Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Suatu negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada
keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Negara berkembang
adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang
relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan
dengan norma global. Perkembangan mencakup perkembangan sebuah infrastruktur
modern (baik secara fisik maupun institusional). Negara berkembang juga dapat
dicirikan dengan pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki belum mampu diolah
secara optimal. Dalam pemanfaatannya, negara berkembang masih bekerja sama
dengan negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Hasil
sumber daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan (ekspor)
karena belum memiliki teknologi untuk mengolahnya lebih lanjut. Oleh karena itu,
pada umumnya negara berkembang mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah
(Anonimous, 2011).
Pada masa awal kemerdekaan, negara-negara sedang berkembang pada umumnya
tertarik

dengan


gagasan industrialisasi karena

menurut Gunnar

Myrdal,

industrialisasi diwujudkan dengan pembangunan industri-industri besar dan
modern. Keadaan itu menurut para perencana pembangunan di negara-negara
sedang berkembang adalah simbol dari kemajuan dan pembangunan. Selain itu
industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat kearah
kemakmuran, atau sebagai motor pertumbuhan ( engine of growth ) ekonomi.

1
Universitas Sumatera Utara

Industrialisasi diharapkan dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang kurang
menarik di sektor pertanian (Pasaribu, 2010).
Sektor pertanian sebagai sektor primer mulai ditinggalkan, dan beralih menjadi
sektor sekunder yaitu industri. Pemilihan sektor industri untuk meningkatkan

pendapatan negara didasarkan pada dua pertimbangan. Pertama, pada masa itu
negara-negara diseluruh dunia juga mengerjakan proyek industrialisasi di negara
masing-masing karena dukungan teori-teori ekonomi yang memadai, sehingga
apabila strategi industrialisasi dilaksanakan telah ada konsep yang mencukupi
untuk menetukan arah pembangunan ekonomi. Kedua, sejarah negara-negara yang
telah berhasil memajukan ekonominya selalu melewati tahapan industrialisasi pada
proses pembangunannya. Strategi ini dianggap berhasil karena secara perlahanlahan menggeser kegiatan ekonomi dari semula terkonsentrasi pada sektor primer
(pertanian) menuju sektor sekunder (industri/jasa). Sektor sekunder dipandang
memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada sektor primer sehingga dapat
mempercepat peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan pertimbangan
tersebut kegiatan industrialisasi dengan konsisten dilaksanakan di Indonesia,
melalui program-program pembangunan yang terencana berdasarkan repelita dan
program pembangunan jangka panjang (Purwanto, 2003).
Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekononomian dapat dilihat
dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 2000-2004, yaitu
“mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk
unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan,


2
Universitas Sumatera Utara

pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta
mengembangkan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi dalam rangka
meningkatkan daya saing global dengan membuka aksesabilitas yang sama
terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam UU No. 25 tahun 2001 tentang program
pembangunan ekonomi nasional (Propenas) yang mengamanatkan bahwa dalam
rangka memacu peningkatan daya saing global dirumuskan lima strategi utama,
yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri, penguatan institusi pasar,
pengembangan pariwisata, dan peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan
industri sangat penting untuk menghadapi persaingan ketat, baik dipasar dalam
negeri maupun pasar ekspor dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan
dunia. Oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu
dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan
secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia. Industri

memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian
sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangnnya (Raha,
2014).
Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja
dan sumber pendapatan petani. Pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan tenaga
kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunnya lahan pertanian,
mengakibatkan sempitnya pengusahaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani

3
Universitas Sumatera Utara

dan semakin terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di
pedesaan. Langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan pengembangan
industri kecil atau industri rumah tangga yang ada di pedasaan (Mubyarto, 2001).
Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong
terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek
perubahan ekonomi. Fokus perhatian pembangunan sektor ekonomi dirasa perlu
diberikan pada subsektor industri kecil dan kerajian yang memiliki potensi dan
peranan penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah pedesaan tentunya
menjadikan industri kecil dan kerajinan ini memberikan sumbangan bagi daerah

dan masyarakatnya (Tambunan, 1999).
Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar didaerah pedesaan dapat
memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi karena memberikan
lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan
dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk
setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding
dengan industri besar (Mubyarto, 1997).
Usaha pembuatan batu bata dengan menggunakan tandan kosong kelapa sawit
sebagai bahan bakar belum pernah ada dilakukan didaerah lain, sedangkan di Desa
Jentera Stabat ini sudah sekitar 10 tahun menggunakan tandan kosong kelapa sawit
sebagai bahan bakarnya. Hal ini dikarenakan harga kayu bakar yang mahal saat ini
dan sulit pula untuk didapatkan. Dengan tidak menggunakan kayu bakar, tentunya
secara tidak langsung akan mengurangi penebangan hutan secara liar yang marak
terjadi belakangan ini. Tandan kosong kelapa sawit sendiri adalah ampas dari
pabrik CPO di sekitar daerah penelitian yang dapat dimanfaatkan, bahkan hasil

4
Universitas Sumatera Utara

pembakaran tandan kosong tersebut dapat menghasilkan abu yang berguna sebagai

pupuk kalium, ada pengumpul yang mengumpulkan abu hasil pembakaran tandan
kosong tersebut dari setiap pengusaha batu bata di daerah penelitian yang kemudian
akan dijual ke Pekanbaru, Kalimantan, dan daerah lainnya. Abu tersebut akan
diolah untuk menjadi pupuk kalium oleh mereka. Melihat prospek tersebut,
pengusaha batu bata pun turut menjual abu tandan kosong kelapa sawit tersebut
walaupun dengan harga yang murah, sehingga penerimaan yang didapat oleh
pengusaha batu bata bukan hanya dari pembuatan batu bata saja tetapi juga
penerimaan dari penjualan abu tandan kosong kelapa sawit.
Oleh karena itu, saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis
kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai
bahan bakar untuk melihat apakah usaha ini layak atau tidak layak dilakukan secara
ekonomis.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana ketersediaan input (bahan baku, modal, tenaga kerja) pada usaha
pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di
daerah penelitian?
2. Berapa pendapatan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa
sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong
kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian?

5
Universitas Sumatera Utara

4. Apa dampak pemakaian tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar untuk
usaha pembuatan batu bata di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ketersediaan input (bahan baku, modal, tenaga kerja) pada usaha
pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di
daerah penelitian.
2. Mengetahui besar pendapatan usaha pembuatan batu bata dengan tandan
kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian.
3. Mengetahui tingkat kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan
kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian.
4. Mengetahui dampak pemakaian tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan
bakar untuk usaha pembuatan batu bata di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan usaha abu tandan
kosong kelapa sawit untuk pengembangan usaha ke depan.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian lainnya yangberhubungan
dengan penelitian ini.

6
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Integrasi Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Perdesaan Asahaan Dengan Pasar Nasional(Studi Kasus : Kabupaten Asahan)

4 82 98

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Perekat Polipropilena Hasil Daur Ulang Sebagai Bahan Papan Partikel

5 36 82

Pembuatan Furfural Dari Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Kapasitas 800.000 Kg/Tahun

8 69 377

Studi Penyediaan Nanokristal dari Tandan Kosong Sawit (TKS)

5 53 59

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

14 90 113

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

0 0 12

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

0 0 1

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

0 0 12

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

0 4 3

Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

0 1 41