Makalah Kondisi Keadilan di Indonesia

Makalah Kondisi Keadilan di Indonesia

Kata Pengantar
Tantangan zaman yang menghadang bangsa kita sekarang banyak berkaitan dengan
masalah social – politik, terutama apabila kita mendengar kata politik akan terbesit dibenak
kita akan kata “keadilan”. Dengan beragam banyaknya kondisi keadilan di Indonesia baik di
setiap daerah ataupun di pusat, pastinya kita sudah mulai menyimpulkan bahwa keadilan kini
sudah tidak pada tempatnya lagi. Intinya sudah keluar diluar jalur hukum.
Dengan adanya bahasan mengenai keadilan, sebagai kaum pelajar mungkin kita sudah
bosan atau jenuh mendengar kata – kata yang berbau politik. Namun apabila kita sudah
memiliki niat yang kuat untuk belajar, semuanya akan terasa mudah untuk dicerna. Dengan
dibekali pengetahuan sejak dini, seorang pelajar tentunya akan memiliki wawasan yang luas,
dan bisa juga melebihi orang dewasa yang sudah tidak mengenyam ilmu pendidikan disuatu
lembaga. Maka dari itu apapun bentuk ilmu pengetahuan baik umum maupun khusus, kita
harus senantiasa berbesar hati untuk menerimanya dan mampu mengamalkannya.
Sebagai tujuan untuk belajar, maka saya berusaha untuk menyusun makalah ini dalam
rangka kegiatan belajar – mengajar yang saya pilih karena tema ini termasuk tema yang
lumayan actual dan banyak diperbincangkan diberbagai acara berita di Televisi. Dalam
penyusunannya, buku ini tidak terlepas dari peran serta pihak – pihak yang telah memberikan
saran maupun masukan – masukan guna menyempurnakan makalah ini. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya.

Akhir kata, perkenankanlah saya mengutip pepatah lama yang berbunyi “Tak ada
gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri”. Saya selalu terbuka dan berupaya
seobjektif mungkin terhadap kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini.

Penyusun

Riri Fadilah

Daftar Isi

i.
ii.
iii.
iv.
v.

KataPengantar ………………………………………………………………………………
…1
DaftarIsi ……………………………………………………………………………………..…
2

Pembahasan
Bab I ……………………………………………………………………………...……………..
3
Latar Belakang …………………………………………………………………..……. 3
Identifikasi Masalah …………………………………………………………….……. 3
Pembatasan Masalah …………………………………………………………………. 4
Perumusan Masalah ……………………………………………………………….…. 4
Definisi Operasional …………………………………………………………….…… 4

vi.

i.
ii.
iii.
iv.

Tujuan dan kegunaan Penelitian……………………………………………………… 5
Bab II ………………..………………………………………………………………………….
6
Pembatasan Teori …………………………………………………………..…………. 6

Hasil penelitian yang relevan …………………………………………………….…… 8
Kerangka Pemikiran ……………………………………………………………….…. 11
Pengajuan Hipotesis Pemikiran ………………………………………………….…... 11

Bab III ………………………………………………………………………………………… 14
i.
Tujuan khusus penelitian …………………………………….……………………… 14
ii.
Metode dan Desain penelitian ………………………………………………………. 14
iii.
Instrumen penelitian ………………………………………….……………………… 14
iv.
Sampel penelitian …………………………………………….……………………… 15
v.
Teknik Analisis Data ………………………………………….……………………... 16
vi.
Prosedur Penelitian …………………………………………..………………………. 16
Bab IV ………………………………………………………………………………..………. 17
i.
Variabel yang diteliti ……………………………………………………………..….. 17

ii.
Deskripsi hasil penelitian ………………………………………………………….… 17
iii.
Pengujian Hipotesis ………………………………………………………………..… 17
iv.
Pembahasan hasil Pengujian …………………………………………………..…….. 18
Bab V ………………………………………………………………………………………….. 19
i.
Rangkuman …………………………………………………………………………… 19
ii.
Kesimpulan …………………………………………………………………………… 20
iii.
Saran ………………………………………………………………………………….. 20
Daftar
21

Pustaka……………………………………………………………………………….

Pembahasan
BAB I

i.

Latar Belakang
Hukum adalah hal yang tak asing lagi bagi seluruh masyarakat dunia, baik dewasa
ataupun anak – anak. Terutama di Indonesia. Meskipun masyarakat belum mengerti
sepenuhnya tentang Hukum, tapi zaman sekarang ini, hukum sudah bukan hal yang berat lagi
bagi masyarakat. Masyarakat dulu menganggap bahwa hukum hanya diperuntukkan untuk
orang – orang yang bersekolah tinggi, dan masyarakat kelas bawah hanya bertugas sebagai
pendengar sejati saja, tapi kini masyarakat sepertinya sudah campur tangan dan mereka kini
sudah mulai mengikuti alur perjalanan hukum di Indonesia yang terbilang sudah bobrok atau
tidak karuan.
Masyarakat sekarang sudah tidak lagi seperti zaman orde baru (Zaman
kepemimpinan Presiden Soeharto) dulu, yang menyembunyikan semua hasrat aspirasi nya

didepan Pemerintah, karena pada zaman orde baru itu terdapat suatu bentukan lembaga yang
dibentuk oleh Soeharto yang bernama PANGKOMKABTIB (Panglima Komando Keamanan
dan Ketertiban) yang diketuai oleh Laksamana Soedomo. Komando tersebut bertugas sebagai
komando keamanan dan ketertiban untuk meredam aspirasi masyarakat Indonesia agar tidak
vocal dalam menyuarakan pendapat, apabila ada yang melanggar, sanksi nya adalah
hukuman penjara. Tentunya bentukan tersebut atas dasar pemikiran dan kepintaran Soeharto

dengan tujuan untuk melanggengkan masa jabatannya sebagai Presiden Indonesia. Namun
sekarang hal itu sudah musnah atau tidak laku lagi, kini masyarakat Indonesia sudah lebih
pintar, dan berani menyuarakan aspirasinya mengenai rasa ketidak adilan keputusan
Pemerintah yang membuat mereka merasa gerah. Bukan mustahil hal ini bisa terjadi, karena
banyak anggapan Masyarakat lah yang berfikir bahwa pada masa kini Hukum tidak lagi
berpihak ataupun membela pada yang benar, melainkan menyimpang dari jalannya, karena
adanya sesuatu yang menyebabkan hukum itu keluar dari yang seharusnya.
Negara Indonesia memiliki pancasila yang harus di junjung tinggi agar keadilan
menjadi merata dan tidak memandang dari kalangan apapun karena setiap warga Negara
berhak memperoleh Hak yang sama. Semua kalangan di Indonesia harus memperoleh
perlakuan yang sama dari pemerintah, yang harus di usahakan setiap saat agar kenyamanan
hukum di Indonesia merata.
ii.

Identifikasi Masalah
Kemungkinan – kemungkinan masalah yang timbul dari judul diatas yaitu beribu
ribu pertanyaan yang akan muncul dengan adanya kondisi hukum di Indonesia pada masa kini
terutama rasa keadilan yang begitu merosot drastis. Kenapa? Karena sekarang ini hukum
sudah tumpul atau sudah tidak tajam lagi oleh orang - orang kelas kakap yang mempunyai
permainan tersendiri dalam mendapatkan uang sebesar besarnya, seakan akan hukum untuk

masalahnya sudah dibekukan atau seakan akan hilang dengan sendirinya. Namun untuk
golongan masyarakat kelas bawah kini hukum begitu tajam dan begitu mempojokkan
masyarakat yang ditimpa oleh permasalahan sepele. Seperti maling sandal yang masalahnya
terus menerus bergulir, sedangkan para korup – korup dibiarkan masalahnya hilang begitu
saja.

iii.

Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas atau lebih difokuskan dalam penelitian ini adalah
mengenai kondisi hukum di Indonesia yang saat ini sangat bobrok atau tidak karuan. Dengan
terjadinya penyimpangan penyimpangan yang bukan pada seharusnya. Misalnya, hukuman
yang terus bergulir bagi seorang nenek yang mencuri sebuah Kakao milik warga di kebun,
dan hukuman yang tak wajar atau bahkan masalah yang seakan akan hilang bagi para
koruptor kelas kakap yang tak kenyang kenyang menghabisi uang rakyat.
iv.

Perumusan Masalah


Dalam makalah ini akan dibahas beberepa hal sebagai berikut :
1. Pengertian keadilan dimata masyarakat
2. Mengapa penyebab keadilan di Indonesia tidak seharusnya pada tempatnya?
3. Apa akibat selanjutnya yang akan ditimbulkan dari keadaan ini?

4. Apa solusi yang tepat untuk menyelesaikan ketidak adilan hukum di Indonesia
pada saat ini?

v.

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan peneliti sendiri pada penelitiannya.
Dari soal tersebut, dapat dijelaskan bahwa hukum itu seharusnya adalah suatu tiang pokok
untuk menentukan hidup manusia didunia. Terutama hukum adalah merupakan suatu tugas
berat bagi para penentu hukum di pengadilan, dan bagaimana supaya bisa bertindak adil
dalam mengambil keputusan. Menurut saya, kini ketidak adilan tersebut sudah tidak ada lagi.
Hukum yang seharusnya merupakan kepercayaan masyarakat kini sudah tidak berpihak lagi.
Malah kini hukum bisa dibeli oleh uang, agar tersangka bisa melenggang bebas kesana
kemari seakan melupakan permasalahan yang menimpanya.


vi.

Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan umum diadakannya penelitian yang bertemakan permasalahan ini adalah
untuk mengetahui perkembangan hukum di negara, terutama di indonesia agar kita mengerti
dan mengetahui kondisi hukum di indonesia apakah sudah berjalan dengan semestinya atau
malah sebaliknya,dan dengan kita mengetaui perkembangan hukum di indonesia kita dapat
memperbaiki penegakkan hukum dinegara indonesia kita kedepannya. Dan untuk
menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa pada masa kini masyarakat harus lebih peka akan
keadaan hukum yang semakin merosot dan harus berani menyuarakan pendapat selagi kita
berada pada jalur yang benar, selanjutnya yaitu untuk memberikan pelajaran khususnya bagi
para siswa, bahwa pelajaran hukum tidaklah membosankan seperti yang dibayangkan. Tetapi
hukum itu menarik, menarik apabila ada permasalahan yang mengundang beribu pertanyaan
terutama tentang rasa keadilan. Apalagi apabila kita mulai mengerti bahwa hukum itu seperti
apa? Dan bagaimana? Pasti mengasyikan dan membuat otak kita berfikir kreatif dan menjadi
aktif, karena dengan adanya hukum dengan berjuta persoalan, otak kita menjadi terpacu untuk
mengeluarkan argumen argumen mengenai persoalan persoalan tersebut. Kegunaan penelitian
ini yaitu untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siapapun tentang gambaran hukum di
Indonesia pada saat ini, dan berguna bagi masyarakat untuk berfikir lebih kreatif dalam

menyikapi persoalan hukum di Indonesia.
Adapun tujuan lain, yakni:
- Mengetahui apa itu keadilan sosial.
­ Mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum.

­ Mengetahui hukum di Indonesia.
                                                                 

BAB II
i.

Pembahasan Teori
a.

PENGERTIAN KEADILAN DIMATA MASYARAKAT
Berbicara mengenai Pengertian Keadilan (adil) akan banyak sekali timbul penafsiran
ataupun pendapat yang menjelaskan tentang keadilan dari berbagai sudut pandang dan latar
belakang pendidikan. Salah satu Pengertian Keadilan menurut Al Quran sendiri ada beberapa
pengertian yang berkaitan dengan Keadilan yang berasal dari kata ‘adl, yaitu sesuatu yang
benar, sikap yang tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam

mengambil keputusan. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan
dihukum. Pada intinya Keadilan adalahmeletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Masyarakat manapun yang berpendapat mengenai keadilan pasti tak akan berpendapat
positif mengenai keadilan di Indonesia, semua pasti mengeleng gelengkan kepala pertanda
bahwa keadilan di Indonesia sangat sangat terpuruk. Masalahnya adalah Yang menjadi
permasalahan disini hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahan yang dilakukan dan tidak
adanya rasa sosial yang tinggi terhadap sesama warga Indonesia. Dan perbedan hukuman
antara orang berstrata tinggi dengan orang yang melakukan kesalahan dari kalangan bawah.
Orang yang berstrata tinggi lebih diistimewakan dibanding kalangan bawah, buktinya kini
orang orang kalangan atas yang terjerat kasus korupsi berat masih bisa melenggang kemana
mana seakan masalahnya di beku es kan, sedangkan orang orang kalangan bawah malah
makin diperbesar permasalahannya dan marak dipublikasikan sehingga seakan akan para
kalangan atas break sejenak dari dunia pertelevisian.
Menurut salah satu masyarakat yang berpendapat, hukum di indonesia ini sudah kacau
balau dan hampir tidak dipercaya lagi oleh masyarakat. Apa lagi di zaman Modern ini, hukum
semakin menjadi-jadi. Bagaimana bisa dipercaya oleh masyarakat, para penegak hukum pun
dalam hal ini sering terjangkit penyakit ketidak adilan, walaupun dalam hal ini hanya
ditujukan pada Oknum-oknum tertentu yang telah melakukan ketidak adilan tersebut. Tetapi
dalam hal ini para penegak hukum yang tidak melakukan hal demikian ikut terbawa-bawa
dalam hal ini, dalam arti dia ikut menanggung hasil perbuatan para rekannya yang tidak
terpuji itu. Dari hal tersebut terciptalah opini yang menyatakan “hukum tidak lain adalah
alat kejahatan” .Para rakyat jelata semakin terpuruk, berteriak dak meratap tangis melihat
kondisi bangsa ini berada dalam ketidak adilan. Rasanya Hukum hanya berlaku bagi Rakyat
miskin. Hal ini sudah banyak kita jumpai, contohnya Kasus Nenek Minah asal Banyumas
yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah salah satu contoh ketidakadilan hukum di Indonesia.

Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang
namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga
mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta huruf dihukum
hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum. Kebijaksanaan dan
rasa kepantasan dan kepatutan dari Para aparat penegak pada kasus ini ditaruh dimana..??

b. MENGAPA KEADILAN DI INDONESIA TIDAK PADA TEMPATNYA ?
Penyebab utamanya yaitu salah satunya kita kehilangan Idiologi bangsa Indonesia
"PANCA SILA", memang sampai saat ini kita masih memakai Panca sila sebagai Idiologi
bangsa tapi hanya sebatas SLOGAN saja sedangkan penerapannya tidak dilaksanakan secara
MURNI dan KONSEKUEN sehingga yang terjadi adalah terpuruknya bangsa kita. Buktinya
tercantum dalam sila ke 5 dalam Pancasila yang berbunyi “ Keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia “ Nyatanya sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya masyarakat kelas
bawah belum memperoleh keadilan yang semestinya atau yang sepantasnya. Jelas nyatanya
Karena Pancasila tidak dilaksanakan secara Murni Dan konsekuen yang terjadi adalah
KRISIS MORAL dimana seluruh Aspek kehidupan bernegara menjadi RUSAK dan akibatnya
Indonesia
menjadi
TERPURUK.
Semoga bangsa ini segera menyadari hal ini agar Indonesia segera bangkit kembali untuk
meraih KEJAYAAN.
Saat ini tidak mudah untuk memaparkan kondisi hukum di Indonesia tanpa
adanya   keprihatinan   yang   mendalam   mendengar   ratapan   masyarakat   yang
terluka   oleh   hukum,   dan   kemarahan   masyarakat   pada   mereka   yang
memanfaatkan hukum untuk mencapai tujuan mereka tanpa menggunakan hati
nurani. Dunia hukum di Indonesia tengah mendapat sorotan yang amat tajam
dari seluruh lapisan masyarakat, baik dari dalam negri maupun luar negri. Hakim
sebagai orang yang dianggap sebagai ujung tombak untuk mewujudkan adanya
keadilan, ternyata tidak luput juga dari cercaan masyarakat. Banyaknya putusan
yang dianggap tidak adil oleh masyarakat telah menyebabkan adanya berbagai
aksi   yang   merujuk   pada   kekecewaan   pada   hukum.   Banyaknya   kekecewaan
terhadap pengadilan (hakim) ini terkait dengan merebaknya isu mafia peradilan
yang terjadi di tubuh lembaga berlambang pengayoman tersebut. Institusi yang
seharusnya   mengayomi   hukum   ini   sempat   menyeret   nama   pimppinan
tertingginya sebagai salah satu mafia peradilan. Meskipun kebenarannya sampai
saat ini belum terbukti, namun kasus ini menunjukkan bahwa pengadilan masuk
sebagai lembaga yang tidak dipercaya oleh masyarakat.
Sebenarnya satu hal lain lagi yang menjadi penyebab terpuruknya keadilan di
Negara   tercinta   kita   ini,   yaitu   para   penegak   hukum   yang   gila   uang   atau   gila
duniawi. Yang gampang dibisiki dengan uang uang berlimpah, agar tersangka
bisa   bebas   atau   masalahnya   dianggap   hilang   tanpa   sebab.   Dengan   adanya
kenyataan ini harus kemana rakyat seperti kita harus berlindung? Sedang orang
orang yang kita percayai dikursi sana sudah kehilangan pikirannya untuk benar
benar menegakkan keadilan. Jika kita sudah tidak percaya lagi pada pengadilan,
pada institusi mana lagi kita akan meminta keadilan di negri ini?
c. APA AKIBAT SELANJUTNYA YANG AKAN TIMBUL DARI KEADAAN INI?
Akibat yang akan timbul jika keadilan tidak diterapkan bagi rakyat adalah salah satunya
sebagai berikut :

Adanya penentangan dari masyarakat kepada Pemerintah, artinya masyarakat sudah tidak
perduli lagi dengan apa upaya pemerintah dalam memajukan kesejahteraan Negara, dan sudah
menolak lagi dengan rencana rencana pemerintah yang dianggap sebagai abal abal saja.







d.

Sikap masa bodoh dalam bermasyarakat dan bernegara, artinya masyarakat sudah hidup
sendiri sendiri dan tak mau peduli lagi dengan apa yang Pemerintah canangkan dalam proses
pembangunan atau bisa disebut juga sudah kehilangan kepercayaan.
Ada juga akibat lain yakni :
Pemerintah kehilangan kepercayaan dari rakyat
Pemerintah kekurangan dukungan dari rakyat
Pemerintah kekurangan aspirasi dari rakyat
SOLUSI YANG TEPAT UNTUK MENYELESAIKAN KETIDAKADILAN HUKUM DI
INDONESIA PADA SAAT INI
1.
Perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara sungguh sungguh mulai dari
tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah dengan melakukan pembaruan
dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah
kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek
kemanusiaan, ataupun dengan peningkatan keimanan para penegak hukum agar ia menjadi
lebih sadar bahwa perbuatannya yang tidak menegakan keadilan secara adil akan
menyebabkan dirinya berbuat dosa dan dilaknat oleh Tuhan.
2.
Sebaiknya penegakkan hukum menegakkan hukum dengan tegas sesuai dengan
kesalahan yang dilakukan tampa membedakan pihak satu dengan lainnya karena kedudukan
kita dihadapan hukum sama.
3.
Kedua belah pihak harus menaati hukum sebagaimana mestinya dan ini tidak hanya
bagi penegak hukum saja tetapi seluruh warga negara indonesia.

ii.

Hasil Penelitian yang Relevan
Ketidak adilan hukum di indonesia selalu terjadi antara golongan bawah dengan
golongan atas seperti kasus yang terjadi yaitu hukum hanya berlaku bagi pencuri kakao,
pencuri pisang, & pencuri semangka‘(koruptor dilarang masuk penjara). Ketidak adilan
hukum yang terjadi di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan kepercayaan
masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih banyak kasuskasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus diposisikan secara
netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa
kecuali.
Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah perlakuan
ketidakadilan sudah biasa terjadi.Namun bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang
punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum.
Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah salah satu
contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao
oleh Nenek Minah. Siapapun setuju yang namanya tindakan mencuri adalah kesalahan.
Namun demikian jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Apa mungkin
nenek nenek seperti itu yang jelas jelas buta huruf sampau dihukum hanya karena
ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum. Memang benar mencuri apa pun

baik berat atau ringan, tetap bernilai salah. Namun meskipun begitu harus disimpanlah sedikit
rasa kemanusiaannya. Saat pengadilan berlangsung, banyak orang yang menitikkan air mata
ketika menyaksikan Nenek Minah duduk di depan pengadilan dengan wajah tuanya yang
sudah keriput dan tatapan kosongnya. Untuk datang ke sidang kasusnya ini Nenek Minah
harus meminjam uang Rp.30.000,- untuk biaya transportasi dari rumah ke pengadilan yang
memang jaraknya cukup jauh. Seorang Nenek Minah saja bisa menghadiri persidangannya
walaupun harus meminjam uang untuk biaya transportasi. Seorang pejabat yang terkena kasus
hukum mungkin banyak yang mangkir dari panggilan pengadilan dengan alasan sakit yang
dibuat-buat atau alasan lainnya,seperti korupsi kelas kakap.
Ada satu contoh hasil penelitian lagi seperti kasus pencurian sandal jepit oleh seorang remaja
AAL alias Amar (15 tahun) di Palu, Sulawesi Tengah sangat miris ketika diselesaikan dengan
jalan kekerasan dan pengadilan. Orang-orang pun kemudian bertanya, berapa sih harga sandal
jepit? Apalagi yang dicuri adalah seorang seorang pegawai negeri. Seorang anggota Brimob
Polda Sulawesi Tengah, yakni Briptu Ahmad Rusdi Harahap. Tentulah semahal-mahalnya
harga sandal jepit tak seberapa dibandingkan dengan gajinya sebagai polisi. Sebagai polisi
mestinya sang brimob tahu—minimal sedikit—tentang hukum. Dan hukum tidak harus selalu
diselesaikan di pengadilan, apalagi untuk “kejahatan” kecil-kecilan. Apakah institusinya
sudah tak bisa lagi menyelesaikan kasus pencurian sandal? Apakah dirinya tak bisa
menyelesaikan sendiri pencurian itu dengan duduk santai di teras rumahnya, misalnya.
Dengan jalan musyawarah.
Memang bisa dimaklumi, kehilangan sesuatu memang menyakitkan, termasuk kehilangan
sandal. Apalagi mungkin sandal itu adalah sandal kesayangan sang polisi. Kehilangan uang
sepuluh ribu saja bagi saya kadang menjengkelkan. Tetapi disinilah perlunya sikap menahan
diri. Disinilah ujian bagi penegak hukum seperti polisi. Pantaskah orang yang mengerti
hukum menyelesaikan masalah dengan kekerasan, dengan asal gebuk. Sekali lagi, kasus
sandal jepit menambah panjang catatan hitam ketidakadilan hukum di masyarakat, di
Indonesia. Mungkin memang benar ungkapan yang menyatakan, hukum (khususnya di
Indonesia) itu seperti jaring laba-laba, ia hanya bisa menangkap sesuatu yang kecil, tapi tidak
bisa untuk hal yang besar.
Mencuri sandal jepit tetaplah kesalahan, tapi mungkin bukan kejahatan. “Pencurian memang
salah, tapi cobalah pakai nurani,”. Jika kita tahu latar belakang keluarga si pencuri misalnya,
mungkin kita tahu alasan mencurinya. Apakah bisa “dibenarkan” ia mencuri ataukah tidak.
Karena jangan-jangan si pencuri adalah korban dari ketidakadilan sosial, korban dari gaya
hidup orang-orang kaya yang suka pamer dan abai dengan kecemburuan sosial orang miskin.
Sekali lagi jika kasus kecil semacam mencuri sandal saja harus selesai dipengadilan,
sementara kasus pencurian di tingkat birokrasi miliaran rupiah dibiarkan saja, seolah keadilan
sudah tidak ada lagi di negeri ini, telah mati. Jika aparat hukum di negeri ini masih punya urat
malu, penggalangan sandal sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan, mestinya menampar
muka mereka. Dengan demikian The New York Times tak perlu mengejek kita dengan
mengatakan, “Indonesia punya simbol keadilan baru; sandal.”
Inilah sebenarnya yang menjadi ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu
sulitnya menjerat mereka dengan tuntutan hukum. karena mereka punya kekuasaan, punya
kekuatan, dan punya banyak uang sehingga bisa mengalahkan hukum dan hukum tidak
berlaku bagi mereka para koruptor. Saya sangat prihatin dengan keadaan ini. Sangat mudah
menjerat hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali menghukum seorang yang hanya
mencuri satu buah semangka, begitu mudahnya menjebloskan ke penjara suami-istri yang
kedapatan mencuri pisang karena keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan

sangat berbelit-belit begitu akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah
hukum di negeri ini. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan di
Indonesia. Padahal dihadapan hukum mereka mempunyai kedudukan sama.
Siapapun yang iba tidak membenarkan tindakan pencurian oleh Nenek Minah dan merekamereka yang mempunyai kasus seperti Nenek Minah. Dan pasti juga tidak membela
perbuatan yang dilakukan oleh Nenek Minah dan mereka-mereka itu. Tetapi yang jadi
masalah adalah dimana keadilan itu, Dimana prinsip kemanusian, Seharusnya para penegak
hukum mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya menjalankan hukum
secara teoritik.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai kekuasaan, yang
mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan
hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa seperti Nenek Minah dan temantemannya itu, yang hanya melakukan tindakan pencurian kecil langsung ditangkap dan
dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang
negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya.

iii.

Kerangka Pemikiran

KEADILAN

Pengajuan Hipotesis Pemikiran

iv.

 PENGERTIAN KEADILAN
a.

b.

Pengertian Keadilan Menurut Agama
Pengertian Keadilan menurut Al Quran sendiri ada beberapa pengertian yang
berkaitan dengan Keadilan yang berasal dari kata ‘adl, yaitu sesuatu yang benar, sikap yang
tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil
keputusan. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum. Pada
intinya Keadilan adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Pengertian Keadilan Menurut Masyarakat
Yaitu Yang menjadi permasalahan disini hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahan
yang dilakukan dan tidak adanya rasa sosial yang tinggi terhadap sesama warga Indonesia.
Dan perbedan hukuman antara orang berstrata tinggi dengan orang yang melakukan
kesalahan dari kalangan bawah. Orang yang berstrata tinggi lebih diistimewakan dibanding
kalangan bawah, buktinya kini orang orang kalangan atas yang terjerat kasus korupsi berat
masih bisa melenggang kemana mana seakan masalahnya di beku es kan, sedangkan orang
orang kalangan bawah malah makin diperbesar permasalahannya dan marak dipublikasikan

 PENYEBAB KEADILAN DI INDONESIA YANG SUDAH TIDAK LAGI MERATA
a.

b.

Oleh Para Penegak Hukum
Hakim sebagai orang yang dianggap sebagai ujung tombak untuk mewujudkan adanya
keadilan, ternyata tidak luput juga dari cercaan masyarakat. Banyaknya putusan yang
dianggap tidak adil oleh masyarakat telah menyebabkan adanya berbagai aksi yang merujuk
pada kekecewaan pada hukum. Banyaknya kekecewaan terhadap pengadilan (hakim) ini
terkait dengan merebaknya isu mafia peradilan yang terjadi di tubuh lembaga berlambang
pengayoman tersebut. Institusi yang seharusnya mengayomi hukum ini sempat menyeret
nama pimppinan tertingginya sebagai salah satu mafia peradilan. Meskipun kebenarannya
sampai saat ini belum terbukti, namun kasus ini menunjukkan bahwa pengadilan masuk
sebagai lembaga yang tidak dipercaya oleh masyarakat.
Oleh Faktor Lain
Penyebab utamanya yaitu salah satunya kita kehilangan Idiologi bangsa Indonesia
"PANCA SILA", memang sampai saat ini kita masih memakai Panca sila sebagai Idiologi
bangsa tapi hanya sebatas SLOGAN saja sedangkan penerapannya tidak dilaksanakan secara
MURNI dan KONSEKUEN sehingga yang terjadi adalah terpuruknya bangsa kita. Buktinya
tercantum dalam sila ke 5 dalam Pancasila yang berbunyi “ Keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia “ Nyatanya sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya masyarakat kelas
bawah belum memperoleh keadilan yang semestinya atau yang sepantasnya. Jelas nyatanya
Karena Pancasila tidak dilaksanakan secara Murni Dan konsekuen yang terjadi adalah
KRISIS MORAL dimana seluruh Aspek kehidupan bernegara menjadi RUSAK dan akibatnya
Indonesia
yang
menjadi
semakin TERPURUK.
Semoga bangsa ini segera menyadari hal ini agar Indonesia segera bangkit kembali untuk
meraih KEJAYAAN.

 AKIBAT YANG DITIMBULKAN
a. Bagi Masyarakat
­
Adanya penentangan dari masyarakat kepada Pemerintah
­
Sikap masa bodoh dalam bermasyarakat dan bernegara
c. Bagi Pemerintah
­
Pemerintah kehilangan kepercayaan dari rakyat
­
Pemerintah kekurangan dukungan dari rakyat
­
Pemerintah kekurangan aspirasi dari rakyat

 SOLUSI YANG TEPAT
a.

Perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara sungguh sungguh mulai dari tingkat
pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah dengan melakukan pembaruan dalam
sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek kemanusiaan,
ataupun dengan peningkatan keimanan para penegak hukum agar ia menjadi lebih sadar

bahwa perbuatannya yang tidak menegakan keadilan secara adil akan menyebabkan dirinya
berbuat dosa dan dilaknat oleh Tuhan.
b.

c.

Sebaiknya penegakkan hukum menegakkan hukum dengan tegas sesuai dengan kesalahan
yang dilakukan tampa membedakan pihak satu dengan lainnya karena kedudukan kita
dihadapan hukum sama.
Kedua belah pihak harus menaati hukum sebagaimana mestinya dan ini tidak hanya bagi
penegak hukum saja tetapi seluruh warga

BAB III
i. Tujuan Khusus Penelitian
- Mengetahui apa itu keadilan sosial.
­ Mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum.

­ Mengetahui hukum di Indonesia.
ii. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang saya gunakan dalam penelitian saya yaitu dengan metode yang
dilaksanakan secara tidak langsung, artinya saya tidak langsung turun ke lapangan, misalnya
saya mengamati jalannya proses Pengadilan Gayus. Tapi saya mengamati dari jauh, atau
hanya sebatas menonton dari Televisi atau browsing dari internet tentang perkembangan
hukum dan keadilan di Indonesia. Karena menurut saya, sejauh ini pihak pertelevisian
Indonesia yang menampilkan berbagai fenomena pemberitaan tentang jalannya proses
pengadilan yang jauh dari keadilan itu sudah sangat fakta dan membuat masyarakat tentu
yakin dengan pemberitaan tersebut. Menurut saya dengan adanya metode ini lumayan efektif
untuk dilaksanakan.
Sedangkan untuk Desain penelitian yang saya gunakan, yaitu dengan menampilkan
fakta yang ada, bukan hanya sekedar pendapat saya, keluarga saya, atau sebagian besar orang.
Tapi fakta menurut berita dari internet, televise, atau media cetak. Walaupun memang televise
tidak sepenuhnya memberikan fakta yang ada, namun menurut saya itu sudah cukup
memberikan gambaran keadilan Indonesia masa kini. Dan menurut pendapat sebagian besar
orang yang saya wawancari, menurut mereka apa yang diberikan ditelevisi itu sudah cukup
mewakili perasaan hati nurani mereka.
iii. Instrumen Penelitian
Dalam instrument penelitian, saya akan menjelaskan tentang alat pengumpul data atau
alat yang digunakan dalam penelitian yang saya gunakan. Tentunya tidak lain dan tidak
bukan, alat yang saya gunakan pertama kali adalah buku tulis dan satu buah ballpoint. Setelah
saya rasa semua data sudah terkumpul. Lalu saya masukkan data tersebut ke laptop yang saya
punya. Karena dengan menggunakan laptop saya rasa sudah cukup efektif untuk membantu
kinerja pengetikan yang saya lakukan. Karena dengan menggunakan laptop, tentu saja saya
sangat terbantu sekali, semuanya menjadi serba cepat, dan apapun kesalahan yang saya
lakukan tidak sengaja dalam pengetikan itu semua bisa terkendali dan tentu saja bisa di edit
dengan sedemikian rupa sehingga tampilannya menjadi lebih baik. Dan dalam segi tampilan
pun sangat jauh rapi dibandingkan menggunakan alat manual. Bisa menggunakan warna,
sehingga tampilan makalah yang saya buat menjadi lebih indah dan sedap dipandang.

iv. Sampel Penelitian

Kasus pencurian sandal jepit oleh seorang remaja AAL alias Amar (15 tahun) di Palu,
Sulawesi Tengah sangat miris ketika diselesaikan dengan jalan kekerasan dan pengadilan.

Orang-orang pun kemudian bertanya, berapa sih harga sandal jepit? Apalagi yang dicuri
adalah seorang seorang pegawai negeri. Seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah,
yakni Briptu Ahmad Rusdi Harahap. Tentulah semahal-mahalnya harga sandal jepit tak
seberapa dibandingkan dengan gajinya sebagai polisi. Sebagai polisi mestinya sang brimob
tahu—minimal sedikit—tentang hukum. Dan hukum tidak harus selalu diselesaikan di
pengadilan, apalagi untuk “kejahatan” kecil-kecilan. Apakah institusinya sudah tak bisa lagi
menyelesaikan kasus pencurian sandal? Apakah dirinya tak bisa menyelesaikan sendiri
pencurian itu dengan duduk santai di teras rumahnya, misalnya. Dengan jalan musyawarah.
Memang bisa dimaklumi, kehilangan sesuatu memang menyakitkan, termasuk
kehilangan sandal. Apalagi mungkin sandal itu adalah sandal kesayangan sang polisi.
Kehilangan uang sepuluh ribu saja bagi saya kadang menjengkelkan. Tetapi disinilah
perlunya sikap menahan diri. Disinilah ujian bagi penegak hukum seperti polisi. Pantaskah
orang yang mengerti hukum menyelesaikan masalah dengan kekerasan, dengan asal gebuk.
Sekali lagi, kasus sandal jepit menambah panjang catatan hitam ketidakadilan hukum di
masyarakat, di Indonesia. Mungkin memang benar ungkapan yang menyatakan, hukum
(khususnya di Indonesia) itu seperti jaring laba-laba, ia hanya bisa menangkap sesuatu yang
kecil, tapi tidak bisa untuk hal yang besar.
Mencuri sandal jepit tetaplah kesalahan, tapi mungkin bukan kejahatan. “Pencurian
memang salah, tapi cobalah pakai nurani,” demikian komentar Ketua umum PBNU, Said Aqil
Siradj seperti dikutip dari detik.com. Jika kita tahu latar belakang keluarga si pencuri
misalnya, mungkin kita tahu alasan mencurinya. Apakah bisa “dibenarkan” ia mencuri
ataukah tidak. Karena jangan-jangan si pencuri adalah korban dari ketidakadilan sosial,
korban dari gaya hidup orang-orang kaya yang suka pamer dan abai dengan kecemburuan
sosial orang miskin. Sekali lagi jika kasus kecil semacam mencuri sandal saja harus selesai
dipengadilan, sementara kasus pencurian di tingkat birokrasi miliaran rupiah dibiarkan saja,
seolah keadilan sudah tidak ada lagi di negeri ini, telah mati. Jika aparat hukum di negeri ini
masih punya urat malu, penggalangan sandal sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan,
mestinya menampar muka mereka. Dengan demikian The New York Times tak perlu mengejek
kita dengan mengatakan, “Indonesia punya simbol keadilan baru; sandal.”

v. Teknik Analisis Data











Mengemukakan Teknik analisis data yaitu salah satunya dengan mengemukakan kriteria
pengujiannya. Kriteria pengujian yang saya munculkan yaitu :
Harus bersifat Fakta tidak mengada – ada.
Bukan karena dasar suka atau tidak suka.
Bukan untuk menjelek – jelekkan pihak tertentu.
Bukan untuk mengagung – agungkan pihak tertentu.
Bukan atas dasar unsur pribadi, sehingga memunculkan opini yang berlainan dengan kenyataan
umum.
Bukan untuk mencari keuntungan pribadi.
Bertujuan untuk memberikan pelajaran kepada khalayak umum.
Bukan untuk mencari sensasi (mencari ketenaran semata).
Dapat bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, teman, dan khalayak umum.

vi. Prosedur Penelitian
Mengemukakan prosedur penelitian yaitu dengan mengemukakan pula langkah – langkah
pelaksanaan penelitian (pengumpulan data dilapangan). Yaitu langkah – langkah yang saya
munculkan adalah sebagai berikut:
 Mempersiapkan jasmani dan rohani, sehingga apapun yang terjadi dilapangan membuat kita
menjadi lebih siap.

 Mempersiapkan materiil yang sewaktu – waktu bisa dibutuhkan di lapangan saat kita
melakukan penelitian.
 Mempersiapkan alat – alat yang akan kita butuhkan dalam penelitian nanti. Seperti alat tulis,
dan lain sebagainya.
 Menuliskan hal – hal apa saja yang akan kita lakukan nanti pada saat kita melakukan penelitian.
Sehingga apa yang kita kerjakan nanti menjadi lebih terurut atau sistematis.
 Ketengangan sangat dibutuhkan, jangan sampai gugup, karena dengan adanya keadaan itu
segala sesuatu yang telah kita rencanakan menjadi buyar dan tidak sesuai dengan apa yang
kita harapkan.
 Persiapan doa sangatlah penting agar penelitian yang kita lakukan dapat dilancarkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa.

BAB IV
i.

Variabel Yang Diteliti
“ Keadilan”

ii.

Deskripsi Hasil penelitian










Berdasarkan wawancara yang saya lakukan terhadap sebagian orang. Saya dapat
menyimpulkan beberapa pokok penting yaitu:
Keadilan di Indonesia kini sudah sangat hancur dan sudah bukan pada jalan yang seharusnya.
Dalam kehidupan yang sedang kita jalankan, sepertinya sangat membutuhkan apa itu keadilan.
Uang adalah raja. Segala apapun yang berada didunia ini bisa dibeli oleh uang, termasuk
HUKUM.
Sejauh ini masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan keadilan di Indonesia.
Hakim yang jelas – jelas sebagai pemutus keadilan kini sudah tidak adil lagi dan tidak bisa
dipertanggung jawabkan.
Orang kaya lah yang dapat menang dalam proses pengadilan, sedangkan orang miskin hanya
bisa menangis sedih dan meratapi nasib.
Kasus berat, seberat apapun kini sudah bukan hal yang besar lagi. Namun sekarang hal itu
sudah dianggap musnah, dan pelakunya pun bisa melenggang dengan bebasnya kemana saja.
Kami sangat kecewa.
Apabila dijelaskan melalui perhitungan, keadilan uang terjadi di Indonesia kini bisa
dirata – ratakan HANCUR (menurut rata – rata pendapat orang yang saya wawancari).

iii.

Pengujian Hipotesis

Mengemukakan pengujian hipotesis yaitu dengan menyatakan hasil perhitungan
penelitian. Hasil dari penelitian yang saya teliti yaitu “ Masyarakat sangat kecewa dengan
kondisi keadilan dan hukum yang ada di Indonesia sekarang, tidak tahu apa yang akan
terjadi pada tahun kedepan dengan indonesia, apabila ternyata Indonesia sekarang sudah
cukup bobrok dalam menangani kasus hukum”.
Hipotesis diterima. Karena sesuai dengan kriteria pengujian yang telah saya
kemukakan dan telah saya tetapkan.

iv.

Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis yang saya kemukakan kini telah diterima, karena sesuai dengan kriteria
yang telah saya kemukakan dan telah saya tetapkan. Selain dari pada itu sesuai juga dengan
komentar – komentar masyarakat yang selalu mengikuti arus hukum di Indonesia kini.
Karena bukan hanya sebagian besar, tapi semua masyarakat yang saya wawancari cenderung
menganggap bahwa hukum di Indonesia kini sudah bukan pada alur yang seharusnya, tapi
kini sudah menjadi sandiwara besar dengan adanya uang didalamnya.
Makna dari penerimaan hipotesis yang saya ajukan, yaitu berarti benar bahwa bukan
hanya saya saja yang menganggap bahwa kini pengadilan sudah tidak adil lagi. Tapi seluruh
masyarakat yang saya wawancarai khususnya, dan seluruh masyrakat Indonesia pada
umumnya. Dan dengan penuh harap kami seluruh masyarakat Indonesia meminta
pertanggung jawaban dan tindakan yang tegas oleh Bapak Presiden Yang Terhormat kepada
pelaku yang jelas – jelas melakukan tindakan sogokan kepada para hakim mengenai kasus
hukum yang menjeratnya. Dan jangan sampai kasus seperti gayus terulang lagi, yang jelas –
jelas dia bisa melenggang kemana saja tapi kasus hukum yang masih menjeratnya masih
berjalan.

BAB V
i. Rangkuman
a.

b.

Pengertian Keadilan
Pengertian Keadilan (adil) akan banyak sekali timbul penafsiran ataupun pendapat yang
menjelaskan tentang keadilan dari berbagai sudut pandang dan latar belakang pendidikan.
Salah satu Pengertian Keadilan menurut Al Quran sendiri ada beberapa pengertian yang
berkaitan dengan Keadilan yang berasal dari kata ‘adl, yaitu sesuatu yang benar, sikap yang
tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil
keputusan. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum. Pada
intinya Keadilan adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Penyebab Keadilan di Indonesia Semakin Memburuk
Penyebab utamanya yaitu salah satunya kita kehilangan Idiologi bangsa Indonesia
"PANCA SILA", memang sampai saat ini kita masih memakai Panca sila sebagai Idiologi
bangsa tapi hanya sebatas SLOGAN saja sedangkan penerapannya tidak dilaksanakan secara
MURNI dan KONSEKUEN sehingga yang terjadi adalah terpuruknya bangsa kita. Buktinya
tercantum dalam sila ke 5 dalam Pancasila yang berbunyi “ Keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia “ Nyatanya sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya masyarakat kelas
bawah belum memperoleh keadilan yang semestinya atau yang sepantasnya. Jelas nyatanya
Karena Pancasila tidak dilaksanakan secara Murni Dan konsekuen yang terjadi adalah
KRISIS MORAL dimana seluruh Aspek kehidupan bernegara menjadi RUSAK dan akibatnya
Indonesia
menjadi
TERPURUK.
Semoga bangsa ini segera menyadari hal ini agar Indonesia segera bangkit kembali untuk
meraih KEJAYAAN.
d.
AkibatYang Akan Ditimbulkan Dengan Adanya Keadilan Yang Memburuk
 Adanya penentangan dari masyarakat kepada Pemerintah, artinya masyarakat sudah tidak
perduli lagi dengan apa upaya pemerintah dalam memajukan kesejahteraan Negara, dan sudah
menolak lagi dengan rencana rencana pemerintah yang dianggap sebagai abal abal saja.
 Sikap masa bodoh dalam bermasyarakat dan bernegara, artinya masyarakat sudah hidup sendiri
sendiri dan tak mau peduli lagi dengan apa yang Pemerintah canangkan dalam proses
pembangunan atau bisa disebut juga sudah kehilangan kepercayaan.

e.

Solusi Yang Dapat Diambil
Perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara sungguh sungguh mulai dari
tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah dengan melakukan pembaruan
dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah
kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek
kemanusiaan.

ii.

Kesimpulan
Hukum di Indonesia kini sudah tidak adil lagi. Hukum yang jelas – jelas sebagai
peraduan masyrakat yang menderita kasus hukum, kini sudah tidak bisa dipertanggung
jawabkan lagi. Dan hukum di Indonesia harus bisa dirombak sedemikian rupa agar para pihak
yang berlaku tidak adil tidak dapat menjalankan aksinya lagi. Bagaimana nasib Negara
Indonesia kita tercinta ditahun selanjutnya, apabila keadaannya seperti ini?

iii.

Saran
Presiden harus mampu bertindak tegas, jangan sampai kasus penyuapan semakin marak
terjadi dimana – mana. Jangan sampai pula Presiden seakan – akan tutup mata, tutup telinga
(seakan tidak tahu apa – apa). Dan juga harus ada saksi yang sangat berat kepada pelaku yang
tidak bertindak adil kepada kaum yang lemah.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu. 1975. Kondisi Keadilan diIndonesia. Semarang: Ramadhani.
Cohen, Bruce J. 1972. Keadilan Tiang Pokok Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
H.Khairuddin. 1985. Hakim Bukan Untuk Dihakimi. Yogyakarta: Nurcahaya.
Horton B. paul dan Chester L. hunt. 1990. Keadilan Membawa Kematian. Jakarta: Erlangga.
Huky, Wila. DA. 1982. Pengantar Kehakiman. Surabaya: Usaha Nassional.
Johnson, Paul Doyle. 1990. Teori Keadilan Klasik dan Modern. Jakarta; PT Gramedia
Pustaka Utama.
Khan, Ali Majdjid. 1985. Muhammad Nabi Adilku. Bandung: Penerbit Pustaka.
Koentjaraningrat. 1972. Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbit Aksara Baru.
Lawang, M.Z. Robert. 1980. Pengantar Keadilan Dunia. Jakarta: Depdikbud RI Universitas
Terbuka.
Madjid, Nurcholis. 1989. Islam dan Keadilan. Bandung: PT Mizan.
Nasikun. 1992. Sistem Keadilan Nasional. Jakarta: Rajawali Pers.
OC, Puspito Hendro D. 1989. Uang Pembeli Hukum. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
OK, Chairudin.1991. Hukum dan HAM. Jakarta: Sinar Grafika.

MAKALAH KONDISI KEADILAN DI
INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas Bidang Study Jurnalistik

OLEH :
Riri Fadilah
X 7

SMA NEGERI 2 CIANJUR
Jalan Siliwangi No. 9 Tlp. (0263) 263672 Cianjur 43211
Website: smandacianjur.sch.id – Email: smandacjr@yahoo.com
Diposkan 28th June 2012 oleh Riri Fadilah
  


Tambahkan komentar

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.