Penetapan Kadar Sukrosa Dalam Kembang Gula Dengan Metode Titrimetri

Rivai, Harrizul. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.
Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Standar Nasional Indonesia. (2008). SNI 3547.2.2008. Syarat Mutu Kembang
Gula Lunak. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. (1992). SNI 01-2892-1992. Cara Uji Gula. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Svehla,G, (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Edisi
kelima. Jakarta: Kalman Media Pusaka.
Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lampiran 1. Keterangan Sampel
Penetapan Kadar Sukrosa pada Kembang Gula dengan Metode Titrimetri
(Iodometri)
Nama sampel

: Alpenlibe

Nama pabrik

: PT Perfeth Van Melle Indonesia


No. Reg

: BPOM RI MD237110113396

No. Bets

: B02262413

Komposisi

: Gula, sirup, maltosa, minyak nabati, krim susu, pengatur
keasaman, (asam laktat, natrium laktat), pewarna (natrium
dioksida CI 77891, merah allura CI 16035, biru berlian CI
42090), garam perisa anggur, pengemulsi, ekstrak anggur

Tanggal diterima

: 03 Maret 2015

Pemerian


: Bentuk : Padat
Rasa

: Manis

Warna : Ungu putih
Bau

: Normal

Lampiran 2. Data dan Perhitungan
Titran

: Natrium tiosulfat (Na2S2O3)

Kesetaraan : 1 ml titran 0,1036 N/M setara dengan 49,03 K2Cr2O7
Pengamatan
Nama Zat


Zat Uji
Alpenlibe

Wadah

Wadah

+ Zat

+ Sisa

Faktor Pengenceran

Titran (ml)

Sebelum

Sesudah

Sebelum


Sesudah

25

250 100
×
10
50

16,9

13,8

2,0723 g

Blangko

25,0


Tabel 2.1. Tabel Ekivalen Natrium Tiosulfat
Na2S2O3 0,1 M
(ml)
1

Glukosa,
Fruktosa, Gula
invert (mg)
2,4

Laktosa

Maltosa

(mg)

(mg)

3,6


3,9

2

4,8

7,3

7,8

3

7,2

11,0

11,7

4


9,7

14,7

15,6

5

12,2

18,4

19,6

6

14,7

22,1


23,5

7

17,2

25,8

27,5

8

19,8

29,5

31,5

9


22,4

33,2

35,5

10

25,0

37,0

39,5

11

27,6

40,8


43,5

12

30,3

44,6

47,5

13

33,0

48,4

51,6

14


35,7

52,2

55,7

15

38,5

56,0

69,8

Perhitungan:
a.

Kadar Gula Sebelum Inversi
Rumus :
Kadar Sukrosa = Titrasi Blanko − Titrasi sampel ×

Natrium tiosulfat
0,1

Perhitungan :

Kadar Sukrosa = (25,0 − 16,9) ×

0,1036
0,1

= 8,3916

= 19,8 + (22,4 − 19,8) × 0,3916 = 20,81816

% Gula Sebelum Inversi =
=

����� �������
����� ��� (�)
20,81816
2072 ,3

× Faktor Pengenceran × 100 %

× 25 × 100% = 25,11 %

b. Kadar Gula Sesudah Inversi
Rumus :
Kadar Sukrosa = Titrasi Blanko − Titrasi sampel ×

Natrium tiosulfat
0,1

Perhitungan :

Kadar Sukrosa = (25,0 − 13,8) ×

0,1036
0,1

= 11,6032

= 27,6 + (30,3 − 27,6) × 0,6032 = 29,22864
����� ����

% Gula Sesudah Inversi = �����
=

c.

��� (�)

29,22864
2072 ,3

× Faktor Pengenceran × 100%

× 50 × 100% = 70,52 %

Kadar Sukrosa
Rumus :
Ksukrosa = 0,95 × (Kadar gula sesudah inversi − Kadar gula sebelum inversi)

Perhitungan :
Kadar sukrosa = 0,95 × (70,52% − 25,11%)
= 43,13 %

Lampiran 3. Gambar Alat Pereaksi dan Sampel

Gambar Buret

Gambar Bak berisi es (pendinginan)

Gambar Pemanas Listrik (Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak)

Lampiran 3. Lanjutan

Gambar Larutan Luff Schoorl

Gambar. Hasil sebelum (kiri) dan sesudah
(kanan) titrasi dengan Natrium tiosulfat

Gambar Sampel
Permen “Alpenliebe”