mana yang paling dominan dalam

mempengaruhi prilaku anak.

Lingkunga

dalam rangkaian menanggulangi

menyeluruh karena kesadaran Tri Pusat Pendidikan dalam proses pendewasaan anak adalah

kunci utama dalam membentuk pribadi anak.

Dalam masa remaja ini timbul berbagai kesulitan dalam diri si anak baik secara jasmani

maupun rohaninya. Pergaulan akan demikian halnya anak akan merasakan adanya kekakuan

pada dirinya sendiri, masa ini desebut juga sebagai perasaan yang sangat peka; remaja

mengalami badai dan topan dalam kehidupan dan perasaan serta emosinya.

Menurut Simandjuntak sebab-sebab kenakalan remaja terletak pada faktor-faktor sebagai

berikut:


(33)

49

A.

Faktor intern.

Yang dimaksud dengan faktor intern ialah faktor yang datangnya dari dalam tubuh

manusia sendiri, tanpa pengaruh lingkungan sekitar, termasuk dalam faktor ini adalah:

1.

Personaliti (kepribadian).

Menurut ahli-ahli bahwa personaliti seseorang dapat menjadi penyebab melakukan

kenakalan. Memepersoalkan tentang kepribadian seseorang, maka yang terjadi perhatian

adalah tingkah laku ini erat hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan. Tiap anak

mempunyai disposisi untuk mengalami pertumbuhan, baik pisikis dan fisik. Potensi anak

ada yang dapat mengarah pada hal-hal yang positif, tetapi ada juga yang mengarah pada

hal-hal yang negatif, tergantung pada lingkungan masing-masing. Hal yang negatif itulah

yang dapat menyebabkan kenakalan.

2.

Kelamin.

Perbedaan sex memang dpat mempengaruhi tindakan atau sikap. Hal ini sangat jelas pada

periode pubertas. Hal ini pernah diadakan penelitian oleh Paul Tapan.

3.

Kedudukan dalam keluarga.

Kedudukan yang dimaksud adalah urut-urutan kelahiran.

B.

Faktor ekstern


(34)

50

Keluarga merupakan wadah utama dalam pendidikan. Kebiasaan orang tua sehari-hari

sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental anak. Anak yang hidup pada keluarga

yang damai maka mereka akan berperilaku yang positif, sedangkan anak yang hidup pada

keluarga yang kurang baik maka hal itu dapat menyebabkan kenakalan.

2.

Lingkungan sosio budaya.

Ligkungan tempat anak berpijak adalah masyarakat. Tidah jauh juga dengan lingkungan

keluarga, apabila anak hidup dalam masyarakat yang baik maka perilaku anak akan

menjadi baik begitu juga sebaliknya, anak yang hidup di lingkungan masyarakat yang

kurang baik juga akan berpengaruh buruk pada pribadi anak.(Simanjuntak,

1984:112-120)

Cara pembagian faktor penyebab kelainan perilaku remaja dikemukakan pula oleh

orang-orang lain seperti Philip Graham lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari

sudut kesehatan mental anak dan remaja. Ia juga membagi faktor-faktor penyebab itu ke dalam 2

golongan (Graham, 1983), yaitu:

A.

Faktor lingkungan

1.

Malnutrisi (kekurangan gizi)

2.

Kemiskinan di kota-kota besar

3.

Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan lain-lain)

4.

Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain)

5.

Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain)


(35)

51

7.

Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga : Kematian orang tua, Orang tua sakit berat

atau cacat, Hubungan antaranggota keluarga tidak harmonis, Orang tua sakit jiwa,

Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal

tidak memenuhi syarat, dan lain-lain.

B.

Faktor pribadi

1.

Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan

lain-lain)

2.

Cacat tubuh

3.

Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri. (Sarwono, 1997:199)

Menurut prof. H. M. Arifin, M. Ed., beliau mengungkapkan faktor-faktor yang menjadi sumber

sebab kenakalan remaja itu ada dua macam, yaitu:

1.

Faktor internal, yaitu hal-hal bersifat intern yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri

baik sebagai akibat perkembangan atau pertumbuhannya maupun akibat dari suatu jenis

penyakit mental atau penyakit kejiwaan yang ada dalam diri pribadi remaja itu sendiri.

2.

Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan remaja yang

bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan yaitu lingkungan sekitar atau

keadaan masyarakat. (Arifin, 1982:81)

92

92

Diakses melalu


(36)

52

B. Faktor-faktor penyebab tindak pidana narkotika oleh anak

Narkotika merupakan musuh nomor satu bagi para remaja. Namun, para remaja hingga saat ini banyak yang belum tahu mengenai narkotika sebagai musuh utama. Ini Terbukti bahwa semakin banyak remaja terjerumus dalam rayuan maut narkotika. Ketidaktahuan remaja tentang bahaya narkotika memang menjadi tugas berat bagi orangtua dan guru untuk menerangkannya. Apalagi narkotika sekarang sangat mudah didapat dan bandarnyapun memang selalu menempel pada dunia remaja.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari sumber informasi langsung pengakuan dari para terdakwa yang saat itu sedang menjalani hukuman di LP ANAK kelas II A Tanjung Gusta Medan tentang alasan mengapa para terdakwa melakukan tindak pidana pidana penyalahgunaan narkotika.

Dari hasil pengakuan para terdakwa dapat tersimpulkan bahwa factor penyebab mereka melakukan tindak pidana penyalahguna narkotika, ialah

1. Kurang memiliki percaya diri dalam berinteraksi sosial /pendiam.

2. Mencoba bergaul dengan teman-teman sebaya yang notabennya adalah para pelaku penyalahguna

narkotika untuk dapat menjadi lebih percaya diri.

3. Ajakan, bujukan dan iming-iming dari teman atau anggota kelompok sebaya untuk

mengugunakan obat terlarang tersebut dengan diberikan secara gratis untuk pertama kali.

4. Mengalami ketagihan sehingga mencoba membeli obat terlarang tersebut untuk digunakan diri

sendiri.

5. Mudahnya untuk mendapatkan barang tersebut melalui pengedar narkotika.

6. Jauh dari pengawasan orang, bahwa terdakwa merasa dirinya tidak diperhatikan oleh orang tua

karena kesibukan orang tua.

Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa faktor utama anak melakukan tindak pidana penyalahguna narkotika ialah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan pergaulan di sekelilingnya dan


(37)

53

tanpa sepengetahuan orang tua anak mengeksplorasikan tindakannya tanpa ia sadari bahwa tindakannya

tersebut adalah termasuk dari tindakan kriminal. 93

C. Hasil penelitian di LP Anak tentang tindak pidana Narkotika yang dilakukan anak

Berdasarkan hasil penelitian diatas, mengenai alasan mengapa para terdakwa melakukan tindak pidana narkotika ,sesuai dengan teori sebab terjadinya kejahatan yang telah di uraikan diatas, yaitu faktor lingkungan sebagai pemicu anak melakukan kejahatan tersebut.

Oleh sebab itu sangat diperlukannya pengawasan dari orang tua kepada anak-anaknya yang mulai mengalami perubahan beranjak kearah remaja.

Tabel hasil penelitian Tindak Pidana di LP Kelas II A Anak Tanjung Gusta Medan Tahun 2015

No Jenis Kejahatan Pengaturan Pasal KUHP/UU Jumlah Kasus

1 Kesusilaan 281-297 4

2 Perjudian 303 12

3 Penculikan 324-336 1

4 Pembunuhan 338-350 19

5 Penganiayaan 351-356 6

6 Pencurian 361-364 178

7 Perampokan 365 89

8 Pemerasan 368-369 3

9 Penggelapan 372-375 20

10 Penipuan 378 10

11 Penadahan 380-381 7

12 Narkotika UU NO. 35 Tahun 2009 212

13 Perlindungan Anak UU NO. 35 Tahun 2014 82

Berdasarkan uraian table diatas, diketahui bahwa jumlah tertinggi Kejahatan Tindak Pidana yang dilakukan oleh para narapidana di LP Kelas II A Anak Medan Tanjung Gusta adalah Tindak Pidana Narkotika, yang rata-rata dari mereka adalah sebagai Penyalahguna Narkotika.


(38)

54

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pelaku Tindak Pidana Narkotika tersebut, ternyata diketahui bahwa latar belakang dari mereka adalah anak-anak yang tidak lagi mengikuti pendidikan wajib belajar 9 tahun, alias putus sekolah karena keterbatasan biaya sehingga kegiatan sehari-hari yang mereka laluipun tidak terarah dan bergaul bebas dengan teman-teman yang memliki latar

belakang sebagai pemakai obat terlarang tersebut.94

94 Hasil penelitian di LP Kelas II A Anak Medan Tanjung Gusta

Dari hasil penelitian tersebut, terbukti bahwa sasaran utama kejahatan narkotika adalah generasi muda bangsa, padahal “ Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan dan bangsa di masa depan.

Oleh sebab itu, upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dan orang tua adalah pengawasan yang lebih efisien terhadap anak agar anak tidak terjerumus dalam kasus Tindak Pidana Narkotika.


(1)

49

A.

Faktor intern.

Yang dimaksud dengan faktor intern ialah faktor yang datangnya dari dalam tubuh

manusia sendiri, tanpa pengaruh lingkungan sekitar, termasuk dalam faktor ini adalah:

1.

Personaliti (kepribadian).

Menurut ahli-ahli bahwa personaliti seseorang dapat menjadi penyebab melakukan

kenakalan. Memepersoalkan tentang kepribadian seseorang, maka yang terjadi perhatian

adalah tingkah laku ini erat hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan. Tiap anak

mempunyai disposisi untuk mengalami pertumbuhan, baik pisikis dan fisik. Potensi anak

ada yang dapat mengarah pada hal-hal yang positif, tetapi ada juga yang mengarah pada

hal-hal yang negatif, tergantung pada lingkungan masing-masing. Hal yang negatif itulah

yang dapat menyebabkan kenakalan.

2.

Kelamin.

Perbedaan sex memang dpat mempengaruhi tindakan atau sikap. Hal ini sangat jelas pada

periode pubertas. Hal ini pernah diadakan penelitian oleh Paul Tapan.

3.

Kedudukan dalam keluarga.

Kedudukan yang dimaksud adalah urut-urutan kelahiran.

B.

Faktor ekstern


(2)

50

Keluarga merupakan wadah utama dalam pendidikan. Kebiasaan orang tua sehari-hari

sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental anak. Anak yang hidup pada keluarga

yang damai maka mereka akan berperilaku yang positif, sedangkan anak yang hidup pada

keluarga yang kurang baik maka hal itu dapat menyebabkan kenakalan.

2.

Lingkungan sosio budaya.

Ligkungan tempat anak berpijak adalah masyarakat. Tidah jauh juga dengan lingkungan

keluarga, apabila anak hidup dalam masyarakat yang baik maka perilaku anak akan

menjadi baik begitu juga sebaliknya, anak yang hidup di lingkungan masyarakat yang

kurang baik juga akan berpengaruh buruk pada pribadi anak.(Simanjuntak,

1984:112-120)

Cara pembagian faktor penyebab kelainan perilaku remaja dikemukakan pula oleh

orang-orang lain seperti Philip Graham lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari

sudut kesehatan mental anak dan remaja. Ia juga membagi faktor-faktor penyebab itu ke dalam 2

golongan (Graham, 1983), yaitu:

A.

Faktor lingkungan

1.

Malnutrisi (kekurangan gizi)

2.

Kemiskinan di kota-kota besar

3.

Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan lain-lain)

4.

Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain)

5.

Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain)


(3)

51

7.

Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga : Kematian orang tua, Orang tua sakit berat

atau cacat, Hubungan antaranggota keluarga tidak harmonis, Orang tua sakit jiwa,

Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal

tidak memenuhi syarat, dan lain-lain.

B.

Faktor pribadi

1.

Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan

lain-lain)

2.

Cacat tubuh

3.

Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri. (Sarwono, 1997:199)

Menurut prof. H. M. Arifin, M. Ed., beliau mengungkapkan faktor-faktor yang menjadi sumber

sebab kenakalan remaja itu ada dua macam, yaitu:

1.

Faktor internal, yaitu hal-hal bersifat intern yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri

baik sebagai akibat perkembangan atau pertumbuhannya maupun akibat dari suatu jenis

penyakit mental atau penyakit kejiwaan yang ada dalam diri pribadi remaja itu sendiri.

2.

Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan remaja yang

bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan yaitu lingkungan sekitar atau

keadaan masyarakat. (Arifin, 1982:81)

92

92

Diakses melalu


(4)

52

B. Faktor-faktor penyebab tindak pidana narkotika oleh anak

Narkotika merupakan musuh nomor satu bagi para remaja. Namun, para remaja hingga saat ini banyak yang belum tahu mengenai narkotika sebagai musuh utama. Ini Terbukti bahwa semakin banyak remaja terjerumus dalam rayuan maut narkotika. Ketidaktahuan remaja tentang bahaya narkotika memang menjadi tugas berat bagi orangtua dan guru untuk menerangkannya. Apalagi narkotika sekarang sangat mudah didapat dan bandarnyapun memang selalu menempel pada dunia remaja.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari sumber informasi langsung pengakuan dari para terdakwa yang saat itu sedang menjalani hukuman di LP ANAK kelas II A Tanjung Gusta Medan tentang alasan mengapa para terdakwa melakukan tindak pidana pidana penyalahgunaan narkotika.

Dari hasil pengakuan para terdakwa dapat tersimpulkan bahwa factor penyebab mereka melakukan tindak pidana penyalahguna narkotika, ialah

1. Kurang memiliki percaya diri dalam berinteraksi sosial /pendiam.

2. Mencoba bergaul dengan teman-teman sebaya yang notabennya adalah para pelaku penyalahguna narkotika untuk dapat menjadi lebih percaya diri.

3. Ajakan, bujukan dan iming-iming dari teman atau anggota kelompok sebaya untuk mengugunakan obat terlarang tersebut dengan diberikan secara gratis untuk pertama kali.

4. Mengalami ketagihan sehingga mencoba membeli obat terlarang tersebut untuk digunakan diri sendiri.

5. Mudahnya untuk mendapatkan barang tersebut melalui pengedar narkotika.

6. Jauh dari pengawasan orang, bahwa terdakwa merasa dirinya tidak diperhatikan oleh orang tua karena kesibukan orang tua.

Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa faktor utama anak melakukan tindak pidana penyalahguna narkotika ialah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan pergaulan di sekelilingnya dan


(5)

53

tanpa sepengetahuan orang tua anak mengeksplorasikan tindakannya tanpa ia sadari bahwa tindakannya tersebut adalah termasuk dari tindakan kriminal. 93

C. Hasil penelitian di LP Anak tentang tindak pidana Narkotika yang dilakukan anak

Berdasarkan hasil penelitian diatas, mengenai alasan mengapa para terdakwa melakukan tindak pidana narkotika ,sesuai dengan teori sebab terjadinya kejahatan yang telah di uraikan diatas, yaitu faktor lingkungan sebagai pemicu anak melakukan kejahatan tersebut.

Oleh sebab itu sangat diperlukannya pengawasan dari orang tua kepada anak-anaknya yang mulai mengalami perubahan beranjak kearah remaja.

Tabel hasil penelitian Tindak Pidana di LP Kelas II A Anak Tanjung Gusta Medan Tahun 2015

No Jenis Kejahatan Pengaturan Pasal KUHP/UU Jumlah Kasus

1 Kesusilaan 281-297 4

2 Perjudian 303 12

3 Penculikan 324-336 1

4 Pembunuhan 338-350 19

5 Penganiayaan 351-356 6

6 Pencurian 361-364 178

7 Perampokan 365 89

8 Pemerasan 368-369 3

9 Penggelapan 372-375 20

10 Penipuan 378 10

11 Penadahan 380-381 7

12 Narkotika UU NO. 35 Tahun 2009 212

13 Perlindungan Anak UU NO. 35 Tahun 2014 82

Berdasarkan uraian table diatas, diketahui bahwa jumlah tertinggi Kejahatan Tindak Pidana yang dilakukan oleh para narapidana di LP Kelas II A Anak Medan Tanjung Gusta adalah Tindak Pidana Narkotika, yang rata-rata dari mereka adalah sebagai Penyalahguna Narkotika.


(6)

54

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pelaku Tindak Pidana Narkotika tersebut, ternyata diketahui bahwa latar belakang dari mereka adalah anak-anak yang tidak lagi mengikuti pendidikan wajib belajar 9 tahun, alias putus sekolah karena keterbatasan biaya sehingga kegiatan sehari-hari yang mereka laluipun tidak terarah dan bergaul bebas dengan teman-teman yang memliki latar belakang sebagai pemakai obat terlarang tersebut.94

94 Hasil penelitian di LP Kelas II A Anak Medan Tanjung Gusta

Dari hasil penelitian tersebut, terbukti bahwa sasaran utama kejahatan narkotika adalah generasi muda bangsa, padahal “ Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan dan bangsa di masa depan.

Oleh sebab itu, upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dan orang tua adalah pengawasan yang lebih efisien terhadap anak agar anak tidak terjerumus dalam kasus Tindak Pidana Narkotika.